Anda di halaman 1dari 5

Studi Kasus Manajemen ASN

I. Pendahuluan

Studi kasus biasa disebut juga dengan penelitian studi kasus. Studi kasus sendiri termasuk ke
dalam satu diantara beberapa jenis penelitian kualitatif yang kemudian cukup sering digunakan.
Studi kasus melibatkan penelitian dari kelompok masyarakat atau golongan tertentu, oleh karena
itu salah satu syarat agar berjalannya suatu studi kasus sebagai penelitian kualitatif adalah subjek
penelitian. Studi kasus merupakan salah satu metode penelitian yang sering digunakan untuk
mempelajari dan memahami suatu masalah agar kedepannya tidak mengalami masalah yang
sama atau minimal bisa mengerti cara mengantisipasinya

A. Studi Kasus

1. Definisi Studi Kasus

Yin (1996) berpendapat, studi kasus merupakan proses pencarian pengetahuan yang empiris
guna menyelidiki dan meneliti berbagai fenomena dalam konteks kehidupan nyata. Studi kasus
baru bisa diterapkan ketika batas antara fenomena dengan konteks kehidupan nyata cenderung
samar. Sehingga tidak timbul ambiguitas atau ketidakjelasan, disinilah muncul suatu topik
penelitian yang harus ditemukan solusinya.

Menurut Pollit Hungler (1990), studi kasus adalah metode penelitian yang fokusnya terletak
pada penentuan dinamika mengenai pertanyaan lebih lanjut mengapa seseorang berpikir,
melakukan sesuatu, atau bahkan mengembangkan diri.

2. Jenis Studi Kasus

Studi Kasus Eksplanatori, yaitu jenis metode yang digunakan oleh peneliti ketika tidak lagi
bisa menemukan atau memiliki kendali atas fenomena yang diteliti, sehingga peneliti muncul
pertanyaan mengapa dan bagaimana fenomena tersebut tidak bisa dikendalikan lagi. Jenis studi
kasus ini berfokus pada fenomena kehidupan nyata. Tujuan utama dari metode ini adalah untuk
menunjukan data yang tidak bisa dijelaskan
Studi kasus Eksploratori, yaitu metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan apa dan
siapa biasanya berbentuk seperti kuesioner, eksperimen. Metode ini cocok untuk diterapkan pada
penelitian formal dan berskala besar.

Studi kasus Deskriptif, yaitu metode yang digunakan untuk menganalisis urutas peristiwa,
sehingga bisa menyimpulkan benar atau salah dari suatu hasil penelitian.

3. Manfaat Studi Kasus

Secara umum, studi kasus minimal memiliki empat tujuan utama yaitu:

1) Menggambarkan situasi individu, sehingga dapat secara detail mengetahui kondisi apa
yang sedang dihadapi oleh individu tersebut yang statusnya adalah subjek penelitian

2) Mengidentidikasi masalah utama pada kasus, sehingga dapat secara detail mengetahui
5W dan 1H suatu masalah.

3) Menganalisa kasus menggunakan konsep teoritis, dengan mengaitkan pendapat beberapa


ahli dan sumber, peneliti bisa mengidentifikasi suatu kasus secara detail

4) Merekomendasikan tindakan yang bisa menjadi solusi, dari hasil dan pembahasan yang
didapat dari suatu studi kasus.

B. Manajemen ASN

1. Definisi Manajemen ASN

Berdasarkan UU No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Manajemen ASN adalah
pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar,
etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.

2. Prinsip ASN sebagai Profesi

Berdasarkan UU No 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Prinsip Manajemen ASN
meliputi:

1) nilai dasar;
2) kode etik;

3) komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;

4) kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;

5) kualifikasi akademik;

6) jaminan perlindungan hokum dalam melaksanakan tugas; dan

7) profesionalitas jabatan

A. INTI PERMASALAHAN

Dugaan Praktik Jual Beli Pangkat PNS Disebut Masuk Kategori Pemerasan

Kabar Madura , 28 Februari 2022

Adanya dugaan praktik tidak sedap di lingkungan Dinas Pendidikan (Disdik) Sumenep, Forum

Penyuluh Antikorupsi (PAK) juga angkat bicara. Sogok menyogok dinilai sudah sewajarnya

tidak terjadi dalam urusan kenaikan pangkat.

Ketua PAK Jawa Timur (Jatim) menjelaskan, kenaikan pangkat merupakan hak setiap aparatur

sipil negara (ASN). Yang terpenting, ASN tersebut sudah memenuhi persyaratan untuk

kenaikan tersebut.

Praktik curang itu jual beli pangkat dapat juga dikategorikan sebagai tindakan suap-menyuap

sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2021 atas perubahan Undang-

Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Tindak Pidana Korupsi. Meski dalam praktiknya ada

kesepakatan jika tidak bisa naik pangkat karena salah satu persyaratannya kurang, maka itu

tetap merupakan kategori suap menyuap


Beberapa aduan masuk melalui Anggota Komisi IV DPRD Sumenep, ada sekitar kurang lebih

50 korban praktik jual beli pangkat dengan nominal Rp15 juta per orang.

1. Analisis dan Pemecahan Masalah


Akar masalah jual-beli jabatan ialah Pasal 53 Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Disebutkan bahwa Presiden selaku
pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN dapat mendelegasikan
kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian
pejabat selain pejabat pimpinan tinggi utama dan madya, dan pejabat fungsional
keahlian utama. Delegasi kewenangan Presiden itu kepada menteri di
kementerian, pimpinan lembaga di lembaga pemerintah nonkementerian,
sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan lembaga nonstruktural,
gubernur di provinsi, dan bupati/wali kota di kabupaten/kota. Dengan kata lain,
pasal tersebut memberikan kewenangan kepada pejabat politik atas penetapan,
pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian ASN. Pejabat politik yang
berperan sebagai pejabat pembina kepegawaian itulah pangkal masalahnya.
Jual beli jabatan umumnya dilatarbelakangi oleh motif politik. Kuatnya
intervensi politik oleh sejumlah Kepala Daerah merupakan motif utama terjadinya
praktik tersebut. Indikasi dari adanya intervensi, karena ada beberapa posisi
jabatan yang diisi oleh orang yang tidak tepat, kompetensi, kinerja dan jejak
integritas yang tidak jelas (the wrong man on the wrong place). Kuat diduga
bahwa penyebabnya adalah karena faktor dukung-mendukung calon saat
terjadinya Pilkada.
Dalam Pasal 31 PP Nomor 94 Tahun 2021. Apabila PNS diduga
melakukan pelanggaran disiplin maka untuk kelancaran pemeriksaan, PNS yang
diduga melakukan Pelanggaran Disiplin dan kemungkinan akan dijatuhi
Hukuman Disiplin berat, dapat dibebaskan sementara dari tugas jabatannya oleh
atasan langsung sejak yang bersangkutan diperiksa. Pembebasan sementara
dari tugas jabatannya sebagaimana dimaksud berlaku sampai dengan
ditetapkannya keputusan Hukuman Disiplin. Pihak yang terlibat praktik jual beli
pangkat pegawai negeri sipil (PNS) akan mendapat sanksi berlapis. Bukan hanya
dari sisi kepegawaian, pihak yang terlibat akan mendapat sanksi pidana. Adapun
ancaman hukum pidana itu meliputi Pasal 5 Ayat (1) Huruf A atau B dengan pidana penjara
paling lama 5 tahun dan denda Rp 50 juta sampai Rp 250 juta.
Bilamana manajemen ASN kita letakkan pada posisi yang tepat, dan
kita pedomani, dan kita jadikan sebagai tata cara disiplin pengelolaan
ASN, maka jual beli jabatan tidak akan terjadi karena pada prinsipnya
tentu dalam langkah manajemen ASN kita diwajibkan untuk memenuhi
dan menjalankan azas-azas umum pemerintahan yang baik.

Pengawasan SDM yang ketat, dipercaya mampu mencegah


terjadinya praktik jual beli jabatan. Seleksi jabatan serta pembinaan SDM-
nya akan dijalankan secara profesional, akuntabel, transparan, kompetitif,
jujur,dan didasarkan pada merit system tentang pengelolaan SDM yang
baik. Pengawasan dilakukan secara bertahap, mulai dari perencanaan,
pengesahan kebijakan, implementasi kegiatan maupun dalam rangka
pengawasan akhir kebijakan sehingga menutup ruang untuk tidak
terjadinya tindak pidana korupsi yang berkaitan dengan jual beli jabatan.

B. HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Kesimpulan

Dari pembahasan kasus diatas dapat kita simpulan bahwa masih banyak
nya tantangan internal yang bisa mengganggu kerjanya atau jalannya
manajemen/pengelolaan ASN. Terjadinya manipulasi terkait hal-hal yang
seharusnya bersifat profesional, akuntabel, transparansi seperti pada kasus
kenaikan pangkat yang bisa dibeli atau disogok, itu merupakan salah satu bentuk
permasalahan yang secara jelas menyalahi aturan, karena kenaikan pangkat sudah
diatur dan merupakan hak yang dimiliki seluruh asn dengan persyaratan yang
harus dilengkapi.
2. Saran

Kita ketahui bahwa adanya manajemen asn ini adalah untuk membangun
asn yang memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas dari intervensi
publik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan
publik yang berkualitas bagi masyarakat. Meskipun dalam prakteknya belum
sempurna, namun kita sebagai asn masih bisa meningkatkan kinerja secara
maksimal sesuai dengan aturan yang ada dan menimilkan atau menghilangkan
hal-hal yang tidak baik seperti kasus diatas. Saran untuk kasus diatas bisa
dilakukannya pemeriksaan ulang atau pengarahan mengenai bagaimana proses
resmi tentang kenaikan pangkat dan apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan, jika
perlu adanya penindakan atau teguran agar tidak terjadi praktik kenaikan pangkat
yang harus disertakan dengan uang sogokan. Kita sebagai ASN harus terus
meningkatkan kompentensi diri karena dalam kenaikan pangkat diperlukan
kompetensi yang terus berkembang agar dapat mencapai kualifikasi.

Anda mungkin juga menyukai