Anda di halaman 1dari 12

REASURANSI SYARIAH

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah : Hukum Asuransi Syari’ah

Dosen Pengampu : Aristoni, S.H.I., M.H.

Disusun oleh : Kelompok 7

Sabila Rosyada 2120210067

Anggun Khoirun Nisa’ 2120210084

Muhammad Arif Faiza 2120210089

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

TAHUN PELAJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “Reasuransi Syari’ah” dapat kami
selesaikan dengan baik. Penulis berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini.dan juga kepada
teman-teman seperjuangan yang membantu kami dalam berbagai hal. Harapan kami, informasi
dan materi yang terdapat dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Tiada yang sempurna
di dunia, melainkan Allah SWT. Tuhan Yang Maha Sempurna, karena itu kami memohon kritik
dan saran yang membangun bagi perbaikan makalah kami selanjutnya.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf. Penulis
menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat karya makalah yang
lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Kudus, 11 September 2023

Penulis

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berkembangnya berbagai macam produk asuransi dengan ragam jenis risiko yang
dijamin (yang pada kenyataannya masih tetap berkembang dan ditemukan jenisjenis risiko
baru hingga saat ini) menyebabkan berkembangnya teknik-teknik reasuransi untuk mengatasi
beban risiko yang berat karena makin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri adalah dengan makin banyaknya penemuan
produk dengan teknologi yang tinggi dan canggih maka akan ditemukan pula berbagai macam
risiko yang semakin komplek dan rumit serta menyebabkan tingginya nilai atau harga
pertanggungan, yang tidak mungkin diserap seluruhnya oleh pasaran domestik. Oleh sebab itu,
diperlukan teknik-teknik underwriting yang sehat dan teknik reasuransi yang makin baik serta
memadai.1
Fenomena dan kondisi perkembangan perasuransian syariah di Indonesia tersebut yang
menjadi faktor pemicu dan pendorong PT Reasuransi Internasional Indonesia atau lebih
dikenal dengan Reindo memelopori industri reasuransi syariah di Indonesia, dengan
menempatkan reasuransi syariah ini sebagai salah satu divisi yang dinamakan Divisi Khusus
Syariah, yang selanjutnya menggunakan nama PT. Reindo Syariah Unit (2004). Kebijakan dan
strategi ini menjadi lokomotif terhadap mobilisasi dan pergerakan beberapa perusahaan lain
untuk menjadi perusahaan reasuransi syariah, seperti: PT. Reasuransi Nasional Indonesia
(2005), PT. Maskapai Reasuransi Indonesia, serta Tbk (Marein) (2006). 2
Faktor lain secara makro yang juga menjadi pemicu pertumbuhan industri asuransi
syariah adalah dicabutnya fatwa darurat reasuransi konvensional. Hal ini berarti bahwa seluruh
produk asuransi yang masih berbasis bunga (seperti yang ditawarkan oleh reasuransi
konvensional) menjadi terlarang. Sehingga industri asuransi syariah hanya diperkenankan

1 A.J.Marianto, REASURANSI, Ibid., h.11


2 Hendroyono, Property and Pocuniary Insurance (AAMAI 220, 2005), Chapter 5, h.22
memperoleh dukungan kapasitas atas risikorisiko yang melebihi kemampuannya hanya dari
reasuransi yang berbasis syariah juga.
Hal ini membawa konsekuensi bahwa perusahaan asuransi syariah diwajibkan hanya
menggunakan reasuransi syariah untuk memenuhi tambahan kapasitasnya itu. Sehingga
dicabutnya status darurat bagi fatwa darurat reasuransi konvensional, maka keberadaan dan
ketersediaan, serta eksistensi perusahaan reasuransi menjadi penting kiranya bagi
perkembangan industri asuransi di Indonesia.
Reasuransi syariah merupakan pengembangan dari industri asuransi syariah yang
memiliki tujuan yang sama dengan asuransi syariah, yaitu untuk menciptaan kerjasama yang
saling menguntungkan kedua belah pihak yang terlibat, dimana satu pihak bertindak sebagai
penanggung beban kerugian (insurer) yang memungkinkan akan menimpa pihak yang
tertanggung (insured/policy holder). Pihak insurer dalam konteks asuransi syariah adalah
perusahaan asuransi syariah itu sendiri, sedangkan pihak insured adalah individu pemegang
polis. Dalam konteks reasuransi syariah, pihak insurer dalam konteks reasuransi syariah adalah
perusahaan reasuransi syariah, sedangkan pihak insured adalah perusahaan asuransi syariah.
Berbicara tentang reasuransi ada metode dan tipe-tipe reasuransi, harus di bedakan arti
antara istilah metode reasuransi dan tipe reasuransi untuk menghindari kerancuan dan
kesalahpahaman. “Metode reasuransi” hendaknya diartikan sebagai cara bagaimana para
pelaku pasar reasuransi itu melakukan kerja sama reasuransi, sedang “tipe reasuransi”
hendaknya kita artikan sebagai bentuk pelaksanaan dari cara melakukan transaksi reasuransi.
Dalam reasuransi syariah ada dua metode inti, yaitu proporsional (membagi risiko atau
partisipasi risiko secara pro rata) dan nonproporsional (excess of loss).3
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian reasuransi syariah
2. Dasar hukum reasuransi syariah
3. Metode reasuransi syariah
4. Penempatan dan bentuk bentuk reasuransi syariah
C. Tujuan Perumusan
1. Untuk mengetahui pengertian dari reasuransi syari’ah
2. Untuk mengetahui dasar hukum reasuransi syariah

3 A.J.Marianto, REASURANSI, ibid., h.56

1
3. Untuk mengetahui metode reasuransi syariah
4. Untuk mengetahui penempatan dan bentuk bentuk reasuransi syariah
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi penulis
Makalah ini bermanfaat bagi penulis dalam mengembankan penulisanya khususnya
menganai Reasuransi Syariah
2. Bagi pembaca
Makalah ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuam dan pembelajaran
3. Bagi institusi pendidikan
Makalah ini dapat dapat dijadikan sebagai referensi dalam pembuatan makalah
selanjutnya yang masih berkaitan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Reasuransi Syari’ah

Pengertian reasuransi sebagaimana tersimpul dalam KUHD pasal 271 sesuai dengan
yang dikemukakan oleh pakar reasuransi Robert I Mehr dan E. Cammack dalam bukunya
Principle of Insurance yang mengatakan: “Reinsurance is the insurance of insurance”, artinya
reasuransi adalah asuransi dari asuransi atau asuransinya asuransi. Dengan kata lain,
berdasarkan prinsip kepentingan yang dapat dipertanggungkan, perusahaan asuransi yang telah
menutup suatu pertanggungan atas resiko atau resiko-resiko di suatu daerah tertentu dapat
mempertanggungkan kembali kelebihan tanggung gugat (excess liability) yang melampaui
daya tampungnya sendiri (own retention) kepada penanggung lain.Reasuransi adalah
perjanjian asuransi yang memberikan jasa dan pertanggungan ulang terhadap risiko yang
dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian di perusahaan asuransi jiwa. 4
Secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan reasuransi adalah melemparkan kembali
risiko suatu perusahaan asuransi kepada perusahaan lain untuk mengurangi beban yang
kemungkinan akan ditanggung. Reasuransi adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan
yang dipertanggungkan atau asuransi dari asuransi. Reasuransi merupakan suatu sistem
penyebaran risiko dimana penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan
yang ditutupnya kepada penanggung yang lain. Penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan
dengan dua mekanisme, yaitu koasuransi dan reasuransi. Koasuransi adalah pertanggungan
yang dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi. Sedangkan reasuransi adalah proses
untuk untuk mengasuransikan kembali pertanggung jawaban pada pihak tertanggung. Fungsi
reasuransi adalah:
• Meningkatkan kapasitas akseptasi.
• Alat penyebaran risiko.
• Meningkatkan stabilitas usaha.
• Meningkatkan kepercayaan.

4 Herman darmawi, Manajemen asuransi, PT.Bumi Aksara, Jakarta , 2006, hlm.26-28

3
B. Dasar hukum reasuransi syariah
Dasar hukum reasuransi syariah antara lain:
1. Surat Keputusan Direktur jendral Lembaga Keuangan No. Kep.4499/LK 2000 tentang
jenis, penilaian dan pembatasan Investasi Perusahaan asuransi dan perusahaan
reasuransi dengan sistem syariah.
2. Fatwa DSN-MUI No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang pedoman umum asuransi syariah
(seharusnya mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi lembaga asuransi
syariah di Indonesia dalam bentuk sanksi hukum bagi pelanggarannya)
3. Undang-undang No 40 Tahun 2014 tentang perasuransian5

C. Metode Reasuransi Syariah


Pada dasarnya ada dua metode reasuransi syariah yaitu reasuransi syariah proportional
dan reasuransi non proportional.
1. Reasuransi Syariah Proportional.
Reasuransi proportional adalah pembagian risiko (risk sharing) secara proportional
antara pool yang dikelola oleh operator takaful dengan pool yang dikelola oleh operator
reasuransi syariah. Risiko atau liability, kontribusi dan kerugian akan dibagi dengan
proporsi yang sama.
Dalam hal terjadi klaim, bagian klaim yang menjadi tanggungan para penanggung
ulang juga akan dihitung menurut perbandingan yang seimbang antara tanggung jawab
penanggung ulang dan jumlah tanggung jawab seluruhnya dikali jumlah kerugian yang
terjadi. Untuk lebih jelasnya, dapatlah diuraikan dengan angka-angka sebagai berikut.
a) Bila terdapat pertanggungan yag dipertanggungkan kembali kepada penanggung ulang
berdasarkan kontrak pertanggungan ulang proportional sebesar 80% dari jumlah uang
yang pertanggungan yang dijamin oleh penanggung pertama, bagian premi para
penanggung ulang juga dihitung sebesar 80% x tariff (suku premi) x jumlah uang
pertanggungan.

5 Rondoni, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2018) him 98

4
b) Seperti contoh diatas, dalam hal terjadi klaim dengan jumlah kerugian seluruhnya
sebesar Rp 100 juta bagian tanggung jawab para penanggung ulang juga dihitung
sebesar 80% dari jumlah kerugian tersebut atau sama dengan Rp 80 juta. 6
2. Reasuransi Syariah Non Proportional
Berbeda dengan Reasuransi syariah proporsional, metode Reasuransi syariah Non
proporsional tidak dikenal pembagian risiko, kontribusi dan kerugian secara proporsional
antara Operator Asuransi Syariah dan Operator Reasuransi syariah.
Metode non proporsional bekerja berdasarkan besarnya kerugian, lebih tepatnya
dengan first loss basis, bukan besarnya risiko. Pool yang dikelola oleh Operator Asuransi
Syariah akan membayar klaim sampai batas tertentu, dan sisanya dibayar oleh Operator
Reasuransi syariah sampai batas tertentu pula. Oleh karena itu, Reasuransi syariah Non
Proporsional dikenal pula sebagai Excess of Loss.
Batas besarnya kerugian yang menjadi tanggung jawab Pool Asuransi Syariah
disebut Deductible atau Excess Point atau Retention atau First Loss.Istilah deductible lebih
sering digunakan dari pada yang lain.
Batas kerugian diatas deductible yang menjadi tanggung jawab Pool Reasuransi
syariah disebut sebagai limit. Dalam kebanyakan kasus, limit dibagibagi kedalam lapisan-
lapisan (layer). Banyaknya layer dan lebar setiap layer disesuaikan dengan kebutuhan dan
kesepakatan antara Operator Asuransi Syariah dan Operator Reasuransi syariah.

D. Penempatan dan Bentuk-Bentuk Reasuransi


Menurut literature dalam praktik asuransi dan atau reasuransi, terdapat tiga cara
dalam melakukan kerjasama asuransi antara pihak penanggung pertama (direct insurers)
dan pihak penanggung ulang (reinsurers). Yaitu metode reasuransi secara fakultatif,
metode reasuransi secara kontrak (treaty), dan metode reasuransi pool dan fakultatif
obligatory.7
1. Specific/Facultative Reinsurance

6 M. Syakir Sula, Asuransi Syariah (Life and General) Konsep dan Sistem Operasional,
ibid., hal. 272 - 273
7 Muhammad Syakir Sula. Asuransi Syariah (Life and General)konsep dan sistem operasional(JakartaGema

Insani2004)hal: 263

5
Specific/facultative reinsurance yaitu aktivitas penempatan reasuransi yang
didasarkan pada kepentingan masing-masing pihak, Perusahaan asuransi boleh
menawarkan atau tidak menawarkan risiko yang di luar batas kemampuan membayar
kepada reasuransi,!sebaliknya reasuransi boleh menerima atau menolak apabila
ditawari risiko tersebut.
2. Automatic/Treaty Reinsurance
Automatic/treaty reinsurance yaitu perjanjian reasuransi di mana perusahaan
asuransi setuju atas penempatan kelebihan risiko kepada reasuransi dan reasuransi
secara otomatis menyetujui atas penempatan kelebihan risiko tersebut dari perusahaan
asuransi sampai batas jumlah tertentu yang telah disetujui bersama.
3. Facultative Obligatory Reinsurance
Facultative obligatory reinsurance yaitu gabungan antara facultative insurance
dengan treaty insurance. Perusahaan asuransi boleh menempatkan atau tidak
menempatkan kelebihan risiko kepada reasuransi. Akan tetapi apabila perusahaan
asuransi berkehendak menempatkan kelebihan risiko, maka reasuransi harus
menerimanya sampai batas jumlah yang disetujui bersama.

