Pertemuan 1
Pertemuan 1
PERTEMUAN KE 1
1.3 Manfaat,
Setelah mempelajari materi ini maka mahasiswa diharapkan mampu
menjelaskan perilaku mekanis baja, prinsip dan filosopi desain struktur rangka
baja.
PENDAHULUAN
Baja adalah salah satu bahan bangunan yang unsur utamanya terdiri dari besi
(Fe). Baja ditemukan ketika dilakukan penempaan dan pemanasan yang
menyebabkan tercampurnya besi dengan bahan carbon (C) pada proses
pembakaran sehingga membentuk baja yang mempunyai kekuatan yang lebih
besar dari besi.
Baja struktur banyak dipakai untuk kolom serta balok bangunan bertingkat, sistem
penyangga atap, hanggar, jembatan, menara antena, penahan tanah, pondasi
tiang pancang, dll.
Sifat-sifat Mekanis
N = gaya aksial
L = panjang semula
A = luas penampang
akan terjadi:
N .L
ΔL=
Perpanjangan : E.A
N
σ=
Tegangan : A
ΔL
ε=
Regangan : L
Hubungan antara tegangan (stress) dan regangan (strain) ini, dapat dilihat pada
grafik yang dinamakan stress-strain diagram.
I = daerah elastis
II = daerah plastis
III = daerah pergeseran (strain hardening)
A = titik leleh (yield point)
D = titik putus
Fy = tegangan leleh (yield stress)
Fu = tegangan ultimate (ultimate stress)
tg = E = modulus elasstisitas = 2,1 x 106 kg / cm2
Apabila titik leleh tidak jelas terlihat pada grafik, maka dapat ditetapkan pada
regangan tetap sebesar 0.20 %.
σ
E=
Dari diagram di atas dapat terlihat bahwa: ε
Suatu spesimen baja yang telah diregangkan sampai fase pengerasan regangan,
beban dilepas, disimpan beberapa hari, proses ini biasa disebut penuaan
regangan (strain aging) pada temperatur ruangan.
Jika suatu spesimen baja yang telah diregangkan dengan tarikan sampai keadaan
plastis, dilepas bebannya dan dilanjutkan dengan pembebanan tekan, selanjutnya
beban tekan dilepas dan diteruskan dengan pembebanan tarik lagi, maka akan
terjadi gejala modulus elastisitas yang mengecil dan dikenal sebagai
Bauschinger Efek. Hal ini menjadi penting jika tekuk dan lendutan sangat
menentukan.
Gambar 3. Bauschinger Efek
Komposisi baja :