Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI DAN KONSEP FIQH MUAMALAH SERTA


CAKUPANNYA

DISUSUN OLEH :
AFIFUDDIN
AHMAD DAMAN HURI
MUDATSIR
FAUZAN AZIMI

GURU PEMBIMBING :
IRWAN IDRIS,M. Pd

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI BISNIS (FEB)
UNIVERSITAS ISLAM KEBANGSAAN INDONESIA
RAYON BABUSSALAM JEUNIEB
TAHUN AJARAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt karena atas limpahan

karunia, rahmat, dan hidayah-Nya yang berupa kesehatan, sehingga makalah

yang berjudul “ Teori Dan Konsep Fiqh Muamalah Serta Cakupannya ” dapat

terselesaikan. makalah ini disusun sebagai tugas kelompok matakuliah Akhlaq,

kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun kami

menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan baik dari segi

penulisan maupun segi penyusunan, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangunkan, kami terima dengan senang hati demi perbaikan makalah

selanjutnya. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi para

pembacanya, atas perhatian dan kesempatan yang diberikan untuk membuat

makalah ini kami ucapkan terimakasih.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................II

DAFTAR ISI..............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................1

B. Rumusan Masalah ..........................................................................1

C. Tujuan..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................2

A. Pengertian Fiqh Muamalah .............................................................2

B. Prinsip – prinsip Fiqh Muamalah.....................................................5

BAB III PENUTUPAN..............................................................................7

A. Kesimpulan......................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Fiqih muamalah akan senantiasa berusaha mewujudkan kemaslahatan,


merekduksi permusuhan dan perselisihan diantara manusia. Allah tidak akan
menurunkan syariat, kecuali dengan tujuan untuk merealisasikan kemaslahatan
hidup hambanya, tidak bermaksud memberi beban dan menyempitkan ruang
gerak kehidupan manusia. Salah satu bentuk dari muamalah tersebut adalah
sistem bagi hasil (kerjasama antara pemilik modal dengan pengelola yang
pembagian hasilnya menurut perjanjian yang telah disepakati).

Dalam suatu kerjasama pemodal dan pengelola harus memiliki rasa saling
percaya, pengelola tidak bisa berbuat sesuka hatinya kecuali sesuai izin pemodal
dan jika dia mengizinkan untuk menjual maka dia tidak berhak menyewakan
karena perbuatannya harus dengan izin dan dia tidak punya wewenang terhadap
yang tidak diizinkan.

Transaksi yang sering ditemui ditengah masyarakat adalah akad bagi hasil
yang mana salah satu pihaknya bertindak sebagai pemilik modal (sahibul maal)
dan yang lain menjadi pengelolanya (mudhârib), atau dalam Fikih muamalah
adalah mudhârabah. Mudhârabah merupakan kerjasama antara pemilik modal dan
pengelola dimanan kerugian ditanggung oleh pemilik modal dan persentase bagi
hasil ditentukan sesuai awal akad, seperti 50:50, 40:60.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Pengertian fiqh Muamalah
2. Dan Prinsip – Prinsip Fiqh Muamalah ?

1.3 TUJUAN DAN MANFAAT MAKALAH


2. Menjelaskan Pengertian Muamalah.
3. Menjelaskan Prinsip – Prinsip Fiqh Muamalah

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN FIQH MUAMALAH

Kata fiqh secara etimologi adalah yang memiliki makna


pengertian atau pemahaman.Menurut terminologi, fiqh pada mulanya berarti
pengetahuan keagamaan yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa
aqidah, akhlak, maupun ibadah sama dengan arti syari’ah islamiyah. Namun, pada
perkembangan selanjutnya, fiqh diartikan sebagai bagian dari syariah Islamiyah,
yaitu pengetahuan tentang hukum syari’ah Islamiyah yang berkaitan dengan
perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil-
dalil yang terinci.

Secara bahasa Muamalah berasal dari kata amala yu’amilu yang artinya
bertindak, saling berbuat, dan saling mengamalkan. Sedangkan menurut istilah
Muamalah adalah tukar menukar barang atau sesuatu yang memberi manfaat
dengan cara yang ditentukan. Muamalah juga dapat diartikan sebagai segala
aturan agama yang mengatur hubungan antara sesama manusia, dan antara
manusia dan alam sekitarnya tanpa memandang perbedaan. Aturan agama yang
mengatur hubungan antar sesama manusia, dapat kita temukan dalam hukum
islam tentang perkawinan, perwalian, warisan, wasiat, hibah perdagangan,
perburuan, perkoperasian dll. Aturan agama yang mengatur hubungan antara
manusia dan lingkungannya dapat kita temukan antara lain dalam hukum Islam
tentang makanan, minuman, mata pencaharian, dan cara memperoleh rizki dengan
cara yang dihalalkan atau yang diharamkan.

Firman Allah dalam surat An Nahl ayat 89:

َ ‫ك َش ِه ْيدًا ع َٰلى ٰهُٓؤاَل ۤ ۗ ِء َونَ َّز ْلنَا َعلَ ْيكَ ْال ِك ٰت‬
‫ب تِ ْبيَانًا لِّ ُك ِّل‬ َ ِ‫ث فِ ْي ُكلِّ اُ َّم ٍة َش ِه ْيدًا َعلَ ْي ِه ْم ِّم ْن اَ ْنفُ ِس ِه ْم َو ِجْئنَا ب‬
ُ ‫َويَوْ َم نَ ْب َع‬
‫ن‬ َ ࣖ ‫َش ْي ٍء َّوهُدًى َّو َرحْ َمة َّوبُ ْش ٰرى لِ ْل ُم ْسلِ ِم ْي‬

2
Yang artinya: “(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada
tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan
kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan
kepadamu Al Kitab (Al Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk
serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”(QS.An-
Nahl: 89)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan pengertian dari Fiqh


Muamalah ialah peengetahuan ketentuan-ketentuan hukum tentang usaha- usaha
memperoleh dan mengembangkan harta, jual beli, hutang piutang dan jasa
penitiapan diantara anggota-anggota masyarakat sesuai keperluan mereka, yang
dapat dipahami dan dalil-dalil syara’ yang terinci.

Dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa secara garis besar definisi atau
pengertian fiqh muamalah yaitu, hukum-hukum yang berkaitan dengan tata cara
berhubungan antar sesama manusia, baik hubungan tersebut bersifat kebendaan
maupun dalam bentuk perjanjian perikatan. Fiqh mu’malah adalah salah satu
pembagian lapangan pembahasan fiqh selain yang berkaitan dengan ibadah,
artinya lapangan pembahasan hukum fiqh mu’amalah adalah hubungan
interpersonal antar sesama manusia, bukan hubungan vertical manusia dengan
Tuhannya (ibadah mahdloh)

Fiqh mu’amalah dapat juga dikatakan sebagai hukum perdata Islam, hanya
saja bila dibandingkan dengan Kitab Undang-undang Hukum Perdata (BW.
Burgerlijk wetboek) yang juga berkaitan dengan hukum personal, fiqh muamalah
atau dapat dikatakan sebagai hukum perdata Islam hanya mencukupkan
pembahasannya pada hukum perikatan (verbinten issenrecht), tidak membahas
hukum perorangan (personenrecht) dan hukum kebendaan (zakenrecht) secara
khusus.

Ruang Lingkup Fiqh Muamalah 1 Dalam ruang lingkupnya Fiqh Muamalah


dibagi menjadi 2 yaitu Al- Muamalah Al-Adabiyah dan Al-Muamalah Al-
Madiniyah.

3
1. Al-Muamalah Al-Adabiyah

Yaitu muamalah yang ditinjau dari segi cara tukar menukar benda yang
bersumber dari panca indera manusia, yang unsur penegaknya adalah hak-hak dan
kewajiban-kewajiban. Ruang lingkup fiqh muamalah yang bersifat Adabiyah
mencangkup beberapa hal berikut ini:

a) Ijab Qabul
b) Saling meridhai
c) Tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak
d) Hak dan kewajiban
e) Kejujuran pedagang
f) Penipuan
g) Pemalsuan
h) Penimbunan

Segala sesuatu yang bersumber dari indera manusia yang ada kaitannya
dengan peredaran harta dalam hidup bermasyarakat.

2. Al-Muamalah Al-Madiyah

Yaitu muamalah yang mengkaji objeknya sehingga sebagian para ulama


berpendapat bahwa muamalahal-madiyah adalah muamalah yang bersifat
kebendaan karena objek fiqh muamalah adalah benda yang halal, haram, dan
syubhat untuk diperjual belikan. benda-benda yang memadharatkan, benda-benda
yang mendatangkan kemaslahatan bagi manusia, dan beberapa segi lainnya.
Beberapa hal yang termasuk ke dalam ruang lingkup muamalah yang bersifat
Madiyah adalah sebagai berikut:

a. Jual beli (al-Bai’ al-Tijarah) merupakan tindakan atau transaksi yang telah
disyari’atkan dalam arti telah ada hukumnya yang jelas dalam islam.

4
b. Gadai (al-Rahn) yaitu menjadikan suatu benda yang mempunyai nilai
harta dalam pandangan syara’ untuk kepercayaan suatu utang, sehingga
memungkinkan mengambil seluruh atau sebagaian utang dari benda itu.
c. Jaminan dan tanggungan (Kafalan dan Dhaman) diartikan menanggung
atau penanggungan terhadap sesuatu, yaitu akad yang mengandung
perjanjian dari seseorang di mana padanya ada hak yang wajib dipenuhi
terhadap orang lain, dan berserikat bersama orang lain itu dalam hal
tanggung jawab terhadap hak tersebut dalam menghadapi penagih (utang).
Sedangkan dhaman berarti menanggung hutang orang yang berhutang.
d. Pemindahan hutang (Hiwalah) berarti pengalihan, pemindahan.
Pemindahan hak atau kewajiban yang dilakukan seseorang (pihak
pertama) kepada pihak kedua untuk menuntut pembayaran hutang dari
atau membayar hutang kepada pihak ketiga. Karena pihak ketiga
berhutang kepada pihak pertama. Baik pemindahan (pengalihan) itu
dimaksudkan sebagai ganti pembayaran maupun tidak.
e. Jatuh bangkrut (Taflis) adalah seseorang yang mempunyai hutang, seluruh
kekayaannya habis.
f. Perseroan atau perkongsian (al-Syirkah) dibangun atas prinsip perwakilan
dan kepercayaan, karena masing-masing pihak yang telah menanamkan
modalnya dalam bentuk saham kepada perseroan, berarti telah
memberikan kepercayaan kepada perseroan untuk mengelola saham
tersebut.
g. Masalah-masalah seperti bunga bank, asuransi, kredit, dan masalah-
masalah baru lainnya.

2.2 PRINSIP-PRINSIP FIQH MUAMALAH

Dalam mengatur hubungan antar manusia dengan manusia lain yang


sasarannya adalah harta benda fiqh muamalah mempunyai prinsip-prinsip untuk
dijadikan acuan dan pedoman untuk mengatur kegiatan muamalah.

5
Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

a. Muamalah adalah Urusan Duniawi maksudnya adalah urusan muamalah


berbeda dengan ibadah di mana dalam ibadah semua perbuatan dilarang
kecuali yang diperintahkan sedangkan dalam muamalah semua boleh
dilakukan kecuali yang dilarang, oleh karena itu semua bentuk transaksi
dan akad muamalah boleh dilakukan oleh manusia asal tidak bertentangan
dengan ketentuan syara’.
b. Mumalah Harus Didasarkan kepada Persetujuan dan Kerelaan Kedua
Belah Pihak artinya dasar dari bermuamalah adalah kerelaan dari kedua
belah pihak bagaimana pun bentuk akad dan transaksi muamalah selama
kedua belah pihak rela dan sepakat serta tidak melanggar ketentuaan syara’
itu diperbolehkan.
c. Adat Kebiasaan Dijadikan Dasar Hukum maksudnya dalam bermuamalah
setiap daerah atau kelompok mempunyai kebiasaan yang dilakukan secara
turun temurun dan bertahun-tahun yang selanjutnya menjadi adat
kebiasaan dalam bermuamalah jika adat dan kebiasaan itu tidak
bertentangan dengan syara’ dan diakui oleh masyarakat maka hal itu sah
dijadikan sebagai dasar hukum.
d. Tidak Boleh Merugikan Orang Lain dan Diri Sendiri maksudnya tujuan
bermuamalah adalah mencari keuntungan yang tidak merugikan orang
lain, maka dari itu dalam bermuamalah haruslah sama-sama
menguntungkan kedua belah pihak yang Terlibat.

6
BAB III

PENUTUPAN

3.1 KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan yang telah dijabarkan, dapat diambil kesimpulan bahwa
muamalah adalah segala ketetapan-ketetapan Allah SWT yang mengatur hubungan
manusia dengan lainnya yang dibatasi oleh aturan-aturan pokok, dan seluruhnya tidak

diatur secara rinci sebagai ibadah.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman, Fiqh Muamalah, Jakarta: Kencana, 2010. Abdul aziz Muhammad
Azzam, Fiqh Muamalat, Jakarta: Amzah, 2010 cet ke-1. Amir Syarifuddin, Fiqh
Muamalah, Jakarta: Pranada Media, 2005. Antonio Muhammad Syafi’i, Bank
Syari’ah dari Teori Kepraktek, Jakarta: Gema Insani, 2007. Bambang Sunggono,
Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2003.
Departemen Agama RI, al-Quran dan Terjemahnnya, Semarang: CV Toha Putra,
1996, cet. ke- 1, Edisi revisi. Fauzan bin Shalih, Ringkasan Fikih lengkap,
Jakarta: Darul Falah, 2005, Jilid I-II Ghazaly Abdul Rahman, Fiqih Muamalat,
Jakarta, Kencana, 2012. Hajar. M, Diktat Mata Kuliah Metode Penelitian
Hukum, 2011. Hartono, Metodologi Penelitian, Pekanbaru, Zanafa Publishing,
2011. Ibnu Hajar, Bulughul Maram, Jakarta: Jabal, 2001. Imam Az-Zabidi,
Ringkasan Shahih Al-Bukhari, Jakarta: Pustaka Amani, 2002. Ismail Nawawi,
Fiqih Muamalah Klasik dan Kontemporer, Bogor: Ghalia Indonesia, 2012, Cet.
Ke-1. Lukman Hakim, Prinsip-Prinsip Ekonomi Islam, Surakarta: Erlangga,
2012. Mahmud Marzuki Peter, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2010.
Mayhuri, Ekonomi Mikro, Yokyakarta: UIN-Malang Press, 2007. Muhammad
Jamhari, A. Zainudin, Al-Islam 2, Bandung : CV. Pustaka Setia, 1999, Cet. Ke- 1.

Anda mungkin juga menyukai