Anda di halaman 1dari 39

Efusi Genu Sinistra pada Osteoartritis Genu Bilateral

Dhania Pratiwi, Raveinal, Akmal M Hanif, Saptino Miro, Dwitya Elvira


Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andala

Abstrak :
Pendahuluan: Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang
berkaitan dengan kerusakan kartilago sendi. OA merupakan bentuk artritis yang
paling sering ditemukan. Osteoartritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara
degradasi rawan sendi, remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi. Prevalensi
OA meningkat seiring bertambahnya usia
Laporan Kasus: Dilaporkan pasien laki-laki 71 tahun dengan keluhan nyeri pada
kedua lutut dan bengkak terutama pada lutut kiri. Dilakukan pemeriksaan fisik
dan penunjang, serta dilakukan aspirasi cairan sendi lututu kiri, pasien didiagnosis
dengan efusi genu sinistra dengan osteoartritis genu bilateral.
Kesimpulan: Diagnosis osteoartritis dapat ditegakkan berdasarkan kriteria ACR
dengan memenuhi kriteria klinis, radiologis, maupun laboratorium. Efusi genu
merupakan akumulasi cairan pada ruang intraartikular dan bursa sendi, yang
terjadi akibat kondisi akut maupun kronis.
Kata Kunci: osteoartritis genu, efusi genu.

Abstract:
Introduction: Osteoarthritis (OA) is degenerative joint related to joint cartilage
damage. Osteoarthritis is the most common form of arthritis. Osteoarthritis
occurs as result of a combination of joint cartilage degradation, bone
remodelling, and joint fluid inflammation. The prevalence of OA increases with
age.
Case report: A 71-years-old men patient was reported with chief complaints pain
in both knees and swelling especially in the left knee. Physical examination,
laboratory and aspiration of joint fluid (arthrosynthesis) were performed and
diagnosed the patient with left genu effusion with bilateral genu effusion.
Conclusion: The diagnosis of osteoarthritis was established based on the ACR
criteria with clinical, radiologic, or laboratory. Genu effusion is an accumulation
of fluid in the intra articular space and joint bursa, which occur due to acute or
chronic conditions.
Keywords: genu osteoarthritis, genu effusion.

1
PENDAHULUAN mencapai 9,6% pada laki-laki dan
Osteoartritis (OA) merupakan 18% pada perempuan. Sebuah
penyakit sendi degeneratif yang penelitian oleh Pal, et al (2016) juga
berkaitan dengan kerusakan kartilago menunjukkan prevalensi OA lutut
sendi. OA merupakan bentuk artritis lebih banyak pada wanita dibanding
yang paling sering ditemukan. Sendi pria. Frekuensi OA hampir sama
yang sering terkena OA antara lain antara pria dan wanita dengan usia
vertebra, panggul, lutut, dan dibawah 45 tahun. Namun pada usia
pergelangan kaki. 1
diatas 50 tahun OA lebih banyak
terjadi pada wanita karena adanya
EPIDEMIOLOGI peranan hormonal pada patogenesis
Prevalensi OA meningkat OA.4,5
seiring bertambahnya usia, jarang
terjadi pada orang dewasa berusia ETIOPATOGENESIS
kurang dari 40 tahun dan sangat Osteoartritis terjadi sebagai
lazim pada mereka yang berusia hasil kombinasi antara degradasi
lebih dari 60 tahun, dan lebih sering rawan sendi, remodelling tulang
terjadi pada wanita dari pada pria.2 dan inflamasi cairan sendi.
Prevalensi OA lutut di Indonesia Berdasarkan patogenesisnya, OA
yang ditegakkan berdasarkan dibagi menjadi OA primer dan
gambaran radiologis mencapai sekunder. OA primer disebut juga
15,5% pada pria dan 12,7% pada OA idiopatik yang kausanya tidak
wanita yang berumur 40-60 tahun. diketahui dan tidak ada
Usia diatas 65 tahun, hanya 50% hubungannya dengan penyakit
memberikan gambaran radiologis sistemik maupun proses perubahan
sesuai osteoartritis, meskipun hanya lokal pada sendi. OA sekunder
10% pria dan 18% wanita adalah OA yang didasari oleh
diantaranya yang memperlihatkan adanya kelainan endokrin,
gejala klinis OA, dan sekitar 10% inflamasi, metabolik, pertumbuhan,
mengalami disabilitas akibat OA herediter, jejas mikro dan makro
tersebut. Penelitian di Bandung pada serta imobilisasi yang terlalu lama.1
pasien yang berobat ke klinik Beberapa penelitian
reumatologi RSHS pada tahun 2010, membuktikan bahwa rawan sendi
dari 2760 kasus reumatik 73% ternyata dapat melakukan
diantaranya adalah penderita OA.3 perbaikan sendiri dimana kondrosit
Pada wanita lebih sering akan mengalami replikasi dan
terjadi OA tangan, kaki dan lutut. memproduksi matriks baru. Proses
Ras Afrika dan Amerika mengalami perbaikan ini dipengaruhi oleh
OA lutut dan panggul lebih banyak. faktor pertumbuhan suatu
Prevalensi OA secara global menurut polipeptida yang mengontrol
WHO pada populasi >60 tahun proliferasi sel dan membantu

2
komunikasi antar sel. Faktor ini imun yang menyebabkan inflamasi
menginduksi kondrosit untuk sendi.1
mensintesis asam deoksiribonukleat
(DNA) dan protein seperti kolagen
serta proteoglikan. Faktor FAKTOR RISIKO
pertumbuhan yang berperan adalah Osteoartritis sebagian besar
insulin-like growth factor (IGF-1), terjadi akibat proses mekanis, namun
growth hormon, transforming beberapa faktor juga dapat berperan
growth factor b (TGF-b) dan coloni dalam variabilitas penyakit dan
stimulating factors (CSFs). Faktor disfungsi. Umur merupakan salah
pertumbuhan seperti IGF-1 satu faktor risiko untuk terjadi
memegang peranan penting dalam osteoartritis. Prevalensi dan beratnya
proses perbaikan rawan sendi.1 OA semakin meningkat dengan
Pada keadaan inflamasi, sel bertambahnya umur. Hampir tak
menjadi kurang sensitif terhadap pernah pada anak-anak, jarang pada
efek IGF-1. Faktor pertumbuhan umur dibawah 40 tahun, sering pada
IGF-1 memegang peranan penting umur diatas 60 tahun. Prevalensi OA
dalam proses perbaikan rawan meningkat pada perempuan, dan
sendi. Pada keadaan inflamasi, sel dibanding laki-laki, perempuan
menjadi kurang sensitif terhadap berisiko mengalami OA lutut yang
efek IGF-1. Faktor pertumbuhan berat setelah menopause. 1,6
TGF-β mempunyai kolagen dan Obesitas merupakan faktor
proteoglikan serta menekan risiko utama untuk terjadi OA dan
stromelisin, yaitu enzim yang juga risiko untuk progresifitasnya.
mendegradasi proteoglikan, Ini dikarenakan peningkatan beban
meningkatkan produksi pada sendi terutama lutut dan
prostaglandin E2 (PGE2) dan panggul, selain itu ada bukti bahwa
melawan efek inhibisi sintesis jaringan adiposa dapat menginduksi
PGE2 oleh interleukin-1 (IL-1). sitokin pro inflamasi, seperti IL 6,
Hormon lain yang mempengaruhi leptin dan adiponektin yang
sintesis komponen kartilago adalah berkonstribusi terhadap kerusakan
testosteron, β – estradiol, platelet sendi dan mungkin dapat
derivate growth factor (PDGF), menjelaskan OA pada sendi yang
fibroblast growth factor dan tidak menahan beban.6
kalsitonin. Peningkatan degradasi Penyebab sekunder OA harus
kolagen akan mengubah dipertimbangkan, terutama bila sendi
keseimbangan metabolisme rawan atipikal terkena atau bila terjadi pada
sendi. Kelebihan produk hasil usia muda. Kelainan bawaan akibat
degradasi matriks rawan sendi ini displasia dan malalignment sendi
cenderung berakumulasi di sendi dapat menyebabkan OA pada usia
dan menghambat fungsi rawan dini. Sindrom metabolik dan
sendi serta mengawali suatu respon endokrinopati dapat menyebabkan

