Proposal Mawaddatul
Proposal Mawaddatul
PROPOSAL
OLEH:
MAWADDATUL MAYKAM
7319201023
Nim : 7319201023
Telah dilakukan perbaikan sesuai dengan saran penguji dan pembimbing karena
itu penelitian proposal ini sudah dapat dilakukan sejak tanggal persetujuan ini
diberikan
Enrekang,.......................2022
Penguji
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Studi Bimbingan Dan Konseling
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian.........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian.......................................................................................8
BAB II...................................................................................................................10
KAJIAN PUSTAKA............................................................................................10
Berfokus Solusi).............................................................................................10
C. Penelitian Relevan......................................................................................29
D. Kerangka Berpikir......................................................................................31
BAB III..................................................................................................................33
METODOLOGI PENELITIAN.........................................................................33
A. Metode Penelitian......................................................................................33
C. Instrumen Penelitian...................................................................................35
ii
E. Teknik Analisis Data..................................................................................40
F. Jadwal Penelitian........................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................44
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pengetahuan, pemahaman, dan metode ini bekerja dengan baik. Manusia adalah
yang membedakan manusia dengan organisme lain dan satu sama lain. Ketika
Pendidikan adalah segala daya upaya dan semua usaha mengubah sikap
negara.
Undang No.20 Tahun 2003 tentang sisdiknas dalam pasal 1 disebut bahwa
pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan potensi diri,
1
kepribadian, kecerdasan, akhalk mulia, serta keterampilan, yang diperlukan
melalui proses pembelajaran. Dalam pasal 4 dijelaskan bahwa peserta didik adalah
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.
mencetak generasi unggulan yang menjadi tumpuan harapan umat dimasa yang
akan datang, dan ini bisa dilakukan oleh orang-orang yang peduli dan punya
akan suatu keadaaan yang menjadikan individu itu sendiri sadar dan paham betul
dengan apa yang terjadi, dan apa yang akan terjadi. Kesadaran sosial adalah
bentuk kesadaran diri mengenali kepribadian kita lalu menyadari pengaruh faktor-
faktor tersebut atas penilaian, keputusan dan interaksi kita dengan orang lain.
gambaran atas kondisi mental diri sendiri maupun orang lain ke dalam diri
dengan yang terjadi, siapa yang ada di sekitar, apa yang mereka lakukan, apa
2
juga berkaitan dengan empati dan kepekaan sosial seseorang (Tassiello et al.,
2018). Kesadaran sosial juga terbangun dari empati kognitif dan emotif
fungsi adaptasi dan sosialisasi seseorang dalam konteks multi-budaya dari usia
dini hingga dewasa (Jones et al., 2015). Kesadaran sosial adalah acuan dalam
mengambil perspektif dengan orang lain, menghargai orang lain dengan latar
belakang berbeda, serta memahami norma sosial dan daya dukung lingkungan
kesadaran sosial terbangun dari tiga dimensi utama yakni: Tacit Awareness, Focal
pandang dari diri sendiri atau orang lain. Focal Awareness adalah kesadaran objek
observasi baik diri sendiri atau orang lain. Sedangkan content awareness adalah
berempati dengan orang lain dari berbagai latar belakang dan budaya. Pengakuan
dan evaluasi masalah yang sama dan berbeda secara individu dan kelompok
(Casel, 2015).
manusia akan hak dan kewajiban seorang pribadi manusia untuk hidup berbangsa
3
menyebutkan bahwa siswa dengan kesadaran sosial yang tinggi menunjukkan
gejala depresi yang rendah. Siswa dengan pemahaman kesadaran sosial yang
Kesadaran sosial yang terbentuk melalui proses pendidikan yang matang akan
sosial dengan seseorang. Namun disisi lain kesadaran sosial telah terkikis atau
Kesadaran sosial perlu dibangun pada diri tiap individu dalam kehidupan
ciri saling menghargai, mandiri, mengetahui tujuan hidup, disiplin dan mampu
membuat keputusan.
4
Apabila hal ini terus terjadi dan tidak ada usaha untuk mengubah situasi tersebut
menjadi tidak tentram, yang kuat akan berkuasa, yang pandai akan menguasai
mengalami penurunan tentang kesadaran sosial. Di era milenial ini SMP Negeri 2
peserta didik. Sedikit banyak siswa di SMP Negeri 2 Enrekang ini nilai sosialnya
masih kurang baik, beberapa dari mereka masih melakukan perbuatan yang belum
sesuai dengan nilai sosial pada semestinya, misalnya beberapa peserta didik masih
sibuk mengobrol dengan suara keras saat belajar atau saat guru sedang
menggunakan bahasa yang kurang tepat ataupun kurang baik. Serta hubungan
antar sesama temanpun masih dikatakan jauh dari sadar sosial, dibuktikan dengan
terjadi perkelahian antar siswa, terjadi bulying antar sesama teman bahkan
beberapa siswa merasa lebih senior dari adik kelasnya, dengan alasan rasa tinggi
hati seperti dalam proses berinteraksi ataupun dari pribadi siswa itu sendiri. Ini
semua akan berakibat buruk pada masa depan mereka jika dibiarkan tetap
sedemikian adanya. Sebab mereka akan kehilangan rasa hormat terhadap orang
yang lebih tua dan akan mencerminkan perilaku buruk dalam bermasyarakat
nantinya.
5
(konseling singkat berfokus solusi) penggunaan pendekatan ini lebih menekankan
pada singkatnya waktu konseling dan mempunyai banyak riset yang membuktikan
cukup dimiliki oleh siswa pelajar pada masa remaja akhir yang akan masuk ke
satu alternatif untuk dilaksanakan pada setting sekolah sebagai wadah untuk
meningkatkan kesadaran sosial siswa karena pada seting pendidikan akan lebih
efektif dengan adanya suatu terapi yang digunakan dalam waktu yang singkat juga
oleh konselor. Pendekatan SFBC sangat sesuai untuk konselor sekolah dan setting
sekolah, karena pada pendekatan ini koselor sekolah bisa berkolaborasi dengan
siswa untuk menyelesaikan masalahnya yang berfokus pada pencarian solusi dan
konseling yang dilakukan dengan efektif dan efisien karena waktu konseling
6
terbatas dan terfokus pada kompetensi, kekuatan, kemungkinan dan upaya solusi
(Sugara, 2019). Fokus konseling singkat berfokus solusi adalah cara siswa
mengatasi permasalahan yang dihadapinya pada saat ini dan apa yang mereka
yang sangat fokus dalam perspektif klien. Kedua adalah menghasilkan solusi yang
membangun tujuan-tujuan (goals) yang jelas dan konkrit. Bagian dari proses dan
yang dapat mereka lakukan daripada memikirkan bagaimana cara agar situasi
B. Rumusan Masalah
sebagai berikut:
Enrekang?
7
2. Bagaimana efektivitas pendekatan solution-focused brief counseling
Enrekang?
C. Tujuan Penelitian
ini adalah:
Negeri 2 Enrekang.
Negeri 2 Enrekang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini meliputi manfaat teoritis dan
praktis. Manfaat teoritis yaitu manfaat dalam bentuk teori yang diperoleh dari
penelitian ini, sedangkan manfaat praktis adalah manfaat yang dapat diperoleh
secara praktik dari penelitian ini. Penjelasan mengenai manfaat teoritis dan praktis
1. Manfaat Teoritis
8
Konseling khususnya yang berkaitan dengan pemberian layanan
2. Manfaat Praktis
ditawarkan.
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
dalam mengembangkan model dan teori SFBC yang ada pada saat ini. Secara
kebenaran dan realitas bukanlah sesuatu yang bersifat absolut, namun realitas dan
(constructivist therapy), ada pula yang menyebutnya dengan terapi berfokus solusi
selain itu juga disebut terapi singkat berfokus solusi . Dari semua sebutan untuk
SFBC, sejatinya semua merupakan pendekatan yang didasari oleh filososfi post-
dengan efektif dan efisien karena waktu konseling terbatas dan terfokus pada
konseling singkat berfokus solusi adalah cara siswa mengatasi permasalahan yang
10
dihadapinya pada saat ini dan apa yang mereka lakukan untuk menyelesaikan
masalahnya.
1. Pengertian SFBC
oleh Steve De Shazer dan Insoo Kim Berg. Franklin (2015) menjelaskan
mengedepankan daya pada diri konseli untuk mencari jalan keluar atau
11
solusi, sehingga konseli akan memilih sendiri tujuan yang hendak ia capai
lebih berfokus pada solusi, bertindak, dan mewujudkan jalan keluar seperti
yang dikehendaki.
membahas mengenai hal apa yang ingin diubah dari apa yang sedang ia
rasakan akibat masa lalunya dan membahas mengenai hal apa yang ingin
diubah dari apa yang sedang ia rasakan. Jadi, terapi ini lebih memfokuskan
pada cara penyelesaian dari pada berpusat pada masalah atau problematika
dari klien.
1. Bersifat Positif
12
2. Mengandung Proses
yang lama hari ini dan tetap berada pada jalur yang tepat, hal apa yang
akan anda lakukan dengan cara yang berbeda atau hal berbeda apa
4. Bersifat Praktis
Sifat praktis itu terwakili oleh jawaban yang memadai atas pertanyaan
“sejauh mana tujuan anda bisa dicapai?” kata kunci di sini adalah dapat
Hal tersebut terwakili oleh jawaban atas pertanyaan “apa yang akan
baik.
13
7. Menggunakan Bahasa Konseli
konselor/konseli)
2. Tujuan SFBC
masalah mereka.
solusi.
14
Tujuan lain dari solution focused brief counseling (SFBC) adalah
untuk memulihkan indera perasa pada satu keadaan yang terbuka dan
berfikir (kognitif) yang lebih logis dan rasional. Dan tujuan utama adalah
danhasilyang diinginkan.
15
daripada membicarakan masalah, serta mengarahkan konseli untk mencapai
ketika muncul masalah, tapi karena sesuatu hal, permasalahan itu tidak
16
seseorang tidak dapat diamati dengan mudah, seperti perasaan, suasana
kepada konseli untuk diselesaikan pada antara sesi pertama dan sesi kedua.
Konselor dapat berkata: “Di antara saat ini dan pertemuan kita
menjelaskan pada saya pada pertemuan yang akan dating, tentang apa
harapkan terus terjadi” (de Shazer, 1985, hlm. 137 dalam Corey, 2016).
Pada sesi kedua, konseli dapat ditanya tentang apa yang telah mereka
amati dan apa yang mereka inginkan dapat terjadi di masa mendatang.
akan diberikan pada konseli. Dalam pemberian umpan balik ini memiliki
yang tulus (tidak dibuat-buat) tentang apa yang sudah dilakukan oleh
jembatan penghubung dari pujian awal pada tugas yang akan diberikan.
Jembatan ini berisi tentang dasar pemikiran pemberian tugas. Aspek ketiga
dari umpan balik adalah pemberian tugas pada klien, yang dapat dianggap
17
4. Tahapan Pelaksanaan Pendekatan SFBC
kolaboratif dar melihat hal tersebut sebagai hal dibutuhkan agar terapi
mereka sendiri dan sering kali memiliki pemahaman yang baik tentang apa
saja yang bekerja dan tindakan apa saja yang tidak bekerja untuk dirinya di
masa lalu, dan tindakan-tindakan apa saja yang dapat bekerja untuk dirinya
di masa depan. Jika klien terlibat dalam proses terapi mulai dari awal
18
3) Salah satu cara untuk segera berinteraksi pada awal pertemuan
sedari awal-awal
complaint)
perubahan.
19
konseli “Setelah kita berbincang tentang hobimu, apa yang
dan spesifik.
konseling.
20
4) Pembahasan perinci tentang perubahan positif dapat mendorong
bagi konseli.
Implementing Intervention)
tersebut.
terjadi lagi?”
21
4) Alternatif intervensi yang telah dirancang melalui pertanyaan-
konseling.
konseling.
peserta didik yang datang untuk proses konseling, mereka memiliki latar
22
didikkedepannya. Ada beberapa teknik yang dapat konselor atau peneliti
membangun solusi.
1. Membangun Solusi
23
pertanyaan berskala yang digunakan konselor untuk mengukur sejauh
mana perubahan yang telah dirasakan oleh konseli sebagai berikut: “Pada
skala nol (0) sampai sepuluh (10), di mana nol adalah bagaimana
bapak dan 10 adalah perasaan Andi ketika terjadi keajaiban dan masalah
pada sesi awal ini konseli belum memahami hakikat solusi yang
alami. Hal tersebut dapat dipahami oleh konselor sebagai suatu kewajaran
task/FFST).
24
berusaha menjelaskan dan meminta maaf atas kesalahan yang Anda
mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap prasaan orang
lain dan lebih mampu untuk mendengarkan pendapat orang lain dan
orang lain, peka terhadap apa yang sedang dirasakan orang lain dan lebih
25
Kesadaran sosial adalah kesadaran secara penuh dalam diri seseorang
ini, konsep kesadaran sosial memiliki dua keutamaan hidup manusia yang
tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, yakni hak dan
mengerti akan suatu keadaaan yang menjadikan individu itu sendiri sadar
dan paham betul dengan apa yang terjadi, dan apa yang akan terjadi.
dan interaksi kita dengan orang lain. Ada 3 (tiga) indikator keberhasilan
Awareness adalah kesadaran sudut pandang dari diri sendiri atau orang
lain. Focal Awareness adalah kesadaran objek observasi baik diri sendiri
26
Taksonomi kesadaran sosial yang merupakan persilangan matriks
dari ketiga dimensi yaitu Tacit Awareness, Focal Awareness, dan content
kesadaran sosial dapat dipengaruhi oleh tujuan dan motif. Tujuan dan
27
motif tersebut merefleksikan infromasi sosial yang dibutuhkan oleh
seseorang.
dengan kita
C. Penelitian Relevan
Adapun penelitian yang relevan dengan masalah yang penulis teliti, yaitu
sebagai berikut:
28
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hasbi Al Haikal
sebesar 13,6%; (b) Kesadaran sosial siswa dapat menjadi slah satu topik
siswa SMA.
29
2. Dari hasil penelitian yang dilakukan Erniwati La Abute dengan Judul :
penampilan diri dilihat dari presfektif orang lain. (b) pengalaman orang
lain dilihat dari presfektif dirinya. (c) penampilan orang lain dilihat dari
presfektif diri sendiri. (d) Penampilan diri dilihat dari presfektif diri
sendiri. (e) pengalaman diri dilihat dari presfektif orang lain. (f)
pengalaman orang lain dilihat dari presfektif diri. (g) penampilan orang
D. Kerangka Berpikir
Kesadaran sosial perlu dibangun pada diri tiap individu dalam kehidupan
kesadaran sosial bisa melalui penumbuh kembangan rasa empati kepada orang
30
dengan orang lain dari berbagai latar belakang dan budaya. Pada konteks
pendidikan, kesadaran sosial bertujuan untuk menyadarkan manusia akan hak dan
(Abute, 2019).
dengan permasalahan yang ada ke dalam sebuah bentuk model konsepsi sebagai
berikut:
Solution-Focused Brief
Conseling (SFBC)
Efektivitas
Pendekatan SFBC
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data
dalam hal ini peneliti menggunakan suatu perlakukan untuk mengetahui suatu
akibat dari perlakuan tersebut. Desain penelitian one group pretest-posttest yang
(perlakuan).
32
Tabel 3.1Desain PenelitianOne Group Pre Test-Post Test
O1 X O2
Keterangan :
1. Populasi
Populasi adalah suatu wilayah generalisai yang terdiri atas objek atau
(Sugiono, 2008:115). Dalam penelitian ini peserta didik kelas VIII B SMP
penelitian ini, maka peneliti menyajikan data peserta didik kelas VIII B di SMP
33
Tabel 3.2 Data Populasi Penelitian Peserta Didik Kelas VIII B di
2. Sampel
sampling yaitu cara mengambil sampel bukan didasarkan strata, random, atau
sosial yang sangat rendah dan 4 peserta didik dengan kategori kesadaran sosial
sampel dalam penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini diambil karena
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data penelitian agar pekerjaannya menjadi lebih mudah dan
34
baik, dalam arti lebih cermat, lengkap sistematis sehingga lebih mudah untuk
bagaimana dan apa yang harus dilakukan untuk memperoleh data di lapangan.
Instrumen penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa angket atau
kuisioner yang dibuat sendiri oleh peneliti. Sugiyono (2015, hlm. 92) menyatakan
bahwa “Instrumen penelitian adalah suatu alat pengumpul data yang digunakan
untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Dengan demikian,
menghasilkan data yang akurat yaitu dengan menggunakan skala Likert. Sugiyono
(2015, hlm. 134) menyatakan bahwa “Skala Likert digunakan untuk mengukur
suatu sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang suatu
1. S : Selalu
2. SR : Sering
3. KK : Kadang-kadang
4. P : Pernah
5. TP : Tidak Pernah
35
dengan sumber data atau teori yang diambil”. Kisi-kisi instrument penelitian
sebelumnya harus melalui tahap uji coba atau proses pengembangan instrumens
instrumen penelitian terdiri dari dua bagian yaitu uji validitas dan uji reliabilitas
yang digunakan untuk menguji tiap item pernyataan yang terdapat pada angket
yang dibuat oleh peneliti. Apabila item pernyataan sudah valid dan reliabel maka
item pernyataan pada angket tersebut sudah bisa digunakan untuk mengumpulkan
data. Uji validitas dan reliabilitas angket kesadaran sosial pada peserta didik atau
1. Uji Validitas
antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang
apakah data yang telah didapat setelah penelitian merupakan data yang
r N ∑ xy− (∑ x )(∑ y )
xy=¿ ¿
√ {( N ∑ X )−(∑ X )} {( N ∑ Y )−( ∑ Y )}
2 2 2 2
Keterangan :
36
: Keefisiensi korelasi antara variabel bebas dan terikat
Σ : jumlah total hasil perkalian antara variabel antara variabel bebas dan
terikat
2. Uji Reliabilitas
yaitu :
r
) )( σ t )
∑ σb 2
( ( k−1
11=
k
1− 2
Keterangan :
37
k : banyaknya butir pertanyaan atau soal
𝜎2 : varian total
Kaidah keputusan :
yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu observasi,
1. Observasi
2. Angket
38
Angket merupakan sejumlah pertnayaan tertulis yang digunakan
diketahui olehnya. Angket atau kuesioner adalah satu set tulisan tentang
instrument penelitiannya.
3. Wawancara
pikiran dengan sesi tanya jawab, baik dilakukan secara langsung maupun
Berdasarkan data yang diperoleh maka perlu untuk diolah dan dianalisis.
Analisis data dalam suatu penelitian ilmiah merupakan bagian yang sangat
penting karena dengan adanya analisis data, masalah dalam penelitian tersebut
dapat diketahui jawabannya.Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai ialah
untuk mengetahui apakah kesadaran sosial pada peserta didik atau peserta didik
39
dapat ditingkatkan ketika menerapkan tehnik Solution Focused Brief Counseling
Dalam sebuah metode analisis data merupakan suatu cara untuk mengolah
sebuah data yang diperlukan oleh peneliti. Sehingga data yang diperoleh tidak
langsung disimpulkan tetapi akan diolah terlebih dahulu, diatur dan dianalisis
supaya dapat diambil keputusan dari hasil peneliti ini. Tehnik analisis data yang
dilakukan dengan cara membandingkan dua nilai dari efek perlakuan yang
secara signifikan.
sebagai berikut :
sebagai berikut :
MD
t 0=
SEMD
M D=
∑D
N
40
SD D =
√ N ( )
∑ D2 ∑ D
N
2
SD D
SEMD =
√ N −1
7. Mean df
Df =N−1
Keterangan:
MD : Mean of difference nilai rata-rata hitung beda selisih antara skor pre-
SD : Deviasi standart dari perbedaan antara skor pre-test dan skor post-
test
Apabila t hitung (t0) besar nilainya dari t tabel (tt) dengan taraf signifikasi
5%, maka hipotesis nihil (h0) ditolak dan hipotesis alternatif (ha) diterima, artinya
kesadaran sosial pada peserta didik, tetapi apabila kesadaran sosial pada peserta
didik t hitung (t0) lebih kecil dari t tabel (tt) maka penerapan pendekatan SFBC
41
F. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian adalah waktu yang telah ditentukan oleh peneliti terlebih
social awareness pada peserta didik di SMP Negeri 2 Enrekang”. Tujuan adanya
jadwal penelitian yang dibuat oleh peneliti adalah untuk memudahkan peneliti
Minggu/Bulan
No Kegiatan November
1 2 3 4
42
DAFTAR PUSTAKA
Cipta.
2(1). https://doi.org/10.1080/23311886.2016.1223391
43
Jones, D. E., Greenberg, M., & Crowley, M. (2015). Early Social-Emotional
Kim, J. S., Franklin, C., Zhang, Y., Liu, X., Qu, Y., & Chen, H. (2015). Solution
Hall
https://doi.org/10.1016/j.lindif.2016.06.003
44
Alfabeta, CV.
Svalgaard, L. (2018). The Critical Moment of Transition: Staying with and Acting
49(3). https://doi.org/10.1177/1350507617748548
Tassiello, V., Lombardi, S., & Costabile, M. (2018). Are We Truly Wicked when
https://doi.org/10.1016/j.jbusres.2017.11.013
https://doi.org/10.47828/jianaasian.v5i2.4
Wegner, D. M., & Giuliano, T. The forms ofsociaJ awareness. InW. J. Ickes &E.
Springer-Verlag, 1982
45