Anda di halaman 1dari 9

PENDALAMANMATERI

(LembarKerjaResume Modul)

A. Judul Modul : TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

B. Kegiatan Belajar : TEORI BELAJAR HUMANISTIK, KONSTRUKTIVISTIK, DAN TEORI


BELAJAR SOSIAL SERTA PENERAPANNYA DALAM KEGIATAN
PEMBELAJARAN ( KB 2 )

C. Refleksi :
BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI
TEORI BELAJAR HUMANISTIK, KONSTRUKTIVISTIK, DAN TEORI BELAJAR
SOSIAL SERTA PENERAPANNYA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
A. Teori Belajar Humanistik
Pendidikan harus dikelola untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
kecakapan yang dibutuhkan di abad 21, yaitu mampu belajar dan
berinovasi, berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah, memiliki
kreativitas serta mampu berkomunikasi dan berkolaborasi.
Siswa harus menguasai literasi digital meliputi literasi informasi, literasi
media dan literasi teknologi. Siswa perlu memiliki kecakapan hidup yaitu
fleksibilitas dan adaptabilitas, inisiatif dan mandiri, mampu berinteraksi
lintas sosial budaya, produktivitas dan akuntabilitas serta sikap
kepemimpinan dan tanggung jawab. Di samping hal-hal tersebut, siswa
harus kuat karakter moralnya, seperti cinta tanah air, memiliki nilai-nilai
budi pekerti luhur, jujur, adil, empati, penyayang, rasa hormat dan
kesederhanaan, pengampun dan rendah hati
1. Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik
Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut
pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya (Uno,
2006: 13)
Konsep Teori belajar humanistik adalah suatu teori dalam pembelajaran
1
(Beberapa yang mengedepankan bagaimana memanusiakan peserta didik agar
istilah dan mampu secara mandiri mengembangkan potensi dirinya.
definisi) di KB
Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta didik
untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing
individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang
unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada
dalam diri mereka.
2. Teori Belajar Menurut Para Ahli Humanistik
tokoh penganut aliran humanistic
1. Carl Rogers dalam Hadis (2006: 71) Menurutnya, belajar
yang sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada
keterlibatan intelektual maupun emosional peserta didik.
Menurut Roger, peranan guru dalam kegiatan belajar adalah
sebagai fasilitator yang berperan aktif dalam : (1) membantu
menciptakan iklim kelas yang kondusif agar peserta didik
bersikap positif terhadap belajar, (2) membantu peserta didik
untuk memperjelas tujuan belajarnya dan memberikan
kebebasan kepada peserta didik untuk belajar, (3) membantu
peserta didik untuk memanfaatkan dorongan dan cita-cita
mereka sebagai kekuatan pendorong belajar, (4) menyediakan
berbagai sumber belajar kepada peserta didik, dan (5)
menerima pertanyaan dan pendapat, serta perasaan dari
berbagai peserta didik sebagaimana adanya (Hadis, 2006: 72).
2. Arthur Combs, Meaning (makna atau arti) adalah konsep
dasar yang sering digunakan dan belajar terjadi bila
mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan
materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan
mereka. Ketidakberhasilan siswa pada mata pelajaran tertentu
bukan karena ia bodoh, tetapi karena ia terpaksa dan merasa
tidak ada alasan penting baginya harus mempelajarinya.
Perilaku buruk itu tidak lain adalah ketidakmampuan
seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan
memberikan kepuasan baginya (Iskandar, 2009:107). Makin
jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang
mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu
terlupakan (Wasti Sumanto, 1998:107)
3. Abraham Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku
dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat
hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai
perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau
berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut
membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi
di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju
ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua
kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar
dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri
Menurut teori humanisme, proses belajar harus dimulai dan
ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia, yaitu
mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, dan realisasi diri
peserta didik yang belajar secara optimal. Proses belajar
dikatakan berhasil apabila peserta didik telah memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri (Bambang Warsita,
2008:75).
4. Pandangan Jurgen Habermas terhadap belajar. Menurutnya,
belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu
dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang dimaksud di
sini adalah lingkungan alam maupun lingkungan sosial, sebab
antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan
pandangannya yang demikian, ia membagi tipe belajar menjadi
tiga, yaitu;
a. belajar teknis (technical learning), tipe belajaragar
seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan alamnya
secara benar.
b. belajar praktis (practical learning), tipe belajar agar
seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya,
yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik.
c. belajar emansipatoris (emancipatory learning).
menekankan upaya agar seseorang mencapai suatu
pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya
perubahan atau transformasi budaya dalam lingkungan
sosialnya.
3. Prinsip-prinsip Teori Belajar Humanistik
Pendekatan humanistik menganggap peserta didik sebagai a whole
person atau orang sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain,
pembelajaran tidak hanya mengajarkan materi atau bahan ajar yang
menjadi sasaran, tetapi juga membantu peserta didik
mengembangkan diri mereka sebagai manusia.
Roger Roger mengemukakan beberapa prinsip belajar yang penting
yaitu:
1. Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar,
memiliki rasa ingin tahu alamiah terhadap dunianya, dan
keinginan yang mendalam untuk mengeksplorasi dan asimilasi
pengalaman baru;
2. Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang
dipelajari relevan dengan kebutuhan peserta didik;
3. Belajar dapat ditingkatkan dengan mengurangi ancaman dari
luar;
4. Belajar secara partisipatif jauh lebih efektif daripada belajar
secara pasif dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas
pengarahan diri sendiri;
5. Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan
pribadi, pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan
lama; dan
6. Kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar
dapat ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak begitu
penting (Dakir, 1993: 64).
4. Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran harus menggunakan pendekatan
student centered, yaitu pendekatan yang menjadikan siswa sebagai
pusat pembelajaran, artinya siswa sebagai objek dan sekaligus
subjek dalam pembelajaran. Guru berfungsi sebagai fasilitator dan
motivator agar siswa mau belajar
strategipembelajaran humanistic dihimpun oleh R. Agung SP dan
Latifatul Choir adalah:
a. Merumuskan tujuan belajar yang jelas;
b. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak
belajar yang bersifat jelas, jujur, dan positif;
c. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan
siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri;
d. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai
proses pembelajaran secara mandiri;
e. Siswa diberi keleluasaan mengemukakan pendapat, memilih
pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan
menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan;
f. Guru menerima keadaan masing-masing siswa apa adanya;
dengan tidak memihak, memahami karakter pemikiran
siswa, dan tidak menilai siswa secara normatif belaka
melainkan dengan cara memberikan 2 pandangan dua sisi
dalam hal moral dan etika berkomunikasi;
g. Menawarkan kesempatan kepada siswa untuk maju
(tampil);
B. Teori Belajar Konstruktivisme
1. Konsep belajar menurut konstruktivistik
Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan
kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari
kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut dengan bantuan orang lain, sehingga teori
ini memberikan keaktifan terhadap seseorang untuk belajar
menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan
hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa siswa hanya dapat
menginterpretasikan informasi ke dalam pikirannya, dalam konteks
pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar
belakang dan minatnya. Dalam upaya memperkaya pengalaman
siswa, guru dapat membantunya untuk mengkonstruksi
pemahaman representasi fungsi konseptual dunia eksternal.
Teori pembelajaran konstruktivisme adalah sebuah teori
pendidikan yang mengedepankan peningkatan perkembangan
logika dan konseptual pembelajar. Seorang konstruktivis percaya
bahwa belajar hanya terjadi ketika ada pemrosesan informasi secara
aktif sehingga mereka meminta pembelajar untuk membuat motif
mereka sendiri dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan
motif tersebut.
2. Proses mengkonstruksi pengetahuan
Von Galserfeld (dalam Paul, S., 1996) mengemukakan bahwa ada
beberapa kemampuan yang diperlukan dalam proses
mengkonstruksi pengetahuan, yaitu;
a. kemampuan mengingat dan mengungkapkan kembali
pengalaman,
b. kemampuan membandingkan dan mengambil keputusan akan
kesamaan dan perbedaan, dan
c. kemampuan untuk lebih menyukai suatu pengalaman yang satu
dari pada lainnya.
3. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik

Paradigma konstruktivistik memandang siswa sebagai pribadi yang


sudah memiliki kemampuan awal sebelum mempelajari sesuatu.
Kamampuan awal tersebut akan menjadi dasar dalam
mengkonstruksi pengetahuan yang baru. Oleh sebab itu meskipun
kemampuan awal tersebut masih sangat sederhana atau tidak
sesuai dengan pendapat guru, sebaiknya diterima dan dijadikan
dasar pembelajaran dan pembimbingan.

Dalam belajar konstruktivistik, guru atau pendidik berperan


membantu agar proses pengkonstruksian belajar oleh siswa
berjalan lancar. Guru tidak mentransferkan pengetahuan yang
telah dimilikinya, melainkan membantu siswa untuk membentuk
pengetahuannya sendiri. Guru dituntut untuk lebih memahami
jalan pikiran atau cara pandang siswa dalam belajar. Guru tidak
dapat mengklaim bahwa satu-satunya cara yang tepat adalah yang
sama dan sesuai dengan kemauannya.

Pendekatan konstruktivistik menekankan bahwa peranan utama


dalam kegiatan belajar adalah aktifitas siswa dalam mengkonstruksi
pengetahuannya sendiri. Segala sesuatu seperti bahan, media,
peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk
membantu pembentukan tersebut.
4. Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-1934)
Teori yang juga disebut sebagai teori konstruksi sosial ini
menekankan bahwa intelegensi manusia berasal dari masyarakat,
lingkungan dan budayanya. Teori ini juga menegaskan bahwa
perolehan kognitif individu terjadi pertama kali melalui
interpersonal (interaksi dengan lingkungan sosial) intrapersonal
(internalisasi yang terjadi dalam diri sendiri).
Secara spesifik menyimpulkan bahwa kegunaan alat berfikir
menurut Vygotsky adalah :
a. Membantu memecahkan masalah
b. Memudahkan dalam melakukan tindakan
c. Memperluas kemampuan
d. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas alaminya.

Teori belajar kokonstruktivistik ini menekankan bahwa perubahan


kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami
diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya
memakai informasi-informasi baru. Teori belajar
kokonstruktivistik meliputi tiga konsep utama, yaitu:

1) Hukum Genetik tentang Perkembangan


Teori kokonstruktivistik menempatkan intermental atau
lingkungan sosial sebagai faktor primer dan konstitutif
terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan
kognitif seseorang. Oleh sebab itu belajar dan berkembang satu
kesatuan yang menentukan dalam perkembangan kognitif
seseorang.
Zona Perkembangan Proksimal mendefinisikan fungsi-fungsi
tersebut yang belum pernah matang, tetapi dalam proses
pematangan. Fungsi-fungsi tersebut akan matang dalam situasi
embrionil pada waktu itu. Fungsi-fungsi tersebut dapat
diistilahkan sebagai “kuncup” atau “bunga” perkembangan
yang dibandingkan dengan “buah” perkembangan.
2) Mediasi
Mediasi merupakan tanda-tanda atau lambang-lambang yang
digunakan seseorang untuk memahami sesuatu di luar
pemahamannya.
Mekanisme hubungan antara pendekatan sosiokultural dan
fungsi-fungsi mental didasari oleh tema mediasi semiotik.
Artinya tanda atau lambang beserta makna yang terkandung di
dalamnya berfungsi sebagai penghubung antara
rasionalitassosiokultural (intermental) dengan individu sebagai
tempat berlangsungnya proses mental.
Dalam teori belajar kokonstruktivistik, proses belajar tidak
dapat dipisahkan dari aksi (aktivitas) dan interaksi, karena
persepsi dan aktivitas berjalan seiring secara dialogis. Belajar
merupakan proses penciptaan makna sebagai hasil dari
pemikiran individu melalui interaksi dalam suatu konteks
sosial. Dalam hal ini, tidak ada perwujudan dari suatu
kenyataan yang dapat dianggap lebih baik atau benar. Vygotsky
percaya bahwa beragam perwujudan dari kenyataan digunakan
untuk beragam tujuan dalam konteks yang berbeda-beda.
5. Aplikasi Teori Belajar Konstruktivistik dalam Kegiatan
Pembelajaran
1) Proses pembelajaran harus menggunakan pendekatan
student centered, dimana fungsi guru hanya sebagai
fasilitator yang bisa mendorong siswa untuk menemukan
sendiri potensi yang dimilikinya;
2) Proses pembelajaran tidak terlalu berorientasi kepada hasil,
tetapi lebih diorientasikan kepada proses bagaimana siswa
memperoleh pemahaman;
3) Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk
menggunakan pengalaman dan pemahamannya untuk
berpikir, sehingga menumbuhkan kemandirian pada siswa
dalam mengambil keputusan dan tindakan;
4) Guru harus mengembangkan pembelajaran yang
collaborative, sehingga siswa bisa mendapatkan pemahaman
dan pengalaman melalui interaksi sosial dengan teman-
temannya.
5) Guru harus menghindari pola pembelajaran yang
memberikan tekanan kepada siswa untuk bertindak sesuai
dengan apa yang dikehendaki oleh guru;
6) Guru harus membantu siswa menginternalisasi dan
mentransformasi informasi baru, sehingga menghasilkan
pengetahuan baru yang selanjutnya akan membentuk
struktur kognitif baru bagi siswa;
7) Guru harus memfasilitasi siswa agar dia bisa belajar dengan
sumber yang tidak terbatas pada apa yang diberikan oleh
guru, oleh karenanya guru harus membantu siswa agar bisa
memanfaatkan media internet untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman.
C. Teori Belajar Sosial
1. Konsep Belajar Menurut Teori Belajar Sosial
Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku
yang tradisional (behavioristik) yang dikembangkan oleh Albert
Bandura (1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-
prinsip teori-teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak
penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan
pada proses-proses mental internal.
Salah satu asumsi paling awal yang mendasari teori pembelajaran
sosial Bandura adalah manusia cukup fleksibel dan sanggup
mempelajari bagaimana kecakapan bersikap maupun berperilaku.
Titik pembelajaran dari semua ini adalah pengalaman-pengalaman
tak terduga (vicarious experiences).
Fungsi penguatan dalam proses modeling, yaitu sebagai fungsi
informasi dan fungsi motivasi. Penguat memiliki fungsi informatif
maksudnya, tindakan penguatan dan proses penguatan itu sendiri
bisa memberitahukan pada manusia perilaku mana yang paling
adaptif. Sedangkan, penguat memiliki fungsi motivasi maksudnya
bahwa manusia belajar melakukan antisipasi terhadap penguat yang
akan muncul dalam situasi tertentu, dan perilaku antisipasi awal ini
menjadi langkah awal dalam banyak tahapan perkembangan.
2. Aplikasi Teori Belajar Sosial terhadap Kegiatan Pembelajaran
beberapa implikasi yang harus diperhatikan dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu:
a. Guru harus menampilkan contoh perilaku yang baik dan yang
buruk dari tokoh-tokoh yang dikenal oleh siswa
b. Dalam menentukan model, karakteristik model perlu
diperhatikan karena akan mempengaruhi efektif tidaknya
modeling itu untuk siswa.
c. Observasi adalah kegiatan pembelajaran yang paling utama
dilakukan oleh siswa,
d. Mengamati perilaku orang lain lebih penting, dibandingkan
dengan mengalami sendiri,
e. Reinforcement bukanlah syarat yang utama untuk terjadinya
proses pembelajaran,

individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang


bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai
perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut
Daftar materi untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia
pada KB
2 miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan
yang sulit
dipahami untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya
semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan
pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri. Bagaimana
memunculkan dorongan dalam diri peserta didik sehingga memilki
semangat belajar yang baik

Teori belajar konstruktivistik mengakui bahwa siswa hanya dapat


Daftar materi menginterpretasikan informasi ke dalam pikirannya, dalam konteks pengalaman
yang sering dan pengetahuan mereka sendiri, pada kebutuhan, latar belakang dan minatnya.
3
mengalami Dalam upaya memperkaya pengalaman siswa, fungsi guru dalam membantu
miskonsepsi siswa mengkonstruksi pemahaman representasi fungsi konseptual dunia
dalam
eksternal.
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai