Anda di halaman 1dari 109
Latar belakang perlunya penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), antara lain’ ‘© Dalam rangka lebih meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdayaguna, berhasil guna, bersih dan bertanggungjawab dipandang perlu adanya pelaporan AKIP. ‘* Untuk melaksanakan pelaporan AKIP periu dikembangkan Sistem AKIP ‘© Sebagai wujud pertanggungjawaban dalam mencapai misi dan tujuan instansi pemerintah dan dalam rangka perwujudan good governance telah dikembangkan media pertanggungjawaban LAKIP Laporan Akuntabilitas Kinerja : Dokumen yang berisi gambaran perwujudan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang disusun dan disampaikan secara sistematik dan melembaga Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem pertanggungjawaban secara periodik, Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah instrumen yang digunakan instansi pemerintah dalam memenuhi kewajiban untuk mempertanggujawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi yang terdiri dari berbagai komponen yg merupakan suatu kesatuan yaitu perencanaan stratejik, perencanaan kinerja, pengukuran kinerja dan pelaporan kinerja. Perencanaan Stratejk merupakan Suatu proses yg berorientasi pada hasil yg ingin dicapal dalam kurun waktu 1-5 tahun secara sistematis dan berkesinambungan. Proses ini menghslkan suatu rencana statejik yg memuat visi, misi, tyjuan, sasaran, dan program yang realistis dan mengantisipasi masa depan yang diinginkan dan dapat dicapai. Perencanaan Kinerja_merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja berdasarkan program , kebijakan, sasaran yang telah ditetapkan dalam rencana stratejik. Hasil dari proses ini berupa Rencana Kinerja Tahunan. Pengukuran Kinerja dengan mempergunakan Indikator Kinerja Utama (IKU), ‘¢ _IKU pada tingkat Kementerian Negara! Departemen/LPND adalah Indikator Hasil (Outcome) sesuai dengan kewenangan tugas dan fungsi. ‘© IKU pada tingkat Eselon | adalah Indikator hasil (Outcome) dan atau keluaran (Output), setingkat lebih tinggi dari Keluaran (Output) unit kerja dibawahnya. ‘¢ _IKU pada tingkat Eselon I! sekurang-kurangnya adalah Indikator keluaran (Output). Bahan-bahan dan data untuk penyusunan pelaporan kinerja bersumber: 1 Dokumen RPJMN 2. Dokumen Renstra 3. Kebijakan Umum Instansi 4. Bidang kewenangan, tugas dan fungsi 5. Informasi Data Kinerja 6 Data statistik 7. Kelaziman pada bidang tertentu dan perkembangan ilmu pengetahuan Indikator Kinerja Utama dikatan baik apabila IKU tersebut setidaknya mempunyai karakteristik sebagai berikut + Specific (spesitix) + Measurable (dapat diukur) + Achievable (dapat dicapai) + Result Oriented (berorientasi kepada Hasit) + Relevan (berkaitan dengan tyluan dan sasaran) Penetapan Indiktor Kinerja Utama wajilb. menggunakan Azas Konservatisme yailu azas kehali-hatian, kecermatan, keterbukaan guna menghasilkan_ informasi yang handal. Dalam hal IKU menimbulkan dampak negatif terhadap kinerja organisasi secara keseluruhan pimpinan unit organisasi melaporkan kepada unit organisasi diatasnya. Penggunaan IKU, adalah untuk: . Perencanaan Jangka Menengah . Perencanaan Tahunan : Penyusunan dokumen Penetapan Kinerja : Pelaporan Akuntabiltas Kinerja : Evaluasi Kinerja . Pemantauan dan pengendalian Kinerja LAKIP yang selama ini disusun dan disajikan secara terpisah dengan laporan keuangan, harus disusun dan disajikan secara terintegrasi dengan laporan keuangan, sehingga memberi informasi yang komprehensif berkaitan dengan keuangan dan kinerja. Pentingnya LAKIP bermanfaat bagi dilaksanakannya Evaluasi Kinerja, Fungsi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), antara lain 1 Media hubungan kerja organisasi 2. Media akuntabilitas 3. Media informasi umpan balik perbaikan kinerja 4. LAKIP sebagai Instrumen Peningkatan Kinerja Berkesinambungan: ‘© Action, artinya LAKIP sebagai bahan untuk perbaikan kelembagaan, ketatalaksanaan, peningkatan sumber daya manusia, akuntabilitas dan pelayanan public. © Plan, artinya LAKIP sebagai sebagai bahan dalam menyusun Renstra, Rencana Kerja Tahunan, Penetapan Kinerja untuk tahun yang akan dating ‘© Check, maksudnya LAKIP dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran organisasi ‘© Do, artinya LAKIP sebagai alat dalam melaksanakan, memantau, mengukur kinerja kegiatan suatu instansi Hal-hal yang harus termuat dalam Laporan Akuntabiltas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP): ¢ LAKIP menyajikan informasi kinerja berupa hasil pengukuran kinerja, evaluasi, dan analisis ‘akuntabiltas kinerja, termasuk menguraikan keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala, permasalahan, serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil © Disertakan uraian mengenai aspek keuangan yang secara langsung mengaitkan hubungan antara anggaran negara yang dibelanjakan dengan hasil atau manfaat yang diperoleh (akuntabilitas keuangan) ‘¢ Diuraikan juga secara singkat Renstra dan Renja tahun bersangkutan beserta sasaran yang ingin dicapai pada tahun itu dan kaitannya dengan capaian tujuan, misi, dan visi. ‘Adapun tujuan dari analisis kinerja, antara lain: Mengenali kendala dan permasalahan yang dihadapi Menilai efisionsi penggunaan suber daya dalam menghasilkan output, Menilai efektivitas pencapaian hasil (outcome) terhadap rencana Menilai apakah kualitas hasil telah memenuhi keinginan/kepuasan stakeholders Menilai apakah pencapaian output dan outcome sesuai dengan waktu yang ditetapkan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) mendorong Instansi fokus pada Pencapaian Sasaran. Dalam upaya Pencapaian Sasaran perlu sebuah Alat Ukur yang dinamakan Indikator Kinerja. Indikator kinerja berupa : ‘* Hasil (Outcome) : Bagaimana Tingkat pencapaian Kinerja yang diharapkan Terwujud, berdasarkan Output (Keluaran) atas Kebijakan atau Program yang sudah dilaksanakan * Keluaran (Output) : Bagaimana Produk yang Dihasilkan secara Langsung oleh adanya Kebljakan atau Program, berdasarkan Input (Masukan) yang digunakan. ‘Standar bagi dasar melakukan Evaluasi Kinerja adalah: ‘¢ Ketaatan (compliance) berkaitan dengan upaya audit, dengan mempertanyakan sejauh mana transaksi oleh pemerintah telah sejalan atau sesual dengan ketentuan hukum atau peraturan perundangundangan; ‘© Efisiensi (efficiency) berkaitan dengan sejauh mana instansi pemerintah telah mencapai tingkat produktivitas optimum atas dasar sumber daya yang telah digunakan; ‘© Efektivitas (Effectiveness) berkaitan dengan sejauh mana Tingkat Pencapaian Tyjuan Kebijakan atas dasar Pemanfaatan Sumber Daya Publik. Hasil Evaluasi kinerja diharapkan dapat memberikan feedback untuk: : Meningkatkan Mutu Pelaksanaan Pengelolaan Aktivitas organisasi ke arah yang lebih baik; : Meningkatkan Akuntabiltas Kinerja organisasi; : Memberikan Informasi yang lebih Memadai dalam menunjang Proses Pengambilan Keputusan; . Meningkatkan Pemanfaatan Alokasi Sumber Daya yang tersedia, : ‘Sebagai Dasar Peningkalan Mutu Informasi mengenai Pelaksanaan Kegiatan organisasi; . Mengarahkan pada Sasaran dan Tujuan organisasi Reference: ‘* Permenpan Nomor 29 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja Dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ‘* Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Dokumen dan hal yang menjadi acuan perencanaan anggaran di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, antara lain: Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN, kegiatan prioritas rnasional, Kementerian/Lembaga), Rencana Kerja Pemerintah (RKP), Rencana Strategis (RENSTRA), Pagu Indikatif, Hasil Trilateral Meeting, Pagu Anggaran, dan Alokasi Anggaran. Dasar hukum dalam perencanaan anggaran Kemendagri tahun 2011 antara lain: Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, tentang Keuangan Negara; Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003, tentang Perbendaharaan Negara; Undang-Undang Nomor 25 ‘Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; Undang-Undang Nomor 10 tahun 2010, tentang APBN Tahun 2011 Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan pengelolaan dan Tanggung jawab keuangan negara; Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004, tentang Penyusunan rencana kerja dan anggaran Kementerian Negara/Lembaga; Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 , tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006, tentang Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006, tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008, tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010, tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kil. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah TA.2011 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2011, tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri ‘Adapun Kategori Pengalokasian Anggaran yang menjadi pertimbangan atau dasar dalam perencanaan anggaran di lingkungan Kementerian Dalam Negeri, antara lain 1 4 Contingency Reserve: kebutuhan mendesak dan darurat, policy measures, indikator ekonominon ekonomi, cadangan dan lain-lain, alokasi anggaran dan rincian penggunaannya sesuai dengan kebijakan dan pesetujuan DPR, dan target kinerja harus jelas dan terukur. Kebijakan Baru : prioritas, fokus prioritas, kegiatan prioritas, alokasi anggaran dan rincian penggunaannya sesuai dengan fiscal space, target kinerja sesuai dengan RKP. ‘Angka dasar (baseline) : Running cost (gaji, tunjangan, operasional, pemeliharaan, perjalanan dinas blasa), pelayanan dasar (tupoksi unit), mult-years project, alokasi anggaran dan rincian penggunaannya sesuai dengan kebijakan tahun sebelumnya, target kinerja, sesuai dengan rencana kerja tahunan, Pengalokasian Anggaran: Level Nasional dan level Kementerian/Lembaga (KIL). Pengalokasian anggaran kategori tingkat Level Nasional dengan. pengalokasian anggaran didasarkan pada target kinerja sesuai prioritas dan fokus prioritas pembangunan serta pemenuhan kewajiban sesuai amanat konstitusi ; target kinerja sesuai prioritas dan fokus prioritas selanjutnya dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan prioritas, ‘Sedangkan pengalokasian anggaran kategori Level K/L. pengalokasian anggaran mengacu pada Program dan Kegiatan masing-masing unit sesual dengan tugas dan fungsinya termasuk kebutuhan anggaran untuk memenuhi angka dasar (baseline) serta alokasi untuk kegiatan prioritas yang bersifat penugasan; Penghitungan kebutuhan anggaran untuk masing-masing kegiatan mengacu pada standar biaya dan target kinerja yang akan dihasilkan; Rincian penggunaan dana menurut jenis belanja, dituangkan dalam dokumen anggaran hanya pada level jenis belanja (tidak dirinci sampai dengan kode akun). Siklus Perencanaan atau Tahapan Perencanaan Pembangunan, menurut Undang-Undang Nomor 25itahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ada 4 tahapan, yaitu: Penyusunan Rencana, berupa:RPJP, RPJM, RKT (PP 40/2006) Penetapan Rencana, berupa: RPJP, RPJM, RKT (PP 40/2006) Pengendalian Pelaksanaan Rencana (PP 39/2006) Evaluasi Pelaksanaan Rencana (PP 39/2006) ‘Ada 3 (tiga) hal yang perlu ada dalam penganggaran berbasis kinerja, yaitu 1 Indikator Kinerja: (a) indikator yang mencerminkan tolok ukur untuk mencapai sasaran program (outcome); (b) Pendekatan yang digunakan dapat berfokus thd efek-tivitas, efisiensi ‘outcome atau kepuasan pelanggan; dan (c) sebagai instrumen evaluasi kinerja ‘Standar Biaya: (a) mencerminkan kebutuhan dana untuk menghasilkan sebuah output atas pelaksanaan sebuah kegiatan; (b) Menunjukan seluruh komponeniitem yang harus dibiayai, (c) Penetapan unit cost untuk setiap komponeniitem, menggunakan harga yang paling ekonomis namun tetap memperhatikan kualltas produk. Evaluasi Kinerja: (a) Membandingkan antara rencana kinerja dan realisasinya berdasarkan indikator yang telah ditetapkan; (b) Menganalisis perbedaan (gap) yang terjadi dan ‘merumuskan alternatif solusinya; (c) Menyempumakan indikator kinerja untuk tahap selanjutnya; dan (d) Rekomendasi kelangsungan kebijakan, Pengukuran dan Evaluasi Kinerja Anggaran menurut PP 90/2010, bahwa hasil berupa: (1) Tingkat keluaran (output); (2) Capaian Hasil (outcome); (3) Tingkat efisiensi; (4) Konsistensi antara perencanaan dan implementasi; dan (5) Realisasi penyerapan anggaran. Kebijakan Penganggaran menurut PMK NO.38/2011 menegaskan bahwa tujuan pemberian rewards dan funishment adalah untuk: 1 2, 3 pencapaian kinerja dan meningkatkan akuntabilitas unit; ‘memberikan apresiasi atau penalti alas pelaksanaan tupoksi yang menjadi tanggung jawabnya; untuk memotivasi utk efisiensi penggunaan anggaran; 4, terwujudnya kualitas perencanaan (quality of planning) dan kualitas belanja (quality of spending) yang semakin baik. Reference: ‘* Undang-Undang Nomor 25/tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ‘* Poraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan; *Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Penyusunan Rencana Pembangunan; © Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran K/L. Tyjuan penganggaran berbasis kinerja adalah untuk menunjukan keterkaitan antara pendanaan dan prestasi kinerja yang akan dicapai (directly inkages between performance and budget), meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam penganggaran (operational efficiency), meningkatkan fleksibilitas dan akuntabilitas unit dalam melaksanakan tugas dan pengelolaan anggaran (more flexibility and accountability). Landasan Konseptual penganggaran berbasis kinerja adalah alokasi anggaran berorientasi pada kinerja (output and outcome oriented), fleksibilitas pengelolaan anggaran dengan tetap menjaga prinsip akuntabilitas (let the manager manages), alokasi anggaran program/kegiatan didasarkan pada tugas-fungsi Unit Kerja yang dilekatkan pada stuktur organisasi (Money follow function). ‘Syarat penganggaran Berbasis Kinerja perlu Indikator Kinerja, Standar Biaya dan Evaluasi Kinerja. Standar biaya berupa SBU dan SBK. SBU adalah satuan biaya berupa harga satuan, tarif, dan indeks yang digunakan untuk menyusun biaya komponen masukan kegiatan , yang ditetapkan sebagai biaya masukan. SBK adalah besaran blaya yang dibutuhkan untuk menghasiikan sebuah kegiatan yang merupakan akumulasi biaya komponen masukan kegiatan, yang ditetapkan sebagai biaya keluaran Terkait penyusunan RKA-KL, terdapat pengelompokan tingkatan/level cakupan dalam penyusunan anggaran, meliputi pengelompokan 1. Peogram: berada pada level Eselon |, nomenklatur yang merupakan refleksi tugas dan fungsi eselon |, menghasilkan outcome, 2, Kegiatan: berada pada level Eselon ll/Satuan Kerja, nomenklatur yang merupakan refleksi tugas dan fungsi Eselon Il/Satuan Kerja, menghasilkan output. 3, Output: berada pada level Eselon Il/Satker, keluaran yang harus dicapai oleh Eselon I/Satker, capaian keberhasilannya diukur dengan indikator kinerja kegiatan. 4, Komponen input : merupakan pembentuk output, strukturnya tergantung pada masing-masing unit kerja, berisikan detail kegiatan. Fungsi Standar Biaya Khusus adalah untuk efisiensi dan efektifitas alokasi anggaran dalam pencapaian keluaran kegiatan. Adapun manfaat Standar Biaya Khusus, antara lain: 1. Mempercepat penyusunan dan penelaahan RKAKL, khususnya untuk kegiatan kementerian negara/ lembaga yang keluarannya bersifat terus menerus; 2. Menyederhanakan proses penyusunan RKAKL tahun berikutnya, Dengan ditetapkannya SBK, kementerian negara/lembaga tidak perliu lagi melakukan proses penyusunan RKAKL, dari awal, namun cukup dengan melakukan penyesuaian yang diperlukan; 3, Mempermudah pelaksanaan monitoring dan evaluasi atas anggaran yang telah dialokasikan Hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam penyusunan Standar Biaya Khusus, sebagai berikut: 4, Standar Biaya Khusus disusun pada tataran keluaran (output) kegiatan; Kegiatan tersebut di atas adalah kegiatan yang telah ditetapkan dari hasil restrukturisasi program dan kegiatan; 3. Standar Biaya Khusus disusun untuk jenis keluaran (output) kegiatan yang bersifat torus menerus dari tahun —ke tahun (on going), mempunyai Komponen masukan , dan jenis keluaran maupun satuan ukur yang jelas, 4, Standar Biaya Khusus dapat disusun dengan 2 (dua) cara © Indeks Biaya Keluaran, bercirikan: berupa Satuan biaya, fleksibilitas komponen masukan/ tahapan dan fleksibilitas volume keluaran, SBK sebagai Indeks Biaya Keluaran, maksudnya sebuah kegiatan mempunyai beberapa keluaran (output). Sebagai salah satu keluaran kegiatan adalah bea siswa, dengan volume sebanyak 2000 siswa. Besaran untuk keluaran Rp 1 miliar. Biaya._untuk keluaran tersebut di atas , merupakan gabungan dari biaya komponen masukan (misalnya, workshop, penyusunan juklak, pengolahan data, verifkasi data, bantuan beasiswa). Jadi Indeks biaya keluaran Rp 500.000 per siswa, © Total Biaya Keluaran, bercirikan: besaran biaya sebuah keluaran, standarisasi komponen masukan, standarisasi volume keluaran. SBK sebagai Total Biaya Keluaran, maksudnya sebuah kegiatan mempunyai beberapa keluaran (output). Salah satu keluaran kegiatan tersebut biayanya dapat distandarkan menjadi SBK. Keluaran tersebut mempunyal beberapa sub keluaran dan setiap sub keluaran terdiri dari beberapa komponen masukan (input). Contoh: Kegiatan Pengembangan Sistem Penganggaran Keluaran(output) : 4 (empat) Peraturan Bidang Sistem — Penganggaran Sub Keluaran: 1 PMK SBU, 1 PMK SBK, 1 PMK Revisi, PMK Juknis RKAKL Biaya Keluaran : Rp 1. 200.000.000 ( 4 PMK) ‘Adapun tata cara atau langkah-langkah dalam penyusunan Standar Biaya Khusus: 1, Mengidentifkasi /Menentukan keluaran (output) kegiatan yang biayanya akan dlusulkan menjadi SBK , Keluaran (output) dimaksud adalah keluaran (output) dari kegiatan yang merupakan hasilrestrukturisasi program dan kegiatan; 2, Menyusun KAK/TOR, sesuai format yang ditetapkan; 3, Membuat RAB sesuai format yang ditetapkan, dengan menerapkan satuan biaya mengacu SBU dan diluar SBU (bilamana tidak di atur di SBU A gunakan SPTJM) 4, Menetapkan SBK sebagai Indeks atau Total Biaya Keluaran 5, Menandatangani usulan dan rekapitulasi usulan SBK sesuai format, untuk selanjutnya iajukan oleh kementerian negarallembaga c.g. Kepala Biro Perencanaan atau pejabat lain yang berwenang kepada Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal Anggaran dilengkapi dengan TOR, RAB, data pendukung lainnya serta backup data Aplikasi SBK ; Format dan data dukung yang perlu dilengkapi dalam penyusunan Standar Biaya Khusus, yaitu’ 4, Kerangka Acuan Kegiatan atau Term Of reference (TOR), merupakan dokumen yang menginformasikan gambaran umum dan penjelasan singkat mengenai keluaran kegialan yang akan dilaksanakan/dicapai sesuai dengan tugas fungsi kementerian negarallembaga yang memuat latar belakang, penerima manfaat, strategl pencapalan serta biaya yang diperlukan. 2. Rincian Anggaran Biaya (RAB), merupakan dokumen yang berisi tahapan pelaksanaan, ‘incian komponen masukan (input) dan biaya masing-masing Komponen masukan (input) suatu keluaran kegiatan, Rekapitulasi Usulan SBK, merupakan daftar yang memuat usulan SBK pada setiap kementerian negarailembaga. Rekapitulasi Persetujuan SBK adalah berupa daftar yang memuat SBK yang telah disetujui pada setiap kementerian negarallembaga, Catatan Penelaahan, merupakan dokumen yang memuat hasil penelaahan SBK yang telah disepakati Peraturan yang terkait dengan Standar Biaya yaitu: 4, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara Pasal 3 ayat (1): “Keuangan Negara dikelola secara tertip, taat pada peraturan perundang-undangan, efision, ekonomis, efektif,transparan, dan ber tanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan”. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 Tentang Penyusunan RKA-KL Pasal 7 Ayat (2): Dalam penyusunan anggaran berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja, standar biaya, dan evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis kegiatan. Ayat (5): Menteri Keuangan menetapkan standar biaya, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus bagi Pemerintah Pusat setelah berkoordinasi dengan Kementerian NegaralLembaga terkait. Standar Biaya merupakan besaran biaya yang ditetapkan sebagai acuan penghitungan kebutuhan biaya kegiatan baik yang bersifat unum maupun yang bersifat khusus. Dalam bidang penganggaran terpadat 2 (dua) jenis Standar biaya yaitu Standar Biaya Umum (SBU) dan Standar Biaya Khusus (s8k) 4. Standar Biaya Umum adalah Satuan blaya berupa harga satuan, tarf, dan indeks yang digunakan untuk menyusun biaya Komponen masukan kegiatan, yang ditetapkan sebagai biaya masukan, 2, Standar Biaya Khusus yaitu besaran biaya yang dibutuhkan untuk menghasikkan sebuah keluaran kegiatan yang merupakan akumulasi blaya Komponen masukan kegiatan, yang ditetapkan sebagai biaya keluaran. ‘Standar Biaya Umum (SBU) berisisikan: 1. Harga Satuan adalah nilai suatu barang yang ditentukan pada waktu tertentu untuk perhitungan biaya komponen masukan kegiatan; 2. Tarif yaitu nilai suatu jasa yang ditentukan pada waktu tertentu untuk perhitungan biaya komponen masukan kegiatan; 3. Indeks saluan biaya komponen masukan yaitu satuan biaya yang merupakan gabungan beberapa barangljasa masukan untuk perhitungan biaya Komponen masukan kegiatan. Standar Blaya Khusus (SBK) berisikan: 4, Total Biaya Keluaran yaitu besaran biaya dari satu keluaran tertentu yang merupakan ‘akumulasi biaya komponen masukan kegiatan; 2. Indeks satuan blaya keluaran yaitu satuan biaya yang merupakan gabungan komponen masukan kegiatan yang membentuk biaya keluaran kegiatan, Standar Biaya sebagai pedoman penyusunan biaya kegiatan dalam RKA-KIL. Standar Biaya Umum (SBU) sebagai pedoman penyusunan biaya komponen masukan kegiatan, dalam rangka pelaksanaan kegiatan: batas Tertinggi transaksi (msl.: honor, uang harian perjadin, dst). Estimasi transaksi (msl: tarif hotel, indeks biaya kantor, dst). Standar Biaya Khusus (SBK) sebagai pedoman dalam penghitungan biaya keluaran dari suatu kegiatan, referensi penyusunan prakiraan maju dan penghitungan pagu indikatif Tahun Anggaran berikutnya. (by RSD) Reference: Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara dan Lembaga Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100 Tahun 2010 tentang Standar Biaya ‘Tahun Anggaran 2011 Peraturan Direktur Jenderal Anggaran Nomor 02/AG/2010 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Standar Biaya Khusus Ruang Lingkup bendahara menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008 dan Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-47/PB/2009, yaitu ‘* Bendahara Penerimaan / Bendahara Pengeluaran pada satuan kerja Kementerian NegaralLembaga ‘* Bendahara Pembantu Pengeluaran ‘© Bendahara Pengelola Dana Dekonsentrasi * Bendahara Pengelola Dana Tugas Pembantuan Penatausahaan dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara meliputi a. Tata cara pembukuan Bendahara Penerimaan /Bendahara Pengeluaran b. _ Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi , _ Penyusunan dan Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban d. _Verifkasi Laporan Pertanggungjawaban Bendahara adalah Pejabat yang diangkat oleh menteri / pimpinan lembaga / kepala kantor / kepala satuan kerja untuk membukukan dan mempertanggungjawabkan seluruh transaksi dalam rangka pelaksanaan anggaran satuan kerja yang tertuang dalam DIPA. Jenis Bendahara yaitu: 1. Bendahara Penerimaan, adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, ‘menyimpan,menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan wang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantorisatuan kerja kementerian negara/lembaga 2. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk. untuk menerima, menyimpan, membayarkan, menatauasahakan dan mempertanggungjawabkan uang keperluan belanja, negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/saruan kerja kementerian negara/lembaga 3, Bendahara Pembantu Pengeluaran adalah Bendahara yang bertugas membantu Bendahara Pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaran pelaksanaan kegiatan tertentu Tugas Umum Bendahara, sebagai berikut: 4, Bendahara wajib menyelenggarakan pembukuan terhadap seluruh penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan anggaran satuan kerja yang berada di bawah pengelolaannya, 2. Bendahara Penerimaan bertugas Menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satuan kerja kementerian negara/lembaga. 3. Bendahara Pengeluaran bertugas Menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan APBN pada kantor/satuan kerja kementerian negara /lembaga. 4, Bendahara Pengeluaran Pembantu bertugas membantu bendahara pengeluaran untuk melaksanakan pembayaran kepada yang berhak guna kelancaran pelaksanaan pelaksanaan kegiatan tertentu. Pembukuan Bendahara antara lain: (1) Buku Kas Umum (BKU ); (2) Buku Pembantu ( BP ): BP Kas, BP LS Bendahara, BP Uang Persediaan ( UP ), BP Pajak , BP BPP, 8P Kas Tunai, BP Bank, BP Uang Muka Perjadin, BP Dropping Lainnya, dan BP L: nya; dan (3) Buku Pengawasan Anggaran. Pemeriksaan Kas dan Rekonsiliasi Keuangan: Kuasa PA wajib melakukan pemeriksaan kas bendahara terhadap kesesuaian antara saldo buku dan saldo kas sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan. Kuasa PA wajib melakukan rekonsiliasi internal antara pembukuan bendahara dan Laporan Keuangan UAKPA sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan sebelum dilakukan rekonsiliasi dengan KPPN. Data yang digunakan : Saldo UP, Kuitansi yang belum di-SPM-GU/SP2D-kan, SPM-LS kepada bendahara yg belum dibayarkan kepada yg berhak, Penerimaan negara yang belum disetor ke Kas Negara berupa SBS dan Realisasi anggaran. Hasil pemeriksaan kas dan hasil rekonsiliasi harus dituangkan dalam Berita Acara Pomeriksaan Kas dan Rekonsiliasi (lampiran II dan Ill PER-47/PB/2009), Pejabat Pembuat Koritmen wajit melakukan pemeriksaan kas BPP terhadap kesesuaian antara saldo buku dan saldo kas sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan Hasil pemeriksaan kas BPP harus dituangkan dalam Berita Acara Pemeriksaan Kas (lampiran IV PER-47/PB/2009). Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Bendahara: Bendahara wajib menyusun LPJ secara bulanan atas uang yang dikelolanya ( format lampiran V, VI dan VII PER-47/PB/2009). Laporan Pertanggungjawaban Bendahara disusun berdasarkan Buku Kas Umum, Buku Pembantu dan Buku Pengawasan Anggaran yang telah diperiksa dan direkonsiliasi oleh Kuasa PA, Laporan Pertanggungjawaban — BPP disusun berdasarkan Buku Kas Umum, Buku Pembantu dan Buku Pengawasan Anggaran yang telah diperiksa dan diyji oleh Pejabat Pembuat Komitmen, Laporan Pertanggungjawaban - BPP disampaikan kepada Bendahara Pengeluaran secara bulanan paling lambat 5 hari kerja bulan berikutnya disertai salinan rekening koran dari bank/pos untuk bulan berkenan Penyampaian Laporan Pertanggungjawaban Bendahara LPJ Bendahara beserta salinan rekening koran dari bank/pos bulan berkenaan disampaikan ssecara bulanan paling lambat 10 hari kerja bulan berikutnya kepada : Kepala KPPN (rangkap 2), Menteri/Pimpinan Lembaga masing-masing, dan Badan Pemeriksa Keuangan, Perbaikan LPJ Bendahara yang ditolak oleh KPPN karena tidak memenuhi kelentuan harus diperbaiki dan dikirim kembali ke KPPN selambat-lambatnya 5 hari kerja sejak tanggal pengembalian. Penundaan penerbitan SP2D atas SPM-GUP/SPM-TUP yang diajukan apabila Bendahara belum menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara tidak menyampaikan kembali Laporan Pertanggungjawaban yang ditolak ¢ Laporan Pertanggungjawaban Bendahara mulal dibuat oleh Satker dan disampalkan kepada KPPN sejak bulan Desember 2008. REFERENS!: ‘© Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2008 tentang Tata Cara Penatausahaan Dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Negara / Lembaga / Kantor / Satuan Kerja. ‘* Peraturan Dirjen Perbendaharaan Nomor PER-47/PB/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penatausahaan Dan Penyusunan Laporan Pertanggungjawaban Bendahara Kementerian Negara / Lembaga / Kantor / Satuan Kerja. ‘* Surat Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jabar Nomor 'S-2232/WPB,13/BD.0301/2009 perihal Pelaksanaan Pembukuan dan Verifikasi LPJ Bendahara Penerimaan/Pengeluaran. (by RSD) Dalam rangka pengukuran dan peningkatan kinerja serta lebih meningkatkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, maka setiap instansi pemerintah perlu menetapkan Indikator Kinerja Utama (IKU). IKU (Key Performance Indicator) adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. Tyjuan Penetapan Indikator Kinerja Utama yaitu: 4 Untuk memperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan manajemen kinerja secara baik; Untuk memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis, corganisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja. Jenis-Jenis Indikator Kinerja yaitu 1 2, Indikator Input: gambaran mengenai sumberdaya yang digunakan untuk menghasilkan output, dan outcome (kuantitas, kualitas, dan kehematan) Indikator Process: gambaran mengenai langkah-langkah yang dilaksanakan dalam menghasilkan barang atau jasa (frekuensi proses, ketaatan terhadap jadwal, dan ketaatan tethadap ketentuan/standar) Indikator Output: gambaran mengenai output dalam bentuk barang atau jasa yang dihasilkan dari suatu kegiatan (kuantitas, kualitas, dan efisiensi) Indikator Outcome: gambaran mengenai hasil aktual atau yang diharapkan dari barang atau jasa yang dihasilkan (peningkatan kuantitas, perbaikan proses, peningkatan efisiensi, peningkatan kualitas, perubahan perilaku, peningkatan efektivitas, dan peningkatan pendapatan) Indikator Dampak: gambaran mengenai akibat langsung atau tidak langsung dar tercapainya tujuan. Indikator dampak adalah indikator outcome pada tingkat yang lebih tinggi hingga ultimate, Type Indikator Kinerja: 1 Kualitati: menggunakan skala (misal: baik, cukup, kurang) Kuantitatif absolut: menggunakan angka absolut (misal: 30 orang, 80 unit) Persentase: menggunakan perbandingan angka absolut dari yg diukur dg populasinya (misal 50%, 100%) Rasio: membandingkan angka absolut dengan angka absolut lain yang terkait (misal: jumlah guru dibandingkan jumtah murid) Rata-rata: angka rata-rata dari suatu populasi atau total kejadian (misal: rata-rata biaya polatihan per peserta dalam suatu diklat) Indeks: angka patokan dari beberapa variabel kejadian berdasarkan suatu rumus tertentu (misal: indeks harga saham, indeks pembangunan manusia) fasio Pengembangan Indikator Kinerja Utama: Menteri/Pimpinan lembaga wajib menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk kementerian koordinator/departemen/ kementerian negara/lembaga dan unit organisasi setingkat eselon | serta unit kerja mandiri di bawahnya ‘Sekretaris jenderal lembaga tinggi negara dan lembaga tinggi lain yang menjalankan fungsi pemerintahan wajib menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk lembaga tinggi negera, lembaga lain, dan unit organisasi setingkat eselon | serat unit kerja mandiri di bawahnya © Guberur/bupatiwalikota wajib menetapkan Indikator Kinerja Utama untuk pemerintah provinsiikabupaten/kota dan SKPD serta unit kerja mandiri di bawahnya Tatanan Indikator Kinerja Utama ‘© pada tingkat Kement. Neg/ Dept’ LPND/ PemProv/Kab/Kot sekurang-kurangnya menggunakan indikator hasil (outcome) sesuai dengan kewenangan, tugas dan fungsi; ‘© pada unit organisasi setingkat Eselon | menggunakan indikator hasil (outcome) dan atau keluaran (output) yang setingkat lebih tinggi dari keluaran (output) unit kerja di bawahnya; ‘© pada unit organisasi setingkat eselon Il/SKPD/unit kerja mandiri sekurang-kurangnya ‘menggunakan indikator keluaran (output). Pemilihan dan Penetapan Indikator Kinerja Utama, Harus dipertimbangkan: Dokumen RPJMN/D Dokumen Renstra Kebijakan Umum Instansi Dokumen strategis lainnya yang relevan Bidang kewenangan, tugas dan fungsi Kebutuhan informasi kinerja Kebutuhan data statistik Kelaziman pada bidang tertentu dan perkembangan ilmu pengetahuan Pemillhan dan Penetapan Indikator Kinerja Utama harus Melibatkan: Pemangku kepentingan (stakeholders) dari instansi pemerintah yang bersangkutan. Karakteristk Indikator Kinerja Utama, Spesifik Dapat Dicapal Relevan Menggambarkan keberhasilan sesuatu yg diukur Dapat dikuantfikasi dan diukur Penggunaan Indikator Kinerja Utama Perencanaan Jangka Menengah Perencanaan Tahunan Penyusunan dokumen Penetapan Kinerja Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Evaluasi Kinerja Pemantauan dan pengendalian Kinerja Evaluasi Kinerja ‘¢ _ Instansi Pemerintah melakukan Analisis dan Evaluasi Kinerja dengan memperhatikan Capaian Indikator Kinerja Utama © Anal dan Evaluasi Kinerja dilakukan secara berkala dan sederhana dengan menelit fakta-fakta yang ada berupa kendala, hambatan, dan informasi lainnya. Pembinaan dan Koordinasi, Pimpinan Instansi hendaknya melakukan * Pembinaan dalam pengembangan dan penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan masing-masing © Koordinasi untuk pengintegrasian sistem pengukuran kinerja dengan sistem administrasi Pemerintahan yg lain, seperti perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, dan pertanggungjawaban ‘* Kementerian Negara PAN melakukan koordinasi dan pemantauan dalam pengembangan dan penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan instansi pemerintah Langkah Penetepan Indikator Kinerja Utama: 4. Tahap Pertama, Klarifikasi apa yang menjadi kinerja utama, pernyataan hasil (result statement) atau tujuan/sasaran yang ingin dicapai 2, Tahap kedua, Menyusun daftar awal Indikator Kinerja Utama yang mungkin dapat digunakan. 3. Tahap Ketiga, Melakukan penilaian setiap Indikator Kinerja Utama yang terdapat dalam daftar awal indikator kinerja 4, Tahap keempat, Memilh Indikator Kinerja Utama ‘Sumber Data Kinerja 1. Data Kinerja Primer, Data kinerja yang diperoleh langsung dari responden 2. Data Kinerja Sekunder, Data kinerja yang diperoleh secara tidak langsung dari responden tetapi dari instansifpihak lain Tingkatan Indikator Kinerja Utama © Tingkat Satuan Kerja © Tingkat Unit Kerja *Tingkat Kementerian/Lembaga Referenst *Peraturan Menteri Negara PAN Nomor: PER/O9/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum, Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah © Paparan-Paparan Kementerian PAN & RB terkait IKU Tyjuan monitoring dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan, antara lain ‘* Untuk menjamin terlaksananya kebijakan, program dan proyek sesuai dengan target dan rencana yang telah ditetapkan (on Track — on Schedule) (M) ‘© Agar ada umpan balik terhadap kebijakan, program dan proyek, untuk diteruskan dilanjutkan, dengan perbaikan atau dihentikan (M/E) ‘© Untuk membantu pemangku kepentingan belajar lebih banyak mengenai kebijakan, program dan proyek (E) ‘© Agar kebijakan, program dan proyek mampu mempertanggungjawabkan penggunaan dana Publik (akuntabilitas) (E) Monitoring merupakan kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana, mengidentiikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin.Hasil akhimya adalah Pelaporan. Pengendalian adalah serangkaian kegiatan pengambilan keputusan yang cepat dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Hasil akhimya berupa Tindakan/Keputusan. Evaluasi merupakan proses menentukan nilai atau pentingnya suatu kegiatan, kebijakan, atau program. Evaluasi adalah sebuah penilaian yang seobyektif dan sesistematik mungkin terhadap sebuah intervensi yang direncanakan, sedang berlangsung atau pun yang telah diselesaikan. Evaluasi menurut PP 39/2006, adalah Rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar yang telah ditetapkan. Masukan untuk perencanaan yang akan datang, Menurut PP 39/2006, disebutkan bahwa Monitoring merupakan kegiatan rutin, sedang berjalan dan internal, dipergunakan untuk mengumpulkan informasi terhadap keluaran, hasil dan indikator yang akan dipergunakan untuk Mengevaluasi kinerja program. Evaluasi dilakukan secara periodik dan berkala, menganalisis data yang telah diperoleh dari Monitoring untuk memberikan penilaian atas pelaksanaan rencana, dan sebagai umpan balik periodik kepada pemangku kepentingan utama. Periodisasi Pelaksanaan Evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan, melalui tahapan sebagai berikut: 4. Tahap Perencanaan (ex ante). Tahapan dilakukan sebelum ditetapkannya rencana pembangunan, tahapan ini untuk melihat rasionalitas pilihan, target dan kesuaian antar dokumen perencanaan, 2. Tahap Pelaksanaan (on going). Tahapan dilakukan saat pelaksanaan Kegiatan, tahapan ini untuk menjamin kegiatan dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 3, Tahap Pasca Pelaksanaan (ex post). Tahapan dilaksanakan setelah pelaksanaan rencana berakhir, Bertujuan untuk menilai pencapaian (keluaran/ hasil! dampak) program mampu ‘mengatasi masalah pembangunan yang ingin dipecahkan, serta untuk menilal efisiensi, efektivitas dan dampak terhadap sasaran), ataupun manfaat dari suatu program, Evaluator adalah pihak (perseorangan/kelompok) yang melakukan evaluasi pelaksanaan suatu kegiatan, Jenis evaluator yaitu: 4, Evaluator Internal : biasanya mengetahui lebih banyak mengenai Sejarah, organisasi, budaya, problem, keberhasilan dan mungkin berada terlalu dekat (dengan yang dievaluasi) 2. Evaluator Eksternal : Punya kredibiltas yang lebih tinggi dan keahlian yang lebin spesifik, dan tidak terikat dengan keputusan-keputusan administratif dan keuangan (bersambung ke slide selanjutnya) 3. Evaluator Independen: terbebas dari pengaruh apapun, tidak Fokus dan Polit. 4, Evaluator Partisipatif: sebuah langkah lebih radikal keluar dari model evaluasi mandiri, wakil dari pemangku kepentingan (lermasuk penerima manfaat) bekerjasama merancang, melaksanakan dan menerjemahkan sebuah evaluasi, evaluator eksternal bertindak sebagai fasilitator dan instruktur, tidak ada Sub-ordinasi (Atasan — Bawahan), evaluator eksternal lebih fokus pada membuat penilaian. Yang dilakukan oleh Evaluator antara lain: merencanakan evaluasi, melaksanakan atau menjalankan evaluasi (atau mempekerjakan staf untuk melaksaniakan evaluasi), berkonsultasi_ dan berkoordinasi dengan semua pemangku kepentingan (Tidak ada sub-ordinasi), mengidentifikasi standar efoktifitas, mencari, mengumpulkan, menganalisa, menginterpretasikan dan melaporkan data serta temuan, memberikan rekomendasi, mengelola anggaran evaluasi dan mengembangkan teori perubahar/Evaluasi Evaluasi berdasar SPPN Pasal 29 UU No 25/2004 Tentang SPPN: Pimpinan Kementerian/ Lembaga melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan Kementerian’ Lembaga periode sebelumnya dan Pimpinan Satuan Kerja Perangkat Daerah melakukan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana pembangunan Satuan Kerja Perangkat Daerah periode sebelumnya. Adapun proses Evaluasi Pasal 29 UU No 25/2004 Tentang SPPN: Menteri! Kopala Bappeda _menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan Kementerian/ Lembaga dan evaluasi Satuan Kerja Perangkat Daerah, Manfaat Evaluasi menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan Nasional/ Daerah untuk periode berikutnya. (by RSD) Referensi ‘* Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional ‘© Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan PEJABAT PENGGUNA ANGGARAN: Pada setiap awal tahun anggaran, Menteri /Pimpinan Lembaga selaku PA menunjuk Pejabat Kuasa PA untuk satker di lingkungan instansi PA bersangkutan dengan surat keputusan. Menteri/Pimpinan Lembaga dapat mendelegasikan kewenangan kepada Kuasa PA untuk ‘menunjuk : (a) PPK/penanggung jawab kegiatan/pembuat komitmen; (b) Pejabat penguii tagihan kepada negara dan menandalangani SPM; (c) Bendahara Pengeluaran Pejabat KPA, Pejabat Penguji/Penerbit SPM dan Bendahara Pengeluaran ketiganya tidak boleh saling merangkap. Pejabat Kuasa PA dan Pejabat Penguji/Penerbit SPM dapat merangkap jabatan, jika pejabat/pegawai pada satker tersebut tidak memungkinkan adanya pemisahan fungsi. ‘Tembusan Surat Keputusan penunjukan para Pejabat disampaikan kepada Kepala KPPN selaku Kuasa BUN, PA/Kuasa PA berdasarkan DIPA, menyelenggarakan kegiatan-kegialan sesuai rencana kerja dan anggaran yang telah ditetapkan dalam DIPA. PENGGUNA ANGGARAN/KUASA PENGGUNA ANGGARAN Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran Melaksanakan rencana yang telah ditetapkan Melakukan pelimpahan tugas dan kewenangan kepada Tim Pengelola Keuangan Memberikan arahan, bimbingan dan mengawasi pelaksanaan anggaran dan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan Mempertanggungjawabkan semua kegiatan yang dilaksanakan dari mulai pelaksanaan anggran, pengadaan barang, dan kebenaran surat keputusan yang diterbitkan PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN 4 Melaksanakan dan mempertanggungjawabkan rencana kerja sesuai kegiatan yang ditetapkan dalam DIPA Melakukan_perikatan dengan pihak keliga berupa kontrak, perjanjian, SPK, kwitansi, SK, SPPD dan sebagainya, Menyusun tagihan dalam bentuk SPP. Menyampaikan laporan kegiatan dan keuangan kepada KPA Bertanggungjawab atas kebenaran material dan akibat yang timbul atas perikatan yang dilakukan, PEJABAT PENGUJ] DAN PENANDATANGAN SPM: 1 Melakukan pengujian atas SPP Memeriksa keabsahan dokumen pendukung, ketersediaan pagu, kebenaran atas hak tagih, sebelum menerbitkan dan menandatangal SPM Menyampaikan SPM kepada KPPN Mengarsipkan bukti asli bukti pengeluaran Melaporkan seluruh kegiatan kepada KPA dan mempertanggungjawabkan atas pelaksanaan pengujian serta akibat yang timbul BENDAHARA PENGELUARAN: 4. Melakukan penatausahaan pengelolaan keuangan untuk semua transaksi yang berkaitan dengan rekening Bendahara baik pengeluaran melalui UP maupun LS 2. Menorima, menyetor dan melaporkan semua penerimaan negara Menyiapkan SPP untuk ditandatangani oleh KPA PPK 4. Dalam metaksanakan tugasnya Bendahara Pengeluaran dapat dibantu oleh Pemegang Uang Muka (PUM) yang bertanggung jawab kepada Bendahara Pengeluaran JENIS BELANJA YANG DAPAT DILAKUKAN DENGAN MEKANISME UANG PERSEDIAAN: 4, Belanja Barang dengan klasifikasi belanja §211, 5212, 5221, 5231, 5241 dan 5811. Selain klasifikasi di atas UP dapat diberkkan juga terhadap kelompok akun 5242 (Bel.Perjdin LN), sekalipun jumlahnya melebini Rp.10 juta tidak perlu persetujuan dari Dirjen Perbendaharaan (S-3205/PB/2009 tgl 8 Juni 2009) 3. UP dapat diberikan untuk Bel Modal Kelompok Akun 5311, 5321, 5331, 5341 dan 5361 sepanjang untuk pengeluaran (adm. Umum kegiatan) seperti: honor tim, ATK, Perjalanan dinas, biaya pengumuman lelang, pengurusan surat perijinan dan pengeluaran lain yang tidak dapat dilakukan dengan LS (S-3205/PB/2009 tgl 8 Juni 2009) 4, Diluar ketentuan tersebut diatas, uang persediaan dapat diberikan setelah terlebih dahulu ‘mendapat persetujuan, untuk DIPA Pusat oleh Dirjen Perbendaharaan, untuk DIPA Pusat yang kegiatannya berlokasi didaerah dan DIPA yang ditetapkan oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan persetujuaannya diberikan oleh Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat. BESARAN UANG PERSEDIAAN: 4, Pagu DIPA s/d Rp.900,000,000,- UP diberikan 1/12 (satu per duabelas) dari pagu DIPA maksimal Ro.50.000.000,-; 2, Pagu DIPA diatas Rp.900.000.000,- s/d Rp.2.400.000.000,- UP diberikan 1/18 (satu per delapan belas) dari Pagu DIPA maksimal Rp. 100.000.000,~ 3, Pagu DIPA diatas Rp.2.400,000.000,- UP diberikan 1/24 (satu per duapuluhempat) dari Pagu DIPA maksimal Rp.200.000.000,-; Perubahan besaran UP dluar ketentuan diatas ditetapkan oleh Dirjen Perbendaharaan; Pengisian kembali UP diberikan apabila UP telah diperguanakan sekurang-kurangnya 75 %; 6. Dalam hal penggunaan UP belum mencapai 75 %, sedangkan kebutuhan dana melebihi sisa UP yang ada pada Bendahara Pengeluaran, satker dapat mengajukan TUP; 7. Kepala KPPN dapat memberikan TUP sampai dengan jumlah Rp.200.000.000,- dalam hal permintaan TUP diatas Rp.200,000,000,- harus mendapat dispensasi dari Kepala Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempal. LAMPIRAN SPP-UP/TUP SPP-UP (Uang Persediaan), 4, Surat pernyataan dari KPA atau pejabat yang ditunjuk, yang Menyatakan bahwa Uang Persediaan tersebut tidak untuk membiayai Pengeluaran-pengeluaran yang menurut ketentuan harus dengan LS; SPP-TUP (Tambahan Uang Persediaan) 2. Rincian rencana penggunaan dana TUP dari KPA atau pejabat yang ditunjuk; 3, Surat pernyataan dari KPA alau pejabat yang ditunjuk bahwa : (1) ana TUP akan digunakan untuk keperluan mendesak dan akan habis digunakan dalam waktu satu bulan terhitung sejak tanggal SP2D diterbitkan; (2) Apabila terdapat sisa dana TUP, harus disetor ke rekening kas negara; (3) Tidak untuk membiayai pengeluaran yang seharusnya dibayarkan secara langsung; 4, Rekening Koran yang menunjukan saldo terakhir. LAMPIRAN SPP-GU (Penggantian Uang Persediaan) 1. Kuitansi/tanda bukti pembayaran; 2. SPTB; 3. Foto cofy SSP yang telah dilegalisir oleh KPA/Pejabat yang ditunjuk, LAMPIRAN SPP-LS UNTUK PEMBAYARAN BELANJA PEGAWA\: Daftar Gaji, Honor, Vakasi dan Lembur; SK CPNS, KP, KGB, Jabatan; Nota BKN; KP4, Akta Nikah, Akta Lahir; SPMT; SPM; ‘SKPP Pindah; ‘SPK-Lembur dan Daftar Hadir KERJA dan Lembur, ‘SK Pembentukan Panitia untuk kegiatan; SSP; dsb. LAMPIRAN SPP-LS UNTUK PEMBAYARAN BELANJA BARANGIJASA: Kontrak/SPK/SPKS yang mencantumkan nomor rekening rekanan; ‘Surat Pernyataan KPA mengenai penetapan rekanan; Berita Acara Pemeriksaan Pekerjaan; Berita Acara Serah Terima Pekerjaan; Berita Acara Pembayaran; Kuitansi yang disetujui oleh KPA/Pejabat yang ditunjuk; Faktur Pajak berikut SSP; Jaminan Bank atau yang dipersamakan yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan non bank; Ringkasan Kontrak; SPTB. LAMPIRAN SPP-LS UNTUK PEMBAYARAN BELANJA DAYA/JASA: 4. Buktitagihan Daya dan Jasa (Listrik, Telepon dan Air); 2. Nomor rekening Pihak Ketiga (PT.PLN, PT. TELKOM, PDAM dll) 3. Dalam hal pembayaran Langganan Daya dan Jasa belum dapat dilakukan secara LS, satker/SKS ybs dapat melakukannya dengan UP; 4, Tunggakan Langganan Daya dan Jasa tahun anggaran yang lalu dapat dibayarkan setelah mendapat dispensasi/persetujuan dari Kanwil Diljen Perbendaharaan sepanjang dananya tersedia dalam DIPA; 5. SPTB. LAMPIRAN SPP-LS UNTUK PEMBAYARAN BELANJA PERJALANAN DINAS 4. Daftar nominatif yang berisi (Nama, Pangkat, Golongan), tujuan dan tanggal keberangkatan, lama perjalanan dinas, dan biaya yang diperlukan untuk masing-masing pejabat, ditandatangani oleh KPA dan disahkan oleh pejabat yang berwenang di KPPN; 2. SPTB. PENERBITAN SPM (OLEH PEJABAT PENERBIT SPM): * Pelugas penerima SPP memeriksa dan mengisi check list kelengkapan berkas SPP, ‘mencatat dalam buku pengawasan SPP, membuat dan menandatangani tanda terima SPP. Selanjutnya menyampaikan SPP dimaksud kepada pejabat penerbit SPM + Pejabat penerbit SPM melakukan pengujan atas SPP sebagai berikut: ‘© Memeriksa secara rinci dokumen pendukung SPP sesuai dengan ketentuan yang berlaku; ‘* Memeriksa ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaul batas pagu anggaran; ‘* Memerksa kesesuaian rencana kerja dan/atau kelayakan hasil Kerja yang dicapai dengan indikator keluaran; ‘© Memeriksa kebenaran atas hak tagih, diantaranya: (a) Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran(nama orangiperusahaan, alamat, nomor rekening dan nama bank); (b) Nila tagihan yang harus dibayer (kesesuaian daniatau kelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai spesifikasiteknis yang tercantum dalam kontrak/SPK/SPKS); ‘© Memeriksa pencapaian tujuan dan/atau sasaran kegiatan sesuai dengan indikalor keluaran yang tercantum dalam DIPA berkenaan danvatau spesifikasi teknis yang sudah ditetapkan alam kontrak. ‘* Setelah dilakukan pengujan terhadap SPP, Pejabat penguji SPP menerbitkan SPM dalam rangkap 3 (tiga) dengan ketentuan sebagaiberikut: (a) Lembar kesatu dan kedua disampaikan ke KPPN beserta Arsip Data Komputer (ADK) dan Lembar ketiga sebagai pertinggal ‘© SPM yang telah diterbitkan SP2D nya oleh KPPN dan telah dicalran (telah dllakukan pendebetan rekening kas negara) tidak dapat dibatalkan, © Perbaikan hanya dapat ilakukan terhadap kesalahan administrasi sebagaiberikut: (a) Kesalanan pembebanan pada MAK (dalam kiasifikasi yang sama); (b) Kesalahan pencantuman kode fungsi, sub fungsi, kegiatan dan sub kegiatan; (c) Uraian pengeluaran yang tidak berakibat merubah jumiah uang pada SPM. ‘© Perbalkan SPM dilakukan oleh KPA/Penerbit SPM, selanjutnya SPM perbaikan tersebut ilampiri SKTJM dan disampaikan ke KPPN. PENYAMPAIAN SPM KE KPPN DILAKUKAN SEBAGAI BERIKUT SPM-UP dilampiri: ADK, FC SK Penunjukan KPA, Pejabat Penguj/Penandatang SPM, Bendahara Pengeluaran berikut specimen tandatangannya SPM-TUP dilampiri: ADK, Rincian Rencana Penggunaan Dana, Surat Pernyataan TUP, Surat Permohonan TUP yang ditujukan kepada Kepala KPPN. SPMLLS (belanja pegawai) dilampiri: ADK, Daftar pembayaran yang ditandatangani oleh KPA/Pejabat yang ditunjuk dan Bendahara Pengeluaran, Surat Keputusan Kepegawaian dalam hal terdapat perubahan pada daftar pembayaran, Surat Keputusan pemberian honorivakasi dan SPK lembur, Dokumen pendukung lainnya yang dipersayaratkan, ‘SPM-LS (non belanja pegawai) dilampiri : ADK, Ringkasan/Resume Kontrak/SPK/SPKS, ‘SPTB, Faktur Pajak dan SSP, Daftar Nominatif Perjalanan Dinas. ‘SPM-GU Dilampiri : ADK, SPTB, FC. SSP apabila terdapat pembayaran yang harus dipungut Pajak. TATA CARA PENGISIAN DOKUMEN PENDUKUNG YANG DIPERSYARATKAN DILAKUKAN. ‘SESUAI KETENTUAN YANG BERLAKU REFERENS!: 1 2 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI No. 47, Tambahan Lembaran Negara No, 4286); Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara RI No. 5 tahun 2004 Tambahan Lembaran Negara No.4355); Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Ri Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4400); Peraturan Direktur Jenderal Petbendaharaan Nomor Per-66/P/2005 Tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara. Salah satu aspek penting dalam reformasi birokrasi adalah penataan manajemen pemerintahan pusat dan daerah (provinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut dinilai penting antara lain karena keberhasilan suatu kebijakan ditentukan pula oleh kemampuan manajemen di dalam birokrasi pemerintahan untuk melaksanakan kebijakan tersebut secara efisien dan efektif. Dewasa ini, terminologi “kinerja” menjadi ikon dalam seluruh tahapan penyelenggaraan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah. Dengan bergulirnya reformasi manajemen pemerintahan yang antara lain ditandai terbitnya Inpres No 7/1999, UU No 25/2004, UU No 17/2003, UU No 1/2004, Inpres No 5/2004, UU No 32/2004, UU No 33/2004, PP No 6/2008, PP No 39/2006, PP No 40/2006 dan peraturan lainnya, maka penerapan manajemen yang berorientasi pada peningkatan kinerja atau disebut pula “manajemen kinerja" di lingkungan instansi pemerintah merupakan suatu keniscayaan, Kinerja pada dasamya merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diemban kepadanya. Seluruh aktivitas dalam lingkungan instansi pemerintah akan diukur dari sisi akuntabilitas kinerjanya, baik dari sisi kinerja individu, kinerja unit kerja dan kinerja instansi, dan bahkan juga kinerja pemerintahan secara keseluruhan COrientasi Manajemen Kinerja adalah bahwa Seluruh aktivitas dalam lingkungan instansi pemerintah akan diukur dari sisi akuntabilitas kinerjanya, baik dari sisi kinerja individu, kinerja unit kerja dan kinerja instansi, dan bahkan juga kinerja pemerintahan secara keseluruhan, Penerapan manajemen yang berorientasi pada peningkatan kinerja (performance based management) atau disebut pula “manajemen kinerja’ (performance management) di lingkungan instansi pemerintah membutuhkan suatu proses yang sistematis schingga perlu dibuat desainsistem manajemen kinerja yang tepat untuk mencapal kinerja optimal (high performance). Dalam konteks pemahaman ini, manajemen kinerja dipandang sebagai cara bagaimana mencapai tingkat hasil yang diinginkan sesuai dan sinergis dengan yang ditetapkan atau didesain dalam perencanaan (managing for result. Pada dasamya seluruh instansi pemerintah sebagian besar berpendapat telah menerapkan sistem manajemen dalam lingkungan instansinya. Namun, yang penting untuk dicermati, bagaimanakah implementasinya khususnya dalam mendorong_peningkatan kinerja pegawai, kinerja unit kerja dan kinerja instansi. Begitu pentingnya masalah kinerja individu ini, sehingga tidak salah bila inti pengelolaan sumber daya manusia adalah bagaiman mengelola kinerja SDM. Disamping membuat pemetaan profil manajemen pemerintah, kajian ini juga mengeksplorasi pendapat instansi pemerintah tentang kriteria instansi pemerintah yang memiliki kinerja tinggi Beberapa kriteria yang dominan yang dapat disebut sebagai kriteria utama instansi pemerintah yang memiliki kinerja tinggi, diantaranya : menjalankan tupoksi secara konsisten, ‘memiliki disiplin, loyalitas dan etos kerja yang tinggi, adanya konsistensi antara perencanaan dengan pelaksanaan,( memiliki manajemen dan prosedur kerja yang jelas, kinerja pelayanan publik yang optimal, memiliki perencanaan secara sistematis dan aspiratif serta berdasarkan kinerja, ‘memiliki isi dan misi organisasi yang jelas, Noepena 8. berorientasi pada hasil kegiatan dan manfaat kegiatan, dan krteria lainnya. Faktor-faktor dalam manajemen pemerintah yang dapat mendukung pencapaian peningkatan kinerja instansi pemerintah, momperlihatkan kondisi yang hampir seragam di antara instansi pomerintah. Meskipun dengan intensitas pendapat yang berbeda. Beberapa faktor pendukung tersebut adalah sumber daya manusia aparatur yang berkualitas, sarana dan prasarana yang memadai termasuk anggaran, penerapan reward and punishment yang adil dan kepemimpinan (leadership) yang balk Sobaliknya untuk faktor-faktor yang dapat menghambat pencapaian peningkatan kinerja instansi emerintah di antaranya adalah penempatan SDM yang kurang tepat, lemahnya penegakan disiplin pegawai, kompetensi dan skill pegawai, kelemahan dalam manajemen birokrasi, keterbatasan anggaran, kurangnya dukungan sarana dan prasarana, lemahnya koordinasi antar berbagai pihak, dan faktor lainnya. Sebagian besar berpendapat lingkungan internal (pengaruh lingkungan internal birokrasi (kompetensi SDM, kelemahan majemen, reward and punishment tidak jalan, dll) sebagai faktor penyobab permasalahan di birokrasi pemerintah ‘Sumber : Paparan Biro Organisasi Kemendagri

Anda mungkin juga menyukai