Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Pendidikan Inklusi

“Peranan dan Tanggung Jawab Guru Kelas/Guru Studi/GPK”

DOSEN PENGAMPU:

Antoni Tsaputra S.S.,M.A.,Ph.D

Retno Triswandari, M.Pd

Oleh Kelompok 3:

1. Difa Tri Rahmadhani [22002181]

2. Dini Gusnita [22022064]


3. Dira Zalina [21129374]
4. Gusna Reksi [22002191]
5. Hafizah Sarwah Hasibuan [22022010]
6. Murpida [22022027]
7. Naila Amelia [22022098]
8. Felia Fitri [22002190]
9. Tiara Cordelia [22002240]
10. Tira Desmalianti [22022174]

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah berjudul “Peranan dan Tanggung Jawab Guru
Kelas/Guru Studi/GPK” dapat diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga-Nya, sahabat-Nya, dan
kepada kita selaku umatnya. Makalah disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Pendidikan Inklusi. Selain itu, makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana landasan
dalam Pendidikan inklusi untuk pembaca maupun penulis. Penulis mengucapkan terimakasih
kepada Antonio Tsaputra, S.S.,M.A.,Ph.D. dan Ibu Retno Triswandari, M.Pd selaku dosen
pengampumata kuliah Pendidikan Inklusi.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini


sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan makalah ini.

Padang, 16 September 2023

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................2

DAFTAR ISI ..................................................................................................... 3

BAB I .................................................................................................................4

PENDAHULUAN ............................................................................................4

A. Latar Belakang ............................................................................................. 4

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................... 5

BAB II................................................................................................................6

PEMBAHASAN .............................................................................................. 6

A. Peran Guru Kelas........................................................................................... 6

B.Peran Guru Bidang Studi................................................................................ 7

C. Peran GPK .................................................................................................... 9

BAB III...............................................................................................................11

PENUTUP ........................................................................................................11

A. Kesimpulan....................................................................................................11

B. Saran..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... .12

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam sistem inklusif, kurikulum pendidikan harus bersifat fleksibel,


menyesuaikan dengan kebutuhan setiap peserta didik. Sistem pendidikan inklusif
memungkinkan dilakukannya “diferensiasi pembelajaran”, baik dari aspek metode maupun
materi. Untuk merealisasikan itu semua, sehingga keberadaan GPK sangat diperlukan. GPK-
lah yang bertugas membantu sekolah, dalam hal ini guru-guru mata pelajaran dan guru kelas
untuk melakukan differensiasi tersebut. Ketika di sekolah inklusi tidak tersedia GPK, tentu
akan timbul permasalahan terutama untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) di sekolah
tersebut. Dan diperlukan beberapa upaya ntuk mengatasi permasalahan tersebut yang
kaitannya dengan ketersediaan GPK.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peran Guru Dikelas?

2. bagaimana Peran Guru Bidang Studi?

3. Bagaimana Peran Guru GPK?

C. Tujuan Pendidikan

1. Mengetahui Bagaimana Peran Guru Dikelas?

2. Mengetahui Bagaimana Peran Guru Bidang Studi?

3. Mengetahui Bagaimana Peran GPK?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Peran Guru Kelas

1. Pengertian Guru

Menurut Idris (2008: 49) adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
bimbin gan kepada peserta didik dalam hal perkembangan jasmani dan ruhaniah untuk
mencapai tingkat kedewasaan, memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk
individu yang mandiri, dan makhluk sosial.
Kalimat yang sejak jaman dahulu menjadi istilah familiar terkait makna seorang
guru (dalam Mulyasa, 2008: 48) yaitu “guru itu artinya digugu lan ditiru”. Digugu artinya
segala sesuatu yang disampaikan senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh
semua muridnya. Segala ilmu pengetahuan yang datangnya dari sang guru dijadikan sebagai
sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Ditiru artinya ia menjadi
uswatun hasanah, menjadi suri teladan dan panutan bagi muridnya, baik cara berpikir dan
cara berbicaranya maupun berprilaku sehari-hari.
2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Secara luas peran guru dalam standar proses pendidikan khusus (Septiana: 2017:
134- 137) yaitu:
a. Dalam Perencanaan

1) Guru sebagai Inovator

Guru sebagai inovator.Guru berperan sebagai pengembang sistem nilai ilmu


pengetahuan (Syamsudin, 2003). Nilai ilmu pengetahuan perlu dikembangkan bagi
peserta didik, karena pembelajaran tanpa nilai akan mengurangi esensi dari
pendidikan itu sendiri. Bagi peserta didik berkebutuhan khusus, nilai-nilai ilmu
pengetahuan yang dikombinasikan dengan nilai-nilai kehidupan akan lebih
bermakna sehingga peserta didik berkebutuhan khusus dapat memandang positif
pembelajaran yang didapatkannya. Implikasinya adalah peserta didik berkebutuhan
khusus akan memiliki sudut pandang yang positif terhadap kondisi yangdialaminya.

5
2) Guru sebagai Designer of Interactions(perancang pengajaran)

Peran ini berarti bahwa gurusenantiasa mampu dan siap merancang kegiatan
belajar mengajar yang efektif dan efisien (Muhibbin, 1995). Rancangan proses
pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus harus disesuaikan dengan
tingkatan kemampuan dan kondisi yang dialami oleh peserta didik. Hal ini
bersesuaian dengan prinsip dan tujuan pendidikan khusus seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya. Karena standar proses pendidikan khusus memiliki
keterkaitan dengan standar kompetensi lulusan dan standar isi, maka capaian
pembelajaran dan kedalaman serta keluasan materi yang akan diajarkan harus
disesuaikan agar peserta didik mampu mengikuti pembelajaran secara optimal.
b. Dalam pelaksanaana.

1) Guru sebagai Manager ofInteractions (pengelola interaksiantara


guru dengan peserta didik)
Guru menyelenggarakan dan mengendalikan seluruh tahapan proses belajar
mengajar. Dimulai dari kegiatan awal, inti, dan penutup. Guru bertanggung jawab
untuk mengatur ritme, pola, alokasi waktu pembelajaran dari awal hingga selesai.
Interaksi di dalam proses pembelajaran menjadi poin penting karena bukanhanya
peserta didik yang mendapatkan manfaat, namun juga guru memperoleh umpan
balik (feedback) dari peserta didik (BHP UNY, 2010).
2) Guru sebagai motivator

Peran guru sebagai motivator menjadi penting dalam rangka meningkatkan


semangat belajar peserta didik (Sadirman, 2011). Motivasi yang diberikan oleh guru
akan menjadi reinforcement (bantuan) untuk mengembangkan potensi peserta
didik, karena hal tersebut dapat berfungsi sebagai dasar bagi peserta didik
berkebutuhan khusus untuk menerima dirinya dan menumbuhkan rasa percaya diri
akan potensi yang dimilikinya (Dimyati, 2006).
3) Pembimbing atau Director

Guru sebagai pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi setiap


potensi maupun hambatan yang dialami oleh peserta didik di kelasnya
(Syamsuddin, 2003). Dengan kondisi yang dialaminya, peserta didik berkebutuhan
khusus memerlukan arahan atau bimbingan yangterpadu dari guru sehingga dapat
mengikuti proses pembelajaran secara seksama.

6
4) Inisiator

Guru diharapkan menghadirkan ide-ide pembelajaran yang mampu


mengispirasi peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengeksplorasi pembelajaran
secara aktif. Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tidak bersifat monoton,
sehingga diperlukan kreativitas dari guru untuk memulai ide-ide pembelajaran yang
mampu menarik minat peserta didik (Soekartini, 1995).
5) Guru sebagai fasilitator

Guru perlu memfasilitasi peserta didik berkebutuhan khusus dalam proses


pembelajaran, dikarenakan kondisi dan kemampuan mereka yang terbatas. Oleh
karena demikian, peran guru dalam “menjembatani” antara kebutuhan belajar dan
tujuan pembelajaran menjadi penting.
c. Dalam penilaian

Guru berperan sebagai evaluator, yaitu sebagai pihak yang mengevaluasi


pembelajaran itu sendiri dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik (Mulyasa,
2005). Evaluasi pembelajaran dapat memberikan guru informasi terkait
keberhasilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, sementara itu evaluasi
hasil belajar peserta didik dapat memberikan guru informasi terkait dengan
kemajuanpeserta didik terhadap pembelajaran yang telah diikutinya.
d. Dalam pengawasan

Guru sebagai pelaksanadan penjamin ketercapaianisi standar. Guru


memegang peranan sebagai pihak yang menjadi pelaksana isi standar proses
pendidikan. Terkait dengan pelaksanaan isi standar, guru berkewajiban untuk
melakukan monitoring secara berkala selama rangkaian proses pembelajaran
misalnya setiap minggu, setiap bulan, dan setiap akhir tahun ajaran. Dalam
praktiknya, guru harus memperhatikan rambu-rambu yang terdapat dalam standar
proses pendidikan khusus dalam merencanakan, melaksanakan, menilai, dan
mengawasi proses pembelajaran

Pendapat lain muncul dari Uhbiyati, beliau mengemukakan tugas dan tanggung
jawab yang harus dilaksanakan oleh pendidik (guru) antara lain:

7
a. Membimbing peserta didik kepada jalan yang sesuai dengan ajaran
agama Islam.
b. Menciptakan situasi pendidikan keagamaan yaitu suatu keadaan di
mana tindakan-tindakan pendidikan dapat berlangsung dengan hasil
yang memuaskan sesuai dengan tuntutan ajaran Islam. Barnadib
menambahkan bahwa tugas guru terkait dengan perintah, larangan,
menasehati, hadiah, pemberian kesempatan, dan menutup
kesempatan

Menurut Wens Tanlain dkk guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat,
yaitu:
a. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan.
b. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira (tugas
bukan menjadi beban baginya)
c. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta
akibat-akibat yang timbul (kata hati)
d. Menghargai orang lain, termasuk anak didik
e. Bijaksana dan hati-hati (tidak nekat, tidak sembrono, tidak singkat
akal)
f. Takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Abin Syamsuddin mengemukakan bahwa dalam pengertian pendidikan secara luas,


seorang guru yang ideal seyogyanya dapat berperan sebagai:
a. Konservator (pemelihara) sistem nilai yang merupakan sumber norma
kedewasaan
b. Inovator (pengembang) sistem nilai ilmu pengetahuan

c. Transmitor (penerus) sistem-sistem nilai tersebut kepada peserta


didik;
d. Transformator (penterjemah) sistem-sistem nilai tersebut melalui
penjelmaan dalam pribadinya dan perilakunya, dalam proses interaksi
dengan sasaran didik
e. Organisator (penyelenggara) terciptanya proses edukatif yang dapat
dipertanggungjawabkan, baik secara formal (kepada pihak yang
mengangkat dan menugaskannya) maupun secara moral (kepada

8
sasaran didik, serta Tuhan yang menciptakannya).

Sedangkan dalam pengertian pendidikan yang terbatas, Makmum (2003) dengan


mengutip pemikiran Gage dan Berliner, mengemukakan peran guru dalam proses
pembelajaran peserta didik, yang mencakup:
a. Guru sebagai perencana (planner) yang harus mempersiapkan apa
yang akan dilakukan di dalam proses belajar mengajar (preteaching
problems)
b. Guru sebagai pelaksana (organizer), yang harus dapat menciptakan
situasi, memimpin, merangsang, menggerakkan, dan mengarahkan
kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana, di mana ia

bertindak sebagai orang sumber (resource person), konsultan


kepemimpinan yang bijaksana dalam arti demokratik dan humanistik
(manusiawi) selama proses berlangsung (during teaching problems).
c. Guru sebagai penilai (evaluator) yang harus mengumpulkan,
menganalisa, menafsirkan dan akhirnya harus memberikan
pertimbangan (judgement), atas tingkat keberhasilan proses
pembelajaran, berdasarkan kriteria yang ditetapkan, baik mengenai
aspek keefektifan prosesnya maupun kualifikasi produknya.
B. Peran Guru Bidang Studi

Indramurni (2019) mengatakan guru mata pelajaran atau bidang studi adalah guru
yang bertanggung jawab melaksanakan pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu pada
satuan pendidikan sekolah dasar dan yang sederajat, sekolah menegah pertama dan yang
sederajat, sekolah menengah pertama dan yang sederajat serta sekolah menegah kejuruan
atau madrasah aliyah kejuruan.
Nurhayati (2014: 144) juga berpendapat bahwasanya guru bidang studi adalah guru
yang mengajar mata pelajaran tertentu sesuai kualifikasi yang di persyaratkan. Guru bidang
studi adalah guru yang mengajar seluruh siswa disemua kelas parallel dengan pembagian
jam pelajaran, dimana guru tersebut mengajarkan hanya satu pelajaran.
Guru bidang studi mempunyai tugas sebagai berikut:

1. Menciptakan iklim yang kondusif sehingga anak-anak merasa


nyaman belajar di sekolah atau dikelas

9
2. Menyusun dan melaksanakan assesmen pada semua anak untuk
mengetahui kemampuan dan kebutuhannya.

3. Menyusun program Pengajaran Individu (PPI) bersama-sama


dengan guru pendidikan khusus

4. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan mengadakan


penilaian kegiatan belajar mengajar untuk mata pelajaran yang
menjadi tanggung jawabnya.

5. Memberikan program perbaikan (remedial


teaching) pengayaan atau percepatan bagi siswa yang
membutuhkan

6. Melaksanakan administrasi kelas sesuai dengan bidang


tugasnya

C. Peran GPK

1. Pengertian Guru GPK

Marilyn (2015:76) menyebutkan Guru pendamping khusus juga sering disebut Guru
Pembimbing Khusus merupakan para tenaga profesional yang perannya teramat kompleks
dalam proses pengajaran siswa penyandang disabilitas.
Anak berkebutuhan khusus biasanya mengenyam pendidikan di SLB (Sekolah Luar
Biasa) namun tidak jarang pula ada yang di sekolahkan ke lembaga formal reguler karena
orang tuanya kurang paham dengan kondisi anaknya. Oleh karena itu dalam pengajaran
terhadap peserta didik berkebutuhan khusus tersebut supaya berhasil maksimal dibutuhkan
guru pendamping yang biasa disebut guru pembimbing khusus.
Maksud dari GPK sesuai dengan buku pedoman penyelanggara pendidikan inklusif
tahun 2007 adalah guru yang mempunyai latarbelakang pendidikan khusus atau Pendidikan
luar biasa atau yang pernah mendapat pelatihan tentang pendidikan khusus atau luar biasa,
yang ditugaskan di sekolah inklusif.
Zakia (2015) menyebutkan bahwa syarat menjadi guru pendamping khusus sesuai
dengan pedoman penyelenggara pendidikan inklusif tahun 2007 adalah mereka yang
memiliki latar belakang pendidikan khusus atau Pendidikan Luar Biasa (PLB) atau lulusan
S1 atau sederajat yang diperoleh melalui perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
pendidikan tenaga kependidikan dan program kependidikan non pendidikan.

10
Pendapat lain terkait pngertian guru pembimbing khusus yaitu disampaikan oleh
Astuti (2014: 158), menurut Astuti dalam jurnalApriastuti dan Karwanto guru pendamping
khusus merupakan lulusan Pendidikan Luar Biasa atau S1 Psikologi atau S1 Kependidikan
yang telah memperoleh pelatihan intensif dalam pendidikan khusus atau pernah mengajar
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam kelas pendidikan khusus
2. Kompetensi GPK

Buku Pedoman Pembinaan Tendik Direktur PSLB (dalam Depdiknas, 2007: 24)
mengungkapkan bahwa Kompetensi GPK selain dilandasi oleh empat kompetensi guru yang
utama (pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial), secara khusus juga berorientasi
pada tiga kemampuan utama, yaitu:
a. Kemampuan umum (general ability)

Kemampuan umum (general ability) adalah kemampuan


yang diperlukan untuk mendidik peserta didik pada umumnya (anak
normal)
b. Kemampuan dasar (basic ability)

Kemampuan dasar (basic ability) adalah kemampuan yang


diperlukan untuk mendidik peserta didik berkebutuhan khusus
c. Kemampuan khusus (specific ability)

Kemampuan khusus (specific ability) adalah kemampuan


yang diperlukan untuk mendidik peserta didik kebutuhan khusus
jenis tertentu (spesialis).
3. Tugas dan tanggung jawab GPK

Dalam PP 17 tahun 2010 Pasal (j) menjelaskan bahwa guru pembimbing khusus
sebagai pendidik pofesional memiliki tugas dan fungsi membimbing, mengajar, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik berkelainan pada satuan pendidikan umum, satuan pendidikan
kejuruan,dan/atau satuan pendidikan keagamaan.

Tugas dan tanggung jawab tersebut adalah, merencang dan melaksanakan program
kekhususan, melakukan proses identifikasi, asesmen dan menyusun PPI, melakukan
modifikasi kurikulum bersama guru kelas atau guru mata pelajaran, melakukan evaluasi
dan tindak lanjut, membuat program dan perkembangan peserta didik berkebutuhan khusus.
Tugas- tugas inilah yang perlu dilaksanakan oleh guru pembimbing khusus untuk
memberikan suatu pelayanan yang optimal bagi peserta didiknya di sekolah inklusif.(dalam

11
Wardah, 2019: 96)

Menurut Depdiknas (dalam Wati, 2014: 375-376) mengatakan adapun tugas GPK
adalah:
a. Memberikan bantuan berupa layanan khusus bagi anak-anak
berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas umum, berupa remedial ataupun
pengayaan.
b. Memberikan bimbingan secara berkesinambungan dan membuat
catatan khusus jika terjadi pergantian guru.
c. Memberikan bantuan (berbagi pengalaman) pada guru kelas dan/atau
guru mata pelajaran agar mereka dapat memberikan pelayanan
pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus.
d. Melaksanakan asesmen bersama team untuk mendiagnosa
permasalahan belajar ABK.
e. Membuat silabus, kurikulum, dan evaluasi yang disesuaikan dengan
kemampuan anak.

Subagya (dalam Mulyani, 2016: 8-9) yang mengatakan bahwa salah satu tugas guru
pendidik khusus yaitu
a. Mengadaptasi media atau alat khusus yang bertujuan untuk
menghilangkan kesenjangan komunikasi tertulis/lisan antara anak
berkebutuhan khusus dengan para guru kelas dan guru bidang studi
serta melengkapi bahan pelajaran tertulis yang relevan dengan anak
berkebutuhan khusus.
b. Layanan pembelejaran khusus yang diantaranya pembelajaran
remedial yang diberikan jika anak berkebutuhan khusus di dalam

proses belajar mengajar di kelas mengalami ketidakjelasan, salah


pengertian dan atau kesalahan cara mengajar guru.
c. Memberikan bimbingan secara berkesinambungan dan membuat
catatan khusus kepada anak-anak berkelainan selama mengikuti
kegiatan pembelajaran, yang dapat dipahami jika terjadi pergantian
guru. (Suyanto: 2012: 44-55)

12
Terdapat beberapa tugas bagi guru pembimbing khusus menurut Rudiyati (dalam
Wardah, 2019: 95) diantaranya:
a. Menyelenggarakan administrasi, asesmen

b. Menyusun program pendidikan inklusi

c. Pengadaan dan pengelolaan alat bantu ajar

d. Pembinaan anak berkebutuhan khusus

e. Memodifikasi kurikulum, konseling keluarga

f. Pengembangan pendidikan inklusif

g. Menjalin hubungan dengan pihak-pihak pelaksanaan pendidikan


inklusif.

Di samping tugas– tugas tersebut, Soejipto (dalam Wati, 2014: 376) tujuan dari guru
pendamping adalah “membantu mengatasi segala kesulitan yang dihadapi siswa sehingga
terjadi proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien”.
Dalam Pedoman Khusus Penyelenggara Inklusi tahun 2007 (dalam Zakia, 2015:112)
tugas GPK antara lain adalah:
a. Menyusun instrument asesmen pendidikan bersama-sama dengan guru
kelas dan guru mata pelajaran
b. Membangun sistem koordinasi antara guru, pihak sekolah dan orang
tua peserta didik

c. Melaksanakan pendampingan ABK pada kegiatan pembelajaran


bersama-sama dengan guru kelas/guru mata pelajaran/guru bidang
studi, Memberikan bantuan layanan khusus bagi anak-anak
berkebutuhan khusus yang mengalami hambatan dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran di kelas umum, berupa remidi ataupun
pengayaan
d. Memberikan bimbingan secara berkesinambungan dan membuat
catatan khusus kepada anak-anak berkebutuhan khusus selama
mengikuti kegiatan pembelajaran, yang dapat dipahami jika terjadi
pergantian guru,
e. Memberikan bantuan (berbagi pengalaman) padaguru kelas dan/atau

13
guru mata pelajaran agar mereka dapat memberikan pelayanan
pendidikan kepada anak-anak berkebutuhan khusus.
f. Hanya saja dalam pelaksanaan di lapangan, peran dan tugas GPK
mengalami penambahan. Seorang GPK bukan guru kelas dan juga
bukan guru mata pelajaran, tetapi guru yang berfungsi menjembatani
kesulitan yang dihadapi ABK, dan guru kelas/ mata pelajaran dalam
pembelajaran.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Efektivitas dan efisiensi belajar individu di sekolah sangat bergantung


kepada tugas, tanggung jawab dan peran guru. Guru di sekolah adalah
pendidik, tugasnya membimbing dan mendampingi siswa agar kelak dapat
hidup mandiri. Dalam KTSP guru adalah inisiator, konseptor, planner dan
programer. Dengan kata lain, guru di sekolah adalah pembimbing siswa agar
belajar menurut bakat dan minatnya. Dalam pendidikan Formal (sekolah) guru
adalah pemimpin di dalam kelas yang bertanggung jawab tidak hanya terhadap
perbuatannya, tetapi juga terhadap perbuatan orang-orang yang berada di
bawah perintah dan pengawasannya yaitu siswa.

Tugas dan tanggung jawab guru adalah mengajar atau menyampaikan


kewajiban kepada peserta didik. Selain itu juga membimbing mereka secara
keseluruhan sehingga terbentuk kepribadian muslim. Seorang guru
mempunyai tanggung jawab yang sangat besar dan berat. Guru bertugas
sebagai pengajar, pembimbing, administator kelas, pengembang kurikulum,
mengembangkan profesi juga membina hubungan dengan masyarakat.

B. Saran
Demikianlah makalah yang kelompok buat, semoga bermanfaat dan
menambah pengetahuan baru bagi para pembaca. Dengan ini, penulis
mengharapkan untuk para pembaca agar memahami apa yang telah penulis
tulis dan menggunakan informasi yang telah kami berikan. Untuk itu, kami
penulis meminta kritik dan saran kepada pembaca demi kelangsungan
perkembangan makalah kami selanjutnya.

15
DAFTAR REFERENSI

Astuti, Apri Nur Mita dan Karwanto. 2014. “Manajemen Sekolah Inklusi di SD Negeri
Babatan V Surabaya”. Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan. Vol. 3No. 3.

Depdiknas. 2007. Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif tentang


Pengadaan dan Pembinaan Tenaga Pendidik. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Luar Biasa.

Idris, Muhamad. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Marilyn dan William D. Bursuck. 2015. Menuju Pendidikan Inklusi. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Makmun, Abin Syamsuddin. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyani, Gusvina. 2016. Pelaksanaan Tugas Pokok Guru Pendidik Khusus di Sekolah
Penyelenggara Pendidikan Inklusif (Penelitian Deskriptif Kualitatif di SD N
09 Koto Luar). Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus. Volume 5 Nomor1.

Septiana, Fajar Indra. Peran Guru Dalam Standar Proses Pendidikan Khusus Pada
Lingkup Pendidikan Formal (Sekolah Luar Biasa/Sekolah Khusus). Inclusive:
Journal of Special Eduacation. Volume III Nomor 02. Universitas Islam
Nusantara.

Wardah, Erika Yunia. 2019. Peranan Guru Pembimbing Khusus Lulusan Non
Pendidikan Luar Biasa (Plb) Terhadap Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus
Di Sekolah Inklusi Kabupaten Lumajang. Jurnal Pendidikan Inklusi Volume 2
Nomor 2. Pendidikan Luar Biasa, Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya.
E-Issn: 2580-9806.

Wati, Ery. 2014. Manajemen Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar Negeri 32 Kota
Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Didaktika. Vol XIV No 2. Universitas Syiah Kuala.

Zakia, Dieni Laylatul. 2015. “Meretas Sukses Publikasi Imliah Bidang Pendidikan

16
Jurnal Bereputasi”. Surakarta. Makalah Seminar Nasional Pendidikan UNS
& ISPI Jawa Tengah. ISBN: 978-979-3456-52-2.

17

Anda mungkin juga menyukai