Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS DOKTER

INTERNSHIP

DENGUE HAEMORRAGIC FEVER

Disusun oleh :
Nama : dr. M. Alfi Syahrian Ridho
Periode : 15 Februari 2023 – 16 Agustus 2023

Dokter Pembimbing :
dr. Dewi Hartaty Saragih, M.Sc, Sp.A

Dokter Pendamping:
dr. Hj. Elly Surmaita, MKT

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR H KUMPULAN PANE


KOTA TEBING TINGGI
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Laporan Kasus : Dengue Haemoragic Fever

Nama Dokter Intership : M. Alfi Syahrian Ridho

Telah dipresentasikan pada hari; Kamis, 03 Agustus 2023

PENDAMPING PEMBIMBING

Dr. Hj. Elly Surmaita, MKT dr. Dewi Hartaty Saragih, M.Sc, Sp.A

I
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis bias menyelesaikan penulisan Lapkas dengan judul, “Dengue Hemorrhagic
Fever”.

Salawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan dan suritauladan
kita Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya.

Pada penulisan Lapkas ini penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada


pembimbing dr. Dewi Hartaty Saragih, M.Sc, Sp.A karena telah membimbing memberi saran
dan kritik sehingga tugas Laporan Kasus ini bias selesai. Serta penulis juga berterimakasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam pembuatan tugas ini.

Penulis mohon maaf atas segala kekurangan dalam penulisan ini, kritik dan saran sangat
penulis harapkan dari pembaca, untuk perbaikan, pembelajaran dan kesempurnaan penulisan ini,
semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

Tebing Tinggi, juli 2023

Penulis

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................................... I


DAFTAR ISI................................................................................................................................ III
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................. 3
2.1 Definisi ............................................................................................................................. 3
2.2 Epidemiologi ................................................................................................................... 4
2.3 Etiologi............................................................................................................................. 5
2.4 Manifestasi Klinis ........................................................................................................... 6
2.5 Patogenesis ................................................................................................................................... 8
2.6 Fase Infeksi Dengue s ..................................................................................................... 6
2.7 Diagnosis ......................................................................................................................... 8
2.8 Diagnosis Banding ........................................................................................................ 11
2.9 Tatalaksana ................................................................................................................... 12
2.10 Komplikasi .................................................................................................................... 16
2.11 Prognosis ....................................................................................................................... 17
BAB III LAPORAN KAUS ...................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 25

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti.
Infeksi virus dengue pada manusia mengakibatkan munculnya berbagai spektrum
gejala klinis yang beragam dari yang paling ringan (mild undifferentiated febrile
illness), demam dengue, demam berdarah dengue (DBD) hingga demam berdarah
dengue disertai syok (dengue shock syndrome/DSS).Beragamnya manifestasi klinis
yang muncul ini merupakan sebuah fenomena gunung es dengan puncak kasus berupa
DBD dan DSS, sedangkan kasus dengue ringan (silent dengue infection dan demam
dengue) merupakan dasarnya.
Demam berdarah sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah pasiennya serta semakin
luas penyebarannya. Penyakit DBD ini ditemukan hampir di seluruh belahan dunia
terutama di negara–negara tropik dan subtropik, baik sebagai penyakit endemik maupun
epidemik. Hasil studi epidemiologik menunjukkan bahwa DBD menyerang kelompok
umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun. Kejadian Luar Biasa (KLB) dengue
biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan dengan datangnya musim hujan,
sehingga terjadi peningkatan aktifitas vektor dengue pada musim hujan yang dapat
menyebabkan terjadinya penularan penyakit DBD pada manusia melalui vector Aedes.
Sehubungan dengan morbiditas dan mortalitasnya, DBD disebut the most mosquito
transmitted disease.1
Infeksi virus dengue dengan spektrum klinis yang beragam memerlukan penanganan
dan pemahaman yang tepat pada setiap fasenya. Pengetahuan mengenai tanda awal dan
tanda bahaya sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya komplikasi pada DBD.
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi berkaitan dengan demam berdarah dengue yaitu
ensefalopati, kelainan ginjal, edema paru, syok hipoglikemi atau hiperglikemi. Penangana

1
dan pemanatauan yang tepat pada masing-masing fase DBD harus dilakukan untuk
mencapai outcome yang baik.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah:
1. Dapat mengerti dan memahami tentang Dengue Hemoragic Fever.
2. Dapat menerapkan teori terhadap pasien dengan Dengue Hemoragic Fever.
3. Sebagai persyaratan dalam memenuhi Program Internship Dokter Indonesia di RSUD H.
Kumpulan Pane Tebing Tinggi.

1.3 Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat terhadap penulis
dan pembaca terutama yang terlibat dalam bidang medis dan juga memberikan
wawasan kepada masyarakat umum agar lebih mengetahui dan memahami tentang
Dengue Hemoragic Fever.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan infeksi virus dengue yang ditularkan
melalui vektor yaitu gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Penyakit ini sering menyerang anak,
remaja, dan dewasa yang ditandai dengan bebrbagai manifestasi seperti demam,
perdarahan, hingga syok. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) dikenal juga sebagai Demam
Berdarah Dengue (DBD). Infeksi Dengue adalah contoh dari penyakit yang disebarkan
oleh vektor. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui populasi manusia
yaitu oleh nyamuk Aedes Aegypti.1

DBD dibedakan dari DD berdasarkan adanya peningkatan permeabilitas vaskuler dan


bukan dari adanya perdarahan. Pasien dengan demam dengue (DD) dapat mengalami
perdarahan berat walaupun tidak memenuhi kriteria WHO untuk DBD. 1 Pada DBD terjadi
perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom syok dengue (SSD) adalah demam berdarah
dengue yang ditandai oleh renjatan/syok.

