Analisis Juridis Tindak Pidana Penyerobotan Tanah Di
Analisis Juridis Tindak Pidana Penyerobotan Tanah Di
RAHMA
4517060033
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) pada
Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Bosowa
i
HALAMAN JUDUL
Oleh :
RAHMA
4517060033
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) pada
Program Studi Ilmu Hukum Universitas Bosowa
Pada
ii
iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat dan Rahmat Allah SWT yang
telah memberikan kenikmatan dan keberkahan yang luar biasa. Shalawat dan
salam tercurah kepada junjungan kami Baginda Rasulullah SAW, suri tauladan
karunia dan inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
satu syarat menyelesaikan studi strata 1 (satu) serta dalam memperoleh gelar
Sarjana Hukum pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Bosowa Makassar.
kekurangan yang penulis miliki, namun kesemuanya itu dapat diatasi berkat
bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Untuk itu dalam bagian ini penulis
ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang sudah memberikan
ucapan terima kasih yang sedalam dalamnya. Rasa terima kasih penulis haturkan
vii
1. Kedua orang tua yang tercinta, H. Bada dan Hj.Napia yang telah
Ibu Hj. Siti Zubaidah, S.H., M.H. selaku Pembimbing II yang telah
8. Saudari Siti Fatima Azizah, Dita, Yolanda dan Mawar atas dukungan
skripsi ini
viii
Akhir kata penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, penulis memohon saran dan kritik yang
Rahma
ix
ABSTRAK
x
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL ................................................................................................................ i
ABSTRAK .............................................................................................................. x
xi
C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................................40
D. Teknik Pengumpulan Data ............................................................................41
E. Teknik Analisis Data .....................................................................................41
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................45
A. Unsur-Unsur Tindak Pidana Penyerobotan Tanah dalam Putusan
Nomor 315/Pid.B/2020/PN.Mks. .................................................................45
B. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Menjatuhkan Putusan Nomor
315/Pid.B/2020/PN. Mks. .............................................................................59
BAB V PENUTUP ..............................................................................................62
A. Kesimpulan ...................................................................................................62
B. Saran .............................................................................................................52
LAMPIRAN .......................................................................................................66
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kota Makassar terletak di pesisir barat daya Pulau Sulawesi dan berbatasan
Gowa di sebelah Selatan. Kota Makassar merupakan ibu kota provinsi dengan
luas wilayah 157,77 km2 dan jumlah penduduk lebih dari 1,5 juta jiwa dan berada
Degan luas wilayah dan jumlah penduduk yang cukup banyak Kota
Makassar menjadi salah satu kota yang rentan terhadap kasus-kasus tindak pidana
yang terjadi karena unsur kesengajaan dan unsur menguntungkan diri sendiri
dengan merampas hak milik orang lain. Kasus-kasus tersebut telah banyak terjadi
baik di kota besar maupun di kota kecil. Makassar merupakan salah satu kota
yang menyimpang dari berbagai macam lapisan masyarakat yang ada, dari
Salah satu contoh objek yang sering menjadi objek permasalahan yaitu tanah,
1
Wikipedia Bahasa Indonesia, diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Makassar, pada 7
Juni 2020, Pukul 13.00 WITA.
1
tanah sering dijumpai menjadi objek dalam Hukum Perdata dan Pidana di
Indoneisa, mulai dari pemalsuan akta tanah, sengketa tanah, penyerobotan tanah,
dan lain-lain.
Penyerobotan tanah bukanlah suatu hal yang baru dan terjadi di Indonesia.
Kata penyerobotan sendiri dapat diartikan dengan perbuatan mengambil hak atau
aturan, seperti menempati tanah atau rumah orang lain, yang bukan merupakan
haknya. Tindakan penyerobotan tanah secara tidak sah merupakan perbuatan yang
Hal diatas dapat terjadi karena tanah merupakan karunia dari Tuhan Yang
Maha Esa kepada umat manusia di muka bumi. Oleh sebab itu tanah menjadi
kebutuhan dasar manusia, sejak lahir sampai meninggal dunia. Bahwa manusia
kosmologis, tanah adalah tempat manusia berasal, tempat manusia tinggal, tempat
manusia untuk bekerja, tempat manusia hidup, dan tempat manusia akan pergi.
Dalam hal ini, tanah mempunyai dimensi ekonomi, sosial, kultural, politik, dan
ekologis.2
menjadi instrument dasar masyakat untuk dipatuhi, salah satu contoh sifat
memaksa yang ada pada sistem hukum di Indonesia terdapat pada Undang-undang
No. 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana yang Kemudian disebut
2
Ibid.,
2
Dari uraian di atas, menunjukkan cukup banyak alternatif penerapan
Pasal-pasal hukum pidana tersebut dapat digunakan oleh penyidik tergantung pada
perbuatan mana yang secara tepat memenuhi unsur- unsur pasal hukum pidana
yang dilanggar.
penyerobotan atas tanah milik orang lain, maka oleh Penyidik langsung
maksud menguasai kemudian menjual atau menukarkan, kepada pihak lain, maka
si tersangka (penyerobot) oleh penyidik dikenakan Pasal 385 ayat (1) Kitab
empat tahun, dimana: dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, menjual, menentukan atau membebani dengan
credietcerband suatu hak tanah yang belum bersertifikat, padahal ia tahu bahwa
orang lain yang mempunyai hak atau turut mempunyai hak atasnya.
sebagaimana dimaksud Pasal 167 ayat (1) KUHP dan Pasal 385 KUHP yang
mana kedua pasal tersebut membahas tentang tindak pidana penyerobotan tanah,
masyarakat awam sering kali melakukan kesalahan tanpa berfikir panjang bahwa
mereka lakukan adalah suatu hal yang melanggar hukum, Menurut Penulis,
3
walaupun tanah adalah suatu Investasi yang sangat berharga untuk kehidupan
manusia tetapi mengenai permasalahan terkait tanah juga tidak sedikit dijumpai.
Salah satu identitas dari suatu negara hukum adalah memberikan jaminan
dalamnya perlindungan hukum bagi pemegang hak atas tanah.3 Dalam kehidupan
manusia, keberadaan tanah tidak akan terlepas dari sebagal perbuatan manusia,
Salah satu contoh kasus yang terjadi di kota metropolitan ini ialah kasus
penyerobotan tanah yang dilakukan oleh terdakwa Hj. Heria yang mana
penyerobotan tanah yang dimaksud ialah dimana terdakwa Hj. Heria membangun
Ruko di sebagian luas tanah milik orang lain yaitu milik saksi Irawan Sumarno
yang telah dipasangkan patok kayu dan memiliki sertifikat hak milik No.
21580/Sudiang Surat ukur No. 00135 tanggal 03 Maret 2000 dengan cara
memaksa masuk ke pekarangan tanah milik saksi Irawan Sumarno yang telah
dipasangkan patok kayu dan Irawan Sumarno juga telah memberikan somasi
kepada Terdakwa Hj. Heria untuk segera meninggalkan lokasi tersebut namun
terdakwa Hj. Heria tidak meninggalkan lokasi tanah milik saksi Irawan Sumarno
tersebut.
atau harta orang lain dengan sewenang-wenang atau dengan tidak mengindahkan
3
Adrian Sutedi, 2007, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika, Jakarta,
hlm.131.
4
Bernhard Limbong, 2012, Konflik Pertanahan. Pustaka Margaretha, Jakarta, hlm. 1–2.
4
hukum dan aturan, seperti menempati tanah atau rumah orang lain, yang bukan
merupakan haknya. Memaksa masuk ke pekarangan atau tanah milik orang lain
tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167 ayat (1) KUHP, yang rumusannya
ialah :
Sebagaimana rumusan Pasal 167 ayat (1) yang menyatakan kasus tersebut
terdakwa Hj. Heria dijatuhi Putusan Onslag (Putusan lepas) karena kasus tersebut
dalam bentuk skripsi dengan mengangkat judul “Analisis Juridis Tindak Pidana
terkait tindak pidana peyerobotan tanah ini perlu untuk diperhatikan sesuai dengan
B. Rumusan Masalah
5
C. Tujuan Penelitian
hukum pidana.
D. Kegunaan Penelitian
pidana, utamanya dalam hal penerapan sanksi pidana dalam tindak pidana
penyerobotan tanah. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi rujukan bagi
penulisan karya ilmiah kemudian hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan yang konstruktif kepada pihak yang terkait dalam perkembangan hukum
pidana serta berguna secara praktis bagi para penegak hukum dalam
penyerobotan tanah.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana. Tindak pidana
merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu
hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri
tertentu pada peristiwa hukum pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian yang
sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan
dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai sehari-hari
dasar dalam ilmu hukum, sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam
lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang
bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan
5
Amir Ilyas, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana Memahami Tindak Pidana Dan
Pertanggungjawaban Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan, Mahakarya Rangkang Offset
Yogyakarta, Yogyakarta, hlm. 18. Tindak Pidana ialah suatu perbuatan yang pelakunya dapat
dikenai hukuman pidana. Dan, pelaku ini dapat dikatakan merupakan “subjek
7
istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.6 Jadi berdasarkan
pendapat tersebut di atas pengertian dari tindak pidana yang dimaksud adalah
bahwa perbuatan pidana atau tindak pidana senantiasa merupakan suatu perbuatan
yang tidak sesuai atau melanggar suatu aturan hukum atau perbuatan yang
dilarang oleh aturan hukum yang disertai dengan sanksi pidana yang mana aturan
pidananya ditujukan kepada orang yang melakukan atau orang yang menimbulkan
kejadian tersebut.
Tindak pidana adalah merupakan suatu dasar yang pokok dalam menjatuhi
pidana pada orang yang telah melakukan perbuatan pidana atas dasar pertanggung
jawaban seseorang atas perbuatan yang telah dilakukannya, tapi sebelum itu
yang menentukan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan
ini lebih dikenal dalam bahasa latin sebagai Nullum delictum nulla poena sine
praevia lege (tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa peraturan lebih dahulu),
ucapan ini berasal dari von Feurbach, sarjana hukum pidana Jerman.7
1. Tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana kalau hal itu
8
3. Aturan-aturan hukum pidana tidak boleh berlaku surut.
Tindak pidana merupakan bagian dasar dari pada suatu kesalahan yang
terjadinya suatu tindak pidana adalah karena seseorang tersebut telah melakukan
tersebut maka dia harus bertanggung jawabkan segala bentuk tindak pidana yang
telah dilakukannya untuk dapat diadili dan bilamana telah terbukti benar bahwa
telah terjadinya suatu tindak pidana yang telah dilakukan oleh seseorang maka
dengan begitu dapat dijatuhi hukuman pidana sesuai dengan pasal yang
mengaturnya.9
hukuman pidana. Dan, pelaku ini dapat dikatakan merupakan “subjek tindak
pidana”. Dalam pandangan KUHP, yang dapat menjadi subjek tindak pidana ialah
yang membentuk maupun menerapkan hukum. Salah satu kunci dari keberhasilan
hukumnya sendiri. Dalam rangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegak
9
Ibid., hlm. 156.
10
Wirjono Prodjodikoro, Op.Cit, hlm. 59
9
hukum, keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, terasa, terlihat dan
diaktualisasikan.11
oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa
pidana tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.12 Sementara
itu Pompe membagi definisi tindak pidana menjadi 2 (dua) macam, yaitu ; 13
diadakan karena kesalahan pelanggar, dan harus diberikan pidana untuk dapat
pidana adalah suatu perbuatan manusia yang memenuhi delik, melawan hukum,
11
Siti Zubaedah dan Nurwahidah Mansyur, “Analisis Pelaksanaan Elektronic Traffic Law
Enforcement dalam Upaya Penegakan Hukum Lalu Lintas (Studi Kasus Polrestabes Makassar)”,
Al-Amwal : Journal of Islamic Economic Law, September 2019, Vol. 4, No. 2, hlm. 172.
12
Adam Chazawi, 2010, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Rajawali Pers, Jakarta, hlm. 67-68.
13
Zainal Abidin Farid, 2007, Hukum Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 225.
14
Chairul Huda, 2013, Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menjadi Kepada Tiada
Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, Kencana, Jakarta, hlm. 27.
15
Erdianto Effendi, 2011, Hukum Pidana Indonesia, Refika Aditama, Bandung, hlm. 97.
10
adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan
yang melawan hukum yang memenuhi delik serta apabila dilakukan akan
jera terhadap pelaku tindak pidana sehingga tujuan hukum dapat tercapai.
tertentu, tanpa merumuskan wujud dari perbuatan itu, maka tindak pidana ini
delict). Berbeda halnya dengan tindak pidana formal (formeel delict), pada tindak
16
Safaruddin Harefa, “Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Di Indonesia Melaui Hukum
Pidana Positif Dan Hukum Pidana Islam”, UBELAJ, Volume 4 Number 1, April 2019, hlm.38
17
Amir Ilyas, Op.Cit., hlm. 35-36
11
Setelah membahas mengenai pengertian tindak pidana, maka dapat
tindak pidana yang terdapat di dalam KUHP memiliki dua macam unsur, yakni
Unsur subjektif adalah unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang
sesuatu yang terkandung di dalam hatinya. Sementara unsur objektif adalah unsur
yang ada hubungannya dengan keadaan, yaitu di dalam keadaan mana tindakan
Unsur subjektif dari suatu tindak pidana adalah antara lain, sebagai berikut: 18
b. Maksud atau voornemen pada suatu percobaan atau poging seperti yang
dan lain-lain;
340 KUHP;
Unsur objektif dari suatu tindak pidana adalah antara lain, sebagai berikut:
18
Lamintang, Franciscus Theojunior Lamintang, 2014, Dasar-Dasar Hukum Pidana di Indonesia,
PT. Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 192.
12
b. Kualitas dari si pelaku, misalnya “Keadaan sebagai seorang pegawai
sebagai akibat.
perbuatan yang dilarang oleh undang-undang. Itulah yang disebut sebagai asas
legalitas yang artinya tidak dapat seseorang itu dihukum jika perbuatannya
unsur mampu bertanggungjawab artinya orang tersebut harus sudah dewasa dan
istilah tersebut sama namun ada perbedaan prinsip antara keduanya. Element
dalam suatu tindak pidana mengandung arti unsur-unsur yang terdapat dalam
suatu tindak pidana baik yang tertulis maupun tidak tertulis. Sedangkan
bastendeel mengandung arti unsur tindak pidana yang secara expenssiv verbis
tertuang dalam suatu rumusan delik atau perbuatan pidana. Dengan kata lain
13
element tindak pidana meliputi unsur yang tertulis maupun unsur tidak tertulis,
Sianturi memberikan rumusan bahwa tindak pidana adalah suatu tindakan pada
tempat, waktu, dan keadaan tertentu yang dilarang atau diharuskan dan dapat
diancam dengan pidana oleh undang-undang yang bersifat melawan hukum, serta
Setiap tindak pidana dalam KUHP pada umumnya dapat dijabarkan unsur-
objektif. Unsur subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau
Menurut Adami Chazawi unsur-unsur tindak pidana terdiri dari 11 unsur yang
terdiri dari:22
c. Unsur kesalahan
19
P.A.F. Lamintang, 1990, Dassr-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, Bandung, hlm. 168.