3
OA dini. Hemokromatosis terkadang dapat sedikit hangat yang
menyebabkan pengendapan besi disertai penebalan sinovial. Juga bisa
pada sendi menyebabkan defek pada didapatkan adanya instabilitas dan
kartilago melalui peradangan dan gangguan berjalan, deformitas dan
pengendapan kalsium pirofosfat.6 juga atrofi otot.1,7,8
MANIFESTASI KLINIS DIAGNOSIS
Gejala osteoartritis pada Klasifikasi diagnosis Osteoartritis
umumnya nyeri sendi yang bersifat lutut berdasarkan kriteria American
tumpul, memburuk dengan aktivitas College of Rheumatology (ACR)
dan membaik dengan istirahat. 1990
Krepitasi atau rasa gemeretak yang Berdasarkan kriteria klinis: Nyeri
kadang-kadang dapat terdengar, sendi lutut dan paling sedikit 3 dari 6
dapat diapresiasi dengan gerakan kriteria di bawah ini: (Sensitivitas
pasif karena degradasi tulang rawan. 95% dan spesifisitas 69%)
Pembengkakan sendi mungkin 1) krepitus saat gerakan aktif
disebabkan oleh pembesaran tulang 2) kaku sendi < 30 menit
dari osteofit dan efusi. Osteofit dan 3) umur > 50 tahun
degradasi kartilago articular akhirnya 4) pembesaran tulang sendi lutut
menyebabkan kelainan bentuk, 5) nyeri tekan tepi tulang
termasuk malalignment varus dan 6) tidak teraba hangat pada
valgus.1,2,6 sinovium sendi lutut.
Pada awal penyakit, nyeri Berdasarkan kriteria klinis dan
bersifat episodik, sering dipicu oleh radiologis: Nyeri sendi lutut dan
penggunaan sendi yang sakit secara adanya osteofit dan paling sedikit 1
berlebihan, seperti orang dengan OA dari 3 kriteria di bawah ini:
lutut yang melakukan perjalanan (Sensitivitas 91% dan spesifisitas
panjang dan merasakan nyeri selama 86%)
beberapa hari setelahnya. Seiring 1) kaku sendi <30 menit
perkembangan penyakit, rasa sakit 2) umur > 50 tahun
menjadi terus menerus dan bahkan 3) krepitus pada gerakan sendi
mulai mengganggu di malam hari. aktif
Kekakuan sendi yang terkena Berdasarkan kriteria klinis dan
mungkin menonjol, tetapi kekakuan laboratoris: Nyeri sendi lutut dan
pada pagi hari biasanya singkat (<30 paling sedikit 5 dari 9 kriteria berikut
menit).2,6 Kekakuan ini dapat timbul ini: (Sensitivitas 92% dan spesifisitas
setelah imobilitas, seperti duduk 75%)
dalam waktu yang cukup lama atau 1) Usia >50 tahun
bahkan setelah bangun tidur. Pada 2) kaku sendi <30 menit
sendi yang terkena dapat juga terjadi 3) Krepitus pada gerakan aktif
pembengkakan lutut yang disebut 4) Nyeri tekan tepi tulang
efusi sendi atau hidrarthrosis. 5) Pembesaran tulang
Biasanya efusi dingin namun

4
6) Tidak teraba hangat pada memperbaiki viskositas cairan
sinovium sendi terkena sinovial, glikosaminoglikan yang
7) LED <40 mm/jam dapat menghambat sejumlah enzim
8) RF <1:40 yang berperan pada proses degradasi
9) Analisis cairan sinovium tulang rawan, dan kondroitin sulfat
sesuai OA yang memiliki efek protektif
TATALAKSANA terhadap terjadinya kerusakan tulang
Terapi non farmakologis rawan sendi.1,8
Terapi non farmakologis Injeksi steroid intraartikuler
meliputi edukasi mengenai penyakit dapat diberikan pada pasien OA yang
pasien dan usaha preventif agar mengalami inflamasi untuk
penyakit tidak semakin berat. Terapi mengurangi rasa sakit. Demikian
fisik dan rehabilitasi berguna agar juga pada pasien OA dengan nyeri
pasien dapat melatih persendiannya sedang atau berat yang disertai
agar tetap dapat dipakai. Faktor berat pembengkakan sendi dapat dilakukan
badan yang dapat mempengaruhi OA aspirasi cairan sendi dan injeksi
dapat dihindari dengan menurunkan glukokortikoid intraartikular selain
berat badan pada pasien dengan berat pemberian OAINS.1,8
badan berlebih dan menjaga berat Terapi pembedahan
badan tetap ideal. Tatalaksana yang Pada OA yang telah
paling mudah pada OA adalah dilakukan terapi farmakologis dan
mencegah aktivitas yang dapat non-farmakologis namun masih
mempresipitasi nyeri. Mengurangi merasakan sakit dan mengganggu
berat badan merupakan tatalaksana aktifitas sehari-hari, ataupun untuk
utama pada OA lutut dan panggul.1,2,8 melakukan koreksi apabila terjadi
Terapi farmakologis deformitas sendi yang mengganggu
Pemberian analgesik aktifitas, tindakan pembedahan dapat
antiinflamasi non steroid (OAINS) dipertimbangkan.1,8
menjadi pilihan utama dalam
pengobatan OA. Namun hati-hati EFUSI GENU
pemberian OAINS terutama pada Efusi merupakan akumulasi
pasien OA dengan faktor risiko pada cairan di ruang intraartikular dan
saluran pencernaan. Obat bursa sendi, yang terjadi akibat
antiinflamasi non steroid topikal kondisi akut maupun kronis. Efusi
direkomendasikan pada OA lutut. dapat disebabkan oleh trauma akut
Penggunaan chondroprotective agent dan penyakit sistemik kronis, dapat
dapat dipertimbangkan, yaitu obat- berupa suatu proses inflamasi atau
obat yang dapat menjaga atau non-inflamasi. Umumnya disebabkan
merangsang perbaikan (repair) karena osteoarthritis, trauma, dan
tulang rawan sendi pada pasien OA. gout. Efusi dapat terdiri dari cairan
Pilihan lain yaitu asam hialuronat sinovial atau hemarthrosis.9
sebagai viscosupplement yang dapat

5
Efusi lutut sering terjadi pada Riwayat nyeri dada kiri
pasien dengan OA lutut. Sembilan hilang timbul 2 minggu yang lalu.
dari 10 pasien dengan OA lutut Nyeri dada rasa tertekan. Nyeri
memiliki bukti pencitraan adanya dirasakan tidak menjalar. Saat ini
efusi, dan 55% diantaranya nyeri dada tidak ada. Sesak nafas
mengalami efusi sedang hingga tidak ada. Riwayat tekanan darah
berat.10 tinggi ada sejak 1 tahun yang lalu.
LAPORAN KASUS Pada pemeriksaan fisik
Telah dirawat pasien laki-laki didapatkan tekanan darah 140/90.
usia 71 tahun dengan keluhan utama Pada lutut kanan terlihat bengkak,
Nyeri pada kedua lutut yang semakin kaku, dan pada palpasi ditemukan
meningkat sejak 1 hari yang lalu. nyeri tekan dan krepitasi. Lutut kiri
Nyeri pada kedua lutut yang terlihat bengkak, kaku, dan terdapat
meningkat sejak 1 hari yang lalu. fluktuasi dengan patella tap test yang
Nyeri hilang timbul sudah dirasakan positif. Dilakukan aspirasi cairan
sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri sendi lutut kiri diikuti injeksi
terutama pada lutut kiri dan sulit triamcinolone 25 mg intraartikular.
untuk digerakkan. Nyeri terasa Hasil pemeriksaan
seperti ditusuk-tusuk. Nyeri laboratorium didapatkan kadar
bertambah jika beraktifitas dan hemoglobin 10,2 gr/dl, leukosit
sedikit berkurang jika beristirahat. 8.260/mm3, hematokrit 32%,
Bengkak pada lutut kiri yang trombosit 367.000/mm3. Fungsi
semakin membesar sejak 1 minggu ginjal, faal hemostasis dan profil
yang lalu. Bengkak pada lutut kiri lipid dalam batas normal. Hasil
sudah dirasakan sejak 1 bulan yang pemeriksaan urin dan feses dalam
lalu. Bengkak teraba hangat sejak 1 batas normal. Hasil analisis cairan
minggu yang lalu. Riwayat bengkak sendi didapatkan cairan berwarna
pada sendi lutut sebelumnya tidak kuning keruh dengan volume
ada. Pergerakan sendi lutut terbatas sebanyak 100 cc, ditemukan jumlah
sejak 1 tahun yang lalu, pasien sel 1300/mm3 dengan adanya sel
berjalan menggunakan tongkat, PMN sebanyak 70% dan sel MN
pergerakan sendi lutut disertai bunyi sebanyak 30%.
gemeretak. Kaku pada sendi lutut Pasien diterapi dengan
hilang timbul sejak 1 tahun yang Paracetamol 3x750 mg, serta
lalu. Kaku dirasakan menjelang mendapat ramipril 1x2,5 mg dan
bangun tidur pagi hari, kaku bisoprolol 1x2,5 mg untuk penyakit
dirasakan selama kurang lebih 10 jantung hipertensinya.
menit. Nyeri pada sendi bahu,
pergelangan tangan, pinggul, DISKUSI
pergelangan kaki, ruas jari tangan Pasien didiagnosis dengan
dan jari kaki serta sendi lainnya tidak osteoartritis genu bilateral derajat 3
ada. dengan efusi genu sinistra

6
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan laboratoris. Berdasarkan kriteria
fisik dan pemeriksaan penunjang. klinis diagnosis OA ditegakkan
Pada anamnesis pasien didapatkan apabila didapatkan nyeri lutut
keluhan nyeri pada kedua lutut yang disertai minimal 3 dari 6 kriteria
semakin meningkat sejak 1 hari yang yaitu pasien usia >50 tahun dengan
lalu. Nyeri terutama pada lutut kiri adanya krepitus saat gerakan aktif,
dan sulit untuk digerakkan. Nyeri kaku sendi <30 menit, dan adanya
kedua lutut bertambah jika pasien nyeri tekan pada tepi tulang sendi
beraktifitas dan berkurang jika lutut. Sedangkan berdasarkan kriteria
beristirahat. Bengkak pada lutut kiri klinis dan radiologis ditegakkan
yang semakin membesar sejak 1 apabila didapatkan nyeri lutut dan
minggu yang lalu. Bengkak sudah adanya osteofit disertai minimal 1
dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. dari 3 kriteria yaitu adanya kaku
Terdapat keterbatasan gerak sendi sendi <30 menit dan krepitus pada
lutut sejak 1 tahun yang lalu. Kedua gerakan sendi aktif, hal ini sesuai
lutut terasa kaku saat bangun tidur, dengan klinis pasien dalam kasus
kaku dirasakan sekitar 10 menit. ini.8
Pasien tidak mengalami demam, Mane (2000) yang
nyeri dan bengkak pada sendi lain menyebutkan bahwa pasien OA
tidak ada. datang pada usia pertengahan dan
Pada pemeriksaan fisik sendi, prevalensi yang lebih tinggi setelah
lutut kanan terlihat bengkak, kaku, umur 60 tahun, dengan gejala utama
dan pada palpasi ditemukan nyeri nyeri pada sendi yang terlibat dan
tekan dan krepitasi. Pada lutut kiri biasanya nyeri memburuk dengan
terlihat bengkak, kaku, dan terdapat penggunaan sendi dan berkurang
fluktuasi dengan patella tap test yang dengan istirahat. Nyeri saat istirahat
positif. Adanya patella tap pada atau nyeri pada malam hari
pemeriksaan fisik sendi lutut kiri merupakan ciri khas dari OA yang
khas ditemukan pada pasien dengan berat dengan kekakuaan yang
efusi sendi. Hasil radiologis pada berlangsung kurang dari 30 menit.
kedua lutut pasien ini sesuai dengan Sebaliknya pada rheumatoid artritis,
gambaran osteoartritis yaitu tampak kekakuan sendi yang muncul pada
pembentukan spur dengan celah pagi hari berlangsung lebih lama dari
sendi dan permukaan sendi 45 menit.11
femorotibial menyempit asimetris Osteoartritis primer yang
Dalam Hamijoyo (2020) terjadi seiring meningkatnya usia,
menyebutkan penegakan OA terjadi karena kelemahan otot yang
menggunakan kriteria American berfungsi memperkuat sendi dan
College of Rheumatology 1990 penurunan kemampuan sintesis
berdasarkan tiga kriteria yaitu matriks kartilago oleh kondrosit
kriteria klinis, kriteria klinis dan sehingga kartilago artikular menjadi
radiologis, atau kriteria klinis dan semakin tipis. Kondrosit yang tua

