Definisi Ekonomi Islam
Definisi Ekonomi Islam
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................3
A. Latar Belakang..........................................................................................3
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Permasalahan................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN..................................................................................................5
A. DEFINISI EKONOMI ISLAM.................................................................5
B. HAKEKAT EKONOMI SYARIAH.........................................................7
C. PRINSIP EKONOMI SYARIAH.............................................................8
D. METODOLOGI EKONOMI ISLAM.....................................................11
BAB III..................................................................................................................14
KESIMPULAN..................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolonganNya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam memberikan pedoman pada semua hal namun hanya untuk hal-hal
konsep dasarnya saja. Untuk yang sifatnya rincian diserahkan pada pola pikir
pada umatnya yang juga sudah harus mengikuti filosofi Islam yang terbentuk
dari keyakinan dan keimanan. Ekonomi dalam Islam mempunyai basic feature
yang menjadi landasan setiap kebijakan ekonomi. Kebijakan yang akan
mengatur bagaimana nikmat Allah, yang menurut teori kapitalisme terbatas,
ini didistribusikan kepada manusia yang kebutuhannya tidak terbatas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Definisi ekonomi Islam,
2. Apa Hakekat ekonomi syariah,
3. Apa prinsip ekonomi syariah,
4. Apa metodologi ekonomi Islam.
1
Akhmad Mujahidin , Ekonomi islam 1, (Jakarta: PT RajaGrafindo persada, 2007), h. 2
C. Tujuan Permasalahan
1. Mengetahui Definisi ekonomi Islam
2. Mengetahui Hakekat ekonomi syariah
3. Mengetahui prinsip ekonomi syariah
4. Mengetahui metodologi ekonomi Islam.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kelompok jurist atau pakar bidang fikih atau hukum Islam yang
pendekatannya dilakukan secara legalistik dan normatif.
2. Kelompok modernis yang lebih berani memberikan penafsiran terhadap
ajaran Islam untuk menjawab persoalan-persoalan yang dihadapi
masyarakat terkini.
3. Kelompok western-trained moslem economist, yaitu para praktisi atau
ekonom muslim yang berlatar belakang pendidikan Barat. Yang mencoba
menggabungkan pendekatan fikih dan ekonomi sehingga ekonomi Islam
terkonseptualisasi secara integrated.
2
Al-Mishri. (1993). Ushul al-Iqtishad al-Islami. Damsyiq: Dar al-Qalam.
3
Haneef, M. A. (1995). Contemporary Islamic economic thought: A selected comparative
analysis. Alhoda UK.
Dengan kata lain, mereka berusaha membangun ekonomi Islam seperti
ekonomi konvensional, tetapi dengan mereduksi nilai-nilai yang tidak sejalan
dengan Islam dan memberikan nilai Islam pada analisis ekonominya.
Pendefinisian tentang apakah ekonomi Islam berbeda antara ekonom yang satu
dengan ekonom lainnya.
4
Metwally, M.M. (1993), Essays on Islamic Economics, Academic Publishers, Calcutta, 182
pages
5
Kahf, M. (2014). Islamic Economics. Al Manhal.
6
Muhammad A. Al ‘Arabi. Sistem Ekonomi Islam Prinsip-Prinsip dan Tujuannya. Terjemahan
oleh Ahmad, Abu dan Umar S. Anshori. Semarang: PT Bina Ilmu
7
Muhammad Abdul Mannan (1985). Ekonomi Islam: Teori dan Praktis, Jilid. 1, terj. Radiah
Abdul Kader. Kuala Lumpur: A.S. Noordeen
Islam merupakan bagian dari tata kehidupan lengkap berdasarkan sumber hukum
Islam, yaitu: Alquran, sunah, ijmak, dan qiyas. Dalam pengambilan hukum
tersebut minimal berbasis pada keempat hal tersebut agar hukum yang diambil
sesuai dengan prinsip dan filosofi yang terdapat pada ekonomi Islam.
Definisi ekonomi Islam juga dikemukakan oleh Umer Chapra8 bahwa ilmu
ekonomi Islam diartikan sebagai cabang pengetahuan yang membantu
merealisasikan kesejahteraan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya
alam yang langka yang sesuai dengan maqashid, tanpa mengekang kebebasan
individu untuk menciptakan keseimbangan makroekonomi dan ekologi yang
berkesinambungan, membentuk solidaritas keluarga, sosial, dan jaringan moral
masyarakat.
Ilmu ekonomi Islam merupakan ilmu sosial sekaligus ilmu agama yang
tentu saja tidak bebas dari norma dan nilai-nilai moral. Karena nilai moral
merupakan aspek normatif yang integral dan harus dimasukkan dalam analisis
fenomena ekonomi serta dalam teknik pengambilan keputusan yang berdasarkan
syariah. Sehingga dapat menghasilkan konsep yang kompetibel dan universal
serta menjunjung tinggi asas manfaat dan maslahah sebagai Rahmatan lil a’lamiin.
Di atas semua nilai dan prinsip yang telah diuraikan di atas, dibangunlah
konsep yang memayungi kesemuanya, yakni konsep Akhlak. Akhlak menempati
posisi puncak, karena inilah yang menjadi tujuan Islam dan dakwah para Nabi,
yakni untuk menyempurnakan akhlak manusia. Akhlak inilah yang menjadi
panduan para pelaku ekonomi dan bisnis dalam melakukan aktivitasnya. Nilai-
nilai Tauhid (keEsaan Tuhan), ‘adl (keadilan), nubuwwah (kenabian), khilafah
menjadi inspirasi untuk membangun teori-teori ekonomi Islam :
1. Prinsip Tauhid
9
A. Karim, Adiwarman. 2001. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta: International Institute
of Islamic Thought Indonesia (IIIT).
termasuk pemilik manusia dan seluruh sumber daya yang ada. Karena itu,
Allah adalah pemilik hakiki. Manusia hanya diberi amanah untuk memiliki
untuk sementara waktu, sebagai ujian bagi mereka. Dalam Islam, segala
sesuatu yang ada tidak diciptakan dengan sia-sia, tetapi memiliki tujuan.
Tujuan diciptakannya manusia adalah untuk beribadah kepada-Nya. Karena
itu segala aktivitas manusia dalam hubungannya dengan alam dan sumber
daya serta manusia (mu’amalah) dibingkai dengan kerangka hubungan dengan
Allah. Karena kepada-Nya manusia akan mempertanggungjawabkan segala
perbuatan, termasuk aktivitas ekonomi dan bisnis.210
2. ‘Adl
Allah adalah pencipta segala sesuatu, dan salah satu sifat-Nya adalah adil.
Dia tidak membeda-bedakan perlakuan terhadap makhluk-Nya secara dzalim.
Manusia sebagai khalifah di muka bumi harus memelihara hukum Allah di
bumi dan menjamin bahwa pemakaian segala sumber daya diarahkan untuk
kesejahteraan manusia, supaya semua mendapat manfaat daripadanya secara
adail dan baik. Dalam banyak ayat, Allah memerintahkan manusia untuk
berbuat adil. Islam mendefinisikan adil sebagai tidak menzalimi dan tidak
dizalimi. Implikasi ekonomi dari nilai ini adalah bahwa pelaku ekonomi tidak
dibolehkan untuk mengejar keuntungan pribadi bila hal itu merugikan orang
lain atau merusak alam. Tanpa keadilan, manusia akan terkotak-kotak dalam
berbagai golongan. Golongan yang satu akan menzalimi golongan yang lain,
sehingga terjadi eksploitasi manusia atas manusia. Masing-masing beruasaha
mendapatkan hasil yang lebih besar daripada usaha yang dikeluarkannya
karena kerakusannya. Keadilan dalam hukum Islam berarti pula keseimbangan
antara kewajiban yang harus dipenuhi oleh manusia (mukallaf) dengan
kemampuan manusia untuk menunaikan kewajiban itu. Di bidang usaha untuk
meningkatkan ekonomi, keadilan merupakan “nafas” dalam menciptakan
pemerataan dan kesejahteraan, karena itu harta jangan hanya saja beredar pada
orang kaya, tetapi juga pada mereka yang membutuhkan.11
3. Nubuwwah
4. Khilafah
Status khalifah atau pengemban amanat Allah itu berlaku umum bagi
semua manusia, tidak ada hak istimewa bagi individu atau bangsa tertentu
sejauh berkaitan dengan tugas kekhalifahan itu. Namun tidak berarti bahwa
umat manusia selalu atau harus memiliki hak yang sama untuk mendapatkan
keuntungan dari alam semesta itu. Mereka memiliki kesamaan hanya dalam
hal kesempatan, dan setiap individu bisa mendapatkan keuntungan itu sesuai
dengan kemampuannya. Individu-individu diciptakan oleh Allah dengan
kemampuan yang berbeda-beda sehingga mereka secara instinktif diperintahh
untuk hidup bersama, bekerja bersama, dan saling memaafkan keterampilan
mereka masing-masing. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa Islam
memberikan superioritas (kelebihan) kepada majikan terhadap pekerjaannya
dalam kaitannya dengan harga dirinya sebagai manusia atau dengan statusnya
12
Ibid, h.20-21
dalam hukum. Hanya saja pada saat tertentu seseorang menjadi majikan dan
pada saat lain menjadi pekerja.13 Pada saat lain situasinya bisa berbalik,
mantan majikan bisa menjadi pekerja dan sebagainya dan hal serupa juga bisa
diterapkan terhadap budak dan majikan.
5. Ma’ad
Secara harfiah ma’ad berarti kembali. Dan kita semua akan kembali
kepada Allah. Hidup manusia bukan hanya di dunia, tetapi terus berlanjut
hingga alam akhirat. Pandangan yang khas dari seorang Muslim tentang dunia
dan akhirat dapat dirumuskan sebagai: Dunia adalah ladang akhirat”. Artinya
dunia adalah wahana bagi manusia untuk bekerja dan beraktivitas (beramal
shaleh), namun demikian akhirat lebih baik daripada dunia. Karena itu Allah
melarang manusia hanya untuk terikat pada dunia.
Setiap individu memiliki kesamaan dalam hal harga diri sebagai manusia.
Pembedaan tidak bisa diterapkan berdasarkan warna kulit, ras, kebangsaan,
agama, jenis kelamin atau umur. Hak-hak dan kewajiban- kewajiban
ekonomik setiap individu disesuaikan dengan kemampuan yang dimilikinya
dan dengan peranan-peranan normatif masing-masing dalam struktur sosial.
Maka hak-hak dan kewajiban-kewajiban mereka harus diatur sedemikian rupa,
sehingga tercipta keseimbangan.
14
Fritz Machlup, Methodology of Economics and Other Social Sciences, (New York: Academic
PressInc, 1978), hal. 55.
15
Syafa’atun, N. (2018). Metodologi dalam Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi Syariah Dan Bisnis2,
hal. 12–24.
tersebut. Biasanya ini dihasilkan setelah jelas kriteria ilmiah dan
kebenaran.16
3. Mehmet Asutay menulis; “untuk memahami metodologi ekonomi Islam,
maka perlu mengingat kembali; kerangka metodologis sistem ekonomi
neoklasik/konvensional yang membedakan metodologi ekonomi Islam,
yaitu sebagai berikut:
(ⅰ) Titik tolaknya adalah individualisme metodologis.
(ⅱ) Postulat perilaku: individu yang berorientasi pada kepentingan diri
sendiri yang
a) mencari kepentingannya sendiri,
b) dengan cara yang rasional, dan
c) berusaha memaksimalkan utilitasnya sendiri;
(ⅲ) Pertukaran pasar. Oleh karena itu, sistem ekonomi konvensional
didasarkan pada fungsi utilitas satu dimensi, yang mengarah ke homo-
economicus̶individu ekonomi dalam sistem pasar. Postulat metodologi
ekonomi Islam, di sisi lain, dapat diringkas sebagai berikut:
a) Individu sosio-tropis, yang tidak hanya mementingkan
individualisme tetapi kepedulian sosial
b) Postulat perilaku: individu yang sadar akan Tuhan yang peduli
secara sosial dalam mencari kepentingan mereka berkaitan dengan
kebaikan sosial, melakukan kegiatan ekonomi secara rasional
sesuai dengan batasan Islam mengenai lingkungan individu dan
sosial serta akhirat; dan dalam berusaha memaksimumkan
utilitasnya berusaha memaksimumkan kesejahteraan sosial juga
dengan memperhatikan akhirat.
c) Pertukaran pasar adalah ciri utama operasi ekonomi dalam sistem
Islam; Namun, sistem ini disaring melalui proses Islami yang
menghasilkan sistem ramah lingkungan yang berwawasan sosial.17
4. M. A. Mannan : Proses penciptaan teori ekonomi islam yaitu:
1) Identifikasi masalah;
2) Mencari prinsip-prinsip pedoman syariah eksplisit dan implisit;
3) Konseptualisasi dan perumusan teoritis masalah ekonomi berdasarkan
prisnip tersebut ditemukan dalam AlQuran dan Sunnah;
4) resep kebijakan ekonomi yang tepat;
5) implementasi kebijakan yang dibuat dari formual teoritis;
16
Yasmansyah, Y., & Sesmiarni, Z. (2021). Metodologi Ekonomi Islam. IQTISHADUNA: Jurnal
Ilmiah Ekonomi Kita. Hal. 225–237.
17
ASUTAY, M. (2007). A Political Economy Approach to Islamic Economics: Systemic
Understanding for an Alternative Economic System. Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies, 1(2),
3–18.
6) Teori dan kebijakan dievaluasi untuk emngantisipasi kesenjangan antara
pencapaian dan tujuan yang dirasakan; dan
7) Pemaparan hasil evaluasi.18
5. Hayat Khan : Aliran pemikiran paralel memulai dialog intelektual yang
menggantikan agen ekonomi yang egois dengan agen ekonomi yang
diilhami oleh motif agama dengan nama ekonomi islam. Ekonomi islam
sebagai suatu disiplin ilmu diperoleh dengan cara menulis ulang teori
ekonomi dengan menonjolkan nilai tambah dari afiliasi keagamaan.19
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
18
Mannan, M. A. (1983). “Islamic Economics as a Social Science: Some Methodological Issues.”
Journal of Research in Islamic Economics, hal. 6.
19
Khan, H. (2018). Islamic economics and a third fundamental theorem of welfare economics.
World Economy. Hal. 723–737.
Akhmad Mujahidin , Ekonomi islam 1, (Jakarta: PT RajaGrafindo persada,
2007).
Al-Mishri. (1993). Ushul al-Iqtishad al-Islami. Damsyiq: Dar al-Qalam.
Haneef, M. A. (1995). Contemporary Islamic economic thought: A
selected comparative analysis. Alhoda UK.
Metwally, M.M. (1993), Essays on Islamic Economics, Academic
Publishers, Calcutta.
Kahf, M. (2014). Islamic Economics. Al Manhal.
Muhammad A. Al ‘Arabi. Sistem Ekonomi Islam Prinsip-Prinsip dan
Tujuannya. Terjemahan oleh Ahmad, Abu dan Umar S. Anshori. Semarang: PT
Bina Ilmu
Muhammad Abdul Mannan (1985). Ekonomi Islam: Teori dan Praktis,
Jilid. 1, terj. Radiah Abdul Kader. Kuala Lumpur: A.S. Noordeen
Chapra, M. U. (2001). Masa depan ilmu ekonomi: sebuah tinjauan Islam.
Gema Insani.
A. Karim, Adiwarman. 2001. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Jakarta:
International Institute of Islamic Thought Indonesia (IIIT).
Akhmad Mujahidin, Ekonomi Islam (Jakarta: Raja Wali Pers, 2007).
Fritz Machlup, Methodology of Economics and Other Social Sciences, (New
York: Academic PressInc, 1978).
Syafa’atun, N. (2018). Metodologi dalam Ekonomi Islam. Jurnal Ekonomi
Syariah Dan Bisnis2.
Yasmansyah, Y., & Sesmiarni, Z. (2021). Metodologi Ekonomi Islam.
IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita.
ASUTAY, M. (2007). A Political Economy Approach to Islamic
Economics: Systemic Understanding for an Alternative Economic System. Kyoto
Bulletin of Islamic Area Studies.
Mannan, M. A. (1983). “Islamic Economics as a Social Science: Some
Methodological Issues.” Journal of Research in Islamic Economics.
Khan, H. (2018). Islamic economics and a third fundamental theorem of
welfare economics. World Economy.