Berdasarkan hubungan antara pool takaful dan pool retakaful dan bagaimana
retakaful itu direalisasikan dan diadministrasikan ada dua tipe retakaful yaitu:8
1) Reasuransi Syariah Fakultatif
Fakultatif adalah reasuransi syariah yang kontrak atau akadnya
dilakukan per risiko dan sifatnya tidak wajib bagi kedua belah pihakTidak ada
kewajiban di pihak operator takaful untuk mensesikan sebagian risiko kepada
pool reasuransi syariah dan tidak ada pula kewajiban bagi operator reasuransi
syariah untuk menerima sesi risiko yang ditawarkan oleh operator takaful.
Dalam reasuransi syariah fakultatif, proses penawaran, akseptasi administrasi,
dan klaim antara operator takaful dan operator reasuransi syariah dilakukan
risiko per risiko. Operator reasuransi syariah memiliki akses penuh pada semua
informasi detail dari setiap risiko yang ditawarkan.
2) Reasuransi Syariah Treaty

8 pta-jambi.go.id/.../Asuransi dan Reasuransi%2

6
Treaty adalah kontrak atau akad antara pool asuransi syariah (diwakili
oleh operator asuransi syariah) dan pool reasuransi syariah (diwakili oleh
operator reasuransi syariah) dimana pool reasuransi syariah yang memberikan
proteksi atau kapasitas otomatis atas suatu portofolio risiko asuransi syariah
Treaty bersifat wajib bagi kedua belah pihak. Operator asuransi syariah
wajib mensesikan setiap risiko ke dalam pool reasuransi syariah dengan
ketentuan dan syarat-syarat yang telah disepakati sepanjang risiko tersebut
tidak bertentangan dengan ketentuan treaty. Demikian pula operator reasuransi
syariah tidak memiliki pilihan kecuali diwajibkan menerima sesi risiko tersebut.
Dalam treaty, operator reasuransi syariah tidak selalu memiliki
kesempatan untuk mengetahui informasi detail suatu risiko kecuali treaty yang
disepakati mensyaratkan agar operasi asuransi syariah membuat daftar risiko-
risiko yang disesikan untuk diberikan kepada operator reasuransi syariah Treaty
diperuntukkan bagi suatu portofolio atau kumpulan risiko-risiko untuk jangka
waktu tertentu yang disepakati.

7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Reasuransi adalah perjanjian asuransi yang memberikan jasa dan pertanggungan
ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi kerugian di perusahaan
asuransi jiwa. Reasuransi merupakan suatu sistem penyebaran risiko dimana penanggung
menyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada
penanggung yang lain. Dasar hukum reasuransi syariah yakni sesuai dengan surat
keputusan direktur jendral keuangan, fatwa DSN-MUI serta UU No.40 Tahun 2014 tentang
perasuransian. Berbicara tentang reasuransi ada metode dan tipe-tipe reasuransi, harus di
bedakan arti antara istilah metode reasuransi dan tipe reasuransi untuk menghindari
kerancuan dan kesalahpahaman. “Metode reasuransi” hendaknya diartikan sebagai cara
bagaimana para pelaku pasar reasuransi itu melakukan kerja sama reasuransi, sedang “tipe
reasuransi” hendaknya kita artikan sebagai bentuk pelaksanaan dari cara melakukan
transaksi reasuransi. Dalam reasuransi syariah ada dua metode inti, yaitu proporsional
(membagi risiko atau partisipasi risiko secara pro rata) dan nonproporsional (excess of loss)

8
DAFTAR PUSTAKA
Darmawi, Herman. Manajemen asuransi, PT. Bumi Aksara, Jakarta,2006
Hendroyono, Property and Pocuniary Insurance (AAMAI 220,2005) Chapter 5
Rondoni, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta : Zikrul Hakim,2018)
Sula, Muhammad Syakir, Asuransi Syariah (Life and General) konsep dan sistem
operasional (Jakarta Gema Insani 2004)

Anda mungkin juga menyukai