B. _IPTEK dan Krisis Moral
Menurut Afif Muhammad (2002) bahwa kemajuan sains
dan teknologi adalah ciri lain dari era global, Jika abda 20 ini
dipandang scbagai abad sains dan teknologi yang didewakan,
maka abad ini merupakan abada keguncangan dahsyat karena
dianggap tidak sanggup mengikuti kemanuan sains dan
teknologi, yang kadang-kadang berkembang, sedemikian cepat
dan mengagumkan.
Menurut Suryanti (2010) bahwa kemajuan IPTEK bersifat
ambivalen, di satu sisi membantu aki
manusia, seperti
transportasi, komunikasi-multimedia, peningkatan sarana dan
prasarana dan mutu pendidikan. Akan tetapi tidak dapat
dipungkiri bahwa IPTEK juga berpotensi besar terhadap
penghancuran hidup dan alam semesta, Terlebih sains dan
teknologi yang berkembang saat ini menurut Afif Muhammad(2002) adalah sains dan teknologi Barat yang cenderung bebas
nilai, dimana corak yang ditampilkannya adalah corak sekular
dan materialistik
baru yang lebih serius, oleh karena itu dibutuhkan nilai-nilai
ng, dapat melahirkan berbagai persoalan
moralitas yang berbasis agama sebagai landasan moralnya
Di antara berbagai persoalan yang muncul akibat dari
perkembangan Ilmu Pengetahuan (Sains) dan Teknologi yang
signifikan ialah terjadinya krisis moral dikalangan anak-anak,
remaja bahkan dewasa. Krisis moral dapat dimaknai sebagai
pudamya sikap, karakter, dan perilaku yang berhubungan
dengan kebaikan dari seseorang
Selain itu, keganasan senjata nuklir dan bom merupakan
bagian dari akibat negatif dari perkembangan IPTEK yang kasat
mata dapat kita lihat. Polusi udara dan air, pencemaran udara
serta kerusakan alam semesta yang dari tahun ke tahuan
semakin menghawatirkan adalah merupakan akibat negative
perekembangan IPTEK dan industrialisasi serta ambisi manusia
untuk menguasai (mengeksploitasi) alam raya (Suryanti, 2010).Dampak negative dari perekembangan IPTEK dewasa ini
juga menimbulkan komplik batin dalam kchidupan banyak
kaum muda. Konflik ini terutama dilakangan remaja dan.
dewasa (siswa dan mahasiswa) yang memiliki agama hanya
sebagai warisan tradisi keluarga yang imannya belum kuat
Bahkan tidak jarang karena mendewakan teknologi, banyak
diantara mereka yang bersikap ateis dan merasa_ tidak
memerlukan agama lagi. Sikap individualis, materialistis,
hedonis, dan berbagai krisis moral lainnya juga menjadi bagian
yang tidak dapat dipungkiri dari perkembangan IPTEK ini.
Maraknya media sosial yang mudah diakses oleh siapa
saja, kapan saja, dimana saja, juga telah menjadi cikal bakal
munculnya sikap anti sosial. Antisosial merupakan sebuah sikapapatis terhadap lingkungan sekitarnya dan hanya peduli dengan
dirinya sendiri entah itu demi menjaga keamanan dirinya atau
untuk sebuah hiburan (Mewar, 2020), Sikap anti s
disebut pula sikap individ ualis.
sial tersebut
Sikap individualis telah menarik hakiat kemanusiaan
bukan pada karakter aslinya. Karena karakter asli manusia
adalah makhluk sosial. Manus
ia tidak akan bisa lepas dari
kehidupa bersosial, karena selain sebagai makhluk individu
manusia merupakan makhluk sosial (how socits), Manusia
dituntut untuk senatiasa melakukan hubungan sosial dengan
manusia atau individu lain dalam hidupnya dimanapun
manusia itu berada. Hal ini yang menyebabkan manusia tidak
dapat hidup sendiri di tengah-tengah bergaulan manusia
lainnya (Santoso, 8. A., & Chotibuddin, 2020).Selain itu, munculnya buday.
materialistik, mengabdi kepada kepuasan hawa nafsu dan
mengagungkan materi untuk segalanya. Munculnya_perilaku
yang menggunakan IPTEK untuk hal-hal yang bersifat
destruktif, sehingga menimbulkan kerusakan alam dan
hancurnya talanan nilai_ kemanusiaan, Hal inilah yang,
digambarkan dalam firman Allah Swt., “felalt tampok kerusakan di
davatan dan dilautan diakibatkan oleh perbwatan manusia” (QS. Ar-
Rum [30]: 41).
Menurut Abudin Nata, sebagaimana dikutif oleh AM
Rasyid (2002), di antara munculnya krisis moral _masyarakat
jalah karena (1) longgarnya pegangan terhadap agama, yang
menyebabkan hilangnya kontrol diri (self-control), (2) derasnya
budaya hedonistik matetialistik, dan skularistik yang terus
menerus melakukan penctrasi melalui media teknologi. Keadaan
ini akan membawa pada kejatuhan martabat manusia, karena
budaya hedonistik danskularisme, hedonisme, materialisme telah menjauhkan manusia
dari nilai-nilai moralitas agama.
Kemjuan IPTEK juga telah memberikan peluang masuknya
pengaruh budaya asing, yang masuk melalui sosial media
(medsos) atau internet, dan hal ini tidak dapat dibendung sama
sekali, kecuali hanya dikendalikan. Jika budaya asing (vaca:
Barat) terscbut masuk ke lingkungan keluarga, sckolah dan
masyarakat pada umumnya, maka akan ditemukan perilaku-
perilaku yang kebarat-baratan, yang melupakan budaya timur
sebagai ciri khas bangsa Indonesia.
Apa yang telah dipaparkan diatas, jelas merupakan bagian
dari pengaruh negative atas berkembangya IPTEK yang
berpengaruh terhadap krisis moral bangsa. Oleh Karena itu,
pembinaan moral aiau karakter bangsa harus lebih ditingkatkan
lagi, supaya karakter dan jati diri bangsa indonesia khususnya
siswa dan mahasiswa di sekolah dan diperguruan tinggi tidak
hilang ditelan kemajuan teknologi. Pembinaan moral agama
(Islam) menjadi hal yang sangat pokok dan mendasar.Perkembangan IPTEK, terlebih pasca Vandemi Covid-19
dirasakan banyak mempengaruhi terhadap krisis moralitas para
remaja yang semakin terdegradasi, Hal tersebut, diperparah
dengan kurangnya Hiterasi dan bimbingan kepada para remaja
yang mengakibatkan dampak negatif dari kemajuan teknologi
Bahkan berdasarkan hasil riset yang dilakukan Thomas Lickona
(2013) sebagaimana dikutip oleh Heri Gunawan (2022), jauh
sebelum pandemic Covid-19 terjadi, bahwa sebuah bangsa yang
sedang menuju jurang kehancuran, jika memiliki tanda-tanda,
yang di antaranya adalah semakin kaburnya (tidak jelas ukuran)
moral baik dan buruk, meningkatnya perilaku merusak diri,
seperti menggunakan narkoba, mengkonsumsi alkohol, dan seks
bebas (free sex), menurunya etos kerja dilakangan remaja dan
orang dewasa, adanya rasa saling curiga dan kekurangan rasa
kepedulian terhadap sesama