Isi He Buat Plagiarisme
Isi He Buat Plagiarisme
PEMBAHASAN
A. Penjelasan Jual Beli secara istilah
Jual beli secara istilah islam dalam bahasa Arab yaitu Ba'i dari kata dasar Ba'a-yib secara
Ba'i yaitu saling tukar menukar barang bertujuan untuk kemaslahatan bersama. Secara
pengertian umum yaitu kita tukar menukar dengan barang atau harta boleh boleh saja, asal
sesuai dengan prosedur Islam yang berlaku.
Secara umum jual beli dapat diartikan dengan tukar menukar uang dengan barang atau
barang dengan barang. Hukum dalam jual beli boleh boleh saja dilakukan asalkan sesuai
dengan sistem jual beli yang halal di Islam.
ش ْوا َواَل
ُ ض َواَل تَنَا َج ٍ ض ُك ْم َعلَى بَ ْي ُع بَ ْع ُّ اَل تَلَقَّ ُوا:سلَّ َم َقا َل
ُ الر ْكبَا نَ َواَل يَبِ ْي ُع بَ ْع َ صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َ ِس ْو َل هللا ُ ث أبِي ُه َر ْي َرةَ أنَّ َر ُ َح ِد ْي
صا َع َ س ِخ
َ ط َها َر َّدهَا َو َ ْس َك َها َوإنَ ض ْي َها أ ْمِ ُص ُّر ْوا ال َغنَ َم َو َم ِن ا ْبتَا َع َها فَ ُه َو بِ َخ ْي ِر النَّظَ َريْنَ بَ ْع َد اَنْ يَ ْحتَلِبَ َها إنْ َر
َ ض ٌر لِبَا ٍد َواَل ت
ِ َيبِ ْي ُع َحا
)تَ ْم ٍر(رواه البخارى
Penjelasan:
Jangan mencoba semena mena kepada penjual penjual lainnya karena dijelaskan bahwa
berdagang itu bisa siapa aja asalkan adil dan tanggung jawab.
Najasy, adalah meninggikan harga ketika menawar barang tetapi bukan untuk dibeli,
melainkan untuk membuat orang lain cemburu dan mau membeli barang tersebut.
Janganlah orang kota menjualkan dagangan orang desa, maksudnya bahwa orang kota
berkata kepada orang desa yang membawa dagangan dan akan menjualnya dengan hara
yang berlaku saat itu, biarkanlah dagangan itu aku yang jualkan untukmu dengan harga
yang lebih tinggi.
Korelasi
Kaitan hadits di atas dengan akuntansi yaitu dalam membuat laporan keuangan syariah yang
berdasarkan asas transaksi syariah. Adapun transaksi syariah didasarkan pada prinsip:
“Jika emas dijual dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir
dengan sya’ir, kurma dengan kurma dan garam dengan garam, maka jumlah (takaran)
harus sama dan dibayar kontan (tunai). Jika jenis barang tadi berbeda, maka silahkan
engkau membarterkannya sesukamu, namun harus dilakukan dari tangan ke tangan
(kontan). (HR. Muslim no. 1587)
Penjelasan
Disini terkandung anugerah dan kemudahan bagi setiap Muslim. Contohnya menukarkan
mata uangnya ke mata uang asing yang dibutuhkannya. Beberapa negara melarang praktik
penjualan valas ini dan menyebutnya sebagai black market, bahkan negara tersebut
menangkap para penjual valas, sementara negara sendiri membolehkan praktik riba.
Bolehnya jual beli valas ini diisyaratkan harus adanya proses saling memberi dan menerima
di tempat akad.
Dalam hadis lain, Rasulullah saw bersabda “Menjual emas dengan perak itu riba, kecuali
dilakukan dari tangan ke tangan.”. Jadi, mengambil dan memberi dalam praktik jual beli
uang ini harus berlangsung di tempat akad, meskipun diantara kedua belah pihak telah terjadi
kesepakatan atau saling percaya satu sama lain. Dengan demikian, riba tidak menjadi jual
beli, dan haram tidak menjadi halal.
Korelasi
Kaitan hadits di atas dengan akuntansi yaitu dalam sistem keuangan Islam. Dalam
menjalankan sistem keuangan Islam faktor yang paling utama adalah adanya akad atau
kontrak atau transaksi yang sesuai syariat Islam dengan menggunakan prinsip keuangan yaitu
rela sama rela (antaraddim minkum), tidak ada pihak yang menzalimi dan dizalimi (la
tazhlimuna wa la tuzhlamun), hasil usaha muncul bersama biaya (al kharaj bi al dhaman),
dan untung muncul bersama risiko (al ghunmu bi al ghurmi).
