Anda di halaman 1dari 8

NEUROPSIKOLOG

Pengertian Neuropsikolog

Neuropsikolog mempelajari hubungan antara otak dan perilaku, disfungsi otak dan
perilaku, dan melakukan asesmen dan treatment untuk perilaku yang berkaitan dengan fungsi
otak yang terganggu. Dalam, lima tahun terakhir, neuropsikologi berkembang pesat, ini
terlihat dari jumlah anggota asosiasi neuropsikologi, program pelatihan, makalah - makalah
yang dipublikasikan, dan posisi – posisi tugas berkaitan dengan neuropsikologi di Amerika
yang meningkat (Phares, 1992). Sebagian ilmu neuropsikologi dianggap salah satu bagian
dari biopsikologi. Bidang lain yang termasuk dalam biopsikologi antara lain: psikologi faal,
psikofisiologi, psikologi perbandingan, psikofarmakologi. Neuropsikologi adalah interface
neurologi dan neurosains, yang dipacu oleh kemajuan yang sangat pesat dalam penelitian
biokimia, ilmu faal, histologi susunan syaraf pusat.
Peran Neurolog dan neuropsikolog klinis harus dibedakan. Seorang neurologist(neurolog)
adalah seorang dokter medis dengan gelar Medical Doctor (MD) yang biasanya memiliki
spesialisasi dibidang asesment dan penanganan farmakologis untuk berbagai gangguan sistem
saraf. Seorang neuropsychologist (neuropsikolog) klinis biasanya merupakan psikolog klinis
yang mendapat latihan dan pengalaman tambahan tentang hubungan antara otak dan perilaku.
Neuropsikolog biasanya bekerja bersama psikiater, neurolog, terapis okupasional, terapis
fisik, terapis bicara, dan profesional lain dalam pendekatan tim-terkoordinasi dimana masing-
masing profesional memberikan informasi yang berguna untuk profesional-profesional
lainnya.

Sejarah Neuropsikolog

Sejarah singkatnya studi mengenai perubahan-perubahan perilaku yang menyertai cidera


pada bagian-bagian tertentu dari otak memiliki sejarah panjang. Beberapa contoh paling awal
dapat ditemukan dalam barang-barang peninggalan jaman Mesir kuno yang berangkat tahun
3000 – 2500 SM. Disana didiskripsikan fitur-fitur fisik otak dan contoh-contoh kasus,
termasuk saran-saran penanganannya.
Galen (130 – 200M), seorang di kekaisaran romawi, menangani para gladiator yang
cidera. Dalam perannya inilah ia melakukan observasi-observasi yang menghasilkan
beberapa pengetahuan tentang hubungan berbagai tipe trauma dengan perubahan-perubahan
perilaku yang mengikutinya.
Beralih kezaman yang relatif modern, pada 1861 Paul Broca mengembangkan teori-teori
penting tenttang penemuan kasus “Tan”- nya yang termasyur. Tan adalah seorang pasien
yang kehilangan kemampuan bicara selama lebih dari 20 tahun sebelum kematiannya.
Dengan melakukan otobsi terhadap Tan, Broca menemukan keberadan Lesi dibelahan otak
kiri Tan, dibagian yang kelak diberi nama broca’s area. Ini memberikan data yang
mendukung kontroversi yang signifikan pada masa itu lokalisasi fungsi.

Menurut Ahli

● Hipokrates

Hippocrates memandang otak sebagai tempat bersemayamnya jiwa. Dia menarik hubungan
antara otak dan perilaku tubuh, menulis: "Otak menjalankan kekuatan terbesar pada
manusia." Selain memindahkan fokus dari hati sebagai “pusat jiwa” ke otak, Hippocrates
tidak menjelaskan banyak detail tentang fungsi sebenarnya. Namun, dengan mengalihkan
perhatian komunitas medis ke otak, teorinya membawa pada penemuan yang lebih ilmiah
mengenai organ yang bertanggung jawab atas perilaku kita. Selama bertahun-tahun yang
akan datang, para ilmuwan terinspirasi untuk mengeksplorasi fungsi tubuh dan menemukan
penjelasan konkrit atas perilaku normal dan abnormal. Penemuan ilmiah membuat mereka
percaya bahwa ada alasan alami dan organik untuk menjelaskan berbagai fungsi tubuh, dan
semuanya dapat ditelusuri kembali ke otak. Hippocrates memperkenalkan konsep pikiran
yang secara luas dipandang sebagai fungsi terpisah dari organ otak sebenarnya.

● Paul Broca
Terinspirasi oleh kemajuan yang dicapai dalam bidang fungsi lokal di dalam otak, Paul Broca
mencurahkan sebagian besar studinya pada fenomena bagaimana ucapan dipahami dan
diproduksi. Melalui studinya, ditemukan dan diperluas bahwa kita mengartikulasikan melalui
belahan otak kiri. Pengamatan dan metode Broca secara luas dianggap sebagai tempat
neuropsikologi benar-benar terbentuk sebagai disiplin ilmu yang dikenal dan dihormati. Berbekal
pemahaman bahwa area otak yang spesifik dan independen bertanggung jawab atas artikulasi
dan pemahaman ucapan, kemampuan otak akhirnya diakui sebagai organ yang kompleks dan
sangat rumit. Broca pada dasarnya adalah orang pertama yang sepenuhnya melepaskan diri
dari gagasan frenologi dan menggali lebih dalam pandangan yang lebih ilmiah dan psikologis
tentang otak.
● Carl Wernicke

Carl Wernicke adalah seorang neuropsikiater berpengaruh pada abad kesembilan belas yang
secara khusus tertarik untuk memahami bagaimana kelainan dapat dilokalisasi pada wilayah
otak tertentu. Teori yang dipegang sebelumnya mengaitkan fungsi otak sebagai satu proses
tunggal, namun Wernicke adalah salah satu orang pertama yang mengaitkan fungsi otak ke
berbagai wilayah otak berdasarkan fungsi sensorik dan motorik. Pada tahun 1873, Wernicke
mengamati seorang pasien yang datang dengan pemahaman bahasa yang buruk meskipun
kemampuan bicara dan pendengarannya tetap utuh setelah stroke parah. Analisis pasca-
morbid menunjukkan adanya lesi di dekat daerah pendengaran otak di daerah parietal-
temporal belahan kiri. Awalnya bernama afasia sensorik, wilayah ini kemudian dikenal
sebagai wilayah Wernicke. Individu dengan kerusakan pada area ini hadir dengan afasia fasih
namun reseptif yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk memahami atau
mengekspresikan bahasa tertulis atau lisan sambil mempertahankan proses bicara dan
pendengaran yang utuh. Bersama Paul Broca, kontribusi Wernicke memperluas pengetahuan
terkini tentang perkembangan bahasa dan lokalisasi fungsi belahan kiri.

Keterampilan dan Prosedur yang Digunakan

Evaluasi neuropsikologis terdiri dari pengumpulan informasi historis yang relevan,


pemeriksaan neuropsikologis, analisis dan integrasi data dan temuan, serta umpan balik ke
sumber rujukan. Riwayat diperoleh melalui peninjauan catatan medis dan lainnya, dan
melalui wawancara dengan pasien. Dengan izin pasien, anggota keluarga atau orang lain yang
berpengetahuan dapat diwawancarai dan diminta untuk berbagi persepsi dan perspektif
mereka mengenai aspek penting dari riwayat dan gejala. Ujian biasanya terdiri dari
pelaksanaan tes standar menggunakan pertanyaan lisan, kertas dan pensil, komputer,
manipulasi materi seperti balok dan teka-teki, dan prosedur lainnya. Bergantung pada ruang
lingkup dan tujuan evaluasi, pengujian mungkin berfokus pada berbagai fungsi kognitif
termasuk perhatian, memori, bahasa, kemampuan akademis, penalaran dan pemecahan
masalah, kemampuan visuospasial dan keterampilan sensorik-motorik. Neuropsikolog juga
dapat melakukan tes dan kuesioner mengenai aspek psikologis suasana hati, gaya emosional,
perilaku dan kepribadian.
Masalah Tertangani

Evaluasi neuropsikologis diminta secara khusus untuk membantu memahami cara kerja
berbagai area dan sistem otak. Pengujian biasanya dianjurkan bila terdapat gejala atau
keluhan yang melibatkan ingatan atau pemikiran. Hal ini mungkin ditandai dengan perubahan
konsentrasi, organisasi, penalaran, ingatan, bahasa, persepsi, koordinasi atau
kepribadian. Perubahan ini mungkin disebabkan oleh sejumlah penyebab medis, neurologis,
psikologis, atau genetik.

Program Therapi Okupasional


Program ini memusatkan pada latihan aktivitas kehidupan sehari-hari (ADL) seperti makan,
mandi, berpakaian, bersolek dilakukan sendiri.
Kegiatannya: aktivitas-aktivitas ini membutuhkan latihan keluesan dan mrnggunakan alat-alat
bantu tujuannya: mengembangkan kemandiriannya dalam kehidupan sehari-hari semaksimal
mungkin.

Okupasi terapi adalah profesi kesehatan yang menangani pasien / klien dengan gangguan
fisik dan atau mental baik yang bersifat sementara atau menetap dengan menggunakan
aktifitas terapeutik yang disesuaikan untuk membantu mempertahankan atau meningkatkan
komponen kinerja okupasional ( senso-motorik, persepsi, kognitif, social dan spiritual ) dan
area kinerja okupasional ( aktifitas sehari – hari /Activity Dailly Living /ADL,
produktifitas /Productivity ,dan pemanfaatan waktu luang /Leisure Activity) sehinngga pasien
/ klien mampu meningkatkan kemandirian fungsional, meningkatkan derajat kesehatan dan
partisipasi di masyarakat sesuai perannya. ( Sk Menkes RI No
571/MENKES/SK/VI/2008, 2008)

Tujuan OT adalah membantu seseorang menjadi mandiri dalam beraktifitas baik dengan alat
bantu ataupun tanpa alat bantu terutama untuk aktivitas kesehariannya (makan, minum,
mandi, berpakaian, dan lainnya). Kemandirian sangat penting untuk penyandang cacat
terlebih bagi orang yang bukan cacat dari lahir.Mereka harus belajar dari awal.

Okupasi Terapis dapat menerapi pasien anak, dewasa maupun lansia dengan kondisi
kecacatan fisik dan atau mental.
Jenis-jenis aktifitas yang dilakukan dalam terapi okupasi:

a. Aktifitas sehari-hari

Okupasi terapis melatih penyandang cacat agar dapat melakukan aktifitas sehari – hari secara
mandiri seperti memakai / melepas / mengancingkan baju, transfer dari kursi roda ke toilet /
kursi / tempat tidur, makan, minum, mandi, berhias, menggosok gigi, membersihkan setelah
BAB / BAK dll.

Contoh : Okupasi terapis melatih bagaimana penyandang cacat dengan amputasi kedua
tangan bisa makan / minum sendiri. Jika diperlukan okupasi terapis akan mendesain alat
bantu untuk makan agar penyandang cacat bisa makan sendiri.

Contoh : melatih pasien stroke untuk transfer dari tempat tidur ke tempat lain, melatih pasien
stroke untuk menerapi/ melatih dirinya sendiri ( tangan yang kuat untuk menggerakkan
tangan yang lemah, melatih keseimbangan tubuh pasien, melatih pasien untuk meningkatkan
kekuatan gerak otot-otot tangan dan kaki dengan melalui aktifitas ,dilatih untuk
menggerakkan jari – jari tangan dengan melalui aktifitas )

Yang dapat anda lakukan sebagai kader RBM membantu paca untuk menggunakan
kemampuan fisiknya secara optimal dan membantu meningkatkan kemampuan fisiknya.

Misalnya :

1. Paca dengan kelayuhan satu / dua tangan, beri latihan gerakan otot – otot tangan
( menggenggam / membuka tangan, ditingkatkan dengan meremas bola kecil dengan tekstur
lembut – keras, dapat juga menggunakan cone / kerucut atau menggunakan benda – benda
lain disekitar)

2. Paca dengan kelayuhan satu / dua tangan, beri latihan dengan melakukan aktifitas sehari
– hari, contoh menyisir rambut, memakai / melepas baju, minum, makan dll.
3. Paca dengan kelayuhan satu kaki, beri latihan gerakan otot – otot kaki dengan mengerak –
gerakan kaki semampunya, menendang bola ringan – berat,melatih keseimbangan berdiri,
latihan jalan dengan/ tanpa alat Bantu.

b. Aktifitas Produktif

Okupasi terapis melatih penyandang cacat untuk dapat melakukan kegiatan yang produktif,
seperti sebelum mengalami kecacatan.

Misalnya aktifitas menjahit untuk pasien dengan kecacatan satu tangan, pasien dilatih untuk
memaksimalkan fungsi tangannya baik dengan alat bantu maupun tanpa alat bantu, dapat
juga dengan memodifikasi alat kerja tersebut.

Melatih pasien dalam melakukan aktifitas rumah tangga seperti mencuci, menyetrika baju,
memasak, dsb dengan memaksimalkan kemampuannya dengan memodifikasi alat maupun
tanpa modifikasi. Pada prinisipnya setiap pasien dilatih bagaimana ia bisa mandiri dalam
melakukan aktivitas sehari-hari.

Yang dapat anda lakukan sebagai kader RBM membantu paca untuk tetap menggunakan
kemampuan fisiknya secara optimal untuk melakukan aktifitas produktif, mendesain alat
kerja paca kalau memang ada kesulitan dalam menggunakannya.

c. Aktifitas di waktu luang

Okupasi terapis juga memikirkan tentang kegiatan di waktu luang misalnya bermain
/kegiatan yang sifatnya menyenangkan bagi penyandang cacat / hal yang bisa dilakukan oleh
penyandang cacat yang bersifat rekreasi untuk mengisi waktu luang.

Yang dapat anda lakukan sebagai kader RBM adalah dengan memberikan aktifitas yang
bersifat rekreatif / menyenangkan bagi paca, misalnya melukis, membuat kerajinan tangan dll

d. Aksesibilitas Lingkungan
Bagi rumah yang aksesibilitasnya kurang memenuhi syarat bagi penyandang cacat, OT akan
mendesain lingkungan yang dapat diakses oleh penyandang cacat untuk menunjang
kemandirian penyandang cacat dalam beraktifitas dirumah.

Yang dapat anda lakukan sebagai kader RBM adalah melihat lingkungan sekitar paca apakah
sudah dapat dengan mudah diakses oleh paca atau belum? Kalau belum tentunya anda dapat
memberi masukan / saran kepada anggota keluarga paca / paca untuk mendesain
lingkungannya sehingga mudah untuk diakses.

Misalnya:

1. Bagaimana kamar mandi yang bisa digunakan / akses untuk penyandang cacat?desain
yang ideal untuk kamar mandi adalah kursi roda dapat leluasa keluar masuk kamar
mandi ( cukup luas untuk paca dengan kursi roda ),
2. dikanan/ kiri terdapat handrail / pegangan, sehingga aman bagi paca
3. kloset duduk ( kalau tidak ada dapat dibuatkan kursi yang berlubang ),
4. shower ( kalau tidak ada bak mandi diusahakan tidak terlalu tinggi atau terlalu
rendah ), sehingga mudah dijangkau oleh paca tanpa merepotkan anggota keluarga
lain
5. kran air bertangkai panjang sehingga mudah digunakan oleh paca,
6. lantai kamar mandi terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga aman untuk paca.
7. Bagaimana kursi roda bisa masuk ke setiap ruangan? Usahakan lebar pintu cukup
untuk keluar masuk kursi roda ( ± 100cm) ,sehingga memudahkan paca dalam
bermobilitas tanpa mengganggu anggota keluarga lain.
8. Untuk kondisi disekitar lingkungan rumah mungkin jalan menanjak / menurun,
sebaiknnya untuk menjaga keselamatan penyandang cacat diberi handrail/ pegangan
ditempat – tempat yang sering dilalui oleh paca.
9. Kondisi lantai juga tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan ,karena lantai yang
terbuat dari bahan licin ( keramik ) akan lebih membahayakan paca.
10. Pintu rumah / kamar / kamar mandi juga penting untuk diperhatikan, pilih desain
pegangan pintu yang bertangkai dan terbuat dari bahan yang ringan sehingga paca
dengan mudah dapat membuka / menutup pintu.
OT juga melibatkan keluarga dalam melatih penyandang cacat karena peran keluarga sangat
penting dalam kehidupan penyandang cacat. Anda sebagai kader RBM tentu juga harus
melibatkan keluarga paca dalam hal ini sehingga program dapat terlaksana.

Semua ini dengan harapan dapat membantu kemandirian penyandang cacat dan
meningkatkan rasa percaya diri karena dapat melakukan aktifitas secara mandiri tanpa
tergantung orang lain.

Anda mungkin juga menyukai