20
Amir Ilyas, 2012, Asas-Asas Hukum Pidana, Rangkang Education & Pukap Indonesia,
Yogyakarta, hlm. 18-19.
21
Ibid.,hlm. 45.
22
Adami Chazawi, 2016, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 2, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta,
hlm. 83-114
14
e. Unsur keadaan yang menyertai
a. Perbuatan
telah melakukan suatu tindak pidana dan memenuhi unsur-unsurnya yang telah
ditentukan dalam undang-undang. Dilihat dari sudut terjadi suatu tindakan yang
untuk itu. Dilahat dari sudut kemampuan bertanggung jawab maka hanya
pidanakan.23
2. kesalahan;
23
Amir Ilyas, Op.Cit., hlm. 75.
15
3. Tidak ada alasan pemaaf.
Pemidanaan bisa diartikan sebagai tahap penetapan sanksi dan juga tahap
pemberian sanksi dalam hukum pidana. Kata “pidana” pada umumnya diartikan
Terkait hal tersebut di atas, pemidanaan dan penuntutan adalah suatu hal yang
negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-
undang ini dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang
pengadilan”.25
sehari-hari. Menyerobot berasal dari kata serobot. Penyerobot adalaha orang yang
24
ibid., hlm 59.
25
Andi Sofyan dan Abdul Asis, Op.Cit., hlm. 169
16
c. Melakukan perbuatan (seperti masuk ke rumah orang tanpa izin,
sebagainya).
Penyerobotan tanah bukanlah suatu hal yang baru dan terjadi di Indonesia.
Kata penyerobotan sendiri dapat diartikan dengan perbuatan mengambil hak atau
aturan, seperti menempati tanah atau rumah orang lain, yang bukan merupakan
haknya. Tindakan penyerobotan tanah secara tidak sah merupakan perbuatan yang
Penyerobotan tanah bukanlah suatu hal yang baru dan terjadi di Indonesia.
Kata penyerobotan sendiri dapat diartikan dengan perbuatan mengambil hak atau
aturan, seperti menempati tanah atau rumah orang lain, yang bukan merupakan
haknya. Tindakan penyerobotan tanah secara tidak sah merupakan perbuatan yang
terhadap tanah milik orang lain dapat diartikan sebagai perbuatan menguasai
menduduki atau mengambil alih tanah milik orang lain secara melawan hukum,
melawan hak atau melanggar peraturan hukum yang berlaku. Karena itu,
26
Tri Andrisman, 2009, Asas-Asas dan Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia, hlm.70.
27
Ibid.,
17
Mengenai Larangan pemakaian Tanah tanpa izin di atur dalam PERPU
Nomor 51 Tahun 1960 Tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa izin Yang
tanpa izin yang berhak atau kuasanya yang sah”. 28 Aturan Pemerintah Pengganti
Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya menyatakan bahwa pemakaian tanah
tanpa izin yang berhak atau kuasanya yang sah adalah perbuatan yang dilarang
dan diancam dengan hukuman pidana. (Pasal 2 dan Pasal 6). Kedua pasal tersebut
1. Pasal 2 berbunyi :
Dilarang memakai tanah tanpa ijin yang berhak atau kuasanya yang sah.
2. Pasal 6 berbunyi :
1) barangsiapa memakai tanah tanpa ijin yang berhak atau kuasanya yang sah,
dengan ketentuan, bahwa jika mengenai tanah perkebunan dan hutan
dikecualikan mereka yang akan diselesaikan menurut Pasal 5 ayat (1);
2) arangsiapa mengganggu yang berhak atau kuasanya yang sah didalam
menggunakan haknya atas suatu bidang tanah;
3) barangsiapa menyuruh, mengajak, membujuk atau menganjurkan dengan
lisan atau tulisan untuk melakukan perbuatan yang dimaksud dalam Pasal 2
atau sub b dari ayat (1) pasal ini;
28
PERPU Nomor 51 Tahun 1960
18
4) barangsiapa memberi bantuan dengan cara apapun juga untuk melakukan
perbuatan tersebut pada Pasal 2 atau huruf b dari ayat (1) pasal ini;
Agraria dan Penguasa Daerah sebagai yang dimaksud dalam Pasal 3 dan Pasal 5
yang melanggar atau tidak memenuhinya.Tindak pidana tersebut dalam pasal ini
1) Barangsiapa
Unsur-unsur dari tindak pidana Pasal 167 ayat (1) KUH Pidana, yaitu:
KUHPidana sekarang ini yang dapat menjadi subjek tindak pidana hanyalah
manusia saja, sedangkan korporasi tidak dapat menjadi subjek tindak pidana.
19
Berbeda halnya dengan tindak pidana yang terdapat dalam undang-undang di
luar KUH Pidana, di mana ada yang sudah mengakui korporasi sebagai subjek
diberikan uraian penjelasan oleh S.R. Sianturi bahwa, Yang dimaksud dengan
dengan kehendak dari orang lain sipemakai yang sekaligus merupakan sipehak
dengan tulisan bahkan dengan isyarat atau tanda yang sudah lazim dapat
dimengerti bahkan juga secara diam-diam. Dalam hal ini apabila pintu dari
suatu rumah terbuka lebar, tidak berarti bahwa siapa saja dapat memasuki
hukum tidak dipandang sebagai memaksa memasuki. Jika pintu itu tertutup
tetapi tidak dikunci, lalu ada orang lain membuka dan memasukinya tanpa
terutama jika penghuni rumah itu sedang tidak berada di rumah, misalnya
dan melihat kehadiran orang lain itu di rumahnya, dan ia tidak meminta supaya
orang lain itu segera pergi, maka berarti secara diam-diam telah disetujui
29
Haezer M. M. Tumilaar, ”Tindak Pidana Memasuki Rumah, Ruangan, Pekarangan Berdasarkan
Pasal 167 Ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana”, Lex Crimen Vol. VIII/No. 1/Jan/2018,
hlm.7
20
3) Ke dalam rumah, ruangan atau pekarangan tertutup yang dipakai orang lain
dengan melawan hukum atau berada di situ dengan melawan hukum. Dari
unsur ini terlihat bahwa ada dua macam tujuan dari memaksa masuk, yaitu (a)
dengan melawan hukum; atau (b) berada di situ dengan melawan hukum.30
dibedakan menjadi dua, yaitu pada waktu perolehan dan pada waktu mengakui
tanpa hak. Sehubungan dengan itu sekalipun seseorang disangka benar telah
melakukan suatu tindak pidana penyerobotan tanah, akan tetapi hal itu bukan
merupakan jaminan bahwa pelaku tersebut dapat dijatuhi hukuman, atau dengan
kata lain tidak setiap orang yang melakukan kesalahan dapat dihukum sebelum
dalam undang-undang.
tindak pidana adalah Tidak cukup apabila disitu hanya terdapat suatu
strafbaarfeit, melainkan harus juga strafbaar persoon atau seseorang yang dapat
dihukum apabila strafbaarfeit yang dilakukan itu tidak bersifat wederchttelijk dan
ada dalam tindak pidana. Tindak pidana penyeroboton tanah yang terdapat dalam
30
Ibid., hlm. 28
31
P.A.F. Lamintang, Delik-delik Khusus Kejahatan Terhadap Harta Kekayaan, hlm. 174.
21
a. Pada Waktu Perolehan
Tindak pidana ini pada waktu perolehan berlandasan pada adanya tindak
pidana penipuan yang diatur pada Pasal 385 KUHP, yang diberi kualifikasi
sebagai stelionat atau dapat disebut penipuan yang berhubungan hak atas tanah.
Ketentuan pidana pada pasal ini bertujuan untuk melindungi hak atas tanah yang
dimiliki oleh penduduk asli berdasarkan hukum adat, ataupun atas bangunan-
bangunan atau tanaman-tanaman yang terdapat di atas tanah. Pasal 385 KUHP,
1) Unsur Subyektif
Dengan Maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan dengan
Jadi dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan
hukum atau dengan hak orang lain. Kalau sipelaku tidak ada kehendak untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain, maka pasal yang lebih tepat
diterapkan adalah Pasal 335. Bahkan jika sipelaku yakin atau mengira bahwa ia
bahwa bahwa barang itu adalah miliknya atau milik temannya yang baru saja
hilang), maka unsur ini tidak terpenuhi dan karenanya penerapan pasal ini tidak
22
lain, harus terbukti. Tetapi apakah harus terbukti pula bahwa yang diperas itu
harus merasa dirugikan, tidak dipersoalkan. Namun jika yang diperas itu memang
merasa dirugikan, maka hal ini dapat digunakan untuk memperkuat maksud
sipelaku.32
Menyadari pula bahwa sarana yang digunakan adalah suatu kebohongan atau
tujuan, berarti tidak harus selalu menjadi kenyataan keuntungan yang diharapkan
itu. Yang penting ialah, adakah ia pada waktu itu mengharapkan suatu
Diketahui tanah tersebut ada orang lain yang lebih berhak; Kejahatan-
kejahatan tersebut didalam pasal ini biasa disebut kejahatan Stellionat, yang
goederen), misalnya : tanah, sawah, gedung, dll. Supaya dapat dikenakan pasal
32
Ibid.,
33
Ibid.,
23
ini, maka terdakwa harus telah nyata berbuat hal mengetahui, bahwa yang berhak
dijadikan tanah tanggungan utang atau telah digadaikan. Unsur ini lebih
pinjaman sebidang tanah (dengan hak menurut UUPA), bangunan dan sebagainya,
Dengan perkataan lain terjadi dua kali pembebanan untuk sebidang tanah yang
sama.35
2) Unsur Obyektif
yang dimaksud dengan “barangsiapa” pada sub ayat ke (1) sampai dengan ke (6)
sesuatu hak rakyat dalam memakai tanah pemerintah dan partikelir; Pasal ini
dibuat pada tahun 1915 dan mulai berlaku tahun 1918, yang penerapannya
berkaitan dengan Suatu hak penggunaan sebidang tanah oleh rakyat Indonesia di
34
Ibid, hlm. 175
35
Ibid.,
24
b) Domeinverklaring (tersebut Pasal 1 Agrarisch Besluit Stb.1870 No.118) ;
No.117;
perkataan Credietverband pada Pasal 385 ini harus dibaca sebagai “pinjaman” dari
atas tanah-negara (landsdomein) atau tanah partikulir harus dibaca sebagai “suatu
untuk melindungi hak atas tanah yang dimiliki oleh penduduk asli berdasarkan
Pokok Agraria tahun 1960 para camat itu ditunjuk sebagai Pejabat Pembuat Akta
Tanah, sehingga seharusnya semua tindakan hukum yang menyangkut tanah itu
dilakukan di depan camat setempat, akan tetapi didalam praktek banyak terjadi,
bahwa hingga kinipun orang masih melakukan jual beli tanah di bawah tangan,
25
bahkan dengan disaksikan oleh para pamong desa, umumnya dengan alasan
“untuk sementara” sebelum menghadap camat untuk dilakukan jual beli secara
resmi.
Sebelum tahun 1960 memang tidak ada satu peraturan yang berlaku secara
memindah tangankan tanah milik adatnya secara sah dan karenanya cara tersebut
Kepala Desa, walaupun cara itu sebenarnya adalah tidak diisyaratkan secara
mutlak. Setelah tahun 1960 sudah jelas jual beli tanah secara itu adalah tidak sah.
disebut “girik”, “letter C” atau “surat pipil” itu adalah “bukti pemilikan tanah”
yang sah., padahal sesungguhnya adalah tidak demikian. Surat-surat semacam itu
hanyalah merupakan “tanda wajib pajak” dalam arti, bahwa orang yang namanya
disebutkan di dalam surat semacam itu adalah orang yang wajib membayar pajak
tanah. Ini tidak berarti bahwa orang yang membayar pajak itu adalah orang yang
mempunyai hak milik atas tanah yang pajak tanahnya ia bayar itu. 36
telah disewakan sebelumnya kepada orang lain. Unsur ini jauh lebih menunjukan
kegiatan menyewakan sebidang tanah (dengan hak menurut UUPA) untuk waktu
36
P.A.F. Lamintang dan G. Djisman Samosir, 1990, Hukum Pidana Indonesia, Bandung, Sinar Baru,
hlm. 240-241.
26
Delik pelanggaran terhadap hak kebebasan dan ketentraman. Kejahatan ini
a. Unsur Subyektif
1) Melawan hukum
2) Sengaja
b. Unsur Obyektif
berarti “masuk dengan paksa”. Yang artinya “masuk dengan paksa” ialah
tidak dengan segera pergi dari tempat itu atas permintaan orang yang
berhak atau atas nama orang yang berhak. Pernyataan kehendak ini bisa
yang sama artinya dan dapat dimengerti oleh orang di daerah itu. Pintu
pagar atau pintu rumah yang hanya ditutup begitu saja itu belum berarti
bahwa orang tidak boleh masuk. Apabila pintu itu “dikunci” dengan kunci
37
Ibid., hlm. 145.
27
atau alat pengunci lain atau ditempel dengan tulisan “dilarang masuk”,
maka barulah berarti bahwa orang tidak boleh masuk di tempat tersebut.
masuk ke dalam pekarangan atau rumah orang yang tidak memakai tanda
“dilarang masuk” atau pintu yang dikunci itu belum berarti “masuk dengan
paksa” dan tidak dapat dihukum. Akan tetapi jika kemudian orang yang
berhak lalu menuntut supaya mereka itu pergi, mereka harus segera
meninggalkan tempat tersebut. Jika tuntutan itu diulangi sampai tiga kali
tidak pula diindahkan, maka mereka itu sudah dapat dihukum. Jadi jika
kunci masuk jika terjadi sesuatu dan tidak ada orang di rumah, maka selain
dari hal tersebut, si pemegang kunci tidak berhak untuk masuk ke dalam
rumah itu.38
1) Unsur Subyektif
tindak pidana. Dalam pasal ini meskipun tidak disebutkan kata-kata “sengaja
(dolus), atau lalai (culva), maka dapat ditafsirkan pada bahwa unsur kesalahan
dari orangnya adalah “sengaja”. Artinya harus bisa dibuktikan perbuatan yang
38
Ibid.,
28
dilakukan oleh subjek delik dilakukan dengan sengaja. Jika unsur sengaja tidak
2) Unsur Obyektif
dilakukan oleh subjek hukum. Dalam pasal ini ada beberapa unsur yaitu :
unsur paksaan. Paksaan merupakan unsur mutlak dari pasal ini, jika seorang
tidak bisa digunakan. Paksaan dapat diartikan perbuatan itu dilakukan dengan
Dakwaan Alternatif Kedua Adalah Pasal 385 ayat (4) KUHP. Kejahatan
Yang Diatur Dalam Pasal 385 Ini Adalah Kejahatan Yang Disebut Dengan
Rumah Dan Lain-Lain. Yang ancaman dengan pidana penjara paling lama empat
tahun :
29
2) Barangsiapa dengan maksud yang sama menjual, menukarkan, atau
membebani dengan crediet verband, sesuatu hak tanah Indonesia yang
telah dibeban crediet verband, atau sesuatu gedung, bangunan, penanaman
atau pembenihan di atas tanah yang juga telah dibebani demikian, tanpa
memberitahukan tentang adanya beban itu kepada pihak lain;
3) Barangsiapa dengan maksud yang sama mengadakan crediet verband
mengenai sesuatu hak tanah Indonesia, dengan menyembunyikan kepada
pihak lain bahwa tanah yang berhubungan dengan hak tadi sudah
digadaikan;
4) Barangsiapa dengan maksud yang sama mengadaikan atau menyewakan
tanah dengan hak Indonesia, padahal diketahui bahwa orang lain yang
mempunyai atau turut mempunyai hak atas tanah itu;
5) Barangsiapa dengan maksud yang sama menjual atau menukarkan tanah
dengan hak Indonesia yang telah digadaikan, padahal tidak diberitahukan
kepada pihak yang lain, bahwa tanah itu telah digadaikan;
6) Barangsiapa dengan maksud yang sama, menjual atau menukarkan tanah
dengan hak Indonesia untuk suatu masa, padahal diketahui, bahwa tanah
itu telah disewakan kepada orang lain untuk masa itu juga.
pasal ini memiliki dua unsur penting yaitu unsur subjektif dan unsur
dari kedua unsur ini, maka dapat disimpulkan bahwa delik yang diatur dalam
pasal 385 ayat (4) kuhp ini adalah delik-delik yang ditujukan pada makelar tanah
pihak ketiga. pasal ini menghendaki adanya dua perbuatan yang dilakukan agar
unsur objektif terpenuhi yaitu perbuatan menguasai tanah dan yang kedua setelah
tanah dikuasai selanjutnya digadaikan atau disewakan. sementara itu, dari unsur
30
C. Pertimbangan Hukum Hakim dalam Menjatuhkan Putusan
merupakan mahkota bagi hakim dan harus tetap dikawal dan dihormati oleh
semua pihak tanpa kesuali, sehingga tidak ada satupun pihak yang dapat
berkaitan dengan perkara yang sedang diperiksa, tingkat perbuatan dan kesalahan
1) Teori Keseimbangan
dengan perkara, yaitu antara lain seperti adanya keseimbangan yang berkaitan
peradilan pidana, kepentingan korban saat ini belum mendapat perhatian yang
39
Setiady, Tolib, 2010, Pokok-pokok Hukum Panitensier Indonesia, Alfabeta, Bandung, hlm. 21-22.
40
Mackenzie, 2010, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum Progresif, Sinar
Grafika, Jakarta, hlm. 105-106.
31
memberikan pertimbangan pada kepentingan korban, karena baik dalam
hukum pidana materil maupun hukum pidana formil, tidak ada ketentuan atau
tidak cukup diatur mengenai perlindungan terhadap korban, hal itu adalah atas
inisiatif sendiri dan bukan sebagai bagian dari proses perkara.Dalam praktik,
ada dua cara melindungi kepentingan korban, yaitu yang pertama, melakukan
atau semata-mata karena uluran tangan pelaku. Salah satu penyebab tidak ada
sebagai perkara antara negara melawan pelaku dan korban bukan merupakan
keadaan dan hukuman yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana atau dalam
perkara perdata, hakim akan melihat keadaan pihak yang berperkara, yaitu
penggugat dan tergugat, dalam perkara perdata, dan pihak terdakwa atau
hakim dalam penjatuhan suatu putusan, lebih ditentukan oleh hakim dalam
penjatuhan suatu putusan, lebih ditentukan oleh Instink atau Intuisi dari pada
32
pidana atau pertimbangan yang digunakan hakim dalam menjatuhkan putusan
dalam perkara perdata, di samping dengan minimum 2 (dua) alat bukti, harus
sangat bersifat subjektif, yang hanya didasarkan pada Instink atau naluri hakim
oleh keadaan jasmani dan rohani yang kadangkala menempatkan Instink atau
naluri hakim menjadi sesuatu yang tidak benar, sehingga dikuatirkan terjadi
kekeliruan atau kesesatan dalam putusan yang dijatuhkan oleh hakim tersebut,
sehingga akan menjadi putusan yang salah atau yang sesat, yang dapat
Oleh karena itulah, hakim harus berhati-hati dalam menggunakan teori ini,
yang hanya mengandalkan pada seni dan Intuisi semata dari hakim sendiri .
bagaimana dampak dari putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana,
yang ditimbulkan dalam putusan perkara perdata yang berkaitan pula dengan
terbang” dari seorang hakim, seharusnya secara teori semakin akan sangat
33
perkara. Perjalanan tugas dari seorang hakim, sebagaiman yang berlaku di
Indonesia, biasanya dimulai sejak hakim tersebut menjadi seorang calon hakim
(cakim) yang diberi tugas untuk mempelajari mengenai cara-cara dan prosedur
persidangan yang baik dan sesuai dengan ketentuan hukum materiil maupun
hukum formil karena penguasaan hukum materil dan hukum acara yang baik,
Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana
peringatan bahwa dalam memutus suatu perkara, hakim tidak boleh semata-
mata atas dasar intuisi atau Instink semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu
suatu perkara yang harus diputuskannya. Oleh karena itu, hakim dituntut untuk
tersebut, dapat dipertanggung jawabkan dari segi teori-teori yang ada dalam
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan perkara yang diperiksa, diadili, dan
diputuskan oleh hakim. Dalam teori ini, kemandirian hakim dalam menguasai
lainnya, sangat menentukan putusan yang akan dijatuhkan oleh hakim. Untuk
itu, hakim dituntut untuk terus belajar dan belajar ilmu pengetahuan yang
34
berkaitan dengan hukum pada khususnya dan ilmu pengetahuan yang lain pada
umumnya.
yang relevan dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum
motivasi yang jelas untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan bagi
6) Teori Kebijaksanaan
pengadilan anak. Landasan dari teori kebijaksanaan ini menekankan rasa cinta
terhadap tanah air, nusa dan bangsa Indonesia serta kekeluargaan harus
ditanam, dipupuk dan dibina. Selanjutnya aspek teori ini menekankan bahwa
pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua, ikut bertanggung jawab untuk
menjadi manusia yang berguna bagi keluarga, masyarakat, dan bagi bangsanya.
35
masyarakat dalam rangka membina, memelihara, dan mendidik pelaku tindak
pidana anak, dan yang keempat, sebagai pencegahan umum dan khusus.
merupakan mahkota bagi hakim dan harus tetap dikawal dan dihormati oleh
semua pihak tanpa kecuali, sehingga tidak ada satu pihak yang dapat
surat atau akta yang memuat rumusan tindak pidana dan ditarik dari hasil
b. Tuntutan pidana, Surat tuntutan yang dibuat oleh jaksa penuntut umum
41
Zainal Abidin Farid, 2014, Hukum Pidana 1, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 85.
36
persatu unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa
berisi subuah penolakan dan keterangan berisi pengakuan atau semua yang
didakwakan kepadanya.
terdakwa.
menjatuhkan putusan pidana berdasarkan pada latar belakang sosial terdakwa dan
42
Ibid.,
43
Ibid., hlm. 86.
37
konstitusi wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa
anaknya yang sedang kelaparan dan membutuhkan makanan tetapi pelaku terbatas
Kemudian atas kejadian tersebut pelaku menjadi tersangka dalam kasus tindak
44
Ibid.,
38
BAB III
METODE PENELTIAN
A. Lokasi Penelitian
penelitian ini, maka penulis akan melakukan penelitian di Pengadilan Negeri Kota
dalam penelitian ini. Dengan melakukan penelitian di lokasi ini penulis berharap
dapat memperoleh data yang akurat sehingga dapat memperoleh hasil penelitian
dipilihnya lokasi penelitian tersebut karena sesuai dengan tujuan penulisan skripsi
ini.
B. Tipe Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini ialah penelitian
yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari
informan penelitian dan perilaku obyek penelitian yang di amati. Dalam penelitian
ini tidak ada perlakuan yang di tambahkan atau di kurangi dalam perolehan data di
lapangan,penelitian ini menggabarkan suatu gejala, kondisi dan sifat situasi secara
penelitian ini adalah melukiskan variable atau kondisi obyek yang di amati secara
39
C. Jenis dan Sumber Data
Dalam pelaksanaan penelitian ini akan diperoleh dan digunakan tiga jenis data,
sebagai berikut:
1) Data Primer yaitu data empirik yang diperoleh dan dikumpulkan secara
langsung dari responden dan narasumber di tempat atau lokasi penelitian, yang
yaitu Doddy Hendra Sakti, S.H., M.H Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Adapun bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
terdiri dari :
2) Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui penelusuran dan penelahan
studi pustaka mengenai putusan lepas dari segala tuntutan dalam tindak pidana
penyerobotan tanah.
3) Data Tersier, yaitu data penunjang dari kedua data di atas yakni data primer
dan data sekunder. Data ini diperoleh melalui kamus, insiklopedia dan lain
40
D. Teknik Pengumpulan Data
dokumen, seperti putusan pengadilan dan surat edaran mahkamah agung (SEMA).
penulusuran terkait buku-buku, jurnar, dan artikel hukum, serta literatur yang
penafsiran dan kesimpulan yang dapat digunakan untuk menjawab segala rumusan
41
BAB IV
PEMBAHASAN
315/Pid.B/2020/PN. Mks
1. Posisi Kasus
Sekitar tahun 2000 Hj. Heria yang usia 57 tahun Agama islam pekerjaan
wiraswasta membeli tanah di H. Anwar Rauf di Jalan Goa Ria Kelurahan Sudiang
Kecematan Biringkanaya Kota Makassar yang luas 200 m2 (Dua Ratus Meter
tersebut sekitar tahun 2014. Dan pada tanggal 03 maret dan tanggal 15 oktober
tanah yang di tempati Hj. Heria adalah milik Kolonel Polisi Drs. Irawan Sumarno
yang saat ini berdomisili Jakarta yang di mana Drs. Irawan Sumarno juga pernah
membeli tanah di H.Anwar Rauf pada tahun 2000 di Jalan Goa Ria Kelurahan
Sudiang Kecematan Biringkanaya Kota Makassar yang luas 200 m2 (Dua Ratus
Meter Persegi) yang pada saat itu juga sudah di pasangkan patok kayu oleh Drs.
Irawan Sumarno, dan juga memiliki Sertifikat Hak Milik No.21580/ Kelurahan
42
Pada waktu dan tempat di atas Hj. Heria yang menempati lokasi milik Drs.
sampai sekarang Hj. Heria belum keluar dan meninggalkan lokasi tersebut
sebagaimana diatur dalam pasal 167 Ayat (1) KUHP. yaitu memaksa masuk
kedalam rumah, ruangan atau pekarangan tertutup milik orang lain dan atas
suruhan korban, terdakwa tidak pergi segerah. Akibat perbuatan terdakwa Hj.
Heria maka Drs. Irawan Sumarno kesulitan untuk mendapatkan serta menguasai
penyerobotan tanah yang di lakukan Hj. Heria, maka penuntut umum mengajukan
hukum, dan atas permintaan yang berhak atas suruhanya tidak pergi
43
dengan segera,sebagaimana di maksud dalam pasal 167 Ayat (1) KUHP
4. Pertimbangan Hakim
keterangan para saksi dan keterangan terdakwa serta dihubungkan dengan barang
bukti, diperoleh fakta-fakta hukum bahwa terdakwa dilaporkan oleh saksi Hj.
Muliaty yang diberikan kuasa oleh Irawan Sumarno atas penyerobotan tanah milik
Sumarno yang saat ini dikuasai oleh terdakwa dan benar bahwa Irawan Sumarno
44
dan sudah bersertifikat berdasarkan Sertifikat Hak Milik No.21580/Sudiang surat
saksi korban belum pernah ketemu dengan Terdakwa karena Irawan Sumarno
berada di Jakarta dan bahwa benar Terdakwa telah disomasi pada tanggal 13 dan
Pada tanggal 10 Maret 2020 Pak Irawan Sumarno sebagai saksi korban telah
meninggal dunia dan benar bahwa saksi Hj. Muliati pernah bertemu dengan
permasalah ini, namun sampai sekarang tidak ada jalan keluar dan Terdakwa tidak
ada reaksi.
tanah yang terletak di Jalan Goa Ria Kel. Sudiang Kec. Biringkanaya Kota
Makassar dari alm.H.Anwar Rauf yang diketahui oleh H. Nur dan benar pada
waktu Terdakwa membeli tanah tersebut masih dalam hamparan tanah kapling
yang sudah dipatok. Kemudian terdakwa membeli tanah tersebut pada tahun 2000
dan pada tahun 2014 terdakwa membangun rumah berdasarkan IMB dan terdakwa
membangun rumah diatas lokasi tanah milik terdakwa sendiri yang diklaim oleh
HJ.Muliaty bahwa lokasi yang ditempati terdakwa adalah milik Pak Irawan
45
Hakim juga mempertimbangkan bahwa benar Terdakwa menguasai lokasi
pihak penjual H.Anwar Rauf dan terdakwa selaku pihak pembeli yang dibuat
dan benar yang melakukan pengurusan AJB Terdakwa adalah H.Nur dan sertifikat
Selama terdakwa menguasai lokasi tanah tersebut tidak pernah ada orang
yang datang mengklaim lokasi tanah tersebut adalah miliknya, namun setelah
terdakwa membangun rumah pada tahun 2014 setelah H.Anwar Rauf meninggal
tempati adalah milik polisi dan benar bahwa Terdakwa disuruh meninggalkan
lokasi tersebut namun terdakwa tidak mau karena terdakwa merasa yang memiliki
tanah tersebut berdasarkan AJB dan SHM dan membenarkan sampai sekarang
lokasi tanah yang telah dibangun permanen tersebut dikuasai dan ditinggali oleh
untuk menggugat BPN dalam perkara perdata. Majelis Hakim selanjutnya akan
Umum dengan dakwaan Tunggal Pasal 167 Ayat (1) KUHPidana, yang unsur-
46
2. Unsur Melwan Hak
secara paksa, masuk atau sudah tinggal disini atau sudah ada dalam
dimaksud dan memenuhi unsur-unsur yang terkandung didalam pasal 167 Ayat
Barang siapa adalah setiap orang atau manusia sebagai subyek hukum
Jalan Goa Ria Kelurahan Sudiang Kec. Biringkanaya sebagaimana dalam surat
dakwaan yang telah cocok dan diakui oleh Terdakwa sebagai dirinya, selain itu
Penuntut Umum, sehingga dengan demikian unsur barang siapa telah terpenuhi
47
2. Melawan Hak
Biringkanaya Kota Makassar sebelumnya diberi suatu tanda larangan bagi orang
yang tidak berhak untuk masuk kedalam suatu rumah, ruangan atau pekarangan
tertutup dan terdakwa menguasai tanah tersebut dengan membangun rumah tanpa
mendapatkan izin yang berhak, sehingga dengan demikian perbuatan terdakwa itu
telah mengandung sifat melawan hak karena tidak mengindahkan tanda larangan
masuk semacam itu, yang berarti orang yang masuk tanpa mengidahkan tanda
larangan tersebut adalah bertentangan, dengan demikian unsur melawan hak telah
3. Unsur memaksa masuk kedalam rumah, ruangan atau pekarangan tertutup yang
dipakai orang lain dengan melawan hukum, dan atas permintaan yang berhak atas
Fakta yang terungkap dipersidangan tanah yang terletak di Jalan Goa Ria
berdasarkan Akta Jual Beli No.574/JB/VI/2000 tanggal 12 Juni 2000 yang dibuat
Milik No.21580/Sudiang surat ukur No.00135 tanggal 03 maret 2000 yang berasal
dari H. Anwar Rauf. Terdakwa sudah disomasi oleh saksi HJ.Muliaty dan sempat
bertemu dengan saksi HJ.Muliaty dikantornya dan pada saat itu Terdakwa
48
meminta waktu selama 2 (dua) bulan untuk menyelesaikan permasalah tanah
tersebut, tetapi sampai pada saat ini Terdakwa ternyata tidak pernah
tanggal 3-7-2000 selaku pihak penjual H.Anwar Rauf dan terdakwa selaku pihak
pembeli yang dibuat dihadapan Notaris Susanto Wibowo kemudian tahun 2002
an.NY.Haeria;
benar terdakwa pernah bertemu Hj. Muliaty di kantornya dan terdakwa di somasi
dan di laporkan oleh H. Muliaty saksi korban Drs. Irawan Sumarno. Dimana
berada di kota yang berbeda dengan kondisi lockdown COVID-19 dalam keadaan
yang tidak memungkinkan korban dan terdakwa bertemu. Namun Hj. Heria tidak
meninggalkan lokasi tersebut karena memiliki alat bukti Sertifikat Hak Milik No.
