Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

KESEHATAN IBU DAN ANAK DALAM TUNTUNAN ISLAM

Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah Islamic Worldview

DISUSUN OLEH
dr. Arifatul Istiqomah NIM. MBK 2322010381
dr. Fitri Anindyasarathi NIM. MBK 2322010385
dr. Essa Aprilia NIM. MBK 2322010404
dr. Putri Leilina Cahyaningtias NIM. MBK 2322010390
dr. Mecha Amalia Mediana NIM. MBK 2322010388
dr. Rizqulla Kesti Arthari NIM. MBK 2322010392

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya
sehingga makalah berjudul “Kesehatan Ibu dan Anak dalam Tuntunan Islam” sebagai tugas mata
kuliah Agama Islam II dapat selesai tepat waktu. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mendapatkan bimbingan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Dr. Susiyanto, M.Ag, Ketua modul pengembangan RPS Universitas Islam Sultan Agung,
Fakultas Kedokteran, Progam Studi Magister Ilmu Biomedik.
2. Dr. dr. Nur Anna CS, Sp.PD., KEMD, Ketua/Koordinator Kurikulum Universitas Islam
Sultan Agung, Fakultas Kedokteran, Progam Studi Magister Ilmu Biomedik.
3. Assoc. Prof. Dr. dr. Agung Putra, M.Si.Med, Universitas Islam Sultan Agung, Fakultas
Kedokteran, Progam Studi Magister Ilmu Biomedik.
4. Rekan – rekan dan semua pihak yang telah membantu.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih belum sempurna, maka saran
dan kritik yang kontruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah selanjutnya.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Semarang, 21 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................


DAFTAR ISI ................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................
I.1 Latar Belakang ............................................................................................................
I.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................
I.3 Tujuan .........................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................................................
II.1 Sehat dalam Islam ......................................................................................................
II.2 Anjuran Menjaga Kesehatan dalam Islam ..................................................................
II.3 Kesehatan Ibu dalam Tuntunan Islam ........................................................................
II.3.1 Kesehatan Ibu Saat Kehamilan ...........................................................................
II.3.2 Kesehatan Ibu Saat Persalinan ............................................................................
II.3.3 Kesehatan Ibu Saat Masa Nifas ............................................................................
II.3.4 Kesehatan Ibu Saat Menyusui ..............................................................................
II.4 Kesehatan Anak dalam Tuntunan Islam ......................................................................
II.4.1 ASI ........................................................................................................................
II.4.2 Nutrisi Anak ..........................................................................................................
II.5 Studi Kasus ..................................................................................................................
II.5.1 Contoh Kasus .......................................................................................................
II.5.2 Analisa Kasus .......................................................................................................
BAB III PENUTUP ......................................................................................................................
III.1 Kesimpulan ...............................................................................................................
III.2 Saran .........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam adalah agama yang mengatur semua aspek kehidupan tanpa terkecuali, salah
satu kelebihan Islam dibandingkan dengan agama yang lain adalah mengajarkan berbagaia
spek kehidupan mulai dari aktivitas seperti ibadah, bekerja, menjaga kebersihan dan
kesehatan, serta aktivitas lainnya. Dalam ajaran agama Islam dijelaskan bahwa seseorang
dapat dikatakan sehat apabila sehat jasmani, sehat rohani, dan sehat sosial. Sebagai pencipta
mahkluk di bumi, Allah SWT, menjelaskan bahwa proses penciptaan manusia terjadi di
dalam rahim seorang perempuan.
Pada surat Al-Mukminunayat 12-14 dijelaskan bahwa penciptaan manusia secara
bertahap, Allah berfirman : (Sudarmojo, 2009)

Menurut perspektif sains modern, dijelaskan bahwa proses kejadian manusia juga
terjadi dalam tiga fase yaitu fase zigot yaitu sejak konsepsi hingga akhir minggu ke 2. Fase
embrio yaitu akhir minggu ke 2 hingga akhir bulan ke 2 dan fase janin yaitu akhir bulan ke 2
hingga kelahiran. Sains modern mendapatkan informasi perkembangan manusia dalam
rahim setelah melakukan pengamatan dengan menggunakan peralatan modern.
(Taufiqurrahman, 2017)
Berdasarkan perspektif sains modern, pada usia 120 hari (sekitar Minggu ke 18),
janin sudah bisa mendengar. Ia pun bisa terkejut bila mendengar suara keras. Mata bayi pun
berkembang, ia akan mengetahui adanya cahaya jika kita menempelkan senter yang menyala
diperut. Bayi sudah bisa melihat cahaya yang masuk melalui dinding rahim ibu.
Salah satu tanda kebesaran dan keagungan Allah SWT adalah kehamilan. Proses
kehamilan setelah sampai pada saat yang ditentukan akan berubah menjadi proses kelahiran.
Al Quran dan Hadits mengatur segala sesuatu tentang hidup umat manusia dengan cara yang
islami, termasuk juga petunjuk serta aturan tentang bagaimana memelihara kesehatan ibu
dan anak. Anak-anak adalah kelompok yang rentan terpengaruh dari lingkungan sekitar dan
keadaan keluarganya. Makalah ini di susun untuk menjelaskan Kesehatan ibu dan anak
menurut pandangan Islam supaya bisa bermanfaat untuk masyarakat dan tenaga Kesehatan
Masyarakat dalam menjalankan tugas kemanusiaan berdasarkan atas agama, hadits, dan Al-
Quran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi sehat dalam pandangan Islam ?
2. Bagaimana hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan ibu dimulai dari masa
kehamilan, melahirkan, masa nifas sampai dengan masa-masa menyusui dalam
pandangan Islam ?
3. Bagaimana hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan anak terkait dengan ASI dan
nutrisi dalam pandangan Islam ?
4. Bagaimana contoh kasus mengenai kesehatan ibu dan anak sebagai pedoman upaya
promotif dan preventif ?

1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi definisi sehat dalam pandangan islam
2. Mengetahui tentang hal – hal yang berhubungan dengan kesehatan ibu mulai dari masa
kehamilan, melahirkan, masa nifas sampai dengan masa masa menyusui dalam
pandangan Islam ?
3. Mengetahui hal – hal yang berhubungan dengan kesehatan anak terkait dengan ASI dan
nutrisi anak dalam pandangan Islam
4. Mengetahui contoh kasus mengenai kesehatan ibu dan anak sebagai pedoman upaya
promotif dan preventif

1.4 Manfaat
Makalah ini bermanfaat bagi mahasiswa maupun masyarakat itu sendiri, yaitu :
1. Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan bahan referensi untuk melaksanakan upaya
promotif dan prefeventif mengenai kesehatan ibu dan ank yang akan disampaikan kepada
masyarakat nantinya.
2. Bagi masyarakat, makalah ini bermanfaat sebagai bahan rujukan dan sumber referensi
untuk menjaga serta meningkatkan kesehatan secara Islami, terutama bagi masyarakat
yang telah membina keluarga, dapat meningkatkan derajat kesehatan dengan sumber
referensi sesuai syariat Islam.
BAB II
PEMBAHASAN

II. 1. Sehat dalam Islam


Sehat adalah suatu kondisi fisik, mental dan sosial yang sejahtera secara utuh dan
tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan/disabilitas (Fertman & Allensworth,
2010).
Sehat menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu keadaan sejahtera
yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
Dalam bahasa arab kata sehat diungkapkan dengan kata “as-sihhah” atau yang seakar
dengan keadaan baik, bebas dari penyakit dan kekurangan serta dalam keadaan normal.
Adapun kesehatan adalah dasar untuk meraih kesejahteraan hidup di dunia ini karena
betapa pun banyak nikmat yang dimiliki, menjadi tidak bermakna bila seseorang jatuh
sakit. Rasulallah mengatakan, “Orang yang memasuki pagi hari dengan kesehatan yang
baik, aman di tempat kediamanya dan memiliki makanan harianya maka seolah-olah
seluruh kehidupan dunia ini telah dianugerahkan kepadanya, “ [HR At-Turmudzi].
Kesehatan juga memiliki dua pengertian, yaitu kesehatan jasmani yang kemudian
diistilahkan dengan kata as-shihah, dan kesehatan rohani yang diistilahkan dengan kata afiat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata afiat dipersamakan dengan kata as-shihah. Afiat
diartikan sebagai sehat dan kuat, sedangkan as-shihah diartikan sebagai keadaan baik pada
segenap badan serta bagian-bagiannya bebas dari sakit.
Beberapa kandungan Al-Qur‟an dan Hadist yang menjelaskan tentang kesehatan,
1. Hadits Rasulullah SAW, yang berbunyi:

“Dua kenikmatan yang banyak manusia menjadi rugi (karena tidak diperhatikan), yaitu
kesehatan dan waktu luang”. (HR. Al-Bukhari).
2. Kalimat yang terdapat dalam do‟a qunut:

“Dan anugerahkan kesehatan padaku sebagaimana orang yang kau beri kesehatan”.

3. Dalam sebuah hadits shahih, Rasulullah SAW, bersabda:


“Sesungguhnya, Allah Swt. baik dan menyukai kebaikan, bersih dan menyukai
kebersihan, murah hati dan senang pada kemurahan hati, serta dermawan dan senang
pada kedermawanan. Karena itu, bersihkan halaman rumahmu dan jangan meniru orang-
orang Yahudi." (HR. Tirmidzi).

II.2. Anjuran Menjaga Kesehatan dalam Islam


Kehidupan yang dianjurkan dalam Islam adalah jangan melakukan sesuatu dengan
berlebihan, melampaui batas, dan bersifat ekstrem. Rasulullah pernah menegur beberapa
sahabatnya yang melakukan sesuatu dengan berlebihan sampai mengabaikan kebutuhan
diri sendiri.

Dari hadits di atas, dianjurkan umat muslim untuk menjauhi sikap berlebihan dalam
semua hal, terutama dalam beribadah dan memuliakan orang saleh serta diharamkan
berlebihan dalam segala urusan. Perintah-perintah Rasulullah untuk beribadah dalam
proporsi yang sesuai dan menjaga keseimbangan kebutuhan spiritual dan material.
Kita harus menjaga kesehatan dengan cara memiliki pola hidup yang sehat. Drs.
Moh Masha di dalam artikelnya menjelaskan tentang sehat dari pandangan agama,
Kesehatan adalah kenikmatan yang Allah berikan kepada setiap hamba Nya, maka dari itu
hamba Nya haruslah bersyukur atas apa yang telah Allah SWT berikan. Salah satu cara
dalam menjaga kesehatan adalah dengan menjaga kebersihan, banyak pendapat yang
menyatakan bahwa kebersihan adalah Sebagian dari iman. Ada banyak cara yang dapat
dilakukan dalam menjaga kebersihan seperti contohnya berwudhu sebelum melakukan
ibadah, mandi, serta bersiwak / menggosok gigi. Menjaga kebersihan juga bukan hanya
tanggung jawab dari seorang hamba, melaikan lingkungannya pun juga turut serta dalam
menjaga kebersihan.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari Hurairoh yang berupa suatu
rangku mandoa yang diucapkan oleh nabi setiap pagi sebelum memulai kerjanya tergambar
dengan jelas bagaimana pola hidup muslim. Hadits yang diriwayatkan oleh muslim dari
Abu Hurairoh adalah : “Ya Allah, baikkanlah agamaku yang menjadi penjaga dari segala
urusan saya, baguskanlah dunia saya yang menjadi arena perjuangan hidupku, baguskanlah
akhirat saya yang akan menjadi tempatku kembali, dan jadikanlah hidup saya ini
kesempatan untuk berbuat baik, dan jadikanlah matiku sebagai waktu beristirahat dari
perbuatan jahat”.
Dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai pola hidup umat muslim yang
terkandung di dalam doa ini, diantaranya adalah mempergunakan agama sebagai pedoman
hidup sebaik-baiknya, memanfaatkan hidup yang pendek dengan sebaik-baiknya,
mempersiapkan dunia akhirat, berbuat baik semaksimal mungkin, berusaha mencapai
khusnul khotimah, makan & minum yang sehat, olahraga, tidak merokok & minum
alkohol, serta berpikir positif.

II.3. Kesehatan Ibu dalam Tuntunan Islam


II.3.1. Kesehatan Ibu Saat Kehamilan
Kehamilan bagi seorang perempuan adalah merupakan hal yang penuh
kebahagiaan sekaligus membuat gelisah bagi seorang perempuan karena penuh
dengan perasaan takut dan cemas mengenai hal-hal yang dapat menimpa dirinya
terutama pada saat menjelang proses persalinan. Hamil dan melahirkan adalah
sesuatu kejadian yang bersifat alamiah dan kodrati. Bahkan bisa dikatakan jika ada
seorang perempuan yang tidak hamil dan melahirkan maka perempuan tersebut
akan merasa ada yang kurang dalam dirinya. Namun, sesungguhnya orang yang
hamil dan melahirkan bukan hanya sekedar persoalan yang bersifat kodrati, akan
tetapi itu semua adalah kelanjutan penciptaan manusia sendiri yang telah ditetapkan
oleh Allah swt.
Di antara amalan atau bacaan Alquran yang biasa dilakukan oleh ibu hamil
adalah Q.S. Yasin, Q.S. Yusuf dan Q.S. Maryam. Di mana surah-surah tersebut
sudah sangat umum di kalangan ibu hamil, baik dibaca ketika awal kehamilan
ataupun dibaca ketika sudah memasuki masa persalinan, lebih tepatnya pada saat
memasuki usia kehamilan tua, karena di masa-masa tersebut kebanyakan ibu hamil
merasa ketakutan dan merasa cemas akan menghadapi persalinan.
Kandungan yang terdapat dalam Q.S. Yasin di percaya apabila di baca oleh
ibu hamil maka ia akan di mudahkan ketika saat melahirkan. Selain itu surah
tersebut di percaya untuk bias membuat hati sang ibu hamil menjadi tenang.
(Nafisah, 2017)
Pada Q.S. Yusuf terdapat nasihat dan pelajaran yang dapat kita ambil yaitu
tentang pertolongan Allah SWT akan datang kepada hamba-Nya yang sedang
menghadapi kesulitan.(Az-Zuhali, 2005)
Selanjutnya kandungan surah Maryam adalah agar kondisi emosionalnya
bisa stabil, karena kebanyakan ibu hamil memiliki kondisi psikologis yang lebih
labil. Ibu hamil dianjurkan selain membaca surahnya lebih baiknya jika membaca
dengan terjemahannya, agar ibu hamil bias memahami kisah tentang Maryam yang
harus menghadapi kehamilan seorang diri dengan izin Allah swt, dengan begitu
seorang ibu hamil akan muncul rasa percaya diri saat menghadapi masa-masa
kehamilan yang tidak selalu berjalan lancar. Pada diri ibu hamil terkadang di
temukan halangan-halangan seperti: kurang nafsu makan, tetapi ada juga yang
memiliki nafsu makan yang tinggi, pendarahan atau hal-hal yang berat lainnya. Di
dalam surah Maryam banyak berisikan tentang rahmat yang di berikan Allah swt.
kepada Nabi Isa as. Yaitu dengan menjadikan seorang anak yang berbakti kepada
ibunya dengan penuh kehalusan dan lemah lembut. (Shihab, 2002)
Ibu hamil juga menginginkan agar anaknya kelak menjadi seperti anaknya
Maryam, di mana anaknya di beri rahmat oleh Allah swt. Untuk menjadi anak yang
berbakti kepada ibunya dengan perilaku yang lemah lembut dan penuh kehalusan.
Selama kehamilan, ibu hamil harus menjaga kesehatannya karena
kesehatannya sangat berpengaruh pada perkembangan sang bayi yang berada
dalam kandungannya. Maka usaha yang dapat dilakukan seorang ibu hamil
diantaranya adalah makan dengan pola gizi seimbang, melakukan istirahat yang
cukup, menjaga kebersihan diri.

II.3.2. Kesehatan Ibu Saat Persalinan


Menurut Maryuni (2010), Persalinan adalah suatu proses normal pada
wanita usia subur. Persiapan persalinan adalah tahap kehamilan dimana wanita
menyadari keharusan untuk melahirkan sehingga pada saat ANC diperlukan
prosedur persalinan antara lain (Farrer, 2001).
a. Mencukur rambut di daerah pubis, vulva dan perine yang sebaiknya dilakukan
untuk menghindari masuknya mikroorganisme penyebab infeksi apabila terjadi
robekan pada perineum atau episiotomy.
b. Penggunaan enema tidak dilakukan pada proses persalinan yang sudah pasti
atau kalau presenting part belum masuk pintu atas panggul sementara ketuban
sudah pecah. Tujuannya untuk mengosongkan usus bagian bawah agar
memberikan tempat dalam panggul untuk turunnya kepala janin, menstimulasi
kontraksi (secara refleks), Mencegah kontaminasi oleh feses pada saat bayi
dilahirkan, memberikan perasaan lebih nyaman selama fase dini puerperium.
c. Menurut anjuran islam memperpanjang gerakan sujud juga baik untuk ibu
hamil, dikarenakan ketika sujud beban tubuh bagian atas bertumpu pada lengan
hingga telapak tangan. Gerakan ini membuat kontraksi pada otot dada. Dengan
berkontraksinya otot dada secara teratur pada saat sujud, ini membuat tidak
hanya bentuk payudara menjadi lebih indah, tetapi juga memperbaikikelenjar
air susu yang sungguh bermanfaatbagi sang bayi bila telah dilahirkan.
Di dalam islam terdapat beberapa tips untuk melahirkan antara lain :
1. Memperbanyak membaca ayat-ayat al-quran,
Jika seorang ibu hamil senantiasa membaca ayat Al-Quran, insya‟allah Allah
akan memudahkan proses kelahiran orang tersebut seperti yang telah
dijelaskan dalam (QS. Ar Rad ayat 8) “Allah mengetahui apa yang dikandung
oleh setiap perempuan, dan kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang
bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya.”
2. Perbanyak istigfar,
Terdapat banyak keutamaan dalam istigfar yang dapat memiliki banyak
manfaat bagi ibu hamil dan sesorang yang sedang melahirkan, dengan
memperbanyak istigfar insya’allah Allah akan mempermudah proses
kelahiran karena keutamaan istigfar yaitu mempermudah masalah yang
sedang dihadapi oleh manusia hal tersebut sudah dijelaskan dalam sebuah
hadits, Rasulullah SAW bersabda : “Barang siapa membiasakan diri untuk
beristigfar, Allah akan memberikan jalan keluar baginya dari setiap kesulitan,
akan memberikan kebahagiaan dari setiap kesusahan, dan akan memberi
rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (HR. Abu Daud dan Ibnu
Majah).
3. Berusaha menikmati rasa sakit
Ketika wanita hamil mengalami proses melahirkan ia akan merasakan sakit,
namun hal tersebut alangkah baiknya menjadikan rasa sakit sebagai sebuah
kenikmatan karena sesungguhnya rasa sakit yang dirasakan oleh ibu hamil
sebagai penggungur dosa dosa baginya.
4. Mengikuti saran dan perkataan dokter
Perawatan pasca melahirkan sangat penting dilakukan oleh ibu yang
melahirkan. Selain untuk mencegah kesehatan secara menyeluruh, perawatan
penting dilakukan untuk menjaga kecantikan dan penampilan.
5. Berkhusnudzon (berbaik sangka)
Berkhusnudzon yakni mewujudkan keadaan jiwa dengan berprasangka
baik/berpikiran positif. Baik itu berprasangka baik kepada Allah maupun
sesame manusia. Hal ini sungguh ditekankan oleh Rasulullah SAW agar kita
selalu berprasangka baik kepada siapapun. Sebagaimana sabda Rasulullah
SAW. Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah
kalian dari buruk sangka, karena buruk sangka itu sedusta-dusta perkataan
(hati). Janganlah kalian mencari-cari berita keburukan orang lain, janganlah
kalian mencari-cari kesalahan orang lain, janganlah kalian bersaing yang tidak
sehat, janganlah kalian saling mendengki, janganlah kalian saling membenci,
janganlah kalian saling membelakangi. Dan jadilah kalian hamba-hamba
Allah yang bersaudara”. (HR. Muslim)

Perawatan persalinan ada beberapa pemenuhan kebutuhan baik secara fisik dan
psikologis ibu selama persalinan (sumarah, dkk, 2009) :
1. Kebutuhan fisik
a. Kebersihan dan kenyamanan ibu dalam inpartu
b. Posisi ibu sudah aktif selama kehamilan misalnya ibu sudah
senam, latihan jalan-jalan, jongkok
c. Selama proses persalinan ibu akan lebih suka kontak fisik dibandingkan harus
bercakap-cakap.
d. Pijatan lembut di area pinggang saat ibu merasa nyeri atau pegal
e. Perawatan kandung kemih dapat membantu turunnya bagian terendah janin
dan kontraksi uterus,
2. Kebutuhan Psikologi
Ketika ibu melahirkan keadaan psikologisnya berubah hal itu terganutng pada
kepekaan masing-masing individu, perhatian dan dukungan dari keluarga
sangatlah penting agar ibu bias menerima keadaan dan beradaptasi dengan
perubahan yang terjadi. Perasaan yang timbul seperti perasaan cemas memikirkan
hal-hal yang kemungkinan terjadi, penelitian menunjukkan kehadiran pendamping
saat proses melahirkan dapat membawa dampak positif (Farrer, 2001)

II.3.3. Kesehatan Ibu Saat Masa Nifas


Nifas merupakan darah yang keluar dari rahim demi sebabkan karena proses
kelahiran. Ibnu Qudamah menjelaskan bahwa ,
‫ب س ببالوالدةوحكمها ح كمال ح يضالدمالخارجوهو‬

Artinya “Nifas adalah darah yang keluar karena melahirkan dan hukumnya
sama dengan hukum haid”. Hukum yang berlaku pada nifas adalah sama seperti
hukum haid, baik mengenai hal-hal yang diperbolehkan, diharamkan, diwajibkan
maupun dihapuskan. Karena nifas adalah darah haid yang tertahan karena proses
kehamilan. Takaran maksimal bagi keluar darah nifas ini adalah 40 hari,
sebagaimana yang diriwayatkan dari Umma Salamah dimana ia berkata.“Pada masa
Rasulullah, para wanita yang sedang menjalani masa nifas menahan diriselama 40
hari atau 40 malam” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Para ulama dari kalangan sahabat Rasulullah dan para tabi‟in telah
menempuh kesepakatan, bahwa wanita yang sedang menjalani masa nifas harus
meninggalkan sholat selama 40 hari. Apabila telah suci sebelum masa tersebut,
maka hendaklah mandi dan mengerjakan sholat. Tidak ada batas minimal dalam
masa nifas yaitu bias saja terjadi dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu apabila
seorang wanita melahirkan lalu tidak lama kemudian darah nifasnya berhenti maka
berkewajiban mengerjakan sholat, puasa dan ibadah lainnya seperti layaknya
wanita yang berada dalam keadaan suci.
Namun jika setelah masa nifas 40 hari tidak menunjukkan tanda darah akan
berhenti dan malah terus menerus keluar maka ia wajib mustahadhah. Dalam
kondisi ini maka hendaknya ia kembali kepada kewajibannya yaitu hendaklah ia
mandi wajib , shalat dan menjalankan kewajiban lainnya.

Berikut merupakan hal yang harus ibu lakukan dalam masa nifas yaitu
sebagai berikut :
a. Tidak melakukan aktivitas ibadah fisik Setelah melahirkan seorang ibu akan
mengalami masa nifas (darah kotor) selama 40 hari. Pada masa itu seorang wanita
dibebaskan, bahkan diharamkan dari kegiatan ibadah yang membutuhkan
kekuatan fisik seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Quran.
b. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Pasca melahirkan wanita memerlukan
perhatian khusus dibidang kesehatan. Di samping banyaknya darah kotor yang
keluar pada masa nifas, kondisi wanita juga masih dalam keadaan luka (karena
melahirkan). Islam telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kebersihan
merupakan anjuran yang dikaitkan dengan keimanan.
c. Larangan untuk Melakukan Hubungan Suami Istri Selama Nifas
Islam melarang suami istri untuk melakukan hubungan intim pada masa nifas
sampai darah kotor tersebut berhenti. Kalau ditinjau dari segi kesehatan, larangan
tersebut mengandung cukup banyak hikmah, seperti, jalan lahir anak pada wanita
masih dalam penyembuhan dari luka yang diakibatkan dari kelahiran bayi. Ayat
Allah SWT, surat Al-Baqarah ayat 222: Artinya: “dan mereka menanyakan
kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katakanlah, “Itu adalah sesuatu yang
kotor” karena itu jauhilah istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka
sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di
tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang mensucikan diri.” Dari ayat di
atas, pengertian setelah mereka suci, baik itu setelah haid maupun darah kotor
pada saat nifas (setelah darah berhenti keluar). Setelah berakhirnya masa nifas,
seorang wanita diwajibkan untuk mandi. Dengan demikian maka ia kembali
menjadi bersih dan suci. Artinya, segala aktivitas keagamaan mulai harus
diaktifkan kembali dan juga telah sah untuk berhubungan suami istri. Dalam
keadaan nifas seorang ibu masih diperbolehkan membaca sholawat, istighfar,
tasbih, tahmid dan tahlil.

Periode pada masa nifas dibedakan menjadi 3 periode menurut Mita (2009) :
a. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam pertama pasca melahirkan.
b. Early postpartum, yaitu minggu pertama setelah melahirkan.
c. Late postpartum, adalah minggu kedua sampai minggu ke enam setelah
melahirkan.
Sedangkan untuk fase ibu nifas menurut Comerford (2011) terdiri dari :
a. Taking in yaitu fase yang terjadi satu sampai dua hari setelah melahirkan.
b. Taking hold yaitu fase yang terjadi pada hari ketiga sampai hari ke tujuh
postpartum.
c. Letting go yaitu fase yang terjadi setelah 8 hari pasca melahirkan

II.3.4. Kesehatan Ibu Saat Menyusui


Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah pemberian ASI pada bayi selama 6 bulan
setelah kelahiran tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, dan nasi tim, kecuali vitamin, mineral dan obat.
Banyak bayi diberi susu buatan karena disangka ibu kurang mengeluarkan
susu, namun sebenarnya kurangnya pengeluaran ASI disebabkan kesalahan teknik
menyusui. (Oswari, 2014).
Sebelum menyusui ibu perlu tau mengenai struktur payudaranya dahulu. Hal
tersering yaitu masalah lecetnya putting susu karena kesalahan teknik menyusui,
seharusnya bayi menyusu sampai kalang payudara sehingga gusi bayi tidak
menekan pada daerah laktefirus, sedangkan pada ibunya akan terjadi nyeri /
kelecetan pada putting susunya. (Soetijiningsih, 2013).
Menyusui yang benar dengan hisapan bayi yang kuat sampai seluruh bagian
besar kalang payudara merangsang puting susu dan ujung syaraf sensoris yang
berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan yang berasal dari hisapan bayi
akan dilanjutkan ke hipotalamus sehingga akan merangksang keluarnya oksitosin
sehingga terjadi kontraksi sel miopethilium kelenjar – kelenjar susu, sehingga
pengeluaran ASI dilaksanakan. (Soetijiningsih, 2013).
Masa menyusui adalah masa terpenting bagi pertumbuhan bayi. Nutrisi
yang diterima bayi pada masa yang diistilahkan sebagai masa emas (golden age).
Dan ASI merupakan makanan dan minuman yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan
(secara eksklusif atau hanya ASI saja) dan dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun
dengan makanan pendamping ASI.
Dalam Al-Qur‟an terdapat ayat yang menjelaskan tentang ASI yang artinya
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi
yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan
pakaian kepada para ibudengan cara ma‟ruf”.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah Seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah
karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
Anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan
ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah [2]:
33)
Menyusui anak dengan tujuan beribadah, mengandung unsur pendidikan dan
pembinaan (Tarbiyah). Dimana di dalamnya terdapat nilai-nilai ketaatan dan
perbaikan keimanan kepada Allah Swt (Tarbiyah Ruhiyah), dan pembinaan diri
sendiri berdasarkan diri sendiri (Tarbiyah Dzatiyah). Seorang ibu muslimah yang
menyusui anaknya, secara sadar pasti menjaga dirinya untuk tidak mengkonsumsi
makanan dan minuman yang haram secara sifat dan materi serta cara
memperolehnya. Sebab ia tahu bahwa air susunya berasal dari apa yang ia makan
dan minum setiap hari, akan dimakan dan diminum pula oleh anaknya sendiri. Bila
ia memakan makanan dan minuman haram, maka anaknya pun akan memakan dan
meminum yang haram. Ia menjaga kebersihan dan kesehatan payudaranya, karena
ia mengerti bahwa payudaranya ibarat piring dan gelas bagi anaknya.
Dalam keadaan bekerja dan berpuasa pun ibu harus tetap menyusui anaknya.
Dalam keadaan menyusui ibu diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan
menggantinya dengan membayar fidyah. Begitupun saat waktu bekerja ibu dapat
menyusui anaknya lewat memerah ASI dan dimasukkan kedalam botol lalu
dimasukkan ke lemari pendingin. Bagaimanapun, mendapatkan ASI adalah hak
bayi. Jadi, dahulukan kepentingan bayi. Untuk ibu yang memiliki bayi di bawah 6
bulan, memang dianjurkan untuk tidak berpuasa karena bayi sedang dalam tahap
ASI Eksklusif dan belum memperoleh makanan tambahan apapun kecuali ASI.

II.4. Kesehatan Anak dalam Tuntunan Islam


Kesehatan rohani bagi sang buah hati haruslah lebih penting diperhatikan dan di jaga,
maka dari itu ada baiknya dipersiapkan segala perihal yang menjadi kebutuhan untuk sang
buah hati dimulai dari masa di dalam kandungan. Seorang ibu hamil hanya bias berusaha
melakukan apapun yang terbaik untuk sang buah hatinya dimasa kandungan hingga masa-
masa yang selanjutnya, namun Allah SWT dengan senang hati akan memberikan apa yang
telah diusahakan oleh hamba Nya. Upaya yang dapat dilakukan oleh ibu hamil untuk
menjadikan buah hatinya sesuai dengan apa yang diharapkannya dengan cara banyak-
banyak beribadah kepada Allah SWT, salah satu contoh upayanya adalah membaca Al-
Quran perbanyak membaca surah-surah tertentu atau membaca seluruh surah di dalam Al-
Quran.
Memiliki anak yang saleh & shalehah adalah dambaan setiap orang tua, dan akan
terwujud apabila orang tuanya berusaha sekuat tenaga dan mengerahkan seluruh
kemampuannya berusaha membentuk karakter anaknya sejak dini. Salah satu tahap
terpenting dalam pembentukan karakter anak adalah ketika sang anak masih di dalam
kandungan. Melantunkan ayat-ayat suci Alquran selain membuat hati kita damai, hal ini
juga dimaksudkan untuk memperkenalkan dan membiasakan anak kita sejak ia masih di
dalam rahim, agar kelak setelah ia lahir ke dunia bisa menjadi anak yang bermanfaat untuk
Agamanya.
Membacakan ayat suci Al-Quran sangat penting di lakukan pada jabang bayi yang
masih ada di dalam kandungan. Allah SWT mengkaruniakan pendengaran sejak mulai usia
kandungan 8 minggu dan mulai sempurna pada 24 minggu. Alangkah indahnya apabila
pada saat mereka mulai mendengar pertama kali, lantunan ayat suci Al-Quran lah yang
mereka dengar. (Kementrian Agama, 2011)

II.4.1 ASI (Air Susu Ibu)


Perhatian Islam terhadap masalah kesehatan dimulai sejak bayi, di mana
Islam menekankan bagi ibu agar menyusui anaknya, di samping merupakan
fitrah juga mengandung nilai kesehatan. Masa menyusui adalah masa terpenting bagi
pertumbuhan bayi. Nutrisi yang diterima bayi pada masa yang diistilahkan sebagai
masa emas (golden age) ini banyak dibahas dalam Alquran. Firman Allah SWT
Artinya : ”Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma‟ruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang
ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin
menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan,
maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh
orang lain, maka tidak ada dosa bagimu, apabila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. Ber-takwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha Melihatapa yang kamukerjakan”. (QS. Al-Baqarah: 233) Dalam ayat Alquran
diatas disebutkan, masa menyusui dalam ajaran Islam adalah dua tahun penuh.
Namun menyusui sampai bayi berumur dua tahun hanyalah sebatas anjuran,
bukanlah suatu kewajiban. Ayat tersebut juga menunjukan bahwa apabila seorang
ibu berhalangan atau meninggal, bayi dapat dicarikan ibu susu lain agar tetap
mendapatkan manfaat dari air susu ibu.
Pemberian ASI selama dua tahun bukan tanpa alasan. Hal ini sebagai bukti,
bahwa ajaran Islam sangat memperhatikan asupan nutrisi yang diberikan kepada
bayi. Dunia kedokteran membuktikan, ASI yang diberikan selama dua tahun terbukti
menjadikan bayi lebih sehat. Bahkan di negara-negara maju, pemerintah dengan
sukarela memberikan masa cuti melahirkan selama dua tahun. Hal ini dimaksudkan
agar masa menyusui dua tahun dapat dimaksimalkan si ibu untuk menyusui bayinya.
Ilmu kedokteran modern bahkan merinci fase menyusui ini dengan beberapa
tahapan. Seperti pada masa enam bulan pertama, dikenal dengan masa ASI eksklusif.
Si bayi hanya diperbolehkan meminum ASI dari ibunya saja dan belum
diperbolehkan meminum makanan lain. Setelah usia enam bulan,
barulahsibayidiberikanmakananlainnya selain ASI. Setelah usia enam bulan, si bayi
akan mulai tumbuh gigi dan mengenal tahap belajar duduk, berdiri, lalu berjalan.
Keempat aktivitas ini, memerlukan tulang yang kuat, energi yang tepat, serta tenaga
yang besar. Jadi diperlukan makanan tambahan disamping ASI yang terus diberikan
hingga dua tahun.
Kendati ilmu pengetahuan modern baru-baru ini menegaskan pentingnya
pemberian ASI hingga dua tahun, namun ajaran Alquran telah lama mengimbau
umatnya. Orang yang hidup di masa lampau tak akan abai dengan nutrisi bayinya,
jika memahami ayat Alquran tersebut. Mereka pun bisa optimal menjaga
pertumbuhan bayi, hanya dengan berpedoman dari Alquran.
Selain itu, pemberian ASI memiliki beberapa manfaat diantaranya:
1. ASI sebagai nutrisi
Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai makanan tunggal akan
cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulan.
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh
Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan lebih sehat dan lebih jarang sakit, karena
ASI mengandung berbagai zat kekebalan.
3. ASI meningkatkan kecerdasan
ASI mengandung nutrient khusus yaitu taurin, laktosa dan asam lemak ikatan
panjang (DHA, AHA, omega-3, omega-6) yang diperlukan otak bayi agar tumbuh
optimal. Nutrien tersebut tidak ada atau sedikit sekali terdapat pada susu sapi. Oleh
karena itu, pertumbuhan otak bayi yang diberi ASI eksklusif selama 6 bulan akan
optimal.
4. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang
Perasaan terlindung dan disayangi pada saat bayi disusui menjadi dasar
perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar
spiritual yang baik.
5. Manfaat lain pemberian ASI bagi bayi yaitu sebagai berikut:
a. Melindungi anak dari serangan alergi.
b. Meningkatkan daya penglihatan dan kepandaian bicara.
c. Membantu pembentukan rahang yang bagus.
d. Mengurangi risiko terkena penyakit diabetes, kanker pada anak, dan diduga
mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung.
e. Menunjang perkembangan motorik bayi.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa nomer 28 tahun2013,


tentang seputar donor air susu ibu (Istirdla‟) bahwasanya donor air susu ibu
diperbolehkan dengan bunyi, “Seseorang ibu boleh memberikan ASI kepada anak
yang bukan anak kandungnya. Demikian juga sebaliknya, seseorang anak boleh
menerima ASI dari ibu yang bukan ibu kandungnya sepanjang memenuhi syar‟i. Dan
dengan ketentuan Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 233.
Berdasarkan uraian diatas donor air susu ibu diperbolehkan oleh menjadi
MUI (Majelis Ulama Indonesia) bahwa dalam hukum Islam salah satu penghalang
pernikahan adalah terjadinya sepersusuan (Radha‟ah). Dengan diperbolehkannya
donor air susu ibu dapat mengakibatkan saudara sepersusuan dan menjadi
penghalang bagi pernikahan dengan saudara sepersusuan, dengan ketentuan-
ketentuan Majelis Ulama Indonesia tersebut, kenapa tidak digantikan saja dengan
susu formula agar tidak mempunyai akibat hukum. Oleh sebab itu peneliti tertarik
meneliti secara detail dan mendalam bagaimana pandangan hukum Islam tentang
Fatwa MUI yang memperbolehkan donor air susu ibu.

II.4.2. Nutrisi Anak


Islam telah memberikan gambaran tentang pentingnya kesehatan dan gizi.
Beberapa ayat dan surat bahkan secara perinci memberikan penjelasan dan manfaat
mengonsumsi makanan bergizi. Dalam surat al-Baqarah ayat 168 dijelaskan bahwa
mengonsumsi makanan halal dan bergizi adalah perintah Allah kepada seluruh umat
manusia.
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagibaikdariapa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS. al-Baqarah: 168) Ayat tersebut
dengan jelas memberikan tekanan akan pentingnya manusia mengkonsumsi makanan
yang halal, baik, dan bermanfaat bagi dirinya sendiri yang tidak membahayakan bagi
tubuh dan akal pikiranya.
Kemudian ditutup dengan peringatan agar manusia tidak mengikuti jejak
langkah setan yang sudah dipastikan menjerumuskan pada kesesatan. Dalam surat-
surat lain juga dijelaskan mengenai makanan sehat dan bergizi, yakni:
1. Surah An-Nahl ayat 14 mengenai konsumsi ikan laut sebagai sumber protein
paling melimpah.
Artinya : “ Dan Dialah yang memudahkan laut, supaya kamu dapat makan
daripadanya daging yang lembut hidup-hidup, dan dapat pula mengeluarkan
daripadanya benda-benda perhiasan untuk kamu memakainya dan (selain itu)
engkau melihat pula kapal-kapal belayar padanya dan lagi supaya kamu dapat
mencari rezeki dari limpah kurniaNya dan supaya kamu bersyukur.”

2. Surah An-Nahl ayat 66 mengenai tujuan konsumsi susu yang tujuannya


memenuhi kebutuhan kalsium dan vitamin D.
Artinya : “Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak itu, kamu beroleh
pelajaran yang mendatangkan iktibar. Kami beriminum kepada kamu daripada apa
yang terbit dari dalam perutnya, yang lahir dari antara hampas makanan dengan
darah (Yaitu) susu yang bersih, yang mudah diminum, lagi sedap rasanya bagi
orang-orang yang meminumnya.”

3. Surah An-Nahl Ayat 67 mengenai kurma dan buah-buahan.


Artinya : ” Dan dari buah tamar (korma) dan anggur, kamu jadikan daripadanya
minuman haram dan makanan serta minuman yang halal sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat satu tanda (yang membuktikan kekuasaan Allah) bagi
orang- orang yang mahu menggunakan akalnya.”

Imam al-Ghazali pernah berpesan, hindarilah memberi makanan syubhat


(meragukan) kepada anak, lebih-lebih zat yang dilarang Allah. Sebab, setitik air atau
makanan yang pernah dimakan orangtua, akan pindah kepada anak yang dilahirkan
menjadi daging dan dalam daging itulah bibit yang merusak akhlak dan otak yang
sehat, dikemudian hari.
Maka memberi makanan halal dan bergizi bagi anak sejak usia dini adalah
wajib dan kaifiatnya mengkonsumsi sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur‟an.
Dengan pemberian nutrisi yang lengkap dan seimbang sejak di dalam kandungan
sampai usia 3 tahun, maka semakin banyak jumlah sel-sel otak bayi.
Karena tumbuh kembang otak sejak kehamilan 6 bulan sampai umur 2 tahun
sangat cepat dan penting, maka bayi membutuhkan banyak protein, karbohidrat dan
lemak, karena sampai berumur 1 tahun 60% energi makanan bayi digunakan untuk
pertumbuhan otak. Bayi dan balita sendiri membutuhkan vitamin B1, B6, asam folat,
yodium, zat besi, seng, AA, DHA sphyngomyelin, sialic acid, dan asam-asam
amino seperti tyrosine dan tryptophan. ASI mengandung semua kebutuhan nutrisi
tersebut, termasuk AA, DHA, sphyngomyelin dan sialic acid.
Selain itu, terdapat beberapa jenis gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak, yakni
sebagai berikut:
1. Kalsium, untuk kesehatan tulang.
2. Vitamin D, membantu penyerapan kalsium dalam tubuh.
3. Protein, zat penting dalam pertumbuhan.
4. Serat, kompleks tapi sederhana.
5. Antioksidan, sebagai penangkal sakit.
6. Zat besi, zat gizi yang tidak boleh terlupakan.

II.5. Studi Kasus


II.5.1. Contoh Kasus
Gizi merupakan suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi
secara normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan serta menghasilkan
energi, untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari
organ – organ (Proverawati A, 2009).
Berdasarkan hasil data RISKESDAS 2010, secara nasioanal mengalami
penurunan prevalensi kurang gizi menurut BB/U pada balita dari 18,4% tahun
2007 menjadi 17,9% tahun 2010. Penurunan terjadi pada prevalensi gizi buruk
yaitu dari 5,4% pada tahun 2007 menjadi 4,9% tahun 2010. Bila dibandingkan
dengan pencapaian MDG kurang gizi tahun 2015 yaitu 15,5% maka prevalensi
berat kurang secara nasional harus diturunkan minimal sebesar 2,4% dalam
periode 2011 - 2015. Masalah gizi kurang di indonesia termasuk gizi buruk sedikit
mengalami peningkatan yang menunjukkan perbaikan tetapi provinsi dengan
presentase balita gizi buruk terendah menurut RISKESDAS yaitu Provinsi Bali
dengan presentase 19,2% dan presentase gizi buruk tertinggi yaitu Provinsi Nusa
Tenggara Timur dengan presentase 33%.
Berdasarkan studi kasus diatas masalah gizi buruk diindonesia dapat
dilihat akibat pemberikan asupan nutrisi pada anak yang diberikan tidak
mencukupi kebutuhan. Hal tersebut banyak faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya gizi buruk antara lain status ekonomi, tingkat pendidikan,
ketidaktahuan ibu tentang pemberian gizi yang baik, letak geografis, pola
pengasuhan anak dan berat badan lahir.
Pada zaman dahulu anak dikatakan mengalami gizi buruk identik berasal
dari keluarga yang mempunyai kondisi sosial ekonomi rendah. Masyarakat yang
mempunyai pendapatan rendah, prosentase keluarga yang memiliki anak dengan
gizi buruk sangat tinggi. Akibat dari daya beli masyarakat rendah maka
masyarakat tidak bisa memenuhi kebutuhan nutrisi yang di butuhkan ibu dan anak
tetutama nutrisi pada anak. dari sisi lain nutrisi sangat dibutuhkan sebagai sumber
pembentukan energi dan selama proses tumbuh kembang anak.
Abad 21 Anak yang mengalami gizi buruk kini tidak lagi berasal dari
keluarga dengan tingkat pendapatan rendah dan tingkat pendidikan orang tua
rendah. Tetapi pada zaman ini keluarga dengan pendapatan tinggi dan tingkat
pendidikan tinggi juga dapat memiliki anak dengan status gizi buruk dikarenakan
perilaku kedua orang tua yang salah dalam memberikan pola asuh anak dengan
alasan kedua orang tua sangat sibuk.
Dalam hal tersebut maka orang tua dapat melimpahkan pola asuh anak
kepada Baby Sitter atau bahkan anak diasuh oleh pembantu rumah tangga.
Sedangkan pembantu rumah tangga yang memiliki tingkat pengetahuan rendah
untuk mengasuh anak dan menggantikan posisi mereka selama kedua orang tua
sibuk mencari uang. Tingkat pengetahuan rendah ini yang dapat menyebabkan
kesalahan dalam pola mengasuh anak.
Selain kurangnya pemberian nutrisi asupan makanan, gizi buruk juga dapat
dikatikan dengan masalah pemberian ASI. Pada zaman serba instan dan didukung
oleh pengembangan teknologi maka dapat menyebabkan para ibu semakin malas
dalam memberikan ASI untuk anak mereka. Karena banyak hal yang dapat
menyebabkan seorang ibu tidak memberikan ASI seperti tidak adanya promosi
pemberian ASI Eksklusif pada bayi yang baru lahir di setiap rumah sakit dan baru
akhir-akhir ini saja indonesia mengkampanyekan inisiasi menyusui dini di
beberapa rumah sakit dan pelayanan kesehatan lainnya. Tetapi pada saat ini ada
beberapa wanita muslimah memutuskan untuk tidak memberikan ASI kepada
anaknya dengan alasan kesibukan berkarier dan ketakutan akan bentuk payudara
yang tidak indah apabila mereka menyusui.
Dari hasil uraian diatas maka masalah gizi buruk ini dapat berasal dari
kurangnya pemberian nutrisi pada ibu dan anak terutama pada anak dan juga
pemberian ASI.

II.5.2. Analisa Kasus


Dari studi kasus diatas fenomena yang terjadi pada anak indonesia yaitu
banyak kalangan yang masih memiliki rendahnya status gizi. Oleh karena itu anak
merupakan titipan dari Allah yang diberikan kepada kedua orang tua untuk dijaga,
dirawat, dan diperhatikan. Itu semua wajib diberikan kepada anak agar kelak anak
akan menjadi Anugrah yang terindah, seperti firman Allah dalam Al-Qur‟an surat At-
tahriim ayat 6:
Dari firman Allah diatas, dapat disimpulkan bahwa orang tua mempunyai
kewajiban memberi kasih sayang yang tulus serta pola asuh yang baik dan tepat
kepada anak. Orang tua juga mempunyai tanggung jawab dalam memenuhi pemberias
asupan nutrisi yang cukup pada anak.
Dalam pemberian nutrisi pada anak, islam menganjurkan terhadap kaum
muslimin dan musliman untuk mengonsumsi makanan dan minuman yang halalan
thoyyiban (halal dan baik). Halal adalah segala sesuatu makanan yang dapat
dikonsumsi oleh manusia dan diperbolehkan dalam syariat Islam, sedangkan thayyib
adalah sesuatu yang baik pada dasarnya, tidak merusak fisik dan pikiran, dan harus
memenuhi syarat dari segi kebersihan dan kesehatan. Allah SWT berfirman dalam Al-
Qur‟an:

Artinya : “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (Q.S Al baqaah (2) : 168)
Berdasarkan ayat diatas, islam melarang manusia agar tidak mengonsumsi
makanan dan minuman yang tidak di anjurkan dalam islam seperti bangkai, darah
daging babi, minuman keras (khamer) binatang yang dicekik atau tercekik dan hewan
ternak yang disembelih tetapi tidak dengan menyebut nama Allah.
Menurut islam makanan yang berfaedah terhadap kesehatan jasmani, seperti
tumbuh-tumbuhan, daging binatang laut, atau segala sesuatu yang dihasilkan dari
daging, madu, kurma, susu, dan semua makanan yang bergizi dapat menghasilkan
sesuatu yang baik bagi tumbuh kembang anak. Dalam hal tersebut maka anak dapat
terhindar dari status gizi buruk. jika orang tua memberikan pola asuh yang tepat, maka
orang tua akan menghindari pemberian makanan seperti junk food dan instant food.
Bagi orang tua muslim yang memberikan anak makan dengan makanan yang
bukan sekedar penghilang lapar saja atau terasa enak dilidah, tetapi makanan yang
diberikan pada anakjauh dari itu yaitu mampu menjadikan tubuhnya sehat jasmani dan
rohani sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai “khalifah fil Ardhi”. Rasulullah
SAW pernah berkata dalam suatu hadistnya: “Seorang hamba Allah tidak akan
berpindah dua kakipun pada hari kiamat, sampai ia mampu menjawab empat hal:
umurnya bagaimana dihabiskan, pengetahuan bagaimana diamalkan, hartanya
bagaimana dinafkahkan serta tubuhnya bagaimana digunakan atau diboroskan”
(HR.Tirmidzi).
Selain pemenuhan nutrisi, kesehatan anak juga ditentukan dari pola pemberian
ASI Eksklusif, seperti pada firman Allah dalam Surat Al Baqarah ayat 233,

Artinya : Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun


penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)
dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. " (Q.S Al
Baqarah :233).
Dapat disimpulkan bahwa nutrisi tidak hanya di berikan pada anak, tetapi
seorang ibu juga membutuhkan pemberian gizi yang cukup. Seorang ibu yang
memberi ASI pada anak dengan kebutuhan nutrisi yang cukup, maka pemberian
nutrisi pada ibu dan anak mempunyai perbandingan lurus karena jika seorang ibu
mempunyai kebutuhan nutrisi yang terpenuhi maka kebutuhan nutrisi yang di berikan
pada anak juga akan terpenuhi. Dari keseimpulan tersebut dapat terciptalah kesehatan
ibu dan anak.
BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Islam adalah agama yang mengatur semua aspek kehidupan tanpa terkecuali.
Sehat adalah kondisi fisik di mana semua fungsi berada dalam keadaan sehat. Menjadi
sembuh sesudah sakit adalah anugerah terbaik dari Allah kepada manusia. Adalah tak
mungkin untuk bertindak benar dan memberi perhatian yang layak kepada ketaatan
kepada Tuhan jika tubuh tidak sehat.
Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal yang
perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada sepuluh hal,
yaitu: dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga, hubungan seksual, keinginan-
keinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan mengatur anggota badan.
Sehat menurut WHO (World Health Organization) adalah suatu keadaan sejahtera
yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau
kecacatan. Dalam bahasa arab kata sehat diungkapkan dengan kata “as-sihhah” atau yang
seakar dengan keadaan baik, bebas dari penyakit dan kekurangan serta dalam keadaan
normal. Sedangkan Sehat dalam Islam bukan hanya berhubungan dengan masalah fisik
(jasmani), melainkan juga menyangkut psikis (jiwa). Jadi orang dikatakan sehat menurut
islam jika mengalami kondisi kesehatan yang paripurna jasmani dan rohani atau fisik dan
psikis.

III.2. Saran
Kesehatan secara agama Islam telah diperhatikan secara mendetail dan mendalam
terutama untuk kesehatan ibu dan anak. Maka dari itu hendaknya kita memperhatikan
kembali anjuran-anjuran yang telah ada dalam tuntunan Islam tentang bagaimana
menjalani hidup sehat, baik untuk khalayak umum, seorang ibu mulai dari kehamilan,
persalinan, masa nifas, masa menyusui dan juga anak.
DAFTAR PUSTAKA

Annaceria. 2012. Kesehatan Masyarakat dalam Perspektif Islam. Avaiable at


annaceria.wordpress.com/2011/10/07/kesehatan-masyarakat-dalam-perspektifIslam
[Accessed 2 Maret 2019].

Anonim. Ayat Al-Qur’an mengenai Makanan. Avaiable at


http://www3.pmo.gov.my/WebNotesApp/RqrMainm.nsf/268685aaa7f9d1af48256d
6a0009eb6c/7e950e8dd467d924482566cd003246aa?OpenDocument [Accessed 1 Maret
2019]
Anonim. ASI terhadap Ibu dan Bayi. Avaiable at
http://islamagamauniversal.wordpress.com/db_cover/e_qs_080/ [Accessed 2 Maret
2019 ]
Anonim. Nutrisi terhadap anak. Avaiable at http://edukasi.kompasiana.com/2013/01/23/anak-
adalah-anugrah-yang-terindah522109.ht [Accessed 1 Maret 2019]

Anonim. Nutrisi untuk Anak. Avaiable at http://berbagigizi.blogspot.com/2011/01/status-gizi-


balita-masih.html [Accessed 2 Maret 2019]

Anonim. Tinjauan Terhadap Peraturan Pemerintah tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif
Regulasi. Avaiable at http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/artikel/tinjauan-terhadap-
peraturanpemerintah-tentang-pemberian-air-susu-ibu-eksklusif-perspektif-regulasi
[Accessed 2 Maret 2019]

Anonim. (2013, 16 September). Menyusui Dalam Pandangan Syar’i. Avaiable at


http://intsia.wordpress.com/2013/09/06/menyusui-dalam-pandangan-syari/ [Accessed 2
Maret 2019]
Anonim. 2013. Inilah 13 Nutrisi Penting untuk Cerdaskan Anak. Avaiable at
https://lifestyle.kompas.com/read/2013/05/02/10410925/Inilah.13.Nutrisi.Penting.u
ntuk.Cerdaskan.Anak [Accessed 1 Maret 2019]

Anda mungkin juga menyukai