Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

TENTANG SUMBER AJARAN ISLAM

DI SUSUN OLEH:

LHUTVIANI

RAUDHATUL JANNAH

DOSEN PENGAMPU : HUSNI RAHMAH, M.Ag

PROGRAM STUDI INFORMATIKA


FAKULTAS KOMPUTER DAN MULTIMEDIA
UNIVERSITAS KEBANGSAAN INDONESIA
TAHUN AJARAN 2023

1
KATA PENGANTAR

Dengan segala puja dan puji atas kehadirat Allah SWT Tuhan alam
semesta Yang Maha Esa saya panjatkan untuk terselasaikannya tugas makalah
mata kuliah metodologi studi Islam bahwa tentu oleh karena Ridho dan
RahmatNyalah maka makalah ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya
sehingga kewajiban sebagai mahasiswa terhadap mata kuliah yang di ikutinya
dapat tertunaikan.
Makalah ini adalah makalah untuk matakuliah metodologi studi Islam
dengan judul "Sumber Ajaran Agama Islam" yang membahas mengenai apa saja
tentang sumber ajaran agama Islam tersebut sehingga dapat memberikan
informasi atau pengetahuan bagi pembaca akan topik yang menjadi pembahasan
dalam makalah ini.
Saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini baik secara langsung
maupun tidak langsung mulai dari pihak keluarga, dosen, teman-teman, serta
kondisi lingkungan yang ada. Semoga tuhan membalas segala amal perbuatan
baik yang telah membantu dalam menyelesiakan makalah ini.
Saya mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan
baik yang disengaja atau yang tidak disengaja di dalam penulisan makalah ini.
Saya sebagai insan manusia yang mempunyai rasa kelalaian dan keterbatasan
yang berbeda dengan hasil apa yang dilakukan oleh malaikat maka dari itulah
saya memohon maklum yang sebesar-besarnya kepada pembaca dan beserta hal
tersebut saya meminta kritik dan saran untuk kesempurnaan penulisan makalah di
masa yang akan datang.
Horma
t Saya
Pen
ulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

2.1 Teori Atau Dalil Alquran Tentang Sumber Ajaran Agama Islam................5

2.2 Pengertian Sumber Ajaran Agama Islam.....................................................7

2.3 Penjelasan Sumber Ajaran Agama Islam.....................................................8

BAB III PENUTUP................................................................................................18

3.1 Kesimpulan................................................................................................18

3.2 Kritik Dan Saran........................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................20

3
4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam mata kuliah metodologi studi Islam akan diajarkan bagaimana
seseorang baik muslim maupun non muslim yang ingin berpengetahuan tentang
agama Islam dapat memperoleh suatu cara untuk mengetahui agama Islam dengan
baik dan benar dan terhindar dari kesalahan atau kesesatan dalam mengetahui
ajaran agama Islam tersebut. Dengan mempelajari metodologi studi Islam maka
nantinya seseorang akan memperoleh kemudahan dan menghemat waktu dan
tenaga yang ada sehingga akan dapat diperoleh pengetahuan tentang agama islam
secara comprehensive, integrative dan collective yang tidak sebagian-sebagian
dalam memahaminya yang nantinya dapat memicu keadaan kesalah pahaman
yang fatal sebagai idealnya.
Cara-cara tersebut dilakukan dengan pemahaman awal tentang ideology
agama Islam yang pada umumnya ada dalam pandangan umum masyarakat social
yang ada mulai dari universalime, exclusivisme, pluralism, inklusivime dan
idealism. Kemudian dilakukan pendekatan-pendekatan dalam berbagai bidang
yang ada mulai dari pendekatan textual hermeneutic, pendekatan historis,
pendekatan social dan budaya, pendekatan filosofis, pendekatan psikologis,
pendekatan teologis, pendekatan anthropologis, pendekatan feminis, dan
pendekatan fenomenologis. Pendekatan-pendekatan tersebut akhirnya menjadi
suatu pendekatan multi hingga inter disipliner untuk pada awalnya adalah hanya
dengan pendekatan textual historikal saja.
Cara-cara tersebut tidak luput dari suatu sumber bahan pemahaman dari
objek yang akan kita pelajari yaitu tentang agama islam. Secara kelangsungan
jujukan dari sumber pemahaman tentang agama Islam adalah seseorang yang
sebagai pembawa ajaran tersebut yaitu nabi Muhammad SAW. Yang kemudian
sesuatu yang memberikan wahyu tersebut yaitu malaikat jibril dan darimana