7
akan mensekresikan matriks tatalaksana non- farmakologi antara
metaloproteinase yang lain melakukan olahraga yaitu
mengakibatkan terjadinya degradasi olahraga yang aman seperti aerobik
matriks kartilago. Matriks dan renang. Pasien dengan berat
metaloproteinase sangat penting badan berlebih direkomendasikan
karena kemampuannya yang dapat untuk memulai program penurunan
mendestruksi kolagen tipe 2, suatu berat badan. Selain itu dapat
protein pada kartilago yang dipertimbangkan rekomendasi
berfungsi sebagai sumber kekuatan tambahan berupa penggunaan alat
jaringan. Terjadi juga penurunan bantu berjalan jika dibutuhkan.14
sekresi faktor pertumbuhan yang Berat badan berlebih
menurunkan sintesis matriks dan merupakan faktor risiko terkuat yang
perbaikan matriks kartilago. Hal ini dapat dimodifikasi. Selama berjalan,
menyebabkan ketidakseimbangan setengah berat badan bertumpu pada
antara proses katabolisme dan sendi lutut. Peningkatan berat badan
anabolisme pada kartilago sendi akan melipat gandakan beban sendi
sehingga terjadi degradasi kartilago lutut saat berjalan. Studi Chingford
artikular yang menyebabkan menunjukkan bahwa untuk setiap
osteoartritis.11 Peningkatan usia juga peningkatan Indeks Massa Tubuh
dihubungkan dengan disfungsi (IMT) sebesar 2 unit (kira-kira 5 kg
mitokondria yang mengakibatkan berat badan), rasio odds untuk
peningkatan reactive oxidative strees menderita OA lutut secara
(ROS). Peningkatan ROS ini radiografik meningkat sebesar 1,36
mengakibatkan kerusakan oksidatif poin. Penelitian tersebut
pada penyakit yang berhubungan menyimpulkan bahwa semakin berat
dengan penuaan, termasuk kerusakan tubuh akan meningkatkan risiko
kartilago. Peningkatan ROS dapat menderita OA lutut. Kehilangan 5 kg
mengganggu sinyal anabolik yang berat badan akan mengurangi risiko
dapat menurunkan respon kondrosit OA lutut secara simtomatik pada
terhadap Insulin Growth Factor-1 wanita sebesar 50%.
(IGF-1) dan Osteogenic Protein-1 Sedangkan tatalaksana
(OP-1) sehingga terjadi penurunan farmakologi pada osteoartritis antara
pembentukan ekspresi matriks gen lain penggunaan asetaminofen,
dan sintesis protein matriks pada NSAID oral, NSAID topikal,
sendi.12,13 tramadol dan injeksi intraartikular.
Tatalaksana pada pasien ini Penggunaan asetaminofen dapat
harus dilakukan secara menggunakan dosis hingga 4000
komprehensif. Tatalaksana mg/hari. Namun jika tidak
osteoartritis lutut terdiri dari memberikan respon yang baik,
tatalaksana non farmakologi dan pengobatan dapat diganti dengan
farmakologi. Menurut ACR 2012, NSAID oral atau topikal atau injeksi
rekomendasi utama dalam kortikosteroid intraartikular ataupun

8
steroid dosis tinggi. Pada OA dengan kesan hasil sesuai dengan
stadium 4 yang telah dilakukan terapi cairan sendi yang pada kasus ini
farmakologis dan non farmakologis disebabkan oleh osteoartritis. Hal ini
namun masih merasakan sakit dan juga sesuai dengan hasil pemeriksaan
mengganggu aktifitas sehari-hari, kultur pada cairan sendi yang tidak
tindakan pembedahan dapat menemukan adanya perkembangan
dipertimbangkan. 3,14
Pada kasus ini bakteri pada cairan tersebut. Pada
diberikan terapi paracetamol 3x750 kasus artritis septik akan ditemukan
mg, paracetamol merupakan terapi sel PMN >75% pada analisis cairan
pilihan pada osteoartritis terutama sendinya.2
pada pasien dengan usia tua karena Pasien juga didiagnosis
paracetamol merupakan pilihan dengan hypertensive heart disease.
terapi yang aman dan efektif dalam Pasien dengan riwayat hipertensi
penanganan nyeri. dapat menyebabkan terjadinya
Tatalaksana efusi genu pada perubahan dalam struktur miokard,
pasien yaitu artrosintesis atau pembuluh darah koroner, dan sistem
aspirasi cairan sendi yang diikuti konduksi jantung, yang dikenal
dengan injeksi steroid intraartikular. dengan penyakit jantung hipertensi
Indikasi aspirasi cairan sendi sebagai atau hypertensive heart disease
salah satu terapi jika sendi bengkak (HHD). Selain itu, pasien memiliki
yang semakin membesar dan nyeri riwayat nyeri dada dengan faktor
yang meningkat. Selain itu, aspirasi risiko obesitas belum dapat
cairan sendi dapat berfungsi sebagai disingkirkan bahwa pasien menderita
diagnostik untuk analisis cairan sendi coronary artery disease atau tidak.
khususnya membedakan artritis Beberapa modalitas dapat dilakukan
septik atau mencari kristal asam urat untuk menegakkan diagnosis ini
di cairan sendi. Teknik melakukan seperti CT angiografi, dobutamine
aspirasi cairan sendi lutut dapat stress test atau treadmill, tetapi
dilakukan dengan pendekatan lateral dalam hal ini belum dapat
atau medial.15 Pada pasien ini telah dilaksanakan. Namun dapat
dilakukan aspirasi cairan sendi lutut dilakukan tes sederhana yaitu pre-
kiri diikuti injeksi steroid test probability untuk dapat memulai
intraartikular dengan triamcinolone suatu terapi.
25 mg.
Aspirasi cairan sendi lutut DAFTAR PUSTAKA
kiri didapatkan cairan berwarna
kuning keruh dengan volume 1. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H,
sebanyak 100 cc, kemudian Broto R, Pramudiyo R.
dilakukan analisis cairan sendi dan Osteoartritis. Dalam Setiati S,
ditemukan jumlah sel 1300/mm3 Alwi I, Sudoyo AW, K MS,
dengan adanya sel PMN sebanyak Setiyonadi B, Syam AF (ed).
70% dan sel MN sebanyak 30% Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

9
Edisi VI Jilid III. Jakarta: 9. Gerena LA, Mabrouk A,
Internal Publishing. 2017: 421: DeCastro A. Knee Effusion.
3197 – 3209 2022 diakses dari
2. Felson DT, Neogi T. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/bo
Osteoarthritis. Loscalzo J, oks/NBK532279/?report=classic
Kasper DL, Longo DL, Fauci 10. Maricar N, Callaghan MJ,
AS, Hauser SL, Jameson JL. Parkes MJ, Felson DT, O’Neill
Harrison’s Principles of internal TW. Clinical assessment of
medicine 21st edition. Mc Graw effusion in knee osteoarthritis-A
Hill. 2022. 2854-2862 systemic review. Seminars in
3. Indonesian Rheumatology Arthritis and Rheumatism. 2016:
Association. Diagnosis dan 556-563
Penatalaksanaan Osteoartritis. 11. Altman R, E Asch, D Bloch, G
Rekomendasi Perhimpunan Bole, D Borenstein, K Brandt, et al.
Reumatologi Indonesia. 2014 Development Of Criteria For The
4. Vina ER, Kwoh CK. Classification And Reporting Of
Epidemiology of Osteoartritis : Osteoartritis : Classification Of
Ostheoarthritis Of The Knee.
Literatur Update. Curr Opin
Arthritis and Rheumatism. 1986.
Rheumatol. PMC. 2018. 30(2):
1039-49
160-167
12. Loeser RF. The Role Of Aging
5. Pal CP, Pulkes S, Sanjay C,
In The Development Of
Kaushal KP, Ashok V.
Ostheoarthritis. Trans Am Clin
Epidemiology of Knee
Climatol Assosc. 2017. 128 : 44-
Osteoartritis in India and Related
54
Factors. Indian Journal of
13. Li YS, Xiao W, Luo W. Cellular
Orthopaedics. 2016. 50(5): 518-
Aging Towards Osteoartritis.
522
Mechanism Of Ageing and
6. Patel, JJ. Osteoarthritis. Ali, Y
Development. 2017. 1-19
ed. Rheumatology for Primary
14. Hochberg MC, Altman RD,
Care Providers. A clinical
April KT, Benkhalti M, Guyatt
casebook. Springer. 2022. 29-42
H, Gowan JM, et al. American
7. Iraj SA, 2016 ACR Revised
College of Rheumatology 2012
Criteria for Early Diagnosis of
Recommendations for the Use of
Knee Osteoartritis. Autoimmune
Nonpharmacologic and
Dis Ther Approaches. 2016: 3:
Pharmacologic Therapies in
118
osteoarthritis of the Hand, hip
8. Hamijoyo L, Suarjana I N,
and knee. Arthritis Care &
Ginting AR, Kurniari PK,
research. 2012 ; 64 (4) ; 465 –
Rahman PA, Suzuki K, et al.
474
Buku Saku Reumatologi.
15. Thomsen TW, Shen S, Shaffer
Perhimpunan Reumatologi
RW, Setnik GS. Arthrocentesis
Indonesia. 2020. 20-26
of the knee. The new england

10
journal of medicine. 2006 ; 354 ; e19

BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1 OSTEOARTRITIS
1.1.1 Epidemiologi
Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan
dengan kerusakan kartilago sendi. OA merupakan bentuk artritis yang paling
sering ditemukan. Sendi yang sering terkena OA antara lain vertebra, panggul,
lutut, dan pergelangan kaki.1
Prevalensi OA meningkat seiring bertambahnya usia, jarang terjadi pada
orang dewasa berusia kurang dari 40 tahun dan sangat lazim pada mereka yang
berusia lebih dari 60 tahun, dan lebih sering terjadi pada wanita dari pada pria. 2
Prevalensi OA lutut di Indonesia yang ditegakkan berdasarkan gambaran
radiologis mencapai 15,5% pada pria dan 12,7% pada wanita yang berumur 40-60
tahun. Usia diatas 65 tahun, hanya 50% memberikan gambaran radiologis sesuai
osteoartritis, meskipun hanya 10% pria dan 18% wanita diantaranya yang
memperlihatkan gejala klinis OA, dan sekitar 10% mengalami disabilitas akibat
OA tersebut. Penelitian di Bandung pada pasien yang berobat ke klinik
reumatologi RSHS pada tahun 2010, dari 2760 kasus reumatik 73% diantaranya
adalah penderita OA.3
Kejadian OA dipengaruhi beberapa faktor seperti jenis kelamin, sosio-
demografi, predisposisi genetik, obesitas, dan diet. Angka OA servikal dan sendi
bahu lebih banyak pada laki-laki dibanding wanita. Pada wanita lebih sering
terjadi OA tangan, kaki dan lutut. Ras Afrika dan Amerika mengalami OA lutut
dan panggul lebih banyak. Prevalensi OA secara global menurut WHO pada
populasi >60 tahun mencapai 9,6% pada laki-laki dan 18% pada perempuan.
Sebuah penelitian oleh Pal, et al (2016) juga menunjukkan prevalensi OA lutut
lebih banyak pada wanita dibanding pria. Frekuensi OA hampir sama antara pria

11
dan wanita dengan usia dibawah 45 tahun. Namun pada usia diatas 50 tahun OA
lebih banyak terjadi pada wanita karena adanya peranan hormonal pada
patogenesis OA.4,5

1.1.2 Etiopatogenesis
Osteoartritis sering dipandang sebagai akibat suatu proses penuaan yang
tidak dapat dihindari. Para pakar yang meneliti penyakit ini sekarang
berpendapat bahwa OA merupakan penyakit gangguan homeostasis
metabolisme kartilago dengan kerusakan struktur proteoglikan kartilago yang
penyebabnya belum jelas diketahui. Jejas mekanis dan kimiawi pada sinovia
sendi yang terjadi multifaktorial antara lain faktor umur, stres mekanis atau
penggunaan sendi yang berlebihan, defek anatomi, obesitas, genetik, humoral
dan faktor kebudayaan. Jejas mekanis dan kimiawi diduga merupakan faktor
penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi
kartilago di dalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadinya
inflamasi sendi, kerusakan kondrosit dan nyeri.1
Osteoartritis terjadi sebagai hasil kombinasi antara degradasi rawan
sendi, remodelling tulang dan inflamasi cairan sendi. Berdasarkan
patogenesisnya, OA dibagi menjadi OA primer dan sekunder. OA primer
disebut juga OA idiopatik yang kausanya tidak diketahui dan tidak ada
hubungannya dengan penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal pada
sendi. OA sekunder adalah OA yang didasari oleh adanya kelainan endokrin,
inflamasi, metabolik, pertumbuhan, herediter, jejas mikro dan makro serta
imobilisasi yang terlalu lama.1
Beberapa penelitian membuktikan bahwa rawan sendi ternyata dapat
melakukan perbaikan sendiri dimana kondrosit akan mengalami replikasi dan
memproduksi matriks baru. Proses perbaikan ini dipengaruhi oleh faktor
pertumbuhan suatu polipeptida yang mengontrol proliferasi sel dan membantu
komunikasi antar sel. Faktor ini menginduksi kondrosit untuk mensintesis asam
deoksiribonukleat (DNA) dan protein seperti kolagen serta proteoglikan. Faktor
pertumbuhan yang berperan adalah insulin-like growth factor (IGF-1), growth
hormon, transforming growth factor b (TGF-b) dan coloni stimulating factors

12
(CSFs). Faktor pertumbuhan seperti IGF-1 memegang peranan penting dalam
proses perbaikan rawan sendi.1
Pada keadaan inflamasi, sel menjadi kurang sensitif terhadap efek IGF-1.
Faktor pertumbuhan IGF-1 memegang peranan penting dalam proses perbaikan
rawan sendi. Pada keadaan inflamasi, sel menjadi kurang sensitif terhadap efek
IGF-1. Faktor pertumbuhan TGF-β mempunyai kolagen dan proteoglikan serta
menekan stromelisin, yaitu enzim yang mendegradasi proteoglikan,
meningkatkan produksi prostaglandin E2 (PGE2) dan melawan efek inhibisi
sintesis PGE2 oleh interleukin-1 (IL-1). Hormon lain yang mempengaruhi
sintesis komponen kartilago adalah testosteron, β – estradiol, platelet derivate
growth factor (PDGF), fibroblast growth factor dan kalsitonin. Peningkatan
degradasi kolagen akan mengubah keseimbangan metabolisme rawan sendi.
Kelebihan produk hasil degradasi matriks rawan sendi ini cenderung
berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi rawan sendi serta mengawali
suatu respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi.1

Gambar 1. Patogenesis Osteoartritis1

1.1.3 Faktor Risiko


Osteoartritis sebagian besar terjadi akibat proses mekanis, namun beberapa
faktor juga dapat berperan dalam variabilitas penyakit dan disfungsi. Umur
merupakan salah satu faktor risiko untuk terjadi osteoartritis. Prevalensi dan
beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Hampir tak pernah
pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun, sering pada umur diatas 60

13
tahun. Prevalensi OA meningkat pada perempuan, dan dibanding laki-laki,
perempuan berisiko mengalami OA lutut yang berat setelah menopause. 1,6

Gambar 2. Faktor Risiko2

Obesitas merupakan faktor risiko utama untuk terjadi OA dan juga risiko
untuk progresifitasnya. Ini dikarenakan peningkatan beban pada sendi terutama
lutut dan panggul, selain itu ada bukti bahwa jaringan adiposa dapat menginduksi
sitokin pro inflamasi, seperti IL 6, leptin dan adiponektin yang berkonstribusi
terhadap kerusakan sendi dan mungkin dapat menjelaskan OA pada sendi yang
tidak menahan beban.6
Penyebab sekunder OA harus dipertimbangkan, terutama bila sendi
atipikal terkena atau bila terjadi pada usia muda. Kelainan bawaan akibat displasia
dan malalignment sendi dapat menyebabkan OA pada usia dini. Sindrom
metabolik dan endokrinopati dapat menyebabkan OA dini. Hemokromatosis
menyebabkan pengendapan besi pada sendi menyebabkan defek pada kartilago
melalui peradangan dan pengendapan kalsium pirofosfat.6

1.1.4 Manifestasi Klinis

14
Gejala osteoartritis pada umumnya nyeri sendi yang bersifat tumpul,
memburuk dengan aktivitas dan membaik dengan istirahat. Krepitasi atau rasa
gemeretak yang kadang-kadang dapat terdengar, dapat diapresiasi dengan gerakan
pasif karena degradasi tulang rawan. Pembengkakan sendi mungkin disebabkan
oleh pembesaran tulang dari osteofit dan efusi. Osteofit dan degradasi kartilago
articular akhirnya menyebabkan kelainan bentuk, termasuk malalignment varus
dan valgus.1,2,6
Pada awal penyakit, nyeri bersifat episodik, sering dipicu oleh penggunaan
sendi yang sakit secara berlebihan, seperti orang dengan OA lutut yang melakukan
perjalanan panjang dan merasakan nyeri selama beberapa hari setelahnya. Seiring
perkembangan penyakit, rasa sakit menjadi terus menerus dan bahkan mulai
mengganggu di malam hari. Kekakuan sendi yang terkena mungkin menonjol,
tetapi kekakuan pada pagi hari biasanya singkat (<30 menit).2,6 Kekakuan ini
dapat timbul setelah imobilitas, seperti duduk dalam waktu yang cukup lama atau
bahkan setelah bangun tidur. Pada sendi yang terkena dapat juga terjadi
pembengkakan lutut yang disebut efusi sendi atau hidrarthrosis. Biasanya efusi
dingin namun terkadang dapat sedikit hangat yang disertai penebalan sinovial.
Juga bisa didapatkan adanya instabilitas dan gangguan berjalan, deformitas dan
juga atrofi otot.1,7,8

1.1.5 Diagnosis
Diagnosis osteoartritis biasanya didasarkan pada gambaran klinis dan
radiografis. Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk mendiagnosis OA.
Pemeriksaan darah membantu menyingkirkan diagnosis lain. Pemeriksaan
radiologi dilakukan untuk klasifikasi diagnosis atau untuk merujuk ke ortopedi.3
Radiografi polos dapat menunjukkan osteofit, sklerosis subkondral,
penyempitan ruang sendi asimetris, dan kista atau geodes yang mewakili
remodeling tulang setelah kerusakan. Ultrasonografi dapat digunakan untuk
memvisualisasikan efusi, sinovitis, perubahan tulang dini, dan erosi. Ini dapat
digunakan untuk memandu injeksi intraartikular.6
Tidak ada tes darah yang secara rutin diindikasikan untuk pemeriksaan
pasien dengan OA kecuali jika gejala dan tanda menunjukkan inflamasi arthritis.
Pemeriksaan cairan sinovial seringkali lebih membantu diagnostik daripada x-ray.

15
Jika white count cairan sinovial >1000/µL, inflamasi arthritis atau gout atau
pseudogout, dua yang terakhir juga diidentifikasi dengan adanya kristal.2
Baik sinar-x maupun pencitraan resonansi magnetik tidak diindikasikan
dalam pemeriksaan OA. Mereka harus dipesan hanya ketika nyeri sendi dan
temuan fisik tidak khas OA atau jika nyeri berlanjut setelah peresmian pengobatan
yang efektif untuk OA. Pada OA, temuan pencitraan berkorelasi buruk dengan
keberadaan dan tingkat keparahan nyeri. Selanjutnya, pada kedua lutut dan
pinggul, radiografi mungkin normal pada penyakit awal karena tidak sensitif
terhadap kehilangan tulang rawan dan temuan awal lainnya.2

Klasifikasi diagnosis Osteoartritis lutut berdasarkan kriteria American


College of Rheumatology (ACR) 1990
Berdasarkan kriteria klinis: Nyeri sendi lutut dan paling sedikit 3 dari 6 kriteria
di bawah ini: (Sensitivitas 95% dan spesifisitas 69%)
7) krepitus saat gerakan aktif
8) kaku sendi < 30 menit
9) umur > 50 tahun
10) pembesaran tulang sendi lutut
11) nyeri tekan tepi tulang
12) tidak teraba hangat pada sinovium sendi lutut.
Berdasarkan kriteria klinis dan radiologis: Nyeri sendi lutut dan adanya
osteofit dan paling sedikit 1 dari 3 kriteria di bawah ini: (Sensitivitas 91% dan
spesifisitas 86%)
4) kaku sendi <30 menit
5) umur > 50 tahun
6) krepitus pada gerakan sendi aktif
Berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris: Nyeri sendi lutut dan paling
sedikit 5 dari 9 kriteria berikut ini: (Sensitivitas 92% dan spesifisitas 75%)
10) Usia >50 tahun
11) kaku sendi <30 menit
12) Krepitus pada gerakan aktif
13) Nyeri tekan tepi tulang

16
14) Pembesaran tulang
15) Tidak teraba hangat pada sinovium sendi terkena
16) LED <40 mm/jam
17) RF <1:40
18) Analisis cairan sinovium sesuai OA
Kriteria diagnosis Osteoartritis tangan
Berdasarkan Klinis: Nyeri, ngilu atau kaku pada tangan dan paling sedikit 3 dari
4 kriteria di bawah ini: (Sensitivitas 92% dan spesifisitas 98%)
1) Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi-sendi tangan di
bawah ini:
a. Sendi distal interfalang ke-2 dan ke-3
b. Sendi proksimal interfalang ke-2 dan ke-3
c. dan sendi pertama karpometakarpofalang kedua tangan
2) Pembengkakan jaringan keras dari 2 atau lebih sendi distal interfalang
3) Kurang dari 3 pembengkakan sendi metakarpofalang
4) Deformitas sedikitnya pada 1 dari 10 sendi-sendi tangan pada kriteria 2 di
atas.
Kriteria diagnosis Osteoartritis panggul
Berdasarkan kriteria klinis dan laboratoris: Nyeri pada sendi panggul/koksa
dan paling sedikit salah 1 dari 2 kelompok kriteria di bawah ini: (Sensitivitas 89%
dan spesifisitas 91%)
1) Rotasi internal sendi panggul < 15º disertai LED ≤ 45 mm/jam atau fleksi
sendi panggul ≤ 115º (jika LED sulit dilakukan)
2) Rotasi internal sendi panggul ≥ 15º disertai nyeri yang terkait pergerakan
rotasi internal sendi panggul, kekakuan sendi panggul pagi hari ≤ 60
menit, dan usia > 50 tahun
Berdasarkan kriteria klinis, laboratoris dan radiologis: Nyeri pada sendi
panggul/koksa dan paling sedikit 2 dari 3 kriteria di bawah ini: (Sensitivitas 89%
dan spesifisitas 91%)
1) LED < 20 mm pada jam pertama
2) Osteofit pada femoral dan atau asetabular pada gambaran radiologis

17
3) Penyempitan celah sendi secara radiologis (superior, axial dan atau
medial)

Tabel 1.1 Klasifikasi OA secara radiologis menurut Kellgren-Lawrence8


Stadium Deskripsi
0 Tidak terdapat penyempitan celah sendi ataupun perubahan
reaktif (normal)
1 Terdapat penyempitan celah sendi yang masih diragukan,
mungkin terdapat osteofit
2 Terdapat osteofit definitif, mungkin terdapat penyempitan celah
sendi
3 Terdapat osteofit ukuran sedang, penyempitan celah sendi yang
definit, sklerosis, dan mungkin terdapat deformitas tulang
4 Terdapat osteofit ukuran besar, penyempitan celah sendi yang
signifikan, sclerosis yang berat, dan deformitas tulang yang
definit

1.1.6 Tatalaksana
Tujuan pengobatan OA adalah untuk mengurangi rasa sakit dan
meminimalkan hilangnya fungsi fisik. Terapi komprehensif terdiri dari pendekatan
multimodalitas termasuk modalitas fisik dan elemen farmakologis. Pasien dengan
gejala ringan dan intermiten mungkin hanya memerlukan manajemen simtomatik
dan/atau perawatan yang ditujukan untuk penurunan berat badan, aktivitas fisik,
olahraga, dan strategi manajemen diri. Pasien dengan nyeri yang terus-menerus
dan sudah memiliki keterbatasan cenderung membutuhkan modalitas fisik dan
farmakoterapi.2
Terapi non farmakologis
Terapi non farmakologis meliputi edukasi mengenai penyakit pasien dan
usaha preventif agar penyakit tidak semakin berat. Terapi fisik dan rehabilitasi
berguna agar pasien dapat melatih persendiannya agar tetap dapat dipakai. Faktor
berat badan yang dapat mempengaruhi OA dapat dihindari dengan menurunkan
berat badan pada pasien dengan berat badan berlebih dan menjaga berat badan
tetap ideal. Tatalaksana yang paling mudah pada OA adalah mencegah aktivitas

18
yang dapat mempresipitasi nyeri. Mengurangi berat badan merupakan tatalaksana
utama pada OA lutut dan panggul.1,2,8
Terapi farmakologis
Pemberian analgesik antiinflamasi non steroid (OAINS) menjadi pilihan
utama dalam pengobatan OA. Namun hati-hati pemberian OAINS terutama pada
pasien OA dengan faktor risiko pada saluran pencernaan. Obat antiinflamasi non
steroid topikal direkomendasikan pada OA lutut. Penggunaan chondroprotective
agent dapat dipertimbangkan, yaitu obat-obat yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien OA. Pilihan lain
yaitu asam hialuronat sebagai viscosupplement yang dapat memperbaiki viskositas
cairan sinovial, glikosaminoglikan yang dapat menghambat sejumlah enzim yang
berperan pada proses degradasi tulang rawan, dan kondroitin sulfat yang memiliki
efek protektif terhadap terjadinya kerusakan tulang rawan sendi.1,8
Injeksi steroid intraartikuler dapat diberikan pada pasien OA yang
mengalami inflamasi untuk mengurangi rasa sakit. Demikian juga pada pasien OA
dengan nyeri sedang atau berat yang disertai pembengkakan sendi dapat dilakukan
aspirasi cairan sendi dan injeksi glukokortikoid intraartikular selain pemberian
OAINS.1,8
Terapi pembedahan
Pada OA yang telah dilakukan terapi farmakologis dan non-farmakologis
namun masih merasakan sakit dan mengganggu aktifitas sehari-hari, ataupun
untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas sendi yang mengganggu
aktifitas, tindakan pembedahan dapat dipertimbangkan.1,8

1.2 EFUSI GENUE


Efusi merupakan akumulasi cairan di ruang intraartikular dan bursa sendi,
yang terjadi akibat kondisi akut maupun kronis. Efusi dapat disebabkan oleh
trauma akut dan penyakit sistemik kronis, dapat berupa suatu proses inflamasi
atau non-inflamasi. Umumnya disebabkan karena osteoarthritis, trauma, dan gout.
Efusi dapat terdiri dari cairan sinovial atau hemarthrosis.9
Efusi lutut sering terjadi pada pasien dengan OA lutut. Sembilan dari 10
pasien dengan OA lutut memiliki bukti pencitraan adanya efusi, dan 55%

19
diantaranya mengalami efusi sedang hingga berat.10

Gambar 3. Analisis cairan sendi2

20
BAB II
ILUSTRASI KASUS

Telah dirawat pasien laki-laki usia 71 tahun di Bangsal Penyakit Dalam


RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 27 Desember 2022 jam 23.30 WIB
dengan:
Keluhan utama : (Auto Anamnesis)
Nyeri pada kedua lutut yang semakin meningkat sejak 1 hari yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
 Nyeri pada kedua lutut yang meningkat sejak 1 hari yang lalu. Nyeri hilang
timbul sudah dirasakan sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri terutama pada lutut kiri
dan sulit untuk digerakkan. Nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk. Nyeri
bertambah jika beraktifitas dan sedikit berkurang jika beristirahat.
 Bengkak pada lutut kiri yang semakin membesar sejak 1 minggu yang lalu.
Bengkak pada lutut kiri sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Bengkak
teraba hangat sejak 1 minggu yang lalu. Riwayat bengkak pada sendi lutut
sebelumnya tidak ada.
 Pergerakan sendi lutut terbatas sejak 1 tahun yang lalu, pasien berjalan
menggunakan tongkat, pergerakan sendi lutut disertai bunyi gemeretak.
 Kaku pada sendi lutut hilang timbul sejak 1 tahun yang lalu. Kaku dirasakan
menjelang bangun tidur pagi hari, kaku dirasakan selama kurang lebih 10
menit.
 Nyeri pada sendi bahu, pergelangan tangan, pinggul, pergelangan kaki, ruas
jari tangan dan jari kaki serta sendi lainnya tidak ada.
 Riwayat nyeri dada kiri hilang timbul 2 minggu yang lalu. Nyeri dada rasa
tertekan. Nyeri dirasakan tidak menjalar. Saat ini nyeri dada tidak ada.
 Sesak nafas tidak ada, sesak nafas dipengaruhi aktifitas tidak ada, sesak nafas
saat berbaring telentang tidak ada, Riwayat terbangun malam hari karena
sesak nafas tidak ada.
 Riwayat tekanan darah tinggi ada sejak 1 tahun yang lalu.
 Bengkak pada sendi lain tidak ada.

21
 Demam tidak ada
 Batuk dan pilek tidak ada
 Mual dan muntah tidak ada.
 Buang air kecil warna kuning jernih, tidak keruh, tidak berdarah, tidak
berpasir, nyeri saat buang air kecil tidak ada.
 Buang air besar normal frekuensi satu kali sehari, konsistensi padat, warna
kecoklatan, buang air besar berdarah tidak ada.

Riwayat Penyakit Dahulu :


 Riwayat diabetes melitus tidak ada.
 Riwayat trauma pada sendi lutut tidak ada.

Riwayat Pengobatan :
 Riwayat minum obat penghilang nyeri untuk nyeri lututnya, pasien dan
keluarga tidak tahu nama obatnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


 Riwayat anggota keluarga dengan diabetes melitus tidak ada.
 Riwayat anggota keluarga dengan penyakit keganasan tidak ada.

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi dan Status Perkawinan :


 Pasien seorang pensiunan, tinggal bersama istrinya.
 Pasien bertempat tinggal di lingkungan padat penduduk, rumah permanen,
ventilasi dan pencahayaan cukup.
 Pasien tergolong keluarga dengan sosial ekonomi menengah ke atas.
 Riwayat merokok dan minum minuman beralkohol tidak ada.

Pemeriksaan Umum
Keadaaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Kompos mentis kooperatif
Tekanan darah : 140/90 mmHg

22
Nadi : 88 x/menit, irama reguler, pengisian cukup
Nafas : 20 x/menit, teratur
Suhu : 36,7o C
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 67 kg
BMI : 26,17 kg/m2 (obesitas)
VAS :4
Anemis : tidak ada
Ikterus : tidak ada
Edema : tidak ada
Sianosis : tidak ada
Pemeriksaan Fisik :
Kulit : turgor baik, teraba hangat, petekie (-), purpura (-)
Kelenjar getah bening: Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening leher,
aksila, dan inguinal
Kepala : Normocephal
Rambut : Tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), reflek cahaya
(+/+), diameter pupil 3 mm/ 3 mm
Telinga : Deformitas (-), tanda-tanda radang (-)
Hidung : Deviasi septum (-), tanda-tanda radang (-)
Tenggorokan : Tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis
Gigi dan Mulut : Oral thrush (-), Caries (-), erosi dan ekskoriasi bibir dan
mulut (-), stomatitis angularis (-),
Leher : Kaku kuduk (-), kelenjar tiroid tidak membesar, JVP 5-2
cmH2O,
Thoraks :
Paru :
Paru depan
Inspeksi : Statis : normochest
Dinamis : pergerakan dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus normal kanan sama dengan kiri

23
Perkusi : Sonor, batas pekak hepar setinggi RIC VI kanan
Auskultasi : Vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada

Paru belakang
Inspeksi : Statis : normochest
Dinamis: Gerak dinding dada simetris kanan dan kiri
Palpasi : Fremitus normal kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor, peranjakan paru 2 jari
Auskultasi : Vesikuler, rhonki tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis teraba 1 jari lateral LMCS RIC VI, luas 1 jari
Perkusi : Batas jantung atas RIC II
Batas kanan linea sternalis dekstra
Batas kiri 1 jari lateral RIC VI, pinggang jantung (+)
Auskultasi : Bunyi jantung murni, irama regular, M1> M2, P2< A2
bising tidak ada, gallop tidak ada.
Abdomen:
Inspeksi : Tidak tampak membuncit
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan tidak ada,
nyeri lepas tidak ada
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Punggung : Nyeri ketok CVA (-/-)
Alat kelamin : Tidak ada kelainan
Anus : Tidak ada kelainan
Anggota gerak : Edema (-/-), reflek fisiologis (+/+), reflek patologis(-/-)

24
Pemeriksaan Sendi
Sendi Inspeksi Palpasi ROM
Shoulder Bengkak (-), nyeri tekan (-) Bebas
joint bilateral kemerahan (-),
kaku (-),
deformitas (-)
Elbow Bengkak (-) nyeri tekan (-) Bebas
joint bilateral kemerahan (-),
kaku (-),
deformitas (-)
Wrist joint Bengkak (-), nyeri tekan (-) Bebas
bilateral kemerahan (-),
kaku (-),
deformitas (-)
MCP bilateral Bengkak (-), nyeri tekan (-) Bebas
kemerahan (-),
kaku (-),
deformitas (-),
ulnar deviation (-)
PIP bilateral Bengkak (-), nyeri tekan (-) Bebas
kemerahan (-),
kaku (-),
deformitas (-),
swan neck (-)
MTP II-V Bengkak (-), nyeri tekan (-) Bebas
kemerahan (-),
kaku (-),
deformitas (-)
IP I Bengkak (-), nyeri tekan (-) Bebas
kemerahan (-),
kaku (-),
deformitas (-),
boutuniere
deformity (-)
Genu Dextra Bengkak (-), Nyeri tekan (+) Terbatas
kemerahan (-),
kaku (+),
deformitas (+)
Genu Sinistra Bengkak (+), Nyeri tekan (+) Terbatas
kemerahan (-), Fluktuasi (+)
kaku (+), Patella tap test (+)
deformitas (-)
Ankle joint Bengkak (-), nyeri tekan (-) Bebas
bilateral kemerahan (-),
kaku (-),
deformitas (-)

25
Status Geriatri
Sebelum Sakit Saat Sakit
Index ADL Bartel 19 (ketergantungan ringan) 9 (Ketergantungan sedang)
MMSE 29 29
Skala Penapisan Depresi Tidak depresi (1) Tidak depresi (1)
Mini Nutritional Normal Normal
Assessment (MNA)
Hendrich II Fall Risk 4 5

Pemeriksaan Laboratorium:
Darah rutin
Hemoglobin 10,2 g/dl Basofil 0
Hematokrit 32% Eosinofil 2
Leukosit 8.260/mm3 Netrofil Batang 0
Trombosit 367.000/mm3 Netrofil segmen 69
LED 99 mm/jam Limfosit 21
Monosit 8
Gambaran darah tepi
Eritrosit Anisositosis normokrom
Leukosit Jumlah cukup
Trombosit Jumlah cukup
Kesan : hasil dalam batas normal

Urinalisa
Makroskopis Mikroskopis Kimia
Warna Kuning tua Leukosit 0-1 /LPB Protein Negatif
Kekeruhan Positif Eritrosit 0-1 /LPB Glukosa Negatif
BJ 1.028 Silinder Negatif Bilirubin Negatif
Ph 5,0 Kristal Negatif Urobilin Positif
Epitel Negatif
Leptospira Negatif
Yeast Negatif
Bakteri Negatif
Kesan : Hasil dalam batas normal

Feses Rutin:
Makroskopik Mikroskopik
Warna : Kuning Leukosit : 0-1/LPB
Konsistensi : Lunak Eritrosit : 0 / LPB

26
Darah : Negatif Amuba : Negatif
Lendir : Negatif Telur cacing : Negatif
Kesimpulan: Hasil dalam batas normal
EKG :
Irama Sinus
Frekuensi 88x/menit
Axis Normal
Gelombang P Normal
PR Interval 0,16 detik
QRS Kompleks 0,14 detik
ST Segmen isoelektrik
Gelombang T Inverted di III, AVF
SV1 + RV5 < 35 mm
R/S V1 > 1mm
Kesan : RBBB komplit, RVH

Kriteria klasifikasi osteoarthritis lutut menurut ACR 1990 :


Berdasarkan kriteria klinis
Nyeri sendi lutut dan minimal 3 dari 6 kriteria:
 Krepitus saat gerakan aktif
 Kaku sendi <30 menit
 Usia >50 tahun
 Pembesaran tulang sendi lutut
 Nyeri tekan tepi tulang sendi lutut
 Tidak teraba hangat pada sendi lutut

Daftar Masalah :
 Atralgia
 Efusi genu sinistra
 Obesitas
 Hipertensi

Diagnosis Kerja :
Primer : efusi genu sinistra
Sekunder :
 Osteoartritis genu bilateral
 Hypertension heart disease

27
 Hipertensi stage 1
 Instabilitas dengan risiko jatuh
 Ketergantungan sedang
Diagnosis Banding :
 Patellar tendinitis
 Prepatellar bursitis

Terapi :
 Istirahat/ Diet Jantung 1600 kkal (karbohidrat 960 kkal, protein 240 kkal,
lemak 400 kkal)
 IVFD NaCl 0,9% 24 jam/kolf
 Paracetamol 3x750 mg po

Pemeriksaan Anjuran :
 Faal Hemostasis (PT, APTT)
 Faal Ginjal (Ureum, Creatinin)
 Glukosa darah sewaktu
 Cek elektrolit
 Profil Lipid
 Rontgen Genu Bilateral AP dan Lateral
 Rontgen Thorax
 Echocardiography

FOLLOW UP
Tanggal 28 Desember 2022 Pukul 07.00
S/ nyeri kedua lutut (+), bengkak sendi lutut kiri.

O/ KU Kes TD Nadi Nafas T


Sedang CMC 130/80 84 20x/ 36,9 oC
mmHg x/menit menit

28
Keluar Hasil Laboratorium
PT 13,3 detik Na/K/Cl 135/4,4/104
APTT 33,0 detik Kolesterol total 109
Ureum 15 mg/dl HDL/LDL/TG 29/64/80
Kreatinin 0,6 mg/dl GDS 134 mg/dl
Kesan: hasil dalam batas normal

Keluar Hasil Radiologi


Cor tidak membesar
Sinus dan diafragma normal
Hilus normal
Corakan bronkovaskular
Tidak tampak perbercakan ataupun nodul di kedua lapangan paru
Skeletal dan soft tissue normal
Kesan: Tidak tampak kelainan pada radiografi torak

Konsul Konsultan Rematologi


Kesan :
 Efusi genu sinistra
 Osteoartritis genu bilateral
Advis:
 Paracetamol 3x750 mg po
 Aspirasi cairan sendi lutut sinistra
 Rontgen genu bilateral AP/lateral

Konsul Konsultan Kardiovaskuler


Kesan:
 Hypertension heart disease
Advis:

29
 Ramipril 1x2,5 mg po
 Bisoprolol 1x2,5 mg po
 Echocardiography

Konsul Konsultan Ginjal Hipertensi


Kesan : Hipertensi stage 1
Advis : Ramipril 1x2,5 mg

Konsul Konsultan Geriatri


Kesan :
 Efusi genu sinistra
 Osteoarthritis genu bilateral
 Hypertension heart disease
 Hipertensi stage 1
 Instabilitas dengan risiko jatuh
 Ketergantungan sedang
Advis :
 Istirahat/ Diet Jantung III rendah garam
 IVFD NaCl 0,9% 24 jam/kolf
 Paracetamol 3x750 mg po
 Ramipril 1x2,5 mg po
 Bisoprolol 1x2,5 mg po
 Echocardiography
 Aspirasi cairan efusi genu sinistra
 Injeksi triamcinolone 25 mg intraartikular genu sinistra

A/
 Efusi genu sinistra
 Osteoarthritis genu bilateral
 Hypertension heart disease

30
 Hipertensi stage 1
 Instabilitas dengan risiko jatuh
 Ketergantungan sedang

P/
 Istirahat/ Diet jantung III rendah garam
 IVFD NaCl 0,9% 24 jam/kolf
 Paracetamol 3x750 mg po
 Ramipril 1x2,5 mg po
 Bisoprolol 1x2,5 mg po
 Aspirasi cairan efusi genu sinistra
 Injeksi triamcinolone 25 mg intraartikular genu sinistra
 Echocardiography

Tindakan Pukul 13.00


Telah dilakukan aspirasi cairan pada sendi lutut kiri, keluar cairan berwarna
kuning keruh sebanyak 100 cc, dilakukan analisa dan kultur cairan sendi.
Selanjutnya dilakukan injeksi triamcinolone 25 mg intraartikular.

FOLLOW UP
Tanggal 29 Desember 2023 Pukul 07.00
S/ nyeri kedua lutut (+), bengkak sendi lutut kiri berkurang

O/ KU Kes TD Nadi Nafas T


Sedang CMC 140/80 88 20x/ 36,6 oC
mmHg x/menit menit

Hasil Analisis Cairan Sendi


Jenis sampel Cairan sendi
Warna Kuning
Volume 40 ml

31
Kekeruhan Positif
Jumlah sel Sel MN 1300/mm33
Sel PMN 30,0%
Sel MN 1300/mm3
Kesan : analisis sesuai cairan sendi

Kultur cairan sendi: no growth

Hasil Rontgen Genu AP Lateral


Kedudukan tulang-tulang pembentuk sendi genu baik, tidak tampak subluksasi, dislokasi.
Tidak tampak tanda-tanda fraktur, destruksi, lesi litik/blastik.
Tampak pembentukan spur
Celah sendi dan permukaan sendi femorotibial menyempit asimetris
Jaringan lunak sekitar sendi genu terlihat baik
Kesan: OA genu bilateral grade 3

Hasil Echocardiography
Fungsi sistolik global LV baik, EF 65%
Global normokinetik
LVH konsentrik hypertrophy dengan fungsi diastolik LV baik
TR mild, low probability PH
Katup lain baik
Kontraktilitas RV baik
Efusi perikard (-)

Konsul Konsultan Rematologi


Kesan :
 Efusi genu sinistra
 Osteoartritis genu bilateral
Advis:
 Paracetamol 3x750 mg po
 Rawat jalan

Konsul Konsultan Kardiovaskuler


Kesan:
 Hypertension heart disease
Advis:

32
 Ramipril 1x2,5 mg po
 Bisoprolol 1x2,5 mg po
 Rawat jalan

Konsul Konsultan Ginjal Hipertensi


Kesan : Hipertensi stage 1
Advis : rawat jalan

Konsul Konsultan Geriatri


Kesan :
 Efusi genu sinistra
 Osteoarthritis genu bilateral
 Hypertension heart disease
 Hipertensi stage 1
 Instabilitas dengan risiko jatuh
 Ketergantungan sedang
Advis :
 Istirahat/ Diet Jantung III rendah garam
 IVFD NaCl 0,9% 24 jam/kolf
 Paracetamol 3x750 mg po
 Ramipril 1x2,5 mg po
 Bisoprolol 1x2,5 mg po

A/
 Efusi genu sinistra
 Osteoarthritis genu bilateral
 Hypertension heart disease
 Hipertensi stage 1
 Instabilitas dengan risiko jatuh

33
 Ketergantungan sedang
P/
 Paracetamol 3x750 mg po
 Ramipril 1x2,5 mg po
 Bisoprolol 1x2,5 mg po
 Rawat jalan
BAB III
DISKUSI

Telah dirawat seorang pasien laki-laki, usia 72 tahun di bangsal Penyakit


Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 27 Desember 2022 pukul 23.30
dengan diagnosis:
 Efusi genu sinistra
 Osteoartritis genu bilateral
 Hypertension heart disease
 Hipertensi stage 1
 Instabilitas dengan risiko jatuh
 Ketergantungan sedang
Pasien didiagnosis dengan osteoartritis genu bilateral derajat 3 dengan
efusi genu sinistra berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang. Pada anamnesis pasien didapatkan keluhan nyeri pada kedua lutut
yang semakin meningkat sejak 1 hari yang lalu. Nyeri terutama pada lutut kiri dan
sulit untuk digerakkan. Nyeri kedua lutut bertambah jika pasien beraktifitas dan
berkurang jika beristirahat. Bengkak pada lutut kiri yang semakin membesar sejak
1 minggu yang lalu. Bengkak sudah dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Terdapat
keterbatasan gerak sendi lutut sejak 1 tahun yang lalu. Kedua lutut terasa kaku
saat bangun tidur, kaku dirasakan sekitar 10 menit. Pasien tidak mengalami
demam, nyeri dan bengkak pada sendi lain tidak ada.
Pada pemeriksaan fisik sendi, lutut kanan terlihat bengkak, kaku, dan pada
palpasi ditemukan nyeri tekan dan krepitasi. Pada lutut kiri terlihat bengkak, kaku,
dan terdapat fluktuasi dengan patella tap test yang positif. Adanya patella tap
pada pemeriksaan fisik sendi lutut kiri khas ditemukan pada pasien dengan efusi

