a Worta Kebun Raya 7 (1), Ma 2007
| :
Sibotangit has two status conservation areas, as Natural Recreation Park as well as Nature Reserve. This
KERAGAMAN FLORA DI
CAGAR ALAM/TAMAN WISATA ALAM
SIBOLANGIT
Dwi Murti Puspitaningtyas
Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, LIPI
Jl. Ir. H. Juanda 13 Bogor
conservation area has many attractive plants, both native and introduce. Some introduce plants were
planted in Natural Recreation Park area, while native plants can be found in Nature Reserve area. Those
floras are very important for human life as a part of biodiversity in North Sumatra. This paper mentioned
the diversity of plants in Sibolangit Nature Reserve and Sibolangit Natural Recreation Park. There are
some unique, exotic, attractive and useful plants exist in that area.
Keywords : Flora, Nature Reserve/ Natural Recreation Park Sibolangit
PENDAHULUAN
Kawasan Sibolangit merupakan salah satu
kawasan penyangga ekosistem dan merupakan
sumber air untuk kehidupan.Oleh sebab itu tak
jauh dari TWA Sibolangit terdapat PDAM
Tirtanadi yang memasok kebutuhan ait bersih
bagi masyarakat kota Medan dan sekitarnya.
Cagar Alam Sibolangit Secara administratif
terletak di Desa Stbolangit, Kecamatan
Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dan
merupakan kesatuan kawasan dengan Taman
Wisata Sibolangit. Kawasan ini terletak diantara
jalan raya jurusan Medan Brastagi yang jaraknya
sekitar 40 km dan dapat ditempuh dengan
kendaraan umum selama kurang lebih 1 jam.
Sebagai jalur wisata kondisi jalan rayanya sangat
‘mulus dan arus lalu lintasnya cukup rama.
CA/TWWA Sibolangit tertetak di ketinggian 300-
550 m dpl. Topografinya bergelombang dan
berbukit-bukit. Hanya kawasan Taman Wisata
Alam saja yang memiliki topografi relatif datar,
tetapi batas pinggir kawasan dikelilingi oleh
jurang yang terjal dan dalam. Bahkan kawasan
Cagar Alam hampir berupa jurang yang dalam.
Kemiringan bukit umumnya 70° hingga 90°.Aeginetia Indica Liparis wrayi
Untuk menyusuri kawasan Cagar Alam umumnya
menyusuri punggung bukit/gunung yang
lebarnya hanya sekitar 1 meter, bahkan di
beberapa tempat lebar jalan hanya meter dan
4 kanan-kirinya terdapat jurang yang terjal dan
dalam. Mengingat kondisi alamnya yang cukup
sulit untuk dilalui, Cagar Alam sibolangit akan
aman dari penebangan liar. Namun harus tetap
waspada, bila kebutuhan mendesak manusia
bisa berbuatapasaja.
Semula kawasan CA Sibolangit bemama Kebun
Raya Sibolangit. Sejarah pembentukannya
menjadi CA/TWA Sibolangit telah dipaparkan
oleh Sari dan Widodo (2004) dalam Warta Kebun
Raya 4(1).
Sebagai taman wisata alam kawasan tersebut
telah memiliki beberapa fasilitas bagi para
Pengunjung antara lain jalan, area parkir,
bangku tempat duduk, shelter untuk menikmati
panorama, kantor, kamar kecil (toilet), papan:
Papan informasi dan tanaman hias penghias
taman. Saat ini kondisi jalannya sudah banyak
yang tertutup oleh tumbuhan yang menyebar
secara alami. Jalan yang masih bisa dilalui
adalah jalan lingkar yang mengelitingi kebun.
Untuk membenahinya tentu membutuhkan dana
dan tenaga yang tidak sedikit. Pembenahan itu
‘Warta Kebun Raya 7 (1), Met 2007
Alocasia watsoniana
antara lain penataan taman, pembersihan jalan
dari tanaman liar dan pemeliharaannya secara
rutin yaitu dengan menyapu, membuat area
Pembibitan untuk menangkarkan biji atau
tanaman_koleksi, membersihkan kebun dari
pohon yang tumbang dan merusak
pemandangan. Tanaman hias untuk menata
taman cukup banyak tersedia di TWA Sibotangit
seperti Spathiphyllum cannaefolium, Donax
cannaeformis, Calathea ornata, Costus pictus,
Chimonobambusa quadringularis, Sanchezia
nobilis, Aglaonema spp., Tacca chantrieri,
Diffenbachia fournieri dll
Kawasan ini cukup potensial untuk dijadikan
kawasan wisata, selain dekat dengan jalan raya,
panorama alamnya pun indah. Namun
masyarakat belum banyak yang
memanfaatkannya sebagai daerah wisata,
Umumnya mereka hanya mampir dari
erJalanannya untuk istirahat sejenak
Keanekaragaman tumbuhan
Luas total kawasan CAdan TWASibolangit 110 Ha,
Keadaan vegetasi di TWA Sibolangit cukup rapat
dan membentuk ekosistem hutan sekunder.
Sementara itu di CA Sibolangit vegetasi tak
terlalu rapat karena topografinya yang tidak rata
Eulophia zollingeri
SET ea SUS Un tt
a
35‘Warta Kebun Raya 7 (1), Mei 2007
dan berlereng curam. Batas pinggir diketiting!
dengan jalan raya dan kebun penduduk.
Jenis pohon yang banyak dijumpai adalah
Prerocarpus indicus (angsana), Polyalthia spp.,
Artocarpus spp., Syzygium spp. Garcinia sp,
Garcinia atroviridis (asam glugur), Bellucia
axinanthera, Terminalia sp. Bischoffia javanica,
Aglaia argantea dsb. 8eberapa jenis tumbuhan
yang terdapat di Taman Wisata Alam Sibolangit
telah diberi label, nama ilmiah dan nama
daerahnya.
Tabel 1. Jenis tumbuhan yang berlabel di TWA Sibolangit
PNe Mama dents
1. Bischoffia javanica
Neonauclea sp.
3. Pterocarpus indicus
4. Diospyros buxifolia
5. _ Artocarpus elasticus
| 6. Ginnamomum parthenoxyion
7. Peronema canescen
8, Antidesma sp
9. _Nauclea purpurescens
ae 40. Pinus merkusif
: 11. Oreodoxa oleracea
12. Donax cannaeformis
13. Quer cus bennetii
414. Acer niveum
45. _Paraserianthes falcataria
16. Caryota mitis
17. Turpinia sphaerocarpa
48. Baccourea dulcis
19. Aglaia argantea
20. Shorea parviflora
21, Mitrephora rubiginosa
22. Macaranga javanica
23. Gossampinus valetonii
24. Bauh inia purpurea
25. _Koompassia excelsa
26. Macaranga triloba
27. Graptophyllum pictum
28. Mimosa pudica
29. Eurycoma longifolia
30. Vitex sp.
31. Saurauia umbellata
32. Prunus acuminatissima
33. Bucklandia tricuspis
34. Altingia excelsa
35. Shorea leprosula
36
| Nama Daerah
Cengkam/
Cintoengan
Lengit
Cena
Ribuk
Terap
Perawas
Nungke
Kayu ageng
Sabot
Tusam
Palem raja
Ban -ban
Kecing
Kerumbuk
Kayu embun
Riman
Meme
Rambai
Balik angin
‘Meranti merah
Bak -bakan batu
‘Tampu besi
Kasumpat/Kapuk
hutan
ddaun kupu -kupu
Tualang
Tumpu bunga/tampu:
‘mawang
Slantam
Putri malu
Pasak bumi/
Wulung besan
Setelu wulung
injet
Kacihe
kapas -kapas
Tulasan/rasamala
Meranti udang
Euphorbiaceae
Rubiaceae
Papilionaceae
Ebenaceae
‘Moraceae
Lauraceae
Verbenaceae
Euphorbiaceae
Rubiaceae
Pinaceae
Arecaceae
Maranthaceae
Fagaceae
Aceraceae
Mimosaceae
Arecaceae
Staphyliaceae
Euphorbiaceae
Metiaceae
Dipterocarpaceae
Annonaceae
Euphorbiaceae
Bombacaceae
Caesal piniaceae
Caesalpiniaceae
Euphorbiaceae
Acanthaceae
Mimosaceae
Simarubaceae
Verbenaceae
Actinidiaceae
Rosaceae
Hamamelidaceae
Hamamelidaceae
Dip terocarpaceaeVegetasi bawah di TWA Sibolangit didominasi
oleh Spathiphyllum cannaefolium, Donax
cannaeformis, Calathea ornata, Costus pictus
Sanchezia nobilis, Aglaonema sp., Tacca
chantrieri, Diffenbachia fournieri dan Coffea
robusta. Sedangkan di CA Sibolangit jenis yang
dominan adalah Coffea robusta, Strobilanthus
sp., Ardista villosa serta jenis-jenis Urticaceae
seperti Pulus (Dendrocnide spp.) yang
berhabitus pohon dan Elatostema spp. yang
berhabitus semak.
