Anda di halaman 1dari 15

Ayat-ayat Tentang Asuransi

Mata kuliah : Tafsir Ilmu Ekonomi

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 13/AKS 2 F

Nama : Aisyah (0502221046 )

Fiqi Ardiansyah Siregar (0502222233)

Dosen Pengampu : Rahmi Syahriza, S.ThI, MA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN


BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA
2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Kesehatan jasmani
dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Muhammad SAW yang
telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna
dan menjadi rahmat bagi seluruh alam.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah
Al-qur’an yang berjudul “Ayat-Ayat Tentang Asuransi”. Dalam makalah ini kami
menjelaskan tentang apa saja ayat ayat al-qur’an yang berhubungan dengan Asuransi.

Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami dan semaksimal
mungkin. Namun, kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah
sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu, kami berharap
semoga makalah ini memberi manfaat dan dapat menambah wawasan pengetahuan
pembaca, khususnya tentang “Ayat-Ayat Tentang Asuransi”.

Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan
dari semua membaca makalah ini terutama dosen mata kuliah Tafsir Ilmu Ekonomi
yang kami harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami kedepannya. Sekian,
terimakasih.

Medan 03 Maret 2023

Penyusun

ii
Daftar Isi

Kata Pengantar.................................................................................................................. ii

Daftar Isi .......................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 1

1.3 Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB 2 PEMBAHASAN .................................................................................................. 3

2.1 Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah ........................................................ 3

2.1.1 Asuransi Konvensional ............................................................................... 3

2.1.2 Asuransi Syari’ah ....................................................................................... 4

2.2 Dasar Hukum beserta Ayat – Ayat Tentang Asuransi Pada Al Qur’an ............. 4

2.3 Karakteristik dan Keistimewaan serta Prinsip Asuransi Syari’ah ..................... 6

2.3.1 Tauhid ......................................................................................................... 6

2.3.2 Ta’awun ...................................................................................................... 6

2.3.3 Menjauhi Gharar, Maisir dan Riba. ............................................................ 6

BAB 3 PENUTUP ............................................................................................................ 8

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 8

Daftar Pustaka .................................................................................................................. 9

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Apabila kita amati pada masa saat ini kebutuhan hidup masyarakat modern
mempunyai mobilitas yang cukup tinggi dan jugakebutuhan akan teknologi dalam
mendukung aktivitasnya sehingga menimbulkan banyak risiko-risiko yang dapat terjadi.
Segala risiko yang kemungkinan terjadi itu berhubungan erat dengan masalah finansial,
misalnya seseorang yang terkena risiko usaha tentunya untuk mengembalikan usahanya
sesuai dengan keadaan semula membutuhkan sokongan keuangan yang cukup, namun
hal itu tidak dapat terjadi bila ketersediaan keuangannya tidak mencukupi. Oleh karena
itu dibutuhkan pengelolaan keuangan dengan benar dalam rangka mengantisipasi suatu
keadaan diluar dugaan. Salah satunya adalah pengelola keuangan dalam menjamin
risiko yang terjadi yaitu berupa asuransi.

Dengan jumlah penduduk muslim yang besar ditambah dengan kesadaran


keagamaan yang meningkat, perasuransian syariah ternyata cukup berkembang.
Lembaga-lembaga Keuangan Konvensional saat ini mulai pula membuka cabang
asuransi syariah, sehingga persaingan usaha perasuransian semakin kompetitif .1

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian asuransi secara umum?
2. Apa pengertian asuransi syariah?
3. Bagaimana dasar hukum asuransi menurut pandangan islam?
4. Bagaimana prinsip dasar asuransi dalam ajaran islam?
5. Apa karakteristik dan keistimewaan asuransi syariah?
6. Apa dalil atau ayat – ayat al qur-an yang berhubungan dengan asuransi?

1 Astiwara, Endy M, 2001, Perbedaan Secara Syariah Asuransi Takaful DenganAsuransi


Konvensional, Muamalatuna Vol. I/Edisi I/Th. I/25 Mei 2001

1
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mengerti tentang asuransi dan khususnya asuransi syariah.
2. Mahasiswa mengetahui hukum serta apa saja yang diatur ajaran islam tentang
asuransi.
3. Menjadi sarana meningkatkan keimanan dengan mengetahui karakteristik dan
keistimewaan asuransi syariah dibanding asuransi konvensional
4. Mahasiswa memahami ayat-ayat tentang asuransi dan penafsirannya.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Asuransi dan Asuransi Syariah

Kata asuransi awalnya berasal dari bahasa Latin, yaitu assecurare yang berarti
meyakinkan orang. Kata asuransi kemudian dikenal dengan assurance dalam bahasa
Perancis. Bahasa inggris dari asuransi adalah insurance yang kemudian diadopsi ke
dalam Bahasa Indonesia menjadi asuransi dengan padanan kata “pertanggungan”.2

Di Indonesia terdapat dua sistem yang dipakai dalam usaha perasuransi, yaitu
asuransi konvensional dan asuransi syariah.

2.1.1 Asuransi Konvensional

Asuransi secara konvensional sebagai Perjanjian antara dua pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan
menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung
karenakerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung,
yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang
dipertanggungkan.3 Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam
asuransi terdapat tiga unsur utama, yaitu pihak penanggung, pihak tertanggung dan
peristiwa yang tidak pasti.

2
AM. Hasan Ali, Asuransi Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, & Praktis (Jakarta:
Kencana, 2004), 57
3
Pasal 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.

3
2.1.2 Asuransi Syari’ah

Di Indonesia, istilah asuransi syariah dikenal dengan istilah takaful. Takaful

berasal dari kata bahasa Arab, yaitu ‫التكافل‬ berarti menanggung atau menjamin.
Asuransi syariah (takaful) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara
sejumlah orang/ pihak melalui investasi dalam bentuk asset atau ”tabarru’’ yang
memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad
(perikatan) yang sesuai dengan prinsip syariah.4 Juga dalam pengertian muamalah,
takaful adalah jaminan sosial di antara sesama muslim, sehingga antara satu dengan
yang lainnya bersedia saling menanggung resiko.5

2.2 Dasar Hukum beserta Ayat – Ayat Tentang Asuransi Pada Al Qur’an
Praktek asuransi sudah ada sejak zaman sebelum Rasulullah SAW. Asuransi
merupakan budaya dari suku Arab kuno. Praktek asuransi disebut dengan “aqilah“
yaitu salah satu anggota suku yang terbunuh oleh anggota suku lain, keluarga atau ahli
waris waris korban akan dibayar dengan sejumlah uang darah (diyat). . Praktek “aqilah”
sama halnya dengan praktek asuransi, kontribusi yang diberikan sama seperti premi
dalam asuransi. Sedangkan, kompensasi yang diberikan kepada ahli waris korban sama
dengan nilai pertanggungan. Dengan demikian, maka suku arab pada zaman dahulu
sudah mempraktekkan asuransi dengan cara melakukan proteksi terhadap anggota
sukunya terhadap resiko pembunuhan yang bisa terjadi setiap saat tanpa di duga
sebelumnya. 6

Di dalam al-Qur‟an tidak ditemukan kata yang menyebut istilah asuransi seperti
takaful. Akan tetapi, al-Qur‟an menjelaskan tentang konsep dan praktik dari asuransi.
Seperti pada QS Al Basyr (59):18 yang bunyinya sebagai berikut:

4
Fatwa Dewan Asuransi Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia, tentang Pedoman Umum Asuransi Syariah
bagian pertama (DSN-MUI) Fatwa DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001
5
Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010), 98.
6
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi syariah, 10

4
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah
setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok
(akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan.”7

Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah menganjurkan kepada umatnya untuk


memperhatikan dan mempersiapkan masa depannya. Walaupun pesannya lebih kepada
mengerjakan ibadah untuk akhirat akan tetapi kita bisa menjadikan ayat tersebut
menjadi dalil dan dasar hukum Asuransi. Sehingga kita mengqiyashkan dari kata “hari
esok (akhirat)” menjadi persiapan masa depan untuk memproteksi diri sehingga
seseorang tersebut akan lebih siap jika menghadapi musibah yang tidak pasti datangnya
di dunia.

Dan juga pada QS An Nisa (4):85 bisa dijadikan dasar hukum Asuransi. Yang

berbunyi :

“ “Barangsiapa memberi pertolongan dengan pertolongan yang baik, niscaya


dia akan memperoleh bagian dari (pahala)nya. Dan barangsiapa memberi
pertolongan dengan pertolongan yang buruk, niscaya dia akan memikul bagian
dari (dosa)nya”.8

7
QS Al Basyr (59):18
8
QS An Nisa (4):85

5
2.3 Karakteristik dan Keistimewaan serta Prinsip Asuransi Syari’ah
Sebagai pengelola dana asuransi, perusahaan asuransi syariah wajib menjalankan
amanah yang telah diberikan oleh para peserta asuransi syariah untuk mengelolah premi
serta membantu meringankan beban musibah yang dialami oleh peserta lain. Untuk
menjalankan amanah tersebut, maka asuransi syariah memiliki karakteristik prinsip
sehingga dapat membedakan asuransi syariah dengan asuransi konvensional. Oleh
karena itu berikut beberapa prinsip asuransi syariah yang digunakan untuk mencapai
tujuan tersebut:

2.3.1 Tauhid
Prinsip tauhid harus digunakan sebagai dasar dari setiap tindakan manusia
khususnya dalam hal bermuamalah karena sumber dari segala perbuatan merupakan
hasil penciptaan Allah SWT. Sehingga ada keyakinan bahwa Allah SWT selalu
mengawasi gerak langkah kita. Hal ini merupakan hal yang paling penting dalam hidup
karena merupakan wujud dari keimanan seseorang

2.3.2 Ta’awun
Niat seseorang menjadi peserta asuransi tentu dilandasi adanya prinsip tolong
menolong (ta‘awun) karena hal tersebut merupakan karakter utama dari asuransi
syariah. Setiap peserta memberikan sebagian dana kebajikan atau dana tabarru’ yang
dikumpulkan untuk kemudian digunakan menolong dan meringankan beban peserta lain
yang sedang mengalami musibah.

2.3.3 Menjauhi Gharar, Maisir dan Riba.


Dalam asuransi konvensional, gharar atau ketidakpastian terjadi karena ada
kepastian berapa jumlah uang pertanggungan yang akan diterima, akan tetapi tidak ada
kepastian berapa jumlah seluruh premi yang akan dibayarkan. Sementara, hidup dan
matinya seseorang hanya Allah SWT yang mengetahui. Solusi yang diberikan asuransi
syariah untuk menghilangkan unsur gharar ini adalah dengan memberikan program
tabungan disamping tetap memberikan proteksi terhadap jiwa seseorang melalui
tabarru’.

Adapun wujud dari maisir ini adalah apabila sampai perjanjian berakhir peserta
tidak mengalami musibah atau kecelakaan, maka peserta tidak berhak mendapatkan

6
klaim atas premi yang telah disetornya. Sementara, keuntungan akan diperoleh ketika
peserta yang belum menjadi anggota dan perjanjiannya belum akhir, akan tetapi telah
mengajukan klaim sehingga peserta tersebut dapat menerima dana pembayaran klaim
yang jauh lebih besar dari pada premi yang telah dibayarkan. Dalam konsep takaful,
apabila peserta tidak mengalami kecelakaan atau musibah selama menjadi peserta, maka
ia tetap berhak mendapatkan premi yang disetor.

Dan yang paling membedakan perusahaan asuransi konvensional dengan


asuransi syari’ah adalah unsur riba yang tercermin dalam cara melakukan usaha dan
investasi dari dana premi yang terkumpul atas dasar bunga. Sementara, pada konsep
takaful dana tabarru’ dan dana tabungan yang dikelola secara terpisah diinvestasikan
dengan prinsip bagi hasil.9

9
Zainuddin Ali, Hukum Asuransi Syariah , 51

7
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Asuransi konvensional berbeda dengan asuransi syari’ah yang dimana pihak yang
memberikan sesuatu berhak mendapatkan penggantian dari pihak yang diberi. Apabila
hal ini dilakukan oleh peserta asuransi syariah, maka perbuatan ini tak ubahnya seperti
seseorang memberikan sumbangan, kemudian diambil kembali. Selain itu, apabila hal
tersebut ada pada asuransi syariah, maka akan dipertanyakan sisi syariahnya asuransi
tersebut apabila dibandingkan dengan asuranasi konvensional. Perbuatan seperti ini
merupakan tindakan yang diharamkan.

Maka dari itu, asuransi syari’ah memiliki hukum ‘Wajib”. Dikarenakan


berdasarkan dalil atau ayat-ayat Al-qur’an yang menjadi landasan asuransi syariah itu
sendiri adalah tolong menolong. Walaupun garis besar pengertian asuransi yang
dipahami khalayak umum merupakan jaminan hidup untuk masa depan bila terjadi
musibah yang tidak di inginkan.

8
Daftar Pustaka

- Astiwara, Endy M, 2001, Perbedaan Secara Syariah Asuransi Takaful DenganAsuransi

Konvensional, Muamalatuna Vol. I/Edisi I/Th. I/25 Mei 2001

- Bagus Irawan, Aspek-aspek Hukum Kepailitan Perusahaan dan Asuransi (Bandung:

Alumni, 2007), 101.

- AM. Hasan Ali, Asuransi Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis,

Teoritis, & Praktis (Jakarta: Kencana, 2004), 57

- Pasal 1 Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian.


- Fatwa Dewan Asuransi Syariah Nasional, Majelis Ulama Indonesia, tentang Pedoman

Umum Asuransi Syariah bagian pertama (DSN-MUI) Fatwa DSN No. 21/DSN-

MUI/X/2001

- Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu,

2010), 98.
-
QS Al Basyr (59):18

-
QS An Nisa (4):85

- Zainuddin Ali, Hukum Asuransi syariah

Anda mungkin juga menyukai