1
sumber wahyu tersebut adalah Tuhan Allah SWT ketiga komponen tersebut
adalah awal dari lahirnya sumber ajaran agama Islam.
Baru setelah kita ketahui tentang dimana dan siapa awal dari lahirnya
sumber ajaran agama Islam maka kita akan memperoleh sumber ajaran agama
Islam baru setelah itu kita dapat mempelajari tentang agama Islam dengan total.
Dengan sumber ajaran agama Islam tersebut nantinya seseorang akan terarah
dalam mempelajari agama Islam yang tidak akan menyimpang ke segala arah
sehingga akan menjadi tersistematis dalam pemahaman tersebut. Tanpa sumber
ajaran agama Islam kita tidak akan bisa mempelajari ajaran agama Islam dengan
baik dan benar.
Pada kenyataanya bila studi Islam hanya mengandalkan pemikiran
manusia saja tanpa didasari oleh bukti-bukti sumber dari ajaran agama Islam maka
akan menjadi sebuah keadaan anthroposentris meskipun manusia mungkin saja
memperoleh kebenaran tanpa sumber ajaran agama Islam dalam mempelajari
agama Islam dengan kemampuan intelektual manusia dalam menalarkan tentang
agama Islam sesuai yang dibudayakan oleh bangsa Arab.
Rasionalisme menjadi fondasi ilmu-ilmu pengetahuan modern yang
bercorak antroposentris sebagai antitesa terhadap filsafat abad tengah yang
bercorak teosentris. Dalam antroposentrisme, manusia menjadi pusat kebenaran,
etika, kebijaksanaan, dan pengetahuan, sehingga terjadi diferensiasi (pemisahan)
dengan wahyu Tuhan. Kebenaran ilmu tidak terletak di luarnya yaitu kitab suci,
tetapi terletak dalam ilmu itu sendiri yaitu korespondensi (kecocokan ilmu dengan
obyek) dan koherensi (keterpaduan) di dalam ilmu, antara bagian-bagian keilmuan
dengan seluruh bangunan ilmu. Ilmu sekuler dengan demikian menganggap
dirinya sebagai ilmu yang obyektif, value free, dan bebas dari kepentingan
lainnya. Alur pertumbuhan ilmu-ilmu pengetahuan modern adalah sebagai
berikut:
Filsafat ---- antroposentrisme ---- diferensiasi ----- ilmu sekuler
Ilmu pengetahuan rasional yang menjadi pilar utama peradaban modern, pada
perkembangan terakhirnya, tumbuh dari yang semula mengagungkan manusia
menjadi penguasa atas manusia. Ilmu menggantikan kedudukan wahyu Tuhan

2
sebagai petunjuk kehidupan, bahkan ilmu itu sendiri yang diramalkan akan
menggantikan agama.1

Keadaan di atas menggambarkan bahwa studi agama Islam yang menitik


beratkan pada rasionalime atau pemikiran manusia saja adalah kurang memenuhi
akan kebutuhan pemahaman yang lebih obyektif dan mendalam dari studi agama
Islam sehingga dibutuhkan lebih lanjut akan bukti-bukti otentik dari sumber
ajaran agama Islam untuk kita pelajari lebih mendalam. Hubungan subyek-obyek
mengenai siapa itu manusia yang menjadi subyek dari pengetahuan dan apa itu
realitas sumber ajaran agama Islam sebagai obyek dalam konstruksi studi agama
Islam haruslah secara jelas saling mempunyai keterikatan yang menjadikan hingga
menghasilkan bentuk pemahaman, pengertian dan pengetahuan yang diharapkan
yang kemudian tampak secara ilmiah adalah aktivitas manusia dalam mencari
hakikat apa-apa yang ada di dunia ini melalui ajaran agama Islam. Meskipun
nantinya akan timbul suatu resiko dari studi tersebut yaitu Umat Islam sering
terjebak pada apologi khususnya para ilmuwan di lingkuangan religious studies.
Mereka berangkat dari wilayah normative sehingga memiliki asumsi bahwa hanya
wahyu yang mutlak benar, dan sains modern bersifat nisbi.
Dari melihat idealitas dan realitas kenyataan dalam metodologi studi
agama Islam dapat diperoleh kesenjangan sebagai suatu permasalahan yang akan
mejadi focus dalam kajian pembahasan makalah ini yaitu bagaimana bentuk
sumber ajaran agama Islam dalam melakukan metodologi studi Islam sehingga
dapat dilakukan studi agama Islam secara sytematis metodologis yang akan
tercapainya tujuan dalam mempelajari agama Islam.

Sumber ajaran agama Islam adalah segala sesuatu yang melahirkan atau
menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat yang
apabila dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata (Sudarsono,

1
Kuntowijoyo, Islam Sebagai ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Etika (Bandung: Teraju Mizan,
2004), 51.

3
1992:1). Dengan demikian sumber ajaran Islam ialah segala sesuatu yang
dijadikan dasar, acuan, atau pedoman syariat Islam.2
Focus kajian dari makalah ini yaitu bagaimana sumber ajaran agama Islam
dalam metodologi studi Islam. Yang mempunyai tujuan untuk mengetahui secara
garis besar bagaimana sumber ajaran agama Islam dalam metodologi studi Islam
di mana mempunyai manfaat secara teori yaitu dapat memberikan manfaat bagi
akademik bagaimana pengetahuan sumber ajaran Islam dalam metodologi studi
Islam dari sudut pandangan penulis dalam makalah ini. Kemudian manfaat secara
khusus yaitu dapat menambah pengetahuan dan memberikan informasi bagi
penulis yang menempuh mata kuliah metodologi studi Islam

2
http://makalah4all.wap.sh/Data/Kumpulan+makalah+pertanian/__xtblog_entry/9601685-
makalah-sumber-ajaran-agama-islam?__xtblog_block_id=1

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teori atau dalil Alquran tentang sumber ajaran agama Islam

Allah telah menetapkan sumber ajaran agama Islam yang wajib diikuti
oleh setiap muslim. Ketetapan Allah itu terdapat dalam Surat An-Nisa (4) ayat 59:

‫ٍء‬ ‫ِم‬ ‫ِل‬


‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا َأِط يُعوا الَّلَه َو َأِط يُعوا الَّر ُس وَل َو ُأو ي األْم ِر ْنُك ْم َفِإ ْن َتَناَزْع ُتْم ِفي َش ْي َفُر ُّدوُه‬

٥٩ ‫ِإَلى الَّلِه َو الَّر ُس وِل ِإْن ُك ْنُتْم ُتْؤ ِم ُنوَن ِبالَّلِه َو اْلَيْو ِم اآلِخ ِر َذِلَك َخ ْيٌر َو َأْح َسُن َتْأِو يال‬

yang artinya:
” Hai orang-orang yang beriman, taatilah (kehendak) Allah, taatilah
(kehendak) Rasul-Nya, dan (kehendak) ulil amri di antara kamu ...”.
Menurut ayat tersebut setiap mukmin wajib mengikuti kehendak Allah,
kehendak Rasul dan kehendak ’penguasa’ atau ulil amri (kalangan penguasa)
mereka sendiri. Kehendak Allah kini terekam dalam Al-Quran, kehendak Rasul
terhimpun sekarang dalam Al Hadist, kehendak ’penguasa’ (ulil amri) termaktum
dalam kitab-kitab hasil karya orang yang memenuhi syarat karena mempunyai
”kekuasaan” berupa ilmu pengetahuan. Selanjutnya ketaatan kepada ulul Amri
atau pemimpin sifatnya kondisional, atau tidak mutlak karena betapa hebatnya
ulul amri itu ia tetap manusia yang memiliki kekurangan dan tidak dikultuskan.
Atas dasar inilah mentaati ulul amri bersifat kondisional. Jika produk dari ulul
amri tersebut sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasulnya maka wajib diikuti jika
sebaliknya maka wajib untuk ditinggalkan atau malah di lakukan peringatan.
Dalam haji wada’ yang dilakukan oleh nabi Muhammad SAW beliau
mengungkapkan bahwa “ Telah kuwariskan kepada kalian semua wahyu Allah
yang berupa lembaran-lembaran Alquran sebagai petunjuk bagimu yang
membedakan mana yang hak dan mana yang bathil dan juga bersama itu aku
tinggalkan sunna-sunnahku semasa aku menjadi rasulullah. Berpeganglah pada

5
keduaa hal tersebut maka kalian semua termasuk orang yang selamat di dunia dan
di akhirat”. Maka dapat dikatakan bahwa wahyu yang kemudian menjadi Alquran
dapat digunakan sebagai sumber ajaran Islam yang setelah itu adalah Sunnah
Rasulullah SAW.
Menteri agama dalam pidato sambutannya pada penutupan MTQ DAN
HADIST SAUDI ARABIA TANGGAL 23 JUNI 2006 DI ISTANA WAKIL
PRESIDEN menyatakan bahwa “Keberadaan Al Qur'an dan Hadist Nabi SAW
sebagai sumber ajaran agama Islam yang tetap terpelihara keutuhan dan
kemurniannya sejak 15 abad yang lalu sampai sekarang merupakan suatu
kebanggaan yang hanya terdapat di dunia Islam. Karena itu kewajiban umat Islam
berkaitan dengan Al Qur'an dan Hadist Nabi SAW tidak boleh berhenti sebatas
mempercayai kebenarannya dan tekun membacanya, tapi haruslah diikuti dengan
kesungguhan untuk mempelajari, memahami dan mengamalkannya dalam
kehidupan seharihari. Sumber kekuatan dan jati diri umat Islam terdapat dalam
kitab suci Al Qur'an dan Hadist atau Sunnah Nabi SAW. Al Qur'an dan Hadist
adalah sumber ajaran Islam yang tidak akan pernah kering digali sepanjang masa.
Nilai kebenarannya tidak akan pernah "lapuk karena hujan, lekang karena panas".
Al Qur'an sebagai wahyu Allah SWT tidak pantas dibandingkan dengan hasil
pemikiran dan karya manusia. Dalam hal ini Hadist atau Sunnah Nabi SAW yang
dijadikan dasar penjelasan dan penafsiran otentik atas maksud ayat-ayat Al
Qur'an. Bagi umat Islam, kemajuan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai modernitas
bukanlah ancaman terhadap keyakinan beragama, dan karena itu tidak perlu
ditakuti atau disikapi secara apriori. Benturan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai
modernitas terhadap keyakinan beragama terjadi ketika manusia tidak
memposisikan dan memfungsikan secara tepat dan benar antara wahyu dan akal,
antara dzikir dan pikir, dalam menghadapi dan mengatasi realitas kehidupan
sehari-hari. Keadaan yang lebih parah terjadi di masyarakat bila keadaan tersebut
menarik manusia kepada dua kutub ekstrimitas, yaitu terpaku dalam

6
keberagamaan yang jumud (beku, statis) atau hanyut dalam arus kemoderenan
yang liberal dan lepas dari bingkai keberagamaan.”.3
Dikalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran agama Islam
yang utama adalah Al Quran dan As Sunnah, sedangkan penalaran atau akal
pikiran sebagai alat untuk memahami Al Quran dan As Sunnah. Ketentuan ini
sesuai dengan agama islam itu sendiri sebagai wahyu yang berasal dari Allah
SWT yang penjabaranya dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW.4

