Anda di halaman 1dari 10

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS

ANAK DI KELOMPOK B MELALUI KEGIATAN MELIPAT


KERTAS BERVARIASI DI TKS BINA CERIA TAHUN 2022

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya
manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan
sebagai tempat pertumbuhan terjadi bilamana mampu mengembangkan potensi
anak yang tersembunyi yang disebut potensialitas pertumbuhan. Pendidikan
berfungsi membantu anak untuk mengaktualisasikan potensi-potensi yang
tersembunyi. Pendidikan memiliki fungsi sosial yang mampu mengembangkan jiwa
sosial pada anak karena sebagai makhluk sosial harus selalu berinteraksi dengan
orang lain. Saat ini, salah satu program pemerintah dalam dunia pendidikan adalah
dengan mendirikannya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Pendidikan anak usia
dini (early childhood education) merupakan suatu disiplin ilmu pendidikan yang
secara khusus memperhatikan, menelaah, dan mengembangkan berbagai interaksi
edukatif antara anak usia dini dengan pendidik untuk mencapai pertumbuhan dan
perkembangan potensi anak secara optimal (Wiyani dan Banawi, 2012:46). Dengan
kata lain, PAUD merupakan pondasi dasar dalam pertumbuhan dan perkembangan
anak yang sangat fundamental, juga sebagai kerangka dasar terbentuknya dan
berkembangnya dasar-dasar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada anak.
PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-
dasar perilaku seseorang anak terbentuk pada rentang usia ini. Pendidikan anak
usia dini diorientasikan pada pemenuhan kebutuhan anak, yaitu pendidikan yang
berdasarkan pada minat, kebutuhan dan kemampuan anak. Peran pendidik sangat
penting,
pendidik harus memfasilitasi aktivitas anak dengan material yang beragam.
Pendidik dalam hal ini tidak hanya terbatas pada guru, tetapi juga orang tua dan
lingkungan. Seorang anak
membutuhkan yang
lingkungan
kondusif untuk tumbuh dan
berkembang dengan baik.
Pendidikan anak usia dini
merupakan investasi jangka panjang bagi anak dalam mengikuti tahaptahap
selanjutnya. Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda dan potensi berbeda-
beda namun aktif, memiliki kelebihan, bakat dan minat sendiri, serta memiliki ciri
yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa.
Penyelenggaraan PAUD, dapat meningkatkan indeks pembangunan
manusia, menyiapkan anak untuk sekolah, meningkatkan mutu pendidikan,
mengurangi angka buta huruf muda serta memperbaiki derajat kesehatan dan gizi
anak balita Fasli Jalal (dalam Soeprijanto, 2011:3). Pendidikan Anak Usia Dini
selain memberikan bekal kesiapan untuk memasuki jenjang pendidikan selanjutnya,
juga memberikan kesiapan anak agar tumbuh dan berkembang menjadi anak yang
cerdas, baik cerdas emosinya maupun spiritualnya bahkan mempunyai karakter
atau sifat-sifat yang baik. Pentingnya PAUD, maka pemerintah sangat genjar
mendirikan sekolah-sekolah untuk anak usia dini, seperti mendirikan sekolah formal
dan non formal.
Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudhatul Atfhal (RA) adalah salah satu
pendidikan bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang

1
menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam
tahun, pendidikan TK dibagi menjadi dua kelompok yaitu usia 5-6 di kelompok B
sedangkan usia 4-5 tahun di kelompok A (Sujiono, 2009:22). Selain itu pendidikan
non formal yang meliputi kelompok bermain (KB) bagi anak usia dua tahun sampai
empat tahun dan taman penitipan anak (TPA) pendidikan dan pengasuhan bagi
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang berfungsi sebagai pengganti
orang tua yang berhalangan atau tidak memiliki waktu cukup dalam mengasuh
anaknya karena sibuk bekerja atau sebab lain (Suyadi, 2010:19).
Adapun tujuan dari pendidikan Taman Kanak-Kanak
menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Tentang
Standar Pendidikan Anak Usia Dini Nomor 58 tahun 2009 menyatakan bahwa,
“meningkatkan perkembagan potensi yang dimiliki anak yang mencakup bidang
perilaku dan kemampuan dasar. Di dalam pengembangan perilaku yang meliputi
lingkup perkembangan nilai agama dan moral serta sosial emosional. Untuk
pengembangan kemampuan dasar meliputi kemampuan berbahasa, kognitif yang
terlibat dalam mengenal konsep matematika dan sains, fisik atau motorik yang
terlibat dalam pembelajaran seni, jasmani, olahraga dan kesehatan”.
Seorang pendidik/guru di Taman Kanak-Kanak (TK), berperan penting untuk
mengembangkan potensi anak dan menyediakan berbagai kegiatan belajar yang
menantang anak untuk terus bereksplorasi. Guru harus mengemas pembelajaran
dengan lebih kreatif terutama dalam menggunakan media yang lebih menarik anak
untuk melakukan pembelajaran. Pembelajaran yang ada di Taman Kanak-Kanak
menggunakan prinsip belajar, bermain dan bernyayi. Pembelajaran untuk anak
diwujudkan sedemikian rupa agar anak menjadi aktif, senang, dan menarik
perhatian mereka. Selain itu, guru juga lebih banyak memberikan fasilitas,
mengelola berbagai sumber, mensetting kelas agar anak mau dan mampu belajar
serta menata lingkungan yang aman, nyaman dan menyenangkan, dan tersedianya
tempat bermain bagi anak.
Kegiatan pembelajaran yang membuat anak menjadi aktif, mendukung
pembelajaran dan memperhatikan lima aspek perkembangan terutama motorik
halus. Motorik halus penting karena nantinya dibutuhkan oleh anak dari segi
akademis. Kegiatan akademis yang dilakukan anak seperti menulis, menggunting,
mewarnai, melipat, menggambar dan menarik garis. Seiring dengan banyaknya
penguasaan keterampilan motorik halus yang dimiliki anak semakin baik prestasi di
sekolah. Kemampuan motorik halus anak berbeda-beda sesuai dengan stimulasi
yang diberikan kepada anak. Anak-anak yang mengalami keterlambatan
perkembangan motorik halus, sulit untuk mengkoordinasi gerakan tangan dan jari-
jemari anak. Beberapa anak menunjukkan kurangnya kemampuan motorik halus
karena keterlambatan tumbuh kembang maupun stimulasi yang tidak optimal.
Kenyataan yang terjadi dilapangan khususnya di TK Kemala
Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara, berdasarkan pengamatan
awal (observasi) ditemukan bahwa perkembangan motorik halus anak belum
memenuhi tingkat pencapaian perkembangan anak. Tidak semua anak menguasai
motorik halus dengan maksimal. Ketidakmampuan ini dikarenakan beberapa alasan
salah satunya kegiatan pembelajaran yang monotun, media yang kurang menarik,
metode pembelajaran yang kurang mendukung serta kegiatan pembelajaran yang
kurang memperhatikan aspek-aspek perkembangan.
Berkaitan dengan uraian tersebut, hambatan yang sering ditemui atau
dihadapi oleh guru dalam metode pembelajaran untuk meningkatkan motorik halus
anak, guru dituntut menggunakan metode yang sesuai dengan karakteristik anak.
Guru harus menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan dan dapat
diterima anak. Kegiatan untuk mengembangkan motorik halus anak dilakukan
dalam bentuk pembelajaran di luar kelas maupun di dalam kelas. Kegiatan dapat
berjalan baik jika didukung dengan fasilitas, sarana prasarana dan metode yang

2
tepat. Salah satu metode yang dapat dilakukan mengembangkan motorik halus
anak yaitu penggunaan metode demonstrasi.
Metode demonstrasi merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan
dalam proses belajar mengajar. Metode demonstrasi merupakan, metode yang
sesuai berpikir anak yang konkret dan berpikir kritis. Metode demonstrasi adalah
suatu strategi pengembangan dengan meniru yang didemonstrasikan,
memperagakan suatu cara kerja atau urutan proses sebuah peristiwa atau
kejadian. Menurut Muhibbin Syah (2000) (dalam Gunarti, dkk, 2010:9.3), “metode
demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,
kejadian, aturan, dan urutan melalui suatu kegiatan, baik secara langsung maupun
melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau
materi yang sedang disajikan”. Sedangkan pendapat lain menyatakan bahwa
metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seseorang instruktur atau tim
guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses (Roestiyah, 2008:83). Metode
demonstrasi dapat disimpulkan dari beberapa pendapat di atas yaitu metode
demonstrasi merupakan metode pembelajaran/cara mengajar guru dengan
memperagakan aturan, urutan/tahapan melalui suatu kegiatan, melalui penggunaan
media pengajaran yang relevan dengan memperlihatkan suatu proses.
Metode demonstrasi mempunyai keunggulan yang membantu anak agar
pembelajaran berjalan dengan efektif. Keunggulan metode demonstrasi (Gunarti
dkk, 2010:9.7) yaitu, membantu anak didik memahami dengan jelas jalannya suatu
proses atau kerja suatu benda/peristiwa. Memudahkan berbagai jenis penjelasan.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui
pengamatan dan contoh konkret, dengan menghadirkan objek sebenarnya.
Perhatian anak dapat lebih dipusatkan. Anak dapat ikut serta aktif apabila
demonstrasi langsung dilanjutkan dengan eksperimen. Mengurangi
kesalahankesalahan yang mungkin terjadi sekiranya anak hendak mencoba sendiri.
Beberapa persoalan yang belum dimengerti dapat ditanyakan langsung saat suatu
proses ditunjukkan sehingga terjawab dengan jelas.
Menurut Gunarti dkk (2010:9.8-9.9) ada beberapa langkah/sintaks secara
umum dalam menerapkan metode demonstrasi yang pertama menetapkan tujuan
dan tema kegiatan, dalam menetapkan tujuan demonstrasi guru mengidentifikasi
perbuatanperbuatan apa yang akan diajarkan kepada anak dalam
pernyataanpernyataan yang spesifik dan oprasional (teknis). Kedua Menetapkan
bentuk demonstrasi yang dipilih, sebelum menetapkan kegiatan, guru menentukan
bentuk demonstrasi. Ketiga menetapkan bahan dan alat yang diperlukan, bahan
dan alat yang diperlukan oleh guru untuk mendemonstrasikan sesuatu
pembelajaran harus besar dan anak dapat menirukan contoh
yang dilakukan. Keempat
menetapkan langkah kegiatan
demonstrasi, secara fleksibel
tergantung dari kegiatan.
jenis
Kelima penilaian
menetapkan
kegiatan demonstrasi (evaluasi), yang dilakukan guru untuk menilai hasil karya
anak yang dilihat setahap demi setahap. Hasil karya anak yang dilihat dalam
peningkatan perkembangan motorik halus anak.
Kegiatan yang mendukung perkembangan motorik halus anak dengan cara
kegiatan melipat kertas (origami).
Melipat merupakan kegiatan tersendiri dari kegiatan 3M. Namun kegiatan ini
dapat dilaksanakan dengan kegiatan mewarnai, menggunting, dan
menempel, jika seandainya dibutuhkan sebagai tambahan untuk
melengkapi kegiatan melipat (Pamadhi dan

3
Sukardi, 2010:7.1 dan 7.30).
Kata origami berasal dari bahasa Jepang yakni dari kata oru yang berarti
melipat dan kami berarti kertas. Ketika kedua kata digabungkan ada sedikit
perubahan namun tidak mengubah artinya, yakni dari kata kami menjadi gami
sehingga bukan orikami tetapi origami maksudnya adalah melipat kertas Hira
Karmachela, 2008:1 (dalam Andayani, 2012).
“Melipat kertas (origami) adalah suatu teknik berkarya seni/kerajinan tangan
yang umumnya dibuat dari bahan kertas dengan tujuan untuk menghasilkan aneka
bentuk mainan, hiasan, benda fungsional, alat peraga dan kreasi lain” Sumanto
2006:97 (dalam Andayani, 2012). Kertas merupakan bahan yang mudah didapat,
melipat kertas agar menjadi bentuk yang diinginkan menggunakan kertas bekas,
koran, maupun kertas lipat warna-warni. Pembelajaran melipat merupakan salah
satu pembelajaran di Taman Kanak-Kanak yang memiliki aspek bermain
sambil belajar.
Kegiatan melipat merupakan kegiatan yang efektif dan menyenangkan dan
bermanfaat bagi anak. Ada beberapa manfaat melipat kertas (origami) menurut
Pandiangan (2011) yaitu pertama melatih motorik halus pada anak sekaligus
sebagai sarana bermain yang aman, murah, menyenangkan dan kaya manfaat.
Kedua lewat origami anak belajar membuat mainannya sendiri, sehingga
menciptakan kepuasan dibanding dengan mainan yang sudah jadi dan dibeli di toko
mainan. Ketiga membentuk sesuatu dari origami perlu melewati tahapan dan
proses tahapan, mengajari anak untuk tekun, sabar serta disiplin untuk
mendapatkan bentuk yang diinginkan. Keempat lewat origami anak juga diajarkan
untuk menciptakan sesuatu, berkarya dan membentuk model sehingga membantu
anak memperluas imajinasi mereka dengan bentukan origami yang dihasilkan,
ketika berhasil menciptakan sesuatu dari tangan mungil mereka. Kelima suatu
kebanggaan dan kepuasan tersendiri bagi anak-anak. Terlebih lagi anak belajar
menghargai dan mengapresiasi karya lewat origami.
Keenam belajar membaca diagram/gambar, berpikir matematis serta perbandingan
(proporsi) lewat bentuk-bentuk yang dibuat melalui origami adalah salah satu
keuntungan lain dari mempelajari origami.
Melipat kertas (origami) sangat berpengaruh terhadap perkembangan
motorik halus anak. Perkembangan motorik adalah proses tumbuh kembang
kemampuan gerak seorang anak sebagai perkembangan dari unsur kematangan
dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik meliputi perkembangan
motorik kasar dan motorik halus.
Keterampilan/kemampuan motorik kasar, yaitu gerakan yang dihasilkan dari
kemampuan mengontrol otototot besar, contohnya adalah berjalan, berlari,
melompat, berguling. Sedangkan perkembangan keterampilan motorik halus yaitu
gerakan terbatas dari bagian-bagian yang meliputi otot kecil, terutama gerakan
pada bagian-bagian jari-jari tangan. Contohnya menulis, menggambar, memegang
sesuatu Hildayani dkk
(2007:8.5).
Suyadi (dalam Wiyani,
2013:66) mengungkapkan bahwa “gerak motorik halus adalah meningkatkannya
pengoordinasian gerak tubuh yang melibatkan kelompok otot dan saraf kecil
lainnya”. Perkembangan motorik halus anak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor-
faktor, pertama stimulasi, gizi, dan kecerdasan (IQ)
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan perkembangan
motorik halus melalui kegiatan melipat kertas (origami) pada saat
penerapan metode demonstrasi pada anak kelompok B
TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara Tahun Ajaran
2013/2014.

4
METODE
Penelitian dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2013/2014.
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelompok B TK Kemala
Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara. Subjek dalam penelitian ini
adalah anak TK pada kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar,
Kecamatan Denpasar Utara Tahun Ajaran 2013/2014 sebanyak 19 orang anak,
dengan rincian 4 orang anak perempuan dan 15 orang anak laki-laki. Objek yang
ditangani dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik halus pada anak
kelompok B TK Kemala Bhayangkari 1
Denpasar.
Penelitian ini direncanakan sebanyak 2 siklus. Pada akhir siklus I ditandai
dengan pelaksanaan kegiatan melipat kertas (origami), begitupun siklus II. Setiap
siklus terdiri dari empat tahapan yaitu, perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan/observasi dan refleksi. (Arikunto dkk, 2009:16). Adapun gambar alur
rancangan penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar.
Perencanaan

SIKLUS I
Refleksi
Pengamatan

Perencanaan
Pelaksanaan

Pelaksanaan

SIKLUS II

Refleksi
Pengamatan

Gambar 1. Rancangan Siklus PTK

Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel Bebas yaitu Metode Demonstrasi Melalui Kegiatan
Melipat Kertas (Origami). Variabel
Terikat yaitu Perkembangan Motorik Halus.
Metode pengumpulan data perkembangan motorik halus yang digunakan
yaitu metode observasi dan metode wawancara. Pelaksanaan observasi
menggunakan tiga indikator dalam mengukur perkembangan motorik halus anak
yaitu pertama meniru melipat kertas sederhana (1-7 lipatan), kedua membuat
berbagai bentuk dari daun, kertas, dan kain perca, kardus, dll. Ketiga membuat
mainan dengan tehnik melipat, menggunting dan menempel.
Setelah data yang diperlukan dalam penelitian ini terkumpul, maka
dilakukan analisis data. Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisis
statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik
Menurut Agung (2012:67-68) menyatakan bahwa, metode analisis statistik
deskriptif adalah cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan
rumusrumus statistik deskriptif seperti distribusi frekwensi, grafik, angka rata-rata,
5
median, modus dan standar deviasi untuk menggambarkan keadaan suatu
objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum.
“Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang
dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka
dan atau persentase mengenai keadaan suatu objek yang diteliti sehingga
diperoleh kesimpulan umum”
(Agung, 2012: 67). Metode analisis ini Metode analisis deskritif ini digunakan untuk
menentukan tingkat tinggi sangat kurang mampu pada perkembangan motorik
halus anak
Taman Kanak-Kanak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP)
skala lima.
Tingkatan perkembangan motorik halus anak Taman KanakKanak
dengan metode demonstrasi dapat ditentukan dengan
membandingkan M (%) atau ratarata persen ke dalam PAP skala lima dengan
kreteria sebagai berikut.

Persentase Kriteria
Perkembangan
Motorik Halus
90 – 100 Sangat Tinggi
80 – 89 Tinggi
65 – 79 Sedang
55 – 64 Rendah
0 – 54 Sangat Rendah
( Agung, 2010: 12)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Data peningkatan perkembangan motorik halus yang diperoleh anak pada siklus I
disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung mean (M), median (Md), modus
(Mo), grafik polygon dan membandingkan ratarata atau mean dengan model PAP
skala lima. Setelah data didapatkan mean (M) didapat sebesar 44,73, median (Md)
didapat sebesar 41,42, modus (Mo) didapat sebesar 39. Data tersebut dapat
digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.

Berdasarkan perhitungan dan grafik polygon di atas terlihat M>Md>Mo


(44,73>41,4>39), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran datadata
perkembangan motorik halus pada siklus I merupakan kurve juling positif.

6
Menentukan perkembangan motorik halus dengan membandingakan M% dengan
PAP skala lima. Nilai M%=44,73% berada pada tingkat penguasaan 0-54% yang
berarti bahwa perkembangan motorik halus anak pada kelompok B TK Kemala
Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara pada siklus I berada pada
kriteria sangat rendah.
Data peningkatan perkembangan motorik halus yang diperoleh anak
pada siklus II disajikan dalam bentuk tabel distribusi, menghitung
mean (M), median (Md), modus (Mo), grafik polygon dan membandingkan ratarata
atau mean dengan model PAP skala lima. Setelah data didapatkan mean (M)
didapat sebesar 84,31, median (Md) didapat sebesar 80,39, modus (Mo) didapat
sebesar 81,65 Data tersebut dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai
berikut.

Berdasarkan perhitungan grafik polygon di atas terlihat M>Md<Mo


(84,31>80,39<81,65), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data-data
perkembangan motorik halus pada siklus II merupakan kurve juling positif, dengan
demikian perkembangan motorik halus anak pada siklus II pada kriteria tinggi.
Menentukan perkembangan motorik halus dengan membandingkan M%
dengan PAP skala lima. Nilai M%=84,31% berada pada tinggat penguasaan 80-
89% yang berarti bahwa perkembangan motorik halus anak pada kelompok B
TK Kemala Bhayangkari 1
Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara pada siklus II berada pada kriteria tinggi.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif
diperoleh ratarata persentase perkembangan motorik halus anak kelompok B
semester 2 di TK Kemala Bhayangkari 1 Denpasar,
Kecamatan Denpasar Utara pada siklus I sebesar 44,73% dan ratarata persentase
perkembangan motorik halus pada anak kelompok B semester 2 di TK Kemala
Bhayangkari 1 Denpasar,
Kecamatan Denpasar Utara pada siklus II sebesar 84,31%, dengan kategori tinggi,
ini menunjukkan adanya peningkatan rata-rata persentase sebesar 39,58%.
Terjadinya peningkatan motorik halus pada anak saat penerapan metode
demonstrasi yang disebabkan ketertarikan anak pada kegiatan melipat kertas
(origami) yang disajikan oleh guru sehingga dalam proses kegiatan pembelajaran
terutama motorik halus anak semakin meningkat, dan anak dapat menghasilkan
karya yang baru melalui pengalaman dan stimulus yang diberikan oleh guru serta
perlu dilanjutkan dalam pembelajaran selanjutnya agar perkembangan anak
mencapai hasil yang optimal.
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti bahwa dengan
penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan melipat kertas

7
(origami) dapat meningkatkan perkembangan motorik halus anak pada
kelompok
B semester 2 TK Kemala
Bhayangkari 1 Denpasar, Kecamatan Denpasar Utara dan oleh karenanya strategi
pembelajaran yang demikian sangat perlu dilakukan secara intensif dan
berkelanjutan.

SIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil perbaikan pembelajaran,
maka dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan metode demonstrasi
melalui kegiatan melipat kertas (origami) dapat
meningkatkan perkembangan motorik halus anak kelompok B semester 2 TK
Kemala
Bhayangkari 1 Denpasar,
Kecamatan Denpasar Utara. Hal ini ditunjukkan dengan terjadinya peningkatan
rata-rata persentase (M%) dalam penerapan metode demonstrasi melalui kegiatan
melipat kertas (origami) dapat dilihat dari adanya peningkatan perkembangan
motorik halus pada setiap siklus. Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran siklus I,
dapat diketahui pencapaian kemampuan motorik halus sebesar 44,73% menjadi
sebesar 84,31% pada siklus II yang berada pada kategori tinggi.
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat
dikemukakan beberapa saran. Kepada anak disarankan dalam melakukan kegiatan
pembelajaran untuk lebih imajinatif dan kreatif yang disesuaikan dengan tema,
dengan memperhatikan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga
anak belajar yang menyenangkan dan kemampuan yang diperoleh perkembangan
sesuai kemampuan anak. Kepada guru, dalam proses pembelajaran diharapkan
guru menyiapkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan memilih metode
pembelajaran yang disesuaikan dengan tema pembelajaran, sehingga anak lebih
aktif dan tertarik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dan suasana
pembelajaran akan menyenangkan. Kepada peneliti lain hendaknya dapat
melaksanakan PTK dengan berbagai metode dan media pembelajaran lain yang
belum sepenuhnya dapat terjangkau dalam penelitian ini, dengan adanya penelitian
ini dapat dijadikan sebagai pembanding dalam melakukan suatu penelitian
berikutnya.

DAFTAR RUJUKAN Agung, A. A. Gede. 2010.


“Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK)”. Makalah
disajikan dalam Wokshop Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar FIP
Undiksha. Universitas
Pendidikan Ganesha, Singaraja 27 September
2010.

Agung, A. A. Gede. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan.


Singaraja: FIP Undiksha Singaraja.

Andayani, Wijil Yuningtias. 2012. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus


Anak Melalui
Melipat Pada Siswa

8
Kelompok A Di TK It Mekar Insani Suryodiningratan Tahun Ajaran
2011/2012.
Tersedia pada http://eprints. uny.ac.id /7942 /3/. (diakses
tanggal 16 januari 2014)

Arikunto, Suharsimi, dkk. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: PT Bumi Aksara.

Gunarti, Winda dkk. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan


Dasar Anak Usia dini. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Hildayani, Rini dkk. 2007. Psikologi Perkembangan Anak.


Jakarta: Uniersitas Terbuka.

Menteri Pendidikan Nasional. 2009.


Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional No.58 tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak
Usia Dini. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Anak Usia Dini.

N.K, Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:


Rineka Cipta.

Pamadhi, Hajar dan Evan Sukardi S.


2010. Seni Keterampilan Anak. Jakarta: Universitas Terbuka.

Pandiangan, Ester. 2011. Segudang


Manfaat Origami Untuk Anak. Tersedia pada
http://mayahirai.com/2009/08 /12/segudang-manfaatorigami-untuk-anak/.
(diakses pada tanggal 10 januari 2014)

Soeprijanto. 2011. Pedoman


Pendirian Rintisan PAUD
Pos Pemberdayaan Keluarga (POSDAYA). Jakarta: PT Citra Kharisma
Bunda.

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak


Usia Dini. Jakarta: PT
Indeks

Suyadi. 2010. Psikologi Belajar


PAUD. Yogyakarta:
PEDAGOGIA

Wiyani, Novan Ardy & Banawi. 2012.


Format PAUD Konsep, Karakteristik, & Implementasi Pendidikan Anak Usia
Dini.
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

9
Wiyani, Novan Ardy. 2013. Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orangtua &
Guru dalam Membentuk Kemandirian & Kedisplinan Anak Usia Dini.
Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.

10

Anda mungkin juga menyukai