01 GDL Yunitaretn 1864 1 Kti - Yuni I
01 GDL Yunitaretn 1864 1 Kti - Yuni I
T P1A0 UMUR
24 TAHUN DENGAN PIJAT OKSITOSIN ATAS INDIKASI
ASI TIDAK LANCAR DI RSU ASSALAM
GEMOLONG SRAGEN
Disusun Oleh :
Yunita Retno Palupi
NIM. B13142
2016
ii
iii
KATA PENGANTAR
iv
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis membuka saran demi perbaikan. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Sejauh apapun kaki melangkah, harapan akan selalu ada. Setinggi apapun
harapan, doa akan selalu menguatkan (Penulis).
2. Hidup kita itu sebaiknya ibarat bulan dan matahari. Dilihat orang atau tidak,
ia tetap bersinar. Dihargai orang atau tidak, ia tetap menerangi.
Diterimakasihi atau tidak, ia tetap berbagi (Bob Sadino).
3. Every action has a reaction, every act has a consequence, and every
kindness has kind reward (Penulis).
PERSEMBAHAN
Dengan segala rendah hati, Karya Tulis Ilmiah ini
saya persembahkan
1. Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat
dan hidayahNya, sehingga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat terselesaikan.
2. Kedua orang tuaku. Bapak- ibu tercinta, terima
kasih atas doa, kasih sayang, motivasi,
semangat, dan setiap tetes keringat yang telah
dikorbankan.
3. Cathering Entrepeneur’s Group yang selalu
memberikan motivasi, semangat, dan keceriaan
setiap waktu.
4. Keluarga dan sahabat-sahabatku, terimakasih
selalu memberi motivasi dan semangatnya.
5. Almamater tercinta.
vi
CURRICULUM VITAE
Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri Puro 1, Sragen Lulus Tahun 2006
2. SMP Negeri 1 Sragen, Sragen Lulus Tahun 2009
3. SMA Negeri 1 Sragen, Sragen Lulus Tahun 2012
4. Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan Tahun 2013
vii
Prodi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Karya Tulis ilmiah, Juni 2016
Yunita Retno Palupi
B. 13 142
INTISARI
Latar Belakang: Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pemberian ASI
eksklusif pada bayi selama 6 bulan hanya 40,6 %, jauh dari target nasional yang
mencapai 80%. Kurangnya produksi ASI menjadi salah satu penyebab ibu
memutuskan memberikan susu formula pada bayinya. Pijat oksitosin adalah upaya
untuk mengeluarkan ASI pada ibu nifas. Pijat ini merupakan salah satu cara yang
efektif untuk merangsang sekresi oksitosin yang sangat berperan dalam
pengeluaran ASI pada ibu nifas.
Tujuan: Melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. T P 1A0 umur 24
tahun dengan pijat oksitosin atas indikasi ASI tidak lancar dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney sehingga dapat
memberikan pemecahan masalah yang terjadi.
Metodologi: Karya Tulis Ilmiah ini menggunakan metode observasional
deskriptif dengan pendekatan studi kasus yang dilaksanakan pada bulan Oktober
2015- Juni 2016. Lokasi studi kasus di RSU Assalam Gemolong Sragen. Teknik
pengumpukan data melalui data primer dan data sekunder. Subyek studi kasus
yang diambil penulis adalah Ny. T P1A0 dengan ASI tidak lancar.
Hasil: setelah 3 hari dilakukan pijat oksitosin, cara menyusui yang benar,
perawatan payudara, dan gizi ibu nifas didapatkan hasil masalah teratasi, ASI
keluar lancar, ibu menyusui bayinya dengan benar, bayi tidak rewel, keluarga
dapat melakukan pijat oksitosin pada ibu dan mendukung ibu memberikan ASI
eksklusif.
Kesimpulan: Pada kasus Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan pijat oksitosin atas
indikasi ASI tidak lancar terdapat kesenjangan antara teori dan praktik tetapi tidak
mempengaruhi keadaan ibu.
