Anda di halaman 1dari 13
STUDI BIOEKOLOGI NYAMUK Anopheles DI WILAYAH PANTAI TIMUR KABUPATEN PARIGI-MOUTONG, SULAWESI TENGAH Triwibowo A.Garjito!, Jastal', Yunus Wijaya', Lili!, Siti Chadijah', Ahmad Erlan', Rosmini!, Samarang', Yusran Udin', Yudith Labatjo! BIOECOLOGY STUDY OF Anopheles SPECIES IN EAST-COASTAL AREA, PARIGI- MOUTONG DISTRICT, CENTRAL SULAWESI Abstract. A study was conducted in two villages in East-coastal area, Parigi-Moutong District, Central Sulawesi during 1999-2002 to determine the bioecology of Anopheles species particularly biting activity related to human habits and rainfall. In longitudinal survey of the mosquitoes performed for 23 months in Kasimbar and 22 months in Sidoan during 1999-2002, 8670 female Anopheles from 10 species were collected. The most abundant is An, vagus, comprising over 45.22% of the total anophelines collected, followed were more exophilic rather than endophilic. An. barbirostris and An, subpictus are known as vectors and suspected vectors wich are important in transmitting malaria in Central Sulawesi. This two-suspected vector species showed same pattern of biting activity, For An. barbirostris the peak of biting activity was close to midnight indoors and outdoors (between 11 pm-4 am) and for An. subpictus between 9 pm -3 am, mainly before midnight indoors and outdoors. Regression of the log-transformed mean number caught with the rainfall showed no significant relationship between rainfall and mean number of An. barbirostris and An, subpictus in Kasimbar and Sidoan (r account <5%). An, barbirostris in Kasimbar and An. subpictus in Sidoan always abundant throughout the year. The brackish lake ecosystem gives An, subpictus possibilities of adaptation this species live the whole year round in Tinombo but their frequencies vary with the inundation of the lake. This same condition also showed in the ‘pool around the villages in Kasimbar that gives An. barbirostris possibilities of adaptation throughout the year. Key words : Bioecology, Anopheles, Parigi-Moutong District, Central Sulawesi, malaria PENDAHULUAN dilakukan untuk memberantas malaria di Di Kabupaten Parigi-Moutong, Pro- wilayah tersebut, tetapi hingga sekarang vinsi Sulawesi Tengah, hampir semua wilayah Puskesmas mempunyai masalah malaria. Data malaria klinis selama 1 tahun per 1000 penduduk dalam 5 tahun terakhir (1998-2002) menunjukkan bahwa AMI (Annual Malaria Incidence) di wilayah tersebut selalu berada di atas AMI rata-rata Indonesia 20% “) yaitu berkisar antara 24,01%0-29,40% ®, Berbagai upaya telah ‘UPF-PVRP Donggala, BPVRP, Puslit Ekologi Kesehatan, Badan Litbangkes hasilnya belum sesuai dengan yang di- harapkan karena masih banyaknya kendala yang dihadapi, satu di antaranya mengenai data bioekologi vektor yang belum di- ketahui dengan baik. Setiap spesies Anopheles yang ber- peran sebagai vektor malaria di setiap daerah berbeda baik biologi maupun cko- loginya, sehingga untuk menentukan stra- 49 Bul. Penel. Kesehatan, Vol. 32, No. 2, 2004: 49-61, tegi pemberantasan malaria di daerah en- demis, seperti halnya Kabupaten Parigi- Moutong harus pula mengacu kepada hal tersebut. Dengan diketahuinya data me- ngenai bioekologi vektor maka akan dapat dipahami epidemiologi penyakitnya, de- ngan demikian strategi pemberantasannya akan dapat ditentukan secara tepat sesuai dengan kondisi setempat “? Informasi mengenai bioekologi vek- tor malaria ini telah dilaporkan di wilayah Sumatra dan Jawa “), sedang informasi di daerah lain khususnya di Sulawesi Tengah belum pemah dilaporkan. Dalam rangka melengkapi informasi tersebut, pada tahun 1999-2002 telah dilakukan penelitian ento- mologi di wilayah pantai timur, Kabupaten Parigi-Moutong yaitu Desa Kasimbar, Ke- camatan Ampibabo dan Desa Sidoan, Ke- camatan Tinombo. Dua lokasi tersebut di- ketahui_ memiliki ‘Kondisi_ geografis. yang spesifik. Desa Kasimbar, Kecamatan Am- pibabo merupakan kawasan pertanian dengan prevalensi malaria antara 4,9%- 5,61% sepanjang tahun, sedangkan Desa Sidoan, Kecamatan Tinombo merupakan kawasan pantai dengan prevalensi malaria antara 0,46%- 2,2% sepanjang tahun. Dari hasil penelitian ini dilaporkan beberapa aspek mengenai bioekologi nya- muk Anopheles yang merupakan vektor dan suspected vektor malaria di wilayah tersebut. BAHAN DAN METODA Daerah Penelitian Pengamatan bioekologi Anopheles dilakukan di satu dusun pada tiap desa pe- ngamatan. Desa Kasimbar, Kecamatan Ampibabo dan Desa Sidoan, Kecamatan Tinombo dipilih sebagai lokasi penelitian karena_memiliki kondisi geografis_ yang mewakili beberapa lokasi kecamatan lain- nya di Kabupaten yang sama, Di samping itu dua lokasi tersebut_memiliki angka 50, malaria klinis yang cukup tinggi di- bandingkan lokasi yang lain di kabupaten yang sama Desa Kasimbar, Kecamatan Ampi- babo (0°14°56" LS, 120°02°10""BT) meru- pakan dataran rendah yang dikelilingi areal persawahan, rawa-rawa, kolam-kolam ikan dan lahan perkebunan, Mata pencaharian penduduk dari desa yang berjarak 111,2 km dari kota Palu (Ibu Kota Propinsi Sulawesi Tengah) tersebut sebagian besar adalah bertani (87%), diikuti wiraswasta (9%) serta pegawai (4%). Pekerjaan petani sangat dipengaruhi oleh musim, Pada mu- sim penghujan, masyarakat mengolah sa- wahnya untuk menantam padi, sedangkan pada musim kemarau sebagian masyarakat pergi ke hutan mencari kayu bangunan dan rotan, Sebagian penduduk di wilayah ter- sebut memelihara temak, Sapi, kambing don babi merupakan ternak yang banyak dipelihara masyarakat setempat. Desa Sidoan, Kecamatan Tinombo (0°41°20"LU, 120°29°21""BT) merupakan lokasi yang tidak jauh dari kawasan pantai Di sekitar desa yang berjarak lebih kurang 183,6 km dari kota Pal tersebut selain terdapat lagun-lagun yang cukup luas yang ditumbuhi oleh lumut, juga terdapat areal perkebunan yang cukup has. Di sekitar kawasan tersebut terdapat pula lahan pertanian (padi) meskipun agak jauh dari areal pemukiman, Mata pencaharian pen- duduk sebagian besar bertani dan berda- gang. Di lokasi itu, temak yang umum dipelihara penduduk, adalah sapi, kambing dan babi Bentuk bangunan di kedua lokasi pe- nelitian tersebut tidak jauh berbeda, yaitu umumnya berupa rumah papan dari kay, rumah panggung dan bangunan permanen dari semen. Di kedua lokasi tersebut mu- sim hujan rata-rata terjadi pada _bulan April-Agustus dengan curah hujan 119 mnvbulan setiap tahunnya. Dengan kondisi tersebut masyarakat hanya bisa menanam padi rata-rata 2 kali dalam setahun, Penangkapan Nyamuk Sepanjang Ma- lam (whole night collection) Penangkapan nyamuk menggunakan cara landing collection technique. Penang- kapan dilakukan oleh 6 orang yang sudah terlatih, dilakukan di dalam rumah/indoor (penangkapan nyamuk yang menggigit orang di dalam 3 rumah dikerjakan oleh 3 orang), di luar rumah/outdoor (penang- kapan nyamuk yang menggigit orang di luar 3 rumah yang sama dikerjakan oleh 3 orang), penangkapan nyamuk yang hing- gap di dinding dalam rumah dikerjakan oleh 3 orang pada 3 rumah dan di sekitar kandang dikerjakan oleh 3 orang dengan menggunakan aspirator. Penangkapan dila- kukan antara jam 18.00-06.00. Semua nya- muk yang tertangkap dibunuh mengguna- kan chloroform dan diidentifikasi menggu- nakan kunci identifikasi O'Connor & Arwati ‘”’ dan Stojanovich & Scott. Penangkapan nyamuk di Kasimbar, Ampibabo dilakukan setiap bulan antara bulan Desember 1999-November 2001, sedangkan di Sidoan, Tinombo dilakukan setiap bulan antara bulan Februari 2001- Desember 2002 Survey Jentik Pengambilan jentik dilakukan pada semua perairan yang ada di tiap daerah penangkapan dengan pencidukan, Selain dibuat preparat, jentik Anopheles dipel hara sampai menjadi nyamuk. Identifikas dilakukan dalam bentuk jentik maupun setelah jentik menjadi nyamuk. Survei jentik ini ditakukan untuk mengetahui pe- Studi Biockologi Nyamuk Anopheles. (Garjto eral) rairan yang menjadi tempat perindukan nyamuk Anopheles. Pengambilan Data Curah Hujan Data Curah Hujan berisi data curah hujan bulanan yang diambil dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Biromaru, Badan Litbang Pertanian, Data ini diperoleh dari data stasiun hujan milik lembaga tersebut di wilayah Kecamatan Ampibabo dan Kecamatan Tinombo. Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan ana- lisis regresi korelasi sederhana_menurut Gomez & Gomez © untuk melihat ada tidaknya hubungan antara kepadatan vek- tor dengan fluktuasi curah hujan. HASIL, Hasil penangkapan nyamuk yang dilakukan di dua lokasi survei secara ke- seluruhan (umpan orang luar, umpan orang dalam, dinding dan sekitar_kandang) terangkum di dalam Tabel 1. Fauna Anopheles, Kelimpahan Nisbi dan Dominansi Vektor Dari total 8670 nyamuk Anopheles betina yang berhasil ditangkap melalui umpan orang, di dinding dan di sekitar kandang di kedua lokasi tersebut ditemu- kan sepuluh spesies Anopheles, yaitu: An. barbirostris, An, subpictus, An. para- ngensis, An, aconitus, An, hyrcanus grup, An. indefinitus, An. kochi, An, maculatus, An. tesselatus dan An, vagus (Tabel 1). Dua di antaranya, yaitu An. barbirostris merupakan suspected vektor dan An. sub- pictus merupakan spesies vektor di Pro- pinsi Sulawesi Tengah, 31 Bul, Penel, Kesehatan, Vol. 32, No.2, 2004: 49.61 Tabel 1, Total Spesies Anopheles yang Berhasil Ditangkap di Desa Kasimbar (Desember 1999-November 2001) dan Desa Sidoan (Februari 2001-Desember 2002) Desa Sidoan, Kecamatan Desa Kasimbar, Kecamatan Spesies ——_____Tinombo A mpibabo tay UOL UOD DD KD OL OD DD KD “An. barbirostris Wu 6 8 34 832 738 202 416 2247 ‘An. tesselatus 2 1 6 3033 BS 466 dt hea yaa pad a 5% Tabel 5. Perhitungan Persamaan Regresi Linear Antara Kepadatan Rata-rata An, barbirostris dengan Curah Hujan di Desa Sidoan, Kecamatan Tinombo Februari 2001 — Desember 2002 Kepadatan ‘Simpangan da Kuadrat dar Hiasil kal ® Jumlah erate cura ' rataan Penyimpangan __penyimpangan _hitum Hujan —Epnvimpangen __penyimpangan _hitung— data An.subpictus_"4 x » @O) Jamlah > Jumlah 0,36 3424 Total: Total: Total: Total: 60,0887 cd rerata: rerata 0,01" 0,01" —0,0088 + 356472,94 Sa 0,02 155,63 ‘tidak not karenapemibelatan tidak beda nate pada tara 596 37 Bul, Penel. Keschatan, Vol. 32, No. 2, 2004: 49-61 dengan umpan orang di dalam rumah, puncak kepadatan menggigit orang terjadi pada pukul 01.00-02.00 setelah sebelum- nya mengalami peningkatan kepadatan menggigit yang tinggi pada sekitar pukul 22.00-24.00. Spesies vektor yang lain di Sidoan, yaitu An, barbirostris ditemukan meng- gigit orang di luar rumah mulai_pukul 18,00-06.00. Dari awal penangkapan ter- jadi peningkatan intensitas menggigit ma- nusia, Puncak kepadatan menggigit terjadi pada pukul 23.00-24.00 dan antara pukul 01.00-03.00. Setelah itu mengalami penu- runan dalam menggigit manusia sampai pukul 06.00. Pada penangkapan dengan menggunakan umpan orang di dalam ru- mah, puncak kepadatan menggigit terjadi antara pukul 23.00-24.00. Hasil Survei Jentik Hasil survei yang dilakukan pada pagi hari selama penangkapan berlangsung di Desa Kasimbar, Kecamatan Ampibabo menunjukkan adanya jentik Anopheles yang ditemukan di sawah, kolam ikan yang tidak terawat dan rawa-rawa, Di lokasi tersebut, jentik An. barbi- rostris berkembang biak dengan baik di air jemih ataupun air keruh, air berhenti maupun sedikit mengalir, di tempat teduh maupun tempat yang terkena sinar mata- hari secara langsung. Tempat perindukan untuk spesies ini meliputi sawah dan rawa- rawa yang tersebar di sekitar perkampu- ngan. Sedangkan hasil survei_yang dilaku- kan di Desa Sidoan, Kecamatan Tinombo ‘menunjukkan jentik An, subpictus banyak ditemukan di lagun-lagun yang ditumbuhi lumut Chladophora sp. dan Entheromor- pha sp. yang tersebar luas di sekitar per~ kampungan penduduk. Kadar garam di lokasi tersebut belum diketahui Karena 58 keterbatasan alat survei (salinometer). Jen- tik An, barbirostris di lokasi yang sama ditemukan di rawa-rawa dan sawah yang terdapat di sekitar lokasi penangkapan. PEMBAHASAN Di Desa Kasimbar, Kecamatan Am- pibabo, An. barbirostris merupakan jenis Anopheles yang telah diketahui_ memiliki peran penting di dalam penyebaran_ma laria ©", Di wilayah tersebut, jenis ini di temukan cukup melimpah sepanjang ma- lam dalam penangkapan umpan orang di luar maupun di dalam rumah, Hasil pe- nangkapan dengan umpan manusia me- nunjukkan densitas An. barbirostris yang tinggi yaitu 36,17 ekor menggigivforang sepanjang malam dari rata-rata densitas di dalam rumah dan 32,09 ekor menggigit/ orang sepanjang malam dari rata-rata den- sitas di luar rumah. Puncak kepadatan menggigit An. barbirostris pada penangkapan dengan menggunakan umpan orang [var maupun dalam terjadi dari jam 23.00-04.00 me- nunjukkan bahwa jenis ini mengalami puncak kepadatan menggigit pada sekitar tengah malam. Dalam Kisaran waktu ter- sebut, aktivitas yang dilakukan penduduk sebagian besar adalah istirahat (tidur). Hasil tersebut agak berbeda dengan spesies nyamuk yang sama yang dite- mukan di Provinsi Sz Kaeo, Thailand oleh Limrat, et. al ', di mana puncak kepa- datan menggigitnya terjadi antara pukul 21.00-24.00 di mana sebagian penduduk masih ada yang melakukan aktivitas baik di luar maupun di dalam rumah. Tidak edanya korelasi positif antara indeks curah hujan dengan kepadatan vektor menunjukkan bahwa perkembang- biakan vektor tidak terlalu dipengaruhi cu- rah hujan. Hal itu disebabkan karena curah hujan_ yang rendah sepanjang tahun yang berkisar antara 10-261 mm setiap bulan- nya, Pada saat musim kemarau semua areal persawahan kering, aliran air di saluran irigasi sangat famban dan beberapa rawa- rawa di sekitar pemukiman juga kering. ‘Namun di lokasi tersebut terdapat kolam- kolam ikan yang tidak terurus yang selalu digenangi air tanpa predator jentik. Di tempat tersebut banyak ditemukan jentik- jentik Anopheles yang berkembang_ biak dengan baik sepanjang tahun. Dalam penelitian ini muncul hal yang menarik, yaitu adanya peningkatan kasus angka malaria klinis setelah terjadi peningkatan curah hujan pada sekitar satu bulan sebelumnya. Hal tersebut perlu di- kaji dalam penelitian selanjutnya karena meskipun populasi vektor rendah, namun kemungkinan parasit (Plasmodium sp.) efektif berkembang dalam kondisi ling- kungan seperti itu, sehingga terjadi efek- tivitas transmisi malaria di wilayah ter- sebut. Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Sidoan, Kecamatan Tinombo, me- nunjukkan spesies An. subpictus ditemu- kan cukup melimpah di lokasi tersebut. Jenis ini ditemukan sepanjang malam dalam penangkapan umpan orang di luar maupun di dalam rumah. Hasil penang- kapan dengan menggunakan umpan ma- nusia menunjukkan densitas An. subpictus yang tinggi yaitu 3,91 ekor menggigit/ orang sepanjang malam dari rata-rata den- sitas di dalam rumah dan 5,45 ekor meng- gigivorang sepanjang malam dari rata-rata densitas di luar rumah. Puncak kepadatan An. subpictus yang terjadi dari jam 21.00-03.00 dalam penangkapan dengan menggunakan umpan orang luar_maupun umpan orang dalam ‘menunjukkan bahwa jenis ini juga menga- Jami puncak kepadatan menggigit pada se- kitar tengah_malam. Dalam rentang waktu Studi Bioekologi Nyamuk Anopheles. (Garjto et.al) tersebut selain sudah ada yang beristirahat (tidur), masih ada sebagian masyarakat yang melakukan aktivitas pribadi (yang berhubungan dengan keluarga, pekerjaan, dsb.) maupun aktivitas sosial (arisan, per- temuan kampung, pengajian, dsb) baik di dalam maupun di luar rumah. Hasil tersebut berbeda dengan jenis yang sama yang ditemukan di daerah Tan- jung Bunga, Flores Timur oleh Barodji, et. al”, di mana puncak kepadatan menggi- gitnya terjadi pada antara pukul 20.00- 22.00. Jenis nyamuk vektor lain di lokasi tersebut, yaitu An. barbirostris densitasnya sebesar 0,3 ekor menggigiv/orang sepan- jang malam dari rata-rata densitas di luar rumah dan 0,27 ekor menggigi/orang se~ panjang malam dari rata-rata densitas di dalam rumah, Puncak kepadatan menggigit terjadi_antara pukul 23.00-03.00 dalam penangkapan dengan menggunakan umpan orang di dalam maupun di luar rumah. Tampaknya puncak kepadatan jenis ini bersamaan dengan puncak kepadatan nya- muk An, subpictus di lokasi yang sama. Seperti halnya di Kasimbar, tidak adanya korelasi positif antara indeks curah hujan dengan kepadatan vektor di Sidoan menunjukkan perkembangbiakan vektor tidak terlalu dipengaruhi curah hujan. Hal itu disebabkan karena curah hujan yang rendah sepanjang tahun yang berkisar an- tara 0-405 mm_ setiap bulannya. Di samping itu, di lokasi tersebut terdapat lagun-lagun luas yang tersebar yang kon- disi airnya tidak dipengaruhi oleh hujan (meskipun fluktuasinya dipengaruhi oleh pasang surut air laut, aamun selalu ada sepanjang tahun). Di lagun yang sebagian besar terkena sinar matahari secara lang- sung fersebut banyak dijumpai lumut-lu- mut jenis Chladophora sp, Entheromorpha sp dan beberapa jenis yang lain. Sebagai- ‘mana diketahui jenis lumut tersebut meru- 59) Bul, Penel. Keschatan, Vol. 32, No. 2, 2004: 49.61 pakan salah satu sumber makanan bagi jentik Anopheles yang hidup di air payau, termasuk An. subpictus. Di lokasi tersebut banyak dijumpai larva An, subpictus yang berkembang biak dengan baik. Berbeda dengan hasil penelitian di Desa Kasimbar, di lokasi ini peningkatan curah hujan tidak diikuti dengan pening- Katan Kasus malaria klinis (lihat Gambar 2.), namun ada indikasi adanya puncak ka- sus malaria pada bulan yang sama selama 2 tahun terakhir, yaitu pada bulan Juli (li- hat Gambar 2). Secara keseluruhan hasil penelitian di kedua lokasi tersebut menunjukkan bah- wa pengendalian stadium pradewasa (jen- tik) spesies vektor dan suspected vector da- lam hal ini An, barbirostris dan An, sub- pictus merupakan cara yang tepat di dalam menurunkan populasi/kepadaten vektor di wilayah tersebut mengingat sebagian besar tempat perindukan nyamuk Anopheles di tempat tersebut merupakan tempat perin- dukan yang permanen. Penggunaan dan pengembangbiakan predator/musuh alami seperti: ikan kepala timah (Panchax-panchax), Back swimmer (Notonecta undulata dan Notonecta insu- lata), serta pembersihan tempat perindu- kan dari sampah organik/detritus, khusus- nya lumut (Entheromorpha sp., Chladop- hora sp, dsb) yang merupakan makanan bagi jenis jentik Anopheles yang hidup di air payau di wilayah tersebut merupakan cara yang diharapkan efektif menurunkan Jjentik nyamuk vektor. Di samping itu penggunaan kelambu di masyarakat merupakan salah satu cara yang dapat membantu melindungi pendu- uk terhadap gigitan nyamuk vektor, khu- susnya di Sidoan dan sekitamya mengingat nyamuk vektor yang ditemukan di lokasi tersebut tinggi kepadatannya di dalam ru- mah, serta puncak kepadatan menggigitnya 60 terjadi pada sekitar tengah malam sampai ini hari, di saat sebagian besar masyarakat istirahat (tidur). Pemberian informasi mengenai ke- dua hal tersebut kepada masyarakat dan sektor lainnya (pertanian, kehutanan, peri- Kanan, dsb) sangat perlu mendukung di dalam mendukung cara _pemberantasan malaria secara integratif Khususnya di se- kitar lokasi penelitian dan umumnya di Kabupaten Parigi-Moutong. SIMPUL: Hasil penelitian terdapat sepuluh spesies Anopheles yang berhasil ditemukan di Desa Kasimbar, Kecamatan Ampibabo dan Desa Sidoan, Kecamatan Tinombo, yaitu: An. barbirostris, An. subpictus, An. parangensis, An. aconitus, An. hyrcanus grup, An. indefinitus, An. kochi, An, macu- latus, An, tesselatus dan An, vagus (Tabel 1). Dua di antaranya, yaitu An. barbirostris dan An. subpictus merupakan spesies vek- tor dan suspected vector yang dicurigai di Provinsi Sulawesi Tengah. An. barbirostris ditemukan sepan- Jang tahun di kedua lokasi penelitian, se- dangkan An. subpictus ditemukan sepan- jang tahun di Desa Sidoan saja, Kepada- tan vektor kedua spesies nyamuk tersebut tidak dipengaruhi oleh peningkatan curah hujan. Puncak kepadatan menggigit kedua spesies berlangsung pada sekitar tengah malam. An. barbirostris mempunyai pun- cak kepadatan menggigit antara 23.00- 04.00, sedangkan An, subpictus berlang- sung antara 21.00-03.00. An. barbirostris mempunyai tempat berkembang biak di sawah dan rawa-rawa maupun kolam ikan yang tidak terurus, baik yang terkena sinar matahari secara. langsung maupun di tempat yang teduh. Sedangkan An. subpic- tus melimpah ditemukan di lagun-lagun yang terkena sinar matahari langsung dan ditumbuhi jenis lumut tertentu. UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dibiayai melalui dana Intensified Communicable Diseases Con- trol Project (proyek ICDC) dari Asian Development Bank. Penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1) Direktorat Jen- deral Pemberantasan Penyakit Menular (Sub Direktorat Penyakit Bersumber Bina- tang), Badan Penelitian dan Pengem- bangan Kesehatan serta Balai Penelitian Vektor dan Reservoir Penyakit di Salatiga, 2) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sula- wesi Tengah, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala dan Kabupaten Pari- Moutong yang membantu pengurusan ijin, pemberian informasi dan pelaksanaan survey dalam penelitian ini, 3) Ka Sub Din P2M Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah dan staf serta Ka Sub Din PPM Dinas Kesehatan kabupaten Donggala dan staf atas kerja samanya yang erat selama ini, 4) Kepala beserta staf Puskesmas tempat penelitian dilaksanakan, serta 5) Semua pihak yang telah membantu lang- sung maupun tidak langsung termasuk da- lam memberikan saran untuk penyusunan tulisan ini, DAFTAR RUJUKAN 1. Pokja Ditjen PPM & PLP & WHO Indonesia. Malaria Pelita VI. Depkes RI, Jakarta; 1997. 2. Dinas Kesehatan Kabupaten Donggala, La- poran Kegiatan P2 Malaria Kabupaten Dong- ala (1999-2002), Donggala, Sulteng; 2002. ‘Studi Bioekologi Nyamuk Anopheles. 10, un Sukowati, $. Pengembangan Model Pembe- rantasan Malaria Secara Efektif dan Efisien di Daerah Lombok, Nusa Tenggara Barat Puslitbang Ekologi Kesehatan, Jakarta; 2001 Idris-ldham, N.S, M. Sudomo, Soetjitno, 1 G W Dijana, 'S. Empi. Studi Ekologi Nyamuk Anopheles di Daerah Endemik Malaria di Propinsi Sumatra Utara. Makalah yang disampaikan dalam Seminar II Hari Nyamuk “Pengendalian Nyamuk —Vektor _Penyakit Dalam rangka Peningkatan Produktivitas Kerja dan Mutu Sumber Daya Manusia, BPV&RP, Salatiga, Jawa Tengah; 2002 Sundaraman, S, R.R, Soeroto, M. Siran. Vektor Malaria in Mid Java. Indian J. Malariol. 11; 1957: 321-328, Departemen Kesehatan RI. Malaria (Entomo- logi 10). Ditjen PPM & PLP, Jakarta; 1995 O'Connor, CT, A. Soepanto. Kunci Bergambar Anopheles Betina di Indonesia Ditjen PPM & PLP, Depkes RI, Jakarta; 1994. Stojanovich, C. J., H. G. Scott. Illustrated Key to Mosquitoes of Vietnam. US. Department of Health Education and Welfare, Atlanta, Geor- Bia; 1966, Gomez, K. A, A. A. Gomez... Statistic Proce- dure for Agricultural Research. University of Philippines, Los Banos, Phlilippines, 1983, ‘Namru-2. Malaria Vector in Indonesia. 1919- 1997, Namru-2 Document; 1997. Limrat, D, B. Rojruthai, C. Apiwathnason, Y. Samung, S. Prommongkol. Anopheles bar- birostris/eampestris as a Probable Vektor of Malaria in Aranyaprathet, Sa Kaeo Province. Southeast Asian J Trop Med Publich Health 2001, Dee;32(4):739-44, Barodji, Sumardi, Suwaryono T, Rahardjo, Mujiono, Priyanto -H. Beberapa aspek Bionomik vektor Anopheles subpictus Grassi di Kecamatan Tanjung Bunga, Flores timur, NTT. Bul. Penelit. Kesehatan. 27(2) 1999/2000:268- 281 61

Anda mungkin juga menyukai