Anda di halaman 1dari 18

Makalah

“OLAHRAGA TRADISIONAL BALI”

OLEH :

ROBERT SANUSI (2134026)


MUHAMMAD ALWI (2134001

PROGRAM STUDI OLAHRAGA DAN KESEHATAN


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PASIR PENGARAIAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan Makalah
Olahraga Tradisional Bali tepat pada waktunya.
Tujuan makalah ini ialah agar dapat menambah pengetahuan para mahasiswa.
Selain itu juga harapan kami setelah membuat makalah ini agar mahasiswa
lebih mengetahui dan memahami lebih dalam tentang macam-macam materi
Olahraga Tradisional “Tak Ada Gading yang Tak Retak”, begitu juga dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
menerima kritik serta saran yang bersifat membangun untuk kebaikan dan
kesempurnaan makalah seperti ini di masa mendatang.
Akhirnya kami berharap semoga tugas yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca, khususnya Mahasiswa Jurusan Olahraga dan Kesehatan Universitas
Pasir Pengaraian.

Pasir Pengaraian, 06 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………….........................i

DAFTAR ISI………………………………………………………….……...ii

BAB I Pendahuluan………………………………………………………….3

A. Latar Belakang…………………………………………………….4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………4
C. Tujuan……………………..………………………………………..5
D. Manfaat……………………………………………………………...6

BAB II Pembahasan…………………………………………………………6

1.1 Pengertian Olahraga Tradisional………………………………....6


1.2 Penerapan Olahraga Tradisional…………………...…..…...……..…7

1.3 Olahraga Tradisional Bali dan Cara Memainkannya ………...….8

BAB III Penutup…………………………………………………………..…..9

A. Kesimpulan………………………………………………………....10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Perkembangan zaman yang diikuti dengan perkembangan teknologi perlahan-lahan


menggeser keberadaan permainan tradisional. Jarang sekali kita melihat anak-anak
jaman sekarang memainkan permainan tradisional seperti petak umpet, egrang,
conglak, lompat tali, gatrik, engklek, pesawat-pesawatan, layang-layang dan
kelereng. Permainan tradisional merupakan kekayaan budaya lokal yang seharusnya
dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran pendidikan jasmani justru tergeser dengan
munculnya berbagai permainan yang dapat diunduh secara online di komputer atau
gadget.

Pada umumnya, permainan tradisional memiliki ciri kedaerahan asli sesuai dengan
tradisi budaya setempat. Oleh karena itu, dalam pelaksanaannya, unsur-unsur
permainan rakyat dan permainan anak sering dimasukkan dalam permainan tradisional.
Dimungkinkan juga untuk memasukkan kegiatan yang mengandung unsur seni seperti
yang biasa kita sebut dengan seni tradisional. Permainan tradisional memiliki ciri yang
punya unsur tradisi dan berkaitan erat dengan kebiasaan atau adat suatu kelompok
masyarakat tertentu. Kegiatan yang dilakukan harus mengandung unsur fisik nyata
yang melibatkan kelompok otot besar dan juga mengandung unsur bermain sebagai
landasan maksud dan tujuan dari kegiatan tersebut.

Permainan rakyat atau olahraga tradisional sebagai salah satu aset budaya bangsa
memang harus dilestarikan, digali dan dikembangkan. Karena selain menajadi olahraga
atau permainan yang bisa dilakukan di waktu luang atau waktu kosong, bisa juga
menjadi potensi untuk dapat lebih dikembangkan sebagai sebagai olahraga yang bisa
meningkatkan kebugaran jasmani bagi orang yang melakukan olahraga tersebut.
“Waktu luang adalah waktu dimana orang bebas dari pekerjaan rutin” (Darmayasa,
2009).
Olahraga tradisional apabila bisa dikelola dengan baik dan diberikan pembinaan
yang serius dan terus menerus supaya disamping olahraga bisa meningkatkan
kebugaran jasmani bagi orang yang melakukannya, olahraga tradisional juga dapat
menjadi objek pariwisata yang akan menambah devisi negara dan mengangkat nama
bangsa.

Sebelum memasukin era generasi milenial dahulu, anak-anak bermain dengan


menggunakan alat yang seadanya. Namun kini, mereka sudah bermain dengan
permainan-permainan berbasis teknologi yang berasal dari luar dan perlahan mulai
meninggalkan permainan tradisional. Apabila hal tersebut berjalan tanpa adanya
pengawasan dari keluarga maka itu tentu menjadi cukup berbahaya bagi perkembangan
anak, karena dengan permainan-permainan modern yang bermunculan seperti saat ini
secara tidak sadar kita menjerumuskan anak ke hal yang yang membawa dampak
negatif. Seperti misalnya anak akan sulit untuk bersosialiasi, dikarenakan anak hanya
selalu beriteraksi dengan permainan modern, dimana permainan-permainan modern
saat ini biasanya hanya dilakukan sendiri tanpa adanya interaksi dengan orang lain.
Dan selain itu pula anak juga akan menjadi pasif dalam kehidupan nyata, sehingga
ketika anak-anak yang sudah memiliki kecanduan tehadap dunianya di dalam
permainan-permainan modern tersebut maka anak justru cendrung akan lebih pasif
dalam kehidupan nyata yang memungkinka akan lebih memilih untuk berdiam diri di
rumah untuk bermain game, dibandingkan berinteraksi bermain bersama dengan
teman-temannya. Maka dengan kondisi hal tersebut seiring dengan perubahan zaman,
permainan tradisional perlahanlahan akan mulai terlupakan oleh anak-anak Indonesia.
Bahkan, tidak sedikit dari mereka yang sama sekali belum mengenal serta memahami
permainan olahraga tradisional salah satunya yaitu.

Peserta didik SMA Negeri 5 Singaraja sesuai dengan tingkat perkembangan dan
pertumbuhan memasuki remaja, pada saat inilah mereka sangat mudah terpengaruh
dengan hal yang positif maupun negatif. Upaya yang dilakukan pihak sekolah yaitu
dengan memberikan atau mengarahkan pada saat waktu luang dengan kegiatan yang
positif. Salah satu kegiatan positif tersebut adalah dengan melakukan pembersihan di
lingkungan sekolah dan juga dilakukannya kegiatan ekstrakulikuler. Hal tersebut guna
untuk membuat peserta didik bisa lebih disiplin, peduli terhadap lingkungan dan juga
untuk meningkatkan prestasi terhadap bidang olahraga.

Berdasarkan latar belakang diatas maka perlunya kita untuk melestarikan kembali
olahraga tradisional bali, yang hampir ditinggalkan oleh generasigenerasi muda saat
ini, terutama bagi anak-anak. Indonesia sebagai Negara yang kaya akan warisan
budaya dari bebagai penjuru daerah, ini adalah merupakan potensi lokal yang patut kita
lestarikan, dan salah satunya adalah permainan tradisional.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diambil dalam pembuatan makalah ini :
1.Bagaimana minat peserta didik sebagai generasi milenial terhadap olahraga
tradisional pada peserta didik kelas X SMA Negeri 5 Singaraja?
2.Bagaimana motivasi peserta didik sebagai generasi milenial terhadap olahraga
tradisional pada peserta didik kelas X SMA Negeri 5 Singaraja?

C. Tujuan
Terkait dengan rumusan masalah yang tercantum diatas, tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui minat peserta didik sebagai generasi milenial terhadap olahraga
tradisional pada peserta didik kelas X SMA Negeri 5 Singaraja
2. Mengetahui motivasi peserta didik sebagai generasi milenial terhadap olahraga
tradisional pada peserta didik kelas X SMA Negeri 5 Singaraja.
D. Manfaat
Manfaat hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu cara dalam
mengebangkan minat dan motivasi peserta didik di SMA Negeri 5 Singaraja
terhadap olahraga tradisional Bali.
b. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi tentang
olahraga tradisional. Agar peserta didik sebagai generasi milenial juga bisa
memahami tentang olahraga tradisional. Dan agar pembaca mengetahui
seberapa minat dan motivasi peserta didik sebagai generasi milenial terhadap
olahraga tradisional.

BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Olahraga Tradisional
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan adalah
perbuatan menerapkan. Sedangkan menurut Cahyononim dalam J.S Badudu
berpendapat bahwa Penerapan merupakan sebuah tindakan yang dilakukan, baik secara
individu maupun kelompok dengan maksud untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.

Permainan adalah situasi bermain yang terkait dengan beberapa aturan atau tujuan
tertentu, yang menghasilkan kegiatan dalam bentuk tindakan bertujuan. Dengan
demikian, dapat dipahami bahwa dalam bermain terdapat aktivitas yang diikat dengan
aturan untuk mencapai tujuan tertentu. Misbach (2006:5)

Permainan tradisional merupakan hasil penggalian dari budaya sendiri yang


didalamnya banyak mengandung nilai-nilai pendidikan karena dalam kegiatan
permainannya memberikan rasa senang, gembira, ceria pada anak yang
memainkannya. Selain itu permainannya dilakukan secara berkelompok sehingga
menimbulkan rasa demokrasi antar teman main dan alat permainan yang digunakan
pun relatif sederhana. (Balai Pengembangan Pendidikan Luar Sekolah dan Pemuda
(BP-PLSP, 2006).

1.2 Penerapan Olahraga Tradisional


1. Sebagai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah upaya penanaman kecerdasan dalam berpikir,
perasaan mendalam dalam berakting, dan pengalaman berperilaku mulia. Oleh
karena itu, proses pendidikan karakter tidak hanya mentransfer pengetahuan atau
melatih keterampilan tertentu, tetapi membutuhkan proses, contoh dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan siswa , keluarga, komunitas atau lingkungan
media massa.

Melalui permainan tradisional, ada transfer pengetahuan dan warisan nilai


kehidupan yang diterapkan berdasarkan pola silihasih (saling cinta), silihasah
(gotong royong) dan silihasuh (saling peduli). Selain itu, melalui permainan ini,
ada karakter anak-anak yang sangat menghargai nilai kejujuran, persatuan,
kepemimpinan, terbuka hati, kemandirian, sopan santun, kehormatan sosial,
kewaspadaan, kecerdasan dan pemikiran logika.

Menurut Cahyono (2011:2) mengemukakan sejumlah karakter yang dimiliki


oleh permainan tradisional yang dapat membentuk karakter positif pada anak
sebagai berikut.:

a. Permainan tradisional cenderung menggunakan atau memanfaatkan alat


atau fasilitas dilingkungan kita tanpa harus membelinya sehingga perlu daya
imajinasidan kreativitas yang tinggi. Banyak alat-alat permainan yang
dibuat atau digunakan dari tumbuhan, tanah, genting, batu, atau pasir.
Misalkan mobil-mobilan yang terbuat dari kulit jeruk bali, engrang yang
dibuat dari bambu, permainan ecrak yang menggunakan batu, telepon-
teleponan menggunakan kaleng bekas dan benang nilon dan lain
sebagainya.

b. Permainan anak tradisional melibatkan pemain yang relatif banyak. Tidak


mengherankan, kalau kita lihat, hampir setiap permainan rakyat begitu
banyak anggotanya. Sebab, selain mendahulukan faktor kesenangan
bersama, permainan ini juga mempunyai maksud lebih pada pendalaman
kemampuan interaksi antarpemain (potensi interpersonal). seperti petak
umpet, congklak, dan gobak sodor.

c. Permainan tradisional menilik nilai-nilai luhur dan pesan-pesan moral


tertentu seperti nilai-nilai kebersamaan, kejujuran, tanggung jawab, sikap
lapang dada (kalau kalah), dorongan berprestasi, dan taat pada aturan.
Semua itu didapatkan kalau si pemain benar-benar menghayati, menikmati,
dan mengerti sari dari permainan tersebut.

Menurut Misbach (2006:7) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa


permainan tradisional dapat menstimulasi berbagai aspek perkembangan
anak yang dapat meliputi hal-hal sebagai berikut.

 Aspek motorik dengan melatih daya tahan, daya lentur, sensorimotorik,


motorik kasar, dan motorik halus.

 Aspek kognitif dengan mengembangkan imaginasi, kreativitas, problem


solving, strategi, kemampuan antisipatif, dan pemahaman kontekstual.

 Aspek emosi dengan menjadi media katarsis emosional, dapat mengasah


empati dan pengendalian diri.

 Aspek bahasa berupa pemahaman konsep-konsep nilai.

 Aspek sosial dengan mengkondisikan anak agar dapat menjalin relasi,


bekerjasama,melatih kematangan sosial dengan teman sebaya dan
meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi dengan
berlatih perandengan orangy ang lebih dewasa dan masyarakat secara
umum.
 Aspek spiritual, permainan tradisonal dapat membawa anak untuk
menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat Agung
(transcendental). Aspek ekologis dengan memfasilitasi anak untuk dapat
memahami pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana.

 Aspek nilai-nilai/moral dengan memfasilitasi anak untuk dapat


menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu
kepada generasi selanjutnya.

Contoh :

Permainan Tradisional Engklek memiliki nilai-nilai terapiutik sebagai berikut:

1. Nilai deteksi dini untuk mengetahui anak yang mempunyai masalah.

2. Nilai untuk perkembangan fisik yang baik. Aktivitas fisik meliputi kegiatan
untuk berolah raga, meningkatkan koordinasi dan keseimbangan tubuh, dan
mengembangkan keterampilan dalam pertumbuhan anak.

3. Nilai untuk kesehatan mental yang baik, yaitu: membantu anak untuk
mengkomunikasikan perasaannya secara efektif dengan cara yang alami,
mengurangi kecemasan, pengendalian diri, pelatihan konsentrasi.

4. Nilai problem solving, anak belajar memecahkan masalah sehingga kemampuan


tersebut bisa ditransfer dalam kehidupan nyata.

5. Nilai sosial, anak belajar ketrampilan sosial yang akan berguna untuk bekal
dalam kehidupan nyata.

2. Sebagai Bentuk Pelestarian Budaya


Permainan tradisional anak atau yang disebut dengan dolanan anak-anak
merupakan salah satu aset budaya bangsa yang harus tetap dilestarikan. Maksud
dari pelestarian adalah menjaga agar permainan tradisional anak tetap ada, dan akan
lebih baik lagi jika permainan tradisonal anak dapat berkembang. Artinya selain
permainan tradisional anak tetap hidup di masyarakat pendukungnya, juga adanya
upaya agar permainan tersebut tidak statis, namun dapat berkembang sesusai
dengan perkembangan jaman. Hilangnya permainan tradisional anak selain akibat
pengaruh globalisasi juga diakibatkan oleh beberapa faktor yaitu faktor historis,
faktor kebijaksanaan dalam pendidikan formal, faktor hilangnya prasarana, serta
terdesaknya permainan tradisional dengan permainan impor yang lebih modern.

Melihat kendala yang dihadapi di atas, perlu kiranya adanya upaya agar
permainan anak tradisional tetap diakui, terutama oleh masyarakat pendukungnya.
Permainan tradisional anak mempunyai arti yang sangat penting dalam pendidikan
budaya bangsa, terutama untuk menanamkan nilai-nilai budaya, norma sosial serta
pandangan hidup dalam masyarakat dalam arti luas.

3. Sebagai Pengembangan Keterampilan Sosial Anak


Tidak dikuasainya keterampilan sosial pada anak akan mempengaruhi proses
belajar, mengajar serta iklim yang ada di suatu kelas (psychological athmosphere).
Banyak anak yang tidak pernah belajar tentang sikap apa yang dapat diterima di
lingkungannya. Barangkali mereka juga tidak diarahkan baik di rumah maupun di
sekolah untuk dapat menguasai perilaku sosial tersebut, atau bahkan mereka tidak
memiliki model yang dapat dijadikan contoh dalam membina kehidupan sosialnya,
sehingga kerap memunculkan permasalahan dalam bersosialisasi. Anak-anak yang
kurang memiliki keterampilan sosial sangat memungkinkan untuk ditolak oleh
rekan yang lain. Anak yang tidak mampu bekerjasama, tidak mampu menyesuaikan
diri, tidak mampu berinteraksi dengan baik, tidak dapat mengontrol diri, tidak
mampu berempati, tidak mampu menaati aturan serta tidak mampu menghargai
orang lain akan sangat mempengaruhi perkembangan anak lainnya. Sebaliknya,
terbinanya keterampilan sosial pada diri anak akan memunculkan penerimaan dari
teman sebaya, penerimaan dari guru, dan sukses dalam belajarnya.

Rangsangan yang diberikan kepada anak usia dini tentunya harus sesuai dengan
perkembangan mereka. Tahap perkembangan ini dapat ditinjau dari berbagai aspek
seperti kognitif, bahasa, emosi, sosial, fisik. Proses penyampaiannya pun harus
sesuai dengan dunia anak, yaitu dengan bermain. Sebab, bermain merupakan sarana
belajar bagi mereka. Bermain merupakan proses mempersiapkan diri untuk
memasuki dunia selanjutnya. Bermain merupakan cara bagi anak untuk
memperoleh pengetahuan tentang segala sesuatu. Bermain akan menumbuhkan
anak untuk melakukan eksplorasi, melatih pertumbuhan fisik serta imajinasi,
memberikan peluang yang luas untuk berinteraksi dengan orang dewasa dan teman
lainnya, mengembangkan kemampuan berbahasa dan menambah kata-kata, serta
membuat belajar yang dilakukan sebagai belajar yang sangat menyenangkan.

Aspek-aspek sosial yang didapatkan dari permainan tradisional :

1. Keterampilan dalam bekerjasama


2. Keterampilan dalam menyesuaikan diri
3. Keterampilan dalam berinteraksi
4. Keterampilan dalam mengontrol diri
5. Keterampilan dalam berempati
6. Keterampilan dalam menataati aturan
7. Keterampilan dalam menghargai orang lain