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..........................................................................iii
KATA PENGANTAR......................................................................................iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................vi
CURRICULUM VITAE.................................................................................vii
INTISARI........................................................................................................viii
DAFTAR ISI.....................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Perumusan Masalah.........................................................................3
C. Tujuan Penelitian.............................................................................4
D. Manfaat Penelitian...........................................................................5
E. KeaslianPenelitian...........................................................................6
F. Sistematika Penulisan......................................................................8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis...................................................................................10
B. Teori Manajemen Kebidanan........................................................28
C. Landasan Teori..............................................................................47
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi......................................................................................49
B. Lokasi Studi...................................................................................50
C. Subyek Studi..................................................................................50
D. Waktu Studi...................................................................................50
E. Instrumen Studi Kasus...................................................................50
F. Teknik Pengumpulan Data............................................................51
ix
G. Alat- Alat yang Digunakan............................................................53
H. Jadwal Studi Kasus........................................................................55
BAB IV. TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus..............................................................................56
B. Pembahasan...................................................................................81
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................88
B. Saran.............................................................................................91
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
negara ditentukan dan diukur dari Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
tergolong masih cukup tinggi, AKI tercatat mencapai 359 per 100.000
AKB di Jawa Tengah pada tahun 2012 tercatat 6.235 kasus atau
10, 75 per 1.000 kelahiran hidup sedangkan pada tahun 2015 triwulan ketiga
AKB tercatat 3.709 kasus. AKB Kabupaten Sragen tahun 2015 tercatat 90
kematian per 1.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2015). Salah satu
penyebab kematian bayi dan balita tersebut adalah faktor gizi, dengan
RI, 2012).
pada bayi selama 6 bulan hanya 40,6 %, jauh dari target nasional yang
mencapai 80%. Kurangnya produksi ASI menjadi salah satu penyebab ibu
1
2
dunia pada bulan pertama kelahirannya dan kemungkinan bayi yang diberi
susu formula adalah 25 kali lebih tinggi angka kematiannya daripada bayi
yang disusui ibunya secara eksklusif, oleh karena itu perlu adanya upaya
Upaya pengeluaran ASI ada dua hal yang mempengaruhi yaitu produksi
keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau
melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada
tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks, meningkatkan ambang rasa
keluar dan ASI cepat keluar, pijat ini dinamakan pijat oksitosin
postpartum.
pada tanggal 27 Oktober 2015, diperoleh data jumlah ibu nifas dari bulan
Oktober 2014- Oktober 2015 sebanyak 1.272 orang yang terdiri dari 494
orang (39%) ibu nifas fisiologi dan 778 orang (61%) ibu nifas patologi.
3
Penyebab nifas patologi antara lain ASI tidak lancar berjumlah 102 orang
Dari data di atas ibu nifas yang mengalami ASI tidak lancar ada 102
orang (13,1%). Hal ini menyita perhatian bagi peneliti untuk memberikan
asuhan pada ibu nifas agar ASI nya lancar dengan menggunakan metode pijat
Nifas pada Ny.T P1A0 Umur 24 Tahun dengan Pijat Oksitosin Atas Indikasi
B. Rumusan Masalah
“Bagaimana Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny.T P1A0 Umur 24 Tahun
dengan Pijat Oksitosin Atas Indikasi ASI Tidak Lancar di RSU Assalam
Gemolong Sragen?”
4
1. Tujuan umum
Ny.T P1A0 Umur 24 Tahun dengan Pijat Oksitosin Atas Indikasi ASI
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu :
4) Melakukan tindakan segera pada Ibu Nifas pada Ny.T P 1A0 Umur
Sragen.
Sragen.
pada Ibu Nifas pada Ny.T P1A0 Umur 24 Tahun dengan Pijat
Sragen.
1. Bagi Peneliti
pelayanan kebidanan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar dengan pijat
oksitosin.
2. Bagi Profesi
melaksanakan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar
upaya pencegahan dan penanganan kasus ASI tidak lancar dengan pijat
oksitosin.
dengan p value = 0,000 dan ibu post sectio caesarea yang diberikan
kombinasi teknik marmet dan pijat oksitosin berpeluang 11,5 kali lebih
dengan rancangan pre and post test dengan teknik pengambilan sampel
bayi BAK, frekuensi bayi menyusu dalam sehari dan lama tidur bayi
secara normal dengan berat badan bayi rata rata adalah 3070 gram , rata
rata frekuensi BAK 5 kali pada hari pertama, rata rata frekuensi menyusu
bayi pada 24 jam pertama 8 kali, dan lama bayi menyusu 2.17 jam pada
hari pertama. Semua indikator diatas meningkat baik pada hari ke 7 dan
14. Hasil Analisa bivariat menunjukan adanya perbedaan rata rata berat
badan bayi, frekuensi BAK, frekuensi menyusu, dan lama tidur. Dapat
dengan indikasi berat badan bayi, frekuensi bayi menyusu, frekuensi bayi
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Karya Tulis Ilmiah terdiri dari 5 bab yang secara
berurutan meliputi:
BAB I PENDAHULUAN
terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus, manfaat studi kasus,
Bab ini berisi tentang landasan teori yang meliputi teori medis
nifas, teori ASI tidak lancar, teori pijat oksitosin, dan teori
Bab ini berisi tentang jenis studi kasus, lokasi studi kasus, subyek
BAB V PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis
1. Masa Nifas
a. Pengertian
periode yaitu:
1) Puerperium Dini
dan berjalan-jalan.
2) Puerperium Intermedial
10
1
3) Remote puerperium
antara lain:
1) Uterus
2) Lochea
Lochea adalah cairan/ sekret yang berasal dari cavum uteri dan
seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda dan sel-sel
halus pada anak yang baru lahir) dan mekoneum (yakni, isi
usus janin cukup bulan yang terdiri atas getah kelenjar usus
pasca persalinan.
1
b) Lochea sanguinolenta
c) Lochea serosa
14 pasca persalinan.
d) Lochea alba
Selain lochea di atas, ada jenis lochea yang tidak normal, yaitu:
a) Lochea purulenta
b) Locheastasis
3) Serviks
5) Payudara
produksi ASI.
pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi
sehari-hari.
kunjungan II
1) Perdarahan Pervaginam
ekstra genital.
kejang.
4) Bendungan payudara
laktasi. Hal ini bukan disebabkan over distensi dari saluran sistem
laktasi.
5) Mastitis
disertai infeksi.
6) Tromboflebitis
a. Pengertian ASI
pemberian ASI saja, termasuk kolostrum tanpa apapun sejak dari lahir,
dengan kata lain pemberian susu formula, air matang, air gula, dan
b. Manfaat ASI
kasih sayang.
dengan botol dan dot pada waktu tidur akan menyebabkan gigi
karsinoma mammae.
c) Aspek psikologis
dapat menyusui.
a) Aspek ekonomi
ASI tidak perlu dibeli dan karena ASI bayi jarang sakit
b) Aspek psikologis
c) Aspek kemudahan
ASI menjamin status gizi bayi baik serta angka kesakitan dan
sakit.
kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda, bayi
menyusu lebih sering setiap 2-3 jam atau 8-12 kali dalam sehari, bayi
2
bayi tampak sehat, warna kulit dan turgor baik, cukup aktif dan bayi
1) Makanan
4) Perawatan payudara
akan berkurang.
6) Fisiologi
7) Faktor istirahat
9) Faktor obat-obatan
susu dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan akan
oleh bayi misalnya bila kekuatan isapan bayi yang kurang, frekuensi
pemberian susu formula, air matang air gula, dan madu untuk bayi
produksi ASI.
atau selama meneteki bayi, ASI mengalir pada payudara bila ibu
payudara sebelah lain jika bayi meneteki pada payudara lain, nyeri
pelan dan dalam dari bayi dan bayi terdengar menelan ASI.
yang benar.
Tubuh bagian depan bayi menempel pada tubuh ibu, dagu bayi
2
dalam satu garis dengan leher dan lengan bayi, mulut bayi terbuka
bayi menghisap dalam dan perlahan, bayi puas dan tenang pada
11) Memberitahu ibu untuk makan yang bergizi seperti lauk-pauk dan
b. Tablet Fe 60 mg 1x1
3. Pijat Okitosin
a. Pengertian
tidak terhambat.
b. Manfaat
atau reflek let down. Selain untuk merangsang reflek let down manfaat
pengeluaran air susu ibu, dibantu dengan isapan bayi pada puting susu
pada saat segera setelah bayi lahir dengan keadaan bayi normal
5) Pada saat bersamaan, pijat ke arah bawah pada kedua sisi tulang
belakang, dari leher ke tulang belikat, selama dua atau tiga menit.
