Anda di halaman 1dari 106

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY.

T P1A0 UMUR
24 TAHUN DENGAN PIJAT OKSITOSIN ATAS INDIKASI
ASI TIDAK LANCAR DI RSU ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir

Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun Oleh :
Yunita Retno Palupi
NIM. B13142

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA

2016
ii
iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Ny.T P 1A0
Umur 24 Tahun dengan Pijat Oksitosin Atas Indikasi ASI Tidak Lancar Di RSU
Assalam Gemolong Sragen”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud
untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program
Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai
pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma
Husada Surakarta.
2. Ibu Siti Nurjanah, SST., M.Keb selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Eni Rumiyati, SST selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.
4. Ibu Dr. Wiwiek Irawati, M.Kes, selaku Direktur RSU Assalam Gemolong
Sragen, yang telah bersedia memberikan ijin kepada penulis dalam melakukan
studi kasus.
5. Ny. T yang telah bersedia untuk menjadi responden sehingga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat terselesaikan.
6. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
7. Teman-teman mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta yang telah membantu
hingga tersusunnya Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah.

iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi perbaikan. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Surakarta, Juni 2016

Penulis

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
1. Sejauh apapun kaki melangkah, harapan akan selalu ada. Setinggi apapun
harapan, doa akan selalu menguatkan (Penulis).
2. Hidup kita itu sebaiknya ibarat bulan dan matahari. Dilihat orang atau tidak,
ia tetap bersinar. Dihargai orang atau tidak, ia tetap menerangi.
Diterimakasihi atau tidak, ia tetap berbagi (Bob Sadino).
3. Every action has a reaction, every act has a consequence, and every
kindness has kind reward (Penulis).

PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini
saya persembahkan
1. Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat
dan hidayahNya, sehingga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat terselesaikan.
2. Kedua orang tuaku. Bapak- ibu tercinta, terima
kasih atas doa, kasih sayang, motivasi,
semangat, dan setiap tetes keringat yang telah
dikorbankan.
3. Cathering Entrepeneur’s Group yang selalu
memberikan motivasi, semangat, dan keceriaan
setiap waktu.
4. Keluarga dan sahabat-sahabatku, terimakasih
selalu memberi motivasi dan semangatnya.
5. Almamater tercinta.

vi
CURRICULUM VITAE

Nama : Yunita Retno Palupi


Tempat/ Tanggal Lahir : Sragen, 23 Juni 1994
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Katukan, 17/06, Puro, Karangmalang, Sragen

Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Puro 1, Sragen Lulus Tahun 2006
2. SMP Negeri 1 Sragen, Sragen Lulus Tahun 2009
3. SMA Negeri 1 Sragen, Sragen Lulus Tahun 2012
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan Tahun 2013

vii
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis ilmiah, Juni 2016
Yunita Retno Palupi
B. 13 142

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY.T P1A0 UMUR


24 TAHUN DENGAN PIJAT OKSITOSIN ATAS INDIKASI
ASI TIDAK LANCAR DI RSU ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN

xii+ 92 halaman + 19 lampiran + 1 gambar

INTISARI

Latar Belakang: Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pemberian ASI
eksklusif pada bayi selama 6 bulan hanya 40,6 %, jauh dari target nasional yang
mencapai 80%. Kurangnya produksi ASI menjadi salah satu penyebab ibu
memutuskan memberikan susu formula pada bayinya. Pijat oksitosin adalah upaya
untuk mengeluarkan ASI pada ibu nifas. Pijat ini merupakan salah satu cara yang
efektif untuk merangsang sekresi oksitosin yang sangat berperan dalam
pengeluaran ASI pada ibu nifas.
Tujuan: Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. T P 1A0 umur 24
tahun dengan pijat oksitosin atas indikasi ASI tidak lancar dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney sehingga dapat
memberikan pemecahan masalah yang terjadi.
Metodologi: Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode observasional
deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang dilaksanakan pada bulan Oktober
2015- Juni 2016. Lokasi studi kasus di RSU Assalam Gemolong Sragen. Teknik
pengumpukan data melalui data primer dan data sekunder. Subyek studi kasus
yang diambil penulis adalah Ny. T P1A0 dengan ASI tidak lancar.
Hasil: setelah 3 hari dilakukan pijat oksitosin, cara menyusui yang benar,
perawatan payudara, dan gizi ibu nifas didapatkan hasil masalah teratasi, ASI
keluar lancar, ibu menyusui bayinya dengan benar, bayi tidak rewel, keluarga
dapat melakukan pijat oksitosin pada ibu dan mendukung ibu memberikan ASI
eksklusif.
Kesimpulan: Pada kasus Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan pijat oksitosin atas
indikasi ASI tidak lancar terdapat kesenjangan antara teori dan praktik tetapi tidak
mempengaruhi keadaan ibu.

Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu Nifas, Pijat Oksitosin


Kepustakaan : 27 literatur (2006-2015)

viii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................vi
CURRICULUM VITAE.................................................................................vii
INTISARI........................................................................................................viii
DAFTAR ISI.....................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Perumusan Masalah.........................................................................3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................4
D. Manfaat Penelitian...........................................................................5
E. KeaslianPenelitian...........................................................................6
F. Sistematika Penulisan......................................................................8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis...................................................................................10
B. Teori Manajemen Kebidanan........................................................28
C. Landasan Teori..............................................................................47
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi......................................................................................49
B. Lokasi Studi...................................................................................50
C. Subyek Studi..................................................................................50
D. Waktu Studi...................................................................................50
E. Instrumen Studi Kasus...................................................................50
F. Teknik Pengumpulan Data............................................................51
ix
G. Alat- Alat yang Digunakan............................................................53
H. Jadwal Studi Kasus........................................................................55
BAB IV. TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus..............................................................................56
B. Pembahasan...................................................................................81
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................88
B. Saran.............................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Cara pijat oksitosin.......................................................................27

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian


Lampiran 2 Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 4 Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 5 Surat Bbalasan Ijin Penggunaan Lahan
Lampiran 6 Surat Permohonan Menjadi Pasien
Lampiran 7 Surat Persetujuan Pasien (Informed Consent)
Lampiran 8 Lembar observasi nifas
Lampiran 9 Lembar observasi pijat oksitosin
Lampiran 10 Lembar observasi pengeluaran ASI
Lampiran 11 Satuan Acara Penyuluhan ASI Eksklusif
Lampiran 12 Satuan Acara Penyuluhan Cara Menyusui yang Benar
Lampiran 13 Satuan Acara Penyuluhan Pijat Oksitosin
Lampiran 14 Satuan Acara Penyuluhan Tanda Bahaya Masa Nifas
Lampiran 15 Satuan Acara Penyuluhan Gizi Masa Nifas
Lampiran 16 Satuan Acara Penyuluhan Perawatan Payudara (Breastcare)
Lampiran 17 Satuan Acara Penyuluhan Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir
Lampiran 18 Dokumentasi
Lampiran 19 Lembar Konsultasi

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indikator keberhasilan penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu

negara ditentukan dan diukur dari Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka

Kematian Bayi (AKB) (Manuaba, 2010). AKI dan AKB di Indonesia

tergolong masih cukup tinggi, AKI tercatat mencapai 359 per 100.000

kelahiran hidup, sedangkan AKB tercatat 32 kematian per 1.000 kelahiran

hidup (SDKI, 2012).

AKB di Jawa Tengah pada tahun 2012 tercatat 6.235 kasus atau

10, 75 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2015 triwulan ketiga

AKB tercatat 3.709 kasus. AKB Kabupaten Sragen tahun 2015 tercatat 90

kematian per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2015). Salah satu

penyebab kematian bayi dan balita tersebut adalah faktor gizi, dengan

penyebab antara lain karena buruknya pemberian ASI eksklusif (Kemenkes

RI, 2012).

Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pemberian ASI eksklusif

pada bayi selama 6 bulan hanya 40,6 %, jauh dari target nasional yang

mencapai 80%. Kurangnya produksi ASI menjadi salah satu penyebab ibu

memutuskan memberikan susu formula pada bayinya. United Nations

International Children's Emergency Fund (UNICEF) menegaskan bahwa

bayi yang menggunakan susu formula memiliki kemungkinan meninggal

1
2

dunia pada bulan pertama kelahirannya dan kemungkinan bayi yang diberi

susu formula adalah 25 kali lebih tinggi angka kematiannya daripada bayi

yang disusui ibunya secara eksklusif, oleh karena itu perlu adanya upaya

mengeluarkan ASI untuk beberapa ibu nifas (Ummah, 2014).

Upaya pengeluaran ASI ada dua hal yang mempengaruhi yaitu produksi

dan pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin sedangkan

pengeluaran dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon oksitosin akan

keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau

melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada

tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa

nyeri dan mencintai bayinya, sehingga dengan begitu hormon oksitosin

keluar dan ASI cepat keluar, pijat ini dinamakan pijat oksitosin

(Wulandari dkk, 2014).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mardiyaningsih (2011) tentang

efektifitas kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin terhadap produksi

ASI menunjukkan bahwa kombinasi keduanya efektif dapat meningkatkan

produksi ASI. Sedangkan penelitian Astuti dan Suryani (2010), mengatakan

bahwa terdapat pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI ibu

postpartum.

Studi pendahuluan yang dilakukan di RSU Assalam Gemolong Sragen

pada tanggal 27 Oktober 2015, diperoleh data jumlah ibu nifas dari bulan

Oktober 2014- Oktober 2015 sebanyak 1.272 orang yang terdiri dari 494

orang (39%) ibu nifas fisiologi dan 778 orang (61%) ibu nifas patologi.
3

Penyebab nifas patologi antara lain ASI tidak lancar berjumlah 102 orang

(13,1%), anemia berjumlah 82 orang (10,5%), puting susu lecet berjumlah 79

orang (10,2%), retensio plasenta berjumlah 76 orang (9,8%), bendungan ASI

berjumlah 75 orang (9,6%), preeklamsia ringan berjumlah 70 orang (9%),

preeklamsai berat berjumlah 67 orang (8,6%), hipertensi berjumlah 63 orang

(8,1%), atonia uteri berjumlah 59 orang (7,6%), infeksi luka perinium

berjumlah 55 orang (7,1%), dan mastitis berjumlah 50 orang (6,4%).

Dari data di atas ibu nifas yang mengalami ASI tidak lancar ada 102

orang (13,1%). Hal ini menyita perhatian bagi peneliti untuk memberikan

asuhan pada ibu nifas agar ASI nya lancar dengan menggunakan metode pijat

oksitosin. Maka penulis tertarik mengambil judul “Asuhan Kebidanan Ibu

Nifas pada Ny.T P1A0 Umur 24 Tahun dengan Pijat Oksitosin Atas Indikasi

ASI Tidak Lancar di RSU Assalam Gemolong Sragen”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah dapat dirumuskan

“Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny.T P1A0 Umur 24 Tahun

dengan Pijat Oksitosin Atas Indikasi ASI Tidak Lancar di RSU Assalam

Gemolong Sragen?”
4

C. Tujuan Studi Kasus

1. Tujuan umum

Penulis mampu melakukan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada

Ny.T P1A0 Umur 24 Tahun dengan Pijat Oksitosin Atas Indikasi ASI

Tidak Lancar di RSU Assalam Gemolong Sragen sesuai standar yang

berlaku dengan menggunakan pendekatan manajemen Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu :

1) Melakukan pengkajian pada Ibu Nifas pada Ny.T P1A0 Umur 24

Tahun dengan Pijat Oksitosin Atas Indikasi ASI Tidak Lancar di

RSU Assalam Gemolong Sragen.

2) Melakukan interpretasi data dengan merumuskan diagnosa

kebidanan, masalah, dan kebutuhan pada Ibu Nifas pada Ny.T

P1A0 Umur 24 Tahun dengan Pijat Oksitosin Atas Indikasi ASI

Tidak Lancar di RSU Assalam Gemolong Sragen.

3) Merumuskan diagnosa potensial pada Ibu Nifas pada Ny.T P1A0

Umur 24 Tahun dengan Pijat Oksitosin Atas Indikasi ASI Tidak

Lancar di RSU Assalam Gemolong Sragen.

4) Melakukan tindakan segera pada Ibu Nifas pada Ny.T P 1A0 Umur

24 Tahun dengan Pijat Oksitosin Atas Indikasi ASI Tidak Lancar

di RSU Assalam Gemolong Sragen.


5

5) Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada Ibu Nifas pada

Ny.T P1A0 Umur 24 Tahun dengan Pijat Oksitosin Atas Indikasi

ASI Tidak Lancar di RSU Assalam Gemolong Sragen.

6) Melaksanakan perencanaan secara efisien dan aman pada Ibu

Nifas pada Ny.T P1A0 Umur 24 Tahun dengan Pijat Oksitosin

Atas Indikasi ASI Tidak Lancar di RSU Assalam Gemolong

Sragen.

7) Melakukan evaluasi pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ibu

Nifas pada Ny.T P1A0 Umur 24 Tahun dengan Pijat Oksitosin

Atas Indikasi ASI Tidak Lancar di RSU Assalam Gemolong

Sragen.

b. Penulis dapat mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik

pada Ibu Nifas pada Ny.T P1A0 Umur 24 Tahun dengan Pijat

Oksitosin Atas Indikasi ASI Tidak Lancar di RSU Assalam Gemolong

Sragen.

D. Manfaat Studi Kasus

1. Bagi Peneliti

Dapat meningkatkan ilmu pengetahuan dan wawasan khususnya dalam

pelayanan kebidanan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar dengan pijat

oksitosin.

2. Bagi Profesi

Dapat memberikan masukan kepada tenaga kesehatan lainnya dalam


6

melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar

dengan pijat oksitosin.

3. Bagi Lahan Praktik

Untuk memberikan masukan dan bahan informasi untuk meningkatkan

upaya pencegahan dan penanganan kasus ASI tidak lancar dengan pijat

oksitosin.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan dan sebagai referensi

mengenai upaya pencegahan dan penanganan kasus ASI tidak lancar

dengan pijat oksitosin.

E. Keaslian Studi Kasus

1. Mardiyaningsih (2011), Magister Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia dengan judul “Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat

Oksitosin Terhadap Produksi ASI Ibu Post Sectio Caesarea di Rumah

Sakit Wilayah Jawa Tengah”. Jenis penelitian ini quasi eksperimen

dengan rancangan post test only design control group. Teknik

pengambilan sampel dengan non-probability sampling yaitu consecutive

sampling dengan sampel 54. Hasil penelitian adalah ada perbedaan

proporsi kelancaran produksi ASI antara kelompok kontrol dan intervensi

dengan p value = 0,000 dan ibu post sectio caesarea yang diberikan

kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin berpeluang 11,5 kali lebih

besar untuk mempunyai produksi ASI lancar dibandingkan kelompok


7

kontrol (OR= 11,500).

2. Astuti dan Suryani (2010), Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan

Surakarta Jurusan Kebidanan dengan judul “ Pengaruh Pijat Oksitosin

Terhadap Produksi Asi Ibu Postpartum di BPM Wilayah Kabupaten

Klaten”. Penelitian ini merupakan jenis penelitian quasi eksperimen

dengan rancangan pre and post test dengan teknik pengambilan sampel

dengan non probability sampling. Analisa data dilakukan dengan uji

friedman dan dilanjutkan dengan uji wilcoxon. Variable independent

adalah ibu postpartum dengan intervensi pijat oksitosin dan variable

dependent adalah produksi ASI dengan indikator berat badan, frekuensi

bayi BAK, frekuensi bayi menyusu dalam sehari dan lama tidur bayi

setelah menyusu. Hasil penelitian menunjukkan semua bayi dilahirkan

secara normal dengan berat badan bayi rata rata adalah 3070 gram , rata

rata frekuensi BAK 5 kali pada hari pertama, rata rata frekuensi menyusu

bayi pada 24 jam pertama 8 kali, dan lama bayi menyusu 2.17 jam pada

hari pertama. Semua indikator diatas meningkat baik pada hari ke 7 dan

14. Hasil Analisa bivariat menunjukan adanya perbedaan rata rata berat

badan bayi, frekuensi BAK, frekuensi menyusu, dan lama tidur. Dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi ASI

dengan indikasi berat badan bayi, frekuensi bayi menyusu, frekuensi bayi

BAK dan lama bayi tidur setelah menyusu.


8

Perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan adalah pada subyek,

lokasi, waktu pengambilan kasus dan asuhan yang diberikan. Persamaan

kasus yang diambil yaitu penggunaan metode pijat oksitosin untuk

memperlancar produksi ASI pada ibu nifas.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah terdiri dari 5 bab yang secara

berurutan meliputi:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, tujuan

terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat studi kasus,

keaslian studi kasus, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan teori yang meliputi teori medis

nifas, teori ASI tidak lancar, teori pijat oksitosin, dan teori

manajemen kebidanan menurut Varney yang berisi 7 langkah

sebagai landasan pembahasan kasus (pengumpulan data dasar,

interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi, perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi) dengan pendokumentasian

menggunakan SOAP serta kerangka konsep.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subyek

studi kasus, waktu studi kasus, instrumen studi kasus, teknik


9

pengumpulan data serta alat dan bahan yang digunakan.

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi laporan kasus dengan menggunakan manajemen

kebidanan menurut Varney yang terdiri dari 7 langkah yaitu

pengumpulan data dasar, interpretasi data, diagnosa potensial,

antisipasi, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan data

perkembangan SOAP. Pembahasan berisi tentang kesenjangan

antara teori dan praktik yang penulis temukan sewaktu pengambilan

kasus dengan pendekatan asuhan kebidanan menurut Varney.

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan dirumuskan untuk

menjawab tujuan penulis dan merupakan inti dari pembahasan

penanganan ibu nifas dengan ASI tidak lancar. Saran merupakan

alternatif pemecahan masalah dan anggapan kesimpulan yang

berupa kesenjangan pemecahan masalah hendaknya bersifat realitas

dan dapat dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Medis

1. Masa Nifas

a. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir

dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira enam

minggu (Saleha, 2009). Sedangkan menurut Nugroho dkk (2014),

masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya

plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan.

b. Tahapan masa nifas

Menurut Marmi (2014), tahapan masa nifas dibagi dalam tiga

periode yaitu:

1) Puerperium Dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri

dan berjalan-jalan.

2) Puerperium Intermedial

Suatu masa kepulihan menyeluruh dari organ-organ reproduksi

selama kurang lebih enam sampai delapan minggu.

10
1

3) Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam

keadaan sempurna terutama ibu apabila selama hamil atau waktu

persalinan mengalami komplikasi.

c. Perubahan-perubahan pada masa nifas

Menurut Astutik (2014), perubahan-perubahan pada masa nifas

antara lain:

1) Uterus

Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil.

2) Lochea

Lochea adalah cairan/ sekret yang berasal dari cavum uteri dan

vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea antara lain:

a) Lochea rubra (cruenta)

Berisi darah segar dan sisa-sisa ketuban, sel-sel selaput

desidua (desidua, yakni selaput lendir rahim dalam rahim

dalam keadaan hamil), vernik kaseosa (yakni kulit bayi, zat

seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel

epitel, yang menyelimuti kulit janin), lanugo (yakni, bulu

halus pada anak yang baru lahir) dan mekoneum (yakni, isi

usus janin cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus

dan air ketuban, berwarna hijau kehitaman), selama 2 hari

pasca persalinan.
1

b) Lochea sanguinolenta

Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir yang keluar

pada hari ke -3 sampai ke -7 pasca persalinan.

c) Lochea serosa

Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-

14 pasca persalinan.

d) Lochea alba

Cairan putih, setelah 2 minggu masa nifas.

Selain lochea di atas, ada jenis lochea yang tidak normal, yaitu:

a) Lochea purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.

b) Locheastasis

Lochea tidak lancar keluarnya.

3) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah

persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari

tangan, setelah 6 minggu persalinan, serviks akan menutup.

4) Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan

yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam

beberapa hari pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini

tetap dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina

kembali pada keadaan tidak hamil. Setelah 3 minggu ruggae


1

dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali

sementara labia menjadi lebih menonjol.

5) Payudara

Perubahan pada payudara meliputi penurunan kadar progesteron

secara tepat dengan peningkatan hormon prolaktin setelah

persalinan, kolostrum sudah ada saat persalinan, produksi ASI

terjadi pada hari kedua dan ketiga setelah persalinan, dan

payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya

produksi ASI.

d. Kunjungan masa nifas

Menurut Sulistyawati (2009), Pada masa nifas diperlukan

paling sedikit empat kali kunjungan pada masa nifas .

1) Kunjungan I: 6-8 jam setelah persalinan

Kunjungan pertama setelah persalinan dilakukan untuk mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan

merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan

berlanjut, memberikan konseling pada ibu atau salah satu

anggota keluarga mengenai bagaimana cara mencegah

perdarahan masa nifas karena atonia uteri, pemberian ASI awal,

melakukan hubungan antara ibu dengan bayi yang baru lahir,

menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi, dan

jika petugas kesehatan menolong persalinan, petugas harus

tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir selama 2 jam


1

pertama setelah kelahiran atau sampai ibu dan bayinya

dalam keadaan stabil.

2) Kunjungan II: 6 hari setelah persalinan

Kunjungan kedua atau pada 6 hari setelah persalinan dilakukan

untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus di bawah umbilicus, tidak ada

perdarahan abnormal, tidak ada bau, menilai adanya tanda-tanda

demam, infeksi, atau perdarahan abnormal, memastikan ibu

mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat, memastikan ibu

menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda

penyulit, dan memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan

pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi

sehari-hari.

3) Kunjungan III: 2 minggu setelah persalinan

Kunjungan ketiga atau 2 minggu setelah persalinan sama seperti

kunjungan II

4) Kunjungan IV: 6 minggu setelah persalinan

Kunjungan keempat atau 6 minggu setelah persalinan dilakukan

untuk menanyakan pada ibu tentang kesulitan-kesulitan yang ibu

atau bayi alami dan memberikan konseling KB secara dini.


1

e. Komplikasi Masa Nifas

Menurut Astutik (2014), komplikasi masa nifas terdiri dari:

1) Perdarahan Pervaginam

Perdarahan post partum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml

setelah kelahiran bayi.

2) Infeksi Masa Nifas

Infeksi nifas adalah infeksi melalui traktus genetalia setelah

persalinan. Kenaikan suhu tubuh yang terjadi dalam masa nifas

dianggap sebagai infeksi nifas jika tidak ditemukan sebab-sebab

ekstra genital.

3) Pre Eklamsia dan Eklamsia

Pre Eklamsia pada masa nifas biasanya merupakan akibat

timbulnya pre eklamsia pada saat hamil ataupun bersalin, sehingga

masa nifas memerlukan observasi yang ketat terhadap timbulnya

gejala ulangan pre eklamsia. Dikatakan eklamsia bila sudah terjadi

kejang.

4) Bendungan payudara

Bendungan payudara adalah peningkatan aliran vena dan

limfe pada payudara dalam rangka mempersiapkan diri untuk

laktasi. Hal ini bukan disebabkan over distensi dari saluran sistem

laktasi.

5) Mastitis

Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak


1

disertai infeksi.

6) Tromboflebitis

Tromboflebitis postpartum lebih umum terjadi pada wanita

penderita varikositis atau yang mungkin secara genetik yang

rentan terhadap relaksasi dinding vena dan statis vena.

7) Depresi Post Partum

Periode masa nifas merupakan waktu dimana ibu mengalami stres

setelah persalinan karena persalinan merupakan perjuangan hidup

seorang wanita terutama pada ibu primipara.

2. Air Susu Ibu (ASI)

a. Pengertian ASI

ASI merupakan adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktose, dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

kelenjar payudara ibu (Nugroho dkk, 2014). ASI eksklusif adalah

pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa apapun sejak dari lahir,

dengan kata lain pemberian susu formula, air matang, air gula, dan

madu untuk bayi baru lahir tidak diberikan (Saleha, 2009).

b. Manfaat ASI

Menurut Nugroho dkk (2014), manfaat pemberian ASI antara lain:

1) Manfaat bagi bayi

a) Nutrien (zat gizi) yang sesuai untuk bayi.

ASI mengandung lemak, karbohidrat, protein, garam, dan


1

mineral serta vitamin.

b) Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan.

Sewaktu menyusui kulit bayi akan menempel pada kulit

ibu, sehingga akan memberikan manfaat untuk tumbuh kembang

bayi kelak. Interkasi tersebut akan menimbulkan rasa aman dan

kasih sayang.

c) Menyebabkan pertumbuhan yang baik

Bayi yang mendapat ASI akan mengalami kenaikan berat badan

yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal

baik dan mengurangi obesitas.

d) Mengurangi kejadian karies dentis

Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula

lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena menyusui

dengan botol dan dot pada waktu tidur akan menyebabkan gigi

lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan menyebabkan

gigi menjadi asam sehingga merusak gigi.

e) Mengurangi kejadian maloklusi.

Penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang

mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot.

f) Mengandung zat protektif, terdapat protektif berupa laktobasilus

bifidus (penghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen),

laktoferin, lisozim, komplemen C3 dan C4 (faktor pertahanan),

antibodi, imunitas seluler, dan tidak menimbulkan alergi.


1

2) Manfaat bagi ibu

a) Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh

kelenjar hipofise. Oksitosin akan membantu involusi uterus dan

mencegah terjadinya perdarahan post partum. Penundaan haid

dan berkurangnya perdarahan postpartum mengurangi

prevalensi anemia zat besi. Selain itu mengurangi angka

karsinoma mammae.

b) Aspek keluarga berencana

Merupakan KB alami, sehingga dapat menjarangkan kehamilan.

c) Aspek psikologis

Ibu akan merasa bangga dan diperlukan oleh bayinya karena

dapat menyusui.

3) Manfaat bagi keluarga

a) Aspek ekonomi

ASI tidak perlu dibeli dan karena ASI bayi jarang sakit

sehingga dapat mengurangi biaya berobat.

b) Aspek psikologis

Kelahiran jarang sehingga kebahagiaan keluarga bertambah

dan mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.

c) Aspek kemudahan

Menyusui sangat praktis sehingga dapat diberikan dimana saja

dan kapan saja serta tidak merepotkan orang lain.


1

4) Manfaat bagi negara

a) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam

ASI menjamin status gizi bayi baik serta angka kesakitan dan

kematian menurun. Beberapa penelitian epidemiologis

menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak dari

penyakit infeksi, seperti diare, otitis media, dan infeksi saluran

pernapasan bagian bawah.

b) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

Adanya rawat gabung maka akan memperpendek lama rawat

inap ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan

infeksi nosokomial serta mengurangi biaya perawatan anak

sakit.

c) Mengurangi devisa untuk membeli susu formula

ASI dapat dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika

semua ibu menyusui, diperkirakan akan menghemat devisa

sebesar Rp 8,6 milyar untuk membeli susu formula.

d) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.

c. Tanda Bayi Cukup ASI

Menurut Saputra dan Lockhart (2014), bayi dinilai cukup

pemberian ASI bila tercapai keadaan bila bayi kencing setidaknya 6

kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda, bayi

menyusu lebih sering setiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari, bayi
2

tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar bangun dan tidur cukup,

bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, cukup aktif dan bayi

bertambah berat badannya rata-rata 500 gram per bulan.

d. Faktor- faktor yang mempengaruhi produksi ASI

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2009), faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi ASI yaitu:

1) Makanan

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan ibu,

apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi

yang diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena

kelenjar pembuat ASI tidak dapat bekerja sempurna tanpa

makanan yang cukup.

2) Ketenangan jiwa dan fikiran

Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu

yang selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri,

dan berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan

volume ASI bahkan tidak akan terjadi produksi ASI. Untuk

memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.

3) Penggunaan alat kontrasepsi

Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat kontrasepsi

hendaknya diperhartikan karena pemakaian kontrasepsi yang tidak

tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.


2

4) Perawatan payudara

Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hipofise untuk

mengeluarkan hormon progesteron dan estrogen lebih banyak lagi

dan hormon oksitosin.

5) Anatomis buah dada

Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobulus pun

berkurang. Dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena

sel-sel acini yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah

akan berkurang.

6) Fisiologi

Terbentuknya ASI dipengaruhi hormon terutama prolaktin ini

merupakan hormon laktogenik yang menentukan dalam hal

pengadaan dan mempertahankan sekresi air susu.

7) Faktor istirahat

Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam

menjalankan fungsinya dengan demikian pembentukan dan

pengeluaran ASI berkurang.

8) Faktor isapan anak

Bila ibu jarang menyusui anak dengan segera dan berlangsung

sebentar maka hisapan anak berkurang, dengan demikian

pengeluaran ASI berkurang.


2

9) Faktor obat-obatan

Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormon

mempengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin yang berfungsi

dalam pembentukan dan pengeluaran ASI. Apabila hormon-

hormon ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi

pembentukan dan pengeluaran ASI.

e. ASI tidak lancar

Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan

mengatur prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormon- hormon ini

sangat membantu untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan

penyediaan air susu selama menyusui.

Proses menyusui memerlukan pembuatan dan pengeluaran air

susu dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan akan

mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan

terlambatnya proses menyusui. Berkurangnya rangsangan menyusui

oleh bayi misalnya bila kekuatan isapan bayi yang kurang, frekuensi

isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini berarti

pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga pembuatan air

susu berkurang karena diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk

mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama

kelahiran (Nugroho dkk, 2014).


2

f. Penatalaksanaan ASI tidak lancar

Penatalaksanaan ASI tidak lancar meliputi:

1) Melakukan pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda

vital (tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan), payudara

(pembesaran, puting susu menonjol atau tidak, ASI/ kolostrum

sudah keluar, pembengkakan, radang, benjolan abnormal), dan

pengeluaran lochea (Saputra dan Lockhart, 2014).

2) Memberitahu ibu hasil pemeriksaan

Meliputi hasil pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, tanda-

tanda vital, pemeriksaan payudara, dan pengeluaran lochea.

3) Memberitahu ibu komplikasi masa nifas

Komplikasi masa nifas antara lain perdarahan pervaginam, infeksi

masa nifas, pre eklamsia dan eklamsia, bendungan payudara,

mastitis, tromboflebitis, dan depresi post partum.

4) Menganjurkan ibu untuk istirahat cukup

Untuk memulihkan kondisi kesehatan ibu sehingga ibu bisa

melakukan tugas barunya sebagai seorang ibu dan juga dapat

melancarkan produksi ASI dan mempercepat proses involusi

uterus serta mengurangi jumlah darah yang keluar.

5) Memberikan informasi pada ibu dan keluarga tentang ASI

eksklusif dan manfaatnya.

ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja, termasuk kolostrum

tanpa tambahan apapun sejak dari lahir, dengan kata lain


2

pemberian susu formula, air matang air gula, dan madu untuk bayi

baru lahir tidak diberikan. ASI eksklusif bermanfaat banyak bagi

bayi, ibu, keluarga, dan negara.

6) Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin,

tanpa dijadwal (Astutik, 2014).

7) Memberikan pijat oksitosin setiap 2-3 kali sehari

Pijat oksitosin akan memberikan rasa nyaman dan rileks pada

ibu setelah mengalami proses persalinan sehingga tidak

menghambat sekresi hormon prolaktin dan oksitosin. Pijat oksitosin

merupakan salah satu solusi untuk mengatasi ketidaklancaran

produksi ASI.

8) Mengobservasi tanda-tanda keberhasilan pijat oksitosin

Tanda-tanda keberhasilan pijat oksitosin antara lain ibu

merasa diperas tajam pada payudara saat sebelum meneteki bayi

atau selama meneteki bayi, ASI mengalir pada payudara bila ibu

memikirkan bayinya atau mendengar tangisnya, ASI menetes dari

payudara sebelah lain jika bayi meneteki pada payudara lain, nyeri

karena kontraksi rahim, kadang dengan aliran darah selama

meneteki dalam minggu pertama ibu melahirkan, serta isapan

pelan dan dalam dari bayi dan bayi terdengar menelan ASI.

9) Mengobservasi cara menyusui ibu dan mengajarkan cara menyusui

yang benar.

Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu, dagu bayi
2

menempel pada payudara, dagu bayi menempel pada dada ibu

yang berada di dasar payudara (bagian bawah), telinga bayi berada

dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi, mulut bayi terbuka

dengan bibir bawah terbuka, sebagian besar areola tidak tampak,

bayi menghisap dalam dan perlahan, bayi puas dan tenang pada

akhir menyusui, terkadang terdengar suara bayi menelan, putting

susu tidak terasa sakit atau lecet.

10) Melakukan kolaborasi dengan keluarga untuk memotivasi klien

dalam pemberian ASI pada bayi.

11) Memberitahu ibu untuk makan yang bergizi seperti lauk-pauk dan

sayur-sayuran agar produksi air susu tetap banyak (Marmi, 2014).

12) Melakukan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi

a. Amoxycillin 500 mg 3x1

b. Tablet Fe 60 mg 1x1

c. Vitamin A 200.000 IU 1x1

3. Pijat Okitosin

a. Pengertian

Menurut Biancuzzo (2003) dan Roesli (2008) dalam Ummah

(2014), Pijat oksitosin adalah pemijatan sepanjang tulang belakang

(vertebrae) sampai tulang costae kelima atau keenam akan

memberikan rasa nyaman dan rileks pada ibu setelah mengalami


2

proses persalinan sehingga sekresi hormon prolaktin dan oksitosin

tidak terhambat.

b. Manfaat

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang reflek oksitosin

atau reflek let down. Selain untuk merangsang reflek let down manfaat

pijat oksitosin adalah untuk memberikan kenyamanan pada ibu,

mengurangi bengkak (engorgement), mengurangi sumbatan ASI,

merangsang pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan produksi

ASI ketika ibu dan bayi sakit (Wulandari dkk, 2014).

c. Cara Kerja Pijat Oksitosin

Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang belakang,

neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata langsung

mengirim pesan ke hypothalamus di hypofise posterior untuk

mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan buah dada

mengeluarkan air susunya. Dengan pijatan di daerah tulang belakang

ini juga akan merileksasi ketegangan, menghilangkan stress dan

dengan begitu hormon oksitosin keluar dan akan membantu

pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan bayi pada puting susu

pada saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal

(Wulandari dkk, 2014).


2

d. Langkah-langkah Pijat Oksitosin

Menurut Marmi (2014), langkah-langkah pijat oksitosin yaitu:

1) Ibu duduk, bersandar ke depan, lipat lengan di atas meja di

depannya dan letakkan kepala di atas lengannya.

2) Payudara tergantung lepas, tanpa pakaian.

3) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan

menggunakan dua kepalan, dengan ibu jari menunjuk ke depan.

4) Menekan kuat-kuat kedua sisi tulang belakang membentuk

gerakan melingkar kecil-kecil dengan kedua ibu jarinya.

5) Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang

belakang, dari leher ke tulang belikat, selama dua atau tiga menit.

Gambar 1. Cara pijat oksitosin


2

e. Tanda-tanda refleks oksitosin aktif

Menurut Widuri (2013) dalam Handayani (2014), tanda-tanda refleks

oksitosin aktif yaitu:

1) Ibu akan merasa diperas atau tajam pada payudara saat sebelum

meneteki bayi atau selama meneteki.

2) ASI mengalir pada payudara bila ibu memikirkan bayinya atau

mendengar tangisnya.

3) ASI menetes dari payudara sebelah lain, jika bayi menetek pada

payudara lainnya.

4) Nyeri karena kontraksi rahim, kadang dengan aliran darah

selama menetek dalam minggu pertama ibu melahirkan.

5) Isapan pelan dan dalam dari bayi serta bayi melihat atau

terdengar menelan ASI merupakan tanda bahwa ASI mengalir ke

dalam mulut bayi.

B. Teori Manajemen Kebidanan

1. Pengertian

Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh

bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sitematis,

mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Manajemen kebidanan menurut Hellen Varney

terdiri dari 7 langkah yaitu pengkajian (pengumpulan data dasar),

interpretasi data, diagnosa potensial, antisipasi masalah, perencanaan,


2

pelaksanaan, dan evaluasi (Ambarwati dan Wulandari, 2009).

2. Proses Asuhan Manajemen Kebidanan

a. Langkah pertama : Pengkajian Data

Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah pengumpulan

semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan

pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua

informasi yang akurat dari semua yang berkaitan dengan kondisi pasien

(Ambarwati dan Wulandari, 2009).

1) Data subyektif

a) Biodata yang mencakup identitas pasien

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2009), biodata pasien

meliputi:

(1) Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama

panggilan sehari – hari agar tidak keliru

dalam memberikan penanganan.

(2) Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui

resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-

alat reproduksi belum matang, mental

psikisnya belum siap. Sedangkan umur

lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk

terjadi perdarahan dalam masa nifas.

(3) Suku bangsa : Berpengaruh pada adat – istiadat atau

kebiasaan sehari – hari.


3

(4) Agama : Untuk mengetahuai keyakinan pasien

tersebut untuk membimbing atau

mengarahkan pasien dalam berdoa.

(5) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan

dan untuk mengetahui sejauh mana

tingkat intelektualnya, sehingga bidan

dapat memberikan konseling sesuai

dengan pendidikan.

(6) Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat

sosial ekonominya, karena ini juga

mempengaruhi dalam gizi pasien

tersebut.

(7) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah

kunjungan rumah bila diperlukan.

b) Keluhan utama adalah untuk mengetahui masalah yang

dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas, misalnya pasien

merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada

perinium (Ambarwati dan Wulandari, 2009). Pada kasus ibu

nifas dengan ASI tidak lancar umumnya mengeluh payudara

keras, ASI belum keluar, bayinya tidak puas setelah menyusu,

bayi sering menangis atau rewel, tinja bayi keras

(Marmi, 2014).
3

c) Riwayat kesehatan

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2009), riwayat kesehatan

meliputi:

(1) Riwayat kesehatan sekarang

Data- data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada

hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.

(2) Riwayat kesehatan yang lalu

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung,

Diabetes Militus, hipertensi, asma yang dapat

mempengaruhi pada masa nifas.

(3) Riwayat kesehatan keluarga

Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan

adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan

kesehatan pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit

keluarga yang menyertainya.

(4) Riwayat Menstruasi

Yang perlu ditanyakan sehubungan dengan riwayat

menstruasi antara lain adalah menarche, siklus menstruasi,

lamanya menstruasi, banyaknya darah, keluhan yang

dirasakan saat haid, menstruasi terakhir.


3

d) Riwayat keluarga berencana (KB)

Kaji pengetahuan klien dan penanganan tentang

kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang pernah digunakan,

kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana

penambahan anggota keluarga dimasa mendatang (Nugroho,

2014). Pada kasus ASI tidak lancar, estrogen yang ada dalam

kontrasepsi oral yang dikonsumsi ibu memberikan efek yang

yang negatif terhadap produksi ASI, yaitu produksi ASI akan

menurun. Oleh sebab itu kontrasepsi yang mengandung estrogen

tidak dianjurkan bagi ibu yang menyusui (Ummah, 2014).

e) Riwayat perkawinan

Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah

syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas

akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan

mempengaruhi proses nifas (Ambarwati dan Wulandari, 2009).

f) Riwayat obstetrik

Menurut Ambarwati dan Wulandari (2009), riwayat obstetrik

yang perlu dikaji meliputi:

(1) Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu.

Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak,

cara persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan

nifas yang lalu.


3

(2) Riwayat persalinan sekarang

Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin

anak, keadaan bayi meliputi panjang badan, berat badan,

penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji apakah proses

persalinan mengalami kelainan atau tidak yang bisa

berpengaruh pada masa nifas ini.

g) Pola kebiasaan sehari-hari

Pola kebiasaan sehari-hari yang perlu dikaji meliputi:

(1) Pola nutrisi

Menggambarkan tentang pola makan dan minum,

frekuensi, banyaknya, jenis makanan, makanan pantangan.

Pada kasus ASI tidak lancar, apabila ibu tidak sehat, asupan

makanannya kurang atau kekurangan darah untuk membawa

nutrient yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara, hal ini

akan meyebabkan produksi ASI menurun (Ummah, 2014).

(2) Personal Hygiene

Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga

kebersihan tubuh terutama daerah getalia, karena pada

masa nifas masih mengeluarkan lochea. Pada kasus ASI

tidak lancar kebersihan dan perawatan payudara penting

karena memperlancar sirkulasi darah dan mencegah

tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar

pengeluaran ASI (Astutik, 2014).


3

(3) Eliminasi

Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang

air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi, dan

buang air kecil meliputi frekuensi, warna, jumlah.

(4) Istirahat/ tidur

Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien,

berapa jam pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur misalnya

mendengarkan musik, kebiasaan mengonsumsi obat tidur,

kebiasaan tidur siang, penggunaan waktu luang. Istirahat

sangat penting untuk ibu nifas karena dengan istirahat yang

cukup dapat mempercepat penyembuhan.

Pada kasus ASI tidak lancar bila kurang istirahat

akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya

dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI

berkurang (Ambarwati dan Wulandari, 2009).

(5) Pola seksual

Dikaji untuk mengetahui berapa kali ibu melakukan

hubungan dalam seminggu dan apakah pasien mengalami

gangguan ketika melakukan hubungan seksual

(Sulistyawati, 2009).

h) Psikososial Budaya

Psikososial budaya digunakan untuk mengetahui respon

ibu dan keluarga terhadap bayinya. Menjelaskan pengkajian


3

psikologis meliputi respon keluarga terhadap ibu dan bayinya,

respon ibu terhadap bayinya, dan respon ibu terhadap dirinya

(Ambarwati dan Wulandari, 2009).

Pada kasus ASI tidak lancar apabila kejiwaan ibu selalu

dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan

berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan

volume ASI (Ummah, 2014).

2) Data Obyektif

Data obyektif digunakan untuk melengkapi data dalam menegakkan

diagnosa, bidan harus melakukan pengkajian data obyektif melalui

pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi yang bidan

lakukan secara berurutan (Sulistyawati, 2009).

Adapun data obyektif meliputi:

a) Status Generalis

(1) Keadaan umum

Untuk mengetahui data ini, bidan perlu mengamati keadaan

pasien secara keseluruhan, hasil pengamatan akan

dilaporkan dengan kriteria baik dan lemah (Sulistyawati,

2009).

(2) Kesadaran

Untuk mendapatkan gambaran tentang kesadaran pasien, kita

dapat melakukan pengkajian tingkat kesadaran mulai dari


3

keadaan composmentis (kesadaran maksimal) sampai dengan

koma (tidak dalam keadaan sadar) (Sulistyawati, 2013).

(3) Tekadan darah

Tekanan darah diukur dengan menggunakan alat tensimeter

dan stetoskop. Tekanan darah normal, sistolik antara 110

sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90 mmHg

(Astuti, 2012).

(4) Suhu

Dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5o-

37,50C (Astuti, 2012). Pada ibu nifas dikatakan normal bila

kenaikannya tidak melebihi 0,50C dan di bawah 380C.

Biasanya sekitar hari ke-2 dan ke-3 pada saat terjadi

produksi ASI, suhu tubuh naik lagi (Astutik, 2014).

(5) Nadi

Nadi berkisar antara 60-80x/ menit. Denyut nadi di atas 100

x/ menit pada masa nifas adalah mengindikasikan adanya

suatu infeksi (Ambarwati dan Wulandari, 2009).

(6) Respirasi

Frekuensi pernapasan yang normal berada dalam

rentang 20-30 x/ menit (Handayani dan Wulandari, 2011).

Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita

selama jam pertama pasca partum (Nugroho dkk, 2014).


3

(7) Tinggi badan

Untuk mengetahui tinggi badan pasien kurang dari 145 cm

atau tidak, termasuk resti atau tidak (Winkjosastro, 2010).

(8) Berat badan

Penambahan berat badan rata-rata 2 kg tiap bulan sesudah

kehamilan 20 minggu dan adanya penurunan berat badan

dalam bulan terakhir dianggap sebagai suatu tanda yang baik

(Winkjosastro, 2010).

(9) Lingkar Lengan Atas (LILA)

Pengukuran LILA bertujuan untuk mendapatkan gambaran

status gizi klien (Astuti, 2012).

b) Pemeriksaan sistematis

Pemeriksaan sistematis adalah proses observasi yang dilaksanakan

secara sistematis dengan menggunakan indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, dan perabaan sebagai suatu alat

mengumpulkan data (Winkjosastro, 2010).

Meliputi:

(1) Kepala

Untuk mengetahui bagaimana keadaan kulit kepala pada

rambut untuk menilai warna, kelebatan, distribusi, dan

karakteristik lainnya (Winkjosastro, 2010).

(a) Rambut

Untuk mengetahui warna rambut, kotor atau tidak,


3

mudah rontok atau tidak (Winkjosastro, 2010).

(b) Muka

Keadaan muka pucat atau tidak, adakah kelainan,

adakah oedema (Winkjosastro, 2010).

(c) Mata

Meliputi pemeriksaan: conjungtiva, sklera, dan oedema

(Astuti, 2012).

(d) Hidung

Meliputi pemeriksaan secret dan polip (Astuti, 2012).

(e) Telinga

Meliputi pemeriksaan tanda infeksi, serumen, dan

kesimetrisan (Astuti, 2012).

(f) Mulut dan gigi

Meliputi pemeriksaan keadaan bibir, stomatitis, epulis,

karies, dan lidah (Astuti, 2012).

(2) Leher

Meliputi pemeriksaan pembesaran kelenjar limfe,

pembesaran kelenjar tiroid, dan bendungan vena jugularis

atau tumor (Astuti, 2012).

(3) Dada dan mamae

Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum

meliputi penampilan, pembesaran, simetris, pigmentasi,

warna kulit, keadaan areola, dan integritas puting, posisi


3

bayi pada payudara, pembengkakan, benjolan, nyeri, dan

adanya sumbatan duktus, kongesti, dan tanda-tanda mastitis

potensial (Nugroho, 2014).

Pada kasus ibu nifas dengn ASI tidak lancar biasanya

kesan umum tampak kencang dan teraba keras, puting susu

menonjol, aerola kehitaman, kolostrum dan ASI belum

keluar (Handayani, 2014).

(4) Ekstremitas

Pemeriksaan ekstremitas terhadap adanya oedema, nyeri

tekan atau panas pada betis, adanya tanda homan, refleks

(Nugroho, 2014).

c) Pemeriksaan khusus obstetri (lokalis)

(1) Abdomen dan uterus

Evaluasi abdomen terhadap involusi uterus, teraba lembut,

tekstur Doughy (kenyal), musculus rectus, abdominal utuh

(intact) atau terdapat diastasis recti dan kandung kemih,

distensi, striae. (Nugroho,2014).

(2) Genital

Pengkajian perinium terhadap memar, oedema,

hematoma, penyembuhan setiap jahitan, inflamasi.

Pemeriksaan tipe, kuantitas dan bau lokhea. Pemeriksaan

anus terhadap adanaya hemoroid (Nugroho, 2014).


4

b. Langkah kedua: Interpretasi Data

Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan

interpretasi yang benar-benar atas data-data yang telah dikumpulkan

(Sulistyawati, 2009).

1) Diagnosa Kebidanan

Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan para, abortus,

anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas

(Ambarwati dan Wulandari, 2009).

Diagnosa kebidanan : Ny. X P..A.. umur ..tahun nifas hari ke….

dengan pijat oksitosin atas indikasi ASI

tidak lancar.

Data Dasar :

a) Data subyektif

(1) Ibu mengatakan payudara keras, ASI belum keluar,

bayinya tidak puas setelah menyusu, bayi sering menangis

atau rewel, tinja bayi keras (Marmi, 2014).

(2) Ibu mengatakan asupan makanan dan minumannya kurang

(Ummah, 2014).

(3) Ibu mengatakan kebersihan dan perawatan payudara

kurang bersih (Astutik, 2014).

(4) Ibu mengatakan kurang istirahat dan tidur (Ambarwati dan

Wulandari, 2009).

(5) Ibu mengatakan tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan


4

ketegangan emosional.

(6) Ibu menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen

(Ummah, 2014).

b) Data obyektif

(1) Keadaan umum : Pada kasus ASI tidak lancar keadaan

umumnya baik (Sulistyawati, 2009).

(2) Kesadaran : Pada kasus ASI tidak lancar kesadaran

composmentis (kesadaran maksimal)

(Sulistyawati, 2013).

(3) Pemeriksaan Vital Sign

(a). Tekadan darah : Pada kasus ibu nifas dengan ASI tidak

lancar tekanan darah normal, sistolik antara 110

sampai 140 mmHg dan diastolik antara 70 sampai 90

mmHg (Astuti, 2012).

(b). Suhu : Pada kasus ibu nifas dengan ASI tidak lancar

dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5o-

37,50C (Astuti, 2012).

(c). Nadi: Pada kasus ibu nifas dengan ASI tidak lancar

nadi berkisar antara 60-80x/ menit (Ambarwati dan

Wulandari, 2009).

(d). Respirasi: Pada kasus ibu nifas dengan ASI tidak

lancar frekuensi pernapasan yang normal berkisar

antara 20- 30 x/ menit (Astutik, 2014).


4

(e). Dada dan Mamae : Pada kasus ibu nifas dengan ASI

tidak lancar biasanya kesan umum tampak kencang

dan teraba keras, puting susu menonjol, aerola

kehitaman, kolostrum dan ASI belum keluar

(Handayani, 2014).

2) Masalah

Masalah merupakan permasalahan yang muncul berdasarkan

pernyataan pasien (Ambarwati dan Wulandari,2009). Masalah pada

kasus ini ibu bingung/ cemas karena ASI-nya tidak keluar

(Sulistyawati, 2009).

3) Kebutuhan

Merupakan hal yang dibutuhkan klien dan belum

teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah (Sulistyawati, 2009).

Kebutuhan pada kasus ini adalah memberikan dukungan psikis

pada ibu agar ASI nya lancar (Sulistyawati, 2009).

c. Langkah ketiga: Diagnosa potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin

terjadi. Pada langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa potensial

berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan

antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan

bersiap-siap apabila hal tersebut benar- benar terjadi (Ambarwati dan


4

Wulandari, 2009). Diagnosa potensial pada ibu nifas dengan ASI tidak

lancar adalah bendungan ASI (Prawiroharjo, 2010).

4) Langkah keempat: Antisipasi tindakan segera

Langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen

kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh

bidan atau dokter dan tau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama

dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien

(Ambarwati dan Wulandari, 2009). Antisipasi tindakan segera pada ibu

nifas dengan ASI tidak lancar adalah segera menyusui bayinya sesering

mungkin (Marmi, 2014).

5) Langkah kelima: Perencanaan

Merupakan rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi

apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang

berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi

pada wanita yaitu apa yang akan terjadi berikutnya

(Ambarwati dan Wulandari, 2009). Penatalaksanaan ASI tidak lancar

meliputi:

a) Lakukan pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital

(tekanan darah, suhu, nadi, dan pernapasan), payudara

(pembesaran, puting susu menonjol atau tidak, ASI/ kolostrum

sudah keluar, pembengkakan, radang, benjolan abnormal), dan


4

pengeluaran lochea.

b) Beritahu ibu hasil pemeriksaan.

c) Beritahu ibu komplikasi masa nifas.

d) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup.

e) Berikan informasi pada ibu dan keluarga tentang ASI eksklusif dan

manfaatnya.

f) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, tanpa

dijadwal.

g) Berikan pijat oksitosin setiap 2-3 kali sehari.

h) Observasi tanda-tanda keberhasilan pijat oksitosin.

i) Observasi cara menyusui ibu dan mengajarkan cara menyusui yang

benar.

j) Lakukan kolaborasi dengan keluarga untuk memotivasi klien dalam

pemberian ASI pada bayi.

k) Beritahu konseling tentang gizi ibu nifas, yaitu makanan yang tinggi

protein, kalori, karbohidrat, dan mineral.

l) Beri terapi obat

a. Amoxycillin 500 mg 3x1

b. Tablet Fe 60 mg 1x1

c. Vitamin A 200.000 IU 1x1


4

6) Langkah keenam: Pelaksanaan rencana asuhan

Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan

pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana

asuhan secara efisien dan aman (Ambarwati dan Wulandari, 2009).

Pelaksanaan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar disesuaikan dengan

perencanaan yang telah dibuat (Prawirohardjo, 2010).

7) Langkah ketujuh: Evaluasi

Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa

yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang

diberikan, ulangi lembali proses manajemen dengan benar terhadap

setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau

merencanakan kembali yang belum terlaksana (Ambarwati dan

Wulandari, 2009). Evaluasi pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar

antara lain:

a. Ibu mengetahui pentingnya ASI bagi bayi dan bersedia menyusui

bayinya.

b. Keluarga melibatkan diri memberikan dukungan psikologis.

c. ASI keluar lancar dan bayi menyusu dengan kuat.

d. Hasil observasi tanda-tanda refleks oksitosin aktif.


4

3. Data Perkembangan

Menurut Surachmindari dan Yulifah (2014) berdasarkan evaluasi,

selanjutnya asuhan kebidanan dituliskan dalam catatan perkembangan

yang menggunakan SOAP meliputi:

S : (Subyektif)

Menggambarkan pendokumentaisan hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesis.

O : (Obyektif)

Menggambarkan pendokumentaisan hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium dan uji diagnosis lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan.

A : (Assesment)

Menggambarkan pendokumentaisan hasil analisis dan interpretasi

data subyektif dan obyektif dalam suatu identifikasi diagnosa/

masalah, antisipasi diagnosa/ masalah potensial, perlunya tindakan

segera oleh bidan atau dokter/ konsultasi/ kolaborasi dan atau

masalah rujukan.

P : (Planning)

Menggambarkan pendokumentaisan tindakan dan evaluasi

perencanaan berdasarkan assesment.


4

C. Landasan hukum

Menurut Permenkes Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin

penyelenggaraan praktek Bidan, dalam kasus ini bidan berwenang untuk :

1. Pasal 9, Bidan dalam menjalankan praktek, berwenang untuk

memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu,

pelayanan kesehatan anak, dan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana.

2. Pasal 10

a. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana maksud dalam pasal 9 huruf a

diberikan pada masa pra-hamil, kehamilan, masa persalinan, masa

nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.

b. Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksut pada ayat (1)

meliputi pelayanan konseling pada masa pra-hamil, pelayanan

antenatal pada kehamilan normal, pelayanan persalinan normal,

pelayanan ibu nifas normal, pelayanan ibu menyusui, dan pelayanan

konseling pada masa antara dua kehamilan.

c. Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana maksud pada ayat

(2) berwenang untuk episiotomi, penjahitan luka jalan lahir tingkat I

dan II, penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan,

pemberian tablet Fe pada ibu hamil, pemberian vitamin A dosis

tinggi pada ibu nifas, fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusu dini dan

promosi air susu ibu eksklusif, pemberian uterotonika pada

manajemen aktif kala tiga dan postpartum, penyuluhan dan


4

konseling, bimbingan pada kelompok ibu hamil, pemberian surat

keterangan kematian, dan pemberian surat keterangan cuti bersalin.


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Studi Kasus

Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode observasional deskriptif

dengan pendekatan studi kasus. Metode observasional adalah mengamati

timbul atau tidaknya suatu masalah kesehatan pada individu atau kelompok

menurut derajat pemaparannya terhadap faktor risiko yang diduga menjadi

penyebab (Notoatmodjo, 2010). Deskriptif yaitu suatu metode penelitian

yang bertujuan untuk menerangkan atau menggambarkan masalah penelitian

yang terjadi berdasarkan karakteristik tempat, waktu, umur, jenis kelamin,

sosial, ekonomi, pekerjaan, status perkawinan, cara hidup, dan lain-lain

(Hidayat, 2010). Studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan cara

meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit

tunggal, yaitu satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah

(Notoatmodjo, 2012).

Studi kasus yang dilakukan menggambarkan tentang Asuhan

Kebidanan pada Ibu Nifas pada Ny.T P 1A0 Umur 24 Tahun dengan Pijat

Oksitosin Atas Indikasi ASI Tidak Lancar dengan menggunakan asuhan

kebidanan menggunakan tujuh langkah Varney.

49
5

B. Lokasi Studi Kasus

Lokasi studi kasus adalah tempat yang akan dilakukan oleh peneliti

dalam melaksanakan kegiatan penelitiannya (Hidayat, 2010). Studi kasus ini

dilakukan di RSU Assalam Gemolong Sragen.

C. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti (Arikunto, 2013). Subyek yang digunakan pada studi kasus ini yaitu

ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan ASI tidak lancar.

D. Waktu Studi Kasus

Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk

mencari kasus (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilakukan pada bulan

Oktober 2015- Juni 2016.

E. Instrumen Studi Kasus

Instrumen stusi kasus adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data (Notoatmodjo, 2010). Dalam kasus ini instrumen yang

digunakan untuk mendapatkan data adalah format asuhan kebidanan ibu nifas

dan lembar observasi.


5

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penyusunan studi kasus ini digunakan berbagai data antara lain

data primer dan data sekunder.

1. Data primer

Data primer adalah daftar bacaan dari hasil penelitian atau studi pustaka

yang diperoleh dari jurnal penelitian/ jurnal ilmiah (Hidayat, 2010).

a. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dipergunakan untuk mengetahui keadaan fisik

pasien sistematis dengan cara:

1) Inspeksi

Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan

mata (Priharjo, 2006). Pada kasus ini dilakukan dengan indera

penglihatan yaitu dengan melihat payudara, pengeluaran ASI, dan

kepuasan bayi dalam menyusu (Marmi, 2014).

2) Palpasi

Palpasi dilakukan dengan menggunakan sentuhan atau rabaan

(Priharjo, 2006). Dalam hal kasus ASI tidak lancar palpasi

dilakukan untuk memeriksa payudara. Pada kasus ini payudara

teraba teraba keras (Handayani, 2014).

3) Perkusi

Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan jalan mengetuk.

Bertujuan untuk menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh

dengan merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan


5

yang diberikan ke bawah jaringan (Priharjo, 2006). Pada kasus ini

dilakukan untuk memeriksa reflek patella positif dan negatif.

4) Auskultasi

Auskultasi merupakan metode pengkajian yang

menggunakan stetoskop untuk memperjelas pendengaran (Priharjo,

2006). Pemeriksaan ini dilakukan untuk memeriksa tekanan darah

ibu normal atau tidak.

b. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan atau

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapat keterangan pendirian

secara lisan dari seorang peneliti (responden), dan bercakap-cakap

berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face)

(Notoatmodjo, 2010). Pada kasus ini dilakukan wawancara atau tanya

jawab pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar dengan pedoman format

asuhan kebidanan pada ibu nifas.

c. Observasi

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan

mengadakan pengamatan secara langsung kepada responden penelitian

untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat,

2010). Pada studi kasus ini dilakukan dengan observasi pengeluaran

ASI ibu, pola nutrisi, psikososial dan budaya, personal hygiene, pola

istirahat pada ibu, cara menyusui ibu, dan tanda bayi cukup ASI.
5

2. Data sekunder

Data sekunder adalah pustaka yang diperoleh dari berbagai sumber,

seperti buku teks, indeks, ensiklopedia, dan lain-lain (Hidayat, 2010). Data

sekunder diperoleh dengan cara:

a. Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan merupakan kegiatan penelitian yang

dilakukan pendidik dalam rangka mencari landasan teoretis dari

permasalahan penelitian (Hidayat, 2010). Pada studi kasus ini

kepustakaan diperoleh dari buku-buku referensi, artikel, karya ilmiah

terdahulu dan jurnal dari tahun 2006-2015.

b. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan suatu metode yang digunakan

untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkip, bukum surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat,

lengger, agenda, dan sebagainnya (Arikunto, 2013). Dalam studi

kasus ini, dokumentasi dilakukan dengan cara pengumpulan data

pada Ny.T P1A0 umur 24 tahun dengan ASI tidak lancar yang diambil

dari rekam medik RSU Assalam Gemolong Sragen.

G. Alat dan Bahan yang Dibutuhkan

Dalam melaksanakan studi kasus dengan judul asuhan kebidanan pada

ibu nifas dengan pijat oksitosin atas indikasi ASI tidak lancar, penulis

menggunakan alat-alat sebagai berikut :


5

1. Observasi

a. Lembar panduan observasi

b. Tensimeter dan stetoskop

c. Thermometer

d. Jam tangan dengan penunjuk detik

2. Pijat oksitosin

a. Kursi

b. Meja

c. Baby Oil

d. Handuk

3. Wawancara

Alat yang digunakan:

a. Format pengkajian nifas

b. Buku tulis

c. Bolpoin

4. Dokumentasi

a. Status catatan pada ibu nifas

b. Dokumentasi di rekam medik yang ada di RSU Assalam Gemolong

Sragen.

c. Alat tulis (buku dan bolpoin)


5

H. Jadwal Studi Kasus

Dalam bagian ini diuraikan langkah-langkah kegiatan dari mulai

menyusun karya tulis ilmiah sampai dengan penulisan karya tulis ilmiah,

beserta waktu berlangsungnya setiap kegiatan tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Jadwal penelitian terlampir.


BAB IV

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Tinjauan Kasus

1. Pengkajian

Ruang : Annisa 1

Tanggal : 17 Februari 2016

No. Reg : 06-51-86

Tanggal : 17 Februari 2016 Pukul : 14.30WIB

A. Identitas Pasien Identitas Suami


Nama : Ny.T Nama : Tn. A
Umur : 24 th Umur : 31 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku Bangsa : Jawa- Suku Bangsa : Jawa-Indonesia
Indonesia Pendidikan : Pendidikan : SMA
SMA Pekerjaan :Swasta
Pekerjaan : IRT

Alamat : Brumbung, 7/5, Karangasem, Tanon

B. Anamnesa ( Data Subyektif)

1. Keluhan utama

Ibu mengatakan telah melahirkan bayi pertamanya pada tanggal 16

Februari 2016 pukul 14.00 WIB. Ibu mengatakan cemas karena

56
5

payudaranya terasa penuh, ASI belum lancar dan bayinya tidak mau

menyusu dan rewel.

2. Riwayat Menstruasi

a. Menarche : Ibu mengatakan pertama menstruasi umur

13 tahun.

b. Siklus : Ibu mengatakan siklus menstruasinya

kurang lebih 28 hari.

c. Lama : Ibu mengatakan lama menstruasi 6-7 hari.

d. Banyaknya : Ibu mengatakan ganti pembalut 2-3 kali

sehari.

e. Teratur/ tidak teratur : Ibu mengatakan menstruasi teratur setiap

bulan.

f. Sifat darah : Ibu mengatakan darah yang keluar

berwarna merah, encer, dan tidak

menggumpal.

g. Dismenorhoe : Ibu mengatakan tidak pernah nyeri saat

menstruasi dan tidak mengganggu

aktivitas.

3. Riwayat Perkawinan

a. Status perkawinan : Ibu mengatakan kawin sah 1 kali.

b. Kawin : Ibu mengatakan kawin umur 23 tahun dan

suami umur 30 tahun lama perkawinan 1

tahun.
5

4. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

No. Tgl/tahun Tempat Umur Jenis penolong Anak Nifas Keadaan


partus partus hami; partus anak

sekarang

jenis BB PB Keadaan laktasi

1. -

5. Riwayat Kehamilan Sekarang

a. HPHT : Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir

tanggal 25 Mei 2015.

b. HPL : Ibu mengatakan hari perkiraan lahir tanggal

2 Maret 2016.

c. Riwayat ANC :

Trimester I : Ibu mengatakan 3x periksa di bidan pada

umur kehamilan 4 minggu, 8+2 minggu, 12

minggu dengan keluhan pusing, mual dan

mendapat terapi Asam Folat 500mg 1x1.

Trimester II : Ibu mengatakan 4x periksa pada umur

kehamilan 16 minggu, 20+1 minggu, 24+3

minggu dengan tidak ada keluhan.

Pada umur kehamilan 24+3 minggu hasil

pemeriksaan Hb 10 gr% dan mendapat


5

terapi Vit C 1x1, Sulfas Ferosis 200mg 1x1,

dan Asam Folat 500mg 1x1.

Trimester III : Ibu mengatakan 6x periksa pada umur

kehamilan 28 minggu, 30 minggu, 32

minggu, 34 minggu, 36 minggu, 38 minggu

dengan keluhan pegal di pinggang.

Pada umur kehamilan 28 minggu hasil

pemeriksaan Hb 11 gr% mendapat terapi

Vit C 1x1 dan Sulfas Ferosis 200mg 1x1,

dan Asam Folat 500mg 1x1.

d. Imunisasi TT

Ibu mengatakan mendapat imunisasi TT 2 kali :

TT I : Pada saat akan menikah.

TT II : Pada saat umur kehamilan 4 minggu.

TT III : Pada saat umur kehamilan 8+2 minggu di

bidan.

e. Penyuluhan yang pernah di dapat

Ibu mengatakan pernah mendapat peyuluhan tentang tablet tambah

darah pada saat umur kehamilan 16 minggu.

6. Riwayat Keluarga Berencana

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.

7. Riwayat persalinan ini

a. Tempat persalinan : RSU Assalam Gemolong


6

b. Tanggal/ jam : 16 Februari 2016/ 14.00 WIB

c. Jenis persalinan : Spontan

d. Penolong : Bidan

e. Tindakan lain : Tidak ada

f. Komplikasi/ kelainan : Tidak ada

g. Perinium

(1) Ruptur/ tidak : Laserasi derajat 1.

h. Perdarahan

(1) Kala I : 20 ml

(2) Kala II : 100 ml

(3) Kala III : 50 ml

(4) Kala IV : 70 ml

Total : 240 ml

i. Lamanya persalinan

(1) Kala I : 6 jam 10 menit

(2) Kala II : 10 menit

(3) Kala III : 10 menit

(4) Kala IV : 2 jam

Total : 8 jam 30 menit

j. Keadaan bayi

1) Jenis kelamin : Perempuan

2) BB/ PB : 2930 gram/ 48 cm

3) Cacat bawaan : Tidak ada


6

4) BAK/ BAB : sudah BAK (warna kuning jernih), belum

BAB.

8. Riwayat Penyakit

a. Riwayat penyakit sekarang

Ibu mengatakan tidak sedang menderita penyakit apapun seperti

batuk, flu dan demam.

b. Riwayat penyakit sistemik

1) Jantung : Ibu mengatakan tidak pernah merasa cepat

lelah saat beraktifitas ringan dan tidak

pernah merasa berdebar-debar pada dada

sebelah kiri.

2) Ginjal : Ibu mengatakan pada pinggang kanan dan

kiri tidak nyeri dan tidak sakit pada saat

BAK.

3) Asma : Ibu mengatakan tidak sesak napas.

4) TBC : Ibu mengatakan tidak batuk

berkepanjangan lebih dari 2 minggu.

5) Hepatitis : Ibu mengatakan kuku dan kulit tidak

berwarna kuning pada kulit, ujung kuku,

dan mata.

6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak sakit kepala yang

menetap dan tekanan darahnya tidak lebih

dari 140/90 mmHg.


6

7) DM : Ibu mengatakan tidak mudah lapar, tidak

mudah haus dan tidak sering BAK pada

malam hari.

8) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah kejang

disertai keluar busa dari mulutnya.

9) Lain-lain : Ibu mengatakan tidak menderita penyakit

apapun seperti HIV/ AIDS dan ISK.

c. Riwayat penyakit keluarga

Ibu mengatakan baik dari keluarga suami maupun dari keluarganya

tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti jantung,

hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg), Diabetes Melitus

(gula) dan penyakit menular seperti hepatitis (kuning), TBC, dan

epilepsi.

d. Riwayat keturunan kembar

Ibu mengatakan baik dari keluarganya maupun keluarga suaminya

tidak ada riwayat keturunan kembar.

e. Riwayat Operasi

Ibu mengatakan belum pernah operasi apapun.

9. Pola kebiasaan sehari-hari

a. Pola nutrisi

Selama hamil : Ibu mengatakan sehari makan 3 kali dengan

porsi sedang, nasi, lauk, sayur, air putih 6-7

gelas/ hari air putih.


6

Selama nifas : Ibu mengatakan sehari makan 2 kali dengan

porsi sedang, nasi, lauk, sayur, air putih 5

gelas/ hari air putih.

b. Pola eliminasi

Selama hamil : Ibu mengatakan BAK 4-6 kali/ hari jernih,

warna kekuningan dan BAB 1 kali/ hari

warna kecoklatan, konsistensi lunak.

Selama nifas : Ibu mengatakan BAK 3 kali/ hari jernih,

warna kekuningan dan BAB 1 kali/ hari

warna kecoklatan, konsistensi lunak.

c. Istirahat/ tidur

Selama hamil : Ibu mengatakan tidur siang 1-2 jam dan

tidur malam 7 jam/ hari

Selama nifas : Ibu mengatakan tidur siang 1jam dan tidur

malam 4 jam/ hari dan mengikuti pola tidur

bayinya. Ibu mengatakan kurang istirahat.

d. Personal Hygiene

Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok

gigi 2 kali sehari, keramas 3 kali seminggu,

ganti pakaian 2 kali sehari.

Selama nifas : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok

gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu,


6

ganti pakaian 2 kali sehari, ganti pembalut

2 kali sehari.

e. Pola Seksual

Selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil jarang

melakukan hubungan suami istri.

Selama nifas : Ibu mengatakan belum melakukan

hubungan suami istri.

f. Psikososial budaya

(1) Perasaan ibu

Ibu mengatakan merasa senang karena persalinannya lancar

dan bayinya sehat.

(2) Dukungan keluarga

Ibu mengatakan seluruh keluarga mendukung dan senang atas

kelahiran bayinya.

(3) Keluarga lain yang tinggal serumah

Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suaminya.

(4) Pantangan makanan

Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan selama nifas

dan menyusui.

(5) Kebiasaan adat istiadat

Ibu mengatakan ada acara sepasaran atau usia bayi menginjak

5 hari.
6

g. Penggunaan Obat-obatan / rokok

Ibu mengatakan tidak minum obat-obatan selain yang diberikan

oleh bidan dan tidak merokok.

C. Pemeriksaan Fisik

1. Status Generalis

a. Keadaan umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Vital sign

(1) Tekanan darah : 110/ 70 mmHg

(2) Nadi : 80 x/ menit

(3) Respirasi : 20 x/ menit

(4) Suhu : 37,5oC

d. BB sebelum hamil : 61 kg

e. BB sekarang : 70 kg

f. TB : 159 cm

g. LILA : 29 cm

2. Pemeriksaan Sistematis

a. Kepala

1) Rambut : Bersih, warna hitam, rambut bersih, tidak

ada ketombe, tidak rontok.

2) Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema, tidak ada

cloasma.
6

3) Mata

a) Oedema : Tidak ada oedema.

b) Conjungtiva : Merah muda.

c) Sklera : Putih.

4) Hidung : Bersih, tidak ada benjolan.

5) Telinga : Bersih, simetris, tidak ada serumen.

6) Mulut / gigi/ gusi : Bersih, tidak berbau, tidak ada stomatitis,

tidak ada caries gigi.

b. Leher

1) Kelenjar Gondok : Tidak ada pembesaran

2) Tumor : Tidak ada benjolan

3) Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran

4) Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran

c. Dada dan Axilla

1) Dada : Normal, simetris kanan dan kiri

2) Mammae

a) Pembengkakan : Payudara teraba keras dan penuh

b) Tumor : Tidak ada tumor

c) Simetris : Simetris

d) Areola : Hiperpigmentasi

e) Putting susu : Menonjol

f) Kolostrum : Belum keluar


6

3) Axilla

b) Benjolan : Tidak ada benjolan

c) Nyeri : Tidak nyeri tekan

d. Abdomen

1) Pembesaran perut : Normal

2) Linea : Linea nigra

3) Strie : Strie livide

4) Luka bekas operasi : Tidak ada luka bekas operasi

5) Palpasi

a). Kontraksi : Keras

b). TFU : 1 jari di bawah pusat

c). Kandung kemih : Kosong

e. Anogenital

1) Vulva Vagina

a) Varices : Tidak ada varices

b) Luka : Tidak ada luka

c) Kemerahan : Tidak kemerahan

d) Nyeri : Tidak nyeri

e) Lochea : Lochea rubra

2) Perinium

a) Keadaan luka : Tidak ada luka bekas jahitan,

laserasi perineum derajat 1

b) Bengkak/ kemerahan : Tidak bengkak, tidak kemerahan


6

3) Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan

4) Anus

a) Haemorhoid : Tidak ada

b) Lain-lain : Tidak ada

f. Ekstermitas

1) Varices : Tidak ada varices

2) Oedema : Tidak oedema

3) Reflek patella : Positif kanan dan kiri

4) Betis merah/ lembek/ keras : Tidak merah, tidak lembek, tidak

keras.

10. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan

b. Pemeriksaan Penunjang lain : Tidak dilakukan

2. Interpretasi Data

Tanggal : 17 Februari 2016 Pukul : 15.00 WIB

a. Diagnosa Kebidanan

Ny. T P1A0 umur 24 tahun nifas hari pertama dengan ASI tidak lancar

Data Dasar :

1. Data Subyektif :

a) Ibu mengatakaan melahirkan anak pertama pada 16 Februari

2016 pukul 14.00 WIB


6

b) Ibu mengatakan melahirkan anak pertamanya dan belum

pernah keguguran.

c) Ibu mengatakan bernama Ny. T dan berumur 24 tahun.

d) Ibu mengatakan payudaranya terasa penuh, tetapi ASI nya

belum lancar.

e) Ibu mengatakan kurang istirahat.

f) Ibu mengatakan bayinya tidak mau menyusu.

g) Ibu mengatakan bayinya belum BAB.

h) Ibu mengatakan cemas dengan keadaannya karena ASI nya

tidak lancar.

2. Data Obyektif :

Status Generalis

a) Keadaan umum : baik

b) Kesadaran : composmentis

c) Vital sign

(1) Tekanan darah : 110/ 70 mmHg

(2) Nadi : 80 x/ menit

(3) Respirasi : 20 x/ menit

(4) Suhu : 37,5oC

d) Mamae

(1) Pembengkakan : Payudara teraba keras dan penuh

(2) Tumor : Tidak ada tumor

(3) Simetris : Simetris


7

(4) Areola : Hiperpigmentasi

(5) Puting susu : Menonjol

(6) Kolostrum : Belum keluar

e) TFU : 1 jari dibawah pusat

f) Kontraksi : Keras

g) Pengeluaran pervaginam : Lokhea rubra

h) Perinium : Tidak bengkak, tidak kemerahan,

laserasi derajat 1, tidak dijahit.

i) Bayi minum susu formula ± 30 cc ( pukul 14.40 WIB) (lembar

observasi terlampir).

b. Masalah

Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaannya karena ASI nya

tidak lancar.

c. Kebutuhan

Informasi tentang keadaan ibu dan memberi support mental.

3. Diagnosa Potensial

Bendungan ASI

4. Intervensi / Tindakan Segera

Menyusui bayi sesering mungkin


7

5. Perencanaan/ Rencana Tindakan

Tanggal : 17 Februari 2016 Pukul : 15.15 WIB

1. Lakukan pemeriksaan keadaan umum, kekesadaran, tanda-tanda

vital, payudara, dan pengeluaran lochea.

2. Beritahu hasil pemeriksaan,

3. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup.

4. Beri informasi pada ibu dan keluarga tentang ASI eksklusif dan

manfaatnya.

5. Beri konseling tentang pijat oksitosin kepada ibu dan keluarga.

6. Lakukan pijat oksitosin 2-3 kali sehari kepada ibu.

7. Periksa tanda-tanda keberhasilan pijat oksitosin.

8. Anjurkan ibu menyusui bayinya sesering mungkin dan mengajarkan

cara menyusui yang benar.

9. Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat.

6. Pelaksanaan

Tanggal : 17 Februari 2016

1. Pukul 15.20 WIB melakukan pemeriksaan keadaan umum,

kesadaran, tanda-tanda vital, payudara (pembesaran, puting susu

menonjol atau tidak, ASI/ kolostrum sudah keluar, pembengkakan,

radang, benjolan abnormal), dan pengeluaran lochea.

2. Pukul 15.30 WIB memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu bahwa

ASI ibu tidak lancar dan memberi dukungan moril. ASI tidak lancar
7

dapat dikarenakan produksi makanan kurang, kebersihan payudara,

kurangnya istirahat, psikis/ kejiwaan dalam keadaan tertekan, dan

penggunaan kontrasepsi yang mengandung estrogen.

3. Pukul 15.40 WIB menganjurkan ibu untuk istirahat cukup

4. Pukul 15.43 WIB memberi informasi pada ibu dan keluarga tentang

ASI eksklusif dan manfaatnya (SAP terlampir).

5. Pukul 15.50 WIB memberi konseling pijat oksitosin kepada ibu dan

keluarga (SAP terlampir).

6. Pukul 15.55 WIB memberikan pijat oksitosin 2-3 kali sehari kepada

ibu.

7. Pukul 16.05 WIB memeriksa tanda-tanda keberhasilan pijat

oksitosin.

8. Pukul 16.07 WIB menganjurkan ibu menyusui bayinya sesering

mungkin dan mengajarkan cara menyusui yang benar

(SAP terlampir).

9. Pukul 16.13 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian terapi obat oral.

a. Amoxycillin 500 mg 3x1 10 tablet setelah makan

b. Tablet Fe 60 mg 1x1 10 tablet malam hari

c. Vitamin A 200.000 IU 1x1 2 kapsul setelah melahirkan


7

7. Evaluasi

Tanggal : 17 Januari 2016

1. Pukul 15.29 WIB telah dilakukan pemeriksaan pada ibu.

a. Keadaan umum : baik

b. Kesadaran : composmentis

c. Vital sign

Tekanan darah : 110/ 70 mmHg

Nadi : 80 x/ menit

Respirasi : 20 x/ menit

Suhu : 37,5oC

d. Mammae

Pembengkakan : Payudara teraba keras dan penuh

Tumor : Tidak ada tumor

Simetris : Simetris

Areola : Hiperpigmentasi

Putting susu : Menonjol

e. Kolostrum : Belum keluar

f. TFU : 1 jari dibawah pusat

g. Kontraksi : Keras

h. Pengeluaran pervaginam : Lokhea rubra

i. Perinium : Tidak bengkak, tidak kemerahan,

laserasi derajat 1, tidak dijahit.


7

2. Pukul 15.39 WIB Ibu sudah mengetahui dan mengerti tentang hasil

pemeriksaan dan kecemasan ibu berkurang.

3. Pukul 15.42 WIB Ibu bersedia istirahat cukup.

4. Pukul 15.46 WIB Ibu dan keluarga paham tentang ASI eksklusif dan

manfaatnya dan bersedia memberikan ASI secara eksklusif.

5. Pukul 15.51 WIB Ibu dan keluarga sudah paham tentang pijat

oksitosin.

6. Pukul 15.56 WIB Ibu telah diberikan pijat oksitosin.

7. Pukul 16.06 WIB telah diperiksa tanda-tanda keberhasilan pijat

oksitosin.

Ibu akan merasa diperas atau tajam pada payudara saat sebelum

meneteki bayi atau selama meneteki, ASI menetes dari payudara

sebelah lain saat menyusui.

8. Pukul 16.08 WIB Ibu bersedia menyusui bayinya sesering mungkin

dan dapat melakukan cara menyusui dengan benar.

9. Pukul 16.14 WIB Pukul 16.06 WIB Ibu bersedia minum terapi obat

sesuai anjuran.
7

DATA PERKEMBANGAN I

Tanggal : 18 Februari 2016

Pukul : 09.10 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan bayinya sudah menyusu pukul 05.00- 05.12 WIB

2. Ibu mengatakan bayinya sudah BAB konsistensi lembek dan berwarna hijau

kehitaman.

3. Ibu mengatakan senang atas kelahiran bayinya.

4. Ibu mengatakan ASI sudah keluar tetapi sedikit.

5. Ibu mengatakan payudaranya tidak penuh.

6. Ibu mengatakan dapat istirahat.

7. Ibu mengatakan minum 6-7 gelas sehari air putih dan makan 3 kali sehari

nasi, sayur dan lauk.

8. Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2

kali sehari, dan ganti pembalut 3 kali sehari.

9. Ibu mengatakan sudah minum terapi obat.

O : Obyektif

1. Keadaan umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. TTV : TD : 110/ 80 mmHg N : 82 x/ menit

S : 37oC R : 20 x/ menit
7

4. Mammae

a) Pembengkakan : payudara lunak

b) Tumor : tidak ada tumor

c) Simetris : simetris

d) Areola : hiperpigmentasi

e) Putting susu : menonjol

f) Kolostrum : keluar

5. TFU : 2 jari dibawah pusat

6. Kontraksi : keras

7. Pengeluaran pervaginam : lokhea rubra berwarna merah berupa darah dan

lendir.

8. Perinium : tidak bengkak, tidak kemerahan, laserasi derajat

1, masih basah, tidak ada tanda-tanda infeksi.’

9. Bayi minum susu formula ± 20 cc ( pukul 08.15 WIB) (lembar observasi

terlampir).

A : Assesment

Ny. T P1A0 umur 24 tahun nifas hari kedua dengan ASI tidak lancar.

P : Planning

Tanggal : 18 Februari 2016

1. Pukul 09.20 WIB memberitahu ibu hasil pemeriksaan.


7

2. Pukul 09.25WIB menganjurkan ibu tetap menyusui bayinya sesering

mungkin dengan kedua payudara secara bergantian.

3. Pukul 09.30 WIB memberikan pijat oksitosin pada ibu sekaligus mengajarkan

pada keluarga cara melakukan pijat oksitosin.

4. Pukul 09.38 WIB memantau teknik menyusui ibu.

5. Pukul 09.45 WIB memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas

6. Pukul 09.50 WIB memberikan konseling tentang gizi pada ibu nifas.

7. Pukul 09.52 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

terapi obat oral.

a. Amoxycillin 500 mg 3x1 10 tablet setelah makan

b. Tablet Fe 60 mg 1x1 10 tablet malam hari

Evaluasi

Tanggal : 18 Februari 2016

1. Pukul 09.24 WIB ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan.

2. Pukul 09.29 WIB ibu sudah mulai menyusui bayinya dengan kedua payudara

secara bergantian.

3. Pukul 09.37 WIB ibu telah diberikan pijat oksitosin dan keluarga telah dapat

melakukan pijat tersebut.

4. Pukul 09.44 WIB ibu dapat menyusui dengan teknik yang benar, bayi tidak

rewel dan menyusu dengan kuat.

5. Pukul 09.46 WIB ibu mengetahui dan paham tentang tanda bahaya masa nifas

6. Pukul 09.51 WIB ibu bersedia makan-makanan yang bergizi seimbang.

7. Pukul 09.53 WIB ibu sudah minum terapi obat.


7

DATA PERKEMBANGAN II

Tanggal : 19 Februari 2016

Pukul : 11.10 WIB

S : Subyektif

1. Ibu mengatakan senang karena bayinya mau menyusu

2. Ibu mengatakan ASI sudah keluar lebih lancar

3. Ibu mengatakan payudaranya tidak penuh

4. Ibu mengatakan dapat istirahat

5. Ibu mengatakan minum 7 gelas sehari air putih dan makan 3 kali sehari

nasi, sayur dan lauk.

6. Ibu mengatakan bayinya tidak rewel

7. Ibu mengatakan sudah minum terapi obat.

O : Obyektif

1. Keadaan umum : baik

2. Kesadaran : composmentis

3. TTV : TD : 110/ 80 mmHg N : 84 x/ menit

S : 37oC R : 22 x/ menit

4. Mammae

a) Pembengkakan : Payudara lunak

b) Tumor : Tidak ada tumor

c) Simetris : Simetris
7

d) Areola : Hiperpigmentasi

e) Putting susu : Menonjol

5. Kolostrum : Keluar, 1 gelas (±200 cc)

6. TFU : 2 jari di bawah pusat

7. Kontraksi : Keras

8. Pengeluaran pervaginam : Lokhea rubra berwarna merah berisi darah dan

lendir

9. Perinium : Tidak bengkak, tidak kemerahan

10. Bayi minum susu formula ± 30 cc ( pukul 11.15 WIB) (lembar observasi

terlampir).

A : Assesment

Ny. T P1A0 umur 24 tahun nifas hari ketiga dengan ASI lancar.

P : Planning

Tanggal : 19 Februari 2016

1. Pukul 11.20 WIB memberitahu ibu hasil pemeriksaan

2. Pukul 11.25WIB menganjurkan ibu tetap menyusui bayinya sesering

mungkin dengan kedua payudara secara bergantian

3. Pukul 11.30 WIB memberikan pijat oksitosin pada ibu.

4. Pukul 11.38 WIB memberikan breastcare atau perawatan payudara pada

ibu

5. Pukul 11.49 WIB memberikan KIE tanda bahaya bayi baru lahir
8

6. Pukul 11.55 WIB menganjurkan ibu istirahat yang cukup

7. Pukul 11.57 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian

terapi obat oral.

a. Amoxycillin 500 mg 3x1

b. Tablet Fe 60 mg 1x1

Evaluasi

Tanggal : 19 Februari 2016

1. Pukul 11.24 WIB ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan

2. Pukul 11.29 WIB ibu sudah mulai menyusui bayinya dengan kedua

payudara secara bergantian.

3. Pukul 11.37 WIB ibu telah diberikan pijat oksitosin.

4. Pukul 11.48 WIB ibu telah diberikan breastcare atau perawatan

payudara.

5. Pukul 11.54 WIB ibu sudah mengetahui tanda bahaya tanda bahaya bayi

baru lahir.

6. Pukul 11.56 WIB ibu bersedia istirahat cukup.

7. Pukul 11.58 WIB ibu bersedia minum terapi obat sesuai anjuran.
8

B. Pembahasan

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan

yang terjadi antara praktek dan teori yang dilakukan di RSU Assalam

Gemolong Sragen dengan teori yang ada. Disini penulis akan menjelaskan

kesenjangan tersebut menurut langkah-langkah dalam manajemen kebidanan

menurut Varney yang meliputi tujuh langkah. Pembahasan ini dimaksudkan

agar dapat diambil suatu kesempatan dan pemecahan masalah dari

kesenjangan-kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai

tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang meliputi :

1. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun

dengan ASI tidak lancar yang dilakukan dengan pengumpulan data

subyektif dan data obyektif. Keluhan utama pada kasus ibu nifas dengan

ASI tidak lancar umumnya mengeluh payudara keras, ASI belum

keluar, bayinya tidak puas setelah menyusu, bayi sering menangis atau

rewel, tinja bayi keras (Marmi, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny. T P 1A0

umur 24 tahun keluhan yang didapat ibu mengatakan cemas karena

payudaranya terasa penuh, ASI belum lancar, bayinya tidak mau

menyusu, dan bayinya belum BAB. Pada kasus ini didapatkan

kesenjangan yaitu bayi belum BAB, tetapi kesenjangan tersebut tidak

mempengaruhi penatalaksanaan kasus selanjutnya.

Penggunaan alat kontrasepsi pada kasus ASI tidak lancar, estrogen

yang ada dalam kontrasepsi oral yang dikonsumsi ibu memberikan efek
8

yang yang negatif terhadap produksi ASI, yaitu produksi ASI akan

menurun (Ummah, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny. T P 1A0 umur 24

tahun, ibu belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak semua ibu nifas dengan ASI tidak lancar

menggunakan kontrasepsi estrogen.

Riwayat perkawinan pada kasus ASI tidak lancar yang perlu dikaji

adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila

melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan psikologisnya

sehingga akan mempengaruhi proses nifas (Ambarwati dan Wulandari,

2009). Pada kasus ibu nifas Ny. T P 1A0 umur 24 tahun, ibu mengatakan

kawin sah 1 kali. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak semua

ibu nifas dengan ASI tidak lancar berasal dari perkawinan tanpa status

yang jelas.

Pola Nutrisi pada kasus ASI tidak lancar, apabila ibu tidak sehat,

asupan makanannya kurang atau kekurangan darah untuk membawa

nutrient yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara, hal ini akan

meyebabkan produksi ASI menurun (Ummah, 2014). Pada kasus ibu

nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun, ibu mengatakan sehari makan 2 kali

dengan porsi sedang, nasi, lauk, sayur, air putih 5 gelas/ hari air putih.

Jadi dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

Personal Hygiene pada kasus ASI tidak lancar kebersihan dan

perawatan payudara penting karena memperlancar sirkulasi darah dan

mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar


8

pengeluaran ASI (Astutik, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur

24 tahun ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari,

keramas 2 kali seminggu, ganti pakaian 2 kali sehari, ganti pembalut 2

kali sehari. Jadi dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik.

Pola istirahat pada kasus ASI tidak lancar bila kurang istirahat

akan mengalami kelemahan dalam menjalankan fungsinya dengan

demikian pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang (Ambarwati

dan Wulandari, 2009). Pada kasus ibu nifas Ny. T P 1A0 umur 24 tahun,

ibu mengatakan tidur siang 1jam dan tidur malam 4 jam/ hari dan

mengikuti pola tidur bayinya. Ibu mengatakan kurang istirahat. Jadi

dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

Psikososial budaya pada kasus ASI tidak lancar apabila kejiwaan

ibu selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan

berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI

(Ummah, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny. T P 1A0 umur 24 tahun, ibu

mengatakan merasa senang karena persalinannya lancar dan bayinya

sehat dan ibu mengatakan seluruh keluarga mendukung dan senang atas

kelahiran bayinya, ibu mengatakan tinggal serumah dengan suaminya,

ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan selama nifas dan

menyusui, ibu mengatakan ada acara sepasaran atau usia bayi menginjak

5 hari. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak semua ibu nifas

dengan ASI tidak lancar selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang
8

percaya diri, dan berbagai bentuk ketegangan emosional.

Suhu dalam keadaan normal suhu badan berkisar 36,5o-37,50C

(Astuti, 2012). Pada ibu nifas dikatakan normal bila kenaikannya tidak

melebihi 0,50C dan di bawah 380C. Biasanya sekitar hari ke-2 dan ke-3

pada saat terjadi produksi ASI, suhu tubuh naik lagi (Astutik, 2014).

Pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun suhunya 37,50C. Jadi

dalam pengkajian ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan

praktik.

