Anda di halaman 1dari 3

A.

Diagnosis

1. History
Penyebab osteoporosis dipengaruhi oleh berbagai factor dan pada individu bersifat
multifaktoral.

 Pertama semakin bertambah usia, maka semakin tinggi resiko terkena osteoporosis.
Karena, semakin meningkat usia seseorang, maka tulang-tulang akan berkurang
kekuatan dan kepadatannya.
 Kedua, riwayat kesehatan atau penyakit lain. Beberapa penyakit dapat mempengaruhi
regenerasi tulang normal sehingga meningkatkan resiko osteoporosis misalnya
hiperparatiroid, hipertiroid, pemakaian kortikosteroid jangka panjang dan penyakit
infeksi.
 Ketiga, karena gaya hidup tidak sehat. Seperti merokok/mengkonsumsi alcohol dan
kopi secara berlebihan. Ketiga factor ini mengurangi kekuatan tulang dan berpotensi
menyebabkan osteoporosis. Kurangnya aktivitas fisik/olahraga, tulang harus diberi
tekanan dengan memberikan latihan beban, terutama saat tulang tumbuh. Gaya hidup
yang tidak aktif meningkatkan resiko osteoporosis. Konsumsi daging merah dan
minuman bersoda, karena keduanya mengandung fosfor yang merangsang
pembentukan hormone parathyroid, penyebab pelepasan kalsium dari dalam darah.
Pola makan yang buruk, kurang mengkonsumsi makanan yang kaya kalsium dan
vitamin D dalam pola makan dapat berperan dalam osteoporosis
 Keempat, obat-obatan tertentu yang diminum dalam jangka panjang yang dapat
menyebabkan osteoporosis.

2. Physical Examination :
Pemeriksaan fisik meliputi pengukuran tinggi badan dan berat badan, gaya berjalan
penderita, deformitas tulang vertebrae, tanda-tanda fraktur, nyeri spinal, dan gejala-
gejala pada penyakit yang ditemukan pada saat anamnesis. Penderita osteoporosis
sering menunjukkan kifosis dorsal atau gibbus. Metode pemeriksaan yang efektif
adalah pengukuran densitas mineral tulang atau BMD. Pemeriksaan ini bersifat
kuantitatif. Tujuan dari pengukuran BMD adalah untuk mendiagnosis osteoporosis,
memprediksi risiko faktur dan memonitor terapi yang diberikan. Pengukuran BMD ini
menggunakan metode dengan ruang lingkup radiologi, menggunakan radio isotop, X-
ray, CT-scan, dan juga Ultrasound. Tipe pengukuran BMD ada beberapa seperti QUS
(Quantitative Ultrasound), QCT (Quantitative Computed Tomography), DPA (Dual
Photon Absorptiometry), SPA (Single Photon Absorptiometry), RA (Radiographic
Absorptiometry), SXA (Single Energy X-ray Absorptiometry), DXA (Dual Energy X-
ray Absorptiometry). Pengukuran BMD dengan DXA merupakan gold standard dalam
mendiagnosis osteoporosis. DXA menggunakan 2 energi radiasi sinar-X sehingga
pengaruh jaringan lunak dapat dihilangkan dan dapat mengukur kepadatan
tulangtulang sentral seperti tulang belakang (L1-L4) dan femur proksimal, tulang-
tulang perifer seperti lengan bawah dan juga dapat mengukur total body BMD.
Pengukuran BMD yang rutin dilakukan adalah di tulang belakang dan femur
proksimal.

3. Pemeriksaan Laboratorium
a) Rutin:
Serum:
- Hitung darah lengkap
- Elektrolit, kreatinin, urea darah, kalsium nitrogen
- Fosfor, protein, albumin, alkali fosfatase, enzim hati
- Elektroforesis protein
- Tes fungsi tiroid
- Testoterone (khusus pria)
Urine 24 jam:
- kalsium
- Tautan silang Pyridinium
b) Spesial
Serum:
- 25 hidroksivitamin D3
- 1,25 hidroksivitamin D3
- Hormon paratiroid utuh
- osteocalcium (protein Gla tulang)
Urine:
- Imunoelektroforesis
- Protein Bence-Jones

4. Imaging
Radiology : plain X-ray
(especially the spine, hip and wirst)
The spine : - the ballooning disc
- deformity of vertebral body
(wedge, fish tail)
The Hip : - Singh Index
The Wirst : - Porotic / thinning cortex

Pemeriksaan x-ray atau Rontgen adalah salah satu teknik pencitraan medis yang
menggunakan radiasi elektromagnetik untuk mengambil gambar atau foto bagian
dalam tubuh. Prosedur ini merupakan bagian dari pemeriksaan penunjang untuk
keperluan penegakan diagnosa yang lebih akurat.
Cedera, infeksi, patah tulang, radang sendi, pembusukan gigi, osteoporosis, atau kanker
tulang merupakan beberapa kondisi medis yang memerlukan pemeriksaan x-ray. Prioritas
utama x-ray memang digunakan untuk melihat tulang dan sendi. Meski demikian, x-ray
terkadang juga dipakai untuk mendeteksi masalah pada jaringan lunak seperti organ internal.
Ketika pemeriksaan x-ray dilakukan, mesin akan mengirimkan gelombang radiasi
elektromagnetik secara singkat ke tubuh untuk memindai kondisi tubuh bagian dalam.
Radiasi yang diserap oleh masing-masing bagian tubuh akan berbeda-beda. Inilah nantinya
yang membuat hasil foto x-ray menampakkan perbedaan warna dari putih, abu-abu, hingga
hitam:

 Jika mengenai logam atau bagian tubuh yang padat seperti tulang, sebagian besar
partikel x-ray terblokir. Hasil pemeriksaan x-ray pun akan tampak berwarna putih.
 Bila x-ray mengenai otot, lemak, dan cairan, hasil pemeriksaan x-ray akan muncul
dengan warna abu-abu.
 Warna hitam menandakan bahwa x-ray mengenai udara.

Referensi

1. OSTEOPOROSIS PATOGENESIS DIAGNOSIS DAN PENANGANAN


TERKINI. [cited 2022 Jun 1]; Available from:
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/view/3898/2891

Anda mungkin juga menyukai