Anda di halaman 1dari 69

HAK ATAS KEKAYAAN INTELEKTUAL, HAK CIPTA DAN PATEN

Disusun guna memenuhi tugas mata

kuliah Hukum atas Kekayaan Intelektual

Dosen Pengampu:

WalterA.LSinaga,S.H.,M.H.

Oleh:

Ivana Melanie Prafitri NPM. 010120125

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

TAHUN 2022 – 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan

rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada

halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Walter A.L. Sinaga, S.H.,

M.H. selaku dosen pengampu mata kuliah Hukum atas Kekayaan Intelektual yang

telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak

kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan

kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Bogor, 15 Oktober 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii

BAB I: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 5

1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 12

1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 13

BAB II: PEMBAHASAN

2.1 Hak Atas Kekayaan Intelektual ................................................................ 16

2.1.1 Pengertian HAKI ............................................................................. 19

2. 1. 2 Manfaat HAKI .............................................................................. 19

2. 1.3 Pentingnya HAKI ........................................................................... 20

2. 1. 4 Macam – Macam HAKI ................................................................ 20

2.1.5 Prinsip – Prinsip HAKI ................................................................... 24

2.2 Hak Cipta, Hak Eksklusif, Pencipta, Ciptaan, Dan Pemegang

Hak Cipta.................................................................................................. 25

2.2.1 Hak Cipta ........................................................................................ 25

2.2.2 Hak Eksklusif .................................................................................. 39

2.2.3 Pencipta ........................................................................................... 41

2.2.4 Ciptaan ............................................................................................ 41

3
2.2.5 Pemegang Hak Cipta ....................................................................... 42

2.3 Subjek Dan Objek Hak Cipta …………………………………………... 43

2.3.1 Pemegang Hak Cipta Berdasarkan Undang-Undang....................... 45

2.4 Ruang Lingkup Hak Cipta……………………………………………… 46

2.5 Hasil Karya Yang Tidak Di Lindungi Hak Cipta Dalam UU No.28

Tahun 2014 ……………………………………………......................... 48

2.6 Paten ......................................................................................................... 50

2.6.1 Sejarah Hak Paten ........................................................................... 51

2.6.2 Subjek Paten .................................................................................... 52

2.6.3 Ruang Lingkup Perlindunan Paten ................................................. 56

2.7 Permohonan Paten .................................................................................... 57

2.8 Pengalihan Dan Lesensi Paten ................................................................. 59

2.9 Pembatalan Paten dan Pelaksanaan Paten Oleh Pemerintah .................... 61

2.9.1 Pembatalan Paten ............................................................................ 61

2.9.2 Pelaksanaan Paten Oleh Pemerintah................................................ 63

BAB III: PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 64

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 67

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hak kekayaan intelektual (HKI) terbagi menjadi dua kategori,

yaitu hak cipta dan hak kekayaan industri. Hak cipta adalah hak ekslusif

bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau

memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak

mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-

undangan yang berlaku.Sedangkan hak kekayaan industri terdiri dari

hak: Paten, Merek, Desain industry, Desain tata letak sirkuit terpadu,

Rahasia dagang, Varietas tanaman. Di Indonesia apresiasi terhadap hak

kekayaan intelektual ini masih rendah, sehingga terkadang masih ada

yang menganggap Hak Kekakayaan Intelektual ini tidak dibutuhkan.

Padahal kenyataannya Hak kekayaan intelektual ini berguna untuk

melindungi pengusaha dari kemungkinan penggunaan hak miliknya

tanpa izin. Oleh karena itu penting bagi Eksportir untuk mempersiapkan

produknya terkait dengan HKI sebelum melakukan Ekspor agar

produknya tersebut memiliki perlindungan hukum. Sebagai konsekuensi

dari keanggotaan World Trade Organisation (WTO), Indonesia harus

menyesuaikan segala peraturan perundangan di bidang Hak Kekayaan

Inteektual dengan standar Trade Related Aspects of Intellectual Property

Rights (TRIP’s). Salah satu bukti bahwa Indonesia memberikan

perhatian yang serius dalam melindungi HKI maka Indonesia memiliki


5
instansi yang berwenang mengelola Hak Kekayaan Intelektual, yaitu

Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual (Ditjen HKI) yang berada

di bawah Departemen Kehakiman dan HAM Republik Indonesia

Dan Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman

etnik/suku bangsa, budaya dan agama serta kekayaan yang melimpah di

bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra berikut pengembangannya.

Sebagai potensi nasional, semua itu memerlukan adanya perlindungan

yang memadai terhadap kekayaan intelektual khususnya ciptaan dan

produk hak terkait yang lahir dari keanekaragaman dan kekayaan

tersebut. Hak cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan

intelektual yang memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas,

karena mencakup ilmu pengetahuan, seni dan sastra (art and literary)

yang di dalamnya mencakup pula program komputer.

Pengaturan mengenai hak cipta sendiri nyatanya telah

mengalami beberapa kali perubahan. Dimulai dari Undang-Undang

Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah diubah

dengan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1987, yang kemudian diubah

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997. Kemudian diubah

kembali dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak

Cipta, dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta. Walaupun perubahan- perubahan tersebut telah

memuat beberapa penyesuaian pasal yang sesuai dengan TRIPs, dan

telah mengakomodasi ketentuan perjanjian internasional lainnya di


6
bidang hak cipta dan hak yang berkaitan dengan hak cipta, namun

nyatanya masih terdapat beberapa hal yang perlu disempurnakan untuk

lebih memberi perlindungan dan memajukan perkembangan bagi karya

intelektual di bidang hak cipta dan hak terkait. Di samping itu juga,

harus diakui bahwa dalam penerapannya masih ada beberapa hambatan

maupun kendala yang dialami tidak saja oleh Kementerian sebagai

institusi pengelola pengadministrasian hak cipta, tetapi juga oleh para

pencipta, praktisi, para penegak hukum, dan pihak terkait lainnya.

Hal ini terlihat di dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

tentang Hak Cipta (UU Hak Cipta 2002). Sebagai contoh perlu adanya

pengaturan mengenai pembatasan pengertian hak mengumumkan dan

hak memperbanyak, mengingat di dalam UU Hak Cipta 2002 tidak

mengatur secara jelas mengenai hal tersebut. Kemudian perlu adanya

perubahan terminologi di dalam UU Hak Cipta 2002 serta kurang

lengkapnya rincian mengenai perlindungan ciptaan. Di samping itu, UU

Hak Cipta 2002 juga kurang melindungi hak ekonomi para pelaku

pertunjukkan. Perlindungan hak ekonomi para pelaku pertunjukan

memang menjadi catatan penting di dalam industri bisnis dunia hiburan.

Sayangnya perlindungan terhadap hak ekonomi mereka dipandang

kurang memadai, hal ini didukung dengan banyaknya fenomena

penjiplakan ataupun bajakan hasil karya para pencipta lagu.

Dapat dikatakan bahwa di dalam UU Hak Cipta 2002 memang

terdapat pasal yang mengatur rinci mengenai eksistensi legalitas suatu


7
ciptaan namun a contrario dengan tidak diimbanginya perlindungan

terhadap esensi materi suatu karya ciptaan, maksudnya belum

termuatnya pasal yang melindungi ciptaan dari pembajakan dan

sebagainya. Berdasarkan hal itulah, sesuai dengan fungsi legislasi2 yang

dimiliki oleh Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI),

maka DPR RI dan Pemerintah berinisiatif untuk mengganti UU Hak

Cipta melalui Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014. Materi-materi

baru pergantian UU Hak Cipta telah diatur secara rinci dan jelas di

dalam UU Hak Cipta 2014 di antaranya mengatur mengenai

perpanjangan masa perlindungan hak cipta, pembajakan, pengaturan

mengenai lembaga manajemen kolektif, dan sebagainya. Langkah

tersebut merupakan upaya sungguh dari negara untuk lebih melindungi

hak ekonomi dan hak moral pencipta dan pemilik hak terkait sebagai

unsur penting dalam pembangunan kreativitas nasional. UU Hak Cipta

2014 diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penegakkan

perlindungan hukum terhadap hak cipta dan hak terkait sesuai dengan

standar perlindungan dalam konvensi internasional, mengingat peraturan

yang komprehensif sangat diperlukan untuk menjamin kepastian hukum

sehingga dapat mendukung peningkatan investasi di dalam negeri dan

prospek perdagangan produk Indonesia di tingkat internasional.

Adapun pengertian hak paten Menurut Kamus Umum Bahasa

Indonesia, Paten berasal dari kata Ocktroi yang dalam bahasa Eropa

mempunyai arti suatu surat perniagaan atau izin dari pemerintah yang
8
menyatakan bahwa orang atau perusahaan boleh membuat barang

pendapatannya sendiri (orang lain tidak boleh membuatnya). Paten dan

Oktroi (istilah bahasa Indonesia), patent (bahasa Inggris), Octrooi

(bahasa Belanda), disini diartikan: suatu hak khusus berdasarkan

Undang-Undang yang diberikan kepada si pendapat/si pencipta atau

menurut hukum para pihak yang berhak memperolehnya, atas

permintaannya yang diajukan kepada pihak penguasa, bagi pendapatan

baru, perbaikan atas pendapatan yang sudah ada, cara bekerja baru,

atau menciptakan suatu perbaikan baru dari cara bekerja, untuk selama

jangka waktu tertentu. “Laten (latent)” adalah kata dalam bahasa latin

yang berarti terselubung. Sedangkan lawan dari kata laten adalah

“paten (patent)” yang berarti terbuka. Arti kata terbuka di dalam paten

adalah berkaitan dengan invensi yang dimintakan paten. Semua rahasia

yang berkaitan dengan invensi tersebut harus diuraikan dalam sebuah

dokumen yang disebut 2 spesifikasi paten yang dilampirkan bersamaan

dengan permohonan paten . Pengertian paten menurut Undang-Undang

Nomor 13 Tahun 2016 Tentang Paten Pasal 1 angka 1 adalah hak

eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas hasil

invensinya di bidang teknologi untuk jangka waktu tertentu

melaksanakan sendiri invensi tersebut atau memberikan persetujuan

kepada pihak lain untuk melaksanakannya. Dalam hal ini pemegang

paten adalah penemu sebagai pemilik paten.

9
Pemberian paten untuk mendukung kegiatan inovasi dan invensi

teknologi yang harus dilindungi. Apabila tidak ada perlindungan yang

memadai, mungkin lebih baik memadai inventor menyimpan

teknologinya. Sebaliknya dengan pemberian paten, negara meminta

inventor untuk mengungkapkan invensinya dalam spesifikasi paten yang

deskripsinya dapat diakses secara luas, sehingga masyarakat bisa belajar

dari invensi itu dan diharapkan masyarakat akan menghasilkan invensi

lain yang lebih maju dari pada invensi yang sedang dimintakan paten

tersebut. Perlindungan paten diberikan untuk elemen yang bersifat

immaterial yang didefinisikan melalui kriteria hukum dan hak eksklusif

yang mencakup isi yang bersifat immaterial. Misalnya informasi yang

kemudian digabungkan dengan objek material untuk

dikomersialisasikan. Tujuan fundamental dari sistem paten untuk

mendukung pengembangan teknologi untuk kemanfaatan masyarakat

luas. Isu sentral dalam hal ini adalah bagaimana dan dengan maksud apa

keseimbangan antara inventor dan pihak ketiga dapat dipelihara. Di satu

sisi kita harus memberikan incentive yang terkait dengan penghargaan

secara ekonomi dan pemberian hak eksklusif paten. Di sisi lain dapat

dijaga agar akibat dari sistem blocking paten sebagai penghargaan atas

kontribusinya pada Pemberian hak paten oleh pihak penguasa,

berdasarkan undang-undang yang berlaku mempunyai sifat kuat sekali

karena diberikan oleh pemerintah. Si pemegang hak paten mendapat hak

mutlak atas pendapatan yang berwujud benda yang telah dipatenkan.


10
Hak paten seperti halnya hak merek dan hak pengarang merupakan hak-

hak mutlak, yang bukan hak kebendaan, namun dapat berlaku terhadap

setiap orang lain. Si pemegang Hak Paten atas pendapatannya telah

mempunyai suatu hak monopoli. Artinya, dia dapat menggunakan

haknya untuk melarang siapapun tanpa persetujuannya membuat apa

yang telah dipatenkannya. Jadi, dia mempunyai kedudukan kuat sekali

terhadap pihak saingannya. Bahkan terhadap pihak yang melakukan

pelanggaran terhadap haknya, dia dapat melakukan aksi hukum

kepidanaan maupun keperdataan. Si pelanggar dapat dituntut melakukan

tindak pidana. Akan tetapi lebih penting baginya ialah tuntutan

penggantian kerugian terhadap si pelanggar, sebab tuntutan tersebut

terkadang di dalam praktik merupakan jumlah uang yang besar. Hak

Paten merupakan benda dalam arti kebendaan menurut Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (jo. Pasal 570 KUHPerdata). Oleh sebab itu

merupakan sebagian kekayaan dari orang yang memilikinya. Hak

tersebut menurut ketentuan undang-undang termasuk benda bergerak,

namun sering oleh undang- undang diperlakukan sebagai benda tidak

bergerak. Hak paten merupakan suatu benda bergerak tidak bertubuh

yang dapat dipindah tangankan, misalnya dijual, dihibahkan,

diwariskan, dan sebagainya, asal penyerahan tersebut dilakukan secara

tertulis dengan yang bersangkutan dan didaftarkan pada Daftar Paten.

Maksudnya, agar dapat diketahui oleh umum. Juga hak mana dapat

digadaikan kepada pihak ketiga/lain dengan cara yang sama seperti


11
tersebut di atas. Di dalam dunia perdagangan, karena sifat hak paten

merupakan kekayaan maka sering terjadi atas pertimbangan komersial si

pemegang akan memanfaatkan haknya itu agar bisa mendatangkan

keuntungan baginya. Caranya, ia memberikan lisensi atau izin khusus

kepada seseorang atau badan hukum bahwa pihak yang diberi izin itu

boleh membuat barang- barang, cara kerja, atau melakukan perbuatan-

perbuatan, mengenai pendapatan si pemegang yang sudah dipatenkan,

yang bagi lain pihak tidak diperkenankan untuk melakukan hal-hal yang

sama itu. Dan atas pemberian lisensi itu si pemegang hak paten akan

memperoleh imbalannya. Cara dan syarat-syarat biasanya diperjanjikan

secara tertulis agar para pihak dapat saling mengetahui hak dan

kewajibannya. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata membedakan

dengan jelas antara perikatan yang lahir dari perjanjian dan perikatan

yang lahir dari undang-undang. Akibat hukum dari suatu perikatan yang

lahir dari perjanjian memang oleh para pihak, karena memang perjanjian

didasarkan kesepakatan yaitu persesuaian kehendak antara para pihak

yang membuat perjanjian.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat diketahui bahwa masih

terdapat beberapa permasalahan yang terjadi. Dalam hal ini peneliti akan

mambahas:

12
a. Apa yang di maksud hak atas kekayaan intelektual ( HAKI ), manfaat

HAKI, penting nya HAKI, macam – macam HAKI, dan prinsip – prinsip

HAKI.

b. Apa yang dimaksud dengan hak cipta, hak eksklusif, pencipta, ciptaan,

dan pemegang hak cipta.

c. Apa saja subjek dan objek dari hak cipta.

d. Bagaimana ruang lingkup hak cipta.

e. Bagaimana penjelasan hasil karya yang tidak di lindungi hak cipta dalam

UU No. 28 Tahun 2014.

f. Apa yang di maksud dengan paten, sejarah hak paten, subjek paten, dan

ruang lingkup perlindungan paten.

g. Bagaimana perohonan paten.

h. Bagaimana pengalihan dan lesensi paten

i. Bagaimana pembatalan paten dan pelaksanaan paten oleh pemerintah

1.3 Tujuan Penulisan

Melalui penelitian ini, kita diharapkan:

a. Mengetahui tentang hak atas kekayaan intelektual ( HAKI ), manfaat HAKI,

penting nya HAKI, macam – macam HAKI, dan prinsip – prinsip HAKI.

b. Memahami tentang UU No.28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

c. Mengetahui subjek dan objek hak cipta.

d. Mengetahui ruang lingkup hak cipta.

13
e. Memahami hasil-hasil karya apa saja yang tidak dilindungi oleh UU

No. 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta.

f. Megetahui tentang paten, sejarah hak paten, subjek paten, dan ruang

lingkup perlindungan paten.

g. Mengetahui tentang perohonan paten.

h. Memahami pengalihan dan lesensi paten

i. Mengetahui tentang pembatalan paten dan pelaksanaan paten oleh

pemerintah

14
BAB II

PEMBAHASAN

Istilah HaKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan terjemahan dari

Intellectual Property Right (IPR), sebagaimana diatur dalam undang-undang No. 7

Tahun 1994 tentang pengesahan WTO (Agreement Establishing The World Trade

Organization). Pengertian Intellectual Property Right sendiri adalah pemahaman

mengenai hak atas kekayaan yang timbul dari kemampuan intelektual manusia, yang

mempunyai hubungan dengan hak seseorang secara pribadi yaitu hak asasi manusia

(human right). HaKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual adalah hak eksklusif yang

diberikan suatu hukum atau peraturan kepada seseorang atau sekelompok orang atas

karya ciptanya. Pada intinya HaKI adalah hak untuk menikmati secara ekonomis hasil

dari suatu kreativitas intelektual. Objek yang diatur dalam HaKI adalah karya-karya

yang timbul atau lahir karena kemampuan intelektual manusia.

Setiap hak yang digolongkan ke dalam HaKI harus mendapat kekuatan hukum

atas karya atau ciptannya. Untuk itu diperlukan tujuan penerapan HaKI. Tujuan dari

penerapan HaKI yang Pertama, antisipasi kemungkinan melanggar HaKI milik pihak

lain, Kedua meningkatkan daya kompetisi dan pangsa pasar dalam komersialisasi

kekayaan intelektual, Ketiga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

penentuan strategi penelitian, usaha dan industri di Indonesia.

Adapun Hak Cipta dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014 tentang Hak

Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip

deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi

15
pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Indonesia

mengalami banyak perubahan dalam Undang-Undang mengenai Hak Cipta.

Sejak UU Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta, UU Nomor 7 tahun 1987

tentang Perubahan UU 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta, UU Nomor 12 tahun 1987

tentang Perubahan UU Nomor 6 tahun 1982 tentang Hak Cipta sebagaimana telah

diubah dengan UU Nomor 7 tahun 1987 tentang Perubahan UU 6 tahun 1982 tentang

Hak Cipta, kemudian dicabut dan diubah dengan UU Nomor 19 tahun 1982 tentang

Hak Cipta, dan terakhir hingga saat sekarang ini adalah UU Nomor 28 tahun 2014

tentang Hak Cipta.

Sedangkan hak paten adalah hak eksklusif inventor atas invensi di bidang

teknologi untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan

persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan invensi tersebut. Invensi sendiri

merupakan ide inventor yang dituangkan ke dalam suatu kegiatan pemecahan

masalah yang spesifik di bidang teknologi berupa produk atau proses, atau

penyempurnaan dan pengembangan produk atau proses.

2.1 Hak atas kekayaan intelektual

2.1.1 Pengertian HAKI

Hak kekayaan intelektual (HKI) merupakan hak-hak secara hukum

yang berhubungan dengan hasil penemuan dan kreativitas seseorang atau

suatu kelompok. Hal ini berhubungan dengan perlindungan permasalahan

reputasi dalam bidang komersial dan juga tindakan jasa di bidang komersial.

16
Kekayaan intelektual lahir dan tumbuh dari kemampuan intelektual manusia.

Karya yang lahir dari kemampuan intelektual manusia tersebut berupa karya-

karya dalam bidang teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra.

Kekayaan intelektual mendapatkan perlindungan hukum atas kekayaan

yang dikenal dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI). Dalam UU yang telah

disahkan oleh DPR pada 21 Maret 1997, hak atas kekayaan intelektual secara

hukum adalah hak-hak yang berhubungan dengan permasalahan hasil

penemuan dan kreativitas seseorang atau beberapa orang yang berhubungan

dengan perlindungan permasalahan reputasi dalam bidang komersial dan

tindakan atau jasa dalam bidang komersial. Dasar hukum hak atas kekayaan

intelektual tertuang dalam berbagai undang-undang dan Keputusan Presiden,

di antaranya yaitu:

 UU No.7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing the

World Trade Organization

 UU No.10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan

 UU No.12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta

 UU No.14 Tahun 1997 tentang Merek

 UU No.13 Tahun 1997 tentang Hak Paten

 Keputusan Presiden RI No.15 Tahun 1997 tentang Pengesahan Paris

Convention for The Protection of Industrial Property dan Convention

Establishing the World Intellectual Property Organization

17
 Keputusan Presiden RI No.17 Tahun 1997 tentang Pengesahan

Trademark Law Treaty

 Keputusan Presiden RI No.18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne

Convention for The Protection of Literary and Artistic Works

 Keputusan Presiden RI No.19 Tahun 1997 tentang Pengesahan WIPO

Copyrights Treaty

Dengan adanya peraturan yang menjadi dasar hukum hak atas kekayaan

intelektual, maka setiap orang atau kelompok atau badan yang mempunyai

hak atas pemikiran inovatif atas suatu buatan maupun produk, bisa di dapat

dengan mendaftarkannya kepada Direktorat Jenderal Hak-Hak Atas Kekayaan

Intelektual, unit hukum dan perundang-undangan Republik Indonesia.

Hak kekayaan intelektual merupakan cara untuk melindungi kekayaan

intelektual dengan menggunakan instrumen hukum, di antaranya yaitu hak

cipta, paten, merek dan indikasi geografis, rahasia dagang, desain industri,

desain tata letak sirkuit terpadu, dan perlindungan varietas tanaman.

Perlindungan hak atas kekayaan intelektual bertujuan untuk memberi

hukum mengenai hubungan antara kekayaan, pencipta, desainer, pemilik,

perantara yang menggunakannya, pemanfaatan yang diterima dari

pemanfaatan HKI dalam jangka waktu tertentu. Sebagai bagian penting dalam

penghargaan suatu karya ilmu pengetahuan, seni maupun sastra, setiap

individu atau kelompok perlu memahami hak atas kekayaan intelektual untuk

18
menimbulkan kesadaran akan pentingnya daya kreasi dan inovasi intelektual

sebagai kemampuan yang perlu diraih oleh setiap insan manusia.

2.1.2 Manfaat HAKI

Berdasarkan Panduan Pengenalan HKI Ditjen Industri Kecil dan Menengah

Departemen Perindustrian, hak kekayaan intelektual memiliki beberapa

manfaat untuk berbagai pihak, yaitu:

 Bagi dunia usaha: ada perlindungan dari penyalahgunaan atau

pemalsuan karya intelektual dari pihak lain, baik di dalam maupun

luar negeri. Perusahaan juga akan memperoleh citra positif jika

memiliki perlindungan hukum bidang HAKI.

 Bagi inventor: menjamin kepastian hukum entah itu individu atau

kelompok, dan terhindar dari kerugian karena pemalsuan atau

kecurangan pihak lain.

 Bagi pemerintah: pemerintah yang menerapkannya akan mendapat

citra positif di tingkat WTO (World Trade Organization) atau

Organisasi Perdagangan Dunia. Di samping itu juga ada penerimaan

devisa dari pendaftaran atas hak kekayaan intelektual.

 Kepastian hukum untuk pemegang hak dalam melakukan usaha tanpa

gangguan pihak lain.

 Pemegang hak bisa memberi izin kepada pihak lain.

19
2.1.3 Pentingnya HAKI

bagaimana apabila karya kita atau milik orang lain tidak dilindungi. Sudah

pasti dipastikan akan terkena pembajakan. Sebegai contoh untuk di dunia

pendidikan saat ini marak adanya pembajakan buku. Pembajakan buku ini makin

marak terjadi di masyarakat, banyak faktor yang menyebabkan terjadinya

pembajakan buku, salah satunya adalah kurangnya penegakan hukum,

ketidaktahuan masyarakat terhadap perlindungan hak cipta buku, dan kondisi

ekonomi masyarakat.

Sudah banyak pelaku terjaring oleh aparat, dan masih banyak pula yang masih

berkeliaran dan tumbuh, seiring tingginya permintaan oleh masyarakat. Untuk itu

butuh kesadaran dari masyarakat untuk mengetahui HaKI agar karyanya tidak

diambil oleh orang lain.

2.1.4 Macam-macam HAKI (Hak atas Kekayaan Intelektual)

1. Hak Cipta

Hak Cipta adalah hak khusus bagi pencipta untuk mengumumkan atau

memperbanyak ciptaannya. Termasuk ciptaan yang dilindungi adalah ciptaan

dalam bidang ilmu pengetahuan, sastra dan seni. Hak cipta diberikan terhadap

ciptaan dalam ruang lingkup bidang ilmu pengetahuan, kesenian, dan

kesusasteraan. Hak cipta hanya diberikan secara eksklusif kepada pencipta,

yaitu “seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang atas

inspirasinya lahir suatu ciptaan berdasarkan pikiran, imajinasi, kecekatan,

keterampilan atau keahlian yang dituangkan dalam bentuk yang khas dan

bersifat pribadi.
20
2. Hak Kekayaan Industri yang Meliputi

2. Paten

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Pasal 1

Ayat 1, Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara

kepada Inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang

untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya

tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk

melaksanakannya.

Paten hanya diberikan negara kepada penemu yang telah

menemukan suatu penemuan (baru) di bidang teknologi. Yang

dimaksud dengan penemuan adalah kegiatan pemecahan masalah

tertentu di bidang teknologi yang berupa : Proses, hasil produksi,

penyempurnaan dan pengembangan proses, penyempurnaan dan

pengembangan hasil produksi.

3. Merek

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 Pasal 1

Ayat 1 Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata,

huruf-huruf, angka-angka, susunan warna, atau kombinasi dari

unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan

dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Jadi merek merupakan tanda yang digunakan untuk membedakan

produk (barang dan atau jasa) tertentu dengan yang lainnya dalam

21
rangka memperlancar perdagangan, menjaga kualitas, dan

melindungi produsen dan konsumen.

Terdapat beberapa istilah merek yang biasa digunakan, yang

pertama merek dagang adalah merek yang digunakan pada barang

yang diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara

bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan

barang-barang sejenis lainnya.

Merek jasa yaitu merek yang digunakan pada jasa yang

diperdagangkan oleh seseorang atau beberapa orang secara

bersama-sama atau badan hukum untuk membedakan dengan jasa-

jasa sejenis lainnya.

Merek kolektif adalah merek yang digunakan pada barang atau

jasa dengan karakteristik yang sama yang diperdagangkan oleh

beberapa orang atau badan hukum secara bersama-sama untuk

membedakan dengan barang atau jasa sejenis lainnya.

Hak atas merek adalah hak khusus yang diberikan negara kepada

pemilik merek yang terdaftar dalam Daftar Umum Merek untuk

jangka waktu tertentu, menggunakan sendiri merek tersebut atau

memberi izin kepada seseorang atau beberapa orang secara

bersama-sama atau badan hukum untuk menggunakannya.

4. Desain Industri

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 Pasal 1

Ayat 1 Tentang Desain Industri, bahwa desain industri adalah


22
suatu kreasi tentang bentuk, konfigurasi, atau komposisi garis atau

warna, atau garis dan warna, atau gabungan daripadanya yang

berbentuk tiga dimensi atau dua dimensi yang memberikan kesan

estetis dan dapat diwujudkan dalam pola tiga dimensi atau dua

dimensi serta dapat dipakai untuk menghasilkan suatu produk,

barang, komoditas industri, atau kerajinan tangan.

5. Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2000 Pasal 1

Ayat 1 Tentang Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu bahwa, Sirkuit

Terpadu adalah suatu produk dalam bentuk jadi atau setengah jadi,

yang di dalamnya terdapat berbagai elemen dan sekurang-

kurangnya satu dari elemen tersebut adalah elemen aktif, yang

sebagian atau seluruhnya saling berkaitan serta dibentuk secara

terpadu di dalam sebuah bahan semikonduktor yang dimaksudkan

untuk menghasilkan fungsi elektronik.

6. Rahasia Dagang

Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2000 Tentang Rahasia

Dagang bahwa, Rahasia Dagang adalah informasi yang tidak

diketahui oleh umum di bidang teknologi dan/atau bisnis,

mempunyai nilai ekonomi karena berguna dalam kegiatan usaha,

dan dijaga kerahasiaannya oleh pemilik Rahasia Dagang.

23
7. Indikasi Geografis

Berdasarkan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Pasal 56 Ayat 1

Tentang Merek bahwa, Indikasi-geografis dilindungi sebagai suatu

tanda yang menunjukkan daerah asal suatu barang yang karena

faktor lingkungan geografis termasuk faktor alam, faktor manusia,

atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, memberikan ciri dan

kualitas tertentu pada barang yang dihasilkan.

2.1.5 Prinsip-Prinsip HAKI atau Hak atas Kekayaan Intelektual

Prinsip-prinsip Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI) adalah sebagai berikut :

A. Prinsip Ekonomi

Dalam prinsip ekonomi, hak intelektual berasal dari kegiatan kreatif dari

daya pikir manusia yang memiliki manfaat serta nilai ekonomi yang akan

member keuntungan kepada pemilik hak cipta.

B. Prinsip Keadilan

Prinsip keadilan merupakan suatu perlindungan hukum bagi pemilik suatu

hasil dari kemampuan intelektual, sehingga memiliki kekuasaan dalam

penggunaan hak atas kekayaan intelektual terhadap karyanya.

C. Prinsip Kebudayaan

Prinsip kebudayaan merupakan pengembangan dari ilmu pengetahuan,

sastra dan seni guna meningkatkan taraf kehidupan serta akan

memberikan keuntungan bagi masyarakat, bangsa dan Negara.

D. Prinsip Sosial

24
Prinsip sosial mengatur kepentingan manusia sebagai warga Negara,

sehingga hak yang telah diberikan oleh hukum atas suatu karya

merupakan satu kesatuan yang diberikan perlindungan berdasarkan

keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat/lingkungan.

2.2 Hak Cipta, Hak Eksklusif, Pencipta, Ciptaan, dan Pemegang Hak Cipta

2.2.1 Hak Cipta

Hak Cipta merupakan salah satu bagian dari kekayaan

intelektual yang memiliki ruang lingkup objek dilindungi paling luas,

karena mencakup ilmu pengetahuan, seni dan sastra (art and literary)

yang di dalamnya mencakup pula program komputer. Perkembangan

ekonomi kreatif yang menjadi salah satu andalan Indonesia dan berbagai

negara dan berkembang pesatnya teknologi informasi dan komunikasi

mengharuskan adanya pembaruan Undang-Undang Hak Cipta,

mengingat Hak Cipta menjadi basis terpenting dari ekonomi kreatif

nasional. Dengan Undang-Undang Hak Cipta yang memenuhi unsur

pelindungan dan pengembangan ekonomi kreatif ini maka diharapkan

kontribusi sektor Hak Cipta dan Hak Terkait bagi perekonomian negara

dapat lebih optimal.

Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara

otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan

dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

25
Hak Terkait itu adalah hak yang berkaitan dengan Hak Cipta

yang merupakan hak eksklusif bagi pelaku pertunjukan, produser

fonogram, atau lembaga penyiaran.

Ciptaan yang dapat dilindungi :

a. Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (layout) karya tulis

yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;

b. Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

c. Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;

d. Lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

e. Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan

pantomim;

f. Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,

seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan;

g. Arsitektur;

h. Peta;

i. Seni Batik;

j. Fotografi;

k. Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya lain dari hasil

pengalihwujudan.

Hak cipta yang dapat dialihkan:

Hak cipta dapat dialihkan baik seluruhnya maupun sebagian karena :

a. pewarisan;
26
b. hibah;

c. wasiat;

d. perjanjian tertulis; atau

e. sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang

undangan.

Ciptaan yang dilindungi oleh UUHC:

Ciptaan yang dilindungi ialah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan,

seni dan sastra yang meliputi karya:

a. program komputer, pamflet, susunan perwajahan(lay out) karya tulis

yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain;

b. ceramah, kuliah, pidato dan ciptaan lain yang sejenis dengan itu;

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;

d. ciptaan lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

e. drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan dan

pantomim;

f. seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir,

seni

g. kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase dan seni terapan;

1. arsitektur;

2. peta;

3. seni batik;

4. fotografi;
27
5. sinematografi;

6. terjemahan, tafsiran, saduran, bunga rampai dan karya lainnya dari

hasil pengalihwujudan.

Hak cipta atas hasil kebudayaan rakyat atau atas ciptaan yang tidak

diketahui penciptanya:

a. Negara memegang hak cipta atas karya peninggalan prasejarah, sejarah

dan benda budaya nasional lainnya;

b. Negara memegang hak cipta atas folklor dan hasil kebudayaan rakyat

yang menjadi milik bersama seperti cerita, hikayat, dongeng, legenda,

babad, lagu, kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi dan karya

seni lainnya.

Posisi Indonesia di bidang hak cipta di dunia internasional:

Indonesia saat ini telah meratifikasi konvensi international di bidang hak

cipta, yaitu:

a. Berne Convention tanggal 7 Mei 1997 dengan Keppres No.18 Tahun

1997 dan dinotifikasikan ke WIPO pada tanggal 5 Juni 1997, Berne

Convention tersebut mulai berlaku efektif di Indonesia pada tanggal 5

September 1997;

b. WIPO Copyrights Treaty (WCT) dengan Kepres No. 19 Tahun 1997.

Kini, pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan peratifikasian

WIPO Performances and Phonogram Treaty (WPPT) 1996.

28
Hak Moral dan Hak Ekonomi:

Apakah yang dimaksud dengan hak moral dan hak ekonomi atas suatu

ciptaan? Hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau

pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau dihapus dengan alasan apapun,

walaupun hak cipta atau hak terkait telah dialihkan. Hak ekonomi adalah

hak hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk

hak terkait.

Jangka Waktu Perlindungan:

Hak cipta atas ciptaan:

a. buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lain;

b. drama atau drama musikal, tari, koreografi;

c. segala bentuk seni rupa, seperti seni lukis, seni patung dan seni pahat;

d. seni batik;

e. lagu atau musik dengan atau tanpa teks;

f. arsitektur;

g. ceramah, kuliah pidato dan ciptaan sejenis lain;

h. alat peraga;

i. peta;

j. terjemahan, tafsir, saduran dan bunga rampai;

Hak Cipta berlaku selama hidup pencipta dan terus

berlangsung hingga 50 (lima puluh) tahun setelah pencipta meninggal

dunia. Jika dimiliki 2 (dua) orang atau lebih, hak cipta berlaku selama

29
hidup pencipta yang meninggal dunia paling akhir dan berlangsung

hingga 50 (lima puluh) tahun sesudahnya.

Hak cipta atas ciptaan :

a. Program komputer, sinematografi, fotografi, database, karya hasil

pengalihwujudan berlaku selama 50(lima puluh) tahun sejak pertama

kali diumumkan;

b. Perwajahan karya tulis yang diterbitkan berlaku selama 50(lima puluh)

tahun sejak pertama kali diterbitkan.

c. Jika hak cipta atas ciptaan tersebut di atas dimiliki atau dipegang oleh

suatu badan hukum, hak cipta berlaku selama 50 (lima puluh) tahun

sejak pertama kali diumumkan.

Hak cipta yang dimiliki/dipegang oleh Negara berdasarkan :

a. Pasal 10 ayat (2) UUHC berlaku tanpa batas waktu;

b. Pasal 11 ayat (1) dan ayat (3) UUHC berlaku selama 50 (lima puluh)

tahun sejak pertama kali diterbitkan.

Pendaftaran Ciptaan :

a. ciptaan di luar bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra;

b. ciptaan yang tidak orsinil;

c. ciptaan yang tidak diwujudkan dalam suatu bentuk yang nyata;

d. ciptaan yang sudah merupakan milik umum;

30
Syarat-syarat permohonan pendaftaran ciptaan:

Mengisi formulir pendaftaran ciptaan rangkap dua (formulir

dapat diminta secara cuma-cuma pada kantor Ditjen HKI), lembar

pertama dari formulir tersebut ditandatangani di atas meterai Rp. 6.000,-

(enam ribu rupiah);

Surat permohonan pendaftaran ciptaan mencantumkan:

a. nama, kewarganegaraan dan alamat pencipta;

b. nama, kewarganegaraan dan alamat pemegang hak cipta; nama,

kewarganegaraan dan alamat kuasa; jenis dan judul ciptaan;

c. tanggal dan tempat ciptaan diumumkan untuk pertama kali;

d. Uraian ciptaan rangkap 3;

1) Surat permohonan pendaftaran ciptaan hanya dapat diajukan untuk

satu ciptaan;

2) Melampirkan bukti kewarganegaraan pencipta dan pemegang hak

cipta berupa fotocopy KTP atau paspor;

3) Apabila pemohon badan hukum, maka pada surat permohonannya

harus dilampirkan turunan resmi akta pendirian badan hukum

tersebut;

4) Melampirkan surat kuasa, bilamana permohonan tersebut diajukan

oleh seorang kuasa, beserta bukti kewarganegaraan kuasa tersebut;

5) Apabila permohonan tidak bertempat tinggal di dalam wilayah RI,

maka untuk keperluan permohonan pendaftaran ciptaan ia harus

31
memiliki tempat tinggal dan menunjuk seorang kuasa di dalam

wilayah RI;

6) Apabila permohonan pendaftaran ciptaan diajukan atas nama lebih

dari seorang dan atau suatu badan hukum, maka nama-nama

pemohon harus ditulis semuanya, dengan menetapkan satu alamat

pemohon;

7) Apabila ciptaan tersebut telah dipindahkan, agar melampirkan bukti

pemindahan hak;

8) Melampirkan contoh ciptaan yang dimohonkan pendaftarannya atau

penggantinya;

9) Membayar biaya permohonan pendaftaran ciptaan sebesar Rp.

75.000, khusus untuk permohonan pendaftaran ciptaan program

komputer sebesar Rp. 150.000;

Pelanggaran Hak Cipta:

Tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, hal-hal sebagai berikut:

a. Pengumuman dan/atau perbanyakan Lambang Negara dan Lagu

Kebangsaan menurut sifatnya yang asli;

b. Pengumuman dan/atau perbanyakan segala sesuatu yang diumumkan

dan/atau diperbanyak oleh atau atas nama pemerintah, kecuali jika hak

cipta itu dinyatakan dilindungi, baik dengan peraturan perundang-

undangan maupun dengan pernyataan pada ciptaan itu sendiri atau

ketika ciptaan itu diumumkan dan/atau diperbanyak; atau

32
c. Pengambilan berita aktual baik seluruhnya maupun sebagian dari

kantor berita, lembaga penyiaran dan surat kabar atau sumber sejenis

lain, dengan ketentuan sumbernya harus disebutkan secara lengkap.

d. Dengan syarat bahwa sumbernya harus disebutkan atau dicantumkan :

1) Penggunaan ciptaan pihak lain untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan

kritik, atau tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan

kepentingan yang wajar dari pencipta;

2) Pengambilan ciptaan pihak lain, baik seluruhnya maupun sebagian,

guna keperluan:

a) pembelaan di dalam atau di luar pengadilan;

b) ceramah yang semata2 untuk tujuan pendidikan dan ilmu

pengetahuan;

c) pertunjukan atau pementasan yang tidak dipungut bayaran

dengan ketentuan tidak merugikan kepentingan yang wajar dari

pencipta.

d) Perbanyakan suatu ciptaan bidang ilmu pengetahuan, seni, dan

sastra dalam huruf braille guna keperluan para tunanetra,

kecuali jika perbanyakan tersebut bersifat komersial;

e) Perbanyakan suatu ciptaan selain program komputer, secara

terbatas dengan cara atau alat apapun atau proses yang serupa

oleh perpustakaan umum, lembaga ilmu pengetahuan atau

33
pendidikan dan pusat dokumentasi yang bersifat non komersial

semata-mata untuk keperluan aktifitasnya;

f) Perubahan yang dilakukan berdasarkan pertimbangan

pelaksanaan teknis atas karya arsitektur, seperti ciptaan

bangunan;

g) Pembuatan salinan cadangan suatu program komputer oleh

pemilik program komputer yang dilakukan semata-mata untuk

digunakan sendiri.

Pencipta atau pemegang hak cipta lakukan jika ada pihak yang

melakukan pelanggaran

a. Mengajukan permohonan Penetapan Sementara ke Pengadilan Niaga

dengan menunjukkan bukti-bukti kuat sebagai pemegang hak dan bukti

adanya pelanggaran Penetapan Sementara ditujukan untuk:

1) Mencegah berlanjutnya pelanggaran hak cipta, khususnya

mencegah masuknya barang yang diduga melanggar hak cipta atau

hak terkait ke dalam jalur perdagangan, termasuk tindakan

importasi;

2) Menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran hak cipta

atau hak terkait tersebut guna menghindari terjadinya penghilangan

barang bukti.

b. Mengajukan gugatan ganti rugi ke pengadilan niaga atas pelanggaran

hak ciptanya dan meminta penyitaan terhadap benda yang diumumkan

34
atau hasil perbanyakannya. Untuk mencegah kerugian yang lebih besar,

hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk menghentikan kegiatan

pengumuman dan/atau perbanyakan ciptaan atau barang yang

merupakan hasil pelanggaran hak cipta (putusan sela).

c. Melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak penyidik POLRI

dan/atau PPNS DJHKI.

Pengaturan tentang ketentuan pidana dalam undang-undang hak

cipta

Tindak pidana bidang hak cipta dikategorikan sebagai tindak kejahatan

dan ancaman pidananya diatur dalam Pasal 72 yang bunyinya:

a. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1)

dan ayat (2) dipidana dengan pidana dengan pidana penjara masing-

masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit

Rp.1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7

(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00

(lima milyar rupiah);

b. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan,

atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil

pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dipidana dengan pidanan penjara paling lama 5 (lima) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta

rupia
3
c. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak memperbanyak

penggunaan untuk kepentingan komersial suatu program komputer

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah);

d. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 17

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah);

e. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 19 atau

Pasal 49 ayat (3) dipidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta

rupiah);

f. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 24 atau

Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun

dan/atau denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh

juta rupiah);

g. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 25

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta

rupiah);

h. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 27

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta

rupia
3
i. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melanggar Pasal 28

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau

denda paling banyak Rp. 1.500.000.000,00 (satu milyar lima ratus juta

rupiah);

Siapa yang berwenang melakukan penyidikan tindak pidana di

bidang hak cipta?

Selain penyidik pejabat Polisi Negara RI juga pejabat pegawai

negeri tertentu di lingkungan departemen yang lingkup tugas dan

tanggung jawabnya meliputi pembinaan hak cipta (Departemen

Kehakiman) diberi wewenang khusus sebagai penyidik, sebagaimana

dimaksud dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum

Acara Pidana untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang hak

cipta.

Dasar perlindungan hak cipta:

Undang-undang Hak Cipta (UUHC) pertama kali diatur dalam Undang-

undang No.6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta. Kemudian diubah dengan

Undang-undang No.7 Tahun 1987. Pada tahun 1997 diubah lagi dengan

Undang-undang No.12 Tahun 1997. Di tahun 2002, UUHC kembali

mengalami perubahan dan diatur dalam Undang-undang No. 19 Tahun

2002. Beberapa peraturan pelaksana yang masih berlaku yaitu :

a. Peraturan Pemerintah RI No.14 Tahun 1986 Jo Peraturan Pemerintah

RI No.7 Tahun 1989 tentang Dewan Hak Cipta;

3
b. Peraturan Pemerintah RI No.1 Tahun 1989 tentang Penerjemahan

dan/atau Perbanyak Ciptaan untuk Kepentingan Pendidikan, Ilmu

Pengetahuan, Penelitian dan Pengembangan;

c. Keputusan Presiden RI No.18 Tahun 1997 tentang Pengesahan Berne

Convention For The Protection of Literary and Artistic Works;

d. Keputusan Presiden RI No.19 Tahun 1997 tentang Pengesahan WIPO

Copyrights Treaty;

e. Keputusan Presiden RI No.17 Tahun 1988 tentang Pengesahan

Persetujuan Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik

Terhadap Hak Cipta atas Karya Rekaman Suara antara Negara

Republik Indonesia dengan Masyarakat Eropa;

f. Keputusan Presiden RI No.25 Tahun 1989 tentang Pengesahan

Persetujuan Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik

Terhadap Hak Cipta antara Republik Indonesia dengan Amerika

Serikat;

g. Keputusan Prcsiden RI No.38 Tahun 1993 tentang Pengesahan

Persetujuan Mengenai Perlindungan Hukum Secara Timbal Balik

Terhadap Hak Cipta antara Republik Indonesia dengan Australia;

h. Keputusan Presiden RI No.56 Tahun 1994 Mengenai Perlindungan

Hukum Secara Timbal Balik Terhadap Hak Cipta antara Republik

Indonesia dengan Inggris;

i. Peraturan Menteri Kehakiman RI No. M.01-HC.O3.01 Tahun 1987

tentang Pendaftaran Ciptaan;


3
j. Keputusan Menteri Kehakiman RI No. M.04.PW.07.03 Tahun 1988

tentang Penyidikan Hak Cipta;

k. Surat Edaran Menteri Kehakiman RI No. M.01.PW.07.03 Tahun 1990

tentang Kewenangan Menyidik Tindak Pidana Hak Cipta;

l. Surat Edaran Menteri Kehakiman RI No. M.02.HC.03.01 Tahun 1991

tentang Kewajiban Melampirkan NPWP dalam Permohonan

Pendaftaran Ciptaan dan Pencatatan Pemindahan Hak Cipta Terdaftar.

2.2.2 Hak Ekslusif

Hak ekslusif adalah hak yang semata-mata diperuntukkan bagi

pemegangnya sehingga pemegang hak dapatmencegah orang lain untuk

meniru atau menggunakan HKI tanpa izin. Hak esklusif mempunyai dua

muatan yaitu hak ekonomi16 untuk memperoleh keuntungan finansial

dari perolehan pengakuan hak kekayaan intelektual berupa pengalihan

dan pemberian izin penggunaan HKInya dengan memperoleh royalti

dan hak moralyang selalu melekat atas diri si pemilik HKI yang bersifat

tetap dan tidak dapat dialihkan.

Hak ekslusif yang diberikan oleh hukum

merupakan reward yang sesuai bagi para investor dan pencipta HKI.

Melalui rewards tersebut orang-orang yang kreatif didorong untuk terus

mengasah kemampuan intelektualnya agar dapat dipergunakan

untuk membantu peningkatan kehidupan manusia. Tujuan

utama sistem hukum HKI adalah menjamin agar proses kreatif tersebut

terus berlangsung dengan menyediakan perlindungan hukum yang


3
memadai dan menyediakan sanksi terhadap pihak yang menggunakan

proses kreatif tersebut tanpa izin.

Hak ekslusif yang diberikan tersebut sesungguhnya berupa

hak monopoli untuk jangka waktu yang terbatas, sebagai imbangan yang

diberikan negarakepadanya atas banyak pengorbanan yang telah

dilakukan untuk perolehan HKI. Hak monopoli tidak untuk selamanya

namun hanya dalam jangka waktu tertentu (terbatas). Dalam waktu yang

telah ditentukan tersebut18 hanya yang memiliki hak yang dapat berbuat

bebas terhadap HKInya, sedangkan bagi pihak lain harus mengakui

HKInya tersebut melalui permintaan izin terlebih dahulu untuk dapat

berbuat atas HKI pihak lain dengan membayar sejumlah royalti.

Apabila menggunakan Hak ekslusif tersebut tanpa izin

dikategorikan sebagai perbuatan yang melanggar hak kekayaan

intelektual pihak lain baik dari aspek perdata maupun dari aspek pidana

secara sekaligus. Apabila masa perlindungan telah habis, maka hak

ekslusif yang bersifat ekonomis menjadi lenyap, maka si pemilik HKI

tidak lagi dilindungi dalam penggunaan HKI nya berarti hak ekslusifnya

hilang dan pihak lain dapat mempergunakan HKI tersebut secara bebas,

tanpa izin dan tanpa royalty. Lenyapnya hak ekslusif penguasaan HKI

yang telah habis masa perlindungannya beralih mempunyai fungsi

sosial.

4
2.2.3 Pencipta

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang secara bersama-sama yang

atas inspirasinya melahirkan suatu Ciptaan berdasarkan kemampuan

pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang

dituangkan ke dalam bentuk yang khas dan bersifat pribadi.

2.2.4 Ciptaan

Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni,

dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi,

kecekatan, keterampilan, alau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk

nyata. Ciptaan dapat mengacu pada beberapa hal berikut:

Dalam agama dan filsafat:

a. Mitos penciptaan, kisah tradisional tentang bagaimana jagat

raya, Bumi, kehidupan atau suatu kebudayaan dimulai.

b. Creatio ex nihilo (bahasa Indonesai: Penciptaan dari nol), keyakinan

bahwa Tuhan atau dewa menciptakan jagad raya dari nol sama sekali,

dan bukan dari materi atau energi yang sudah ada sebelumnya.

c. Ciptaanisme, keyakinan bahwa manusia, kehidupan, Bumi,dan jagat

raya diciptakan dalam bentuk aslinya oleh Tuhan atau dewata.

d. Ciptaan (teologi), studi tentang mitos penciptaandari perspektif

agama.

4
e. Dalam ilmu pengetahuan;

f. Penciptaan materi, munculnya partikel-partikel dasar, dalam proses

fisika seperti misalnya produksi pasangan; proses kebalikan

dari kemusnahan.

g. Penemuan, tindakan menemukan proses atau peranti yang baru

h. Pencipta

2.2.5 Pemegang Hak Cipta

a. Jika suatu ciptaan terdiri dari beberapa bagian tersendiri yang

diciptakan dua orang atau lebih maka yang dianggap sebagai pencipta

ialah orang yang memimpin serta mengawasi penyelesaian seluruh

ciptaan itu, atau jika tidak ada orang itu, yang dianggap sebagai

pencipta ialah orang yang menghimpunnya, dengan tidak mengurangi

hak cipta masing-masing atas bagian ciptaannya.

b. Jika suatu ciptaan yang dirancang seseorang, diwujudkan dan

dikerjakan oleh orang lain di bawah pimpinan dan pengawasan orang

yang merancang, maka penciptanya adalah orang yang merancang

ciptaan itu.

c. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan dinas dengan pihak lain

dalam lingkungan pekerjaannya, pemegang hak cipta adalah pihak

yang untuk dan dalam dinasnya ciptaan itu dikerjakan, kecuali ada

4
perjanjian lain antara kedua pihak dengan tidak mengurangi hak

pembuat sebagai penciptanya apabila penggunaan ciptaan itu

diperluas keluar hubungan dinas.

Ketentuan tersebut berlaku pula bagi ciptaan yang dibuat pihak lain

berdasarkan pesanan yang dilakukan dalam hubungan dinas.

d. Jika suatu ciptaan dibuat dalam hubungan kerja atau berdasarkan

pesanan, maka pihak yang membuat karya cipta itu dianggap sebagai

pencipta dan pemegang hak cipta, kecuali apabila diperjanjikan lain

antara kedua pihak.

e. Jika suatu badan hukum mengumumkan bahwa ciptaan berasal

daripadanya dengan tidak menyebut seseorang sebagai penciptanya,

maka badan hukum tersebut dianggap sebagai penciptanya, kecuali

jika dibuktikan sebaliknya.

2.3 Subjek dan Objek Hak Cipta

Didalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

terdapat subjek Hak Cipta, yaitu Pencipta dan Pemegang Hak Cipta. Pencipta dan

kepemilikan adalah pokok utama yang terpenting dalam hukum Hak Cipta. Yang

dimaksud pencipta harus mempunyai kualifikasi tertentu agar hasil karyanya

dapat dilindungi. Seorang pencipta harus mempunyai identitas dan status untuk

menentukan kepemilikan hak. Pada dasarnya seseorang yang membuahkan karya

tertentu adalah seorang pemilik hak cipta. Pengertian pencipta berdasarkan pasal

4
1 ayat 2 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2014, pencipta adalah seseorang atau

beberapa orang yang secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan

suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi.

Pengertian pemegang Hak Cipta berdasarkan pasal 1 ayat 4 Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2014 adalah: Pemegang Hak Cipta adalah pencipta

sebagai pemilik Hak Cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari

pencipta, atau pihak lain yang menerima lebih lanjuthak dari pihk yang menerima

hak tersebut secara sah. Menurut Elyta Ras Ginting pemegang Hak Cipta terbagi

menjadi dua, yaitu:

f. Pemegang Hak Cipta Berdasarkan Peristiwa Hukum

Undang-Undang Hak Cipta mengenai konsep terjadinya pemilikan Hak Cipta

berdasarkan suatu peristiwa hukum, terjadinya pemilikan Hak Cipta

berdasarkan suatu peristiwa hukum diatur dalam pasal 16 ayat (2) Undang-

Undang 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta yang berbuny:

Hak Cipta dapat beralih dan duialihkan , baik seluruh maupun sebagian

karena:

1) Pewarisan

2) Hibah

3) Wakaf

4) Wasiat

5) Perjanjian tertulis; atau

6) Sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.
4
Selain itu, pasal 80 Undang-Undang Hak Cipta juga membolehkan pemegang

hak cipta memberikan izin kepada pihak lain untuk melaksanakan Hak Cipta

dan Hak Terkait atas suatu Ciptaan berdasarkan perjanjian lisensi.

2.3.1 Pemegang Hak Cipta Berdasarkan Undang-Undang

Selain adanya Pemegang Hak Cipta berdasarkan peristiwa

hukum sebagaimana diatur dalam pasar 16 ayat (2) dan pasal 80, Undang-

Undang Hak Cipta juga memiliki konsep kepemilikan hak cipta

disebabkan oleh undang-undang (by law) yang diatur dalam pasal 37,

pasal 38 dan pasal 39 Undang-Undang Hak Cipta. Dalam hal ini, Negara

atau badan hukum, seperti penerbit atau produser rekaman dianggap

sebagai pemegang Hak Cipta secara hukum dalam hal-hal sebagai

berikut:

a. Pencipta tidak diketahui jati dirinya atau tidak dikenal (anonymous

works)

b. Pencipta tidak ingin diketahui jati dirinya atau pencipta yang

c. menggunakan nama samaran (pseudonymous works)

d. Ciptaan-ciptaan berupa ekspresi budaya tradisional

e. Ciptaan yang belum diterbitkan dan tidak diketahui dan tidak diketahui

siapa penciptanya atau penerbitnya.

Pemegang Hak Cipta memiliki hak ekonomi untuk melakukan:

a. Penerbitan ciptaan

b. Penggandaan ciptaan

c. Penerjemahaan ciptaan
4
d. Pengadaptasian,pengaransemenan, atau pentranfortasian ciptaan

e. Pendistribusian ciptaan atau salinannya

f. Pertumjukan ciptaan

g. Pengumuman ciptaan

h. Komunikasi ciptaan; dan

i. Penyewaan ciptaan

Objek Hak Cipta Didalam Undang-Undang Hak Cipta terdapat

objek Hak Cipta yaitu Ciptaan, pengertian mengenai Ciptaan tercantum

dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 yang berisi:

Ciptaan adalah setiap hasil karya cipta dibidang ilmu pengetahuan, seni,

dan sastra yang dihasilkan atas inspirasi, kemampuan,pikiran, imajinasi,

kecekatan, keterampilan, atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk

nyata.

2.4 Ruang Lingkup Hak Cipta

Pasal 40 ayat (1) UU Hak Cipta, Ciptaan yang dilindungi meliputi

Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa ruang lingkup hak cipta itu meliputi Ciptaan dalam

bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.

Adapun ciptaan yang dilindungi UU Hak Cipta dalam Pasal dan ayat yang sama,

terdiri atas:

a. buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya

tulis lainnya;
4
b. ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya;

c. alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

d. lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;

e. drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim;

f. karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi,

seni pahat, patung, atau kolase;

g. karya seni terapan;

h. karya arsitektur;

i. peta;

j. karya seni batik atau seni motif lain;

k. karya fotografi;

l. Potret;

m. karya sinematografi;

n. terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen,

modifikasi dan karya lain dari hasil transformasi;

o. terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau modifikasi ekspresi

budaya tradisional;

p. kompilasi Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan

Program Komputer maupun media lainnya;

q. kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi tersebut merupakan

karya yang asli;

r. permainan video; dan

s. Program Komputer.
4
2.5 Hasil Karya yang Tidak di Lindungi Hak Cipta dalam UU No. 28 Tahun

2014

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta dan

bagaimana perbuatan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta.

Pengaturan hukum hasil karya yang tidak dilindungi hak cipta menurutUndang-

Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta, seperti hasil

karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata dan setiap ide, prosedur,

sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data walaupun telah diungkapkan,

dinyatakan, digambarkan, dijelaskan, atau digabungkan dalam sebuah ciptaan;

dan alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan

masalah teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan

untuk kebutuhan fungsional. Kebutuhan fungsional adalah kebutuhan manusia

terhadap suatu alat, benda, atau produk tertentu yang berdasarkan bentuknya

memiliki kegunaan dan fungsi tertentu.

Perbuatan yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta, seperti

pengumuman, pendistribusian, komunikasi, dan/atau

penggandaan lambang negara dan lagu kebangsaan menurut

sifatnya yang asli dan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh atau atas

nama pemerintah. Pengambilan berita aktual, baik seluruhnya maupun

sebagian dari kantor berita, lembaga penyiaran, dan surat kabar

atau sumber sejenis lainnya dengan ketentuan sumbernya harus

disebutkan secara lengkap. Berita aktual adalah berita yang diumumkan atau
4
dikomunikasikan kepada publik dalam waktu 3x24 (tiga kali dua puluh

empat) jam sejak pertama kali dikomunikasikan kepada publik danperbuatan

yang tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta lainnya menurut

Pasal 43Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta.

Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang

Hak Cipta:

Pasal 41

Hasil karya yang tidak dilindungi Hak Cipta meliputi:

a. hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata,

b. setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau data

walaupun telah diungkapkan, dinyatakan, digambarkan, dijelaskan, atau

digabungkan dalam sebuah Ciptaan, dan

c. alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan

masalah teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan

fungsional. (Yang dimaksud dengan "kebutuhan fungsional" adalah

kebutuhan manusia terhadap suatu alat, benda, atau produk tertentu yang

berdasarkan bentuknya memiliki kegunaan dan fungsi tertentu.)

Pasal 42

Tidak ada Hak Cipta atas hasil karya berupa:

a. hasil rapat terbuka lembaga negara,

b. peraturan perundang-undangan,

c. pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah,

d. putusan pengadilan atau penetapan hakim, dan


4
e. kitab suci atau simbol keagamaan.

2.6 PATEN

Paten adalah bagian dari Hak Kekayaan Intelektual, yang dalam kerangka ini

termasuk dalam kategori hak kekayaan perindustrian (Industrial Property Right). Hak

Kekayaan Intelektual itu sendiri merupakan bagian dari benda yaitu benda tidak

berwujud (benda immateriil). Pengertian benda secara yuridis adalah segala sesuatu

yang dapat menjadi objek hak. Sedangkan yang dapat menjadi objek hak itu tidah

hanya benda berwujud tetapi juga benda tidak berwujud. Menurut Undang Undang

Nomor 13 Tahun 2016 Pasal 1 butir 1, yaitu:

 Paten adalah hak eksklusif yang diberikan negara kepada inventor atashasil

invensinya di bidang teknologiuntuk jangka waktu tertentumelaksanakan

sendiri invensinyatersebut atau memberikan persetujuankepada pihak lain

untukmelaksanakannya.

 Pengertian Paten menurut Octroiiwet 1910, adalah: “Paten ialah hak khusus

yang diberi kepada seseorang atas permohonannya kepada orang itu yang

menciptakan sebuah produk baru cara kerja baru atau perbaikan baru dari

produk atau dari cara kerja”. (Art.1. Octroiiwet 1910, Nederland, S.1910-

313).

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa paten diberikan bagi ide dalam bidang

teknologi dan teknologi pada dasarnya adalah berupa ide (immateriil) yang dapat

diterapkan dalam proses industri. Teknologi pada dasarnya lahir dari karsa

intelektual, sebagai karya intelektual manusia. Karena kelahirannya telah melibatkan

5
tenaga, waktu, dan biaya (berapapun besarnya misalnya dalam kegiatan penelitian),

maka teknologi memiliki nilai atau sesuatu yang bernilai ekonomi, yang dapat

menjadi objek harta kekayaan (property).

Dalam ilmu hukum, yang secara luas dianut oleh bangsa-bangsa lain, hak atas

daya pikir intelektual dalam bidang teknologi tersebut diakui sebagai hak kekayaan

yang sifatnya tidak berwujud. Hak seperti inilah yang dikenal sebagai “Paten”.

Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016, terdapat 2 jenis paten yaitu:

 Paten biasa; dan

 Paten sederhana.

 Paten biasa adalah: Paten yang melalui penelitian atau pengembangan yang

mendalam dengan lebih dari satu klaim.

Paten sederhana adalah: Paten yang tidak membutuhkan penelitian atau

pengembangan yang mendalam dan hanya memuat satu klaim. Namun, Undang-

Undang Nomor 13 Tahun 2016 secara tersirat mengenalkan jenis-jenis paten yang

lain, yaitu paten proses dan paten produk. Paten proses adalah paten yang diberikan

terhadap proses, sedangkan paten produk adalah paten yang diberikan terhadap

produk.

2.6.1 Sejarah Hak Paten

Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada inventor atas

hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu

melaksanakan sendiri invensinya tersebut kepada pihak lain untuk

melaksanakannya.

5
Hak khusus yang diberikan negara kepada penemu atas hasil penemuannya di

bidang teknologi, untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri

penemuannya tersebut atau memberikan persetujuan kepada orang lain untuk

melaksanakannya (Pasal 1 Undang-undang Paten). Paten diberikan dalam ruang

lingkup bidang teknologi, yaitu ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam proses

industri. Di samping paten, dikenal pula paten sederhana (utility models) yang

hampir sama dengan paten, tetapi memiliki syarat-syarat perlindungan yang lebih

sederhana. Paten dan paten sederhana di Indonesia diatur dalam Undang- Undang

Paten (UUP).

Objek pengaturan hak cipta adalah penemuan di bidang teknologi. Penemuan

di bidang teknologi ini misalnya dapat berbentuk penemuan (inventions),

pengetahuan secara ilmiah atau varietas tumbuhan. Sama halnya dengan hak

cipta, kebutuhan perlindungan hukum bagi penemuan di bidang teknologi tersebut

juga berakar pada sejarah yang cukup lama. Pada awalnya memang sekedar

perlindungan yang bersifat monopolistik, dan memperoleh wujud yang jelas pada

abad ke-14. Teknologi ini sangat penting, karena merupakan faktor penentu

dalam pertumbuhan dan perkembangan industri. Sebagai ilmu pengetahuan yang

ditetapkan dalam proses industri, teknologi jelas lahir dari kegiatan- kegiatan

penelitian dan pengembangan. Dari segi nilai, kegiatan tersebut selalu melibatkan

tenaga dan pikiran serta waktu dan juga biaya yang biasanya sangat besar. Karena

hal tersebut diatas maka teknologi akan memiliki nilai atau manfaat ekonomi.

Oleh sebab itu, wajar apabila terhadap hak atas penemuan tersebut diberi

perlindungan hukum.
5
Dengan diundangkannya Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang

Paten sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1989 yang telah

diubah dengan Undang- Undang Nomor 13 Tahun 1997, perlu diketahui adanya

terminologi baku yang diatur dalam undang-undang tersebut termasuk mengenai

pengertian paten itu sendiri. Pasal 1 Undang- Undang Paten menegaskan

pengertian paten yaitu suatu hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada

inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, untuk selama kurun waktu

tertentu melaksanakan sendiri intensinya atau memberikan persetujuannya kepada

pihak lain untuk melaksanakannya. Invensi adalah ide inventor yang dituangkan

ke dalam suatu kegiatan pemecahan masalah yang spesifik di bidang teknologi

dapat berupa produk atau proses penyempurnaan dan pengembangan produk atau

prosesnya. Adapun inventor adalah seseorang yang secara sendiri atau beberapa

orang yang secara bersama-sama melaksanakan ide yang dituangkan ke dalam

kegiatan yang menghasilkan invensi. Penjelasan undang-undang menegaskan

bahwa istilah invensi digunakan untuk penemuan dan istilah inventor digunakan

untuk penemunya.

2.6.2 Subjek Paten

Mengenai subjek paten Pasal 10 Undang-Undang Paten No. 14 Tahun 2001

menyebutkan:

1. yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima lebih

lanjut hak inventor yang bersangkutan;

5
2. jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama- sama

hakatas invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para inventor

yang bersangkutan.

Selanjutnya dalam Pasal 12 Undang- Undang Paten No. 14 Tahun 2001

disebutkan:

1. pihak yang berhakmemperoleh paten atas suatu invensi yang dihasilkan dalam

suatu hubungan kerja adalah pihak yang memberikan pekerjaan tersebut,

kecuali perjanjian lain;

2. ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (1) juga berlaku terhadap

invensi yang dihasilkan baik oleh karyawan maupun pekerja yang

menggunakan data atau sarana yang tersedia dalam pekerjaannya sekalipun

perjanjian tersebut tidak mengharuskan nya untuk menghasilkan invensi;

3. inventor sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) dan ayat (2) berhak

mendapatkan imbalan yang layak dengan memperhatikan manfaat ekonomi

yang diperoleh dari invensi tersebut;

a) imbalan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (3) dapat dibayarkan; dalam

jumlah tertentu dan sekaligus;

b) persentase;

c) gabungan antara jumlah tertentu dan sekaligus dengan hadiah atau bonus;

d) gabungan antara persentase dan hadiah atau bonus;

e) bentuk lain yang disepakati oleh pihak yang bersangkutan yang besarnya

ditetapkan oleh pihak-pihak yang bersangkutan;

5
4. tidak terdapat kesesuaian mengenai cara perhitungan dan penetapan besarnya

imbalan, keputusan untuk diberikan oleh Pengadilan Niaga;

5. ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3) sama

sekali tidak menghapuskan hak inventor untuk tetap dicantumkan namanya

dalam sertifikat paten.

Apabila invensi tersebut ditemukan atas kerja sama, maka hak atas paten

tersebut dimiliki secara kolektif. Hak kolektif selain diberikan kepada beberapa

orang secara bersama-sama dapat juga diberikan kepada badan

hukum. Orang yang pertama kali mengajukan permintaan paten dianggap sebagai

inventor. Apabila dikemudian hari terbukti sebaliknya secara kuat dan

meyakinkan maka status sebagai inventor tersebut dapat saja berubah sesuai

dengan bukti-bukti hukum di pengadilan. Hak dan kewajiban pemegang paten

Pasal 16 UU No. 14 Tahun 2001 menyebutkan:

1. pemegang paten memiliki hak ekslusif untuk melaksanakan paten yang

dimilikinya dan melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya;

2. dalam hal paten proses, larangan terhadap pihak lain yang tanpa persetujuan

melakukan impor sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1) hanya berlaku

terhadap impor

produk yang semata-mata dihasilkan oleh penggunaan paten proses yang

dimilikinya;

3. dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

apabila pemakaian paten tersebut untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

5
percobaan atau sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari

pemegang paten.

Pemegang paten melaksanakan atau melakukan tindakan lainnya yang bersifat

pengambilan manfaat ekonomi dari suatu penemuan. Unsur yang terpenting terletak

pada aspek perlindungan hukum terhadap pemanfaatan hak tersebut secara

menyeluruh dan utuh. Kurang tepat bilamana persoalannya kemudian dipisahkan

dalam bentuk ekspor dan impor. Sebab ekspor dan impor adalah masalah tata niaga

yang pada era WTO akan menjadi lebih terbuka tanpa

dibatasi oleh dinding nasional.

2.6.3 Ruang Lingkup Perlindungan Paten

Mengenai ruang lingkup perlindungan paten di Indonesia sesuai

dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang paten, meliputi:

penemuan yang dapat diberikan paten, penemuan yang tidak dapat diberikan

paten, subjek paten, hak dan kewajiban pemegang paten dan pengecualian

terhadap pelaksanaan paten. Mengenai penemuan yang dapat diberikan paten

menurut Pasal 2 UU No. 14 Tahun 2001 menegaskan:

1. paten diberikan untuk invensi yang baru dan mengandung langkah

inventif serta dapat diterapkan kedalam industri;

2. suatu invensi mengandung langkah inventif jika invensi tersebut bagi

seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik

merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya;

5
3. penilaian bahwa suatu invensi merupakan hal yang tidak dapat diduga

sebelumnya harus dilakukan dengan memperhatikan keahlian yang

ada pada saat permohonan itu diajukan dengan hak prioritas.

Paten tidak diberikan untuk invensitentang:

a. proses atau produk yang pengumuman dan penggunaan atau

pelaksanaannya bertentangan dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku, moralitas agama ,ketertiban umum

atau kesusilaan;

b. metodepemeriksaan, perawatan, pengobatan dan pembedahan

yang diterapkan terhadap manusia atau hewan;

c. teoridan metode dibidang ilmu

d. pengetahuan dan matematika;

e. semua makhluk hidup, kecuali jasad renik, proses biologi

syngesensial untuk memproduksi tanaman atau hewan.

Paten sebagaimana dimaksud di atas diberikan untuk jangka waktu

20 (dua puluh) tahun terhitung sejak tanggal penerimaan dan jangka

waktu tersebut tidak diperpanjang. Adapun untuk untuk paten

sederhana diberikan jangka waktu 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak

tanggal penerimaan dan jangka waktu tersebut juga dapat

diperpanjang.

2.7 Permohonan Paten

Paten diberikan berdasarkan atas permohonan dan setiap permohonan hanya

dapat diajukan untuk satu invensi atau beberapa invensi yang


5
merupakan satu kesatuan invensi. Satu kesatuan invensi adalah beberapa invensi

yang baru dan masih memiliki keterkaitan langkah inventif yang erat. Hal-hal yang

harus dimuat dalam surat permohonan, yaitu:

a. tanggal, bulan, dan permohonan;

b. alamat lengkap dan alamat jenis permohonan;

c. nama lengkap dan kewarganegaraan inventor;

d. nama dan alamat lengkap kuasa apabila permohonan diajukan melalui kuasa;

e. surat kuasa khusus, dalam hal permohonan diajukan oleh kuasa;

f. pernyataan permohonan untuk dapat diberi paten;

g. judul invensi;

h. klain yang terkandung dalam invensi;

i. deskripsi tentang invensi, yang secara lengkap memuat keterangan tentang cara

melaksanakan invensi;

j. gambar yang disebutkan dalam deskripsi yang diperlukan untuk memperjelas

invensi;

k. abstrak invensi.

Selanjutnya atas setiap permohonan paten akan diumumkan oleh pemerintah yang

dilakukan dengan menempatkannya dalam Berita Resmi Paten yang diterbitkan

secara berkala oleh Ditjen HAKI dan atau menempatkannya pada sarana khusus yang

disediakan dengan mudah serta jelas dapat dilihat oleh masyarakat. Atas permohonan

yang diajukan, Ditjen HAKI akan memberikan keputusan untuk menyetujui atau

menolak permohonan. Untuk paten akan dikeluarkan keputusan paling lama 36 (tiga

puluh enam) bulan terhitung sejak tanggal penerimaan. Atas paten yang diberikan,
5
akan diterbitkan sertifikat paten yang merupakan bukti hak atas paten dan berlaku

pada tanggal diberikannya sertifikat paten dan berlaku surut sejak tanggal

penerimaan. Terhadap permohonan paten yang ditolak dapat diajukan permohonan

banding ke Komisi Banding Paten paling lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal

pengiriman surat pemberitahuan penolakan permohonan. Komisi Banding Paten

merupakan badan khusus yang independen dan berada di lingkungan Departemen

Kehakiman.

2.8 Pengalihandan Lisensi Paten

Seperti diketahui bahwa paten pada dasarnya adalah hak milik perseorangan

yang tidak berwujud dan timbul karena kemampuan intelektual manusia.

Sebagaimana hak milik tentunya paten dapat dialihkan sebagian atau seluruhnya

kepada pihak lain sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 66 yang dapat terjadi karena

beberapa hal yaitu:

1. pewarisan;

2. hibah;

3. wasiat;

4. perjanjiantertulis;

5. sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan.

Pengalihan tersebut tentunya tidak menghapus hak inventor untuk tetap

dicantumkan nama dan identitasnya dalam paten yang bersangkutan. Hak ini disebut

hak moral. Beberapa dari pengalihan paten yang pemilikan haknya juga beralih,

pemegang paten juga berhak memberikan lisensi kepada pihak lain berdasarkan

perjanjian lisensi. Lisensi paten merupakan suatu perjanjian yang pada dasarnya
5
hanya pemberian hak untuk menikmati manfaat ekonomi dari paten dalam jangka

waktu dan syarat-syarat tertentu. Lingkup lisensi meliputi semua perbuatan selama

jangka waktu lisensi diberikan dan berlaku untuk seluruh wilayahnegara RI. Dalam

perjanjian lisensi tidak boleh memuat ketentuan baik langsung maupun tidak

langsung yang merugikan perekonomian Indonesia atau memuat pembatasan yang

menghambat kemampuan bangsa Indonesia dalam menguasai dan mengembangkan

teknologi pada umunya dan yang berkaitan dengan invensi yang diberi paten. Setiap

pihak dapat mengajukan permohonan lisensi- wajib kepada Ditjen HAKI untuk

melaksanakan paten setelah lewat waktu 36 bulan terhitung sejak tanggal pemberian

paten. Permohonan tersebut hanya dapat dilakukan dengan alasan bahwa paten yang

bersangkutan tidak dilaksanakan atau dilaksanakan tidak sepenuhnya di Indonesia

oleh pemegang paten. Sebagai konsekuensi dari pelaksanaan lisensi-wajib, tentu akan

disertai dengan pembayaran royalti oleh penerima lisensi-wajib kepada pemegang

paten. Royalti tersebut dapat berupa uang atau bentuklainnya yang disepakati para

pihak. Besar royalti dilakukan dengan memperhatikan tata cara yang lazim digunakan

dalam perjanjian lisensi paten atau perjanjian lain yang sejenis yaitu perjanjian yang

lazim dibuat dalam rangka pengalihan kemampuan atau pengalihan pengetahuan

tentang teknologi yang tidak di patenkan. Lisensi-wajib akan berakhir apabila:

1. alasan yang dijadikandasar bagi pemberian lisensi-wajibtidakadalagi;

2. penerimalisensi-wajib tidak melaksanakan lisensi-wajib tersebut

3. atau tidak melakukan usaha persiapan yang sepantasnya untuk segera

melaksanakannya;

6
4. penerimalisensi-wajib tidak lagi mentaati syarat dan ketentuan lainnya termasuk

pembayaran royalti yang ditetapkan dalam pemberian lisensi- wajib.

2.9 Pembatalan Paten dan pelaksanaan paten oleh pemerintah

2.9.1 Pembatalan paten

Undang-Undang Paten menegaskan bahwa ada 3 (tiga) macam

pembatalan paten, yaitu Pertama, karena demi hukum, Kedua, batal

permohonan pemegang dan Ketiga, batal karena gugatan. Paten yang

dinyatakan batal demi hukum apabila pemegang paten tidak memenuhi

kewajiban membayar biaya tahunan dalam jangka waktu yang ditentukan oleh

undang-undang, yang akan diberitahukan secara tertulis oleh Ditjen HAKI

kepada pemegang paten serta penerima lisensi dan mulai batal atas paten,

adanya berlaku sejak tanggal pemberitahuan tersebut. Paten yang dinyatakan

batal demi hukum ini akan dicatat dan diumumkan. Untuk pembatalan paten

atas permohonan pemegang paten dilakukan oleh Ditjen HAKI untukseluruh

atau sebagian atas permohonan paten yang diajukan. Atas pembatalan paten

ini tidak dapat dilakukan jika penerima lisensi tidak memberikan persetujuan

secara tertulis yang dilampirkan pada permohonan pembatalan tersebut.

Selanjutnya keputusan pembatalan paten tersebut diberitahukan secara tertulis

oleh Ditjen HAKI sepertihalnya batal demi hukum. Sedangkan untuk

pembatalan paten karena gugatan terjadi karena adanya gugatan yang diajukan

oleh pihak ketiga kepada pemegang paten melalui Pengadilan Niaga dalam

hal paten tersebut sama dengan paten lain yang telah diberikan kepada pihak

lain untuk invensi yang sama berdasarkan undang-undang. Gugatan


6
pembatalan dapat juga dilakukan oleh Jaksa terhadap pemegang paten atau

penerima lisensi dalam hal pemberian lisensi-wajib ternyata tidak mampu

mencegah berlangsungnya pelaksanaan paten dalam jangka waktu 2 (dua)

tahun sejak tanggal pemberian lisensi-wajib yang bersangkutan atau sejak

tanggal pemberian lisensi-wajib pertama dalam hal diberikan beberapa lisensi-

wajib. Akibat hukum dari adanya pembatalan paten adalah :

1. akan menghapuskan segala akibat hukum yang berkaitan dengan paten

dan hal-hal lain yang berasal dari paten tersebut;

2. penerima lisensi tetap berhak melaksanakan lisensi yang dimilikinya

sampai dengan berakhirnya jangka waktu yang ditetapkan dalam

perjanjian lisensi yaitu penerima lisensi yang dibatalkan karena alasan

paten yang digugat pembatalannya sama dengan paten lain yang telah

diberikan kepada pihak lain untuk invensi yang sama berdasarkan undang-

undang;

3. penerimaan lisensi tidak wajib meneruskan pembayaran royalti yang

seharusnya masih wajib dilakukan kepada pemegang paten yang patennya

dibatalkan, tetapi mengalihkan pembayaran royaltiuntuk sisa jangka waktu

lisensi yang dimilikinya kepada pemegang paten yang berhak. Apabila

pemegang paten sudah menerima sekaligus royalti dari penerima lisensi,

pemegang paten tersebut wajib mengembalikan jumlah royalti sesuai

dengan sisa jangka waktu penguna lisensi kepada pemegang paten yang

berhak.

6
2.9.2 Pelaksanaan Paten Oleh Pemerintah

Pasal 99 Undamg-Undang Paten menegaskanapabila pemerintah

berpendapat bahwa suatu paten di Indonesia sangat penting artinya bagi

pertahanan keamanan negara dan kebutuhan sangat mendesak untuk

kepentingan masyarakat, pemerintah dapat melaksanakan sendiri paten yang

bersangkutan yang akan ditetapkan dengan keputusan presiden. Contoh

invensi yang terkait dengan pertahanandan keamanan negara antara lain bahan

peledak, senjata dan amunisi. Sedangkan untuk kebutuhan yang sangat

mendesak bagi kepentingan masyarakat mencakup antara lain bidang

kesehatan seperti obat-obat yang masih dilindungi paten di Indonesia yang

diperlukan untuk menanggulangi penyakit yang berjangkit secara luas; bidang

pertanian misalnya pestisida yang sangat dibutuhkan untuk menanggulangi

gagalnya hasil panen secara nasional yang disebabkan oleh hama. Pemerintah

akan memberikan imbalan yang wajar kepada pemegang paten. Seandainya

pemegang paten tidak setuju atas besarnya imbalan yang ditetapkan oleh

pemerintah, pemegang paten dapat megajukan gugatan atas

ketidaksetujuannya kepada Pengadilan Niaga, namun gugatan tersebut tidak

menghentikan pelaksanaan paten oleh pemerintah.

6
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

a. HaKi adalah isu penting bagi para pembuat keputusan ekonomi, Modernisasi

kantor HaKI dan pengaturan HaKI nasional sebagai alat kebijakan yang

berpengaruh kepada pembangunan ekonomi, Perlunya perubahan sifat

masyarakat yang berorientasi dari ertanian (statis) ke industri (dinamis) dan

mengarah kepada budaya bisnis (kompetitif).

b. hak atas kekayaan intelektual (HaKI) secara singkat adalah dapat diartikan

sebagai hak yang bersumber dari hasil kegiatan intelektual manusia, yang

mana memiliki manfaat ekonomi. Hak ini bisa disebut sebagai hak yang

eksklusif karena hanya diberikan khusus kepada orang atau kelompok yang

menciptakan karya cipta terkait. Melalui hak ini, orang lain tidak dapat

memanfaatkan secara ekonomis karya cipta milik orang lain tanpa izin dari

penciptanya. Dari pengertian di atas dapat, ditarik kesimpulan jika objek

HaKI adalah karya atau ciptaan yang dihasilkan dari pemikiran atau

kemampuan intelektual manusia.

c. Hak Cipta dan Hak Terkait dengan Hak Cipta bagi peserta/pemenang, dan

penyelenggara kontes kecantikan mencakup obyek dan subyek yang berbeda.

Dalam hal penyelenggaraan kontes kecantikan, obyek dalam Hak Cipta

adalah foto, rekaman video, artikel, dan buku pedoman penyelenggaraan

yang memenuhi Standard of Copyrigts’ Ability. Sedangkan Subyek


6
Penciptanya atau pemegang Hak Ciptamya adalah fotografer, kameramen,

dan wartawan yang menulis artikel, dan pembuat buku pedoman

penyelenggaraan. Obyek dalam Hak Terkait dengan Hak Cipta adalah

ekspresi kepribadian dalam rekaman suara, gambar pertunjukan, serta karya

siaran dan originality-nya yang tidak setinggi Hak Cipta. Subyek Hak Terkait

dengan Hak Cipta adalah Penampil (peserta/pemenang kontes kecantikan),

dan organisasi penyiaran (official broadcast penyelenggaraan kontes

kecantikan). Baik hak Cipta ataupun Hak Terkait dengan hak Cipta

memberikan Hak Eksklusif bagi subyeknya yang berdimensi Hak Moral dan

Hak Ekonomi.

d. Bentuk eksploitasi dan bentuk pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait

dengan Hak Cipta terdapat di dalam konteks hubungan hukum antara

peserta/pemenang, penyelenggara kontes kecantikan, dan pihak ketiga baik

sponsorship atau pihak lain. Pelanggaran dapat berupa pelanggaran Hak

Cipta, atau Hak Terkait dengan hak Cipta atau pelanggaran kontrak. Upaya

pemulihan dalam aspek Hak Cipta dan Hak Terkait dengan Hak Cipta dapat

dilakukan dengan prosedur penetapan sementara melalui Pengadilan Niaga

atau Pengadilan Negeri, gugatan ganti rugi (perdata), tuntutan pidana, dan

penyelesaian sengketa alternatif. Umumnya pelanggaran kontrak berbentuk

gugatan wan prestasi.

e. Proses perolehan dan perlindungan atas hak paten di Indonesia berdasarkan

ketentuan yang berlaku pada saat ini adalah paten diberikan atas dasar

permohonan untuk mendapatkan perlindungan hukum, permohonan tersebut


6
diajukan dengan membayar biaya kepada Direktorat Jenderal HaKI yang

diatur dalam Pasal 20 dan 22 UU Paten. Lama perlindungan atas hak paten

diatur dalam Pasal 8 dan 9 UU Paten yaitu untuk paten biasa dilindungi 201

tahun dan paten biasan dilindungi 10 tahun. Hak Paten menganut sistem first

to file file first to protect yang artinya siapa yang mendaftar terlebih dahulu

pada satu invensi yang sama, maka yang pertama mendaftarlah yang diterima

sesuai Pasal 34 UU Paten, Perlindungan hukum bagi pemegang Hak Paten di

Indonesia yang dikaitkan dalam kasus pembatalan hak paten milik Edijanto

adalah semestinya Edijanto meminta ganti rugi kepada Dire orat HaKI yang

melakukan pemeriksaan substantif berdasarkan ketentuan Pasal 50 dan 51

ayat (1) UU Paten karena Pemeriksa Paten telah lalai dengan melakukan

kesalahan penerimaan permohonan apabila kasus tersebut telah diajukan

sebelumnya di negara Cina. Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan

perlindungan hak paten di Indonesia sendiri dapat dibedakan menjadi kendala

yuridis dan non-yuridis.

6
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang:

Indonesia. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak

Cipta Indonesia. UU No. 13 Tahun 2016 tentang Paten

Website:

https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/38690 (diakses 27 Septemer 2022).

https://eclis.id/view?url=uu-28-2014 (diakses 27 Septemer 2022).

https://jdih.dgip.go.id/produk_hukum/view/id/3/t/undangundang+nomor+28+tahun+2

014+tentang+hak+cipta (diakses 27 Septemer 2022).

https://fh.unair.ac.id/kekayaan-intelektual/seri-diskusi-pkki-copyright-101-

mengenali-hak-cipta-di-indonesia-melalui-undang-undang-nomor-28-tahun-

2014/ (diakses 27 Septemer 2022).

https://jdih.bumn.go.id/lihat/UU%20Nomor%2028%20Tahun%202014 (diakses 27

Septemer 2022).

https://www.hukumonline.com/klinik/a/siapa-pencipta-dan-siapa-pemegang-hak-

cipta-cl655 (diakses 27 Septemer 2022).

https://www.coursehero.com/file/p58d60nv/D-Subjek-dan-Objek-Hak-Cipta-a-

Subjek-hak-cipta-Didalam-Undang-Undang-Nomor-28/ (diakses 27 Septemer

2022).

6
http://repository.uin-suska.ac.id/15685/7/7.%20BAB%20II 2018220IH.pdf (diakses

27 Septemer 2022).

http://repository.unpas.ac.id/15679/4/G.%20BAB%20II.pdf (diakses 27 Septemer

2022).

https://dgip.go.id/menu-utama/hak-cipta/pengenalan (diakses 27 Septemer 2022).

https://libera.id/blogs/contoh-hak-cipta/ (diakses 27 Septemer 2022).

https://hakpaten.id/hak-cipta/ (diakses 27 Septemer 2022).

https://ppid.unud.ac.id/img/admin/page_attc/9d0d1cd9a94ba484f9e18bed334f2d10.p

df (diakses 27 Septemer 2022).

https://www.jogloabang.com/budaya/pp-16-2020-pencatatan-ciptaan-produk-hak-

terkait?amp (diakses 27 Septemer 2022).

http://aup.unair.ac.id/hak-cipta/ (diakses 27 Septemer 2022).

http://lipi.go.id/hki (diakses 27 Septemer 2022).

https://journal.unpar.ac.id/index.php/veritas/article/download/2073/1890/4297

(diakses 27 Septemer 2022).

https://repository.uin-suska.ac.id/8693/4/BAB%20III.pdf (diakses 27 Septemer

2022).

https://lsc.bphn.go.id/uploads/49972_leaflet_5.pdf (diakses 27 Septemer 2022).

6
https://amp.kompas.com/nasional/read/2022/03/26/03000031/hak-moral-dan-hak-

ekonomi-dalam-hak-cipta (diakses 27 Septemer 2022).

http://kkn.undip.ac.id/?p=364081 (diakses 27 Septemer 2022).

https://inlis.kemenpppa.go.id/opac/detail-opac?id=2656 (diakses 27 Septemer 2022).

https://media.neliti.com/media/publications/326265-keutuhan-ciptaan-dan-

kelestarian-lingkun-b5562944.pdf (diakses 27 Septemer 2022).

https://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Profil/HKI/Template%20Permohonan%20

Hak%20Cipta%20-%20USD%20NEW.pdf

http://fsd.unm.ac.id/wp-content/uploads/2020/06/KATEGORI-CIPTAAN.pdf

(diakses 27 Septemer 2022).

https://penelitian.ugm.ac.id/wp-content/uploads/sites/295/2020/02/Tabel-Jenis-

Ciptaan.pdf (diakses 27 Septemer 2022).

https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=18207&menu=2

(diakses 27 Septemer 2022).

Anda mungkin juga menyukai