34
sendi. Hasil radiologis pada kedua lutut pasien ini sesuai dengan gambaran
osteoartritis yaitu tampak pembentukan spur dengan celah sendi dan permukaan
sendi femorotibial menyempit asimetris
Dalam Hamijoyo (2020) menyebutkan penegakan OA menggunakan
kriteria American College of Rheumatology 1990 berdasarkan tiga kriteria yaitu
kriteria klinis, kriteria klinis dan radiologis, atau kriteria klinis dan laboratoris.
Berdasarkan kriteria klinis diagnosis OA ditegakkan apabila didapatkan nyeri
lutut disertai minimal 3 dari 6 kriteria yaitu pasien usia >50 tahun dengan adanya
krepitus saat gerakan aktif, kaku sendi <30 menit, dan adanya nyeri tekan pada
tepi tulang sendi lutut. Sedangkan berdasarkan kriteria klinis dan radiologis
ditegakkan apabila didapatkan nyeri lutut dan adanya osteofit disertai minimal 1
dari 3 kriteria yaitu adanya kaku sendi <30 menit dan krepitus pada gerakan sendi
aktif, hal ini sesuai dengan klinis pasien dalam kasus ini.8
Mane (2000) yang menyebutkan bahwa pasien OA datang pada usia
pertengahan dan prevalensi yang lebih tinggi setelah umur 60 tahun, dengan
gejala utama nyeri pada sendi yang terlibat dan biasanya nyeri memburuk dengan
penggunaan sendi dan berkurang dengan istirahat. Nyeri saat istirahat atau nyeri
pada malam hari merupakan ciri khas dari OA yang berat dengan kekakuaan yang
berlangsung kurang dari 30 menit. Sebaliknya pada rheumatoid artritis, kekakuan
sendi yang muncul pada pagi hari berlangsung lebih lama dari 45 menit.11
Osteoartritis primer yang terjadi seiring meningkatnya usia, terjadi karena
kelemahan otot yang berfungsi memperkuat sendi dan penurunan kemampuan
sintesis matriks kartilago oleh kondrosit sehingga kartilago artikular menjadi
semakin tipis. Kondrosit yang tua akan mensekresikan matriks metaloproteinase
yang mengakibatkan terjadinya degradasi matriks kartilago. Matriks
metaloproteinase sangat penting karena kemampuannya yang dapat mendestruksi
kolagen tipe 2, suatu protein pada kartilago yang berfungsi sebagai sumber
kekuatan jaringan. Terjadi juga penurunan sekresi faktor pertumbuhan yang
menurunkan sintesis matriks dan perbaikan matriks kartilago. Hal ini
menyebabkan ketidakseimbangan antara proses katabolisme dan anabolisme pada
kartilago sendi sehingga terjadi degradasi kartilago artikular yang menyebabkan
osteoartritis.11 Peningkatan usia juga dihubungkan dengan disfungsi mitokondria

35
yang mengakibatkan peningkatan reactive oxidative strees (ROS). Peningkatan
ROS ini mengakibatkan kerusakan oksidatif pada penyakit yang berhubungan
dengan penuaan, termasuk kerusakan kartilago. Peningkatan ROS dapat
mengganggu sinyal anabolik yang dapat menurunkan respon kondrosit terhadap
Insulin Growth Factor-1 (IGF-1) dan Osteogenic Protein-1 (OP-1) sehingga
terjadi penurunan pembentukan ekspresi matriks gen dan sintesis protein matriks
pada sendi.12,13
Tatalaksana pada pasien ini harus dilakukan secara komprehensif.
Tatalaksana osteoartritis lutut terdiri dari tatalaksana non farmakologi dan
farmakologi. Menurut ACR 2012, rekomendasi utama dalam tatalaksana non-
farmakologi antara lain melakukan olahraga yaitu olahraga yang aman seperti
aerobik dan renang. Pasien dengan berat badan berlebih direkomendasikan untuk
memulai program penurunan berat badan. Selain itu dapat dipertimbangkan
rekomendasi tambahan berupa penggunaan alat bantu berjalan jika dibutuhkan.14
Berat badan berlebih merupakan faktor risiko terkuat yang dapat
dimodifikasi. Selama berjalan, setengah berat badan bertumpu pada sendi lutut.
Peningkatan berat badan akan melipat gandakan beban sendi lutut saat berjalan.
Studi Chingford menunjukkan bahwa untuk setiap peningkatan Indeks Massa
Tubuh (IMT) sebesar 2 unit (kira-kira 5 kg berat badan), rasio odds untuk
menderita OA lutut secara radiografik meningkat sebesar 1,36 poin. Penelitian
tersebut menyimpulkan bahwa semakin berat tubuh akan meningkatkan risiko
menderita OA lutut. Kehilangan 5 kg berat badan akan mengurangi risiko OA
lutut secara simtomatik pada wanita sebesar 50%.
Sedangkan tatalaksana farmakologi pada osteoartritis antara lain
penggunaan asetaminofen, NSAID oral, NSAID topikal, tramadol dan injeksi
intraartikular. Penggunaan asetaminofen dapat menggunakan dosis hingga 4000
mg/hari. Namun jika tidak memberikan respon yang baik, pengobatan dapat
diganti dengan NSAID oral atau topikal atau injeksi kortikosteroid intraartikular
ataupun steroid dosis tinggi. Pada OA stadium 4 yang telah dilakukan terapi
farmakologis dan non farmakologis namun masih merasakan sakit dan
mengganggu aktifitas sehari-hari, tindakan pembedahan dapat
dipertimbangkan.3,14 Pada kasus ini diberikan terapi paracetamol 3x750 mg,

36
paracetamol merupakan terapi pilihan pada osteoartritis terutama pada pasien
dengan usia tua karena paracetamol merupakan pilihan terapi yang aman dan
efektif dalam penanganan nyeri.
Tatalaksana efusi genu pada pasien yaitu artrosintesis atau aspirasi cairan
sendi yang diikuti dengan injeksi steroid intraartikular. Indikasi aspirasi cairan
sendi sebagai salah satu terapi jika sendi bengkak yang semakin membesar dan
nyeri yang meningkat. Selain itu, aspirasi cairan sendi dapat berfungsi sebagai
diagnostik untuk analisis cairan sendi khususnya membedakan artritis septik atau
mencari kristal asam urat di cairan sendi. Teknik melakukan aspirasi cairan sendi
lutut dapat dilakukan dengan pendekatan lateral atau medial.15 Pada pasien ini
telah dilakukan aspirasi cairan sendi lutut kiri diikuti injeksi steroid intraartikular
dengan triamcinolone 25 mg.
Aspirasi cairan sendi lutut kiri didapatkan cairan berwarna kuning keruh
dengan volume sebanyak 100 cc, kemudian dilakukan analisis cairan sendi dan
ditemukan jumlah sel 1300/mm3 dengan adanya sel PMN sebanyak 70% dan sel
MN sebanyak 30% dengan kesan hasil sesuai dengan cairan sendi yang pada
kasus ini disebabkan oleh osteoartritis. Hal ini juga sesuai dengan hasil
pemeriksaan kultur pada cairan sendi yang tidak menemukan adanya
perkembangan bakteri pada cairan tersebut. Pada kasus artritis septik akan
ditemukan sel PMN >75% pada analisis cairan sendinya.2
Pasien juga didiagnosis dengan hypertensive heart disease. Pasien dengan
riwayat hipertensi dapat menyebabkan terjadinya perubahan dalam struktur
miokard, pembuluh darah koroner, dan sistem konduksi jantung, yang dikenal
dengan penyakit jantung hipertensi atau hypertensive heart disease (HHD). Selain
itu, pasien memiliki riwayat nyeri dada dengan faktor risiko obesitas belum dapat
disingkirkan bahwa pasien menderita coronary artery disease atau tidak.
Beberapa modalitas dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis ini seperti CT
angiografi, dobutamine stress test atau treadmill, tetapi dalam hal ini belum dapat
dilaksanakan. Namun dapat dilakukan tes sederhana yaitu pre-test probability
untuk dapat memulai suatu terapi.

37
DAFTAR PUSTAKA

1. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Osteoartritis.


Dalam Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, K MS, Setiyonadi B, Syam AF (ed).
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI Jilid III. Jakarta: Internal
Publishing. 2017: 421: 3197 – 3209
2. Felson DT, Neogi T. Osteoarthritis. Loscalzo J, Kasper DL, Longo DL,
Fauci AS, Hauser SL, Jameson JL. Harrison’s Principles of internal
medicine 21st edition. Mc Graw Hill. 2022. 2854-2862
3. Indonesian Rheumatology Association. Diagnosis dan Penatalaksanaan
Osteoartritis. Rekomendasi Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2014
4. Vina ER, Kwoh CK. Epidemiology of Osteoartritis : Literatur Update.
Curr Opin Rheumatol. PMC. 2018. 30(2): 160-167
5. Pal CP, Pulkes S, Sanjay C, Kaushal KP, Ashok V. Epidemiology of Knee
Osteoartritis in India and Related Factors. Indian Journal of Orthopaedics.
2016. 50(5): 518-522
6. Patel, JJ. Osteoarthritis. Ali, Y ed. Rheumatology for Primary Care
Providers. A clinical casebook. Springer. 2022. 29-42
7. Iraj SA, 2016 ACR Revised Criteria for Early Diagnosis of Knee
Osteoartritis. Autoimmune Dis Ther Approaches. 2016: 3: 118
8. Hamijoyo L, Suarjana I N, Ginting AR, Kurniari PK, Rahman PA, Suzuki
K, et al. Buku Saku Reumatologi. Perhimpunan Reumatologi Indonesia.
2020. 20-26

38
9. Gerena LA, Mabrouk A, DeCastro A. Knee Effusion. 2022 diakses dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532279/?report=classic
10. Maricar N, Callaghan MJ, Parkes MJ, Felson DT, O’Neill TW. Clinical
assessment of effusion in knee osteoarthritis-A systemic review. Seminars
in Arthritis and Rheumatism. 2016: 556-563
11. Altman R, E Asch, D Bloch, G Bole, D Borenstein, K Brandt, et al. Development
Of Criteria For The Classification And Reporting Of Osteoartritis : Classification
Of Ostheoarthritis Of The Knee. Arthritis and Rheumatism. 1986. 1039-49
12. Loeser RF. The Role Of Aging In The Development Of Ostheoarthritis.
Trans Am Clin Climatol Assosc. 2017. 128 : 44-54
13. Li YS, Xiao W, Luo W. Cellular Aging Towards Osteoartritis. Mechanism
Of Ageing and Development. 2017. 1-19
14. Hochberg MC, Altman RD, April KT, Benkhalti M, Guyatt H, Gowan JM,
et al. American College of Rheumatology 2012 Recommendations for the
Use of Nonpharmacologic and Pharmacologic Therapies in osteoarthritis
of the Hand, hip and knee. Arthritis Care & research. 2012 ; 64 (4) ; 465 –
474
15. Thomsen TW, Shen S, Shaffer RW, Setnik GS. Arthrocentesis of the knee.
The new england journal of medicine. 2006 ; 354 ; e19

39

Anda mungkin juga menyukai