Takhrij Hadis
Hadis ini shahih dengan bayaknya jalur periwayatannya. Ibnu Hajar al-‘Asqalani
rahimahullah berkata: “Diriwayatkan oleh al-Bazzar dan dishahihkan oleh al-Hakim”, beliau
berkata di dalam kitab beliau at-Talkhish: “Diriwayatkan oleh al-Hakim dan ath-Thabrani,
dan di dalam bab ini ada hadis juga dari Ali bin Abi Thalib, Ibnu Umar ra. hal itu disebutkan
oleh Abi Hatim rahimahullah. Ath-Thabrani meriwayatkan di dalam kitab al-Ausath hadis
dari Ibnu Umar ra. dan para perawinya La Ba’sa (tidak ada masalah)
Disebutkan di dalam kitab Bulughul Amani: “Diriwayatkan oleh Imam Ahmad rahimahullah
dan dikeluarkan oleh as-Suyuthi di dalam Jami’us Shaghir, dan diriwayatkan oleh al-Baihaqi
secara Mursal, dan dia berkata: ‘Inilah yang mahfuzh Wallahu A’lam”. Al-Haitsami
rahimahullah berkata di dalam kitab Majmau’z Zawaid setelah beliau menyebutkan bahwa
hadis itu memiliki banyak jalur periwayatannya, maka beliau berkata tentang riwayat Imam
ath-Thabrani: “Perawi-perawinya tsiqah (kuat)”. Dan berkata tentang jalurnya Imam
Ahmad: “Perawi-perawinya tsiqah (kuat)”
Penjelasan
Hadis diatas menjelaskan bahwa pekerjaan yang baik yaitu jual beli. Jual beli yang
dimaksud dalam hadis tersebut adalah jual beli yang dihalalkan Allah SWT., adanya barang
yang halal, dan adanya akad.
Korelasi
Kaitan hadits di atas dengan akuntansi yaitu dalam instrumen keuangan syariah. Instrumen
keuangan syariah dikelompokkan menjadi beberapa akad yaitu: akad investasi, akad jual
beli/sewa-menyewa, dan akad lainnya. Akad-akad tersebut sangat berkaitan dengan akuntasi
dimana dalam melakukan jual beli ada banyak hal yang harus diperhatikan serta dipahami.
Akad-akad tersebut juga membahas berbagai jenis jual beli yang pastinya berhubungan
dengan akuntasi.
ِ ف ْال َك ِذ
ب ِ ِق ِس ْل َعتَهُ بِ ْال َحل
ُ ِّ َو ْال ُمنَف،ان
ُ َّْال ُم ْسبِلْ َو ْال َمن
“Pria yang memanjangkan pakaiannya di bawah mata kaki, dan orang yang menyebut-
nyebut pemberiannya, serta orang yang melariskan dagangannya dengan menggunakan
sumpah palsu.”
Penjelasan
Hadis ini diriwayatkan oleh Muslim di dalam kitab Shahih-nya (jilid I hal. 102). Hal senada
juga diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab Musnad-nya. Walaupun sumpah dalam
jual beli itu dilakukan dengan penuh kejujuran, maka sumpahnya tetap makruh, tetapi
makruh dengan pengertian tanzib (sebaiknya dihindari) karena yang demikian itu sebagai
upaya melariskan dagangan sekaligus mencari daya tarik pembeli dengan banyak
mengumbar sumpah.
Korelasi
Kaitan hadits di atas dengan akuntasi yaitu asumsi dasar dalam penyajian laporan keuangan.
Asumsi dasar terbagi 2 yaitu:
Dasar akrual, yaitu pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian,
memberikan informasi kepada orang yang bertransaksi. Jadi dapat disimpulkan Ketika
melakukan sumpah dalam jual beli harus mengakui sumpah dan akad yang sudah
dilakukan
Kelangsungan usaha, yaitu asumsi kelangsungan usaha entitas syariah yang akan
melanjutkan usahanya dimasa depan dan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi
atau mengurangi secara material. Maka jika mengumbar sumpah dalam jual beli hanya
untuk mencari daya tarik pembeli akan berisiko di masa depan.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar r.a., dari Nabi SAW., beliau bersabda:
“Tidak diperbolehkan pinjaman dan jual beli, tidak juga dua syarat dalam satu jual beli,
dan tidak boleh menjual barang yang bukan milikmu”
Penjelasan
Pemberian syarat yang dilakukan pada akad jual beli merupakan akad kedua, yaitu
membayar orang (pembeli) untuk bekerja padanya. Pernyataan seperti itu jelas membatalkan
akad secara prinsip dan tidak sah. Hal itu didasarkan pada apa yang diriwayatkan oleh Abu
Dawud dan at-Tirmidzi yang dia juga menilai hadis ini shahih.
Korelasi
Kaitan hadits di atas dengan akuntansi yaitu dalam prinsip konservatisme, prinsip konsistensi,
dan prinsip obyektivitas. Prinsip konservatisme dalam akuntansi syariah yaitu pemilihan teknik
akuntansi dengan memperhatikan dampak baiknya terhadap masyarakat. Prinsip konsistensi
dalam akuntandi syariah yaitu dicatat dan dilaporkan secara konsisten sesuai dengan prinsip yang
dijabarkan oleh syariat. Prinsip obyektivitas dalam akuntasi syariah yaitu berhubungan erat
dengan konsep ketaqwaan, yaitu pengeluaran materi maupun non materi untuk memenuhi
kewajiban. Jadi berdasarkan hadis di atas dalam melakukan jual beli tidak bisa melakukan dua
akad dalam satu jual beli karena tidak sesuai dengan syariat dan berdampak buruk bagi salah satu
pihak