New Revisi Alwan Sidang-1
New Revisi Alwan Sidang-1
SKRIPSI
Tahun 2023
2
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan
Tahun 2023
3
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Ka.Prodi Sarjana Keperawatan-
STIKes Horizon Karawang
HALAMAN PERSETUJUAN
NIM : 0433131420119113
Telah disetujui untuk diseminarkan dihadapan Tim Penguji Tugas Akhir / Skripsi
Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Horizon Karawang.
ABSTRAK
ABSTRACT
The results showed that there was a significant relationship between smoking habits
and the severity of bronchial asthma as indicated by the value of ρ (0.015) < alpha
value (0.05).
KATA PENGANTAR
Bismillahhirahmanirrohim
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan Rahmat-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi salah
Karawang Tahun 2023”. Penulis menyadari tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak dari masa perkulihaan sampai pada penyusunan ini sangatlah sulit.
Keperawatan
skripsi ini.
Akhir kata, Saya berharap Kepada Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
Karawang, 22 Juli
2023
DAFTAR ISI
Gambaran Kebiasaan Merokok Dengan Kejadian Asma Bronkial Di Rumah Sakit Islam
Karawang................................................................................................................................... 5
ABSTRAK ................................................................................................................................. 5
ABSTRACT ................................................................................................................................ 6
BAB I ....................................................................................................................................... 12
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 12
BAB II ...................................................................................................................................... 19
BAB IV ..................................................................................................................................... 49
A. Analisis Univariat.............................................................................................................. 67
B. Keterbatasan Penelitian .................................................................................................... 75
C. ImplikasiKeperawatan ...................................................................................................... 75
A. Simpulan .......................................................................................................... 77
10
B. Saran ................................................................................................................. 80
LAMPIRAN ............................................................................................................................. 86
11
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
populasi asma sebanyak 400 juta dan juga terdapat 250 ribu kematian akibat
asma termasuk juga pada anak-anak (Juwita & Sary, 2019). Berdasarkan
Global Initiative for Asthma (2016) prevalensi asma di Asia Tenggara
sebesar 3,3% dimana 17,5 juta penderita asma dari 529,3 juta total populasi.
Dari berbagai sumber, Indonesia menempati urutan ke 19 di dunia untuk
penyebab kematian akibat asma serta menempati urutan ke 1 dari 12
penyebab kematian dari penyakit tidak menular.
Morbiditi dan mortaliti pasien asma meningkat pada mereka yang merokok
dibanding dengan tidak merokok. Pasien asma yang merokok memiliki
gejala asma yang lebih berat, membutuhkan pengobatan yang lebih banyak
16
tidur dan 22% dari perokok akan tetap merokok pada saat sakit. Kondisi ini
menunjukan perilaku merokok masyarakat Indonesia yang buruk, sehingga
diperlukan intervensi berupa edukasi yang komprehensif baik personal dan
atau komunitas pada kelompok dengan demografi dan karakteristik tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh Caristananda dkk, tahun 2012 tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi derajat kekambuhan asma dan salah satu faktor
yang diteliti yaitu kebiasaan merokok. Di dapatkan hasil sebagai berikut :
merokok mempunyai derajat kekambuhan asma dengan paling banyak
37,2% sedangkan asma ringan sebanyak 4,7% dengan nilai p=0.002.
Didukung oleh penelitian Pornomo (2008) mengatakan bahwa asap rokok
yang dihirup penderita asma secara aktif mengakibatkan rangsangan pada
sistem pernapasan.
Asap rokok dapat memicu inflamasi pada saluran napas nikotin dalam
tembakau berkaitan dengan efek imunomodulator sekunder dari fungsi
eosinofil dengan menghambat pelepasan proinflamasi sikotin dari makrofag.
Airway remodelling juga terjadi lebih parah pada penderita asma dengan
paparan rokok asap rokok juga menunujukan kesamaan IgE (imunoglobulin
E) antibodi sepsifik dengan debu rumah jadi terdapat kemungkinan bahwa
paparan asap rokok dapat memicu respon. imunologis terhadap alergen pada
penyakit asma dengan gangguan pada respon imun di tunjukan dengan
gangguan mukosilier dan epithelial junction.
18
Rumah Sakit Islam adalah rumah sakit swasta yang terletak di jalan Pangkal
Perjuangan by Pass yang memberikan pelayanan kesehatan untuk
masyarakat sekitar. Fasilitas dan pelayanan yang tersedia meliputi ruang
rawat inap dengan kapasitas tempat tidur sebanyak 103 tempat tidur.
Pelayanan lain juga terdapat farmasi, labotarium, radiologi, hemodialisa,
klinik spesialis, dan ruang ICU.
Pasien asma yang merokok mengalami gejala asma yang lebih berat,
tersebut maka rumusan masalah dari penulis ini adalah bagaimana gambaran
Karawang?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
di RS Islam Karawang
D. Manfaat Penelitian
bronkial.
21
BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Pengertian
Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya terengah-engah, dan
berarti serangan napas pendek. Meskipun dahulu istilah ini digunakan
untuk menyatakan gambaran klinis napas pendek tanpa memandang
sebabnya, sekarang istilah ini hanya ditujukan untuk keadaan-keadaan
yang menunjukkan respons abnormal saluran napas terhadap berbagai
rangsangan yang menyebabkan penyempitan jalan napas yang meluas
(Price&Wilson,2006).
Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for
Asthma (GINA) dalam (Rukmi&Perdani,2019) didefinisikan sebagai
penyakit heterogen berupa gangguan inflamasi kronik saluran nafas.
Penyakit ini didefinisikan dengan gejala berupa mengi, sesak napas,
dada terasa berat, dan batuk yang bervariasi serta keterbatasan aliran
udara yang bervariasi.
2. Klasifikasi
malam hari, pemberian obat inhalasi 𝛽-2 agonis dan uji faal paru) serta
asma saat tanpa serangan dan asma saat serangan (akut) menurut
(Kemenkes,2018) :
terdiri dari :
a. Intermitten
b. Persisten ringan
c. Persisten sedang
d. Persisten berat
(aspek akut). Sebagai contoh: seorang pasien asma persisten berat dapat
yang lebih tinggi harus diberikan jika pasien memberikan respon yang
Tabel 2.1
dan tidur
o Membutuhkan bronkodilator
setiap hari
Persisten berat Kontinyu
3. Etiologi
peliharaan).
kandung. Asma lebih mungkin terjadi pada orang yang memiliki kondisi
alergi lain, seperti eksim dan rinitis (high fever).
4. Faktor Risiko
Asap rokok adalah polusi dalam ruangan yang sangat berbahaya karena
lebih dari 90% orang menghabiskan waktu dalam ruangan. Asap rokok
terdiri dari asap utama (main stream) yang mengandung 25% kadar
bahan berbahaya dan asap sampingan (side stream) yang mengandung
75% kadar bahan berbahaya. Perokok pasif mengisap 75% bahan
berbahaya ditambah separuh dari asap yang dihembuskan keluar oleh
perokok.
Stress juga menjadi salah satu faktor pencetus terjadinya serangan asma.
Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus asma pada beberapa
individu. Selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah
ada. Salah satu respon terhadap stress adalah cemas. Kecemasan
merupakan bagian kehidupan sehari-hari dan merupakan gejala yang
normal pada manusia. Bagi orang dengan penyesuaian yang baik,
kecemasan dapat segera diatasi dan ditanggulangi. Sedangkan bagi orang
yang penyesuaiannya kurang baik, maka kecemasan merupakan bagian
terbesar dalam kehidupannya. Apabila penyesuaiannya tidak tepat, akan
timbul dampaknya terhadap kesehatan jasmani psikis. Stres dapat
mengantarkan pada seseorang pada tingkat kecemasan sehingga
memicu dilepaskannya histamin yang menyebabkan penyempitan
saluran napas ditandai dengan sakit tenggorokan dan sesak napas, yang
akhirnya memicu terjadinya serangan asma (Embuai,2020).
28
jumlah maupun fungsi sel Treg, padahal sel ini penting dalam
menginduksi toleransi terhadap antigen dan pada kasus asma Treg akan
mengurangi proliferasi Th2. Proses inflamasi pada saluran napas
mengakibatkan hiperresponsif saluran napas, obstruksi, hiperproduksi
mukus dan pada akhirnya menyebabkan remodeling dinding saluran
napas. Transisi sel epithelial ke mesenkimal berperan penting dalam
remodeling ini. Perubahan ini menyebabkan infiltrasi sel inflamasi
persisten dan menginduksi perubahan histologi dinding saluran napas,
peningkatan ketebalan membran basal, deposisi kolagen, serta hipertrofi
dan hiperplasia sel otot polos.
Sedangkan menurut
(Boonpiyathada,Sözener,Satitsuksanoa&Akdis,2019) Asma adalah
penyakit saluran napas kronis umum yang ditandai dengan keterbatasan
aliran udara yang bervariasi akibat penyempitan saluran napas,
penebalan dinding saluran napas, dan peningkatan lendir. Penyempitan
saluran napas hasil dari peradangan saluran napas kronis sekunder untuk
ekstravasasi plasma dan masuknya sel-sel inflamasi seperti eosinofil,
31
hilang timbul
c. Wheezing
d. Belum ada kelainan bentuk thorak
e. Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
f. BGA belum patologis
8. Komplikasi
Komplikasi asma adalah :
8.1 Pneumotoraks
Pneumotoraks adalah kondisi penting yang terjadi ketika udara
memasuki rongga pleura dan tekanan di dalam pleura naik ke
tekanan atmosfer.
8.2 Atelektasis
Atelektasis adalah penyakit paru-paru tanpa udara dan dapat
disebabkan oleh berbagai faktor.
8.3 Gagal napas
Gagal napas adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat
berfungsi untuk pertukaran oksigen dan karbon dioksida.
8.4 Bronkitis
Bronkitis adalah penyakit infeksi yang terjadi pada bronkus
(Afgani & Hendriani,2020).
9. Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan asma adalah meningkatkan dan
mempertahankan kualitas hidup agar pasien asma dapat hidup normal
tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari menurut Global
Initiative for Asthma (2017) dalam (Lorensia, Suryadinata, &
Ratnasari,2019).
Secara garis besar pengobatan asma dibagi dalam pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik di antaranya :
9.1 Pengobatan non-farmakologik
a. Pendidikan kesehatan
Tujuan dari konsultasi ini adalah untuk membantu klien
memperluas pengetahuan tentang asma, secara sadar
menghindari pemicu, minum obat dengan benar dan
berkonsultasi dengan tim kesehatan.
b. Hindari faktor pemicu klien perlu membantu
mengidentifikasi pemicu serangan asma yang ada di
35
kanker. Kadar tar yang terkandung dalam asap rokok inilah yang
berhubungan dengan risiko timbulnya kanker.
(Sumber : Yudistiawan,2011)
41
3 Jenis Rokok
.
Menurut Jaya (2009), rokok berdasarkan bahan pembungkusnya, terdiri
dari :
4 Perokok
.
Perokok adalah orang yang mengkonsumsi atau mengisap rokok atau
tembakau yang biasanya dilakukan setiap hari. Perokok aktif adalah
orang yang melakukan langsung aktivitas merokok dalam arti menghisap
batang rokok yang telah dibakar. Sedangkan, perokok pasif adalah
seseorang yang tidak melakukan aktifitas merokok secara langsung tapi
ikut menghirup asap yang dikeluarkan oleh perokok aktif (Ariyadi,2007
dalam Haswinda,2012).
Berdasarkan jumlah rokok yang dihisap dibagi menjadi 3 kategori,
yaitu (Rachmawati, 2011) :
a. Perokok ringan : jika menghisap rokok < 10 batang/hari
5 Lama Merokok
.
Merokok dimulai sejak umur 10 tahun atau lebih dari 10 tahun. Semakin
awal seseorang merokok makin sulit untuk berhenti merokok. Rokok
juga punya dose-response effect, artinya semakin muda usia remaja.
Risiko kematian bertambah sehubungan dengan banyaknya merokok dan
umur awal merokok yang lebih dini. Dampak rokok akan terasa setelah
10 sampai 20 tahun setelah digunakan (Bustan, 2007).
43
Selain hal tersebut diatas, rokok juga dapat memengaruhi saraf otonom.
Pada jalur saraf otonom inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast
intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel
saluran napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus,
sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan
makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan
memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa. Sehingga,
meningkatkan reaksi yang terjadi. Kerusakan epitel bronkus oleh
mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma dapat
terjadi tanpa melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi, inhalasi
udara dingin, asap rokok dan kabut. Pada keadaan tersebut reaksi asma
terjadi melalui refleks saraf. Ujung saraf eferen vagal mukosa yang
terangsang menyebabkan dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P,
neurokinin A dan Calcitonin Gene-Related Peptide (CGRP).
C. Kerangka Teori
46
BAB III
A Kerangka Konsep
.
Kerangka konsep yaitu visualisasi hubungan antara berbagai
variabel yang dirumuskan oleh peneliti setelah membaca berbagai
teori yang ada dan kemudian dihubungkan antara konsep-konsep
yang akan diukur atau diamati melalui penelitian yang akan
dilakukan. Kerangka yang baik dapat memberikan informasi yang
jelas kepada peneliti dalam memilih desain penelitian
(Masturoh,2018).
Usia
Jenis kelamin Kejadian asma
bronkial
Pendidikan
1. Derajat ringan
Pekerjaan
Kebiasaan merokok 2. Derajat sedang
B Variabel Penelitian
.
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang. Objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiyoni,2019). Penelitian ini tidak
menggunakan variabel independen dan dependen karena
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif murni, Adapun
variabel yang diteliti adalah : usia, jenis kelamin, pendidikan,
47
C Definisi Operasional
.
Definisi operasional adalah melekatkan arti pada suatu variabel
dengan cara menetapkan kegiatan atau tindakan yang perlu untuk
mengukur variabel itu. Definisi operasional menjelaskan variabel,
sehingga memungkinkan bagi peneliti untuk melakukan
pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara
pengukuran yang lebih baik (Hidayat,2008). Adapun definisi
operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
diselesaikan 3 = SMP
oleh 4 = SMA
responden 5=
SARJANA
Pekerjaan Pekerjaan Mengisi Kuesion 1 = PNS Ordinal
yang kuesione er 2=
dilaksanakan r Pegawai
oleh swasta
responden 3 = Buruh
4=
Pensiunan
5 = Tidak
Bekerja
Lamanya Pengakuan Mengisi Kuesion 1 = Mulai Ordinal
merokok responden kuesione er merokok
tentang usia r usia ≤ 15
mulai tahun
merokok
2 = Mulai
merokok
usia > 15
tahun
Kejadian Tingkat Mengisi Kuesion 1 = Asma Ordinal
asma kejadian asma kuesione er ringan
bronkial bronkial r (gejala
dinilai muncul < 1
berdasarkan kali dalam
frekuensi 1 minggu
timbulnya dan tidak
serangan menganggu
asma yang aktivitas
dihubungkan dan tidur)
dengan
terganggunya 2 = Asma
aktivitas dan sedang
tidur klien, (gejala
muncul > 1
kali dalam
49
1 minggu
tetapi < 1
kali dalam
1 hari dan
eksaserbasi
menggangg
u aktivitas
atau tidur
3 = Asma
berat
(gejala
muncul
tiap hari
dan
eksaserbasi
menggangg
u aktivitas
atau tidur)
50
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Rancangan penelitian adalah deskritif kuantitatif dengan
menggunakan desain Cross Sectional. Desain penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel dimana
variabel independen dan variabel dependen diidentifikasi pada
satu satuan waktu (Dharma, 2017). Jenis penelitian ini kuantitatif
deskriptif karena data berupa angka-angka, penelitian deskriptif
terbatas hanya menggambarkan kondisi variabel-variabel, data
disajikan dalam tabel distribui frekuensi dan diinterpretasikan.
𝑁
𝑛=
1 + N(α)²
Keterangan:
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d2 : Tingkat Singnifikan (0.05)
1+ (60 x 0,052)
n= 60
1+ (60 x 0,0025)
n= 60
1 + 0,26
n= 60
1,26
2 Kriteria eksklusi
a. Responden dengan penyakit lebih dari satu
diagnosa
b Responden yang tidak kooperatif
D. Etika Penelitian
1. Menghormati terhadap harkat dan martabat manusia (respect
for human dignity). Peneliti harus menghormati harkat dan
martabat peneliti dan responden serta hak atas informasi
tentang tujuan penelitian. Peneliti menghormati martabat
kemanusiaan responden dan oleh karena itu menyiapkan
formulir persetujuan (informed concent).
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian
(respect for privacy and confidentiality). Setiap orang
memiliki hak atas kehidupannya sendiri, termasuk privasi dan
kebebasan informasi individu. Setiap orang berhak untuk
tidak memberikan keterangan jika diperlukan dan tidak boleh
di publikasi dan peneliti harus mematuhinya. Oleh karena itu,
peneliti tidak diperbolehkan untuk mengungkapkan informasi
tentang identitas dan kerahasiaan subjek. Misalnya peneliti
tidak menuliskan nama responden pada kuesioner, melainkan
kode (inisial).
3. Keadilan dan inklusivitas atau keterbukaan (respect for
justice and inclusiveness). Dalam prinsip keadilan dan prinsip
keterbukaan yang harus diperhatikan oleh peneliti. Untuk
memenuhi asas keterbukaan, maka penelitian akan dilakukan
secara jujur, cermat, profesional, manusiawi, dengan
memperhatikan faktor ketelitian penelitian. Mampu
mengkondisikan lingkungan penelitian agar sesuai dengan
prinsip keterbukaan, yaitu kejelasan metode penelitian. Ada
54
2. 136 Valid
Berapa batang anda merokok
dalam sehari ?
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau
pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau
diamati berkali – kali dalam waktu yang berlainan
(Nursalam,2017). Penentuan instrumen reliabel untuk
digunakan dalam penelitian, yaitu jika r alpha positif dan r
alpha > r tabel maka butir atau variabel tersebut reliabel.
Variabel dikatakan tidak reliabel jika r alpha positif dan r
alpha < r tabel. Jika r alpha > r tabel namun bertanda negatif,
maka butir atau variabel tersebut akan tetap reliabel. Variabel
dikatakan reliabel jika mempunyai nilai cronbach alpha ≥
0.70 (Hidayat,2011). Nilai r tabel untuk n = 30 pada tingkat
58
H. Pengolahan Data
1. Editing
59
4. Cleaning
Pengecekkan kembali semua data dari setiap sumber data
atau responden setelah dimasukkan ke dalam program SPSS.
I. Analisa Data
60
P= f x 100 %
N
Keterangan :
P : Presentase (%)
f : Jumlah kejadian pada responden
N : Jumlah seluruh responden
61
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini penulis menyajikan hasil penelitian tentang
gambaran kebiasaan merokok dengan kejadian asma bronkial di
Rumah Sakit Islam Karawang Tahun 2023. Analisa hasil
penelitian dilakukan dalam 1 tahap yaitu analisa univariat dengan
membuat distribusi frekuensi.
1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia
di RS Islam Karawang (n=48)
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan pembahasan pada aspek hasil penelitian dan
keterbatasan penelitian. Acuan pembahasan pada aspek hasil penelitian
dalam bab ini saling berkaitan dengan data-data yang sudah dicantumkan
pada bab sebelumnya.
Hasil Penelitian dan Interpretasi Data
A. Analisis Univariat
Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Karakteristik responden dengan asma bronkial pada usia antara 26-
35 tahun sebanyak 6 responden (12.5%), usia antara 36-45 tahun
Dalam Penelitian ini mayoritas usia responden antara 46-55 tahun
Hal ini dikarenakan usia tersebut produktif untuk bekerja sehingga
kebiasaan merokok meningkat
Karakteristik menunjukan responden dengan jenis kelamin laki laki
sebanyak 29 responden (60.4%) dan jenis kelamin perempuan sebanyak
19 responden (39.6%).
Dalam penelitian ini mayoritas jenis kelamin yang terbanyak 29
responden dikarenakan laki – laki terbanyak perokok.
BAB VII
A. Simpulan
asap, baik itu asap rokok, asap rumah tangga, asap pembakaran
menjauhkan diri dari asap rokok. Ada pula responden yang ketika
bernapas.
responden (22.9%).
responden (12.5%).
derajat asma.
76
B. Saran
pencetus asma bronkial terutama rokok atapun asap rokok. Selain itu juga,
3. Bagi Masyarakat
meroko
77
bronkial.
78
DAFTAR PUSTAKA
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf/artikel/
Chandrasoma, Parakrama dan Clive R. Taylor. 2006. Ringkasan Patologi
Anatomi. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Departemen Agama RI. 2002. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Semarang: CV
Darus Sunnah
Dhini Erha. 2009. Rancangan Penelitian Cross Sectional. (http://dhinierha.
blogspot.com/2009/02/rancangan-penelitian-cross-sectional.html). Diakses
tanggal 26 Januari 2013.
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. 2010. Profil Kesehatan Provinsi
Sulawesi Selatan 2009. Makassar: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan
Hamka. 1999. Tafsir Al-Azhar. Jakarta: PT Pustaka Panji Mas
Haswinda. 2012. Gambaran Pengetahuan Perokok Tentang Kanker Paru-
Paru diRW 08 Kel. Mangasa Kec. Tamalate. Skripsi tidak dipublikasikan.
Hidayat, Aziz Alimul. 2008. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
Jabbar, Abdul. 2008. Nge-Rokok Bikin Kamu “Kaya”. Solo: Samudera.
79
Jakarta.http://library.upnvj.ac.id/pdf/4s1kedokteran/207311150/BAB%20II.
pdf. Diakses tanggal 01 Februari 2013.
Rai, Ngurah dan I G K Sajinadiyasa. 2009. Hubungan Merokok dan Lama
RawatInap Pasien Asma Eksaserbasi Akut Di RSUP
Sanglah Denpasar.
http://jurnalrespirologi.org/jurnal/Juli09/HUBUNGAN%20MEROKOK%20
DAN%20LAMA%20RAWAT%20PASIEN%20ASMA%20BRONKIAL%2
0DI%20BANGSAL%20PENYAKIT%20DALAM%20RSUP%20SANGLA
H%20 DEPASAR-OK..pdf. Diakses tanggal 15 Januari 2013.
Rengganis, Iris. 2008. Diagnosis dan Tatalaksana Asm
a Bronkial.
http://indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/download/608/5
9. Diakses tanggal 30 Januari 2013.
Robbins, dkk. 2007. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Volume 2. Jakarta: EGC.
Rowlands, Barbara. 2010. Jawaban-jawaban Alternatif untuk Asma &
Alergi.Yogyakarta: PT Intan Sejati.
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al Misbah; pesan, kesan dan keserasian Al-
Qur’an.Cet. I. Jakarta: Lentera Hati
Sitorus, Ronald H. 2005. Gejala Penyakit dan Pengobatannya. Bandung:
IramaWidya.
Pajanan Asap Rokok Terhadap Insiden Penyakit Asma Bronkial pada Anak
29 Januari 2013.
FKUR.
http://www.rsislamklaten.co.id/index.php?option=com_content&view=articl
e&id=167:senam-asma- &catid=3:info&itemid=28
81
LAMPIRAN
82
LAMPIRAN
Foto kegiatan
Lampiran
lebar bimbingan proposal dan hasil
BUKU BIMBINGAN
2. Rosmaitaliza, SKp., MM