Pemeriksaan payudara pada kasus ibu nifas dengn ASI tidak

lancar biasanya kesan umum tampak kencang dan teraba keras, puting

susu menonjol, areola kehitaman, kolostrum dan ASI belum keluar

(Handayani, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun

payudara teraba keras dan penuh, tidak ada tumor, simetris, areola

hiperpigmentasi, puting susu menonjol, kolostrum belum keluar. Dalam

pengkajian ini tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan praktik.

2. Interpretasi Data

Menurut Sulistyawati (2009), masalah pada kasus ibu nifas dengan

ASI tidak lancar adalah ibu merasa bingung/ cemas, sedangkan

kebutuhannya adalah dukungan psikis. Pada kasus Ny.T didapatkan

diagnosa kebidanan yaitu Ny. T P1A0 umur 24 tahun nifas hari pertama

dengan ASI tidak lancar. Masalah yang muncul pada Ny. T Ibu

mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Kebutuhan pada Ny. T

adalah informasi tentang keadaan ibu dan memberi support mental. Jadi
8

dalam langkah interpretasi data tidak ditemukan kesenjangan antara teori

dan praktik.

3. Diagnosa Potensial

Menurut Prawiroharjo (2010), diagnosa potensial pada ibu nifas

dengan ASI tidak lancar adalah bendungan ASI. Pada kasus ibu nifas Ny.

T P1A0 umur 24 tahun dengan ASI tidak lancar diagnosa potensialnya

adalah bendungan ASI. Pada kasus ini dapat disimpulkan antara teori dan

kasus tidak ada kesenjangan.

4. Antisipasi

Dalam langkah ini antisipasi yang dilakukan pada ibu nifas dengan

ASI tidak lancar menurut Marmi (2014) adalah segera menyusui bayinya

sesering mungkin. Antisipasi pada kasus ibu nifas Ny. T P 1A0 umur 24

tahun dengan ASI tidak lancar adalah menyusui bayinya sesering

mungkin. Jadi dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan antara

teori dan praktik.

5. Perencanaan

Asuhan kebidanan yang direncanakan pada pasien menurut

Marmi (2014). Perencanaan asuhan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar

adalah

m) Lakukan pemeriksaan keadaan umum, kesadaran, tanda-tanda vital,

payudara, dan pengeluaran lochea.

n) Beritahu ibu hasil pemeriksaan

o) Beritahu ibu komplikasi masa nifas


8

p) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup

q) Berikan informasi pada ibu dan keluarga tentang ASI eksklusif dan

manfaatnya

r) Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin, tanpa

dijadwal.

s) Berikan pijat oksitosin setiap 2-3 kali sehari

t) Observasi tanda-tanda keberhasilan pijat oksitosin

u) Observasi cara menyusui ibu dan mengajarkan cara menyusui yang

benar.

v) Lakukan kolaborasi dengan keluarga untuk memotivasi klien dalam

pemberian pijat oksitosin pada ibu dan ASI pada bayi

w) Beri konseling gizi ibu nifas.

x) Lakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat

Amoxycillin 500 mg 3x1, tablet Fe 60 mg 1x1, vitamin A 200.000

IU 1x1.

Pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan ASI tidak

lancar perencanaan tindakan yang dilakukan sama dengan perencanaan

dalam teori. Jadi dalam tahap ini tidak ada kesenjangan antara teori dan

praktik.

6. Pelaksanaan

Pada langkah ini pelaksanaan dilakukan sesuai dengan perencanaan

yang telah dibuat. Pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan
8

ASI tidak lancar pelaksanaan dilakukan sesuai perencanaan. Jadi dalam

tahap ini tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

7. Evaluasi

Merupakan tahap akhir dari proses asuhan kebidanan pada Ny T

P1A0 umur 24 tahun dengan ASI tidak lancar dari pengkajian sampai

implementasi data, setelah dilakukan perawatan 3 hari hasil akhir yang

didapatkan keadaan umum: baik, tekanan darah : 110/ 80 mmHg,

nadi: 84 x/ menit, suhu : 37oC, respirasi: 22 x/ menit, ASI keluar lancar,

ibu menyusui bayinya dengan benar, bayi tidak rewel, keluarga dapat

melakukan pijat oksitosin pada ibu dan mendukung ibu memberikan ASI

eksklusif, sehingga dalam langkah ini tidak ditemukan kesenjangan pada

teori dan praktik.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. T P 1A0

umur 24 tahun dengan ASI tidak lancar menerapkan asuhan kebidanan

menurut 7 langkah Varney, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pengkajian pada Ny.T P1A0 umur 24 tahun dengan ASI tidak lancar yang

dilakukan dengan pengumpulan data subyektif yang diperoleh dari hasil

wawancara sebagai berikut:

a. Keluhan utama ibu mengatakan cemas karena payudaranya terasa

penuh, ASI belum lancar, bayinya tidak mau menyusu, dan bayinya

belum BAB.

b. Pada penggunaan alat kontrasepsi ibu mengatakan belum pernah

menggunakan alat kontrasepsi apapun, ibu belum pernah

menggunakan alat kontrasepsi apapun.

c. Pada riwayat perkawinan ibu mengatakan kawin sah 1 kali.

d. Pada pola nutrisi ibu mengatakan sehari makan 2 kali dengan porsi

sedang, nasi, lauk, sayur, air putih 5 gelas/ hari air putih.

e. Pada personal Hygiene ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok

gigi 2 kali sehari, keramas 2 kali seminggu, ganti pakaian 2 kali

sehari, ganti pembalut 2 kali sehari.

88
8

f. Pada pola istirahat ibu mengatakan tidur siang 1jam dan tidur malam

4 jam/ hari dan mengikuti pola tidur bayinya. Ibu mengatakan kurang

istirahat.

g. Pada psikososial budaya ibu mengatakan merasa senang karena

persalinannya lancar dan bayinya sehat dan ibu mengatakan seluruh

keluarga mendukung dan senang atas kelahiran bayinya, ibu

mengatakan tinggal serumah dengan suaminya, ibu mengatakan

tidak ada pantangan makanan selama nifas dan menyusui, ibu

mengatakan ada acara sepasaran atau usia bayi menginjak 5 hari.

Sedangkan data obyektif diperoleh dari pemeriksaan fisik yaitu:

a. Suhu pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun suhunya 37,50C.

b. Pada pemeriksaan payudara, payudara teraba keras dan penuh, tidak

ada tumor, simetris, areola hiperpigmentasi, puting susu menonjol,

kolostrum belum keluar.

2. Interpretasi data meliputi diagnosa kebidanan Ny. T P1A0 umur 24 tahun

nifas hari pertama dengan ASI tidak lancar. Masalah yang muncul pada

Ny. T Ibu mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Kebutuhan

pada Ny. T adalah informasi tentang keadaan ibu dan memberi support

mental.

3. Diagnosa potensial pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun

dengan ASI tidak lancar adalah bendungan ASI.

4. Antisipasi pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan ASI

tidak lancar adalah segera menyusui bayinya sesering mungkin.


9

5. Pada langkah perencanaan yang dilakukan pada ibu nifas Ny. T P1A0

umur 24 tahun dengan ASI tidak lancar adalah lakukan pemeriksaan

keadaan umum, beritahu ibu hasil pemeriksaan, beritahu ibu komplikasi

masa nifas, anjurkan ibu untuk istirahat cukup, berikan informasi pada

ibu dan keluarga tentang ASI eksklusif dan manfaatnya, anjurkan ibu

untuk menyusui bayinya sesering mungkin, tanpa dijadwal, berikan pijat

oksitosin setiap 2-3 kali sehari, periksa tanda-tanda keberhasilan pijat

oksitosin, observasi cara menyusui ibu dan mengajarkan cara menyusui

yang benar, lakukan kolaborasi dengan keluarga untuk memotivasi klien

dalam pemberian pijat oksitosin pada ibu dan ASI pada bayi, beri

konseling gizi ibu nifas, lakukan kolaborasi dengan dokter untuk

pemberian terapi obat Amoxycillin 500 mg 3x1, tablet Fe 60 mg 1x1,

vitamin A 200.000 IU 1x1.

6. Pelaksanaan pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun dilakukan

sesuai dengan rencanan tindakan yaitu pada langkah ini pelaksanaan

dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat.

7. Evaluasi pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun didapatkan

hasil keadaan umum: baik, tekanan darah : 110/ 80 mmHg, nadi: 82 x/

menit, suhu : 37oC, respirasi : : 20 x/ menit, ASI keluar lancar, ibu

menyusui bayinya dengan benar, bayi tidak rewel, keluarga dapat

melakukan pijat oksitosin pada ibu dan mendukung ibu memberikan ASI

eksklusif.
9

8. Pada kasus ibu nifas Ny.T P1A0 umur 24 tahun dengan ASI tidak lancar

ada kesenjangan antara teori dan praktik yaitu:

a. Pada keluhan utama ibu mengatakan cemas karena payudaranya

terasa penuh, ASI belum lancar, bayinya tidak mau menyusu, dan

bayinya belum BAB. Pada kasus ini didapatkan kesenjangan yaitu

bayi belum BAB, tetapi kesenjangan tersebut tidak mempengaruhi

penatalaksanaan kasus selanjutnya.

b. Pada penggunaan alat kontrasepsi belum pernah menggunakan alat

kontrasepsi apapun. Dapat disimpulkan bahwa tidak semua ibu nifas

dengan ASI tidak lancar menggunakan kontrasepsi estrogen.

c. Pada riwayat perkawinan ibu mengatakan kawin sah 1 kali. Dapat

diambil kesimpulan bahwa tidak semua ibu nifas dengan ASI tidak

lancar berasal dari perkawinan tanpa status yang jelas.

d. Pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun ini tidak muncul

diagnosa potensial karena sudah mendapatkan antisipasi dan

penanganan yang tepat.

B. Saran

1. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan pelaksanaan asuhan kebidanan tetap memperhatikan kualitas

pelayanan, sebaiknya menyediakan leaflet atau gambar tentang

kebutuhan ibu nifas dan menerapkan metode pijat oksitosin untuk

penatalaksanaan ASI tidak lancar karena pijat oksitosin dapat

memperlancar pengeluaran ASI.


9

2. Bagi Pendidikan

Diharapkan karya tulis ini dapat meningkatkan kualitas pendidikan

kebidanan pada ibu nifas khususnya dengan ASI tidak lancar.

3. Bagi Pasien dan Keluarga Pasien

Diharapkan ibu untuk melakukan pemeriksaan ke tempat pelayanan

kesehatan jika ibu mengalami tanda bahaya masa nifas dan keluarga

dapat mendukung ibu dalam pemberian ASI eksklusif.


9

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, E, R. Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Yogyakarta: Mitra


Candekia Press.

Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, H,P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta: Rohima
Press.

Astutik, Y.R. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info Media.

Depkes RI. 2010. Permenkes nomor 1464/ Menkes/ PER/ X/ 2010.


http://www.gizikia.depkes.go.id/ diakses pada 10 November 2015

Dinkes Jateng. 2012. Profil Propinsi Jawa Tengah tahun 2012. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. http://www.depkesjateng.go.id/ diakses pada 10 November
2015.

Dinkes Jateng. 2015. Profil Propinsi Jawa Tengah tahun 2012. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. http://www.depkesjateng.go.id/ diakses pada 20 November
2015.

Kemenkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia

Handayani. 2014. Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolostrum Pada Asuhan
Keperawatan Ny. E dengan Post Partum Sectio Caesarea Atas Indikasi Ketuban
Pecah Dini (KPD) di Ruang Mawar I RSUD dr.Moewardi Surakarta. Surakarta:
STIKes Kusuma Husada.

Handayani, S. Wulandari, R., S. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Gosyen
Publishing

Hidayat, A, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.

. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:


Salemba Medika.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan
Edisi 2. Jakarta: EGC

Mardiyaningsih. 2010. Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi ASI Ibu Post Sectio Caesarea di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah.
Jakarta: FIK UI.
9

Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care”. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (askeb 3). Yogyakarta: Nuha
Medika.

Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.

Saputra, L. Lockhart, A. 2014. Masa Nifas Fisiologis dan Patologis. Manado: Binarupa
Aksara Publisher.

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Ibu Nifas. Yogyakarta:
ANDI

. 2009. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika.

Surachmindah dan Yulifah. 2013. Konsep Kebidanan untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika

Ummah, F. 2014. Pijat Oksitosin untuk Mempercepat Pengeluaran ASI pada Ibu Pasca salin
Normal di Dusun Sono Seda Ketanen Kecamatan Panceng Gresik. Vol.02. No.
XVIII. Juni 2014

Priharjo. 2006. Pengkajian Fisik Keperawatan Edisi 2. Jakarta: EGC.

Widiyanti, dkk. 2014. Perbedaan Antara Dilakukan Pijatan Oksitosin dan Tidak Dilakuakan
Pijatan Oksitosin Terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja
Puskesmas Ambarawa. Ungaran: Akbid Ngudi Waluyo Ungaran.

Winkjosastro. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Wulandari, dkk. 2014. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolostrum pada Ibu
Post Partum di Rumah Sakit Umum Daerah di Provinsi Kepulauan Riau. Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang.

Anda mungkin juga menyukai