Anda di halaman 1dari 18

BAB II

LANDASAN TEORI

Setiap aparatur sipil negara (ASN) memiliki nilai dasar profesi, yaitu akuntabilitas,
nasionalisme, etika publik, komitmen mutu dan anti korupsi. Maka perlu diketahui indikator
– indikator dari kelima dasar tersebut, yaitu ;

1. Akuntabilitas

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk
memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang Pegawai Negeri Sipil
(PNS) adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain
adalah:

a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan,
antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan
PNS dalam politik praktis;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik;
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu menyediakan kontrol demokratis,
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas.

Pengambilan keputusan secara akuntabel dan beretika berarti dapat membuat keputusan
dan tindakan yang tepat dan akurat. Sebuah keputusan yang akuntabel dan beretika sangat
penting dalam menjaga kepercayaan dan keyakinan terhadap masyarakat dalam pekerjaan
pemerintahan. Dalam praktiknya, penempatan kepentingan umum berarti bahwa memastikan
tindakan dan keputusan yang berimbang dan tidak bias; bertindak adil dan mematuhi prinsip-
prinsip due process; Akuntabel dan transparan; melakukan pekerjaan secara penuh, efektif
dan efisien; berperilaku sesuai dengan standar sektor publik, kode sektor publik etika sesuai
dengan organisasinya; serta mendeklarasikan secara terbuka bila terjadi adanya potensi
konflik kepentingan.

Terdapat nilai- nilai dasar akuntabilitas, yaitu :

1. Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah dimana pimpinan memainkan
peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya.
2. Transparansi
Keterbukaan atasn semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu
maupun kelompok/instansi.
3. Integritas
Integritas adalah keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai
luhur dan keyakinan.
4. Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatanya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran dan kewajiban.
5. Keadilan
Keadilan yaitu kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut
benda atau orang.
6. Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan, kepercayaan ini lah yang
akan melahirkan akuntabilitas.
7. Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan
keseimbangan antara akuntabilitas dan kewenangan , serta harapan dan kapasitas.
8. Kejelasan
Pelaksanaan wewenang dan tanggung jawab, harus memiliki gambaran yang jelas
tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan.
9. Konsistensi
Konsistensi adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai
pada tercapai tujuan akhir.
Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama, yaitu menyediakan kontrol demokratis,
mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan, serta meningkatkan efisiensi dan
efektivitas.

Pengambilan keputusan secara akuntabel dan beretika berarti dapat membuat keputusan
dan tindakan yang tepat dan akurat. Sebuah keputusan yang akuntabel dan beretika sangat
penting dalam menjaga kepercayaan dan keyakinan terhadap masyarakat dalam pekerjaan
pemerintahan. Dalam praktiknya, penempatan kepentingan umum berarti bahwa memastikan
tindakan dan keputusan yang berimbang dan tidak bias; bertindak adil dan mematuhi prinsip-
prinsip due process; Akuntabel dan transparan; melakukan pekerjaan secara penuh, efektif
dan efisien; berperilaku sesuai dengan standar sektor publik, kode sektor publik etika sesuai
dengan organisasinya; serta mendeklarasikan secara terbuka bila terjadi adanya potensi
konflik kepentingan.

Untuk menciptakan lingkungan organisasi yang akuntabel, maka diperlukan beberapa


aspek yang merupakan indikator dari nilai dasar akuntabilitas, antara lain kepemimpinan,
integritas, tanggung jawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan konsistensi.

Sementara itu, indikator adanya akuntabilitas pada pelaksanaan pemerintahan antara lain:

a. Terciptanya komunikasi antara pemerintah dan masyarakat;


b. Terwujudnya masyarakat madani yang berintegrasi dengan pemerintah;
c. Terciptanya Good Governance dan tercapainya tujuan nasional yakni Indonesia Jaya;
d. Adanya dukungan serta legitimasi masyarakat terhadap Pemerintah;
e. Adanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah;
f. Masyarakat mendukung dan melaksanakan kebijakan Pemerintah.

2. Nasionalisme

Nasionalisme adalah pemahaman mengenai nilai-nilai kebangsaan. Nasionalisme memiliki


pokok kekuatan dalam menilai kecintaan individu terhadap bangsanya. Salah satu cara untuk
menumbuhkan semangat nasionalisme adalah dengan menanamkan dan mengamalkan nilai-
nilai Pancasila. Pengamalan nilai-nilai luhur yang terkandung didalamnya oleh setiap
penyelenggara negara, baik di pusat maupun di daerah.
Seorang PNS dituntut untuk memiliki perilaku mencintai tanah air Indonesia (nasionalisme)
dan mengedepankan kepentingan nasional. Nasionalisme merupakan salah satu perwujudan
dari fungsi PNS sebagai perekat dan pemersatu bangsa. Dalam menjalankan tugas, seorang
ASN senantiasa harus mengutamakan dan mementingkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Kepentingan kelompok, individu, golongan harus disingkirkan demi kepentingan yang lebih
besar yaitu kepentingan bangsa dan Negara diatas segalanya.

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, PNS harus berpegang pada prinsip adil dan
netral. Adil dalam artian tidak boleh berperilaku diskriminatif serta harus obyektif, jujur,
transparan. Sementara bersikap netral adalah tidak memihak kepada salah satu kelompok atau
golongan yang ada. Dengan bersikap netral dan adil dalam melaksanakan tugasnya, PNS
akan mampu menciptakan kondisi yang aman, damai, dan tentram di lingkungan kerja dan
masyarakat sekitar.

Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan manusia Indonesia


terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip
nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa
Indonesia senantiasa; menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela
berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan
bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat,
persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan
sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa.

Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus diperhatikan, yaitu :
1. Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Ketuhanan YME menjadikan Indonesia bukan sebagai negara sekuler yang
membatasi agama dalam ruang privat.Pancasila justru mendorong nilai-nilai ketuhanan
mendasari kehidupan masyarakat dan berpolitik.Nilai-nilai ketuhanan yang dikehendaki
Pancasila adalah nilai-nilai ketuhanan yang positif, yang digali dari nilai-nilai keagamaan
yang terbuka (inklusif), membebaskan dan menjunjung tinggi keadilan dan persaudaraan.
Dengan berpegang teguh pada nilai-nilai ketuhanan diharapkan bisa memperkuat
pembentukan karakter dan kepribadian, melahirkan etos kerja yang positif, dan memiliki
kepercayaan diri untuk mengembangkan potensi diri dan kekayaan alam yang diberikan
Tuhan untuk kemakmuran masyarakat.
2. Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua memiliki konsekuensi ke dalam dan ke luar.Ke dalam berarti menjadi
pedoman negara dalam memuliakan nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ini
berarti negara menjalankan fungsi “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa
3. Sila ketiga: Persatuan Indonesia
Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia dalam keragaman dan terbagi
dalam golongan-golongan.Keberadaan bangsa Indonesia terjadi karena memiliki satu
nyawa, satu asal akal yang tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya, yang menjalani satu
kesatuan riwayat, yang membangkitkan persatuan karakter dan kehendak untuk hidup
bersama dalam suatu wilayah geopolitik nyata.
Selain kehendak hidup bersama, keberasaan bangsa Indonesia juga didukung oleh
semangat gotong royong.Dengan kegotong royongan itulah, Indonesia harus mampu
melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, bukan membela atau
mendiamkan suatu unsur masyarakat atau bagian tertentu dari teritorial Indonesia.
Tujuan nasionalisme yang mau didasari dari semangat gotong royong yaitu ke
dalam dan ke luar.Ke dalam berarti kemajemukan dan keanekaragaman budaya, suku,
etnis, agama yang mewarnai kebangsaan Indonesia, tidak boleh dipandang sebagai hal
negatif dan menjadi ancaman yang bisa saling menegasikan. Sebaliknya, hal itu perlu
disikapi secara positif sebagai limpahan karunia yang bisa saling memperkaya khazanah
budaya dan pengetahuan melalui proses penyerbukan budaya. Ke luar berarti
memuliakan kemanusiaan universal, dengan menjunjung tinggi persaudaraan,
perdamaian dan keadilan antar umat manusia.
4. Sila keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan / Perwakilan
Demokrasi permusyawaratan mempunyai dua fungsi.Fungsi pertama, badan
permusyawaratan/perwakilan bisa menjadi ajang memperjuangkan asprasi beragam
golongan yang ada di masyarakat.Fungsi kedua, semangat permusyawaratan bisa
menguatkan negara persatuan, bukan negara untuk satu golongan atau
perorangan.Permusyawaratan dengan landasan kekeluargaan dan hikmat kebijaksanaan
diharapkan bisa mencapai kesepakatan yang membawa kebaikan bagi semua pihak.
Abraham Lincoln mendefinisikan demokrasi sebagai “pemerintahan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat”. Ada tiga prasyarat dalam pemerintahan yang demokratis,
yaitu: (1) kekuasaan pemerintah berasal dari rakyat yang diperintah; (2) kekuasaan itu
harus dibatasi; dan (3) pemerintah harus berdaulat, artinya harus cukup kuat untuk dapat
menjalankan pemerintahan secara efektif dan efisien.
Secara garis besar, terdapat dua metode demokrasi, yaitu: majoritarian
democracy (demokrasi yang lebih mengutamakan suara mayoritas) dan consensus
democracy( demokrasi yang mengutamakan konsensus atau musyawarah). Oleh karena
itu, pilihan demokrasi konsensus berupa demokrasi permusyawaratan merupakan pilihan
yang bisa membawa kemaslahatan bagi bangsa Indonesia.
5. Sila kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia
Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial, para pendiri bangsa menyatakan
bahwa Negara merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan menyelenggarakan
keadilan.Keadilan sosial juga merupakan perwujudan imperative etis dari amanat
pancasila dan UUD 1945.
Peran negara dalam mewujudkan rasa keadilan sosial, antara lain:
a. perwujudan relasi yang adil di semua tingkat sistem kemasyarakatan
b. pengembangan struktur yang menyediakan kesetaraan kesempatan
c. proses fasilitasi akses atas informasi, layanan dan sumber daya yang diperlukan
d. dukungan atas partisipasi bermakna atas pengambilan keputusan bagi semua orang.

3. Etika Publik

Etika Publik adalah refleksi tentang standar/norma yang menentukan baik atau buruk,
benar atau salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik
dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik. Etika merupakan sistem
penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas guna menjamin
adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara dalam pengambilan keputusan
untuk membantu membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk serta mengarahkan apa yang
seharusnya dilakukan sesuai nilai-nilai yang dianut. Kode Etik adalah aturan-aturan yang
mengatur tingkah laku dalam suatu kelompok khusus, sudut pandangnya hanya ditujukan
pada hal-hal prinsip dalam bentuk ketentuan-ketentuan tertulis.

Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam pasal 4 Undang-undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang ASN, yakni:
a. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila;
b. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik
Indonesia 1945 serta pemerintah yang sah;
c. Mengabdi kepada Negara dan rakyat Indonesia;
d. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak;
e. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian;
f. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif;
g. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika yang luhur;
h. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik;
i. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah;
j. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat,
berdaya guna, berhasil guna, dan santun;
k. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi;
l. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama;
m. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai;
n. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan; dan
o. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat
sistem karir.

Kode etik dan kode perilaku sesuai dengan pasal 5 Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014
tentang ASN, bertujuan untuk menjaga martabat dan kehormatan ASN. Kode etik mengatur
perilaku agar pegawai ASN:

a. Melaksanakan tugasnya dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi;


b. Melaksanakan tugasnya dengan cermat dan disiplin;
c. Melayani dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan;
d. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. Melaksanakan tugasnya sesuai dengan perintah atasan atau pejabat yang berwenang
sejauh tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan etika
pemerintahan;
f. Menjaga kerahasiaan yang menyangkut kebijakan Negara;
g. Menggunakan kekayaan dan barang milik Negara secara bertanggungjawab, efektif,
dan efisien;
h. Menjaga agar tidak terjadi konflik kepentingan dalam melaksanakan tugasnya;
i. Memberikan informasi secara benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain yang
memerlukan informasi terkait kepentingan kedinasan;
j. Tidak menyalahgunakan informasi intern Negara, tugas, status, kekuasaan, dan
jabatannya untuk mendapat atau mencari keuntungan atau manfaat bagi diri sendiri
atau untuk orang lain;
k. Memegang teguh nilai dasar ASN dan selalu menjaga reputasi dan integritas ASN;
dan
l. Melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai disiplin pegawai
ASN.

Setiap jenjang Pemerintahan memiliki lingkup kekuasaan masing-masing yang dipegang


oleh pejabatnya. Semakin tinggi dan luas kekuasaan seorang pejabat, semakin besar juga
implikasi dari penggunaan kekuasaan bagi warga masyarakat. Oleh sebab itu, azas etika
publik mensyaratkan agar setiap bentuk kekuasaan pejabat dibatasi dengan norma etika
maupun norma hukum.

4. Komitmen Mutu

Penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) sudah
menjadi keniscayaan di era reformasi saat ini. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
mewujudkan keniscayaan tersebut, namun dalam implementasinya masih belum sesuai
dengan harapan. Penyelengaraan pemerintahan yang berorientasi pada layanan prima sudah
tidak bisa ditawar lagi ketika lembaga pemerintah ingin meningkatkan kepercayaan publik.

Paradigma pemerintah harus segera berubah, dari pola paternalisitik dan feodal yang selalu
minta dilayani, menjadi pola pemerintahan yang siap melayani dan senantiasa
mengedepankan kebutuhan dan keinginan masyarakat sebagai stakeholder pemerintah.
Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab PNS, semua harus dilaksanakan secara optimal
agar dapat memberikan kepuasan kepada masyarakat. Aspek utama yang menjadi target
stakeholder adalah layanan yang komitmen pada mutu, melalui penyelenggaraan tugas secara
efektif, efisien dan inovatif.

Komitmen mutu merupakan pemahaman konsep mengenai efektivitas, efisiensi, inovasi,


dan mutu penyelenggaraan Pemerintah. Ekeftivitas merupakan sejauh mana sebuah
organisasi dapat mencapai tujuan yang ditetapkan. Sementara efisien merupakan jumlah
sumber daya yang digunakan untuk mencapai tujuan organisasi. Efisien ditentukan oleh
berapa banyak bahan baku, biaya, dan tenaga yang dibutuhkan untuk mencapai sebuah
tujuan. Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakterisitik utama yang
dijadikan dasar untuk mengukur tingkat efektivitas adalah ketercapaian target yang telah
direncanakan, baik dilihat dari capaian jumlah maupun mutu hasil kerja, sehingga dapat
memberikan kepuasan, sedangkan tingkat efisiensi diukur dari penghematan biaya, waktu,
tenaga, dan pikiran dalam menyelesaikan kegiatan. Sementara inovasi, muncul karena adanya
dorongan kebutuhan organisasi/perusahaan untuk beradaptasi dengan tuntutan perubahan
yang terjadi disekitarnya. Di sisi lain, mutu merupakan suatu kondisi dinamis berkaitan
dengan produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang sesuai atau bahkan melebihi
harapan konsumen atau pengguna.

Nilai-nilai dasar komitmen mutu adalah efektivitas, efisiensi, inovasi, dan berorientasi
pada mutu.

5. Anti Korupsi

Korupsi berasal dari bahasa latin coruptio dan corruptus yang berarti perbuatan yang tidak
baik, buruk, dapat disuap dan tidak bermoral. Sedangkan tidak pidana korupsi berarti
tindakan melanggar hukum yang dilakukan secara sengaja maupun tidak sengaja oleh
seseorang atau sekelompok orang yang dapat dipertanggungjawabkan oleh peraturan
perundang-undangan. Berdasarkan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi, bahwa korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara. Sedangkan pada UU No. 20 Tahun 2001,
terdapat 7 kelompok tindak pidana korupsi antara lain: (1) Kerugian Keuangan Negara, (2)
suap-menyuap, (3) pemerasan, (4) perbuatan curang, (5) penggelapan dalam jabatan, (6)
benturan kepentingan dalam pengadaan, dan (7) gratifikasi.

Anti korupsi dapat diidentifikasi ke dalam 9 (sembilan) nilai yang terdiri dari nilai-nilai
anti korupsi, yaitu:

a. Kejujuran berasal dari kata jujur yang dapat didefinisikan sebagai sebuah tindakan
maupun ucapan yang lurus, tidak berbohong dan tidak curang.
b. Kepedulian adalah mengindahkan, memerhatikan dan menghiraukan. Rasa kepedulian
dapat dilakukan terhadap lingkungan sekitar.
c. Kemandirian berarti dapat berdiri di atas kaki sendiri, artinya tidak banyak bergantung
kepada orang lain dalam berbagai hal.
d. Kedisiplinan adalah ketaatan/kepatuhan kepada peraturan.
e. Tanggung Jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu.
f. Kerja keras didasari dengan adanya kemauan di dalam kemauan terkandung
ketekadan, ketekunan, daya tahan, daya kerja, pendirian keberanian.
g. Kesederhanaan yaitu dibiasakan untuk tidak hidup boros.
h. Keberanian dapat diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela
kebenaran.
i. Keadilan adalah sama berat, tidak berat sebelah dan tidak memihak. Menempatkan
segala sesuatu pada tempatnya.

2.2 Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI

1. Kedudukan ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan Pegawai ASN yang
professional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.Manajemen ASN lebih menekankan kepada
pengaturan profesipegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur
sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman.Kedudukan atau status
jabatan PNS dalam system birokrasi selama ini dianggap belum sempurna untuk
menciptakan birokrasi yang professional. Untuk dapat membangun profesionalitas
birokrasi, maka konsep yang dibangun dalam UU ASN tersebut harus jelas.
Berikut beberapa konsep yang ada dalam UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara.
1) Berdasarkan jenisnya
Pegawai ASN terdiri atas:
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS)
b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat
sebagai Pegawai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki
jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional. Sedangkan PPPK
adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan
Instansi Pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka melaksanakan tugas
pemerintahan. Dengan kehadiran PPPK tersebut dalam manajemen ASN, menegaskan
bahwa tidak semua pegawai yang bekerja untuk pemerintah harus berstatus PNS, namun
dapat berstatus sebagai pegawai kontrak dengan jangka waktu tertentu. Hal ini bertujuan
untuk menciptakan budaya kerja baru menumbuhkan suasana kompetensi di kalangan
birokrasi yang berbasis pada kinerja.

2) Pegawai ASN berkedudukan sebagai aparatur negara yang menjalankan kebijakan


yang ditetapkan oleh pimpinan instansi pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan
intervensi semua golongan dan partai politik. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota
dan/atau pengurus partai politik. Selain untuk menjauhkan birokrasi dari pengaruh
partai politik, hal ini dimaksudkan untuk menjamin keutuhan, kekompakan dan
persatuan ASN, serta dapat memusatkan segala perhatian, pikiran, dan tenaga pada
tugas yang dibebankan kepadanya. Oleh karena itu dalam pembinaan karier pegawai
ASN, khususnya di daerah dilakukan oleh pejabat berwenang yaitu pejabat karier
tertinggi.
3) Kedudukan ASN berada di pusat, daerah, dan luar negeri. Namun demikian pegawai
ASN merupakan satu kesatuan. Kesatuan bagi ASN inisangat penting, mengingat
dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah, sering terjadi adanya isu putra
daerah yang hampir terjadi dimana-mana sehingga perkembangan birokrasi menjadi
stagnan di daerah-daerah. Kondisi tersebut merupakan ancaman bagi kesatuan bangsa.

A. Peran ASN
Untuk menjalankan kedudukannya tersebut, maka Pegawai ASN berfungsi
sebagai berikut:
1)Pelaksana kebijakan public
2)Pelayan public
3)Perekat dan pemersatu bangsaSelanjutnya Pegawai ASN bertugas:
1)Melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
2)Memberikan pelayanan public yang professional dan berkualitas,
3)Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik
IndonesiaSelanjutnya peran dari Pegawai ASN: perencana, pelaksana, dan pengawas
penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional melalui
pelaksanaan kebijakan dan pelayanan public yang professional, bebas dari intervensi
politik, sertabersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang
dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan kepentingan public dan
masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Harus
mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada kepentingan public.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk memberikan pelayanan public
yang professional dan berkualitas. Pelayanan publik merupakan kegiatan dalam
rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai peraturan perundang-undangan bagi
setiap warganegara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif
yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan public dengan tujuan kepuasan
pelanggan. Oleh karena itu ASN dituntut untuk professional dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk mempererat persatuan dan
kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. ASN senantiasa dan taat sepenuhnya
kepada Pancasila, UUD 1945, Negara dan Pemerintah.ASN senantiasa menjunjung
tinggi martabat ASN serta senantiasa mengutamakan kepentingan Negara daripada
kepentingan diri sendiri, seseorang dan golongan. Dalam UU ASN disebutkan bahwa
dalam penyelenggaraan dan kebijakan manajemen ASN, salah satu diantaranya asas
persatuan dan kesatuan. ASN harus senantiasa mengutamakan dan mementingkan
persatuan dan kesatuan bangsa (Kepentingan bangsa dan Negara di atas segalanya).

B. Hak dan Kewajiban ASN


Hak adalah suatu kewenangan atau kekuasaan yang diberikan oleh hukum,
suatu kepentingan yang dilindungi oleh hukum, baik pribadi maupun umum. Dapat
diartikan bahwa hak adalah sesuatu yang patut atau layak diterima. Agar dapat
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baikdapat meningkatkan
produktivitas, menjamin kesejahteraan ASNdan akuntabel, maka setiap ASN
diberikan hak.
Hak PNS dan PPPK yang diatur dalam UU ASN sebagai berikutPNS berhak
memperoleh:
1)gaji, tunjangan, dan fasilitas
2)cuti
3)jaminan pensiun dan jaminan hari tua
4)perlindungan
5)pengembangan kompetensi
Sedangkan PPPK berhak memperoleh:
1)gaji dan tunjangan
2)cuti
3)perlindungan
4)pengembangan kompetensi
Selain hak sebagaimana disebutkan di atas, berdasarkan pasal 70 UU ASN disebutkan
bahwa Setiap Pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan
kompetensi. Berdasarkan Pasal 92 UU ASN Pemerintah juga wajib memberikan
perlindungan berupa:
1)jaminan kesehatan
2)jaminan kecelakaan kerja
3)jaminan kematian
4)bantuan hokum
Sedangkan kewajiban adalah suatu beban atau tanggungan yang bersifat kontraktual.
Dengan kata lain kewajiban adalah sesuatu yang sepatutnya diberikan. Kewajiban pegawai
ASN yang disebutkan dalam UU ASN adalah:

setia dan taat pada Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan pemerintah yang sah

1) Menjaga persatuan dan kesatuan bangsa


2) Melaksanakan kebijakan yang dirumuskan pejabat pemerintah yang berwenang
3) Menaati ketentuan peraturan perundang-undangan
4) Melaksanakan tugas kedinasan dengan penuh pengabdian, kejujuran, kesadaran, dan
tanggung jawab
5) Menunjukkan integritas dan keteladanan dalam sikap, perilaku, ucapan dan tindakan
kepada setiap orang, baik di dalam maupun di luar kedinasan
6) Menyimpan rahasia jabatan dan hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
7) Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

2. Whole-of-Government (WoG)

WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan


upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup
koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan
interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan
urusan-urusan yang relevan. Dalam pengertian ini WoG dipandang menunjukkan atau
menjelaskan bagaimana instansi pelayanan publik bekerja lintas batas atau lintas sektor guna
mencapai tujuan bersama dan sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu
tertentu(LAN 2017).

a. Penerapan Whole of Government


Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan, baik dari sisi
penataan institusi formal maupun informal. Cara-cara ini pernah dipraktekkan oleh
beberapa negara, termasuk Indonesia dalam level-level tertentu.
1) Penguatan koordinasi antar lembaga. Penguatan koordinasi dapat dilakukan jika
jumlah lembaga-lembaga yang dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable.
Dalam prakteknya, span of control atau rentang kendali yang rasional akan sangat
terbatas. Salah satu alternatifnya adalah mengurangi jumlah lembaga yang ada sampai
mendekati jumlah yang ideal untuk sebuah koordinasi. Dengan jumlah lembaga yang
rasional, maka koordinasi dapat dilakukan lebih mudah.
2) Membentuk lembaga koordinasi khusus, pembentukan lembaga terpisah dan
permanen yang bertugas dalam mengkoordinasikan sektor atau kementrian adalah
salah satu cara melakukan WoG. Lembaga koordinasi ini biasanya diberikan status
lembaga setingkat lebih tinggi, atau setidaknya setara dengan kelembagaan yang
dikoordinasikan.
3) Membangun gugus tugas, gugus tugas merupakan bentuk pelembagaan koordinasi
yang dilakukan di luar struktur formal, yang setidaknya tidak permanen. Pembentukan
gugus tugas biasanya menjadi salah satu cara agar sumber daya yang terlibat dalam
koordinasi tersebut dicabut sementara dari lingkungan formalnya untuk
berkonsentrasi dalam proses koordnasi tadi.
4) Koalisi sosial, koalisi sosial merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi
antar sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus dalam
koordinasi.
b. Tantangan dalam praktek
Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran praktek sebagai
berikut:

1) Kapasitas SDM dan institusi


Kapasitas SDM dan institusi-institusi yang terlibat dalam WoG tidaklah sama.
Perbedaan kapasitas ini bisa menjadi kendala serius ketika pendekatan WoG,
misalnya mendorong terjadinya merger atau akuisisi kelembagaan, dimana terjadi
penggabungan SDM dengan kualifikasi yang berbeda.
2) Nilai dan budaya organisasi
Nilai dan budaya organisasi menjadi kendala ketika terjadi upaya kolaborasi
dengan kelembagaan.
3) Kepemimpinan
Kepemimpinan menjadi salah satu kunci penting dalam pelaksanaan
WoG.Kepemimpinan yang dibutuhkan adalah kepemimpinan yang mampu
mengakomodasi perubahan nilai dan budayA organisasi serta meramu SDM yang
tersedia guna mencapai tujuan yang diharapkan.
c. Praktek Whole of Government (WoG)
Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan seluruh
sektor yang terkait dengan pelayanan publik.Jenis pelayanan publik yang dikenalI dapat
didekati oleh pendekatan WoG sebagai berikut:
1) Pelayanan yang bersifat administratif, yaitu pelayanan publik yang menghasilkan
berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga masyarakat. Dokumen yang
dihasilkan bisa meliputi KTP, status kewarganegaraan, status usaha, surat
kepemilikan, atau penguasaan atas barang, termasuk dokumen-dokumen resmi
seperti SIUP, izin trayek, izin usaha, akta, sertifikat tanah dan lain-lain
2) Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang
dibutuhkan warga masyarakat, seperti pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan,
perhubungan dan lainnya.
3) Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan
warga masyarakat, seperti jalan, jembatan, perumahan, jaringan telepon, listrik, air
bersih, dan lain-lain
4) Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan
perundang-undangan, maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi
kehidupan masyarakat. Adapun berdasarkan pola pelayanan publik, juga dapat
dibedakan dalam lima macam pola pelayanan sebagai berikut:
Pola pelayanan teknis fungsional, yaitu suatu pola pelayanan publik yang diberikan
oleh suatu instansi pemerintah sesuai dengan bidang tugas, fungsi dan kewenangannya.
Pelayanan merupakan pelayanan sektoral, yang bisa jadi sifatnya hanya relevan dengan
sektor itu, atau menyangkut pelayanan di sektor lain. WoG dapat dilakukan manakala pola
pelayanan publik ini mempunyai karakter yang sama atau memiliki keterkaitan antar satu
sektor dengan yang lainnya.
Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan yang dilakukan secara terpadu pada
suatu instansi pemerintah yang bersangkutan sesuai kewenangan masing-masing.Pola ini
memudahkanmasyarakat pengguna izin untuk mengurus permohonan izinnya, walaupun
belum mengurangi jumlah rantai birokrasi izinnya.
Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan yang dilakukan secara tunggal oleh
suatu unit kerja pemerintah berdasarkan pelimpahan wewenang dari unit kerja pemerintah
terkait lainnya yang bersangkutan.Ini adalah salah satu bentuk kelembagaan WoG yang lebih
utuh, dimana pelayanan publik disatukan dalam satu unit pelayanan saja, dan rantai izin
sudah dipangkas menjadi satu saja.
Pola pelayanan terpusat, yaitu pola pelayanan yang dilakukan oleh suatu instansi
pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah
lainnya yang terkait dengan bidang pelayanan masyarakat yang bersangkutan
Pola pelayanan elektronik, yaitu pola pelayanan elektronik yang dilakukan
menggunakan teknologi infromasi dan komunikasi yang merupakan otomasi dan otomatisasi
pemberian layanan yang bersifat elektronik atau daring (online) sehingga dapat
menyesuaikan diri dengan keinginan dan kapasitas masyarakat pengguna.

d. Nilai-nilai dasar Whole of Government


Praktek WoG dalam pelayanan publik dilakukan dengan menyatukan seluruh sektor
yang terkait dengan pelayanan publik berdasarkan nilai-nilai dasar berikut ini.
1) Koordinasi
Kompleksitas lembaga membutuhkan koordinasi yang efektif dan efisien antar
lembaga dalam menjalankan kegiatan kelembagaan
2) Integrasi
Integrasi dilakukan dengan pembauran sebuah sistem antar lembaga sehingga menjadi
kesatuan yang utuh.

3) Singkronisasi
Singkronisasi merupakan penyelarasan semua kegiatan/data yang berasal dari
berbagai sumber, dengan menyingkronkan seluruh sumber tersebut.
4) Simplifikasi
Simplikasi merupakan penyederhanaan segala sesuatu baik terkait data/proses disuatu
lembaga untuk mengefisienkan waktu, tenaga dan biaya.

3. Pelayanan Publik
Sebagai Aparatur pemerintahan, ASN mempunyai salah satu peran yang penting
dalam tugas dan fungsinya sebagai Aparatur Sipil Negara dalam penyelenggaraan tugas
pemerintahan dan pembangunan nasional melalui pelaksanaan pelayanan publik kepada
masyarakat.Aparatur Sipil Negara melakukan perannya sebagai aparatur pemerintah dengan
memberi pelayanan publik.
Adapun menurut Keputusan MENPAN Nomor 63 tahun 2003, mengenai pelayanan
adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima
pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. Penyelenggara pelayanan publik adalah Instansi Pemerintah
c. Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi satuan kerja satuanorganisasi
Kementrian, Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, dan
instansi Pemerintah lainnya, baik Pusat maupun Daerah termasuk Badan Usaha Milik
Negara, Badan Hukum Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah.
d. Unit Penyelenggara pelayanan publik adalah unit kerja pada instansi Pemerintah yang
secara langsung memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan publik.
e. Pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah yang
melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-
undangan
f. Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan badan
hukum yang menerima pelayanan dari instansi pemerintah Pelayanan merupakan suatu
proses. Proses tersebut menghasilkan suatu produk yang berupa pelayanan, kemudian
diberikan kepada pelanggan.
Aparatur Sipil Negara merupakan penyelenggara pelayanan publik dituntut untuk
memberikan kinerja dengan produktivitas yang baik dalam memberikan pelayanan,
memberikan kualitas pelayanan yang baik dan prima, dimana Aparatur Sipil Negara
responsive serta responsibel dalam melakasanakan dan memberikan pelayanan publik kepada
masyarakat dan bertanggung jawab atau ada pertanggung jawaban (akuntabel) terhadap tugas
dan fungsinya serta hasil pencapaian yang telah dilaksanakannya.
Prinsip-prinsip Pelayanan Publik Penyelengaraan pelayanan publik juga harus
memenuhi beberapa prinsip pelayanan sebagaimana yang disebutkan dalam Keputusan
Menteri Pendayagunaan Negara Nomor 63 Tahun 2003 adalah sebagai berikut :
1. Kesederhanaan
2. Kejelasan
3. Kepastian waktu
4. Akurasi
5. Keamanan
6. Tanggung jawab
7. Kelengkapan sarana dan prasarana
8. Kemudahan akses
9. Kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan
10. Kenyamanan

Anda mungkin juga menyukai