Anda di halaman 1dari 8

Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk

Meningkatkan Kemampuan Critical Thinking Peserta Didik Kelas X

Alifah Cholifah
Universitas Negeri Malang
alifahcholifah35@gmail.com

Abstrak
Memvisualisasikan abad-21 sebagai era yang besar ditandai oleh evolusi teknologi dan TIK, globalisasi dan kebutuhan akan
inovasi, akibatnya kebutuhan untuk menumbuhkan keterampilan dan kompetensi yang sesuai kepada peserta didik. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir
kritis peserta didik. Metode penlitian yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan model
pembelajaran Problem Based Learning efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik, dengan skor kenaikan
skor sebesar 22,94 poin dan prosentase kenaikan kemampuan berpikir kritis sebesar 57,25%.
Kata Kunci: Problem Based Learning; Critical Thinking; Kualitatif; Deskritif
Abstract
Visualize the 21st century as a major era marked by the evolution of technology and ICT, globalization and the need for
innovation, consequently the need to cultivate appropriate skills and competencies in learners. This study aims to
determine the application of the Problem Based Learning learning model to improve students' critical thinking skills. The
research method used is descriptive qualitative. The results showed that the Problem Based Learning learning model was
effective in improving students' critical thinking skills, with a score increase of 22.94 points and a percentage increase in
critical thinking skills of 57.25%.
Keywords: Problem Based Learning; Critical Thinking, Kualitative, Descriptive

A. PENDAHULUAN
Pembelajaran di SMAN 6 Malang pada kelas X sudah menerapkan kurikulum merdeka

yang menekankan proses belajar peserta didik. Namun, hasil observasi yang dilaksanakan pada

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) menunjukkan permasalahan dalam proses belajar, yaitu :

1) beberapa peserta didik belum terlibat aktif dalam diskusi kelas, 2) peserta didik kurang aktif
dalam pembelajaran, hal ini terlihat ketika proses diskusi peserta didik tidak memberikan

tanggapan atau pertanyaan kepada presenter (kelompok yang melakukan presentasi) sebagai

umpan balik (feed back), 3) terdapat peserta didik yang bermain, bercanda, tidak menyimak

presentasi dari kelompok lain, 4) terdapat peserta didik yang tertidur di kelas ketika kegiatan

pembelajaran berlangsung, 5) Lembar Kerja Peserta Didik yang kurang menunjukkan kesesuaian

dengan model pembelajaran yang digunakan, 6) jawaban pada Lembar Kerja Peserta Didik yang

diutarakan oleh peserta didik kurang menunjukkan kemampuan berpikir kritis.

Dari permasalahan yang diperoleh pada hasil observasi tersebut, dapat diketahui bahwa

kegiatan pembelajaran di kelas kurang dapat memfasilitasi peserta didik dalam memenuhi

1
kebutuhan dari tujuan pendidikan pada abad-21. Memvisualisasikan abad-21 sebagai era yang

besar ditandai oleh evolusi teknologi dan TIK, globalisasi dan kebutuhan akan inovasi, akibatnya

kebutuhan untuk menumbuhkan keterampilan dan kompetensi yang sesuai kepada peserta

didik (Chalkiadaki, 2018). Era pembelajaran abad-21 menuntut peserta didik untuk berpikir ktitis

tingkat tinggi atau HOTS (High Order Thinking Skills), guru diwajibkan sebagai pendidik untuk

menampilkan pembelajaran kolaboratif untuk mempersiapkan peserta didik di abad 21

(Kristiantari, 2014). Tuntutan abad-21 dikenal dengan 4C (Communication, Collaborative, Critical

Thinking, and Problem Solving, Creativity and Inovation).

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif, dilakukan dengan

menganalisis data yang diperoleh informasi sebagai sumber data. Penelitian kualitatif juga
memiliki karakteristik yang mendeskripsikan suatu keadaan yang sebenarnya atau fakta yang

terjadi di lapangan.

Penelitian ini dilakukan di SMAN 6 Malang dengan narasumber yang menjadi sumber

data riset adalah warga sekolah seperti kepala sekolah, guru, dan peserta didik kelas X. Teknik

pengumpulan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi yang diperoleh dari

informan.

Subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas X5 SMA Negeri 6 Malang

tahun pelajaran 2022/2023. Objek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah peningkatan

kemampuan berpikir kritis melalui model Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Mei tahun 2023. Dalam satu minggu

pelaksanaan satu kali pertemuan sesuai dengan jadwal mata pelajaran Biologi kelas X5 SMA

Negeri 6 Malang tahun pelajaran 2022/2023.

1. Perencanaan Tindakan per Siklus

Penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus. Namun, apabila setelah tindakan sebanyak

dua siklus ternyata hasil penelitian menunjukkan indikator keberhasilan penelitian belum

tercapai, maka akan dilaksanakan siklus berikutnya sampai indikator keberhasilan yang

2
ditetapkan tercapai. Satu siklus terdiri dari empat tahapan yakni (1) perencanaan, (2)

pelaksanaan, (3) observasi, dan (4) refleksi (Arikunto, 2011).

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Tes. Tes

dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui bagaimana kemampuan berpikir kritis

matematis siswa dalam meyelesaikan permasalahan yang diberikan. Tes ini dikerjakan oleh

siswa secara individu sebelum dan setelah mempelajari materi. Tes tertulis dilaksanakan pada

awal siklus 1 dan akhir siklus 3. Hasil tes siswa kemudian dianalisis oleh peneliti untuk

menentukan rata-rata persentase hasil tes dan juga untuk mengetahui persentase kemampuan
berpikir kritis peserta didik.

3. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa observasi proses pelaksanaan pembelajaran, tes

hasil belajar dan hasil observasi rasa ingin tahu siswa. Berikut teknik analisis yang digunakan.

Data hasil tes kemampuan penyelesaian soal siswa dapat diukur dengan menilai tiap indikator

yang telah ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut.

Skor penilaian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan tabel skoring kemampuan

berpikir kritis menurut Ennis.

Tabel 1. Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Menurut Ennis

3
Berikut adalah kriteria penskoran yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis

peserta didik.

Tabel 2. Indikator Penskoran kemampuan berpikir kritis

4
Dalam menentukan kriteria kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat dihitung menggunakan
rumus berikut.
Adapun untuk mengetahui prosentase peserta didik yang memenuhi standar kemampuan berpikir
kritis dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

Kemudian, untuk mnegetahui kategori kemampuan berpikir kritis peserta didik, dapat
menggunakan kriteria pada tabel berikut.
Tabel 3. Kriteria Kategori Kemampuan Berpikir Kritis

4. Kriteria Keberhasilan Penelitian


Terdapat peningkatan kemampuan berpikir kritis pada peserta didik setelah dilaksankan perlakuan.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Berpikri Kritis (Critical Thinking)

Berpikir kritis dan kreatif termasuk keterampilan yang diperlukan di abad-21 (Bialik &

Fade, 2015; Scott 2015; Griffin & Care, 2014). Proses belajar biologi yang sebelumnya identik
dengan menghafal teori sudah tidak relevan lagi dengan tuntuntan kebutuhan hidup saat ini.

Bepikir adalah kemampuan memanipulasi dan mentransformasi informasi dalam memori,

dengan tujuan untuk membentuk konsep, alasan, pikiran kritis, dan penyelesaian masalah

(Santrock, 2007). Berpikir kritis ialah “reasonable reflective thinking focused on deciding what to believe

or do” yang berarti berpikir kritis merupakan cara berpikir berdasarkan pertimbangan akal sehat

(logika) dan reflektif sebelum akhirnya seseorang memutuskan atau memberikan sesuatu dalam

suatu permasalahan (Ennis, 1985). Lebih lanjut, fokus utama berpikir kritis adalah bagaimana

cara seseorang dalam membuat keputusan terkait suatu masalah. Berdasarkan pendapat ini

5
dapat diketahui bahwa kemampuan berpikir kiritis tidak hanya mencakup kemampuan dalam

menyelesaikan masalah, namun mencakup kemampuan untuk menemukan solusi terbaik dari

suatu permasalahan dengan menggunakan logika dan pertimbangan yang rasional.

Dalam aplikasinya untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis peserta didik

yang paling penting adalah melibatkan peserta didik, peserta didik diminta berinteraksi secara

aktif dan terlibat langsung dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat

digunakan oleh pendidik dalam menghadapi tuntutan abad-21 adalah model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan

pembelajaran di mana peserta didik dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga

diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuh kembangkan

keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan peserta didik, dan meningkatkan
kepercayaan dirinya (Arends, 2012).

2. Penerapan Problem Based Learning

Sebelum diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) penting untuk

terlebih dahulu bagi guru mengetahui kemampuan awal peserta didik. Sehingga dalam

penerapannya, dilakukan pemberian soal pretest dan posttest untuk mengetahui peningkatan

kemampuan berpikir kritis peserta didik. Soal yang digunakan dalam pretest dan posttest telah di

validasi sebelumnya oleh validator ahli (guru mata pelajaran Biologi).

Pembelajaran dengan menggunakan Problem Based Learning (PBL) bersifat tidak terbatas,

artinya dapat dilakukan dengan inovasi di dalamnya. Dalam prosesnya peserta didik diberikan

aktivitas belajar dengan menggunakan Lembar Kerja Peserta Didik yang disusun dengan

memperhatikan sintaks pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Pembelajaran Problem Based

Learning memiliki pengaruh yang sangat besar dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis

peserta didik (Haryati, 2017).

Pembelajaran dilaksanakan selama 3 kali pertemuan (3 JP) pada materi Bioteknologi.


Pada penerapannya, peserta didik mengerjakan soal yang ada pada LKPD berbasis masalah yang

telah disusun dan divalidasi oleh validator ahli (guru mata pelajaran Biologi). Lembar Kerja

6
Peserta Didik adalah bahan ajar cetak berupa lembar-lembar kertas yang berisi materi, ringkasan

dan petunjuk pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan oleh siswa yang mengacu

pada kompetensi dasar yang harus dicapai (Majid, 2005). Berikut adalah data hasil penelitian

yang telah dilakukan.

Tabel 4. Perolehan Skor Pretest Tabel 5. Perolehan Skor Postest

Tabel 6. Data Kenaikan Skor Pre & Post Test


Perolehan Skor Pretest Perolehan Skor Postest
20
Data Kenaikan Skor Pre&Post Test 40
15 36 34 36
40 31 3333 35 31 3434 3535 34 32 34 33 34 32 3333 30 34 3434 32 33
31 33 3131 3333
34

1030 24
20
20 13 15 13 12 15 14 14 1515 14 13 14
10 1111 10 12 1010 10 11 10
10 10
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
10
0
00
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33
1 13 2 53 74 95 11
6 13
7 15
8 917101112131415161718192021222324252627282930313233
19 21 23 25 27 29 31 33
Pre Test Post Test

Dari data Pretest dan Postest yang diperoleh selama penelitian dapat diketahui bahwa

terjadi kenaikan kemampuan berpikir kritis pada peserta didik setelah diberikan perlakuan.

Berdasarka data tersebut dapat diketahui bahwa sebelum dilakukan perlakuan, tingkat

kemampuan berpikir kritis peserta didik sebelum perlakuan dengan hasil nilai pretest adalah

10,06. Setelah dilakukan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model Problem

Based Learning, kemampuan berpikir kritis peserta didik pada tahap postest adalah 33,00. Dari

kedua data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan sebesar 22,94 poin. Dengan

demikian, Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang efektif untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Selain itu, prosentase kemampuan

berpikir kritis peserta didik juga mengalami peningkatan sebesar 57,25%, yang awalnya hanya

25,25% dapat dikatakan termasuk dalam kategori kurang kini telah naik menjadi 82,50% dalam

kategori amat baik.

D. SIMPULAN
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Pemberian

7
treatment dengan menerapkan Lembar Kerja Peserta Didik yang memerhatikan sintaks pada

model Problem Based Learning terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis

peserta didik. Pemberian treatment sebanyak 3 kali pengulangan (3 siklus) dapat dijadikan acuan

minimal dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didi

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R.I. Learning to Teach (9th ed). New York: Mc. Graw-Hill Companies, Inc.

Bialik, M. & Fadel, C. 2015. Skiils for the 21st Century: What Should Students Learn? Center for

Curriculum Redesign. Boston, Massachusetts.

Chalkiadaki, A. (2018). A Systemic Literature Review of 21st Century Skills and Competence in
Primary Education. International Journal of Instructioni, 11(3), 1-16.

Ennis, Robert. 1958. The Logical Basis for Measuring Critical Thinking Skills. Educational Leadership.

43(2), 44-48.

Kristiantari, R. 2014. Analisis Kesipaan Guru Sekolah Dasar dalam Mengimplementasikan

Pembelajaran Tematik Integratif Mneyongsong Kurikulum 2013. Jurnal Pendidikan

Indonesia. 3(2), 460-470.

Lee, Y.W.,& Sawaki, Y. 2009. Cognitive Diagnostic assessment for education: Theory and

applications. Language Assesment Quartely, 6(3), 172-189.

Majid, A. 2005. Perencanaan Pembelajara. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Riduwan, 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: CV

Alfabeta.

Santrock, J.W. 2007. Perkemnangan Anak. Terjemalahan Mila Rachmawati & Ana Kusumawati.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai