Anda di halaman 1dari 7

Fenomena Difusi Leksikal Unsur Bahasa

FENOMENA DIFUSI LEKSIKAL UNSUR BAHASA

Wahya*
Rizka.cikal@yahoo.com

ABSTRACT

Linguistics lexical diffusion is a phenomenon that can occur in any language.


Lexical diffusion of innovation is an element of language that spreads from the lexical
to a lexical one another. Observation of lexical diffusion must begin with the
observation of language lexical innovation. By observing the lexical diffusion, we can
observe how the gradualism changes language elements. This shows that language
change does not occur sporadically, but it was systematic.

Keywords: lexical diffusion, innovation, gradualism

1. Pendahuluan sistem bahasa, yakni difusi leksikal.


Data yang dipaparkan bersumber pada
Artikel ini merupakan hasil bahasa Melayu di perbatasan Bogor-
penelitian disertasi penulis enam tahun Bekasi.
yang lalu (2005). Tujuan penulis me-
nyajikan hasil penelitian ini bukan 2. Difusi sebagai Terminologi
melaporkan kegiatan penelitian yang Linguistik
telah dilakukan dan datanya dapat di-
anggap usang, namun ingin menunjuk- Dalam kajian linguistik, istilah
kan bahwa fenomena difusi leksikal difusi sering dijumpai dalam linguistik
merupakan fenomena bahasa yang lapangan, yakni dialektologi, sosio-
menarik dan bersifat universal. linguistik, geolingusitik, dan lingusitik
Fenomena ini dapat terjadi dalam bahasa historis. Para pakar lingusitik di dunia,
apa pun, di mana pun, dan kapan pun memiliki pandangan yang berbeda
sepanjang ada faktor yang terhadap konsep ini sehingga banyak
menungkinkan terjadinya. pengertian di dalamnya. Namun, dari
Faktor dalam pemahaman ini perbedaan tersebut ada benang merah
terkait dengan inovasi bahasa atau yang menyamakan pandangan mereka,
perubahan bahasa. Perubahan bahasa yaitu difusi berkaitan dengan pe-
akan terus terjadi alamiah melewati nyebaran suatu unsur bahasa.
sistem bahasa itu sendiri, kondisi sosial Difusi sebagai konsep di atas
penuturnya, atau kondisi geografis. diadopsi dalam tulisan ini, hanya unsur
Dalam artikel ini akan dipaparkan data yang menyebar dibatasi pada unsur
difusi yang terjadi dalam lingkungan inovasi, bukan unsur bahasa dalam
* Dosen Fakultas Sastra pengertian umum. Inovasi ini dapat
Universitas Padjajaran Bandung. terjadi karena dipicu faktor internal
Jurnal Sosioteknologi Edisi 23 Tahun 10, Agustus 2011 1110
Fenomena Difusi Leksikal Unsur Bahasa

sistem bahasa, dapat juga dipicu oleh bentuk inovatif. Oleh karena itu, perlu
faktor eksternal bahasa, yakni isolek ditentukan dahulu mana bentuk lama
lain (isolek adalah konsep umum sistem dari bentuk yang mengalami inovasi itu
bahasa yang tidak membedakan bahasa agar kedua bentuk tersebut dapat
dan variasinya). Dalam tradisi linguistik, diperbandingkan. Dua bentuk tersebut
inovasi pertama disebut inovasi internal, dapat berasal dari satu variasi bahasa,
sedangkan inovasi kedua disebut inovasi yakni variasi geografis, yang terdapat di
eksternal. Dengan demikian, difusi harus lapangan saat penelitian dilakukan,
dimulai dengan tahap inovasi. Inovasi dapat pula berupa bentuk yang berbeda
yang menyebar disebut difusi. Istilah dari tempat asalnya, yakni satu bentuk
menyebar atau bergerak dari satu posisi inovatif dari lapangan dan satu bentuk
ke posisi lain dapat terjadi dalam pembanding sebagai bentuk asal dari
lingkungan sistem bahasa, sistem sosial, bahasa baku di daerah lain atau yang
dan sistem geografis. Sebagai kajian terdapat dalam kamus bahasa baku.
yang membahas pergerakan atau Penelitian ini menggunakan data pem-
penyebaran unsur bahasa, difusi tidak banding berupa bahasa yang terdapat di
dapat dilepaskan dari Teori Gelombang: lapangan atau kata yang terdapat dalam
gelombang akan terus menyebar atau kamus.
merambat ke segala arah dari pusat atau Tulisan ini tidak menyoroti
sumber gelombang sepanjang tidak ada bagaimana mekanisme terjadinya
penghambatnya (Bynon, 1977: 192; inovasi leksikal yang melibatkan inofasi
Lehman, 1973: 134; Petyt, 1980: 191; fonetis, tetapi langsung memaparkan
Crystal, 1989: 332, Hudson, 1988: 41). bagaimana kata yang mengalami inovasi
Tulisan ini hanya membicarakan leksikal tersebut mengalami difusi,
difusi dalam lingkungan sistem bahasa, yakni disfusi leksikal. Tidak setiap kata
bukan lingkungan sosial atau geografis. inovatif menjadi pemicu untuk ter-
Para penutur bahasa yang terlibat dalam jadinya difusi leksikal. Difusi leksikal
difusi ini tidak akan dibicarakan. Tulisan hanya terjadi pada kata inovatif tertentu.
ini hanya memaparkan bagaimana unsur Pernyataan ini menguatkan teori bahwa
bahasa beroperasi dalam sistem bahasa difusi tidak terjadi secara bebas, tetapi
melalui fernomena difusi. Dalam hal ini terkendali.
difusi leksikal. Difusi unsur inovasi bahasa,
Difusi leksikal adalah difusi termasuk difusi leksikal, mengarahkan
yang terjadi dari satu kata ke kata lain unsur bahasa yang dilalui difusi tersebut
dengan memperlihatkan adanya pe- kepada penyeragaman atau kovergensi.
rubahan atau inovasi pada bunyi Karena difusi melewati satu kata ke kata
sehingga mengubah struktur kata atau lain, penyeragaman ini terjadi secara
fonotaktik kata sebelumnya (Chambers bertahap. Misalnya, setiap kata meng-
dan Trudgill , 1980: 175). Sebagai hilangkan bunyi yang terdapat di awal
sebuah perubahan bentuk, inovasi dan kata, selanjutnya bunyi yang terdapat di
difusi dapat diamati jika ditemukan data tengah kata, dan dilanjutkan pada bunyi
yang berbeda antara bentuk asal sebagai di akhir kata. Tidak semua bunyi dapat
bentuk lama dari bentuk barunya sebagai dihilangkan. Hanya bunyi yang rentan

Jurnal Sosioteknologi Edisi 23 Tahun 10, Agustus 2011 1111


Fenomena Difusi Leksikal Unsur Bahasa

terhadap penghilanganlah yang akan penelitian in adalah 9 tempat. Jumlah


mengalaminya. temuan di beberapa titik pengamatan
dalam penelitian ini disebut frekuensi.
3. Unsur Bahasa yang Mengalami Frekuensi kemunculan bentuk inovatif
Difusi Leksikal. dapat memprediksi bentuk mana yang
kemungkinan muncul lebih dahulu dan
Ada lima gejala difusi leksikal muncul kemudian. Bentuk yang pertama
yang dibahas dalam tulisan ini. Kelima muncul ditengarai dengan frekuensi
gejala itu adalah (1) penghilangan silabe kemunculan yang lebih sering di-
pertama K+∂ , (2) penambahan kon- banding-kan dengan kemunculan bentuk
sonan h pada akhir kata, (3) penambahan lain. Sebaliknya, bentuk yang kurang
konsonan h pada awal kata dan sering muncul dianggap bentuk yang
antarvokal, dan (4) penggantian vokal ∂ munculnya kemudian. Pernyataan di atas
dengan vokal a pada silabe akhir merupakan teori yang diusulkan penulis.
antarkonsonan .
Sebagaimana dikemukakan di 3.1 Penghilangan Silabe Pertama K+∂
atas, ada empat gejala difusi leksikal.
yang akan dipaparkan. Keempat gejala Ada sepuluh varian inovatif yang
difusi leksikal ini terdiri atas dua gejala memperlihatkan penghilangan silabe
difusi leksikal yang berkaitan dengan awal K+∂ yang mengalami difusi
inovasi internal dan dua gejala difusi lesksikal. Kesepuluh varian ini adalah
leksikal yang berkaitan dengan inovasi ponakan „keponakan‟, paya‟ „pepaya‟,
eksternal. Kedua gejala difusi leksikal timun „mentimun‟, ladah, lada‟
yang berkaitan dengan inovasi internal „selada‟, dondoŋ „kedondong‟, pitiŋ
BM adalah (1) penghilangan silabe „kepiting‟, timus „ketimus‟, pala‟
pertama K+∂ dan (2) penambahan „kepala‟, dan dikit „sedikit‟. Ber-
konsonan h pada akhir kata. Kedua dasarkan frekuensi kemunculan, kata
difusi leksikal yang berkaitan dengan timun memiliki jumlah terbanyak, yakni
inovasi eksternal adalah (1) penambahan 6. Dengan demikian, bentuk ini diang-
konsonan h pada awal kata dan gap bentuk yang pertama kali muncul di
antarvokal dan (2) penggantian vokal ∂ antara bentuk inovatif lainnya. Bentuk
dengan vokal a pada silabe akhir inovatif dengan frekuensi terkecil adalah
antarkonsonan. Dua gejala difusi paya‟ dan dondoŋ dengan jumlah yang
leksikal inovasi eksternal ini berkaitan sama, yaitu masing-masing 3.
dengan penyerapan unsur bahasa Dari data dapat diamati bahwa
Indonesia. Berikut ini akan dibahas penghilangan terjadi pada silabe p∂ dan
secara berurutan keempat difusi leksikal k∂. Frekuensi kata yang menghilangkan
tersebut. silabe k∂. lebih tinggi daripada
Data inovasi yang mengalami frekuensi kata yang menghilangkan
difusi leksikal ditemukan di beberapa silabe p∂. Dengan demikian, dapat
titik pengamatan. Dalam tulisan ini diduga bahwa penghilangan silabe k∂
tidak ditunjukkan titik-titik pengamatan lebih awal daripada penghilangan silabe
tersebut. Jumlah titik pengamatan p∂ . Selanjutnya, dapat diduga pula

Jurnal Sosioteknologi Edisi 23 Tahun 10, Agustus 2011 1112


Fenomena Difusi Leksikal Unsur Bahasa

bahwa penghilangan silabe k∂ terjadi inovatif lainnya. Dengan demikian difusi


pertama kali pada k∂timun karena kata leksikal terjadi pada silabe k∂, kemudian
ini memiliki frekuensi kemunculan lebih berlanjut ke silabe p∂.
tinggi dibandingkan dengan varian

Tabel 3.1Varian Inovatif, yang Memperlihatkan


Penghilangan Silabe Awal K+∂

No. Glos Varian Inovatif Frekuensi

1 pepaya paya’ 3

2 mentimun timun 6

3 kedondong dondoŋ 3

4 ketimus timus 4

5 kepala pala’ 5

3.2 Penambahan Konsonan h pada silabe akhir kata yang memuat vokal a
Akhir Kata lebih tinggi daripada silabe kata yang
memuat vokal u, i. dan o. Demikian pula
Inovasi fonetis kedua yang penambahan bunyi h pada silabe akhir
mengalami difusi leksikal adalah kata yang memuat vokal u lebih tinggi
penambahan daripada silabe kata yang memuat vocal
konsonan h pada akhir kata. Ada i dan o. Selanjutnya, penambahan
sembilan belas varian yang bunyi h pada silabe akhir kata yang
memperlihatkan gejala di atas, yaitu memuat vokal i lebih tinggi daripada
babah ‟ayah‟ labuh „labu‟, s∂ladah silabe kata yang memuat vokal o.
„selada‟ maŋgah „mangga‟, „inih „ini‟, Dengan demikian, dapat diduga bahwa
‘ituh „itu, sinih „sini‟, situh „situ‟, sonoh penambahan bunyi h secara berurutan
„sana‟, guwah, sayah „saya‟, ‘∂luh terjadi pada silabe akhir kata yang
„kamu‟, diy ah „dia‟, ‘apah „apa‟, si memuat vokal a, u, i, dan o. Demikian
y
apah „siapa‟, ŋapah „mengapa‟, manah pula difusi leksikal bunyi h terjadi pada
„mana‟, b∂rapah „berapa‟, yah „ya‟. silabe akhir kata yang memuat vokal a,
Dari data dapat diamati bahwa kemudian berlanjut ke silabe akhir kata
frekuensi penambahan bunyi h pada yang memuat vokal u, i, dan o.

Jurnal Sosioteknologi Edisi 23 Tahun 10, Agustus 2011 1113


Fenomena Difusi Leksikal Unsur Bahasa

Tabel 3.2 Varian Inovatif, yang Memperlihatkan


Penambahan Konsonan h pada Akhir Kata

No. Glos Varian Inovatif Frekuensi

1 ayah babah 2
2 labu labuh 5
3 selada s∂ladah 6
4 mangga maŋgah 7
5 ini ‘inih 4
6 itu ‘ituh 4
7 sinih sinih 4
8 situh situh 2
9 sana sonoh 5
10 saya guwah 4
sayah 3
11 kamu ‘∂luh 6
12 dia diyah 5
13 apa ‘apah 4
14 siapa si yapah 3
15 mengapa ŋapah 3
16 berapa b∂rapah 2
17 ya yah 3

3.3 Penambahan Konsonan h pada „babi hutan‟, hujan ‟hujan‟, hutan


Awal Kata dan Antarvokal „hutan‟, hiduŋ „hidung‟, dan hati‟ „hati‟,
sedangkan dua varian terakhir adalah
Ada tujuh varian yang pahit „pahit‟ dan matahari‟ „matahari‟.
memperlihatkan penambahan konsonan Dari data dapat diamati bahwa frekuensi
h, lima varian yang memperlihatkan penambahan bunyi h pada awal kata
penambahan konsonan h pada awal kata lebih tinggi daripada pada antar vokal.
dan dua varian yang memperlihatkan Dengan demikian, penambahan bunyi h
penambahan konsonan h antarvokal. terjadi pertama kali pada awal kata,
Lima varian pertama adalah babi‟ hutan kemudian berlanjut pada antar vokal.
Jurnal Sosioteknologi Edisi 23 Tahun 10, Agustus 2011 1114
Fenomena Difusi Leksikal Unsur Bahasa

Hal ini menunjukkan bahwa difusi pada awal kata, kemudian berlanjut ke
leksikal penambahan bunyi h terjadi antarvokal.

Tabel 3.3 Varian Inovatif, yang Memperlihatkan Penambahan


Konsonan h pada Awal Kata dan Antarvokal Kata
No. Glos Varian Inovatif Frekuensi
1 babi hutan babi‟ hutan 2
2 pahit pahit 4
3 matahari matahari‟ 5
4 hujan hujan 3
5 hidung hiduŋ 3
6 hati hati‟ 4

3.4 Penggantian Vokal ∂ dengan silabe akhir antar konsonan terjadi pada
Vokal a pada Silabe Akhir silabe yang berakhir dengan bunyi r.
Antarkonsonan Dengan demikian, dapat diduga bahwa
penggantian bunyi ∂ dengan a terjadi
Ada sepuluh varian yang pertama kali pada silabe yang berakhir
memperlihatkan penggantian vokal ∂ dengan konsonan r, kemudian
dengan vokal a pada silabe akhir kata . dilanjutkan pada silabe yang berakhir
Kesepuluh varian ini adalah pagar dengan konsonan m, l, s, dan p. Dengan
‟pagar‟, tikar ‟tikar‟, „ular „ular‟, gatal demikian, difusi leksikal terjadi pada
„gatal‟ „asam „asam‟ p∂das „pedas‟, silabe akhir antarkonsonan yang
tajam „tajam‟, „asap „asap‟, t∂ŋg∂lam berakhir dengan r, kemudian berlanjut
„tenggelam‟, „∂nam „enam‟. Dari data ke antar konsonan yang berakhir dengan
dapat diamati bahwa frekuensi tertinggi m, l, s, dan p.
penggantian vokal ∂ dengan a pada

Tabel 3.4 Varian Inovatif, yang Memperlihatkan


Penggantian Vokal ∂ dengan Vokal a Silabe Akhir Kata

No. Glos Varian Inovatif Frekuensi


1 pagar pagar 5
2 ular ‘ular 2
3 gatal gatal 3
4 asam „asam 4
5 pedas p∂das 3
6 tajam tajam 2
7 asap „asap 2

Jurnal Sosioteknologi Edisi 23 Tahun 10, Agustus 2011 1115


Fenomena Difusi Leksikal Unsur Bahasa

4. Simpulan New York: Holt, Rinehart


and Winston.
Difusi leksikal sebagai Petyt, K.M. 1980. The Study of Dialect
fenomena linguistik dapat diamati pada An Introduction to
bahasa atau variasinya. Untuk Dialectology. London: Andre
mengamati terjadinya difusi leksikal, Deutsch.
perlu diamati lebih dahulu terjadinya Wahya. 1995. “Bahasa Sunda di
inovasi atau pembaruan leksikal pada Kecamatan Kandanghaur dan
sebuah bahasa atau variasinya. Karena Kecamatan Lelea Kabupaten
prosesw difusi leksikal merupakan Indramayu: Kajian Geografi
kelanjutan dari inovasi. Tidak semua Dialek.” Tesis Magister
bunyi dan silabe dapat mengalami Humaniora.
inovasi. Hanya bunyi dan silabe tertentu Bandung: Universitas Padjadjaran.
yang dapat mengalami inovasi, ----------. 2000. “Fonem /h/ dalam
Demikian pula tidak setiap bentuk Dialek-Dialek Bahasa
inovatif dapat megalami difusi leksikal. Sunda”. Dalam Jurnal Sastra,
Frekuensi kemunculan bentuk inovatif Vol. 8, No. 5. Fakultas Sastra
dapat dijadikan dugaan bentuk inovatif Universitas Padjadjaran.
yang pertama muncul dan yang pertama -------------. 2005. “Inovasi dan Difusi-
mengalami difusi leksikal. Geografis Leksikal Bahasa
Melayu dan Bahasa Sunda di
Daftar Pustaka Perbatasan Bogor-Bekasi:
Kajian Geolinguistik”.
Bynon, Theodora. 1977. Historical Disertasi Doktor. Bandung:
Linguistics. London, New Program Pascasarjana
York, Melbourne: Cambridge Universitas Padjadjaran.
University Press.
Chambers, J.K. and Peter Trudgill.1980.
Dialectology. Cambridge,
New York, Melbourne:
Cambridge University Press.
Crystal, David.1989. The Cambridge
Encyclopedia of Language.
Cambridge University.
Hudson, R.A. 1988. Sosiolinguistics.
Cambridge, New York,
Melbourne: Cambridge
University Press.
Ikranagara, Kay. 1988. Tata Bahasa
Malayu Betawi. Jakarta: Balai
Pustaka.
Lehman, Winfred P. 1973. Historical
Linguistics an Introduction.

Jurnal Sosioteknologi Edisi 23 Tahun 10, Agustus 2011 1116

Anda mungkin juga menyukai