Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian tentang

Perwatakan Tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K.R

berdasarkan teori psiko analisis dari Sigmund Freud.

Setelah membaca novel Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek maka

terdapat beberapa data yang berkaitan pada penelitian ini. Berikut identifikasi

karakter tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K.R,

berdasarkan teori psikoanalisis Sigmund Freud yang terdiri dari tiga aspek

kejiwaan manusia yakni Id, Ego dan Super Ego yaitu sebagai berikut.

1. Perwatakan Tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian Karya Nuniek

K.R

Perwatakan merupakan suatu penggambaran tokoh baik yang berupa

sifat lahir dan batin manusia yang mempengaruhi setiap pikiran dan tingkah

lakunya, sehingga membedakan dengan tokoh yang lainnya. Watak tokoh

digambarkan oleh pengarang melalui ucapan, tingkah laku tokoh yang dilihat

dari narasi, dialog ataupun monolog para tokohnya. Berikut hasil penelitian

perwatakan tokoh Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K.R


Tabel 4.1 Perwatakan Tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya
Nuniek K.R
No Struktur Perwatakan No. Data
Kepribadian
1 Id Jujur 44, 55
Keras kepala 70
2 Ego Bertanggung Jawab 37
Berani 19
Perhatian 42, 45, 110
Penyayang 14,
Rendah hati 30, 35
Beriman 97
3 Super ego Bijaksana 27
Perhatian 53, 79
Menepati Janji 45, 53, 124
Sederhana 122
Peduli 9, 21, 60
Pasrah 75, 79, 80, 98

Tabel 4.2 Konflik Psikis Tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya
Nuniek K.R

No Wujud Konflik Struktur Kepribadian No Data


Psikis Id Ego Superego
1 Kekecewaan √ 108
2 Kecemasan √ 120
3 Emosi √ 122
4 Kekhawatiran √ 26
5 Kekaguman √ 50

B. Pembahasan

Seperti telah dikemukakan di atas bahwa penelitian ini akan membahas dua

pokok permasalahan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, yaitu wujud

perwatakan tokoh utama dan konflik psikis tokoh utama dalam novel Cinta

Dalam Keabadian karya Nuniek K.R. Watak tokoh adalah percaya diri, beriman,

perhatian, teguh pendirian, berpikiran maju, pasrah, jujur, bijaksana, sederhana,


pandai bergaul, menepati janji, namun dalam beberapa kondisi Lirih juga

memiliki watak yang kurang baik yaitu keras kepala dan nekat dapat

menimbulkan konflik. Dari berbagai macam watak tersebut dapat menyebabkan

terjadinya konflik.

1. Analisis Perwatakan Tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya

Nuniek K.R

Watak adalah keseluruhan atau totalitas kemungkinan-kemungkinan

reaksi secara emosional dari seseorang yang terbentuk selama hidupnya oleh

unsur-unsur dari luar (pendidikan, pengalaman, faktor eksogen). Menurut

Sujanto (2001: 17) bahwa watak adalah pribadi jiwa yang menyatakan dirinya

dalam segala tindakan dan pernyataan, dalam hubungannya dengan bakat,

pendidikan, pengalaman disekitarnya.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap novel Cinta Dalam Keabadian

karya Nuniek K.R diperoleh bahwa Shasi merupakan tokoh utamanya. Shasi

digolongkan ke dalam tokoh kompleks. Tokoh kompleks adalah tokoh yang

mempunyai watak dan perilaku yang bermacam-macam. Berikut deskripsi

perwatakan tokoh dalam novel Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K.R.

a. Id

Id merupakan keinginan dasar yang mendorong manusia untuk

bertindak berdasarkan prinsip kenikmatan, berupa insting dan nafsu yang

belum mengenal nilai. Berikut Wujud perwatakan tokoh utama yang di

pengaruhi oleh id.


1) Jujur

Jujur merupakan suatu sifat untuk berkata apa adanya sesuai

dengan yang di dengar atau yang di lihat. Kejujuran sangat berarti

dalam diri seseorang, terkadang kejujuran dapat membawa kesuksesan

atau keberhasilan. Apalagi hidup bermasyarakat sangat membutuhkan

kejujuran agar terjalin keharmonisan. Tokoh Shasi dalam novel cinta

dalam keabadian memiliki sifat yang jujur. Hal tersebut terlihat dalam

kutipan di bawah ini:

Rumahnya Bagus – bagus ya, Neil? (Hlm 44)

Pada kutipan di atas menunjukan bahwa Shasi memiliki karakter yang

jujur dimana ketika ia pergi keluar Bersama dengan Neil dia melihat

rumah – rumah yang bagus.

2) Keras Kepala

Keras kepala merupakan watak yang tidak mau mendengarkan

nasehat orang lain dan menuruti kemauannya sendiri. Tokoh Neil pada

novel Cinta Dalam Keabadian juga memiliki watak keras kepala. Hal

tersebut tampak pada kutipan di bawah ini:

“Tidak Bisa. Aku tetap tidak akan mengizinkan kamu ikut.”


(Hlm 70)
Dari kutipan di atas menunjukan bahwa Neil memiliki watak

keras kepala dimana ia dengan keras melarang Pangeran Sebastian

untuk mengikuti mereka pulang kerumah.

b. Ego

Ego merupakan sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah

individu kepada dunia obyek dari kenyataan dan menjalankan fungsinya

berdasarkan prinsip kenyataan. Ego biasanya mengawal dan menekan

dorongan Id yang kuat, mengubah sifat Id dari yang abstrak dan gelap ke

hal-hal yang berdasarkan pada prinsip kenyataan. Berikut wujud konflik

psikis yang dialami Tokoh utama yang di pengaruhi oleh ego.

1) Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah orang yang selalu bertanggung jawab

atas apa yang telah dikerjakannya. Neil memiliki tanggung jawab

untuk menjaga shasi pada saat mereka keluar. Tanggung jawab Neil

terlihat ketika Mereka pergi keluar jalan – jalan. Hal tersebut seperti

terdapat dalam kutipan berikut:

Iya Bi, tenang saja. Aku akan menjaga Shasi.” (Hlm 37)

Pada kutipan di atas menunjukan bahwa Neil memiliki karakter

yang bertanggung jawab dimana ketika ia pergi keluar Bersama

dengan Shasi dia akan menjaga sampai Shasi pulang kerumah dengan

selamat.

2) Berani
Keberanian diartikan sebagai sifat yang berani menanggung

resiko dalam pembuatan keputusan dengan cepat dan tepat

waktu (frinaldi dan embi, 2011). Sifat keberanian seseorang tidak

dimiliki sejak lahir tetapi sifat ini dapat dibentuk dengan membuat

suasana yang kondusif sehingga dia merasa nyaman dan lebih percaya

diri. Pada novel cinta dalam keabadian watak berani dimiliki oleh

Neil. Hal tersebut seperti terdapat dalam kutipan berikut:

“Untung kamu lihat ularnya Neil. Aku tak tahu apa yang akan
terjadi.” (Hlm 19)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Neil sangat berani untuk

melawan melawan ular. Tidak hanya melawan secara fisik, tetapi juga

melawan karena ular tersebut hamper menggigit Shasi. Neil berani

mengambil resiko dengan melawan ular tersebut.

3) Perhatian

Perhatian adalah salah satu bentuk kasih sayang seseorang

kepada orang lain yang diwujudkan dalam bentuk sikap ataupun

perbuatan. Watak perhatian Neil diwujudkan dengan rasa

keperduliaannya terhadap orang lain. Hal tersebut seperti terdapat

dalam kutipan percakapan berikut:

Kita berhenti disini dulu ya? Kamu tunggu saja disini, biar
aku yang menjual semua jagungnya dulu..’ (Hlm 42)
Pada kutipan di atas menunjukan bahwa Neil memiliki karakter

yang perhatian dimana ketika ia melihat Shasi yang sudah capek

membiarkan Shasi untuk istirahat sejenak dan dia yang menjual

jagungnya.

Watak perhatian dalam Novel Cinta Dalam Keabadian kembali

digambarkan oleh pengarang seperti terdapat dalam kutipan berikut:

“Ah iya, aku nggak pernah ajak kamu keliling kota sih ya?
Paling aku ajak pergi ke padang rumput, cari bunga, cari
burung…. Maaf ya? (Hlm 45)
Dari kutipan di atas menunjukan bahwa Neil juga memiliki

watak perhatian terhadap Shasi yang tidak pernah mengajaknya

keliling kota selain ke padang rumput dan mencari bunga.

4) Penyayang

Penyayang adalah orang yang peduli terhadap lingkungan dan

orang sekitar. Mereka sangat terampil menempatkan diri pada posisi

orang lain untuk memahami apa yang orang lain rasakan. Dalam setiap

hal, orang yang penyayang cenderung melibatkan perasaan. Dalam

novel Cinta Dalam Keabadian watak penyayang juga ditampilkan oleh

tokoh Neil. Hal tersebut terlihat dalam kutipan di bawah ini:

“Enggak bi, ibu masak terlalu banyak. Salam juga dari ibu.”

Dari data di atas dapat menunjukkan bahwa watak penyayang

ditunjukkan oleh Neil pada saat ia membawakan makanan kerumah

Shasi dan Ibunya.


5) Rendah Hati

Rendah hati yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tidak

sombong atau tidak angkuh. Orang yang rendah hati berarti orang

yang menyadari keterbatasan kemampuan diri, dan ketidakmampuan

diri sendiri, sehingga membuatnya tidak mengangkuh dan tidaklah

menyombong. Dalam novel Cinta Dalam Keabadian watak penyayang

juga ditampilkan oleh tokoh Neil. Hal tersebut terlihat dalam kutipan

di bawah ini:

“Sama -sama.. terima kasih juga telah membantu kami.” (Hlm


30)

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Neil memiliki watak

rendah hati yang selalu berterima kasih kepada ibu Shasi yang selalu

membantu mereka.

Watak rendah hati dalam Novel Cinta Dalam Keabadian

kembali digambarkan oleh pengarang seperti terdapat dalam kutipan

berikut:

“Neil Masuk dulu, jagungnya kan masih dibelakang!” (Hlm

35)

Dari kutipan di atas menunjukan bahwa Ibu Shasi juga

memiliki watak Rendah hati terhadap Neil yang dengan ramah

mempersilahkan neil untuk masuk kedalam rumah.

6) Beriman
Beriman yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap dan

perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang

dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup

rukun dengan pemeluk agama lain. Jadi dapat diketahui bahwa religius

merupakan suatu sikap yang kuat dalam memeluk dan menjalankan

ajaran agama serta sebagai cerminan dirinya atas ketaatannya terhadap

ajaran agama yang dianutnya. Dalam novel Cinta Dalam Keabadian

watak beriman juga ditampilkan oleh tokoh Sebastian. Hal tersebut

terlihat dalam kutipan di bawah ini:

“Memangnya kenapa? Tentu saja aku percaya.” (Hlm 96)

Dari data di atas dapat menunjukkan bahwa watak Religius

ditunjukkan oleh Pangeran Sebastian yang dengan lantang ia

mengatakan bahwa ia percaya kepada Tuhan.

Watak beriman dalam Novel Cinta Dalam Keabadian kembali

digambarkan oleh pengarang seperti terdapat dalam kutipan berikut:

“Dulu aku hidup jauh dari Tuhan, aku hidup ditengah


kemewahan dan apapun yang aku inginkan selalu
kudapatkan” (Hlm 97)

Dari kutipan di atas menunjukan bahwa Pangeran Sebastian

juga memiliki watak religius dimana ia dulu jauh dari Tuhan. Namu

sekarang ia percaya kepada Tuhan.

c. Super Ego
Super Ego merupakan penuntun moral dan apresiasi seseorang,

berfungsi sebagai lapisan yang menolak suatu yang melanggar prinsip

moral. Berikut wujud perwatakan tokoh utama yang di pengaruhi oleh

super ego.

1) Bijaksana

Bijaksana adalah orang yang bertindak selalu menggunakan

akal budinya (KBBI edisi ke3, 2007: 149). Berpikiran maju

merupakan sikap positif yang ada dalam diri seseorang. Watak

bijaksana Neil tampak pada percakapan antara dirinya dengan dengan

ibu Shasi. Hal tersebut terlihat dalam kutipan di bawah ini:

“Sudahlah Bi, memangnya kenapa? Shasi pasti memikirkan


tentang keluarga kerajaan bukan? Tebak Neil jitu.” (Hlm 27)

Pada kutipan di atas menunjukan bahwa Neil memiliki karakter

yang bijaksana dimana ketika ia melihat Shasi yang sudah capek

membiarkan Shasi untuk istirahat sejenak dan dia yang menjual

jagungnya.

2) Perhatian

Perhatian merupakan pemusatan psikis, salah satu aspek

psikologis yang tertuju pada suatu objek yang datang dari dalam dan

luar diri individu. Perhatian menurut Slameto (2015:105) adalah


“kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan

pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya”. Hal tersebut

terlihat dalam kutipan di bawah ini:

“Ayo Shasi, parade kerajaan sudah datang!” (Hlm 53)

Dari kutipan di atas menunjukan bahwa Neil sangat perhatian

kepada Shasi dimana ia mengajak Shasi untuk melihat dan menonton

parade.

3) Menepati Janji

Menepati janji adalah watak tepat dan tidak ingkar terhadap

apa yang telah dijanjikan seseorang terhadap orang lain. Seperti halnya

Shasi yang juga memiliki watak tepat janji. Shasi berjanji kepada Neil

bahwa dirinya akan berjslsn tegak dan tidak peduli terhadap apa yang

di pikirkan orang lain. Hal tersebut seperti terdapat dalam kutipan

percakapan dibawah ini:

“Besok – besok, aku pasti lebih sering ajak kamu pergi ke


kota!” (Hlm 45)

Pada kutipan di atas menunjukan bahwa Neil memiliki karakter

yang menepati dimana ia berjanji kepada Shasi bahwa suatu saat nanti

dia akan mengajak Shasi keliling Kota.

Ungkapan Neil yang menunjukkan bahwa Neil menepati janji

juga terdapat dalam ungkapan berikut.


“Shasi.. kamu janji untuk selalu berjalan tegak apapun yang
orang lain katakan, bukan? Kamu janji untuk enggak lagi
peduli apapun yang orang lain pikirkan, bukan?” (Hlm 53)

Dari data di atas dapat menunjukkan bahwa watak menepati

janji juga ditunjukkan oleh Shasi yang sudah berjanji kepada Neil

untuk selalu berjalan tegak dan tidak peduli lagi apapun yang orang

lain pikirkan tentang dia.

Watak menepati janji dalam Novel Cinta Dalam Keabadian

kembali digambarkan oleh pengarang seperti terdapat dalam kutipan

berikut:

“Janji padaku Shasi, jangan terlalu dekat dengannya!


Sekalipun dia bangsawan atau apapun itu, dia orang yang kita
tidak kenal dan bukan siapa -siapa.” (Hlm 124)

Dari kutipan di atas menunjukan bahwa Shasi harus menepati

janji kepada Neil untuk tidak terlalu dekat dengan Pangeran Sebastian,

sekalipun ia bangsawan.

4) Sederhana

Sederhana merupakan watak seseorang yang hidup apa adanya

tanpa kemewahan. Watak sederhana Shasi tampak pada pernyataanny

tentang dia yang lebih senang memiliki beberapa keping uang

perunggu. Hal tersebut tampak pada kutipan pernyataan Shasi di

bawah ini:
“Tapi kami tidak… kami disini hidup Bahagia dengan hanya
memiliki beberapa keping uang perunggu.” (Hlm 122)

Dari kutipan di atas menunjukan bahwa Shasi adalah orang

yang sederhana yang tidak hidup bergelimang harta yang meskipun

hanya memeiliki beberapa keping uang perunggu namun ia sangat

bahagia tinggal bersama dengan ibunya.

5) Peduli

Peduli adalah sebuah nilai dasar dan sikap memperhatikan dan

bertindak proaktif terhadap kondisi atau keadaan di sekitar kita. Peduli

merupakan sebuah sikap keberpihakan kita untuk melibatkan diri

dalam persoalan, keadaan atau kondisi yang terjadi di sekitar kita.

Serta sebagai pencapaian terhadap sesuatu diluar dari dirinya sendiri.

Dalam novel Cinta Dalam Keabadian watak peduli terdapat pada

kutipan dibawah ini:

“Kalau kamu butuh teman bicara, ibu mau mendengarkan


kamu kok!” Ujar ibu tulus. (Hlm 9)

Dari data di atas dapat menunjukkan bahwa ibu Shasi sangat

peduli terhadap Shasi yang selalu termenung dan ia siap menjadi

teman bicara Shasi.

Watak peduli dalam Novel Cinta Dalam Keabadian kembali

digambarkan oleh pengarang seperti terdapat dalam kutipan berikut:


“Iya akhir – akhir ini dia memang lebih pucat dari biasanya.
Mungkin Bibi kurang membawa Shasi keluar rumah..” (Hlm
21)

Dari kutipan di atas menunjukan bahwa ibu Shasi adalah orang

yang peduli terhadap anaknya yang mengetahui keadaan anaknya.

Kemudian Ungkapan lain yang menunjukkan bahwa tokoh peduli juga

terdapat dalam ungkapan berikut:

“Aku nggak tahu! Ayo cepat pergi Shasi! Aku nggak mau
kamu kenapa – kenapa!” (Hlm 60)

Pada kutipan diatas menunjukkan bahwa Neil sangat peduli

terhadap Shasi yang langsung mengajaknya pergi jalan – jalan karena

sering melamun sendiri.

6) Pasrah

Pasrah adalah sikap untuk menerima keadaan yang ada dan

menyerahkan sepenuhnya terhadap Tuhan YME. Dalam novel Cinta

dalam keabadian terdapat beberapa ungkapan pasrah yang di utarakan

oleh tokoh diantaranya terdapat pada ungkapan dibawah ini:

“Aku tak tahu harus pergi kemana, jika salah satu diantara
kalian mau memberikan tempat menginap barang satu atau
dua bulan..” (Hlm 75)

Kemudian watak pasrah selanjutnya yang di utarakan oleh

tokoh yaitu pada kalimat dibawah ini”


“Panggil saja aku Bodoh Bi, aku tak tahu apa – apa! Asalkan
izinkan aku tinggal disini untuk beberapa waktu! Aku mau
bekerja siang dan malam disini untuk..” (Hlm 79)

Kemudian Ungkapan lain yang menunjukkan bahwa tokoh

memilki watak pasrah juga terdapat dalam ungkapan berikut:

“Tapi aku tak punya tempat tujuan! Aku mohon! Aku bukan
orang jahat! Aku orang baik – baik !

Watak pasrah selanjutnya yang ditunjukkan dalam novel Cinta

dalam Keabadian terdapat dalam ungkapan berikut:

“Aku dalam pelarian.. aku putus asa, dan akhirnya ingat


Tuhan. Aku berdoa agar aku bisa bertemu seseorang yang
mampu menolongku.” (Hlm 98)

Dari ke empat data di atas dapat menunjukkan bahwa Pangeran

Sebastian sangat pasrah dengan keadaannya sekarang yang tidak tahu

harus pergi kemana dan tidak punya tujuan sehingga memohon kepada

Shasi untuk menginap dirumahnya.

2. Analisis Konflik Psikis yang dialami Tokoh Darba dalam Novel Cinta

Dalam Keabadian karya Nuniek K. R

Konflik dalam Teori Psikoanalisis Sigmund Freud dinyatakan sebagai

pertentangan antara keinginan atau dorongan yang saling berlawanan,

biasanya menimbulkan ketegangan emosional. Sigmund Freud

mengemukakan bahwa dinamika kehidupan psikis seseorang pada dasarnya

adalah bagaiamana energi psikis itu disalurkan dan digunakan oleh sistem
id,ego, dan superego. Sistem id tidak bisa membedakan sesuatu yang

dihadapinya apakah berupa pengamatan khayalan, ingatan, atau halusinasi.

Oleh karena itu, demi keselarasan batin energi psikis disalurkan atau

dipindahkan ke sistem ego yang realistis dan logis. Ketidakstabilan kehidupan

akan menimbulkan ketegangan psikis (konflik psikis). Ketegangan psikis

tersebut berupa kecemasan, dan pertentangan batin. Adapun ketegangan psikis

yang dialami Darba dalam menghadapi kehidupan psikologi adalah sebagai

berikut.

a. Id

1) Kekecewaan

Kekecewaan adalah bagian dari emosi jiwa dengan ketidaksenangan

dan ketidakpuasan, karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan

keinginannya. Kekecewaan Shasi terdapat pada kutipn sebagai berikut:

“Kamu itu laki – laki atau bukan? Mana ada laki – laki yang
tak bisa memanjat” (Hlm 108)
Kekecewaan Shasi terjadi saat Pangeran Sebastian yang tidak bisa

memanjat. Sistem id Shasi kecewa saat menyuruh Pangeran Sebastian

memanjat. Harapannya Pangeran Sebastian bisa memanjat pohon.

Harapan Shasi yang berujung kekecewaan memperlihatkan bahwa

sistem id Shasi yang mudah marah.

b. Ego

1) Kecemasan
Kecemasan adalah respon emosional terhadap penilaian yang

menggambarkan keadaan khawatir, gelisah, takut, tidak tentram

disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi dalam

berbagai situasi. Darba juga mengalami konflik psikis berupa

kecemasan, perasaan cemas akan keadaan yang baru saja

menimpanya. Kecemasan Shasi terdapat pada kutipan sebagai berikut:

“Ya, tentu saja. Aku tak tau apa yang akan terjadi padaku
besok. Siapa yang tau besok ajalku akan datang menemuiku?
(Hlm120)
Kecemasan Shasi pada saat memperhatikan pangeran Sebastian

dimana ia tidak tau apa yang akan terjadi pada dirinya suatu hari

nanti. Sistem ego Shasi merasakan dan melihat kenyataan bahwa ia

dalam keadaan bahaya. Sistem id Shasi mendorong ego

memperlihatkan konflik kecemasan di hati Shasi yang ditunjukan

kepada Pangeran Sebastian. Dalam hal ini Darba mengalami

kecemasan objektif dan kondisi ini sama dengan rasa takut.

2) Emosi

Konflik psikis emosi dalam diri Toko Neil terdapat pada kutipan

sebagai berikut:

“Bodoh! Aku harus berbicara denganmu!” (Hlm 122)

Dorongan sistem id mendorong ego memperlihatkan konflik psikis

emosi dari hati Neil yang kesal dan marah. Sistem ego Neil dalam
keadaan marah tetap bersikap tenang dan menahan kemarahan sistem

id.

3) Kekhawatiran

Konflik psikis di hati Shasi sampai menimbulkan kekhawatiran

di hati Shasi. Kekhawatiran di hati Darba terdapat pada kutipan

sebagai berikut:

“Ya ampun Shasi! Kenapa melamun terus? Kamu itu kkenapa


sih sebenarnya? Jangan buat ibu khawatir!”
Sistem ego dalam diri Shasi merasakan konflik psikis berupa

kekhawatiran di hati Shasi pada saat ibunya mendapati ia melamun.

Atas kehendak sistem id mendorong sistem ego menunjukkan konflik

psikis yang dialami Shasi melalui sikapnya untuk tidak memikirkan

hal-hal yang tidak penting.

c. Super Ego

1) Kekaguman

Konflik psikis perasaan kagum dalam diri tokoh terdapat pada

kutipan sebagai berikut:

“Silahkan Tuan… bunga – bunga ini sangat sesuai untuk


pasangan muda… sepuluh jenis bunga satu keping perunggu”

Kutipan tersebut berawal dari gurauan penjual bunga. Sistem

ego penjual bunga yang merasa kagum dengan Shasi dan Neil yang

ingin membeli bunga. Superego penjual bunga yang kemudian memuji


tindakan Shasi. Insting sistem id yang kemudian mendorong ego

penjual bunga mengungkapkan kekagumannya kepada Shasi.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan terhadap novel Cinta Dalam

Keabadian, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut.

1. Hasil penelitian terhadap novel Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K. R,

menunjukkan bahwa perwatakan tokoh utama yang dipengaruhi oleh id

adalah Jujur dan Keras Kepala. Sedangan, perwatakan yang termasuk ego

adalah bertanggung jawab, berani perhatian, penyayang, rendah hati, dan

beriman. Sedangkan perwatakan yang termasuk super ego meliputi jujur,

perhatian, bijaksana, perhatian, menepati janji, sederhana, peduli dan pasrah.

2. Hasil penelitian terhadap konflik psikis yang dialami oleh tokoh dalam novel

Cinta Dalam Keabadian karya Nuniek K.R menunjukkan beberapa wujud

konflik psikis atau batin diantaranya kecemasan, kekecewaan, emosi,


pertentangan batin, dan kekaguman,. Dari beberapa wujud konflik psikis

tersebut lebih di dominasi konflik psikis cemas dan pertentangan batin yang

dipengaruhi oleh sistem kepribadian ego. Perwatakan yang dimiliki seorang

tokoh sangat mempengaruhi terjadinya konflik. Tokoh yang memiliki watak

bimbang cenderung mengalami konflik psikis khawatir.

B. Saran

1. Bagi pembaca, penelitian ini semestinya dapat dijadikan sebagai media untuk

lebih meningkatkan dalam memahami karya sastra khususnya novel Cinta

Dalam Keabadian karya Nuniek K.R ditinjau dari teori Psikologi Sigmund

Freud, sehingga dapat diambil manfaatnya dalam memahami watak

seseorang.

2. Bagi peneliti lain, penelitian ini seyogyanya dapat dijadikan bahan referensi

bagi penelitian lain yang sejenis, khususnya psikologi sastra. Hal ini

dimaksudkan bahwa mempelajari psikologi, dibutuhkan pemahaman yang

mendalam, karena berhubungan dengan karakter manusia. Sehingga, peneliti

lain lebih memahami lagi keterkaitan antara perwatakan dengan konflik psikis

yang terjadi pada seseorang.

3. Bagi Pendidikan, penelitian ini seharusnya dapat dijadikan pembelajaran di

sekolah-sekolah, karena objek dalam penelitian ini mempunyai nilai sastra

yang tinggi. Sehingga para siswa lebih kreatif dalam mengapresiasi novel

dengan cara menganalisisnya. Misalnya, siswa dapat menentukan perwatakan


tokoh dan menghubungkan dengan kenyataan sosial serta perbedaan budaya

yang ada di sekitar siswa.

Anda mungkin juga menyukai