Ada sejenis tumbuhan parasit yang ditemukan di
CA Sibolangit yaitu Aeginetia indica
(Orobanchaceae) yang menjadi parasit pada
alang-alang dan pada Zingiberaceae (temu
temuan) (van Steenis, 1972). Orang bisa
terkecoh tumbuhan tersebut Zingiberaceae. A
indica memiliki akar rimpang yang tumbuh
parasit pada akar tanaman lain. Tangkai bunga
kaku dan muncul dari akar rimpang ke
permukaan tanah. Bunga berwarna merah,
tunggal, memiliki daun petindung pada pangkal
bunganya. Bunga berbentuk tabung dengan 5
helai kelopak yang terbuka sempurna. Selain itu
juga banyak ditemukan tumbuhan_parasit
lainnya yaitu Balanophorasp.
Araceae
Jenis-jenis Araceae yang ditemukan di kawasan
Sibolangit antara lain Amorphophallus titanum,
Alocasta aff. watsoniana, Homalomena sp.,
Schismatoglottis sp. Scindapsus pictus dan
Anthurium aff. fortunatum. Jenis yang paling
dominan tumbuh adalah S. pictus tumbuh
menjalar di atas tanah atau merambat di batang
Pohon. Daunnya berbentuk jantung asimetris,
panjang 9-12 cm dan lebar 7-9 cm, hijau tua
dengan corak putih tak teratu. A. aff.
fortunatum tingginya 32-50 cm. Jumlah daun
rata-rata 5 helai, bentuk menjari (palmate)
dengan 7 lekukan, garis tengah #46 cm, panjang
lekukan 18-30.cm, lebar 5-6 cm.
Jenis-jenis Araceae tersebut umumnya memitiki
bentuk daun yang indah dan bercorak unik
Dengan demikian jenis-jenis tersebut sangat
berpotensi untuk dijadikan tanaman hias taman
maupun sebagai tanaman hias pot
Palem dan Rotan
Berbagai jenis palem yang terdapat di kawasan
cagar alam antara lain Pinanga aff. coronata
(kempawa), Arenga pinnata (aren), dan yang
paling dominan adalah Arenga obtusifolia (puli.
Selain itu Areca catechu (pinang) sangat umum
ditanam oleh penduduk karena batangnya sering
dimanfaatkan pada lomba panjat pinang,
sedang buahnya dipakai untuk bahan campuran
penguat gigi secara tradisional. Kempawa lebih
banyak tumbuh di Taman Wisata Alam.
Tanamannya tidak terlalu tinggi (2,5-3 m),
tumbuh berumpun, pelepah batangnya
berwarna kuning, susunan daunnya lebar dan
rapat.
Warta Kebusn Raya 7 (1), Mei 2007
i rn ph RE
7a a
| Wearta Kebup Raya 7 (1), Mei 2007
A. pinata (Aren) dan A. obtusifolia, lebih
banyak tumbuh di kawasan cagar alam dibanding
di TWASibolangit. Kedua jenis ini hampir serupa,
namun buah A. pinnata warnanya kuning bila
masak, sedang buah A. obtusifolia warnanya
merah, Aren banyak dimanfaatkan untuk bahan
pembuat gula aren, sedangkan A. obtusifolia
lebih bermanfaat untuk dikembangkan sebagai
‘tanaman hias.
Selain itu juga ditemukan banyak biji palem
Actinorhytis calapparia yang warnanya sangat
menarik dan berukuran besar. Buah bulat-
jorong, panjang +8 cm dan keliling #15 cm,
warna merah jingga. Tumbuhan ini bukan asti
Indonesia, kemungkinan diintrodukst dart
negara atau daerah lain mengingat TWA
Sibolangit fungsi awalnya sebagai Kebun Raya.
Jenis tersebut ditanam memang tujuannya
sebagai salah satu ornamen maupun koleksi
‘tanaman hias kebun raya pada waktu itu.