Derajat Klinis Hasil Laboratorium

I Uji Tourniquet Positif Trombositopenia <100.000 cells/mm


Kenaikan hematokrit ≥20%

II Derajat I + Perdarahan spontan Trombositopenia <100.000 cells/mm


Kenaikan hematokrit ≥20%

III Derajat I atau derajat II + keggalan sirkulasi (pulsasi Trombositopenia <100.000 cells/mm
buruk, gelisah, perbedaan sistol dan diastol < 20 mmHg)
Kenaikan hematokrit ≥20%

IV Syok hebat dengan teknan darah dan nadi yang tidak Trombositopenia <100.000 cells/mm
terdeteksi Kenaikan hematokrit ≥20%

Diagnosis infeksi dengue : Gejala Klinis + trombositopenia + hemokonsentrasi dikonfirmasi dengan deteksi
antigen virus dengan NS – 1 atau dengan serologi anti dengue positif (IgM antti dengue atau IgG/IgM anti
dengue positif)

3
2.2 Epidemiologi
DBD merupakan masalah kesehatan masyarakat seluruh dunia terutama daerah
dataran rendah dan endemik seperti Amerika, Asia Tenggara, Pasifik Barat, Afrika dan
Mediterania Timur. Diperkirakan 50-100 juta kasus DBD terjadi tiap tahun di seluruh
dunia dengan perkiraan terdapat 390 juta infeksi baru per tahun dengan simtomatik 96 juta
kasus dan asimtomatik 294 juta kasus. WHO memperkirakan bahwa kenaikan suhu global
1°C – 3,5°C dapat meningkatkan penularan DBD karena dapat memperpendek masa
inkubasi ekstrinsik virus didalam tubuh nyamuk sehingga dapat menambah 20.000 –
30.000 kasus tiap tahunnya.3

Indonesia Sebagai negara yang berada di area endemis dengue, Demam Berdarah
Dengue (DBD) menjadi salah satu penyakit yang banyak dialami masyarakat Indonesia.
Penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus ini menyerang
manusia di berbagai rentang umur.

Selama periode tahun 2013-2022, jumlah kasus DBD tiap tahunnya berkisar antara
65-200 ribuan kasus. Ditahun 2013, data penyakit DBD mencapai 112.511 kasus,
sedangkan 2014 jumlah kasusnya menurun hanya berkisar 100.347 kasus, dan di tahun
2015 berdasarkan data yang ada terdapat sebanyak 129.500 kasus.

Namun pada tahun 2016, terjadi lonjakan kasus DBD yang cukup tinggi hingga
204.171 kasus. Jumlah kasus ini merupakan angka tertinggi kasus DBD dalam kurun 10
tahun terakhir. Meski capai angka 200 ribuan kasus pada 2016, di tahun berikutnya 2017
dan 2018 jumlah kasus hanya 68.407 dan 65.602 saja.

Kasus DBD melonjak lagi pada 2019 capai angka 138.127 kasus yang kemudian
berkurang pada 2020 hanya 108.303. Bahkan, pada tahun berikutnya yakni 2021 terjadi
penurunan kasus hingga 32,12% menjadi 73.518 saja.

Meski alami penurunan di tahun sebelumnya, berdasarkan data Kementerian


Kesehatan pada tahun 2022 jumlah kasus DBD kembali naik di angka 131.265 kasus
dengan angka kematian sebanyak 1.135 orang.

4
2.3 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam group B arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai
genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm
terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x10.3,5

Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya
dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype.
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Infeksi dengan
salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungnan terhadap serotipe yang lain. Seseorang yang
tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat jenis serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia.6

Virus Dengue dapat ditularkan olehNyamuk Aedes aegypti dan nyamuk


Aedesalbopictus. Nyamuk Aedes aegyptimerupakan nyamuk yang paling sering
ditemukan.Nyamuk Aedes aegypti hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang
biak di dalam rumah, yaitu tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air
sekitar rumah. Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik – bintik putih, biasanya
menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari. Jarak terbang nyamuk ini 100
meter. Sedangkan nyamuk Aedes albopictusmemiliki tempat habitat di tempat air jernih.
Biasanya nyamuk ini berada di sekitar rumah dan pohon – pohon, tempat menampung air
hujan yang bersih, seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas. Nyamuk ini menggigit
pada siang hari dan memiliki jarak terbang 50 meter.

