Studi Kasus Mitigasi Bencana Tsunami Di Jepang
Studi Kasus Mitigasi Bencana Tsunami Di Jepang
Tugas Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Mitigasi Bencana
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “STUDI KASUS MITIGASI BENCANA TSUNAMI
DI JEPANG” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai mitigasi bencana Tsunami. Pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Pargito, M.Pd dan Ibu Irma Lusi N, S.Pd., M.Si. selaku dosen pengampu pada
mata kuliah mitigasi bencana.
2. Kedua orang tua penulis, yang telah memberikan semangat dan kasih sayang.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik
dan saran sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. Harapan penulis,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pribadi dan pembaca.
Lian Nurhaliza
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 4
BAB IV PENUTUP................................................................................................................9
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................9
4.2 Saran.....................................................................................................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan
hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di dasar
laut. Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan
kedalaman 7000 m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini
hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah
laut tidak lebih dari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar diatasnya jarang
merasakan adanya tsunami.
Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang antara
dua puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara puncak-puncak
gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal,
teluk, atau muara sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya
meningkat puluhan meter dan bersifat merusak.
Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang Tsu artinya pelabuhan dan nami artinya
gelombang laut. Dari kisah inilah muncul istilah tsunami. Awalnya tsunami berarti
gelombang laut yang menghantam pelabuhan. Jepang merupakan salah satu Negara yang
mengalami bencana alam Tsunami.
4
1.3 Tujuan penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian yang
hendak dicapai adalah untuk mengetahui dan menganalisis sejarah, penyebab, dan bagaimana
mitigasi bencana Tsunami di Negara Jepang.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tsunami
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan
hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di dasar
laut. Kecepatan gelombang tsunami bergantung pada kedalaman laut. Di laut dengan
kedalaman 7000 m misalnya, kecepatannya bisa mencapai 942,9 km/jam. Kecepatan ini
hampir sama dengan kecepatan pesawat jet. Namun demikian tinggi gelombangnya di tengah
laut tidak lebih dari 60 cm. Akibatnya kapal-kapal yang sedang berlayar diatasnya jarang
merasakan adanya tsunami.
Berbeda dengan gelombang laut biasa, tsunami memiliki panjang gelombang antara
dua puncaknya lebih dari 100 km di laut lepas dan selisih waktu antara puncak-puncak
gelombangnya berkisar antara 10 menit hingga 1 jam. Saat mencapai pantai yang dangkal,
teluk, atau muara sungai gelombang ini menurun kecepatannya, namun tinggi gelombangnya
meningkat puluhan meter dan bersifat merusak. Istilah tsunami berasal dari bahasa Jepang
Tsu artinya pelabuhan dan nami artinya gelombang laut. Dari kisah inilah muncul istilah
tsunami.
B. Bencana
C. Mitigasi
Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran, dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Jepang termasuk ke dalam salah satu Negara yang pernah mengalami bencana alam
Tsunami.
Pada tanggal 11 Maret 2011, gempa berkekuatan (Mw) 9,1 terjadi di lepas pantai
timur laut Honshu di Palung Jepang. Tsunami yang ditimbulkan oleh gempa bumi tiba di
pantai dalam waktu 30 menit, melampaui tembok laut dan melumpuhkan tiga reaktor nuklir
dalam beberapa hari. Peristiwa Gempa Bumi dan Tsunami Tohoku 2011, yang sering disebut
sebagai Gempa Bumi dan Tsunami Besar Jepang Timur , mengakibatkan lebih dari 18.000
orang tewas, termasuk beberapa ribu korban yang tidak pernah pulih. Gempa mematikan
tersebut merupakan gempa terbesar yang pernah tercatat di Jepang dan terbesar ketiga di
dunia sejak tahun 1900 .
Peristiwa 2011 dihasilkan dari patahan dorong pada batas lempeng zona subduksi
antara lempeng Pasifik dan Amerika Utara , menurut US Geological Survey .Wilayah ini
memiliki tingkat aktivitas seismik yang tinggi, dengan potensi tsunami. Gempa bumi masa
lalu yang menimbulkan tsunami di wilayah tersebut termasuk peristiwa mematikan
pada tahun 1611 , 1896 , dan 1933 .Gempa 11 Maret 2011 menimbulkan tsunami dengan
ketinggian gelombang maksimum hampir 40 meter (130 kaki) di Prefektur Iwa . Para peneliti
juga menetapkan bahwa pantai Pasifik Jepang sepanjang 2.000 kilometer (1.242 mil) terkena
dampak tsunami.
Mitigasi bencana tsunami yang dilakukan pemerintah jepang dalam kasus tsunami
Tohoku 2011 adalah dengan cara pengembangan pemulihan dan strategi mitigasi tsunami
yang baru, yang bertujuan untuk perlindungan yang lebih efesien dari bencana alam di masa
mendatang, diperlukan dalam langkah pertama revisi kinerja dan efisiensi penanggulangan
7
tsunami yang digunakan sejauh ini, dengan mempertimbangan pelajaran yang dipetik dari
proses rekonstruktur setelah bencana tsunami yang lalu, serta penyesuaian terhadap kondisi
wilayah tertentu. Kebijakan pemulihan yang ditetapkan oleh pemerintah oleh pemerintah
Jepang setelah tsunami Tohoku 2011 mempromosikan kombinasi dari tiga penanggulangan
utama untuk pengurangan resiko tsunami di masa depan, yaitu fasilitas perlindungan pantai
structural atau non struktural, peraturan penggunaan lahan dan manajemen darurat. Kebijakan
rekonstruksi disajikan dengan perhatian khusus diberikan pada penanggulangan tsunami
structural atau non struktural yang direncanakan atau sudah diperkenalkan seperti tanggul
laut, dinding laut, hutan pantai, tanggul, dan perencanaan tata guna lahan.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan
hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di dasar
laut. Pada tanggal 11 Maret 2011, gempa berkekuatan (Mw) 9,1 terjadi di lepas pantai timur
laut Honshu di Palung Jepang. Peristiwa 2011 dihasilkan dari patahan dorong pada batas
lempeng zona subduksi antara lempeng Pasifik dan Amerika Utara , menurut US Geological
Survey .Wilayah ini memiliki tingkat aktivitas seismik yang tinggi, dengan potensi tsunami.
Pemerintah Jepang setelah tsunami Tohoku 2011 mempromosikan kombinasi dari tiga
penanggulangan utama untuk pengurangan resiko tsunami di masa depan, yaitu fasilitas
perlindungan pantai structural atau non struktural, peraturan penggunaan lahan dan
manajemen darurat. Kebijakan rekonstruksi disajikan dengan perhatian khusus diberikan
pada penanggulangan tsunami structural atau non struktural yang direncanakan atau sudah
diperkenalkan seperti tanggul laut, dinding laut, hutan pantai, tanggul, dan perencanaan tata
guna lahan.
4.2 Saran
Kegiatan penelitian ini semoga bisa sebagai referensi tambahan dan batu loncatan
untuk penelitian yang selanjutnya, karena masih banyak hal yang perlu dikaji dan diteliti
untuk kesempurnaan dan kebaikan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10