Kasus Ny. M usia 30 tahun mengeluh pusing sejak 3 hari yang lalu serta merasakan mulas dan keluar air-air dari jalan lahir pukul 04.00 WIB, tetapi belum keluar lendir bercampur darah. Pukul 06.30 WIB ibu dirujuk ke RSUD Cimacan diantar oleh bidan. Dari hasil pengkajian di bidan praktik mandiri, didapatkan data yaitu tekanan darah 180/110 mmHg, DJJ 149x/mnt, serta hasil protein urin positif (+2). Ibu mendapatkan terapi obat antihipertensi yaitu nifedipin 1x10 mg. Sebelum dilakukan rujukan dan tidak dipasang infus. Ini merupakan kehamilan ketiga dan belum pernah keguguran. Ibu memiliki penyakit darah tinggi sejak 1 bulan yang lalu dan sudah berobat ke dokter serta mendapatkan terapi anti hipertensi. Data Obyektif Tekanan Darah : 150/100 mmHg, Nadi : 82x/menit, Respirasi : 22x/menit, Suhu : 36,5°C. BB : 62 kg, Kenaikan BB selama hamil : 7 kg. Dari data Obyektif ditemukan pemeriksaan dalam batas normal kecuali adanya oedema pada kedua kaki , kuku berwarna kemerahan dan refleks patella (+). Data Subyektif Ini merupakan kehamilan ketiga dan belum pernah keguguran. Gerakan janin dirasakan pertama kali pada usia kehamilan 4 bulan, gerakan janin aktif. Selama hamil ibu sudah memeriksakan kehamilannya sebanyak 6 kali ke bidan dan setiap dilakukan pemeriksaan hasil tekanan darah ibu tinggi. Ibu mengkonsumsi tablet penambah darah yang diberikan oleh bidan. Ibu sudah mendapatkan terapi dari dokter namun ibu jarang mengkonsumsi obat yang diberikan sehingga tekanan darah ibu tidak teratasi. Analisa Ny. M usia 30 tahun G3P2A0 hamil 40 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan preeklampsi berat, janin tunggal hidup presentasi kepala. Dari hasil pengkajian di bidan praktik mandiri didapatkan data yaitu tekanan darah 180/110 mmHg, DJJ 149x/mnt, serta hasil protein urin positif (+2). Ibu mendapatkan terapi obat antihipertensi yaitu nifedipin 1x10 mg. Sebelum dilakukan rujukan dan tidak dipasang infus Masalah Preeklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Preeklamsia yang sudah parah dan diikuti kejang dapat berkembang menjadi eklampsia. Preeklampsia dan eklampsia yang terjadi saat atau sesaat setelah kehamilan dapat mengakibatkan masalah kesehatan yang serius bagi ibu. Bahkan bisa mengakibatkan kematian. Patofisiologi Patofisiologi terjadinya preeklampsia dapat dijelaskan sebagai berikut : 1) Sistem Kardiovaskuler Pada preeklampsia, endotel mengeluarkan vasoaktif yang didominasi oleh vasokontriktor, seperti endotelin dan tromboksan A2. Selain itu, terjadi penurunan kadar renin, angiotensin I, dan angiotensin II dibandingkan kehamilan normal. 2) Perubahan Metabolisme a. Penurunan reproduksi prostaglandin yang dikeluarkan oleh plasenta. b. Perubahan keseimbangan produksi prostaglandin yang menjurus pada peningkatan tromboksan yang merupakan vasokonstriktor yang kuat, penurunan produksi prostasiklin yang berfungsi sebagai vasodilator dan menurunnya produksi angiotensin II-III yang menyebabkan makin meningkatnya sensitivitas otot pembuluh darah terhadap vasopressor. c. Perubahan ini menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah dan vasavasorum sehingga terjadi kerusakan, nekrosis pembuluh darah, dan mengakibatkan permeabilitas meningkat serta kenaikan darah. d. Kerusakan dinding pembuluh darah, menimbulkan dan memudahkan trombosit mengadakan agregasi dan adhesi serta akhirnya mempersempit lumen dan makin mengganggu aliran darah ke organ vital. e. Upaya mengatasi timbunan trombosit ini terjadi lisis,sehingga dapat menurunkan jumlah trombosit darah serta memudahkan jadi perdarahan. 3) Sistem Darah dan Koagulasi Pada perempuan dengan preeklampsia terjadi trombositopenia, penurunan kadar beberapa faktor pembekuan, dan eritrosit dapat memiliki bentuk yang tidak normal sehingga mudah mengalami hemolisis. Jejas pada endotel dapat menyebabkan peningkatan agregasi trombosit, menurunkan lama hidupnya, serta menekan kadar antitrombin III 4) Homeostasis Cairan Tubuh Pada preeklampsia terjadi retensi natrium karena meningkatnya sekresi deoksikortikosteron yang merupakan hasil konversi progesteron. Pada wanita hamil yang mengalami preeklampsia berat, volume ekstraseluler akan meningkat dan bermanifestasi menjadi edema yang lebih berat daripada wanita hamil yang normal. Mekanisme terjadinya retensi air disebabkan karena endothelial injury 5) Ginjal Selama kehamilan normal terjadi penurunan aliran darah ke ginjal dan laju filtrasi glomerulus. Pada preeklampsia terjadi perubahan seperti peningkatan resistensi arteri aferen ginjal dan perubahan bentuk endotel glomerulus. Filtrasi yang semakin menurun menyebabkan kadar kreatinin serum meningkat. Terjadi penurunan aliran darah ke ginjal, menimbulkan perfusi dan filtrasi ginjal menurun menimbulkan oliguria. Kerusakan pembuluh darah glomerulus dalam bentuk “gromerulo-capilary endhotelial” menimbulkan proteinuria 6) Serebrovaskular dan gejala neurologis lain Gangguan seperti sakit kepala dan gangguan pengelihatan. Mekanisme pasti penyebab kejang belum jelas. Kejang diperkirakan terjadi akibat vasospasme serebral, edema, dan kemungkinan hipertensi mengganggu autoregulasi serta sawar darah otak. 7) Hepar Pada preeklampsia ditemukan infark hepar dan nekrosis. Infark hepar dapat berlanjut menjadi perdarahan sampai hematom. Apaabila hematom meluas dapat terjadi rupture subscapular. Nyeri perut kuadran kanan atas atau nyeri epigastrium disebabkan oleh teregangnya kapsula Glisson 8) Mata Dapat terjadi vasospasme retina, edema retina, ablasio retina, sampai kebutaan.
Preeklampsia adalah komplikasi kehamilan yang cukup serius, yaitu
kondisi ketika tekanan darah ibu hamil meningkat disertai adanya protein di dalam urine. Kondisi ini diduga dipicu oleh plasenta janin yang tidak berfungsi atau berkembang dengan baik. Secara umum, gejala yang muncul akibat preeklamsia adalah hipertensi sehingga ibu hamil dan keluarga dapat mengenal tanda-tanda hipertensi dalam kehamilan, khususnya bila di temukan dapat memperburuk kondisi ibu sehingga tidak terjadi komplikasi.