5
2.4 Patogenesis
Neutralising antibodies dan kekebalan seluler memegang peran penting dalam
etiopatogenesis DBD. Ketika nyamuk aedes aegypti yang membawa virus dengue
menggigit manusia maka virus langsung masuk kedalam aliran darah dan langsung
direspon oleh limfosit T dengue. Respon awal dikendalikan oleh sel NK dan sistem imun
humoral untuk mengenali protein NS1 yang dibawa oleh virus dengue. Ketika pertahanan
awal tidak mampu mengenali maka respon selanjutnya dikendalikan oleh limfosit T, CD4+
dan CD8+. Ketika patogen yang masuk belum mampu dikenali oleh tubuh maka terjadi
mekanisme antibodi yang berbeda sehingga terjadi peningkatan replikasi dari patogen yang
mengarah ke aktivasi sitokin berlebih dan berdampak pada peningkatan permeabilitas
vaskular sehingga memicu kebocoran plasma (plasma leakage).5

Infeksi oleh satu diantara serotipe virus dengue hanya menimbulkan kekebalan
terhadap serotipe itu saja dan tidak memberikan perlindungan silang terhadap serotipe lain.
Infeksi selanjutnya yang terjadi dengan serotipe yang berbeda akan membentuk antibodi
baru sesuai serotipe. Antibodi yang sudah terbentuk dari serotipe lain hanya memfasilitasi
dan membantu kerja fagosit untuk menekan replikasi virus.5

2.5 Manifestasi Klini

2.5.1. Undifferentiated Fever (viral syndrome)


Infeksi primer dari virus dengue yang menginvasi bayi, anak dan orang
dewasa dapat berkembang menjadi demam sederhana yang tidak bisa dibedakan

6
dari demam yang disebabkan oleh infeksi virus lainnya. Ruam makulopapular
dapat timbul bersamaan dengan demam serta infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA) dan ganguan gastrointestinal (GI).1
2.5.2. Dengue Fever (DF)\
Demam bifasik dengan suhu 39°C - 40°C pada DF terjadi akut berlangsung
5-7 hari, kadang diikuti malaise, sakit kepala bagian frontal yang sangat hebat,
nyeri retro-orbital, mialgia, atralgia, ruam, leukopenia dan trombositopenia. Pada
orang dewasa dapat terjadi perdarahan yang tidak biasa seperti perdarahan GI,
hipermenore dan epistaksis masif. Pasien juga mengeluh anoreksia dan mual.
Gejala akut biasa berlangsung sekitar 1 minggu, tetapi mialgia, malaise dan
anoreksia dapat bertahan selama beberapa minggu.1,6
2.5.3. Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) (with plasma leakage)
Kejadian DBD dikabarkan berhubungan erat dengan infeksi virus dengue
berulang. Ditandai dengan onset akut demam tinggi dengan tanda dan gejala mirip
dengan DF pada fase awal demam. Demam mulai mereda setelah 3-7 hari
timbulnya gejala. Terdapat perdarahan umum seperti tes tourniquet positif,
petekie, mudah memar dan / perdarahan GI. Pada akhir fase demam cenderung
terjadi syok hipovolemik karena kebocoran plasma. Kadang terdapat perubahan
status mental, seperti iritabilitas, kebingungan atau obtundation. Perhatikan tanda
awal shock pada pasien, termasuk gelisah, kulit dingin dan lembab, nadi melemah
dan TD sistolik menurun.6
Menurut WHO, DBD ditegakkan dengan:
1. Demam atau riwayat demam yang berlangung 2-7 hari
2. Terdapat manifestasi hemoragik
3. Trombositopenia <100.000/mm3
4. Terdapat bukti peningkatan permeabilitas vaskular
Adanya tanda-tanda warning signs seperti muntah terus menerus, nyeri
abdomen, letargi atau gelisah atau oliguria adalah hal penting untuk mencegah
shock. Hemostasis yang abnormal dan plasma leakage merupakan patofisiologi
utama dari DHF. Trombositopenia dan peningkatan hematokrit merupakan
temuan pasti sebelum kejadian demam atau onset shock. DBD paling sering

7
terjadi pada anak dengan infeksi dengue sekunder atau bisa saja terjadi pada
infeksi primer dari serotipe 1 dan 3 serta pada bayi.1,6
2.5.4. Dengue Shock Syndrome (DSS)
DSS didefinisikan sebagai keadaan yang memiliki 4 kriteria DHF dan
kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan:
1. Rapid, kelemahan pulsasi dan pulsasi ≤20 mmHG; atau
2. 2. Hipotensi, kelemahan dan kedinginan serta kulit yang basah.
Pasien dengan infeksi dengue akan cepat menjadi DSS apabila tidak diterapi
dengan baik bahkan komplikasi terburuk bisa menyebabkan kematian.1,6
2.5.5. Expanded Dengue Syndrom
Manifestasi yang tidak biasa terjadi pada pasien diikuti keterlibatan organ
yang parah seperti hati, ginjal, otak atau jantung. Kejadian ini dilaporkan pada
pasien DBD yang tidak memiliki tanda kebocoran plasma. Hal ini disebabkan
karena shock berkepanjangan dengan atau tanpa kegagalan organ.1
2.6 Fase Infeksi Dengue
Terdapat tiga fase dalam perjalanan penyakit, meliputi fase demam, kritis, dan masa
penyembuhan (convalescence, recovery) dengan manifestasi klinis yang berbeda.9

8
2.6.1 Fase Demam
Anamnesis
Demam tinggi, 2-7 hari, dapat mencapai 40°C, serta terjadi kejang demam.
Dijumpai facialflush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok
dengan faring hiperemis,nyeri di bawah lengkung iga kanan, dan nyeri perut.9
Pemeriksaan fisik
1. Manifestasi perdarahan
 Uji bendung positif (≥10 petekie/inch2) merupakan manifestasi perdarahan
yang paling banyak pada fase demam awal
 Mudah lebam dan berdarah pada daerah tusukan untuk jalur vena.
 Petekie pada ekstremitas, ketiak, muka, palatum lunak.
 Epistaksis, perdarahan gusi
 Perdarahan saluran cerna
 Hematuria (jarang)
 Menorrhagia
2. Hepatomegali teraba 2-4 cm di bawah arcus costae kanan dan kelainan fungsi hati
(transaminase) lebih sering ditemukan pada DBD.
Berbeda dengan DD, pada DBD terdapat hemostasis yang tidak normal,
perembesan plasma (khususnya pada rongga pleura dan rongga peritoneal),
hipovolemia, dan syok, karena terjadi peningkatan permeabilitas kapiler. Perembesan
plasma yang mengakibatkan ekstravasasi cairan ke dalam rongga pleura dan rongga
peritoneal terjadi selama 24-48 jam.9
2.6.2 Fase Kritis
Fase kritis terjadi pada saat perembesan plasma yang berawal pada masa
transisi dari saat demam ke bebas demam (disebut fase time of fever defervescence)
ditandai dengan, Peningkatan hematokrit 10%-20% di atas nilai dasar :
 Tanda perembesan plasma seperti efusi pleura dan asites, edema pada dinding
kandung empedu. Foto dada (dengan posisi right lateral decubitus = RLD) dan
ultrasonografi dapat mendeteksi perembesan plasma tersebut.
 Terjadi penurunan kadar albumin >0.5g/dL dari nilai dasar / <3.5 g% yang
merupakan bukti tidak langsung dari tanda perembesan plasma

9
 Tanda-tanda syok: anak gelisah sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis,
nafas cepat, nadi teraba lembut sampai tidak teraba. Hipotensi, tekanan nadi ≤20
mmHg, dengan peningkatan tekanan diastolik. Akral dingin, capillary refill time
memanjang (>3 detik). Diuresis menurun (< 1ml/kg berat badan/jam), sampai
anuria.
 Komplikasi berupa asidosis metabolik, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit,
kegagalan multipel organ, dan perdarahan hebat apabila syok tidak dapat segera
diatasi.9
2.6.3 Fase penyembuhan (convalescence, recovery)
Fase penyembuhan ditandai dengan diuresis membaik dan nafsu makan
kembali merupakan indikasi untuk menghentikan cairan pengganti. Gejala umum
dapat ditemukan sinus bradikardia/ aritmia dan karakteristik confluent petechial rash
seperti pada DD.
Manifestasi berat yang tidak umum terjadi meliputi organ seperti hati, ginjal,
otak,dan jantung. Kelainan organ tersebut berkaitan dengan infeksi penyerta,
komorbiditas, atau komplikasi dari syok yang berkepanjangan.9

2.7 Diagnosis
Diagnosis DBD/DSS ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis klinis dan laboratorium.
1. Manifestasi Klinis
 Demam: tinggi dan berlanjut dengan onset akut selama 2-7 hari pada rata-rata kasus
 Manifestasi hemoragik: uji tourniquet positif, petekie, purpura, ekimosis, epistaksis,
gusi berdarah dan hematemesis/ melena
 Hepatomegali terjadi pada 90% - 98% anak
 Syok: takikardi, kelemahan pulsasi atau hipotensi serta pasien merasa dingin, kulit
basah dengan atau tanpa letargi
2. Laboratorium
 Trombositopenia ≤ 100.000 cells/mm3
 Kenaikan hematokrit ≥ 20%

10
Dua kriteria klinis pertama, ditambah trombositopenia dan peningkatan hematokrit
cukup untuk menegakkan diagnosis klinis DBD. Adanya efusi pleura atau
hipoalbuminemia merupakan bukti paling objektif dari kebocoran plasma.

Kriteria diagnosis laboratoris

Probable dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat hasil pemeriksaan serologi anti
dengue tunggal dan/atau penderita pernah berkunjung atau tinggal di daerah endemis DBD
dalam kurun waktu masa inkubasi.

Confirmed dengue, apabila diagnosis klinis diperkuat dengan deteksi genome virus
Dengue dengan pemeriksaan RT-PCR, antigen Dengue pada pemeriksaan NS1, atau
apabila didapatkan serokonversi pemeriksaan IgG dan IgM (dari negatif menjadi positif)
pada pemeriksaan serologi berpasangan.

2.8 Diagnosis Banding


Pada awal perjalanan penyakit, diagnosa banding mencakup infeksi bakteri, virus,
atau infeksi parasit seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam
chikungunya, leptospirosis, dam malaria. Adanya trombositopenia yang jelas disertai
hemokonsentrasi dapat membedakan antara DBD dengan penyakit lain.
Demam berdarah dengue harus dibedakan dengan demam chikungunya (DC). Pada
DC biasanya seluruh anggota keluarga dapat terserang dan penularannya mirip dengan
influenza. Bila dibandingkan dengan DBD, DC memperlihatkan serangan demam
mendadak, masa demam lebih pendek, suhu lebih tinggi, hampir selalu disertai ruam
makulopapular, injeksi konjungtiva, dan lebih sering dijumpai nyeri sendi. Proporsi uji
tourniquet positif, petekie dan epistaksis hampir sama dengan DBD. Pada DC tidak
ditemukan perdarahan gastrointestinal dan syok.
Perdarahan seperti petekie dan ekimosis ditemukan pada beberapa penyakit infeksi,
misalnya sepsis, meningitis meningokokus. Pada sepsis, sejak semula pasien tampak sakit
berat, demam naik turun, dan ditemukan tanda-tanda infeksi. Di samping itu jelas terdapat
leukositosis disertai dominasi sel polimorfonuklear (pergeseran ke kiri pada hitung jenis).
Pemeriksaan LED dapat dipergunakan untuk membedakan infeksi bakteri dengan virus.

11
Pada meningitis meningokokus jelas terdapat gejala rangsangan meningeal dan kelainan
pada pemeriksaan cairan serebrospinalis.
Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP) sulit dibedakan dengan DBD derajat II,
oleh karena didapatkan demam disertai perdarahan di bawah kulit. Pada hari-hari pertama,
diagnosis ITP sulit dibedakan dengan penyakit DBD, tetapi pada ITP demam cepat
menghilang (pada ITP bisa tidak disertai demam), tidak dijumpai leukopeni, tidak dijumpai
hemokonsentrasi, tidak dijumpai pergeseran ke kanan pada hitung jenis. Pada fase
penyembuhan DBD jumlah trombosit lebih cepat kembali normal daripada ITP.
Perdarahan dapat juga terjadi pada leukimia atau anemia aplastik. Pada leukemia
demam tidak teratur, kelenjar limfe dapat teraba dan pasien sangat anemis. Pemeriksaan
darah tepi dan sumsum tulang akan memperjelas diagnosis leukimia. pada pemeriksaan
darah ditemukan pansitopenia (leukosit, hemoglobin dan trombosit menurun). Pada pasien
dengan perdarahan hebat, pemeriksaan foto toraks dan atau kadar protein dapat membantu
menegakkan diagnosis. Pada DBD ditemukan efusi pleura dan hipoproteinemia sebagai
tanda perembesan plasma.

2.9 Tatalaksana
Pada pasien infeksi virus dengue yang berobat ke sarana kesehatan dapat
bermanifestasi sebagai demam dengue, demam berdarah dengue , demam berdarah dengue
dengan syok atau expanded dengue syndrome. Oleh sebab itu tenaga kesehatan harus bisa
menentukan pasien mana yang bisa diberikan tatalaksana rawat jalan dan mana yang harus
di rawar inap. Pada umumnya pasien yang didiagnosis dengan demam dengue dapt
diperlakukan sebagai rawat jalan, kecuali bila ada komorbiditas seperti thalassemia,
sindrom nefrotik, hipertensi, HIV-AIDS atau tisiko tingga seperi asma bronkial dan
obesitas. Demikian juga dengan pasien demam dengue yang mengalami muntah persisten
atau tidak mampu makan.
Tata Laksana rawat jalan demam dengue
Pasien DD tanpa komorbid atau indikasi sosial dapat dirawat jalan. Pasien diberi
pengobatan simptomatik untuk demam berupa paracetamol 10-15 mg/kgBB/dosis yang
dapat diulang 4-6 jam bila demam. Hindari pemberian asetosal dan NSAID seperti
ibuprofen karena dapat menyebabkan perdarahan. Anak dianjurkan minum cairan yang

12
mengandung cukup elektrolit seperti jus buah, oralit, atau air tajin. Pasien dapat berobat
kontrol ulang tiap hari mengingat tanda dan gejala DBD fase awal menyerupai DD.

Tata Laksana rawat inap demam berdarah dengue


Tatalaksana yang tepat dan segera akan mengurangi morbiditas dan mortalitas DBD.
Terapi yang berlebihan seperti kelebihan cairan (fluid overload) akan memperberat sakit.
Perembesan plasma pada pasien DBD dapat menyebabkan terjadinya syok hipovolemik
yang terutama terjadi saat suhu tubuh turun. Pemeriksaan hematokrit merupakan indikator
yang sensitif untuk mrndeteksi derajat perembesan plasma.
1. Penggatian cairan
Cairan kristaloid merupakan cairan pilihan untuk pasien DBD. Tidak dianjurkan
pemberian cairan hipotonik seperti NaCl 0,45%, kecuali bagi pasien usia <6 bulan. Cairan
koloid hiperonkotik (osmolaritas > 300 mOsm/L) seperti dextran 40 atau HES walaupun
bertahan dalam ruang intravaskular namun memiliki efek samping seperti alergi,
mengganggu fungsi koagulasi, dan berpotensi mengganggu ginjal.
2. Indikasi pemberian cairan intravena
 Trombositopenia <100.000/mm3
 Pasien tidak dapat asupan yang adekuat untuk cairan per oral atau muntah

13
 Hematokrit meningkat 10%-20% meskipun dengan rehidrasi oral
 Ancaman syok atau dalam keadaan syok
3. Prinsip umum terapi cairan pada DBD:
 Kristaloid isotonik harus digunakan selama masa kritis.
 Cairan koloid digunakan pada pasien dengan perembesan plasma hebat, dan tidak
ada respon pada minimal volume cairan kristaloid yang diberikan.
 Volume cairan rumatan + defisit 5 – 8% harus diberikan untuk menjaga volume dan
cairan intravaskular yang adekuat.
 Pada pasien dengan obesitas, digunakan berat badan ideal sebagai acuanuntuk
menghitung volume cairan. Pasien dengan berat badan lebih dari 40kg, diberikan
cairan intravena yang setara dengan 2 kali jumlah cairanrumatan
4. Jumlah cairan
Volume cairan yang diberikan diseusaikan dengan berat badan, kondisi klinis dan
temuan laboratorium. Pada DBD terjadi hemokonsentrasi akibat kebocoran plasma >20%,
oleh karena itu jumlah cairan yang diberikan diperkirakan sebesar kebutuhan rumatan
ditambah dengan perkiraan defisit cairan 5%. Pemberian cairan dihentikan bila keadaan
umum stabil dan melewati fase kritis, pada umumnya pemberian cairan dihentikan bila
keadaan umum stabil dan telah melewati fase kritis. Pada umumnya pemberian cairan
dihentikan setelah 24-48 jam keadaan umum anak stabil.
5. Antipiretik
Parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali diberikan apabila suhu >38 C dengan interval 4-6
jam, hindari pemberian aspirin/NSAID/ibuprofen. Berikan kompres hangat
6. Nutrisi
Apabila pasien masih bisa minum dianjurkan minum yang cukup terutama minum
cairan yang mengandung elektrolit

14
Tata laksana sindrom syok dengue
Syok pada infeksi dengue merupakan syok hipovolemik akibat terjadi perembesan
plasma,fase awal berupa syok terkompensasi dan fase selanjtunya adalah fase
dekompensasi. Diagnosis dini syok terkompensasi diesertai dengan pengobatan yang cepat
dan tepat prognosis yang lebih baik disbanding syok dekompensasi. Prinsip utama tata
laksana SSD adalah pemberian cairan yang cepat dengan jumlah yang adekuat.

15
 Berikan terapi oksigen 2-4 L/menit
 Berikan resusitasi cairan dengan kristaloid isotonic IV dengan jumlah cairan 10-20
ml/kgBB dalam waktu 1 jam. Periksa hematocrit.
 Bila syok teratasi, berikan cairan dengan dosis 10 mL/kgBB/jam selama 1-2 jam
 Kurangi cairan secara bertahap menjadi 7,5 – 5 – 3 – 1,5 ml/kgBB/jam. Cairan IV 24-48
jam pasca resusitasi tidak diperlukan
 Bila syok teratasi, periksa analisis gas darah, hematocrit, kalsium, dan gula darah untuk
menilai kemungkinan adanya A-B-C-S (A= asidosis, B= bleeding/perdarahan, C=
calcium, S=sugar) yang memberberat syok hipovolemik.

2.10 Komplikasi

Komplikasi biasa terjadi ketika pasien mengalami syok berat/ berkepanjangan yang
menyebabkan asidosis metabolik dan perdarahan hebat akibat DIC serta kegagalan multi
organ seperti disfungsi hati dan ginjal. Cairan yang berlebih ketika rehidrasi akan
menyebabkan efusi masih yang berdampak pada gangguan pernafasan, seperti kongesti
paru akut dan/ atau gagal jantung. Pemberian cairan setelah terdapat tanda kebocoran
plasma akan menyebabkan edema paru akut atau gagal jantung. Syok berkepanjangan dan
terapi cairan yang tidak sesuai juga dapat mengganggu metabolisme/ elektrolit. Kelainan
yang sering dijumpai seperti hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia dan kadang
hiperglikemia. Ganggaun seperti ini juga dapat menyebabkan ensefalopati.3

16
2.11 Prognosis
Prognosis tergantung pada pengenalan, pengobatan tepat segera dan pemantauan
ketat syok. Tanda prognosis baik adalah membaiknya takikardi, takipneu, dan kesadaran,
munculnya diuresis dan kembalinya nafsu makan.12
Demam berdarah dengue mempunyai kemungkinan 5% menyebabkan kematian,
tetapi bila berkembang menjadi sindrom syok dengue akan meningkatkan kematian hingga
40%. Prognosis buruk pada koagulasi intravaskular diseminata dan sindrom syok dengue
dengan renjatan berulang atau berkepanjangan.12

17
BAB III

LAPORAN KASUS

1.1 ANAMNESA PASIEN


Nama : An. SR
Umur : 16 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : jl. Bukut Selamat Lk 1
Pekerjaaan : Pelajar
No. MR : 146919

1.2 RIWAYAT KELAHIRAN


Jenis persalinan : Persalinan Normal
Tgl Lahir : 17 oktober 2006
Tenaga Penolong : Bidan
Usia Kehamilan : 38 mimggu
BB lahir : 2,8 kg
PB lahir : pasien dan ibu pasien tidak ingat
Keadaan Saat Lahir : segera menangis

1.3 PERKEMBANGAN FISIK


Keadaan Saat Lahir : menangis kuat dan spontan
1 bulan : menghisap kuat, bergerak aktif, menggerakkan kepala
2-4 bulan : mengangkat kepala, mengoceh, melihat ke arah bunyi
4-6 bln : Tengkurap dan merangkak
6-12 bln : duduk
1-2 thn : berjalan
8-13 tahun : payudara mulai tumbuh membesar, tinggi bertabah cepat, tumbuh
bulu-bulu halus
14 tahun : menstruasi pertama
16 thn : tinggi badan dewasa tercapai

18
1.4 ANAMNESIS MAKANAN
0-6 bulan : Asi Ekslusif
6-12 bln : Asi + bubur Tim + Nasi Tim
12-15 bln : Asi + bubur kasar
2 thn-16 thn : makanan biasa

1.5 RIWAYAT IMUNISASI


1. Riwayat Imunisasi :
Berapa kali Umur
1. B.C.G. 1x saat lahir skar (+)
2. Difteri 3x 2,3,4 bulan
3. Tetanus 3x 2,3,4 bulan
4. Pertusis 3x 2,3,4 bulan
5. Polio 4x 1,2,3,4 bulan
6. Campak 1x 9 bulan
7. Hepatitis 4x 0,2,3,4 bulan
Kesan : imunisasi dasar sudah lengkap sesuai umur

1.6 ANAMNESA MENGENAI PENYAKIT PASIEN


1. Keluhan utama : Demam hari ke 6
Telaah :
- 6 hari SMRS keluhan : deman (+), mual (+), muntah (+), lemas (+)
- 3 hari SMRS : deman (+), nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah (+) setiap makan,
lemas (+), nyeri seluruh badan badan (+) ,
- Hari masuk RS : demam menurun setelah diberikan paracetamol, nyeri ulu hati (+),
mual (+), muntah (+) setiap makan, nafsu makan menurun (+), lemas (+), bintik2
kemerahan di kedua tangan (+) sehingga pasien di bawa ke IGD.
2. Riwayat Penyakit Dahulu : Disngkal
3. Riwayat Penyakit Keluarga : Disangkal
4. Riwayat Alergi : Disangkal
5. Riwayat Penggunaan Obat : paracetamol

19
1.7 PEMERIKSAAN GENERALISATA
1. Status Present
 Sensorium : Compos Mentis
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 111 kali/ menit
 Pernafasan : 20 kali/menit
 Suhu : 37 °C
 Sat.O2 : 96% tanpa oksigen
 GCS : E4V5M6
2. Status Gizi
BB : 48 Kg
TB : 150 cm
BMI : BB/TB (m2)
: 48/1,52 = 21,3 (normal)

Normal

20
3. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala : Normocephali
Mata : Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (+/+)
Telinga : Normotia (+/+)
Hidung : Deviasi septum (-), secret (-), hiperemis(-)
Mulut : pursed lip breathing (-), uvula letak tengah, faring hiperemis (-),
Sianosis (-)
Kesan : edem palpebra
2) Leher
Trakea : Deviasi trakea (-)
TVJ : < 2 cm H2O
KGB : Pembesaran (-)
Kesan : normal

3) Thoraks
Paru depan
Inspeksi : pergerakan dada simetris, jejas (-/-)
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapangan paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), Wheezing (-/-), ronki (-/-)
Paru Belakang
Inspeksi : pergerakan dada simetris (+/+), jejas (-/-)
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Broncovesikuler (+/+), Wheezing (-/-), ronki (-/-)
Kesan : normal, efusi pleura (-/-)

Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba pada ICS V linea midclavicularis sin
Perkusi :
- Batas atas ICS III linea midclavicularis Sinistra

21
- Batas kanan ICS IV linea midclavicularis dextra
- Batas kiri ICS V linea midclavicularis sinistra
- Batas bawah ICS V linea axilaris anterior sinistra
Auskultasi : BJ 1 > BJ 2 reguler, bising (-)
Kesan : normal
4) Abdomen
Inspeksi : simetris, distensi (-), jejas (-), scar (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan epigastrium (+), asites (-),teraba hepar 2 cm
di bawah arcus costae.
Auskultasi : Peristaltik usus normal
Perkusi : Timpani (+)
Kesan : nyeri tekan epigastrium dan regio hipocondrium kanan (+), hepatomegali (+)

5) Ekstremitas
Superior
Edema (-), Clubbing finger (-), Sianosis (-), Akral hangat (+), CRT < 2 detik
Inferior
Edema (-), Clubbing finger (-), Sianosis (-), Akral hangat (+), CRT < 2 detik
Kesan : normal

6) Genetalia : Tidak dilakukan Pemeriksaan


4. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Darah Lengkap (25 juni 2023)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah lengkap

Hemoglobin 15 g/dL 12.00 – 16.00


Hematokrit 40,0 % (H) 40 – 54
Leukosit 3 4 – 10
7,6 x 10 /µL (L)
Trombosit 3 150000 – 400000
85 x 10 /µL (L)
- Pemeriksaan imunologi (25 juni 2023)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

22
Imunologi

Anti Dengue Ig G Negatif negatif


Anti Dengue Ig M Positif Negatif
Kesan : peningkatan hematokrin >20%, trombositopenia, terin virus dengue
akut.
- Pemeriksaan Darah Lengkap (26 juni 2023)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah lengkap

Hemoglobin 12,3 g/dL 12.00 – 16.00


Hematokrit 32,7 % (H) 40 – 54
Leukosit 3 4 – 10
11,2 x 10 /µL (L)
Trombosit 3 150000 – 400000
97 x 10 /µL (L)
Kesan : hematokrit peningkatan hematrokrit < 20%, trombositopenia
- Pemeriksaan Darah Lengkap (27 juni 2023)
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Darah lengkap

Hemoglobin 13,1 g/dL 12.00 – 16.00


Hematokrit 35,4 % (H) 40 – 54
Leukosit 3 4 – 10
7,5 x 10 /µL (L)
Trombosit 3 150000 – 400000
142 x 10 /µL (L)
Kesan : hematokrit dan trombosit kembali normal
5. Diagnosis
Diagnosis Banding
- Obs. Febris e.c dd susp. DHF grade II ;
- Demam tifoid.
- Chikungunya;
- Malaria;
Diagnosis Sementara
Obs Febris e.c DHF grade II
6. Penatalaksanaan
- Diet MB
23
- IVFD RL Cor 1 fls selanjutnya 30 gtt/I makro
(cor : 10 cc/kgBB = 10ccx48=480cc)
(cairan selanjutnya : 3cc/kgBB/jam)
- Inf. Paracetamol 500 mg/ 8 jam
- Inj. Ranitidine 50 mg/12 jam
- Inj. Ondancetron 4mg/8 jam
- Inj. Kalnex 500 mg k/p (jika perdarahan masih banyak)
7. Prognosis
- Quo Ad Vitam : Dubia ad bonam-
- Quo Ad Fungsionum : Dubia ad bonam-
- Quo Ad Sanationum : Dubia ad bonam

8. Follow Up
HARI PERJALANAN TERAPI
TANGGAL PENYAKIT
Hari S/ Th/
rawatan 1 - Demam (+) - Bed Rest
25/ 06/ 2023 - Pusing (+) - Diet MB
- Mual (+) muntah (-) - IVFD RL Cor 1 fls
- Lemas (+) selanjutnya 30 gtt/I makro
- Nyeri perut (+) - Inf. Paracetamol 500 mg/
- Nafsu makan menurun 8 jam
- Sedang menstruasi - Inj. Ranitidine 50 mg/12
- BAB (+) BAK (+) jam
- Inj. Ondancetron 4mg/8
O/ jam
- K/U Sedang - Inj. Kalnex 500 mg k/p
- (jika perdarahan masih
Kesadaran : compos mentis
- banyak)
TD : 120/80 mmHg
- N : 111 x/i
- RR : 20 x/i
- T : 37 °C

A/
- Obs. Febris e.c DHF grade 2

P/
- Cek darah lengkap per hari

24
Hari S/ Demam (-) Th/
rawatan 2 Pusing (+) - Bed Rest
26/07/ Mual (-) - Diet MB
2023 Muntahn (-) - IVFD RL 30 gtt/I makro
Lemas (+) - Inf. Paracetamol 500 mg/
Nyeri ulu hati 8 jam
O/ - Inj. Ranitidine 50 mg/12
- K/U sedang jam
- Kesadaran : compos mentis - Inj. Ondancetron 4mg/8
- TD : 110/70 mmHg jam
- N : 80 x/i
- RR : 23 x/i
- T : 37,5 C
A/
-DHF grade II
P/
Cek darah lengkap per hari
Hari Th/
rawatan 3 S/ - Bed Rest
27/ 06/ 2023 Demam (-) - IVFD RL 24 gtt/I makro
Pusing (-) - Pbj
Mual (-) muntah (-)
Nyeri ulu hati (-)
Nafsu makan meningkat
Tidur (+)
BAB (+) BAK (+)

O/ K/U Baik
Kesadaran : compos mentis
T : 36,5 C

A/
DHF grade II
Trombositopenia

P/
Boleh Pulang

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Organization WH. Comprehensive Guidline for Prevention and Control of Dengue


and Dengue Hemorrhagic Fever. In: Organization WH, ed. WHO Library
Cataloguing; 2011:1-2. https://apps.who.int/iris/rest/bitstreams/909932/retrieve%0A.
2. World Health Organisation. Handbook for Clinical Management of Dengue.; 2012.
3. Alejandria MM. Dengue haemorrhagic fever or dengue shock syndrome in children.
Natl
4. Cent Biotechnol Information, US Natl Libr Med. 2015.
5. Harahap L. Data Kemenkes: Per Oktober 2021, Kasus DBD Jauh di Bawah Tahun
2020.
6. https://www.merdeka.com/peristiwa/data-kemenkes-per-oktober-2021kasus-dbd-
jauh- di-bawah-tahun-2020.html . Published November 6, 2021.
7. Pang T, Lam KSK. The immunopathogenesis of dengue haemorrhagic fever.
Immunol Today. 1983;4(2):46-49.
8. Prevention CFDC and. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever Information for
Health Care Practitioners. :1-4. https://www.cdc.gov/dengue/resources/denguedhf-
informationfor-health-care-practitioners_2009.pdf.
9. UKK Infeksi dan Penyakit Tropis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman
Diagnosis dan Tata Laksana Infeksi Virus Dengue pada Anak. 2015;
10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Pencegahan Dan
Pengendalian Demam Berdarah Dengue Di Indonesia. Pedoman Pencegah dan
Pengendali demam berdarah di Indones [Internet] 2017;5:1–128. Available from:
https://drive.google.com/file/d/1IATZEcgGX3x3BcVUcO_l8Yu9B5REKOKE/view
11. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/9845/2020 tentang Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Infeksi Dengue Pada Dewasa. Jakarta: 2020.
12. Kementrian Kesehatan RI. Panduan Praktis Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Primer. 2014;

26
13. Kharisma PL, Muhyi A, Rachmi E. Hubungan Status Gizi, Umur, Jenis Kelamin
dengan Derajat Infeksi Dengue pada Anak di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. J Sains dan Kesehat 2021;3(3):376–82.
14. Chakravarti A, Roy P, Malik S, Siddiqui O, Thakur P. A study on gender-related
differences in laboratory characteristics of dengue fever. Indian J Med Microbiol
[Internet] 2016;34(1):82–4. Available from: https://doi.org/10.4103/0255-
0857.174106

27

Anda mungkin juga menyukai