1071-Article Text-3390-1-10-20150101
1071-Article Text-3390-1-10-20150101
Wahya*
Rizka.cikal@yahoo.com
ABSTRACT
sistem bahasa, dapat juga dipicu oleh bentuk inovatif. Oleh karena itu, perlu
faktor eksternal bahasa, yakni isolek ditentukan dahulu mana bentuk lama
lain (isolek adalah konsep umum sistem dari bentuk yang mengalami inovasi itu
bahasa yang tidak membedakan bahasa agar kedua bentuk tersebut dapat
dan variasinya). Dalam tradisi linguistik, diperbandingkan. Dua bentuk tersebut
inovasi pertama disebut inovasi internal, dapat berasal dari satu variasi bahasa,
sedangkan inovasi kedua disebut inovasi yakni variasi geografis, yang terdapat di
eksternal. Dengan demikian, difusi harus lapangan saat penelitian dilakukan,
dimulai dengan tahap inovasi. Inovasi dapat pula berupa bentuk yang berbeda
yang menyebar disebut difusi. Istilah dari tempat asalnya, yakni satu bentuk
menyebar atau bergerak dari satu posisi inovatif dari lapangan dan satu bentuk
ke posisi lain dapat terjadi dalam pembanding sebagai bentuk asal dari
lingkungan sistem bahasa, sistem sosial, bahasa baku di daerah lain atau yang
dan sistem geografis. Sebagai kajian terdapat dalam kamus bahasa baku.
yang membahas pergerakan atau Penelitian ini menggunakan data pem-
penyebaran unsur bahasa, difusi tidak banding berupa bahasa yang terdapat di
dapat dilepaskan dari Teori Gelombang: lapangan atau kata yang terdapat dalam
gelombang akan terus menyebar atau kamus.
merambat ke segala arah dari pusat atau Tulisan ini tidak menyoroti
sumber gelombang sepanjang tidak ada bagaimana mekanisme terjadinya
penghambatnya (Bynon, 1977: 192; inovasi leksikal yang melibatkan inofasi
Lehman, 1973: 134; Petyt, 1980: 191; fonetis, tetapi langsung memaparkan
Crystal, 1989: 332, Hudson, 1988: 41). bagaimana kata yang mengalami inovasi
Tulisan ini hanya membicarakan leksikal tersebut mengalami difusi,
difusi dalam lingkungan sistem bahasa, yakni disfusi leksikal. Tidak setiap kata
bukan lingkungan sosial atau geografis. inovatif menjadi pemicu untuk ter-
Para penutur bahasa yang terlibat dalam jadinya difusi leksikal. Difusi leksikal
difusi ini tidak akan dibicarakan. Tulisan hanya terjadi pada kata inovatif tertentu.
ini hanya memaparkan bagaimana unsur Pernyataan ini menguatkan teori bahwa
bahasa beroperasi dalam sistem bahasa difusi tidak terjadi secara bebas, tetapi
melalui fernomena difusi. Dalam hal ini terkendali.
difusi leksikal. Difusi unsur inovasi bahasa,
Difusi leksikal adalah difusi termasuk difusi leksikal, mengarahkan
yang terjadi dari satu kata ke kata lain unsur bahasa yang dilalui difusi tersebut
dengan memperlihatkan adanya pe- kepada penyeragaman atau kovergensi.
rubahan atau inovasi pada bunyi Karena difusi melewati satu kata ke kata
sehingga mengubah struktur kata atau lain, penyeragaman ini terjadi secara
fonotaktik kata sebelumnya (Chambers bertahap. Misalnya, setiap kata meng-
dan Trudgill , 1980: 175). Sebagai hilangkan bunyi yang terdapat di awal
sebuah perubahan bentuk, inovasi dan kata, selanjutnya bunyi yang terdapat di
difusi dapat diamati jika ditemukan data tengah kata, dan dilanjutkan pada bunyi
yang berbeda antara bentuk asal sebagai di akhir kata. Tidak semua bunyi dapat
bentuk lama dari bentuk barunya sebagai dihilangkan. Hanya bunyi yang rentan
1 pepaya paya’ 3
2 mentimun timun 6
3 kedondong dondoŋ 3
4 ketimus timus 4
5 kepala pala’ 5
3.2 Penambahan Konsonan h pada silabe akhir kata yang memuat vokal a
Akhir Kata lebih tinggi daripada silabe kata yang
memuat vokal u, i. dan o. Demikian pula
Inovasi fonetis kedua yang penambahan bunyi h pada silabe akhir
mengalami difusi leksikal adalah kata yang memuat vokal u lebih tinggi
penambahan daripada silabe kata yang memuat vocal
konsonan h pada akhir kata. Ada i dan o. Selanjutnya, penambahan
sembilan belas varian yang bunyi h pada silabe akhir kata yang
memperlihatkan gejala di atas, yaitu memuat vokal i lebih tinggi daripada
babah ‟ayah‟ labuh „labu‟, s∂ladah silabe kata yang memuat vokal o.
„selada‟ maŋgah „mangga‟, „inih „ini‟, Dengan demikian, dapat diduga bahwa
‘ituh „itu, sinih „sini‟, situh „situ‟, sonoh penambahan bunyi h secara berurutan
„sana‟, guwah, sayah „saya‟, ‘∂luh terjadi pada silabe akhir kata yang
„kamu‟, diy ah „dia‟, ‘apah „apa‟, si memuat vokal a, u, i, dan o. Demikian
y
apah „siapa‟, ŋapah „mengapa‟, manah pula difusi leksikal bunyi h terjadi pada
„mana‟, b∂rapah „berapa‟, yah „ya‟. silabe akhir kata yang memuat vokal a,
Dari data dapat diamati bahwa kemudian berlanjut ke silabe akhir kata
frekuensi penambahan bunyi h pada yang memuat vokal u, i, dan o.
1 ayah babah 2
2 labu labuh 5
3 selada s∂ladah 6
4 mangga maŋgah 7
5 ini ‘inih 4
6 itu ‘ituh 4
7 sinih sinih 4
8 situh situh 2
9 sana sonoh 5
10 saya guwah 4
sayah 3
11 kamu ‘∂luh 6
12 dia diyah 5
13 apa ‘apah 4
14 siapa si yapah 3
15 mengapa ŋapah 3
16 berapa b∂rapah 2
17 ya yah 3
Hal ini menunjukkan bahwa difusi pada awal kata, kemudian berlanjut ke
leksikal penambahan bunyi h terjadi antarvokal.
3.4 Penggantian Vokal ∂ dengan silabe akhir antar konsonan terjadi pada
Vokal a pada Silabe Akhir silabe yang berakhir dengan bunyi r.
Antarkonsonan Dengan demikian, dapat diduga bahwa
penggantian bunyi ∂ dengan a terjadi
Ada sepuluh varian yang pertama kali pada silabe yang berakhir
memperlihatkan penggantian vokal ∂ dengan konsonan r, kemudian
dengan vokal a pada silabe akhir kata . dilanjutkan pada silabe yang berakhir
Kesepuluh varian ini adalah pagar dengan konsonan m, l, s, dan p. Dengan
‟pagar‟, tikar ‟tikar‟, „ular „ular‟, gatal demikian, difusi leksikal terjadi pada
„gatal‟ „asam „asam‟ p∂das „pedas‟, silabe akhir antarkonsonan yang
tajam „tajam‟, „asap „asap‟, t∂ŋg∂lam berakhir dengan r, kemudian berlanjut
„tenggelam‟, „∂nam „enam‟. Dari data ke antar konsonan yang berakhir dengan
dapat diamati bahwa frekuensi tertinggi m, l, s, dan p.
penggantian vokal ∂ dengan a pada