Rotan dari marga Calamus dan Plectocomia di
TWA Sibolangit umumnya tumbuh di lereng-
lereng yang curam. Rotan endemik Sibolangit
yang dideskripsi oleh Madudid diberi nama
Plectocomia (orzingii, mirip dengan
Plectocomia elongata yang banyak tumbuh di
Jawa. Namun bila dilihat dengan cermat warna
pelepah daunnya yang memeluk batang agak
berbeda, pada R lorzingii warna merah hati
sedang P. elongata warna kuning gading. Selain
itu R elongata yang ada di Jawa tumbuh
berumpun, sedang P lorzingif tumbuh tunggal
(soliter) dan batangnya menjalar hingga 20 m
panjangnya (Hartini dan Puspitaningtyas, 2005).
P. lorzingfi_ merupakan salah satu koleksi
berharga bagi TWA Sibolangit karena merupakan
jenis yang endemik.
Ficus spp.
Berbagai jenis Ficus banyak ditemukan di
CA/TWASibolangit, kuranglebih ada 3 jenis yang
dijumpaisedang berbuah. Ficus punctata
tumbuh merambat dan berkayu (woody
climber), buahnya besar, warna hijau muda
tatol-totol’ keputihan, keliling 224 cm,
menempel di batang pohon, Di Jawa jenis ini
umumnya ditemukan di daerah pegunungan atau
dataran tinggi (van Steenis, 1972). Jenis Ficus
lainnya berupa pohon yang memiliki buah bulat-
mengerucut, lebar di bagian ujung dan
menyempit di bagian pangkal, panjang +4 cm,
diameter 25 cm, tangkai 28,5 cm, warna hijau
kekuningan, menempel di batang pohon bagian
dasar mirip Baccaurea macrocarpa. Ada pula
Jenis yang merambat, memiliki buah berwarna
merah, menggerombol di batang seperti anggur.
Bellucia axinanthera Triana
Ada beberapa jenis Melastomataceae yang
sering ditemukan antara lain Melastoma
malabatrichum dan Phyllagathis rotundifolia,
umumnya berupa semak atau perdu. Satu:
satunya jenis Melastomataceae yang berupa
pohon adalah Bellucia axinanthera yang dikenal
dengan nama daerah Kelat, tinggi pohon
mencapal 15 m. Daun bentuk jorong-bulat telur,
panjang 33-46 cm, lebar 20-28 cm, tangkai 7-9
cm, tepi bergerigi, tulang daun sejajar
berjumlah 3, berpasangan berhadapan dengan
kedudukan selang-seling memutar. Bunga putih
semburat merah jambu, diameter 6-7 cm,
harum, — Mahkota bunganya berjumlah 6,
berwarna putih. Di tengahnya dikelilingi oleh
benangsari yang berwarna kuning, dan putik
terletak di titik tengah perbungaan. Buahnya
berbentuk unik seperti kuncup bunga yang besar
dan menggembung. Umumnya menempel di
ranting pohon atau pada ketiak daun yang sudah
gugur. Buah bisa dimakan, rasanya agak manis,
teksturnya lunak Monyet biasanya _memakan
buahnya. Tumbuhan ini berasal dari Amerika
Selatan. Di Indonesia telah menyebar tumbuh di
Jawa dan waktu dahulu buahnya banyak dijual i
pasar (Backer dan van den Brink, 1963).
Artocarpus spp.
Artocarpus banyak ditemiukan di TWA Sibolangit
dengan berbagai bentuk buah. Artocarpusa
elasticus buahnya bulat tonjong, warna kuning,
dur tidak rapat dan tidak tajam. Artocarpus sp-
1 buahnya bulat seperti buah sukun (Artocarpus
altilis), tetapi durinya lebih rapat, kaku dan
tajam, berwarna kuning. Artocarpus sp-2
buahnya seperti hati/Jantung, warna hijau, kulit
buah tak berduri namun ada pola-pola duri
rudimenter yang terlihat jelas. Tekstur daging
buah dan biji lebih mendekati buah kluwih.
Zingiberaceae
ingiberaceae yang sering dibudidayakan oleh
penduduk adalah Etlingera elatior. Bunganya
yang cantik ini bila masih kuncup dapat dimakan
sebagai campuran sayur-sayuran (Hartini dan
Puspitaningtyas, 2005). Jenis lainnya yang tak
Kalan menariknya adalah lempuyang gajah
(Zingiber macroglossum) yang memiliki panjang
tangkai_perbungaan (inflorescence) #71 cm.
Daun majemuk, tangkai +2 meter, mendukung
33-35 helai anak daun. Kedudukan anak daun
berselang-seling berhadapan. Bentuk anak daun
lansetpanjang, panjang +52 cm, lebar +11 cm,
‘tangkai anak daun 20,5 cm. Bunga muncul dari
akar rimpang dekat permukaan tanah. Warna
merah terang, panjang tangkai perbungaan
237m dan rakis £34cm. Lempuyang gajah
yang rimpangnya dapat digunakan sebagai
bahan campuran obat tradisional (batu ginjal,
empedu, murus) ini belum dimanfaatkan secara
komersial.
Amomum tephrodelphys tumbuh di lereng
tebing. Tinggi tanaman 1,5 m. Bentuk daun
lanset panjang, kedudukan daun selang-seling
berhadapan, permukaan atas berwarna hijau
dan berbulu, sedangkan permukaan bawah
berwarna kemerahan, panjang 21-25 cm, lebar
7-8 cm, tangkai 1-2 cm dan berbulu halus.
Bunganya menggerombol dekat permukaan
tanah, berwarna merah terang, muncul dart
akar rimpang, tangkai bunga #12 cm. Buah
bulat, panjang 2-4 cm, diameter 22 cm,
permukaan beralur, warna hitam kecoklatan.
Dijumpai tumbuh di hutan sekunder, di lereng
tebing dengan kondisi agak ternaung. Tumbuh
pada ketinggian 340m dpl, dan pH tanah 5,2.
Piper spp.
Ada 3 jenis Piper yang dijumpai tumbubh liar di
kawasan CA/TWA Sibolangit. Jenis Piper yang
memiliki daun perak kemerahan atau kehijauan
adalah Piper sylvaticum. Tumbuh menjalar atau
merambat pada pohon inang, Daun lonjong atau
menjantung, hijau bernoktah putih, daun muda
berwarna merah hati bernoktah putih,
permukaan atas tidak rata, menonjol/timbul
(emboss) ke permukaan atas, warna putih atau
putih kemerahan, panjang6,5-13 cm, lebar 5-14
‘cm, tangkai 6 cm berwarna merah hati.
Piper porphyrophyllum berwarna hijau di
permukaan atas dan merah di permukaan
bawah. Tumbuh menjalar atau merambat pada
ohon inang. Daun seperti jantung, panjang 6,5-
13.cm, lebar 5-14 cm, warna hijau bercak putih,
permukaan atas tidak
(emboss), warna mengkilat seperti beludru,
permukaan bawah daun berwarna merah hati.
Panjang tangkai 6 cm berwarna merah hati,
rata atau timbul
Piper muricatum buahnya kecil seperti lada.
Habitus tumbuhan berupa perdu atau semak,
tinggi 482 cm, batang berbuku-buku, daun
berselang-seling berhadapan. Daun lanset,
panjang 12-24 cm, lebar 4-12 cm, tangkai 0,5-4
em, Bunga atau buah terminal, bentuk bunt
tersusun dalam bulir, mendukung lebih dari 50
biji per buli. Warna buah hijau, bila sudah
masak berubah merah, diameter 40,5cm.
Lauraceae
Berbagal jenis suku Lauraceae juga dijumpai di
kawasan ini, antara lain Cinnamomum spp.,
Litsea angulata, Litsea sp., Actinodaphne sp.
Diantara jenis-jenis Lauraceae tersebut yang
memiliki bentuk buah cukup unik adalah Litsea
angulata. Suku Lauraceae dicirikan dengan
aroma khas seperti minyak atsiri. Bentuk
a
abuahnya seperti bel/genta, warna buah yang
masih muda hijau dan bila masak berwarna
merah, kemudian berubah coklat bila menjelang
busuk, Daun bundar telur sungsang-jorong,
panjang 10-35 cm, lebar 4-11,5 cm, tangkai 2-4
cm, selang-seling berhadapan, ujung
meruncing. Tinggi pohon mencapai 30 m (Hartini
dan Puspitaningtyas, 2005).
‘Knema sumatrana (Blume) W,J. de Wilde
Knema sumatrana (Myristicaceae)
perawakannya berupa pohon, tinggi mencapai
20 m (de Wilde, 2000). Daun bersilang
berhadapan, bulat telur sungsang, panjang 4-23
cm, lebar 1,5-7 cm, tangkai 0,5-1 cm. Buah
muncul di Ketiak daun, kuning kecoklatan
(coklat muda), berpasangan, lonjong, panjang
#4 cm, diameter #2 cm. Buah yang masak
Uujungnya merekah sehingga terlihat bijinya yang
masih menempel di bagian dasarnya. Kulit biji
berwama merah dan agak (unak (Hartini dan
Puspitaningtyas, 2005).
Lithocarpus rassa (Miq.) Render
Lithocarpus rasa (Fagaceae) berhabitus pohon,
tinggi mencapai 15 m. Buahnya bulat seperti
topi atau kerucut yang tersusun dalam tandan,
warnanya hijau bila masth muda dan coklat
kehitaman menjelang masak, tak bertangkai
dan menempel langsung pada tandannya,
panjang #14 cm, mendukung +20 buah. Buah
bulat, licin dan mengkilap, daging buah keras,
panjang 1,3-1,7 cm, diameter 1,5-2 cm, ujung
runcing, bagian dasar bentuk seperti lingkaran
beralur yang disebut cupak (Hartini dan
Puspitaningtyas, 2005),
Garcinia atroviridis Griffith ex. Anderson
Garcinia atroviridis (asam glugur) buahnya bulat
dan berlekuk-lekuk, membentuk 12-16 juring.
yang jelas, diameter sekitar 7-10 cm. Bunganya
merah terang dan kelopak berwarna kuning,
tebal dan kaku, jumlah daun mahkota dan daun
kelopak sama, yaitu 4 helai, diameter bunga
yang mekar 4 cm. Daun tunggal, berhadapan,
bentuk jorong-bundar telur menyempit,
panjang 21-36 cm, lebar 9-10 cm, permukaan
halus, mengkilat, warna hijaugelap.
G. atroviridis adalah pohon besar, tingginya
dapat mencapai 20 m. Struktur kanopinya indah
dan bertajuk rapat, berdaun tebal, hijau
mengkilat. Tumbuhan ini berumah dua
(dioecious) yaitu tumbuhan betina dan jantan
masing-masing terpisah, dengan pembentukan
embrio biji yang bersifat_ apomiksis. Karena
berumah dua perbanyakan secara vegetatif
lebih baik hasilnya dibanding secara generatif.
Untuk mendapatkan tumbuhan betina
perbanyakan dengan menggunakan stek tunas
akar dari induk tumbuhan betina yang berbuah,
karena adanya kepastian bahwa kelak tumbuhan
tersebut juga akan menjadi tumbuhan betina
yang berbuah. Sedangkan perbanyakan secara
generatif dengan biji, hasilnya tidak
memberikan kepastian tumbuhan apakah betina
atau jantan,
G. atroviridis tumbuh tersebar di Semenanjung
Malaya dan Sumatra. Di Sumatra Utara asam
glugur dikenal sebagai asam potong,
dimanfaatkan oleh penduduk sebagai bahan
pemberi rasa asam pada masakan. Selain itu
buahnya juga dapat diolah sebagai manisan dan
juga dapat dimanfaatkan sebagai obat
pelangsing tubuh. G. atroviridis mengandung
senyawa asam hidroksisitrat yang dapat
menurunkan berat badan. Di Sumatra Utara
buah asam glugur banyak dijual di pasar dan
diekspor ke Malaysia,
Palaquium sp.
Di TWA Sibolangit ditemukan banyak biji
Palaquium sp. (Sapotaceae). Biji yang masih
muda berwarna putih dan yang tua berwarna
coklat. Bentuk biji bulat-jorong, panjang +2 cm,
diameter +1 cm. Bentuk buah bulat-oblong,
warna hijau, panjang 3 cm dan diameter
sekitar2,5em.Corymborkis veratrifolia 185
Neuwiedia zollingeri = 154 55
Calanthe zollingeri 23 15
Galanthe triplicata’
Eulophia zollingeri 4 2
Liparis wrayi_ ey 2
Total an 29
Mallotus dispar Mull. Arg. dan Bischoffia
Javanica Blume
‘Ada dua jenis Euphorbiaceaea di kawasan ini
yang cukup menarik, yaitu Mallotus dispar yang
ditemukan di CA Sibolangit dan Bischoffia
Javanica di TWASibolangit. M. dispar merupakan
tumbuhan perdu tinggi 5 meter. Daun lanset,
panjang 8-16 cm, lebar 3-6 cm, tangkal 1-1,5
cm, permukaan atas hijau dan bagian bawah
keperakan. Buah bulat, ukuran 1x0,6 cm,
keliting hampir 2 cm. Kulit buah merah seperti
beludru, mudah rontok seperti bedak atau
‘tepung merah. Buah terbagi menjadi 3 kotak dan
setiap Kotak mengandung biji. Biji bulat,
panjang 0,5 cm, lebar 0,4cm dan agak mendatar
di salah satu bagian pangkalnya, warna hitam.
Sementara itu 8. Javanica, nama daerahnya
‘Cengkam/Cintoengan, kulit pohonnya seringkali
dimanfaatkan penduduk untuk obat sakit nyeri
lambung. Caranya kulit pohon dikerok atau
dikerat lalu diperas, air perasan dicampur
kuning tetur dan diminum. Beberapa jenis pohon
yang dapat dimanfaatkan untuk obat di kawasan
Sibolangit dapat dilihat dalam Sari dan Widodo
(2004),
Anggrek
‘Anggrek yang dijumpai di TWA Sibolangit ada 4
jenis yaitu: Corymborkis veratrifolia
{terestrial), Neuwiedia zollingeri (terestrial),
aS ae
6.2 6.55
0.54 0.44
1.08 0.87
0.81 0.87
100 100
Liparis wrayi (terestrial), Pomatocalpa latifolia
(epifit). Sedangkan di CA Sibolangit ada 3 jenis
yaitu: Calanthe zollingeri (terestrial), Calanthe
triplicata (terestrial) dan Flickingeria convexa
(epifit.
Keragaman anggrek tanah di kawasan sibolangit
tidak banyak, hanya sekitar 5 jenis yang
ditemukan tumbuh alami di hutan. Jenis anggrek
tanah yang sangat dominan di TWA Sibolangit
adalah Corymborkis veratrifolia dan Neuwiedia
zollingeri (Tabel 2). Sedangkan anggrek tanah
yang dijumpai di CA Sibolangit, paling banyak
populasinya adalah Calanthe zollingeri,
Catanthe tripticata yang ditemukan tumbuh di
tepi jurang yang terjal; Eulophia zollingeri
dijumpai 2 kali yaitu di pinggir jalan raya dan 1
individu di jalan setapak dalam hutan. Anggrek
Eulophia zollingeri ini tak akan nampak
tanamannya bila sedang tak berbunga, Karena
tak memiliki daun dan termasuk anggrek
saprofit. Dalam keadaan dorman (tak berbunga)
tumbuhannya tersembunyi di tanah dalam
bentuk umbi. Ada dua variasi warna bunga E.
zollingeri yang dijumpai di Sibolangit yaitu
coklat gelap dan kuning pucat keputihan. Warna
coklat gelap dijumpai di hutan yang teduh dan
‘agak gelap, sedang yang warna pucat ditemukan
di pinggir jalan yang agak terang.
Sementara itu anggrek epifit hanya dua jenis
yang dijumpai tumbuh di TWA Sibolangit, yaitu
Pomatocalpa latifolia dan Coelogyneee
rochussenii (hanya individu). Namun di kebun-
kebun penduduk terutama di kebun durian
banyak angerek epifit antara lain Coelogyne
rochussenii (di pohon durian), Agrostophyllum
sp. (di pohon durian), Acriopsis javanica (di
Pohon aren), Cymbidium finlaysontanum (di
pohon durian), Vanda sp., Kingidium deticiosum
(di pohon sempur/Dillenia indica), Thelasis
carinata dan Bulbophyllum sp. (di pohon
durian).
Anggrek epifit yang sangat banyak populasinya
adalah Coelogyne rochussenil. Bunganya
tumbuh beruntai _menggantung ke bawah,
warnanya kuning pucat dengan varia:
kecoklatan pada bibir bunganya. Jenis lainnya
yang juga dominan adalah Agrostophyllum sp.
dan Bulbophyllum sp. yang umumnya menempel
di pohon durian, Sedangkan satu-satunya
anggrek epifit yang dijumpai tumbuh di Cagar
Alam adalah Flickingeria convexa, yang
menempel di kulit pohon yang sudah mati, selain
itu juga dijumpai tumbuh menempel di pohon
durian, Anggrek ini tumbuh menjalar, dengan
akar rimpang berwarna kuning, kaku dan (iat,
berjarak 3 cm antar daun. Daun berbentuk
ellips-oblong dan tebal, panjang 5-6 cm dan
lebar 1-1,2 cm. Bunga berukuran kecil, panjang
+4,5 cm, diameter 40,5 cm, warna hijau
kekuningan, bibir bunga berwarna kuning
dengan 2 garis merah di tengahnya.
PENUTUP
Cagar Alam/Taman Wisata Alam Sibolangit di
Provinsi Sumatera Utara menyimpan kekayaan
flora yang tinggi. Beberapa jenis memiliki peran
bagi kehidupan masyarakat di sekitarnya,
terutama potensinya sebagai tumbuhan obat
{Sari dan Widedo, 2004). Selain itu fungsilainnya
baik sebagai tanaman hias taupun bahan
‘campuran makanan juga tak kalah pentingnya.
Oleh sebab itu aspek konservasi baik secara in
situ maupun ex situ peru mendapat perhatian.
Jenis-jenis yang endemik seperti rotan
Plectocomia lorzingii perlu mendapat perhatian
khusus karena jumlah individunya di alam sangat
sedikit. Kebun Raya: berusaha untuk
mengecambahkan biji rotan tersebut_namun
masih belum berhasil karena biji yang dibawa
kemungkinan masak fisiologisnya belum
sempurna. Selain itu usaha pengembangan
‘asam glugur (Garcinia atroviridis) juga masih
dilakukan di Kebun Raya Bogor mengingat jenis
tersebut banyak manfaatnya dan nilai
komersiainya cukup tinggi. Sedangkan
konservasi Amorphophallus titanum akan lebih
bermanfaat dikonservasikan baik secara in situ
maupun ex situ karena pada saat berbunga akan
menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung
yang kebetulan mampir atau mengunjungi TWA
Sibolangit. Banyak anggrek yang tumbuh liar di
luar kawasan Cagar alam maupun wisata alam,
sedangkan yang tumbuh dalam kawasan jauh
lebih sedikit jumlahnya. Oleh sebab itu untuk
lebin_ mengoptimalkan aspek konservasinya
maka kebun raya telah berusaha untuk
mengkonservasikan secara ex-situ.
demikian TWA Sibolangit juga perlu
mengembangkan beberapa jenis yang tidak
tumbuh di dalam kawasan untuk segera
diperbanyak dan ditanam dalam kawasan.
Rumah pembibitan di TWA Sibolangit pertu
segera diwujudkan untuk menangani
perbanyakan jenis-jenis tanaman yang endemtk,
langka dan jumlah populasinya hanya sedikit.
Namum,‘Warta Kebun Raya 7 (1), Mei 2007
‘Anonim. 2002. Buku Informasi Kawasan Konservasi Di Sumatera Utara. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Il,
Medan, :
Backer, C.A. and R.C.B. van Den Brink Jr. 1963. Flora of java. Vol. |. N.V.P. Noordhoff-Groningen. The
Netherlands.
Comber, J.B. 1990. Orchids of Java. Bentham-moxon Trust. Royal Botanic Garden, Kew. -
Comber, J.B. 2001. Orchids of Sumatra, The Royal Botanic Gardens, Kew.
de Wilde, W.J.J.0. 2000. Flora Malestana Volume 14. Series | Seed Plants. Myristicaceae. Nationaal oe
Herbarium Nederland, : a
Hartinl, 5. dan D.M, Puspitaningtyas. 2005. Flora Sumatera Utara: Eksotik dan Berpotensi. Pusat Konservasi
Tumbutian Kebun Raya Bogor-LIPI. Bogor.
Lemmens, R.H.M.J., |. Soerianegara and W.C. Wang. 1995. Plant Resources of South East Asia 5(2): Timber
trees: Minor Commercial Timbers. p:301. Prosea. Bogor- Indonesia.
Sari, R. dan. Widodo. 2004. Taman Wisata Alam/Cagar Alam Sibolangit, Sumatera Utara, Dulunya Kebun
Raya. Warta Kebun Raya 4(1):37-48.
Seidenfaden, G. and J.J. Wood. 1992. The Orchids of Peninsular Malaysia and Singapore (A Revision of R.E.
Holttum: Orchids of Malaya.). Olsen & Olsen, Fredensborg, Denmark.
van Steenis, C.G.G.J. 1972. The Mountain Flora of Java. £.J. Brill. Leiden.
Whitmore, T.C. and I.6.M, Tantra, 1986. Tree Flora of Indonesto Check List for Sumatra. Forest Research and
Development Centre.
Wijaya, TAM. 1996/1997. Informasi Kawasan Konservasi Propinsi Sumatera Utara. Balai Konservasi Sumber
Daya Alam |. Medan.
Wong, K.M. and C.L. Chan. 1997. Mount Kinabalu Borneo's Magic Mountain. Natural History Publications.
Kota Kinabalu.