22419/ Kelurahan Sudiang Kecematan Biringkanaya dan Akta Jual Beli No.
berhak atas uraian diatas tersebut terpenuhi dan diterima oleh hakim dan sesuai
menurut Hukum.
Bahwa oleh karena semua unsur dari pasal 167 Ayat (1) KUHPidana,
maka terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan
49
melakukan tindak pidana sebagaimana di dakwakan dalam dakwaan tunggal
penuntu umum.
ini majelis hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat melepaskan terdakwa dari
tanah tersebut untuk dirinya sendiri dan barang bukti yang dimiliki oleh terdakwa
relative kecil kemudian usia dari terdakwa cukup tua sehingga majelis hakim
50
mengharapkan bahwa terdakwa tidak akan mengulangi perbuatan untuk
kedepanya.
aman dan nyaman serta membawa masyarakat kearah lebih maju, dan majelis
kedepanya.
jadi fungsi hukum tidak hanya sekedar menjaga ketertiban, tetapi hukum-pun di
membeli tanah dari orang yang sama dan ditahun 2000, sedangkan Sertifikat Hak
Milik untuk Irawan Sumarno terbit lebih dahulu yaitu tahun 2000, sedangkan
untuk Sertifikat Hak Milik untuk Terdakwa terbit pada tahun 2002 dimana sampai
saat ini kedua sertifikat ini masih dinyatakan sah berlaku karena belum ada yang
51
oleh BPN dimana tanah tersebut adalah milik dari Irawan Sumarno, selanjutnya
setelah Majelis Hakim mempelajari tentang pokok dakwaan ini adalah mengenai
Hukum Pidana, tetapi sudah masuk pada ranah Hukum Perdata, terkecuali
01541/2002 luas 200 M2 an.Ny.Heria salah satu dari kedua sertifikat tersebut
Hakim tidak sependapat dengan dengan Pembelaan yang diajukan oleh terdakwa
maupun tuntutan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum dimana Majelis hakim
perbuatan itu bukan merupakan suatu tindak pidana karena sudah menyangkut
tentang kepemilikan dan tentang kepemilikan tersebut sudah masuk dalam ranah
Hukum Perdata.
5. Putusan
Adapun yang menjadi putusan dalam perkara ini adalah sebagai berikut :
2. Melepaskan terdakwa oleh karena itu dari segala tuntutan hukum (onslag
52
3. Memulihkan hak terdakwa dalam kemampuan, kedudukan dan harkat
serta martabatnya ;
6. Analisis Penulis
terdakwa dari segala tuntutan hukum atau Onslag van alle Recht Vervolging
dakwaan jaksa penuntut umum akan tetapi bukan merupakan suatu tindak pidana.
Putusan lepas diatur dalam Pasal 191 ayat (2) KUHAP yakni putusan lepas dari
a) Apa yang di dakwakan kepada terdakwa memang terbukti secara sah dan
meyakinkan;
b) Tetapi sekalipun terbukti, hakim berpendapat bahwa perbuatan yang di
dakwakan tidak merupakan tindak pidana.
bahwa apa yang di dakwakan dan yang telah terbukti tersebut tidak merupakan
Dalam kasus ini, Hj. Heria di dakwakan dakwaan Hj. Heria tersebut
dijatuhkan putusan lepas dalam Pasal 167 ayat (1) KUHP, terlah terbukti secara
53
sah dan meyakinkan, bersalah melakukan Tindak Pidana penyerobotan tanah
“memaksa masuk kedalam pekarangan orang lain”. Dimana kasusnya telah diadili
pembuatan sertifikah hak milik telah terbukti H. Nur lah yang membuatkan
sertifikat hak milik tersebut, pekarangan yang di jual H, Anwar Rauf yang luas
200 m2 ternyata sama, dikarenakan dilihat dari fakta yang ada di persidangan,
perkara ini memang bukanlah perkara tindak pidana melainkan sudah masuk ke
ranah hukum perdata, dikarenakan pokok permasalahan dari kasus ini adalah
atas tanah yang sama dengan lokasi yang sama. Maka dari itu, jika terjadi pakar
semacam ini, sesuai dengan Peraturan MA Nomor 1 Tahun 1956 Pasal 1 dan
Pasal 1
“Apabila dalam pemeriksaan perkara pidana harus diputuskan hal adanya suatu
hal perdata atas suatu barang atau tentang suatu hubungan hukum antara dua
pihak tertentu, maka pemeriksaan perkara pidana dapat dipertangguhkan untuk
menunggu suatu putusan pengadilan dalam pemeriksaan perkara perdata tentang
adanya atau tidak adanya hak perdata itu.”
Pasal 2
mengatakan bahwa “dalam hal ini diputuskan ketentuan perdata terlebih dahulu
54
Menurut penulis, harusnya majelis hakim tidak terburu-buru dalam
akan tetapi lebih baiknya jika majelis hakim menagguhkan pemeriksaan perkara
tersebut. Menurut penulis pula, putusan lepas dari segala tuntutan hukum atau
Onslag van alle Recht Vervolging tidak serta merta dapat dijatuhkan pada kasus
yang terbukti melakukan suatu perbuatan yang didakwakan oleh jaksa penuntut
umum akan tetapi bukan merupakan suatu tindak pidana. Akan tetapi, harus juga
baik itu alasan pembenar sesuai dengan Pasal 50 KUHP ataupun alasan pemaaf
perkara dilandasi dengan adanya surat dakwaan dari jaksa penuntut umum. Akan
tetapi, surat edaran Jaksa Agung Republik Indonesia nomor B-230/ E/ Ejp/ 01/
2013 yang ditanda tangani oleh Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum perihal
penanganan perkara tindak pidana umum yang objeknya berupa tanah secara
“Jika sekiranya kasus yang objeknya berupa tanah, dimana status hukum
kepemilikan tanah berdasarkan alasan hak yang dimiliki, jelas, kuat, dan sah
menurut undang-undang, maka jika ada pihak yang melanggarnya, misalnya
penyerobotan tanah, maka kasus tersebut dapat dipidanakan. Namun sebaiknya
jika sekiranya kasus yang objeknya berupa tanah yang belum jelas status hukum
kepemilikannya, sehingga menjadi objek sengketa perdata, demikian juga
sengketa-sengketa dalam transaksi jual beli tanah dimana status hukum
kepemilikan telah dimiliki oleh penjual, selanjutnya terjadi sengketa dalam
transaksi jual beli tanah yang bersangkutan, maka kasus tersebut berada dalam
55
ranah perdata dan merupakan perkara perdata murni sehingga tidak selayaknya
dipaksakan untuk digiring masuk ke ranah pidum.”
Terkait dengan butir 2 dan 3 di atas, maka jaksa peneliti diminta agar
yang terkait dengan fisik tanah itu sendiri, terdapat beberapa modus operandi,
antara lain :
belum jelass tentang pihak yang memiliki status kepemilikan berdasarkan atas
b. Terdapat adanya fakta bahwa suatu lahan/tanah memiliki sertifikat ganda yang
c. Bisa juga terjadi pakar dimana ada 2 (dua) lokasi lahan/tanah yang
gambar, luas, dan batas lokasi tanah juga jelas, namun salah satu pihak masuk
kepemilikan atas tanah melalui gugatan perdata/TUN dan terhadap masalah yang
dimaksud huruf c dapat dipidanakan dengan menggunakan Pasal 385, 170, 406
KUHP. 4.2. Masalah tanah yang terkait dengan transaksi jual beli atas tanah,
- Substansi perjanjian;
56
- Syarat-syarat sahnya suatu perjanjian;
- Wanprestasi;
Dalam menangani kasus yang bukan bagian dari ranah pengadilan negeri
tersebut maka hakim dapat memutus bebas atau lepas dari segala tuntutan
hukum dengan memberikan pertimbangan yang tepat seperti pertimbangan
mengenai perkara ini bukan termasuk tindak pidana.
memastikan bahwa kasus tersebut berada dalam ranah perdata. Namun apabila
palsu atau yang dipalsukan atau pihak pembeli dalam melakukan pembayaran atas
harga tanah dengan menggunakan cek kosong, maka contoh kasus seperti ini bisa
Oleh karena itu didalam menangani kasus perdata yang objeknya berupa
tanah, diminta agar tidak serta merta menganggap bahwa perkara tersebut adalah
sikap untuk menerbitkan P-21 terlebih dahulu dilakukan gelar perkara (ekspose)
Jika menangani suatu kasus yang objeknya berupa tanah, dimana terdapat
adanya gugatan perdata atas barang (tanah) atau tentang suatu hubungan hukum
(jual beli) antara 2 (dua) pihak tertentu, maka perkara pidum yang bersangkutan
57
- Pasal 81 KUHP;
April 1980 Jo. Putusan Mahkamah Agung Nomor 628K/PID/1984 tanggal 22 Juli
1985.
tanah yang menjadi permasalan utama yang sering didapatkan pada saat
penyerobotan tanah secara hukum pidana tetaplah tidak efektif di lakukan, karena
yang bukan miliknya dan putusan pengadilan dalam perkara pidana tidak dapat
terbukti secara atas tanah, belumlah menjamin atas kepemilikanya dan harus pula
58
B. Pertimbangan Hukum Hakim dalam menjatuhkan Putusan Nomor
tetapi bukan merupakan tindak pidana. Menurut penulis unsur-unsur dari tindak
Adapun pertimbangan Non yuridis yang diberikan oleh hakim dalam putusan
Makassar. Karena sebagian besar masyarakat kota Makassar memiliki sifat arogan
menyangkut sebidang tanah milik hak seseorang yang diserobot oleh orang lain
Suatu masyarakat tanpa hukum tidak akan pernah menjadi masyarakat yang baik.
Didalam masyarakat tradisionalpun pasti ada hukum dengan bentuk dan corak
yang sesuai dengan adat istiadat masyarakat kota Makassar. Serta nilai-nilai yang
hidup di masyarakat hak-hak rakyat atas tanah perlu di perkuat, bukan saja untuk
ketentraman, tetapi yang lebih penting adalah melindungi hak-hak mereka dari
59
tekanan para pihak ekonomi yang kuat yang ingin mengambil atau membeli tanah
dari segala tuntutan hukum ini adalah pembebasan yang tidak sebenarnya
(onzuivere rechtsspraak). Pembebsan ini memiliki dua arti tuntutan yang bersifat
unsur-unsur dari delik tidak terbukti, tetapi pendapatnya keliru karena salah satu
unsur di artikan salah, salah karena tidak sesuai dengan kehendak undang-undang.
Jadi, hakim tersebut menggunakan kriteria subjektif sebagai manusia pribadi yang
Mengenai status terdakwa yang di jatuhi putusan lepas dari segala tuntutan
hukum ini, jika pada saat putusan dijatuhkan terdakwa berada dalam tahanan,
tahanan sesuai dengan tata cara yang diatur pasal 191 Ayat (3).
45
Doddy Hendra Sakti, S.H, Hakim Pengadilan Negeri Makasar
60
M.H., penulis merasa bahwa tidak ada sanksi bagi hakim yang memutus perkara
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perkara pidana dilepas dari segala tuntutan hukum ketika memenuhi unsur-
unsur sebagaimana di atur dalam pasal 167 Ayat (1) KUHP yaitu tindak pidana
yang di dakwakan oleh penuntut umum terbukti secara hukum, tetapi tidak
itu, terdapat pula alasan pemaaf dan pembenar, serta proses pembuktian dan
penuntut umum mendakwa dengan pasal 167 Ayat (1) Tentang penyerobotan
dengan bukti Akta Jual Beli yang dajukan oleh terdakwa, dan melihat bukti
tersebut Akta Jual Beli serta para saksi yang di miliki korban lebih kuat maka
hakim menjatukan putusan lepas dari segala tuntutan hukum. Hal tersebut
yang melawan hukumdan terdakwa juga adalah orang yang menurut hukum
62
B. Saran
kepemilikan masing-masing. Yang mana hal ini sering terjadi, dimana seorang
tidak mau mengakui hak kepemilikan orang lain dan berjuang pada berbagai
surat-surat tanah atau Sertfikah Hak Milik karena sewaktu waktu dapat
63
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adam Chazawi, 2010, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1, Rajawali Pers, Jakarta.
Adrian Sutedi. 2007. Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya. Sinar
Grafika. Jakarta.
Andi Sofyan dan Abd Asis. 2014. Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar.
Prenamedia Group. Makassar.
Amir Ilyas. 2012. Asas-Asas Hukum Pidana Memahami Tindak Pidana Dan
Pertanggungjawaban Pidana Sebagai Syarat Pemidanaan. Mahakarya
Rangkang Offset Yogyakarta. Yogyakarta.
Lamintang dan Theo Lamintang. 2010. Delik- Delik Khusus Kejahatan Terhadap
Kepentingan Hukum Negara. Sinar Grafika. Jakarta.
Lilik Mulyadi. 2007. Hukum Acara Pidana. PT Citra Aditya Bakti. Bandung.
64
Soerjono Soekanto. 1984. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia
(UI-Press). Jakarta.
S.R. Sianturi. 1983, Tindak Pidana di KUHP Berikut Uraiannya. Alumni AHM-
PTHM, Jakarta.
Tri Andrisman. 2009. Asas-Asas dan Aturan Umum Hukum Pidana Indonesia.
Jurnal
Peraturan Perundang-undangan
PERPU Nomor 51 Tahun 1960 Tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa izin
Yang Berhak Atau Kuasanya
PERMA No.2 Tahun 2012 Tentang penyesuaian batasan tindak pidana ringan dan
jumlah denda dalam KUHP
Surat Edaran Jaksa Agung Republik Indonesia No B-230/ E/ Ejp/ 01/ 2013 perihal
penanganan perkara tindak pidana umum yang objeknya berupa tanah
Hasil Wawancara
65
LAMPIRAN
66
Unit Tahban Sat Reskrim Polda Sulawesi Selatan
67
68
69