2.2 Pengertian sumber ajaran agama Islam


Pengertian sumber ajaran agama islam adalah bila diurai menurut kata
pembentuknya adalah sebagai berikut : kata yang pertama adalah sumber yaitu
bila menurut kamus Bahasa Indonesia adalah perigi atau asal. 5 Kemudian kata
kedua adalah yaitu ajaran bila menurut kamus Bahasa Indonesia adalah segala
sesuatu yang diajarkan, petuah, nasihat.6 Seterusnya kata ketiga yaitu agama
adalah system kepercayaan terhadap Tuhan dengan ajaran kebaktian atau
kehambaan yang bertalian denga kepercayaan itu.7 Dan yang terakhir adalah Islam
adalah suatu agama yang diajarkan oleh nabi Muhammad SAW berpedoman pada
kitab suci Alquran yang diturunkan kedunia melalui wahyu Allah SWT. Maka
bila diartikan secara lengkap akan menjadi “perigi atau asal dari segala sesuatu
yang diajarkan yang berupa petuah, nasihat dalam wujud atau bentuk system
kepercayaan terhadap Tuhan dengan ajaran kebaktian atau kehambaan yang
bertalian dengan kepercayaan itu sebagai suatu agama yang diajarkan oleh nabi
Muhammad SAW yang berpedoman pada kitab suci Alquran yang diturunkan
kedunia melalui wahyu Allah SWT”.
Terdapat perbedaan antara sumber ajaran agama Islam dengan sumber
hukum ajaran Islam yaitu bahawa sumber ajaran Islam adalah asal di mana
kaidah-kaidah pengetahuan pelaksanaan tentang agama Islam diperoleh

3
SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ACARA PENUTUPAN MTQ DAN HADIST SAUDI ARABIA
TANGGAL 23 JUNI 2006 DI ISTANA WAKIL PRESIDEN
4
Abuddin Nata; Metodologi Studi Islam; PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2014; Hal 66-67.
5
Dani.k; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya;2002; Hal 540.
6
Ibid; Hal 22.
7
Ibid; Hal 19-20.

7
sedangkan sumber hukum agama Islam yaitu asala di mana peraturan -peraturan
yang mengatur kehidupan umat muslum diperoleh.

2.3 Penjelasan sumber ajaran agama Islam.


Dalam latar belakang sebelunya diutarakan mengenai tiga unsur atau
komponen dari sumber ajaran Islam di antaranya seseorang yang sebagai
pembawa ajaran tersebut yaitu nabi Muhammad SAW. Yang kemudian sesuatu
yang memberikan wahyu tersebut yaitu malaikat jibril dan dari mana sumber
wahyu tersebut adalah Tuhan Allah SWT ketiga komponen tersebut adalah awal
dari lahirnya sumber ajaran agama Islam. Maka bila kemudian ditangkap oleh
pemikiran kita ketiga unsur dari adanya sumber ajaran islam adalah Alquran
sebagai kalamu Allah yang merupakan manifestasi dari wahyu dan AlHadist
sebagai bimbingan dan keteladanan Nabi Muhammad kepada umatnya dalam
menjalani agama Islam degan baik dan benar. Setelah itu sahabat Rasulullah
mempelajari AlQuran dan AlHadist tersebut sehingga mereka berpengetahuan dan
mempunyai kebijakan yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan itulah ijtihad
para ulama sebagai sumber ajaran Islam yang ketiga, jadi bila kita simpulkan
bahwa sumber ajaran agama Islam adalah ada tiga yaitu:
1. AlQuran AlKarim
2. AlHadist dan AsSunnah Rasulullah
3. Ijtihad para Ulama
Ketiga sumber ajaran agama Islam tersebut termasuk metodologi studi
islam dengan pendekatan aspek textual Hermeneutik metodologi yang paling
mendasar dalam studi agama islam sebelum melangkah kepada metode studi
Islam yang lain. AlQuran menurut pendapat yang paling kuat seperti yang
dikemukakan oleh Dr. Subhi Al Shalih mempunyai arti "Bacaan" asal kata Qara'a.
kata AlQuran itu berbentuk masdar dengan arti isim maful yaitu maqru (dibaca).
Di dalam Alquran terdapat pemakaian kata "Quran" dalam arti demikian tersebut
dalam Ayat 17,18 Surat AlQiyammah yang berbunyi:

)١٨( ‫) َفِإَذا َقَر ْأَٰنُه َفٱَّتِبْع ُقْر َءاَن ۥُه‬١٧( ‫َعُه َو ُقْر َءاَن ۥُه‬
‫ِإَّن َعَلْيَنا ْمَج ۥ‬

8
Yang artinya :
"Sesungguhnya mengumpulkan AlQuran ( di dalam dadamu) dan (menetapkan)
bacaannya (pada lidahmu) itu (adalah tanggungan kami) karena itu bila kami
telah membacanya hendaklah kamu ikuti bacaannya."
Kemudian dipakai kata "Quran" itu untuk Al Quran yang dikenal sekarang ini.
Adapun definisi AlQuran ialah: Kalam Allah SWT yang merupakan Mu'jizat yang
diturunkan ( diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW yang ditulis di mushaf
yang diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah. 8 Terdapat
pengertian Al Quran yang lain dari segi bahasa, As Syafii misalnya Al Quran
bukan berasal dari akar kata apa pun dan bukan pula ditulis dengan menggunakan
hamzah lafal tersebut sudah lazim digunakan dalam pengertian kalamullah
( firman Allah ) yang diturukan kepada nabi Muhammad SAW. sementara itu Al
Farra berpendapat bahwa lafal Al Quran berasal dari kata qarain jamak dari kata
qarinah yang berarti kaitan kerana dilihat dari segi makna dan kandungannya ayat-
ayat alquran itu sama lain saling berkaitan. Selanjutnya Asy Sya'ari dan
pengikutnya mengatakan bahawa lafal Al Quran diambil dari kata qarn yang
berarti menggabungkan sesuatu atas yang lain, karena ayat-ayat alquran satu sama
yang lain saling saling bergabung dan berkaitan.9
Berkenaan dengan definisi tersebut maka berkembanglah studi mengenai
agama Islam terutama pada Al Quran baik dari segi kandungan ajarannya yang
menghasilkan kitab-kitab tafsir yang disusun dengan menggunakan berbagai
pendekatan baik dari segi coraknya yang sangat bervariasi sebagaimana yang kita
jumpai saat ini. Sehubungan dengan itu terdapat para ulama yang menyebutkan
secara khusus mengkaji metode menafsirkan Al Quran yang pernah digunakan
para ulama mulai dari metode tahlili ( analisis ayat per ayat ) sampai dengan
metode maudhu'i (tematik). Selain itu ada yang meneliti Al Quran dar segi latar
belakang sejarah dan sosial mengenai turunnya yang selanjutnya menimbulkan
apa yang disebut ilmu asbabul nuzul.

8
Departemen Agama RI; AlQur'an dan Terjemahannya; Surya Cipta Aksara; Surabaya 1989;
Hal 16.
9
Abuddin Nata; Metodologi Studi Islam; PT Raja Grafindo Persada; Jakarta 2014; Hal 67.

9
Selanjutnya dari para ulama ada yang meneliti dari segi kemu'jizatannya
dan keistimewaan Al Quran dengan berbagai aspeknya. Mulai dari segi keluasan
kandungannya yang tidak akan habis-habisnya digali, susunannya kalimat yang
mengandung unsur balaghah dan sastra yang tinggi serta tidak dapat ditandingi
oleh karya manusia, mempunyai pengaruh yang menalam bagio yang
membacanya, dan belakangan muncul kemu'jizatan yang Al Quran dari segi
jumlah kata-katanya yang mengandung keseimbangan dalam jumlahnya, baik
jumlah kata-kata yang saling bersamaan artinya ( sinonim ) maupun jumlah kata
yang saling berlawanan ( antonim). Kata-kata yang menganding akibat seperti
jumlah kata al mu'min dengan kata al jannah, al kafir dengan kata an nar, kata al
har dengan kata al bard, dan sebagainya.
Dalam pada itu ada umat Islam yang mengkhususkan diri mengkaji
petunjuk cara membaca Al Quran yang selanjutnya menimbulkan ilmu qiraat
termasuk pula ilmu tajwid. Dan ada pula yang mengkaji alquran dari segi sejarah
penulisannya, nama-namanya dan masih banyak lagi. Semua itu dilakukan para
ulama agar ummat Islam dapat mengenal secara menyeluruh berbagai aspek yang
berkenaan dengan Al Quran. Dan dari sini pula tidak mengherankan muncul satu
jurusan di salah satu fakultas di IAIN dan fakultas Universitas lainnya di dunia
yang secara khusus mengkaji tentang Al Quran.
Sebagai sumber ajaran agama Islam yang utama dari Al Quran diyakini
berasal dari Allah dan mutlak benar maka keberadaan Al Quran sangat dibutuhkan
manusia. Di dalam Al Quran terdapat petunjuk hidup tentang berbagai hal
walaupun petunjuk itu bersifat umum. Yang menghendaki penjabaran dan
perinciaan oleh ayat lain atau oleh hadist. Dalam kaitan ini kita membawa ayat
yang artinya: tidak ada yang kami bengkalaikan di dalam alkitab ini dari sesuatu
( surat Al An'am ayat 38 ). Ayat ini benar menyatakan bahwa di dalam Al Quran
itu terdapat petunjuk mengenai segala sesuatu, namun petunjuk tersebut terkadang
datang dalam bentuk global. Sehingga kita boleh mengatakan bahwa Al Quran
adalah kitab yang belum siap pakai. Untuk menerapkan Al Quran perlu adanya
pengolahan dan penalaran akal manusia, dan karena itu pula Al Quran diturunkan
untuk manusia yang berakal, kita misalnya disuruh shalat , puasa, haji, dan

10
sebagainya tetapi cara-cara mengenai mengerjakan ibadah tersebut tidak dijumpai
dalam Al Quran melainkan dalam hadist Nabi yang selanjutnya dijabarkan oleh
para ulama sebafaimana kita jumpai dalam kita-kitab fiqih.
Selanjutnya Al Quran dapat juga berfungsi sebagai hakim atau wasit yang
mengatur jalannya kehidupan manusia agar berjalan lurus. Itulah sebabnya ketiak
umat Islam berselisih dalam segala urusannya hendaknya ia berhakim kepada Al
Quran. Al Quran selanjutnya memerankan fungsi sebagai pengontrol dan
pengoreksi terhadap perjalanan hidup manusia di masa lalu. Berbagai
penyimpangan yang dilakukan oleh bani israil terhadap ayat-ayat Allah telah
dikoreksi. Dalam kaitan inilah di dalam Al Quran terdapat dijumpai ayat yang
menyatakan celaka bagi orang-orang yang menulis kitabnya dengan tangannya
sendiri lalu menyatakan bahwa kitab tersebut adalah firman Allah SWT. Apa yang
dinyatakan oleh Al Quran telah dibuktikan kebenarannya dalam sejarah bahwa
bani Israil memang telah menggelapkan Firman Allah SWT yang sebenarnya
dengan menukarkan dengan kitab sendiri dengan tujuan untuk menyesatkan
manusia.
Al Hadist menurut bahasa adalah lawan kata:Qodiim sedangkan menurut
istilah adalah Perkara yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
berupa perkataan, perbuatan, taqrir, atau sifat. 10 Hadist dapat di bedakan
berdasarkan:
1. Sumber Hadist, yaitu Hadist Nabawi atau Hadist Marfu' yaitu hadist yang
berasal dari Rasulullah sendiri yang terdapat dua jenis yaitu Marfu' Sharih
dan Marfu' Hukmi dan hadist Qudsi yang berasal dari Allah SWT tetapi
terlafadzkan oleh nabi sendiri, serta Hadist Mauquf yaitu Hadist yang
disandarkan dari para sahabat baik perkataan, perbuatan, dan ketetapan
yang hanya berhenti pada mereka tidak sampai kepada Rasulullah dan
2. Bila menurut perawinya adalah Hadist Mutawatir yaitu Hadist yang
diriwayatkan banyak orang dan dari banyak orang, dan yang berikutnya
adalah Hadist Ahad yaitu Hadits yang tidak memenuhi syarat mutawatir.
3. Bila menurut diterima dan di tolaknya yaitu

10
Wafi Marzuqi Ammar; Ulumul Hadis I; Wastu Lanas Graphika; Surabaya 2012; Hal 14.

11
a. Hadist Maqbul yang dapat berupa Shahih atau baik yang berupa Hasan
keduanya dapat yang berupa lidzatihi dan lighaoirihi pada masing-
masing keduanya dan
b. Hadist Mardud yang terdapat di antaranya
a) Hadis Dhaif yaitu hadist yang kehilangan salah satu syarat dan
berikutnya
b) Hadist Mualllaq yaitu Hadist yang pada permulaan sanadnya
terbuang satu orang perawi atau lebih, serta
c) Hadist Mu'adhal yaitu Hadist yang pada sanadnya terdapat dua
perawi atau lebih yang gugur secara berurutan serta
d) Hadist Munqothi yaitu hadis yang sanadnya tidak bersambung bila
secara umum dan hadist yang pada sanadnya gugur seorang perawi
baik pada satu tempat atau lebih,serta
e) Hadist Maudhu' yaitu Hadist bohongan yang disandarkan kepada
Rasulullah.
Sedangkan perbedaan antara Hadist dan Sunnah adalah bahwa keduanya adalah
sama yaitu segala perkataan, perbuatan, ketetapan dan sifat yang disandarkan
kepada Nabi Muhammad akan tetapi untuk Sunnah adalah setelah Nabi
Muhammad diutus menjadi Rasulullah atau pada saat Nabi menjalani
kerasulannya.
Sebagai sumber ajaran agama Islam yang kedua setelah Al Quran As
Sunah memiliki fungsi yang pada intinya sejalan dengan Al Quran. Keberadaan
As Sunah tidak dapat dilepaskan dari adanya sebagaian ayat Al Quran:
1) Yang bersifat Global ( garis besar ) yang memerlukan perincian.
2) Yang bersifat umum ( menyeluruh ) yang menghendaki pengecualian.
3) Yang bersifat mutlak tanpa batas yang menghendaki pembatasan dan ada
pula,
4) Isyarat Al Quran yang mengandung makna yang lebih dari satu
( musytarak ) yang menghendaki penetapan makna yang akan dipakai dari
dua makna tersebut, bahkan terdapat sesuatu yang secara khusus tidak
dijumpai keterangannya di dalam Al Quran yang selanjutnya diserahkan

12
kepada Hadist Nabi. Selain itu ada pula yang sudah dijelaskan dalam Al
Quran, tetapi Hadist datang pula memberikan keterangan sehingga
masalah tersebut menjadi kuat.
Dalam kaitan ini hadist berfungsi memerinci petunjuk dan isyarat Al
Quran yang bersifat global sebagai pengecuali terhadap isyarat Al Quran yang
bersifat umum sebagai pembatas terhadap yang bersifat mutlak, dan sebagai
pemberi informasi terhadap sesuatu kasus yang tidak dijumpai dalam Al Quran.
Dengan posisinya demikian itu maka pemahaman Al Quran dan juga pemahaman
ajaarn Islam yang seutuhnya tidak dapat dilakukan tanpa mengikut sertakan
hadist.
Banyak sekali contohnya di mana di dalam Al Quran disebutkan tetapi
masih harus melalaui penganalisaan serta rujukan As Sunnah seperti bagaimana
menjalankan shalat bagaimana membayar zakat bagaimana menunaikan haji. Atau
yang saling mengautakan antara Al Quran dengan As Sunnah yaitu larangan
membunuh dan makan daging bangkai atau lain sebagainya.
Ijtihad para ulama merupakan sumber ajaran agama Islam setelah AlQuran
dan AlHadist di mana oleh karena pada AlQuran dan AlHadist tidak terdapat
hukum atau ajaran tersebut maka kemudian para ulama mengupayakan dengan
cara berijtihad yang telah memiliki syarat-syarat tertentu. Kata Ijtihad berarti "
Usaha sungguh yang dilakukan para ahli agama untuk mencapai suatu putusan
atau kesimpulan hukum syara' mengenai kasus yang penyelesaiannya belum
tertera dalam AlQuran dan Assunnah".11
Fungsi Ijtihad yaitu Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna
dan lengkap, tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara detail
oleh Al Quran maupun Al Hadist. Selain itu ada perbedaan keadaan pada saat
turunnya Al Quran dengan kehidupan modern. Sehingga setiap saat masalah baru
akan terus berkembang dan diperlukan aturan-aturan turunan dalam melaksanakan
Ajaran Islam dalam kehidupan beragama sehari-hari. Jika terjadi persoalan baru
bagi kalangan umat Islam di suatu tempat tertentu atau di suatu masa waktu
tertentu maka persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu

11
Dani.k; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya;2002; Hal 187.

13
sudah ada dan jelas ketentuannya dalam Al Quran atau Al Hadist. Sekiranya
sudah ada maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada
sebagaimana disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika persoalan
tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada ketentuannya dalam Al
Quran dan Al Hadist, pada saat itulah maka umat Islam memerlukan ketetapan
Ijtihad. Tapi yang berhak membuat Ijtihad adalah mereka yang mengerti dan
paham Al Quran dan Al Hadist.12
Jenis-jenis ijtihad yaitu:13

1. Ijma'
Ijma' artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu
hukum hukum dalam agama berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits dalam suatu
perkara yang terjadi. Adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama
dengan cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil dari ijma
adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan ahli agama yang
berwenang untuk diikuti seluruh umat.
2. Qiyâs
Qiyas adalah menggabungkan atau menyamakan artinya menetapkan suatu hukum
suatu perkara yang baru yang belum ada pada masa sebelumnya namun memiliki
kesamaan adalah sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara
terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qiyas sifatnya darurat,
bila memang terdapat hal hal yang ternyata belum ditetapkan pada masa-masa
sebelumnya
Beberapa definisi qiyâs (analogi)
1. Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangnya,
berdasarkan titik persamaan di antara keduanya.
2. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui suatu
persamaan di antaranya.

12
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.
13
Ibid .

14
3. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di dalam
[Al-Qur'an] atau [Hadis] dengan kasus baru yang memiliki persamaan
sebab (iladh).
4. menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yang belum di terangkan
oleh al-qur'an dan hadits.
3. Istihsân
Beberapa definisi Istihsân
a. Fatwa yang dikeluarkan oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia
merasa hal itu adalah benar.
b. Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa bisa diekspresikan secara
lisan olehnya
c. Mengganti argumen dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat
orang banyak.
d. Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah kemudharatan.
e. Tindakan menganalogikan suatu perkara di masyarakat terhadap perkara
yang ada sebelumnya.
4. Maslahah Murshalah
Adalah tindakan memutuskan masalah yang tidak ada naskahnya dengan
pertimbangan kepentingan hidup manusia berdasarkan prinsip menarik
manfaat dan menghindari kemudharatan.
5. Sududz Dzariah
Adalah tindakan memutuskan suatu yang mubah menjadi makruh atau haram
demi kepentingan umat.
6. Istishab
Adalah tindakan menetapkan berlakunya suatu ketetapan sampai ada alasan
yang bisa mengubahnya, contohnya apabila ada pertanyaan bolehkah seorang
perempuan menikah lagi apabila yang bersangkutan ditinggal suaminya
bekerja di perantauan dan tidak jelas kabarnya? maka dalam hal ini yang
berlaku adalah keadaan semula bahwa perempuan tersebut statusnya adalah
istri orang sehingga tidak boleh menikah(lagi) kecuali sudah jelas kematian
suaminya atau jelas perceraian keduanya.

15
7. Urf
Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-istiadat dan
kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan tersebut tidak bertentangan
dengan aturan-aturan prinsipal dalam Alquran dan Hadis.

Tingkatan-tingkatan:
1. Ijtihad Muthlaq
Adalah kegiatan seorang mujtahid yang bersifat mandiri dalam berijtihad
dan menemukan 'illah-'illah hukum dan ketentuan hukumnya dari nash Al-
Qur'an dan sunnah, dengan menggunakan rumusan kaidah-kaidah dan
tujuan-tujuan syara', serta setelah lebih dahulu mendalami persoalan
hukum, dengan bantuan disiplin-disiplin ilmu.
2. Ijtihad fi al-Madzhab
Adalah suatu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang ulama mengenai
hukum syara', dengan menggunakan metode istinbath hukum yang telah
dirumuskan oleh imam mazhab, baik yang berkaitan dengan masalah-
masalah hukum syara' yang tidak terdapat dalam kitab imam mazhabnya,
meneliti pendapat paling kuat yang terdapat di dalam mazhab tersebut,
maupun untuk memfatwakan hukum yang diperlukan masyarakat.

Secara lebih sempit, ijtihad tingkat ini dikelompokkan menjadi tiga tingkatan ini:
a) Ijtihad at-Takhrij
Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan seorang mujtahid dalam mazhab
tertentu untuk melahirkan hukum syara' yang tidak terdapat dalam
kumpulan hasil ijtihad imam mazhabnya, dengan berpegang kepada
kaidah-kaidah atau rumusan-rumusan hukum imam mazhabnya. Pada
tingkatan ini kegiatan ijtihad terbatas hanya pada masalah-masalah yang
belum pernah difatwakan imam mazhabnya, ataupun yang belum pernah
difatwakan oleh murid-murid imam mazhabnya.

16
b) Ijtihad at-Tarjih
Yaitu kegiatan ijtihad yang dilakukan untuk memilah pendapat yang
dipandang lebih kuat di antara pendapat-pendapat imam mazhabnya, atau
antara pendapat imam dan pendapat murid-murid imam mazhab, atau
antara pendapat imam mazhabnya dan pendapat imam mazhab lainnya.
Kegiatan ulama pada tingkatan ini hanya melakukan pemilahan pendapat,
dan tidak melakukan istinbath hukum syara'.
c) Ijtihad al-Futya
Yaitu kegiatan ijtihad dalam bentuk menguasai seluk-beluk pendapat-
pendapat hukum imam mazhab dan ulama mazhab yang dianutnya, dan
memfatwakan pendapat-pendapat terebut kepada masyarakat. Kegiatan
yang dilakukan ulama pada tingkatan ini terbatas hanya pada
memfatwakan pendapat-pendapat hukum mazhab yang dianutnya, dan
sama sekali tidak melakukan istinbath hukum dan tidak pula memilah
pendapat yang ada di dalamnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

17
Dalam penulisan makalah ini dapat disimpulkan bahwa sumber ajaran
agama Islam adalah mempunyai tiga unsur atau komponen awal mula
pembentuknya yaitu di antaranya seseorang yang sebagai pembawa ajaran
tersebut yaitu Nabi Muhammad SAW. Yang kemudian sesuatu yang memberikan
wahyu tersebut yaitu Malaikat Jibril dan dari mana sumber wahyu tersebut adalah
Tuhan Allah SWT ketiga komponen tersebut adalah awal dari lahirnya sumber
ajaran agama Islam. Maka bila kemudian ditangkap oleh pemikiran kita ketiga
unsur dari adanya sumber ajaran Islam adalah Al Quran sebagai Kalamu Allah
yang merupakan manifestasi dari Wahyu dan Al Hadist sebagai bimbingan dan
keteladanan Nabi Muhammad kepada umatnya dalam menjalani agama Islam
degan baik dan benar. Setelah itu sahabat Rasulullah mempelajari Al Quran dan
Al Hadist tersebut sehingga mereka berpengetahuan dan mempunyai kebijakan
yang tidak diragukan lagi kebenarannya dan itulah ijtihad para ulama sebagai
sumber ajaran Islam yang ketiga, jadi bila kita simpulkan bahwa sumber ajaran
agama Islam adalah ada tiga yaitu:
1. Al Quran Al Karim
2. Al Hadist dan As Sunnah Rasulullah
3. Ijtihad para Ulama
Hal di atas dapat digunakan sebagai bahan dalam metodologi studi Islam,
mempelajari Islam melalui metode dengan bahan untuk mempelajari agama
Islam dari sumber ajaran agama Islam adalah keadaan mempelajari agama Islam
yang paling dasar dilakukan setelah kemudian dipelajari dengan metode
pendekatan dengan aspek-aspek multi-inter disipliner.

3.2 Saran dan Kritik


Penulis dalam menyusun makalah mempunyai saran dan kritik bahwa
dalam mempelajari agama Islam adalah hendaknya dimulai dari sumber ajaran
agama tersebut di mana di dalam sumber ajaran tersebut terdapat hal yang otentik
dan mendasar untuk diketahui sehingga pengetahuan mengenai ajaran agama
Islam tersebut akan dicapai dan diperoleh dengan dengan baik dan benar.

18
Mempelajari agama Islam secara komprehensif adalah hal yang wajib
dilakukan sehingga diperlukan metodologi dalam mempelajarinya maka akan
tercapai pengetahuan akan agama Islam dengan sesuai apa yang diharapkan dan
dapat mencapai tujuan dari studi Agama Islam tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Buku Referensi

19
Prof.Dr. H. Abuddin Nata; Metodologi Studi Islam; PT Raja Grafindo Persada;

Jakarta 2014.

Drs. Dani.K; Kamus Lengkap Bahasa Indonesia; Putra Harsa; Surabaya; 2002.

Departemen Agama RI; AlQur'an dan Terjemahannya; Surya Cipta Aksara;

Surabaya 1989.

Kuntowijoyo, Islam Sebagai ilmu, Epistemologi, Metodologi, dan Etika

(Bandung: Teraju Mizan, 2004).

SAMBUTAN MENTERI AGAMA RI PADA ACARA PENUTUPAN MTQ

DAN HADIST SAUDI ARABIA TANGGAL 23 JUNI 2006 DI ISTANA

WAKIL PRESIDEN.

Wafi Marzuqi Ammar; Ulumul Hadis I; Wastu Lanas Graphika; Surabaya 2012.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

Internet

http://makalah4all.wap.sh/Data/Kumpulan+makalah+pertanian/__xtblog_entry/

9601685-makalah-sumber-ajaran-agama-islam?__xtblog_block_id=1

20

Anda mungkin juga menyukai