1.3 Permainan Olahraga Tradisional Bali dan Cara Memainkannya


Masing-masing daerah di Indonesia memiliki ragam permainannya sendiri,
termasuk Bali.
Permainan ini berfungsi untuk melatih kerja sama dan kreativitas anak yang
sedang dalam masa pertumbuhan.
Permainan tradisional Bali sebagian besar dilakukan secara berkelompok.
Dengan permainan ini, anak dapat melatih kerjasama tim dan mengelola emosi.
Ini ragam permainan tradisional Bali dan cara memainkannya:
1. Meong-meong
Meong berarti kucing. Permainan ini dimainkan oleh sekelompok anak.
Beberapa anak membentuk lingkaran, dengan 1 orang berperan sebagai
kucing dan 1 orang berperan sebagai tikus.
Anak yang berperan sebagai kucing berada di luar lingkaran. Sedangkan
anak yang berperan sebagai tidur berada di dalam lingkaran.
Selama sesi permainan, anak-anak akan menyanyikan lagi lagi yang
berjudul Meong-meong.
Salah satu liriknya adalah “Juk juk meng juk juk kul, juk meng juk kul.
Lirik tersebut berarti anak yang berperan sebagai meong harus menangkap
bikul (tikus).
Saat berusaha masuk ke dalam lingkaran, meong akan dihalang-halangi
oleh anak-anak.
2. Megoak-goakan
Permainan tradisional Bali selanjutnya adalah megoak-goakan. Minimal
peserta dalam permainan sebanyak 7 orang.
1 orang anak berperan sebagai goak atau burung gagak. Sedangkan 6 orang
lainnya membuat barisan dan saling berpegangan di pundak.
Anak yang berperan sebagai goak harus menangkap pemain di barisan
paling akhir. Sedangkan anak yg paling depan bertugas untuk melindungi
anggotanya di barisan akhir.
3. Metembing
Metembing adalah permainan yang dilakukan menggunakan uang logam.
Permainan ini dilakukan di permukaan tanah atau pasir. Metembing adalah
permainan yang dilakukan menggunakan uang logam. Permainan ini
dilakukan di permukaan tanah atau pasir.
Logam yang jatuh paling dekat dengan lubang mendapatkan giliran
pertama permainan. Uang logam yang dilempar adalah gabungan beberapa
uang logam yang direkatkan (gobang). Jika lemparan tersebut
mengenainya, maka uang tersebut menjadi hal milik.
4. Curik-curik
Permainan tradisional Bali selanjutnya adalah curik-curik. Permainan ini
dilakukan secara berkelompok. Dua orang pemain menyatukan kedua
tangannya sebagai pintu. Sedangkan pemain lainnya berbaris untuk
melewati pintu tersebut.
Saat berjalan melewati pintu, semua pemain akan menyanyikan
lagu Bali berjudul curig-curig. Ketika lagunya telah habis, pintu akan
tertutup dan menangkap satu pemain yang tengah melewatinya.
Nah, satu pemain yang tertangkap ini akan bergantian menjadi pintu.
5. Sepit-sepitan
Permainan ini terinspirasi dari dongeng persahabatan yang berjudul Si
Serigala dan Si Bangau.
Agar permainan bisa segera di mulai, ini beberapa peralatan yang
diperlukan:

 Pipa atau botol berwarna warni. Ukurannya bisa disesuaikan dengan


bola pingpong atau kelereng.
 Siapkan 4 pipa atau botol seukuran bola pimpong dan 1 pipa
seukuran kelereng. Letakkan pipa kelereng di tengah 4 pipa atau
botol.
 Siapkan bola pimpong atau kelereng yang warnanya susah
disesuaikan dengan botol atau pipa. Sesuaikan dengan jumlah anak
yang ikut bermain.

Permainan beregu ini terdiri dari 4 orang. Anak yang mendapat giliran
bermain harus mengambil bola dan kelereng dengan sepit. Ini
menggunakan tangan kiri untuk mengambil kelereng dan tangan kanan
untuk bola pingpong.

Setelah terambil, kelereng dan bola pingpong dimasukkan ke dalam botol


atau pipa yang sesuai dengan ukuran dan warnanya. Permainan ini akan
dimenangkan oleh regu yang lebih dulu memasukkan semua kelereng dan
bola pingpong ke dalam wadah.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Permainan Olahraga tradisional tidak hanya sekedar permainan yang mengandung
kesenangan semata. Namun permainan tradisional dapat melatih kemampuan
motorik anak, sikap anak, dan juga ketrampilan anak. Serta dapat membentuk
karakter anak yang luhur. Dalam menerima sikap perubahan sosial di dalam
masyrakat kita memang harus bersifat terbuka dan dinamis terhadapa
perkembangan zaman, perkembangan dunia IT.

B. Saran
Kita sebagai generasi muda sudah saatnya kita melestarikan permainan tradisional.
Kita seharusnya perkenalkan dulu pada anak kita tentang permainan tradisional
walaupun di zaman globalisasi saat ini. Karena pada usia dini, perkembangan anak
sangat dibutuh demi perkembangan fisik dan motorik anak. Maka dari itu peran
orang tua untuk mendampingi anaknya sangatlah penting demi masa depan seorang
anak.

Anda mungkin juga menyukai