Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM DILEMA

ETIK DAN TUGAS SEBAGAI BIDAN BERDASARKAN ETIK


DAN KODE ETIK PROFESI

Oleh:
KELOMPOK 4
KELAS 1A
1. Afifah rahma putri (224110401)
2. Alviona aulia susanti(22410403)
3. Danila iswandi(224110407)
4. Latifah khairunnisa(224110420)
5. Mujahidah salwa latifah (224110424)
6. Ranny adzkia putri (224110431)

DOSEN PENGAMPU : Dr.Eravianti,S.SiT,M.KM

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN PADANG


POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat guna memenuhi tugas
mata kuliah Etika dan Hukum Kesehatan dengan mengambil pembahasan mengenai
Pengambilan Keputusan dalam Menghadapi Dilema Etik Moral Dalam Pelayanan Kebidanan.
Tidaklah akan terwujud dan terlaksana penulisan ini tanpa adanya kebijaksanaan dan
batuan dari pihak-pihak lain, oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
adanya kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam ilmu kesehatan

Padang, 12 Februari 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................5
C. Tujuan.......................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pengertian Etika Profesi Kebidanan......................................................................................6
B. Pengambilan Keputusan dalam Menghadapi Dilema/Etik Moral Pelayanan Kebidanan. 6
C. Teori-teori dalam pengambilan keputusan:...........................................................................7
D. Tugas Bidan............................................................................................................................14
D. Peran Bidan............................................................................................................................15
E. Teori Etika..............................................................................................................................15
BAB III...............................................................................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................................................................18
A. Kesimpulan............................................................................................................................18
B. Saran.......................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................19

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bidan merupakan bentuk profesi yang erat kaintannya dengan etika karena lingkup
kegiatan bidan sangat berhubungan erat dengan masyarakat,. Karena itu, selain
mempunyai pengetahuan dan keterampilan, agar dapat diterima di masyarakat bidan juga
harus memiliki etika yang baik sebagai pedoman bersikap/bertindak dalam memberikan
suatu pelayanan khususnya pelayanan kebidanan. Agar mempunyai etika yang baik dalam
pendidikannnya bidan dididik etika dalam mata kuliah Etika profesi namun semuanya
mata kuliah tidak ada artinya jika peserta didik tidak mempraktekannya dalam kehidupan
di masyarakat.
Pada masyarakat daerah, bidan yang dipercaya adalah bidan yang beretika. Hal ini
tentu akan sangat menguntungkan baik bidan yang mempunyai etika yang baik karena
akan mudah mendapatkan relasi dengan masyarakat sehingga masyarakat juga akan
percaya pada bidan.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat, dimana
sering terjadi karena kurang pemahaman pada praktisi pelayanan kebidanan terhadap
etika. Pelayanan kebidanan adalah proses yang menyeluruh sehingga membutuhkan
bidan yang mampu menyatu dengan ibu dan keluarganya, Bidan harus berpatisipasi
dalam memberikan pelayanan kepada ibu sejak konseling pra konsepsi, skrening
antenatal, pelayanan intrapartum, perawatan intensif pada neonatal, dan postpartum serta
mempersiapkan ibu untuk pilihannya meliputi persalinan di rumah, kelahiran sksio
sesaria, dan sebagainya. Bidan sebagai pemberi pelayanan harus menjamin pelayanan
yang profesional dan akuntabilitas serta aspek legal dalam pelayanan kebidanan.
Peningkatan pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dalam segala bidang serta
meningkatnya pengetahuan masyarakat berpengarus pula terhadap meningkatnya tuntuan
masyarakat akan mutu pelayanan kesehatan termasuk pelayanan kebidanan.
Profesi kebidanan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti
masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan
pelayanan yang dibutuhkan. Konsekuensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari
tindakan keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dab dipertanggunggugatkan
dan setiap pengambilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan
ilmiah semata tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Etika Profesi?
2. Mengaoa dilakukan Pengambilan Keputusan dalam mengahadapi Dilema/Etik Moral
Pelayanan Kebidanan?
3. Apa saja Teori pengambilan Keputusan?
4. Apa saja Tugas Bidan?
5. Apa saja Peran Bidan?
6. Apa saja Teori Etika Profesi?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Etika Profesi Kebidanan
2. Untuk Mengetahui Keputusan dalam mengadapi Dilema/Etik Moral Pelayanan
Kebidanan
3. Untuk Mengetahui Teori pengambilan Keputusan
4. Untuk Mengetahui Tugas Bidan
5. Untuk Mengetahui Peran Bidan
6. Untuk Mengetahu Teori Etika Profesi

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Profesi Kebidanan


Istilah etik secara umum, digunakan sehari-hari pada hakekatnya berkaitan
Dengan falsafah, dan moral yaitu mengenai apa yang dianggap baik atau buruk
dimasyarakat dalam kurun waktu tertentu. Sesuai dengan perbuatan/perkembangan
norma/nilai. Dikatakan kurun waktu tertentu karena etik dan moral bisa berubah
dengan lewatnya waktu.
Etika Sosial (Etika Profesi) merupakan Suatu pernyataan komperhensif dari
profesi yang memberikan tuntunan bagi anggotanya untuk melaksanakan praktik
dalam bidang profesinya baik yang berhubungan dengan klien/pasien, keluarga,
masyarakat teman sejawat, profesi & dirinya sendiri.
Etik merupakan bagian darifilosofi yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan apakah
penyelesainnya baik atau salah (Jones, 1994). Penyimpangan mempunyai konotasi
yang negative yang berhubungan dengan hukum. Seseorang bidan dikatakan
profesional bila ia mempunyai kekhususan. Sesuai dengan peran dan fungsinya
seorang bidan bertanggung jawab menolong persalinan.
Dalam hal ini bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri yang
harus mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui
ilmunya dan mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi. Derasnya
arus globalisasi yang semakin mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia,
juga mempengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan
teknologi/ilmu pengetahuan yang memnimbulkan konflik terhadap nilai. Arus
kesejahteraan ini tidak dapat dibendung, pasti etik mungkin saja terjadi juga dalam
praktek kebidanan, misalnya dalam praktek mandiri, ridak seperti bidan yang bekerja
di RS, RB atau institusi kesehatan lainnya, mempertanggungjawabkan sendiri apa
yang dilakukan. Dalam hal ini bidang yang praktek mandiri menjadi pekerja yang
bebas mengontrol dirinya sendiri. Situasi ini akan besar sekali pengaruhnya terhadap
kemungkinan terjadinya penyimpangan etik.

B. Pengambilan Keputusan dalam Menghadapi Dilema/Etik Moral Pelayanan


Kebidanan
Menurut George R. Terry pengambilan keputusan adalah memilih anternatif yang ada.
Ada 5 hal pokok dalam pengambilan keputusan:
1. Intuisi berdasarkan perasaan, lebih subyektif dan mudah terpengaruh.
Keputusan yang diambil berdasarkan intuisi atau perasaan lebih bersifat subjektif
yaitu mudah terkena sugesti, pengaruh luar, dan faktor kejiwaan lain. Sifat
subjektif dari keputusuan intuitif ini terdapat beberapa keuntungan, yaitu :
a. Pengambilan keputusan oleh satu pihak sehingga mudah untuk memutuskan.

6
b. Keputusan intuitif lebih tepat untuk masalah-masalah yang bersifat
kemanusiaan.
Pengambilan keputusan yang berdasarkan intuisi membutuhkan waktu yang
singkat Untuk masalah-masalah yang dampaknya terbatas, pada umumnya
pengambilan keputusan yang bersifat intuitif akan memberikan kepuasan.
Akan
tetapi, pengambilan keputusan ini sulit diukur kebenarannya karena kesulitan
mencari pembandingnya dengan kata lain hal ini diakibatkan pengambilan
keputusan intuitif hanya diambil oleh satu pihak saja sehingga hal-hal yang
lain
sering diabaikan.

2. Pengalaman mewarnai pengetahuan praktis, seringnya terpapar suatu kasus


meningkatkan kemampuan mengambil keputusan terhadap suatu kasus. Dalam hal
tersebut, pengalaman memang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan
masalah. Keputusan yang berdasarkan pengalaman sangat bermanfaat bagi
pengetahuan praktis. Pengalaman dan kemampuan untuk memperkirakan apa
yang menjadi latar belakang masalah dan bagaimana arah penyelesaiannya sangat
membantu dalam memudahkan pemecaha masalah.
3. Fakta, keputusan lebih real, valid dan baik Keputusan yang berdasarkan sejumlah
fakta, data atau informasi yang cukup itu memang merupakan keputusan yang
baik dan solid, namun untuk mendapatkan informasi yang cukup itu sangat sulit.
4. Wewenang lebih bersifat rutinitas Keputusan yang berdasarkan pada wewenang
semata maka akan menimbulkan sifat rutin dan mengasosiasikan dengan praktik
dictatorial. Keputusan berdasarkan wewenang kadangkala oleh pembuat
keputusan sering melewati permasahan yang seharusnya dipecahkan justru
menjadi kabur atau kurang jelas.
5. Rasional, keputusan bersifat obyektif, transparan, konsisten.
Keputusan yang bersifat rasional berkaitan dengan daya guna. Masalah – masalah
yang dihadapi merupakan masalah yang memerlukan pemecahan rasional.
Keputusan yang\ dibuat berdasarkan pertimbangan rasional lebih bersifat objektif.
Dalam masyarakat, keputusan yang rasional dapat diukur apabila kepuasan
optimal masyarakat dapat terlaksana dalam batas-batas nilai masyarakat yang di
akui saat itu.

C. Teori-teori dalam pengambilan keputusan:


a. Teori utilitarisme
Ketika keputusan diambil, memaksimalkan kesenangan, meminimalkan
ketidaksenangan.
b. Teori deontology
Menurut Immanuel Kant sesuatu dikatakan baik bila bertindak baik.
Contohnya bila berjanji ditepati, bila pinjam harus dikembalikan.Teori
hedonisme

7
Menurut Aristippos, sesuai kodratnya setiap manusia mencari kesenangan
dan menghindari ketidaksenangan.
c. Teori Hedonisme
Menurut Aristippos, sesuai kodratnya, setiap manusia mencari kesenangan
dan menghindari ketidaksenangan.
d. Teori eudemonisme Menurut Aristoteles, setiap kegiatannya manusia
mengejar suatu tujuan, ingin mencapai suatu yang baik. Kerangka
pengambilan keputusan dalam asuhan kebidanan memperhatikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Bidan harus mempunyai responsibility dan accountability
2) Bidan harus menghargai wanita sebagai individu dan melayani dengan
rasa hormat
3) Pusat perhatian pelayananbidan adalah safty and wellbeing mother
4) Bidan berusaha menyokong pemahaman ibu tentang kesejahteraan dan
menyatakan pilihannya pada pengalaman situasi yang aman. Bentuk
pengambilan keputusan:
1) Strategi : dipengaruhi oleh kebijakan organisasi atau pimpinan,
rencana dan masa depan, rencana bisnis dan lain-lain.
2) Cara kerja : yang dipengaruhi pelayanan kebidanan di dunia, klinik,
dan komunitas.
3) Individu dan profesi : dilakukan oleh bidan yang dipengaruhi oleh
standart praktik kebidanan. Proses Pengambilan Keputusan :
1) Identifikasi masalah. Dalam hal ini pemimpin diharapkan mampu
mengindentifikasikan masalah yang ada di dalam suatu organisasi.
2) Pengumpulan dan menganalisis data. Pemimpin diharapkan dapat
mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat membantu
memecahkan masalah yang ada
3) Pembuatan alternatif-alternatif kebijakan. Setelah masalah dirinci
dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan cara-cara
pemecahannya.
4) Pemilihan salah satu alternatif terbaik. Pemilihan satu alternatif yang
dianggap paling tepat untuk memecahkan masalah tertentu dilakukan
atas dasar pertimbangan yang matang atau rekomendasi. Dalam
pemilihan satu alternatif dibutuhkan waktu yang lama karena hal ini
menentukan alternatif yang dipakai akan berhasil atau sebaliknya.
5) Pelaksanaan keputusan. Dalam pelaksanaan keputusan berarti seorang
pemimpin harus mampu menerima dampak yang positif atau negatif.
Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga
mempunyai alternatif yang lain.
6) Pemantauan dan pengevaluasian hasil pelaksanaan. Setelah keputusan
dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari
keputusan yang telah dibuat. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Pengambilan Keputusan

8
1) Faktor fisik, didasarkan pada rasa yang dialami oleh tubuh sepeti rasa
sakit, tidak nyaman dan kenikmatan.
2) emosional, didasarkan pada perasaan atau sikap.
3) Rasional, didasarkan pada pengetahuan
4) Praktik, didasarkan pada keterampilan individual dan kemampuan
dalam
melaksanakanya.
5) Interpersonal, didasarkan pada pengrauh jarigan sosial yang ada
6) Struktural, didasarkan pada lingkup sosial,ekonomi dan politik.
Pendekatan tradisional dalam pengambilan keputusan yang etis:
1) Mengenal dan mengidentifikasi masalah
2) Menegaskan masalah dengan menunjukkan hubungan antara masa lalu
dan sekarang
3) Memperjelas hasil prioritas yang ingin dicapai
4) Mempertimbangkan pilihan yang ada
5) Mengevaluasi pilihan tersebut
6) Memilih solusi dan menetapkan atau melaksanakannya
Ciri-ciri keputusan yang etis meliputi:
1) Mempunyai pertimbangan yang benar atau salah
2) Sering menyangkut pilihan yang sukar
3) Tidak mungkin dielakkan
4) Dipengaruhi oleh norma, situasi, iman, lingkungan sosial.
Pentingnya mengerti situasi:
1) Untuk menrapkan norma-norma terhadap situasi
2) Untuk melakukan perbuatan yang tepat dan berguna
3) Untuk mengetahui masalahmasalah yang perlu diperhatikan.
Kesulitan dalam mengerti situasi:
1) Kerumitan situasi dan keterbatasan pengetahuan kita
2) Pengertian kita terhadap situasi sering dipengaruhi oleh kepentingan,
prasangka dan faktor subyektif lain. Cara memperbaiki pengertian kita
tentang situasi:
1) Melakukan penyelidikan yang memadai
2) Menggunakan sarana ilmiah dan keterangan para ahli
3) Memperluas pandangan tentang situasi
4) Kepekaan terhadap pekerjaan
5) Kepekaan terhadap kebutuhan orang lain. Tips pengambilan keputusan
dalam keadaan kritis :
1) Identifikasi dan tegaskan masalah, baik sendiri maupun dengan orang
lain
2) Tetapkan hasil yang diinginkan
3) Uji kesesuaian dari setiap solusi yang ada
4) Pilih solusi yang lebih baik
5) Laksanakan tindakan tanpa ada keterlambatan Pengambilan keputusan
klinis adalah keputusan yang diambil berdasarkan kebutuhan dan

9
masalah yang dihadapi klien, sehingga semua tindakan yang dilakukan
bidan dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi klien yang bersifat
emergensi, antisipasi, atau rutin.
Pengambilan keputusan klinis tergantung:
1. Pengetahuan
2. Latihan praktik
3. Pengalaman
Pengambilan keputusan klinis yang benar dan tepat:
1. Menghindari pekerjaan atau tindakan rutin yang tidak sesuai dengan kebutuhan klien
2. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan yang diberikan
3. Membeiasakan bidan berfikir dan bertindak sesuai standar Memberikan kepuasan
pelanggan
Perlu diperhatikan dalam kasus emergensi dan menghadapi situasi panik:
1. Mempertimbangkan satu solusi berdasarkan pengalaman dimasa lampau
2. Meninjau simpanan pengetahuan yang relevan dengan keadaan tersebut.

Peran bidan sebagai petugas kesehatan yaitu sebagai komunikator, motivator, fasilitator, dan
konselor bagi masyarakat (Potter dan Perry, 2007). Macam-macam peran tersebut yaitu:

a. Komunikator
Komunikator adalah orang yang memberikan informasi kepada orang yang
menerimanya. Komunikator merupakan orang ataupun kelompok yang menyampikan

10
pesan atau stimulus kepada orang atau pihak lain dan diharapkan pihak lain yang
menerima pesan (komunikan) tesebut memberikan respon terhadap pesan yang
diberikan (Putri ,2016). Proses dari interaksi komunikator ke komunikan disebut juga
dengan komunikasi. Selama proses komunikasi, tenaga kesehatan secara fisik dan
psikologis harus hadir secara utuh, karena tidak cukup hanya dengan mengetahui
teknik komunikasi dan isi komunikasi saja tetapi juga penting untuk mengetahui
sikap, perhatian, dan penampilan dalam berkomunikasi. Seorang komunikator, tenaga
kesehatan seharusnya memberikan informasi secara jelas kepada pasien, pemberian
informasi sangat diperlukan karena komunikasi bermanfaat untuk memperbaiki
kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakt yang salah terhadap kesehatan dan
penyakit. komunikasi dikatakan efektif jika dari tenaga kesehatan mampu
memberikan informasi secara jelas kepada pasien, sehingga dalam penanganan selama
kehamilan diharapkan tenaga kesehatan bersikap ramah, dan sopan pada setiap
kunjungan ibu hamil (Notoatmodjo, 2007). Tenaga kesehatan juga harus
mengevaluasi pemahaman ibu tentang informasi yag diberikan dan juga memberikan
pesan kepada ibu hamil apabila terjadi efek samping yang tidak bisa ditanggulagi
sendiri segera datang kembali dan komunikasi ke tenaga kesehatan (Mandriwati,
2008).
b. Sebagai motivator Motivator adalah orang yang memberikan motivasi kepada orang
lain. Sementara motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak agar mencapai
suatu tujuan tertentu dan hasil dari dorongan tersebut diwujudkan dalam bentuk
perilaku yang dilakukan (Notoatmodjo, 2007). Menurut Saifuddin (2008) motivasi
adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu, sedangkan motif adalah
kebutuhan, keinginan, dan dorongan untuk melakukan sesuatu. Peran tenaga
kesehatan sebagai motivasi tidak kalah penting dari peran lainnya. Seorang tenaga
kesehatan harus mampu memberikan motivasi, arahan, dan bimbingan dalam
meningkatkan kesadaran pihak yang dimotivasi agar tumbuh kearah pencapaian
tujuan yang diinginkan (Mubarak, 2012). Tenaga kesehatan dalam melakukan
tugasnya sebagai motivator memiliki ciri-ciri yang perlu diketahui, yaitu melakukan
pendampingan, menyadarkan, dan mendorong kelompok untuk mengenali masalah
yang dihadapai, dan dapat mengembangkan potendinya untuk memecahkan masalah
tersebut (Novita, 2011). Tenaga kesehatan sudah seharusnya memberikan dorongan
kepada ibu hamil
untuk patuh dalam melakukan pemeriksaa kehamilan dan menanyakan apakah ibu
sudah memahami isi dari buku KIA. Tenaga kesehatan juga harus mendengarkan
keluhan yang disampaikan ibu hamil dengan penuh minat, dan yang perlu diingat
adalah semua ibu hamil memerlukan dukungan moril selama kehamilannya sehingga
dorongan juga sangat diperlukan dalam rangka meningkatkan tumbuhnya motivasi
(Notoatmodjo, 2007).
c. Sebagai Fasilitator Fasilitator adalah orang atau badan yang memberikan kemudahan
dalam
menyediakan fasilitas bagi orang lain yang membutuhkan. Tenaga Kesehatan
dilengkapi dengan buku KIA dengan tujuan agar mampu memberikan penyuluhan
mengenai kesehatan ibu dan anak (Putri, 2016). Tenaga kesehatan juga harus

11
membantu klien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal agar sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Peran sebagai fasilitator dalam pemanfaatan buku KIA
kepada ibu hamil juga harus dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan pada setiap
kunjungan ke pusat kesehatan. fasilitator harus terampil mengintegritaskan tiga hal
penting yakni optimalisasi fasilitas, waktu yang disediakan, dan optimalisasi
partisipasi, sehingga pada saat menjelang batas waktu yang sudah ditetapkan ibu
hamil harus diberi kesempatan agar siap melanjutkan cara menjaga kesehatan
kehamilan secara mandiri dengan keluarga (Novita, 2011). Tenaga kesehatan harus
mampu menjadi seorang pendamping dalam suatu forum dan memberikan
kesemapatan pada pasien untuk bertanya mengenai penjelasan yang kurang
dimengerti. menjadi seorang fasilitator tidak hanya di waktu pertemuan atau proses
penyuluhan saja. tetapi seorang teanga kesehatan juga harus mampu menjadi seorang
fasilitator secara khusus, seperti menyediakan waktu dan tempat ketika pasien ingin
bertanya secara lebih mendalam dan tertutup (Simatupang, 2008).
d. Sebagai konselor Konselor adalah orang yang memberikan bantuan kepada orang lain
dalam
membuat keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman tehadap
fakta-fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan-perasaan klien (Depkes RI, 2008).
Proses dari pemberian bantuan tersebut disebut juga konseling. Tujuan umum dari
pelaksanaan konseling adalah membantu ibu hamil agar mencapai perkembangan
yang optimal dalam menentukan batasan-batasan potensi yang dimiliki, sedangkan
secara khusus konseling bertujuan untuk mengarahkan perilaku tidak sehat menjadi
perilaku sehat, membimbing ibu hamil belajar membuat keputusan dan membimbingn
ibu hamil mencegah timbulnya masalah selama proses kehamilan (Simatupang,
2008). Konselor yang baik harus memiliki sifat peduli dan mau mengajarkan melalui
pengalaman, mampu menerima orang lain, mau mendengarkan dengan sabar, optimis,
terbuka terhadap pandangan interaksi yang berbeda, tidak menghakimi, dan
menyimpan rahasia, mendorong pengambilan keputusan, memberikan dukungan,
membentuk dukungan atas dasar kepecayaan, mampu berkomunikasi, mengerti
perasaan dan kekhawatiran klien, serta mengerti keterbatasan yang dimiliki oleh klien
(Simatupang, 2008). Konseling yang dilakukan antara tenaga kesehatan dan ibu hamil
memiliki beberapa unsur. Proses dari konseling terdiri dari empat unsur kegiatan yaitu
pembinaan hubungan baik antara tenaga kesehatan dengan ibu hamil, penggalian
informasi (identifikasi masalah, kebutuhan, perasaan, kekuatan diri, dan sebagainya)
dan pemberian informasi mengenai kesehatan ibu dan anak, pengambilan keputusan
mengenai perencanaan persalinan, pemecahan masalah yang mungkin nantinya akan
dialami, serta perencanaan dalam menindak lanjuti pertemuan yang telah dilakukan
sebelumnya (Depkes RI, 2008)

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2017 Tentang
Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, bidan memiliki kewenangan dalam melakukan
beberapa hal, yaitu:

12
1. Pelayanan Kesehatan Ibu

Salah satu tugas bidan adalah memberikan pelayanan kesehatan pada ibu mulai dari masa
sebelum hamil, masa hamil, persalinan, masa nifas, hingga masa menyusui, dan masa di
antara dua kehamilan. Pelayanan kesehatan yang diberikan bidan pada ibu mencakup:

 Konseling pada masa sebelum hamil.


 Antenatal pada kehamilan normal.
 Membantu melakukan persalinan normal.
 Membantu ibu nifas normal.
 Membantu ibu menyusui.
 Konseling pada masa antara dua kehamilan.

Nah, dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu, bidan berwenang melakukan beberapa hal
ini:

 Episiotomi, prosedur bedah untuk memperlebar vagina untuk membantu proses


kelahiran bayi.
 Menolong persalinan normal.
 Menjahit luka jalan lahir tingkat I dan II.
 Menangani kondisi gawat darurat yang dilanjutkan dengan perujukan.
 Memberikan tablet penambah darah pada ibu hamil.
 Memberikan vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
 Memfasilitasi atau membimbing inisiasi menyusu dini dan promosi air susu ibu (ASI)
eksklusif.
 Memberikan uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum.
 Memberi penyuluhan dan konseling.
 Memberikan bimbingan pada kelompok ibu hamil.
 Memberikan surat keterangan kehamilan dan kelahiran.

2. Pelayanan Kesehatan Anak

Selain pada ibu, tugas bidan juga memberikan pelayanan kesehatan pada bayi baru lahir,
bayi, anak balita, dan anak pra sekolah. Dalam memberikan pelayanan kesehatan anak, bidan
berwenang melakukan hal berikut:

13
 Memberikan pelayanan neonatal esensial, seperti pemotongan dan perawatan tali
pusat, pemberian suntikan vitamin K1, pemberian imunisasi B0, pemeriksaan fisik
bayi baru lahir.
 Menangani kondisi gawat darurat, seperti penanganan awal asfiksia pada bayi baru
lahir, penanganan awal hipotermia, dan penanganan awal infeksi tali pusat. Setelah
itu, dilanjutkan dengan perujukan.
 Memantau tumbuh kembang anak, yang meliputi kegiatan menimbang berat badan,
mengukur lingkar kepala, mengukur tinggi badan, stimulasi deteksi dini dan
intervensi dini bila ada penyimpangan tumbuh kembang balita.
 Memberikan konseling dan penyuluhan kepada ibu dan keluarga tentang perawatan
bayi baru lahir, ASI eksklusif, tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan
kesehatan, imunisasi dan gizi seimbang.

3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Perempuan dan Keluarga Berencana

Peran bidan juga penting dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan
keluarga berencana:

 Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan


keluarga berencana.
 Memberikan pelayanan kontrasepsi oral, kondom, dan suntikan.

Selain beberapa tugas bidan yang sudah disebutkan di atas, bidan juga berwenang
memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari pemerintah dan melakukan tindakan
pelayanan kesehatan atas mandat dari dokter.

D. Tugas Bidan

Dalam menyelenggarakan praktik kebidanan, bidan bertugas meliputi:

1. Pelayanan kesehatan ibu


o Memberikan asuhan kebidanan pada masa sebelum hamil

o Memberikan asuhan kebidanan pada masa kehamilan

o Memberikan asuhan kebidanan pada masa persalinan dan menolong persalinan


normal
o Memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas

o Melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan ibu hamil, bersalin, nifas,


dan rujukan

14
o Melakukan deteksi dini kasus risiko dan komplikasi pada masa kehamilan,
masa persalinan,
o Pascapersalinana, masa nifas, serta asuhan pasca keguguran dan dilanjutkan
dengan rujukan
2. Pelayanan kesehatan anak
o Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, bayi, balita dan anak
prasekolah
o Memberikan imunisasi program pemerintah pusat

o Melakukan pemantauan tumbuh kembang pada bayi, balita dan anak prasekola
serta deteksi dini kasus penyulit, gangguan tumbuh kembang, dan rujukan
o Memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada bayi baru lahir
dilanjutkan dengan rujukan
3. Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana
o Bidan berwenang melakukan komunikasi, informasi, edukasi, konseling, dan
memberikan pelayanan kontrasepsi.
4. Pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
o Bidan berwenang mendapat pelimpahan wewenang dari dokter bersifat
mandat maupun delegatif.
5. Pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
o Bidan dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sesuai
dengan kompetensinya dengan tujuan untuk menolong dari kematian
(mengancam nyawa).
D. Peran Bidan

1. Pemberi pelayanan kebidanan


2. Pengelola pelayanan kebidanan
3. Penyuluh dan konselor
4. Pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik
5. Penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan
6. Peneliti

15
E. Teori Etika

Teori etika adalah proses yang ditempuh dalam membenarkan suatu keputusan etis
tertentu
1. KONSEKUENSIALISME
Menjawab pertanyaan” apa yang harus saya lakukan ?” dengan memandang
konsekuensi dari berbagai jawaban.
Konsekuensi yang membawa paling banyak hal yang menguntungkan
Keuntungan :
 Memperhatikan dampak aktual sebuah keputusan dan bertanya bagaimana orang
terpengaruh kepdanya
 Konsekuensialisme sesuai dengan nuansa kehidupan dan berusaha bersikap responsif
terhadapnya.
Kekurangan :
Tidak menyediakan standar (pegangan) untuk mengukur hasil satu terhadap hasil lain.
Contoh kasus :
Ibu meminum minyak kelapa pada saat persalinan dengan maksud untuk
memperlancar proses persalinan.
Keputusan etik : Konsekuensialisme
Bidan membiarkan hal tersebut karena bila dilarang dapat membuat keluarga
tersinggung dan yang paling penting bidan berpikir hal tersebut tidak mengganggu
kemajuan persalinan serta tidak membahayakan ibu & janin.
2. DEONTOLOGI
Keputusan yang diambil berdasarkan keterikatan/berhubungan dengan tugas.
Dalam Pengambilan keputusan ini perhatian utama pada tugas.
Keuntungan :
 Kejelasan dan kepastian dari titik tolaknya.
 Mengenal aturan dan mengetahui kewajian, serta jelas apa etis dan apa yang tidak.
Kerugian :
 Tidak peka terhadap konsekuensi-konsekuensi perbuatan
 Dengan hanya berfokus pada kewajiban, orang tidak melihat beberapa aspek penting
sebuah problem.
Contoh kasus :
Pertolongan persalinan pada ibu Inpartu yang menderita AIDS.
Keputusan etik : Deontologi
Bidan tetap melakukan pertolonga persalinan sesuai tugas dan wewenangnya.
3. HAK
Keputusan berdasarkan hak seseorang yang tidak dapat diganggu. Hak berbeda
dengan keinginan, kebutuhan dan kepuasan.
Tuntutan-tuntutan moral seseorang yaitu haknya ditanggapi dengan serius
Keuntungan :
Teori hak ini pantas dihargai terutama karena tekanannya pada nilai moral seorang
manusia dan tuntutan moralnya dalam suatu situasi konflik etis.

16
Kerugian :
 Teori ini tidak menjelaskan bagaimana konflik hak antara individu-individu harus
dipecahkan.
 Teori menempatkan hak individu dalam pusat perhatian tanpa menerangkan
bagaimana memecahkan konflik yang bisa timbul
Contoh kasus :
Pada saat pertolongan persalinan bayi prematur seorang bidan melihat bahwa otot-
otot perineum ibu sangat kaku dan diperlukan tindakan episiotomi. Setelah dijelaskan
pada ibu ternyata ibu menolak dilakukan episiotomi.
Keputusan etik : Hak
Bidan tidak melakukan tindakan episiotomi. Karena kalau tetap dilakukan berarti
bidan dapat dianggap melanggar hak pasien. Tetapi disini bidan harus mengajukan
pernyataan penolakan tindakan (informed Consent) untuk ditandatangani oleh pasien
agar bidan tidak digugat suatu saat nanti bila terjadi komplikasi.
4. INTUISIONISME
Memecahkan dilema-dilema etis dengan berpijak pada intuisi.
Intuisi kemungkinan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui secara langsung
apakah sesuatu baik atau buruk.
Perasaan moral
Bukan berdasarkan :
 Situasi
 Kewajiban
 Hak
Keuntungan :
Intuisi moral biasanya memberi keteguhan hati yang besar
Kekurangan :
Walaupun intuisionisme dapat menyajikan keberanian untuk tetap berpegang pada
keyakinan kita, tapi tidak memberikan cara untuk meyakinkan pada orang lain bahwa
jalan itu benar.
Contoh kasus :
Seorang penderita kangker meminta pada bidan untuk mengakhiri hidupnya
(euthanasia) karena ia merasa beban yang ditanggungnya terlalu berat dan menambah
beban bagi keluarganya.
Keputusan etik : Intuisionisme
Bidan menolak melakukan tindakan euthanasia. Euthanasia merupakan suatu
pembunuhan, oleh karena itu hal ini dianggap pelanggaran terhadap nilai religi dan
nilai moral.

17
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Etik merupakan bagian dari filosofi yang berhubungan erat dengan nilai
manusia dalam menghargai suatu tindakan, apakah benar atau salah dan
apakah penyelesaiannya baik atau salah (Jones, 1994)
2. Menurut George R.Terry, pengambilan keputusan adalah memilih alternatif
yang ada
3. Pengambilan keputusan klinis adalah keputusan yang diambil berdasarkan
kebutuhan dan masalah yang diahadapi klien, sehingga semua tindakan yang
dilakukan bidan dapat mengatasi permasalahan yang diahapi klien yang
bersifat emergensi, antisipasi, atau rutin.

B. Saran
Dari makalah ini mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pengambilan
keputusan yang benar dan tepat untuk menjadi calon Tenaga Kesehatan
terutama sebagai seorang Bidan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Marimbi, Hanum. 2008. Etika dan Kode Etik Profesi Kebidanan; Mitra Cendikia,
Yogyakarta

Setiawan. 2010. Etika Kebidanan dan Hukum Kesehatan. Jakarta: Trans Info Media

Syuthia Dewi Nilda. 2011. Etika Profesi Kebidanan. Rohima, Yogyakarta.

Wahyuningsih, Heni Puji. 2008. Etika Profesi Kebidanan; Fitramaya, Yogyakarta.

19

Anda mungkin juga menyukai