1) Ibu akan merasa diperas atau tajam pada payudara saat sebelum
mendengar tangisnya.
3) ASI menetes dari payudara sebelah lain, jika bayi menetek pada
payudara lainnya.
5) Isapan pelan dan dalam dari bayi serta bayi melihat atau
1. Pengertian
informasi yang akurat dari semua yang berkaitan dengan kondisi pasien
1) Data subyektif
meliputi:
dengan pendidikan.
tersebut.
merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada
(Marmi, 2014).
3
c) Riwayat kesehatan
meliputi:
2014). Pada kasus ASI tidak lancar, estrogen yang ada dalam
e) Riwayat perkawinan
syah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas
f) Riwayat obstetrik
Pada kasus ASI tidak lancar, apabila ibu tidak sehat, asupan
nutrient yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara, hal ini
(3) Eliminasi
(Sulistyawati, 2009).
h) Psikososial Budaya
2) Data Obyektif
a) Status Generalis
2009).
(2) Kesadaran
(Astuti, 2012).
(4) Suhu
(5) Nadi
(6) Respirasi
(Winkjosastro, 2010).
b) Pemeriksaan sistematis
Meliputi:
(1) Kepala
(a) Rambut
(b) Muka
(c) Mata
(Astuti, 2012).
(d) Hidung
(e) Telinga
(2) Leher
(4) Ekstremitas
(Nugroho, 2014).
(2) Genital
(Sulistyawati, 2009).
1) Diagnosa Kebidanan
tidak lancar.
Data Dasar :
a) Data subyektif
(Ummah, 2014).
Wulandari, 2009).
ketegangan emosional.
(Ummah, 2014).
b) Data obyektif
(Sulistyawati, 2013).
(a). Tekadan darah : Pada kasus ibu nifas dengan ASI tidak
(b). Suhu : Pada kasus ibu nifas dengan ASI tidak lancar
(c). Nadi: Pada kasus ibu nifas dengan ASI tidak lancar
Wulandari, 2009).
(e). Dada dan Mamae : Pada kasus ibu nifas dengan ASI
(Handayani, 2014).
2) Masalah
(Sulistyawati, 2009).
3) Kebutuhan
Wulandari, 2009). Diagnosa potensial pada ibu nifas dengan ASI tidak
bidan atau dokter dan tau untuk dikonsulkan atau ditangani bersama
nifas dengan ASI tidak lancar adalah segera menyusui bayinya sesering
apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang
meliputi:
pengeluaran lochea.
e) Berikan informasi pada ibu dan keluarga tentang ASI eksklusif dan
manfaatnya.
dijadwal.
benar.
k) Beritahu konseling tentang gizi ibu nifas, yaitu makanan yang tinggi
b. Tablet Fe 60 mg 1x1
Pelaksanaan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar disesuaikan dengan
setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
Wulandari, 2009). Evaluasi pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar
antara lain:
bayinya.
3. Data Perkembangan
S : (Subyektif)
melalui anamnesis.
O : (Obyektif)
hasil laboratorium dan uji diagnosis lain yang dirumuskan dalam data
A : (Assesment)
masalah rujukan.
P : (Planning)
C. Landasan hukum
2. Pasal 10
METODOLOGI PENELITIAN
timbul atau tidaknya suatu masalah kesehatan pada individu atau kelompok
(Hidayat, 2010). Studi kasus adalah studi yang dilakukan dengan cara
meneliti suatu permasalahan melalui suatu proses yang terdiri dari unit
tunggal, yaitu satu orang, sekelompok penduduk yang terkena suatu masalah
(Notoatmodjo, 2012).
Kebidanan pada Ibu Nifas pada Ny.T P 1A0 Umur 24 Tahun dengan Pijat
49
5
Lokasi studi kasus adalah tempat yang akan dilakukan oleh peneliti
Subyek studi kasus adalah subyek yang dituju untuk diteliti oleh
peneliti (Arikunto, 2013). Subyek yang digunakan pada studi kasus ini yaitu
ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan ASI tidak lancar.
Waktu studi kasus adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk
mencari kasus (Notoatmodjo, 2012). Studi kasus ini dilakukan pada bulan
digunakan untuk mendapatkan data adalah format asuhan kebidanan ibu nifas
Dalam penyusunan studi kasus ini digunakan berbagai data antara lain
1. Data primer
Data primer adalah daftar bacaan dari hasil penelitian atau studi pustaka
a. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi
2) Palpasi
3) Perkusi
4) Auskultasi
b. Wawancara
jawab pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar dengan pedoman format
c. Observasi
ASI ibu, pola nutrisi, psikososial dan budaya, personal hygiene, pola
istirahat pada ibu, cara menyusui ibu, dan tanda bayi cukup ASI.
5
2. Data sekunder
seperti buku teks, indeks, ensiklopedia, dan lain-lain (Hidayat, 2010). Data
a. Studi Kepustakaan
b. Studi Dokumentasi
pada Ny.T P1A0 umur 24 tahun dengan ASI tidak lancar yang diambil
ibu nifas dengan pijat oksitosin atas indikasi ASI tidak lancar, penulis
1. Observasi
c. Thermometer
2. Pijat oksitosin
a. Kursi
b. Meja
c. Baby Oil
d. Handuk
3. Wawancara
b. Buku tulis
c. Bolpoin
4. Dokumentasi
Sragen.
menyusun karya tulis ilmiah sampai dengan penulisan karya tulis ilmiah,
A. Tinjauan Kasus
1. Pengkajian
Ruang : Annisa 1
1. Keluhan utama
56
5
payudaranya terasa penuh, ASI belum lancar dan bayinya tidak mau
2. Riwayat Menstruasi
13 tahun.
sehari.
bulan.
menggumpal.
aktivitas.
3. Riwayat Perkawinan
tahun.
5
sekarang
1. -
2 Maret 2016.
c. Riwayat ANC :
d. Imunisasi TT
bidan.
d. Penolong : Bidan
g. Perinium
h. Perdarahan
(1) Kala I : 20 ml
(4) Kala IV : 70 ml
Total : 240 ml
i. Lamanya persalinan
j. Keadaan bayi
BAB.
8. Riwayat Penyakit
sebelah kiri.
BAK.
dan mata.
malam hari.
epilepsi.
e. Riwayat Operasi
a. Pola nutrisi
b. Pola eliminasi
c. Istirahat/ tidur
d. Personal Hygiene
2 kali sehari.
e. Pola Seksual
f. Psikososial budaya
kelahiran bayinya.
dan menyusui.
5 hari.
6
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
b. Kesadaran : Composmentis
c. Vital sign
d. BB sebelum hamil : 61 kg
e. BB sekarang : 70 kg
f. TB : 159 cm
g. LILA : 29 cm
2. Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
cloasma.
6
3) Mata
c) Sklera : Putih.
b. Leher
2) Mammae
c) Simetris : Simetris
d) Areola : Hiperpigmentasi
3) Axilla
d. Abdomen
5) Palpasi
e. Anogenital
1) Vulva Vagina
2) Perinium
4) Anus
f. Ekstermitas
keras.
2. Interpretasi Data
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. T P1A0 umur 24 tahun nifas hari pertama dengan ASI tidak lancar
Data Dasar :
1. Data Subyektif :
pernah keguguran.
belum lancar.
tidak lancar.
2. Data Obyektif :
Status Generalis
b) Kesadaran : composmentis
c) Vital sign
d) Mamae
f) Kontraksi : Keras
observasi terlampir).
b. Masalah
tidak lancar.
c. Kebutuhan
3. Diagnosa Potensial
Bendungan ASI
4. Beri informasi pada ibu dan keluarga tentang ASI eksklusif dan
manfaatnya.
6. Pelaksanaan
ASI ibu tidak lancar dan memberi dukungan moril. ASI tidak lancar
7
4. Pukul 15.43 WIB memberi informasi pada ibu dan keluarga tentang
5. Pukul 15.50 WIB memberi konseling pijat oksitosin kepada ibu dan
6. Pukul 15.55 WIB memberikan pijat oksitosin 2-3 kali sehari kepada
ibu.
oksitosin.
(SAP terlampir).
7. Evaluasi
b. Kesadaran : composmentis
c. Vital sign
Nadi : 80 x/ menit
Respirasi : 20 x/ menit
Suhu : 37,5oC
d. Mammae
Simetris : Simetris
Areola : Hiperpigmentasi
g. Kontraksi : Keras
2. Pukul 15.39 WIB Ibu sudah mengetahui dan mengerti tentang hasil
4. Pukul 15.46 WIB Ibu dan keluarga paham tentang ASI eksklusif dan
5. Pukul 15.51 WIB Ibu dan keluarga sudah paham tentang pijat
oksitosin.
oksitosin.
Ibu akan merasa diperas atau tajam pada payudara saat sebelum
9. Pukul 16.14 WIB Pukul 16.06 WIB Ibu bersedia minum terapi obat
sesuai anjuran.
7
DATA PERKEMBANGAN I
S : Subyektif
2. Ibu mengatakan bayinya sudah BAB konsistensi lembek dan berwarna hijau
kehitaman.
7. Ibu mengatakan minum 6-7 gelas sehari air putih dan makan 3 kali sehari
8. Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2
O : Obyektif
2. Kesadaran : composmentis
S : 37oC R : 20 x/ menit
7
4. Mammae
c) Simetris : simetris
d) Areola : hiperpigmentasi
f) Kolostrum : keluar
6. Kontraksi : keras
lendir.
terlampir).
A : Assesment
Ny. T P1A0 umur 24 tahun nifas hari kedua dengan ASI tidak lancar.
P : Planning
3. Pukul 09.30 WIB memberikan pijat oksitosin pada ibu sekaligus mengajarkan
5. Pukul 09.45 WIB memberitahu ibu tentang tanda bahaya masa nifas
6. Pukul 09.50 WIB memberikan konseling tentang gizi pada ibu nifas.
Evaluasi
2. Pukul 09.29 WIB ibu sudah mulai menyusui bayinya dengan kedua payudara
secara bergantian.
3. Pukul 09.37 WIB ibu telah diberikan pijat oksitosin dan keluarga telah dapat
4. Pukul 09.44 WIB ibu dapat menyusui dengan teknik yang benar, bayi tidak
5. Pukul 09.46 WIB ibu mengetahui dan paham tentang tanda bahaya masa nifas
DATA PERKEMBANGAN II
S : Subyektif
5. Ibu mengatakan minum 7 gelas sehari air putih dan makan 3 kali sehari
O : Obyektif
2. Kesadaran : composmentis
S : 37oC R : 22 x/ menit
4. Mammae
c) Simetris : Simetris
7
d) Areola : Hiperpigmentasi
7. Kontraksi : Keras
lendir
10. Bayi minum susu formula ± 30 cc ( pukul 11.15 WIB) (lembar observasi
terlampir).
A : Assesment
Ny. T P1A0 umur 24 tahun nifas hari ketiga dengan ASI lancar.
P : Planning
ibu
5. Pukul 11.49 WIB memberikan KIE tanda bahaya bayi baru lahir
8
b. Tablet Fe 60 mg 1x1
Evaluasi
2. Pukul 11.29 WIB ibu sudah mulai menyusui bayinya dengan kedua
payudara.
5. Pukul 11.54 WIB ibu sudah mengetahui tanda bahaya tanda bahaya bayi
baru lahir.
7. Pukul 11.58 WIB ibu bersedia minum terapi obat sesuai anjuran.
8
B. Pembahasan
yang terjadi antara praktek dan teori yang dilakukan di RSU Assalam
Gemolong Sragen dengan teori yang ada. Disini penulis akan menjelaskan
1. Pengkajian
subyektif dan data obyektif. Keluhan utama pada kasus ibu nifas dengan
keluar, bayinya tidak puas setelah menyusu, bayi sering menangis atau
rewel, tinja bayi keras (Marmi, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny. T P 1A0
yang ada dalam kontrasepsi oral yang dikonsumsi ibu memberikan efek
8
yang yang negatif terhadap produksi ASI, yaitu produksi ASI akan
menurun (Ummah, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny. T P 1A0 umur 24
dapat disimpulkan bahwa tidak semua ibu nifas dengan ASI tidak lancar
Riwayat perkawinan pada kasus ASI tidak lancar yang perlu dikaji
adalah berapa kali menikah, status menikah syah atau tidak, karena bila
2009). Pada kasus ibu nifas Ny. T P 1A0 umur 24 tahun, ibu mengatakan
kawin sah 1 kali. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak semua
ibu nifas dengan ASI tidak lancar berasal dari perkawinan tanpa status
yang jelas.
Pola Nutrisi pada kasus ASI tidak lancar, apabila ibu tidak sehat,
nutrient yang akan diolah oleh sel-sel acini payudara, hal ini akan
nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun, ibu mengatakan sehari makan 2 kali
dengan porsi sedang, nasi, lauk, sayur, air putih 5 gelas/ hari air putih.
Jadi dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
pengeluaran ASI (Astutik, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur
24 tahun ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari,
kali sehari. Jadi dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik.
Pola istirahat pada kasus ASI tidak lancar bila kurang istirahat
dan Wulandari, 2009). Pada kasus ibu nifas Ny. T P 1A0 umur 24 tahun,
ibu mengatakan tidur siang 1jam dan tidur malam 4 jam/ hari dan
dalam hal ini tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
ibu selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri, dan
(Ummah, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny. T P 1A0 umur 24 tahun, ibu
sehat dan ibu mengatakan seluruh keluarga mendukung dan senang atas
menyusui, ibu mengatakan ada acara sepasaran atau usia bayi menginjak
5 hari. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak semua ibu nifas
dengan ASI tidak lancar selalu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang
8
(Astuti, 2012). Pada ibu nifas dikatakan normal bila kenaikannya tidak
melebihi 0,50C dan di bawah 380C. Biasanya sekitar hari ke-2 dan ke-3
pada saat terjadi produksi ASI, suhu tubuh naik lagi (Astutik, 2014).
Pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun suhunya 37,50C. Jadi
praktik.
lancar biasanya kesan umum tampak kencang dan teraba keras, puting
(Handayani, 2014). Pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun
payudara teraba keras dan penuh, tidak ada tumor, simetris, areola
2. Interpretasi Data
diagnosa kebidanan yaitu Ny. T P1A0 umur 24 tahun nifas hari pertama
dengan ASI tidak lancar. Masalah yang muncul pada Ny. T Ibu
adalah informasi tentang keadaan ibu dan memberi support mental. Jadi
8
dan praktik.
3. Diagnosa Potensial
dengan ASI tidak lancar adalah bendungan ASI. Pada kasus ibu nifas Ny.
adalah bendungan ASI. Pada kasus ini dapat disimpulkan antara teori dan
4. Antisipasi
Dalam langkah ini antisipasi yang dilakukan pada ibu nifas dengan
ASI tidak lancar menurut Marmi (2014) adalah segera menyusui bayinya
sesering mungkin. Antisipasi pada kasus ibu nifas Ny. T P 1A0 umur 24
5. Perencanaan
Marmi (2014). Perencanaan asuhan pada ibu nifas dengan ASI tidak lancar
adalah
q) Berikan informasi pada ibu dan keluarga tentang ASI eksklusif dan
manfaatnya
dijadwal.
benar.
IU 1x1.
Pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan ASI tidak
dalam teori. Jadi dalam tahap ini tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik.
6. Pelaksanaan
yang telah dibuat. Pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan
8
7. Evaluasi
P1A0 umur 24 tahun dengan ASI tidak lancar dari pengkajian sampai
ibu menyusui bayinya dengan benar, bayi tidak rewel, keluarga dapat
melakukan pijat oksitosin pada ibu dan mendukung ibu memberikan ASI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. T P 1A0
berikut :
1. Pengkajian pada Ny.T P1A0 umur 24 tahun dengan ASI tidak lancar yang
penuh, ASI belum lancar, bayinya tidak mau menyusu, dan bayinya
belum BAB.
d. Pada pola nutrisi ibu mengatakan sehari makan 2 kali dengan porsi
sedang, nasi, lauk, sayur, air putih 5 gelas/ hari air putih.
88
8
f. Pada pola istirahat ibu mengatakan tidur siang 1jam dan tidur malam
4 jam/ hari dan mengikuti pola tidur bayinya. Ibu mengatakan kurang
istirahat.
a. Suhu pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun suhunya 37,50C.
nifas hari pertama dengan ASI tidak lancar. Masalah yang muncul pada
pada Ny. T adalah informasi tentang keadaan ibu dan memberi support
mental.
3. Diagnosa potensial pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun
4. Antisipasi pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun dengan ASI
5. Pada langkah perencanaan yang dilakukan pada ibu nifas Ny. T P1A0
masa nifas, anjurkan ibu untuk istirahat cukup, berikan informasi pada
ibu dan keluarga tentang ASI eksklusif dan manfaatnya, anjurkan ibu
dalam pemberian pijat oksitosin pada ibu dan ASI pada bayi, beri
6. Pelaksanaan pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun dilakukan
7. Evaluasi pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun didapatkan
melakukan pijat oksitosin pada ibu dan mendukung ibu memberikan ASI
eksklusif.
9
8. Pada kasus ibu nifas Ny.T P1A0 umur 24 tahun dengan ASI tidak lancar
terasa penuh, ASI belum lancar, bayinya tidak mau menyusu, dan
diambil kesimpulan bahwa tidak semua ibu nifas dengan ASI tidak
d. Pada kasus ibu nifas Ny. T P1A0 umur 24 tahun ini tidak muncul
B. Saran
2. Bagi Pendidikan
kesehatan jika ibu mengalami tanda bahaya masa nifas dan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. 2013. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, H,P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta: Rohima
Press.
Astutik, Y.R. 2014. Asuhan Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui. Jakarta: Trans Info Media.
Dinkes Jateng. 2012. Profil Propinsi Jawa Tengah tahun 2012. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. http://www.depkesjateng.go.id/ diakses pada 10 November
2015.
Dinkes Jateng. 2015. Profil Propinsi Jawa Tengah tahun 2012. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia. http://www.depkesjateng.go.id/ diakses pada 20 November
2015.
Kemenkes RI. 2012. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia
Handayani. 2014. Pemberian Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolostrum Pada Asuhan
Keperawatan Ny. E dengan Post Partum Sectio Caesarea Atas Indikasi Ketuban
Pecah Dini (KPD) di Ruang Mawar I RSUD dr.Moewardi Surakarta. Surakarta:
STIKes Kusuma Husada.
Handayani, S. Wulandari, R., S. 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Yogyakarta: Gosyen
Publishing
Hidayat, A, A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan
Edisi 2. Jakarta: EGC
Mardiyaningsih. 2010. Efektifitas Kombinasi Teknik Marmet dan Pijat Oksitosin Terhadap
Produksi ASI Ibu Post Sectio Caesarea di Rumah Sakit Wilayah Jawa Tengah.
Jakarta: FIK UI.
9
Marmi. 2014. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas “Puerperium Care”. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Nugroho, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (askeb 3). Yogyakarta: Nuha
Medika.
Saleha, Siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika.
Saputra, L. Lockhart, A. 2014. Masa Nifas Fisiologis dan Patologis. Manado: Binarupa
Aksara Publisher.
Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Masa Ibu Nifas. Yogyakarta:
ANDI
Surachmindah dan Yulifah. 2013. Konsep Kebidanan untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
Ummah, F. 2014. Pijat Oksitosin untuk Mempercepat Pengeluaran ASI pada Ibu Pasca salin
Normal di Dusun Sono Seda Ketanen Kecamatan Panceng Gresik. Vol.02. No.
XVIII. Juni 2014
Widiyanti, dkk. 2014. Perbedaan Antara Dilakukan Pijatan Oksitosin dan Tidak Dilakuakan
Pijatan Oksitosin Terhadap Produksi ASI pada Ibu Nifas di Wilayah Kerja
Puskesmas Ambarawa. Ungaran: Akbid Ngudi Waluyo Ungaran.
Wulandari, dkk. 2014. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran Kolostrum pada Ibu
Post Partum di Rumah Sakit Umum Daerah di Provinsi Kepulauan Riau. Jurusan
Kebidanan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang.