Anda di halaman 1dari 139

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/371174257

MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN : Teori & Studi Kasus

Book · May 2023

CITATION READS

1 528

9 authors, including:

Ahmad Syamil
Bina Nusantara (Binus) University, Bandung and Jakarta, Indonesia
51 PUBLICATIONS 247 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Project Management View project

All content following this page was uploaded by Ahmad Syamil on 01 June 2023.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MANAJEMEN
RISIKO PERUSAHAAN
(Teori & Studi Kasus)

Penulis :
Dr. Adrian Radiansyah, S.E., M.M
Niswah Baroroh, SE, M.Si., CRA., CRP
Dr. Fatmah, S.T., M.M., RSA
Dalizanolo Hulu, SE., ME., CRM., CRP
Ir. Ahmad Syamil, MBA., PhD.
Dr. Agus Siswanto, M.M
Dr. Vivid Violin, S.Sos., M.M
dr. Ika Cahyo Purnomo, Sp.An., MH
Fithriawan Nugroho, S.T., M.M., MCE

Penerbit:
MANAJEMEN RISIKO PERUSAHAAN
(Teori & Studi Kasus)

Penulis :
Dr. Adrian Radiansyah, S.E., M.M
Niswah Baroroh, SE, M.Si., CRA., CRP
Dr. Fatmah, S.T., M.M., RSA
Dalizanolo Hulu, SE., ME., CRM., CRP
Ir. Ahmad Syamil, MBA., PhD.
Dr. Agus Siswanto, M.M
Dr. Vivid Violin, S.Sos., M.M
dr. Ika Cahyo Purnomo, Sp.An., MH
Fithriawan Nugroho, S.T., M.M., MCE

ISBN : 978-623-09-3627-2

Editor:
Efitra, S.Kom., M.Kom
Sepriano, M.Kom
Penyunting :
Nur Safitri
Desain sampul dan Tata Letak:
Yayan Agusdi

Penerbit :
PT. Sonpedia Publishing Indonesia
Redaksi :
Jl. Kenali Jaya No 166 Kota Jambi 36129 Tel +6282177858344
Email: sonpediapublishing@gmail.com Website:
www.sonpedia.com

Anggota IKAPI : 006/JBI/2023

Cetakan Pertama, Mei 2023

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan
cara Apapun tanpa ijin dari penerbit
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan buku ini dengan
baik. Buku ini berjudul “Manajemen Risiko Perusahaan : Teori &
Studi Kasus”. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih bagi semua pihak
yang telah membantu dalam penulisan dan penerbitan buku ini.

Manajemen risiko telah menjadi aspek penting dalam keberhasilan


dan kelangsungan hidup perusahaan di era yang penuh tantangan
ini. Dalam dunia yang terus berubah dengan cepat, perusahaan-
perusahaan dihadapkan pada risiko yang semakin kompleks dan
beragam.

Buku ini hadir sebagai panduan yang komprehensif untuk membantu


Anda memahami dan mengelola risiko dengan lebih efektif dalam
konteks perusahaan. Kami berupaya menggabungkan pendekatan
teoritis yang kuat dengan studi kasus nyata yang menarik, sehingga
Anda dapat memperoleh pemahaman yang mendalam tentang
konsep-konsep dasar manajemen risiko dan bagaimana
menerapkannya dalam kehidupan nyata.

Dalam buku ini, pembaca akan diperkenalkan pada pengantar dan


konsep dasar manajemen risiko, Identifikasi Risiko, Analisis Risiko,
dan Evaluasi Risiko, serta kerangka kerja manajemen risiko yang
dapat diterapkan dalam berbagai industri dan sektor berdasarkan
studi kasus, seperti Studi Kasus Manejemen Risiko Operasi, Studi
Kasus Manejemen Risiko SDM, Studi Kasus Manajemen Risiko dalam
Usaha Perumahsakitan dan Teknologi dalam Manajemen Risiko.

Kami berharap buku ini memberikan nilai tambah yang signifikan


bagi Anda, baik sebagai profesional, manajer perusahaan, konsultan,
atau mahasiswa yang tertarik dalam bidang manajemen risiko. Kami
ingin mengucapkan terima kasih kepada para kontributor, peneliti,

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN ii


dan praktisi yang telah berkontribusi dalam pembuatan buku ini.
Semoga buku ini membantu Anda menghadapi tantangan dan
mencapai keberhasilan dalam dunia yang penuh risiko ini

Buku ini mungkin masih terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh


karena itu, saran dan kritik para pemerhati sungguh penulis
harapkan. Semoga buku ini memberikan manfaat dan menambah
khasanah ilmu pengetahuan.

Bangka Belitung, Mei 2023


Tim Penulis

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN iii


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................ iv
BAGIAN I PENGANTAR DAN KONSEP DASAR MANAJEMEN RISIKO ...... 1
A. DEFINISI RISIKO DAN MANAJEMEN RISIKO .......................................... 1
B. TUJUAN DAN MANFAAT MANAJEMEN RISIKO..................................... 3
C. LINGKUP MANAJEMEN RISIKO ............................................................. 6
D. TANTANGAN MANAJEMEN RISIKO..................................................... 10
BAGIAN 2 IDENTIFIKASI RISIKO ......................................................... 13
A. PENGERTIAN IDENTIFIKASI RISIKO ..................................................... 13
B. TEKNIK IDENTIFIKASI RISIKO ............................................................... 14
C. SUMBER DAN JENIS RISIKO ................................................................ 16
D. PENTINGNYA MELAKUKAN IDENTIFIKASI RISIKO ............................... 18
E. HAL – HAL YANG HARUS DIBERITAHUKAN SAAT MELAKUKAN
IDENTIFIKASI RISIKO ........................................................................... 20
F. PIHAK – PIHAK TERLIBAT DALAM PROSES IDENTIFIKASI RISIKO ........ 21
G. KUNCI SUKSES PROSES IDENTIFIKASI RISIKO ...................................... 23
BAGIAN 3 ANALISIS RISIKO ............................................................... 25
A. PENDAHULUAN .................................................................................. 25
B. KONSEP ANALISIS RISIKO .................................................................... 26
C. MANFAAT ANALISIS RISIKO ................................................................ 27
D. ANALISIS DAMPAK RISIKO .................................................................. 33
BAGIAN 4 EVALUASI RISIKO .............................................................. 37
A. PENGERTIAN EVALUASI RISIKO .......................................................... 37
B. PERLAKUAN RISIKO............................................................................. 39
C. TEKNIK EVALUASI RISIKO .................................................................... 42

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN iv


BAGIAN 5 STUDI KASUS MANAJEMEN RISIKO OPERASI ..................... 49
A. PENDAHULUAN .................................................................................. 49
B. KATEGORI RISIKO OPERASI ................................................................. 50
C. PENDEKATAN MANAJEMEN RISIKO OPERASI..................................... 51
D. STUDI KASUS: MANAJEMEN RISIKO OPERASI DI PERUSAHAAN X...... 52
BAGIAN 6 STUDI KASUS MANAJEMEN RISIKO SDM ........................... 60
A. KETIDAKSETARAAN NILAI PERUSAHAAN ............................................ 60
B. MANAJEMEN RISIKO KEHILANGAN SUMBER DAYA MANUSIA........... 66
BAGIAN 7 STUDI KASUS MANAJEMEN RISIKO PEMASARAN ............... 75
A. RISIKO PASAR (Market Risk) ............................................................... 75
B. RISIKO PEMASARAN (Marketing Risk) ................................................ 78
C. STUDI KASUS ....................................................................................... 80
D. MITIGASI RISIKO PEMASARAN ........................................................... 83
BAGIAN 8 MANAJEMEN RISIKO DALAM USAHA PERUMAHSAKITAN .. 86
A. PENDAHULUAN .................................................................................. 86
B. URAIAN KASUS ................................................................................... 87
C. PEMBAHASAN .................................................................................... 88
BAGIAN 9 TEKNOLOGI MANAJEMEN RISIKO .................................... 103
A. SISTEM MANAJEMEN RISIKO (RISK MANAGEMENT SYSTEM) .......... 103
B. TEKNOLOGI KEAMANAN INFORMASI ............................................... 105
C. TEKNOLOGI DATA ANALITIK ............................................................. 109
D. TEKNOLOGI PENCEGAHAN KEBAKARAN .......................................... 112
E. TEKNOLOGI MANAJEMEN KRISIS ..................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 118
TENTANG PENULIS ......................................................................... 125

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN v


BAGIAN I
PENGANTAR DAN KONSEP DASAR
MANAJEMEN RISIKO

A. DEFINISI RISIKO DAN MANAJEMEN RISIKO

Risiko adalah Sebagai akibat yang kurang menyenangkan


(merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan.
(Kamus Besar Bahasa Indonesia). Risiko adalah Kemungkinan bahaya
(menandakan konsekuensi negatif ataupun hasil positif) atau
kesempatan, kerugian, konsekuensi atau cedera merugikan lainnya.
(Kamus Bahasa Inggris). Risiko (diukur dalam hal konsekuensi dan
kemungkinan) adalah Sebagai suatu ketidakpastian terjadinya
peristiwa yang bisa berdampak terhadap pencapaian tujuan. ((The
Institute of Internal Auditors (IAA)). Risiko adalah Kombinasi dari
kemungkinan suatu peristiwa dan konsekuensinya (berkisar dari
positif sampai negatif). ((Institute of Risk Management (IRM)), Risiko
adalah Dampak dari ketidakpastian terhadap sasaran. ((International
Standar Organization (ISO) 31000:2009 (SNI ISO 31000:2011)),
Risiko adalah Potensi kerugian akibat terjadinya suatu peristiwa
tertentu”. (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK)
No.18/POJK.3/2016 tanggal 22 Maret 2016).

Risiko merupakan suatu kejadian potensial, baik yang dapat


diperkirakan (expected) maupun yang tidak dapat diperkirakan
(unexpected) yang berdampak negatif terhadap pendapatan dan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 1


permodalan bank adalah Potensi kerugian akibat terjadinya suatu
peristiwa (events) tertentu. (Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.
5/8/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003). Risiko didefinisikan sebagai
apapun peristiwa mempengaruhi atau berpotensi mempengaruhi
kinerja dan posisi entisitas keuangan. (Carlon et al., 2003)

Beberapa pengertian dari Risiko, antara lain:


- Risk is Unpredictability (Ketidakpastian),
- Risk is Uncertainy of Loss (Ketidakpastian Kerugian),
- Risk is the Possibility of Loss (Kemungkinan Kerugian),
- Risk is a Combinalion of Hazards (Kombinasi Bahaya),
- Risk is the Possibility of an Unfortunate Accurrence
(Kemungkinan Kejadian yang Tidak Menguntungkan),
- Acondition of the Real World (Suatu kondisi dunia nyata).
(Wah Chin, Yee : 2008)

Risk Management is A set of policies, complete procedures, that an


organization has to manage, monitor, and control the organization’s
exposure to risk.

Manajemen Risiko adalah Sekumpulan kebijakan, kelengkapan


prosedur, yang dimiliki organisasi untuk dikelola, dimonitor, dan
dikendalikan eksposur organisasi terhadap risiko. (Redja, E George.
2008).

Risk Management is A process that indentifies loss exposures faced


by an organization and selects the most appropriate techniques for
treating such exposures”.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 2


Manajemen Risiko adalah Sebuah proses yang mengidentifikasi
eksposur kerugian yang dihadapi oleh suatu organisasi dan teknik
pemilihan yang paling tepat untuk menanggulangi eksposur tersebut.
(Warburg, SBC. 2004).

Manajemen Risiko adalah Serangkaian metodologi dan prosedur


yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan
mengedalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha Bank".
(POJK No. 18/POJK.03/2016 tanggal angka 3 pasal 1).

Manajemen Risiko mengupayakan pengelolaan risiko agar


berpeluang meraih keuntungan terwujud dengan terus-menerus
(sustainable). Esensi dari implementasi manajemen risiko adalah
kecukupan prosedur dan metodologi pengelolaan risiko sehingga
aktivitas usaha bank dapat terus terkendali (manageble) pada
batas/limit yang bisa diterima dan menguntungkan bank.

Manajemen Risiko adalah Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen


(perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pemimpin,
pengorganisasian, pengawasan, pengevaluasian) penanganan risiko.
Manajemen Risoko adalah suatu proses untuk memastikan bahwa
kejadian yang tidak diinginkan tidak terjadi.

B. TUJUAN DAN MANFAAT MANAJEMEN RISIKO

Secara garis besar sebagai acuan bagi kita untuk dapat


memperkirakan bahaya atau risiko yang kedepannya akan dihadapi

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 3


dengan bermacam pertimbangan matang guna meminimalkan
kerugian.

Tujuan Manajemen Risiko diklasifikasikan menjadi dua, yaitu:


1. Tujuan Sebelum Kerugian (Pre-Loss Objectives), diantaranya:
a. Tujuan Ekonomi,
Bahwa perusahaan bisnis atau organisasi agar mempersiapkan
potensi-potensi kerugian dengan menggunakan metode yang
terekonomis.
b. Tujuan Mengurangi Kekhawatiran/Kecemasan,
Bahwa eksposur kerugian tertentu dapat menimbulkan
kekhawatiran dan kecemasan bagi para manajer dalam
perusahaan ataupun organisasi.
c. Tujuan Memenuhi Kewajiban Hukum,
Bahwa kewajiban hukum yang sudah ditetapkan oleh
Pemerintah dalam bentuk Peraturan-Peraturan Pemerintah
harus dijalankan oleh perusahaan ataupun organisasi.

2. Tujuan Setelah Kerugian (Post-Loss Objectives), diantaranya:


a. Keterbelangsungan Hidup,
Kemampuan melanjutkan hidup setelah terjadinya kerugian
dalam melanjutkan kegiatan perusahaan ataupun organisasi.
b. Keterbelangsungan Operasi,
Kemampuan beroperasi setelah terjadinya kerugian dalam
kemampuan beroperasi perusahaan ataupun organisasi.
c. Stabiltas Pendapatan,

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 4


Mempertahankan kondisi atas pendapatan laba yang stabil
setelah terjadinya kerugian.
d. Pertumbuhan Perusahaan,
Mengembangkan produk baru, memperluas pasar, holding
dengan perusahaan lain setelah terjadinya kerugian.
e. Tanggungjawab Sosial,
Meminimalkan efek kerugian yang dimiliki masyarakat dan
pihak lain setelah mengalami kerugian. (Redja, George E. 2011)

Manfaat Manajemen Risiko adalah untuk mengefektivitaskan dan


mengefisiensikan operasional organisasi. Dari pada itu bisa
membantu kepastian proses bisnis (strategi, taktik, dan operasional)
yang efektif dan efisien dimana manajemen risiko diperlukan dalam
kaitan pengambilan keputusan strategis.

Manfaat berikutnya dari manajemen risiko guna melindungi


perusahaan atau organisasi dari setiap penyebab kerugian yang
mungkin terjadi.

Dengan keberadaan manajemen risiko akan menjamin kelangsungan


bisnis yang dijalankan dengan mengurangi apapun risiko dari setiap
kegiatan bisnis perusahaan atau organisasi yang berpotensi bahaya.

Manajemen risiko yang baik harus memiliki kejelasan dalam


rangkaian hasil atau manfaat yang diinginkan, diman perhatian yang
tepat harus diberikan pada setiap tahap dari proses manajemen
risiko, serta rincian desain, implementasi dan pemantauan kerangka
kerja yang mendukung kegiatan manajemen risiko tersebut.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 5


Elemeni-Elemen yang diperlukan dalam manajemen risiko,
antara lain:
• Adanya keharusan proses, terminologi, dan praktek-praktek
umum untuk mengelola semua jenis risiko.
• Toleransi risiko harus sepenuhnya dipahami,
dikomunikasikan dan dipantau oleh selruh perusahaan atau
organisasi.
• Praktik manajemen risiko harus menjadi bagian kdidalam
semua bisnis utama proses dan keputusan.
• Manajemen harus membuat keputusan terkait risiko
menggunakan data informasi risiko yang berkualitas tinggi.

C. LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

Katagori Risiko terdiri dari empat, yaitu:


1. Compliance Risk (Risiko Kepatuhan),
Risiko yang disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap regulasi,
peraturan, hukum yang telah ditentukan oleh pemerintah
setempat baik tertulis maupun tidak tertulis.
2. Hazard Risk (Risiko Bahaya),
Gabungan atau kompilasi atas konsekuensi suatu kejadian dan
peluang terjadinya bahaya (segala sesuatu termasuk situasi
ataupun tindakan yang berpotensi menimbulkan kerusakan,
kecelakaan, dan glainnya. Risiko yang hanya bisa menghalangi
pencapaian goal perusahaan atau organisasi, umumnya
diasuransikan (kecelakaan, kebakaran, banjir, badai, lainnya)

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 6


3. Control Risk (Mengendalikan Risiko),
Risiko yang disebabkan kepada keraguan tentang kemampuan
dalam mencapai tujuan goal perusahaan atau organisasi. Jenis
risiko yang paling sulit dikelola untuk dijelaskan dikaitkan dengan
ketidakpastian.
4. Opportunity Risk (Risiko Peluang).
Risiko yang umumnya digunakan dengan sengaja oleh perusahaan
atau organisasi yang berusaha dalam meningkatkan pencapaian
goal, walaupun mereka mungkin menghalangi perusahaan atau
organisasi bila hasil akhirnya merugikan. Jenis risiko inilah yang
terpenting dalam jangka waktu panjang dimasa akan datang
keberhasilan perusahaan atau organisasi manapun.

Klasifikasi Risiko berdasarkan Sifatnya terdiri dari lima, yaitu:


1. Pure Risk (Risiko Murni),
Adalah salah jenis risiko yang tidak bisa dikendalikan, dimana
apabila risiko tersebut terjadi maka akan menimbulkan kerugian
bagi pihak bersangkutan dan apabila tidak terjadi, maka tidak
akan menimbulkan kerugian.
2. Speculative Risk (Risiko Spekulatif),
Adalah jenis risiko yang muncul dari pengambilan suatu keputusan
yang apabila risiko tersebut terjadi, maka akan menimbulkan
kerugian.
3. Fundamental Risk (Risiko Fundamental),
Adalah suatu risiko yang berdampak atas kerugiannya sangat luas
atau katastropik,

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 7


4. Special Risk (Risiko Khusus),
Adalah suatu risiko hanya bersifat pribadi terjadinya dan dirasakan
secara lokal dampaknya,
5. Dynamic Risk (Risiko Dinamis),
Merupakan risiko yang terjadi akibat terus berubahnya suatu
keadaan,

Dasar Proses Manajemen Risiko terdiri dari 8R dan 4T, yaitu:


1. Recognition of Risk (Pengenalan Risiko),
Identifikasi atau pengakuan risiko dan keadaan sifat risiko dimana
itu bisa terwujud.
2. Rating of Risk (Peringkat Risiko),
Peringkat evaluasi risiko kemungkinan untuk menghasilkan profil
risiko dalam hal besarnya dicatat dalam daftar risiko.
3. Ranking Against Risk Criteria (Peringkat berdasarkan Kriteria
Risiko),
Peringkatan analisis tingkat risiko saat ini maupun sisa terhadap
kriteria risiko atau selera risiko yang telah ditetapkan.
4. Responding to Signifikant Risks (Menanggapi Risiko yang
Signifikant),
Menemui risiko yang signifikan, termasuk keputusan mengenai
tindakan yang tepat terhadap pilihan berikut (4T):
1). Tolerate (Mentolerir),
Mentolerir atau menerima atau mempertahankan kemampuan
dalam melaksanakan sesuatu mengenai kemungkinan beberapa
risiko yang terbatas, atau pengambilan tindakan berkaitan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 8


biaya apapun yang mungkin tidak proporsional dengan
potensi keuntungan yang didapatkan.
2). Treat (Kontrol atau menerima memperlakukan),
Kontrol atau mengurangi jumlah risiko yang lebih besar akan
ditangani lewat sini. Tujuannya dimana, sementara
meneruskan aktivitas menimbulkan risiko dalam organisasi,
pengambilan tindakan (pengendalian). membatasi risiko
ketingkat yang bisa diterima.
3). Transfer (Memindahkan),
Memindahkan atau mengasuransikan atas kontrak bagi
beberapa risiko, merespon dengan baik mungkin yaitu
mentransfer mereka, dapat dilaksanakan oleh asuransi
konvensional, atau kemungkinan dijalankan dengan memberi
order pihak ketiga untuk mengambilnya risiko. Pilihan ini
terbaik guna memitigasi risiko keuangan dan risiko terhadap
aset.
4). Terminate (Mengakhiri atau Menghindari).
Mengakhiri atau menghindari atau menghilangkan beberapa
risiko dapat diselesaikan, pun bisa ditahan pada tataran yang
bisa diterima, dengan memberhentikan aktivitasnya.
5. Resourcing Controls (Kontrol Sumber Daya),
Memastikan bahwasanya memenuhi pengaturan yang dibuat
agar dikenalkan serta mempertahankan aktivitas pengendalian
yang diperlukan.
6. Reaction (and event) Planning (Perencanaan Reaksi dan
Acara),

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 9


Peruntukan risiko bahaya, ini termasuk pemulihan bencana
juga kesinambungan perencanaan.
7. Reporting of Risk Performance (Pelaporan Kinerja Risiko),
Tindakan dan peristiwa dan mengkomunikasikan
permasalahan risiko, via arsitektur risiko organisasi.
8. Reviewing The Risk Management System (Meninjau Sistem
Manajemen Risiko).

Termasuk prosedur audit internal serta pengaturan guna memantau


dan memperbaiki arsitektur risiko dan strategi.

Kerangka Kerja Manajemen Risiko, diantaranya:


• Sebangun dengan tingkat risiko pada perusahaan,
• Selaras dengan aktivitas bisnis,
• Sistematis, komprehensif, dan terstruktur,
• Terintegrasi dalam ketentuan binsis dan prosedur,
• Dinamis, interaktif, responsif terhadap perubahan.

D. TANTANGAN MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko terus menjadi disiplin ilmu yang dinamis dan


berkembang dimana jenis risiko tertentu telah meningkat secara pesat
mencakup fenomena global dan meningkatnya tingkat ketidak
stabilan politik di dunia, meningkatkan isu-isu lingkungan terkait
dengan perubahan iklim, dan tingkat kejahatan dunia maya yang
semakin canggih.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 10


Adapun tantangan yang menjadi perhatian, diantaranya:
1. Terbatasnya sumber daya,
Dapat mempengaruhi kemampuan dalam mengantisipasi
munculnya risiko,
2. Tuntutan Terus Berinovasi,
Dituntut untuk selalu update agar terciptanya inovasi baru
dikaitkan dengan kretivitas,
3. Risiko Pemanfaatan Teknologi,
Penggunaan teknologi memiliki risiko dalam hal keamanan data-
data dan privasi atau kegagalan dalam mengelola big data.

Tantangan manajemen risiko yang sangat kompleks dan perannya


dalam menghadapi berbagai masalah yang ditimbulkan oleh
digitalisasi teknologi sangat penting dengan optimalisasi peluang dan
meminimalkan munculnya risiko-risiko dengan menerapkan adaptasi
cara-cara dalam menentukan prioritas risiko, kesadaran dan
pemahaman tentang risiko dalam membuat perencanaan yang jelas
seiring dengan kompetitifnya persaingan pasar.

Wawasan tentang bagaimana manajemen risiko dan tata kelola risiko


dapat menciptakan stabilitas dan kesinambungan perusahaan atau
organisasi.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 11


Kontrubusi
MELAKUKAN
Opportunity
KESESUAIAN Management
Control (Pengelolaan
Management Peluang)
PEMBARUAN
(Pengelolaan • Invest
Hazard Kontrol) (Berinvestasi)
Management • Accept • Enhance
INFORMASIKAN (Pengelolaan (Menerima) (Meningkatkan)
Bahaya) • Doubt • Success
Compliance
• Tolerate (Ragu) (Kesuksesan)
Management
(Pengelolaan
(Toleransi) • Uncertainty • Embracee
Kepatuhan) • Inhibit (Ketidakpastian) (Merangkul)
(Menghambat) •
• Avoid Manage Manfaat dari
(Menghindari) • Failure (Mengelola) Investasi
(Kegagalan)
• Undermine Audit dari
(Merusak) • Mitigate
Kepatuhan
(Mengurangi)
• Illegal
(Liar) Takut Akan
• Minimize Persyaratan
(Minimal)
Tidak Menyadari
Kewajiban
Kehebatan
ubusi

Gambar 1.1. Kehandalan Manajemen Risiko


(Sumber : Hopkin, Paul. 2017)

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 12


BAGIAN 2
IDENTIFIKASI RISIKO

A. PENGERTIAN IDENTIFIKASI RISIKO

PP No.60 Tahun 2008 mengatakan bahwa identifikasi risiko


adalah proses menetapkan apa, dimana, kapan, mengapa dan
bagaimana sesuatu dapat terjadi sehingga dapat berdampak negatif
terhadap pencapaian tujuan. Identifikasi risiko merupakan Langkah
awal dalam pelaksanaan manajemen risiko yang komprehenshif.
Identifikasi risiko ini menjadi penentu awal keberhasilan manajemen
risiko perusahaan.

Identifikasi risiko adalah proses pengumpulan, analisis, dan penilaian


informasi tentang faktor-faktor yang dapat menyebabkan
ketidakpastian, ancaman, atau potensi kerugian pada suatu proyek,
kegiatan, atau organisasi. Tujuan dari identifikasi risiko adalah untuk
mengidentifikasi dan memahami semua risiko yang mungkin timbul
pada suatu proyek atau kegiatan, sehingga dapat diambil tindakan
yang tepat untuk mengurangi atau menghilangkan dampak negatif
dari risiko tersebut.

Identifikasi risiko biasanya melibatkan pengumpulan informasi


tentang faktor-faktor internal dan eksternal yang dapat
mempengaruhi proyek atau kegiatan, seperti kebijakan organisasi,
kondisi pasar, perubahan teknologi, atau faktor lingkungan.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 13


Selanjutnya, informasi tersebut dianalisis dan dinilai untuk
menentukan kemungkinan dan dampak dari setiap risiko yang
diidentifikasi. Hasil identifikasi risiko dapat digunakan sebagai dasar
untuk mengembangkan strategi manajemen risiko yang tepat untuk
mengelola risiko yang ada dan meminimalkan dampak negatifnya.

B. TEKNIK IDENTIFIKASI RISIKO

Berikut adalah langkah-langkah dalam melakukan identifikasi risiko:

Identifikasi Sumber Risiko: Identifikasi sumber risiko melibatkan


pengumpulan informasi tentang faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi proyek atau kegiatan. Ini meliputi kebijakan
organisasi, kondisi pasar, perubahan teknologi, atau faktor
lingkungan. Informasi ini dapat diperoleh melalui berbagai sumber
seperti dokumen proyek, wawancara dengan tim proyek, analisis
data, dan lain-lain.

Identifikasi Risiko Spesifik: Setelah sumber risiko diidentifikasi,


langkah berikutnya adalah mengidentifikasi risiko spesifik yang
mungkin muncul dari setiap sumber risiko. Ini melibatkan
mengidentifikasi kejadian atau situasi yang dapat mempengaruhi
proyek atau kegiatan secara negatif, seperti keterlambatan
pengiriman bahan, perubahan regulasi, dan sebagainya.

Evaluasi Risiko: Setelah risiko spesifik diidentifikasi, langkah


selanjutnya adalah mengevaluasi kemungkinan dan dampak dari

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 14


setiap risiko. Kemungkinan risiko mengacu pada seberapa sering
risiko dapat terjadi, sedangkan dampak mengacu pada tingkat
kerugian atau konsekuensi yang dapat timbul jika risiko terjadi.

Prioritasi Risiko: Setelah risiko dievaluasi, langkah selanjutnya adalah


memprioritaskan risiko berdasarkan risiko yang memiliki dampak
terbesar atau kemungkinan terbesar. Risiko yang memiliki dampak
besar dan kemungkinan tinggi harus diutamakan dan dipantau secara
ketat.

Dokumentasi Risiko: Setelah risiko diidentifikasi, dievaluasi, dan


diprioritaskan, langkah terakhir adalah mendokumentasikan risiko
dan tindakan yang akan diambil untuk mengurangi atau
menghilangkan dampak negatif dari risiko tersebut. Dokumentasi
risiko dapat digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan strategi
manajemen risiko yang tepat untuk mengelola risiko yang ada dan
meminimalkan dampak negatifnya.

Tinjauan Rutin Risiko: Identifikasi risiko adalah proses yang


berkelanjutan. Oleh karena itu, risiko harus selalu diawasi dan
dievaluasi secara rutin untuk memastikan bahwa tindakan yang tepat
diambil untuk mengurangi atau menghilangkan dampak negatif dari
risiko tersebut.

Identifikasi risiko bisa dilakukan dengan berbagai Teknik berikut ini:


1. Kajian Dokumen
Kajian Dokumen dilakukan dengan mengkaji beberapa dokumen
terkait pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi. Beberapa

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 15


dokumen ini antara lain Rencana Jangka Panjang, Rencana
Strategis, target fungsi/cabang, rencana kegiatan dsb.
2. Teknik Pencarian Informasi
Pencarian informasi ke bebeapa pihak terkait bisa dilakukan
dengan kuesioner, Teknik delphi, brainstorming atau wawancara
untuk mendapatkan informasi terkait guna menentukan risiko apa
yang teradi di dalam perusahaan.
3. Analsis Stakeholder
Analisis stakeholder bisa dilakukan dengan menggunakan
pendekatan analisis power dan interest terhadap pemangku
kepentingan yang memiliki ekspektasi terhadap operasi
perusahaan.

C. SUMBER DAN JENIS RISIKO

Sumber risiko dapat berasal dari berbagai faktor, seperti:


1. Internal
Risiko internal berasal dari dalam organisasi, seperti kekurangan
sumber daya manusia, masalah teknis, atau masalah operasional.
2. Eksternal
Risiko eksternal berasal dari luar organisasi, seperti perubahan
kondisi pasar, perubahan regulasi pemerintah, atau bencana alam.

Sedangkan jenis risiko dapat dibagi menjadi beberapa kategori,


seperti:

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 16


1. Risiko Finansial: Risiko finansial terkait dengan masalah
keuangan, seperti fluktuasi pasar, kerugian investasi, atau
penurunan pendapatan.
2. Risiko Operasional: Risiko operasional terkait dengan masalah
operasional, seperti kesalahan manusia, kegagalan sistem, atau
kegagalan pasokan.
3. Risiko Lingkungan: Risiko lingkungan terkait dengan faktor-
faktor lingkungan seperti bencana alam, perubahan iklim, atau
polusi lingkungan.
4. Risiko Kebijakan: Risiko kebijakan terkait dengan perubahan
dalam kebijakan pemerintah atau peraturan yang dapat
mempengaruhi organisasi.
5. Risiko Reputasi: Risiko reputasi terkait dengan kerugian
reputasi organisasi, seperti skandal publik atau tindakan yang
tidak etis.
6. Risiko Kepatuhan: Risiko kepatuhan terkait dengan
pelanggaran aturan dan peraturan yang diberlakukan oleh
pemerintah atau badan pengawas lainnya.
7. Risiko Strategis: Risiko strategis terkait dengan kesalahan dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan strategis organisasi.
8. Risiko Keamanan: Risiko keamanan terkait dengan masalah
keamanan, seperti kebocoran data, pencurian, atau serangan
siber.

Ada banyak jenis risiko lainnya yang dapat mempengaruhi organisasi


atau proyek, dan seringkali beberapa jenis risiko berpotongan atau

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 17


terkait satu sama lain. Oleh karena itu, penting untuk
mengidentifikasi semua jenis risiko yang mungkin muncul dan
mengembangkan strategi manajemen risiko yang tepat untuk
mengelola risiko yang ada dan meminimalkan dampak negatifnya.

D. PENTINGNYA MELAKUKAN IDENTIFIKASI RISIKO

Identifikasi risiko adalah langkah penting dalam manajemen risiko


karena hal ini memungkinkan organisasi untuk mengidentifikasi,
mengevaluasi, dan mengatasi potensi masalah atau ketidakpastian
yang dapat mempengaruhi proyek, kegiatan, atau operasi mereka.
Berikut adalah beberapa alasan mengapa identifikasi risiko penting:
1. Mencegah Kerugian: Dengan mengidentifikasi risiko secara dini,
organisasi dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mencegah
atau meminimalkan kerugian yang mungkin terjadi akibat risiko
tersebut. Hal ini membantu organisasi untuk tetap beroperasi
secara efisien dan menghindari biaya tambahan yang mungkin
timbul jika masalah tidak diatasi.
2. Meningkatkan Efisiensi: Dengan mengidentifikasi risiko secara
dini, organisasi dapat mengambil tindakan proaktif untuk
mengurangi dampak negatif dari risiko dan meningkatkan efisiensi
operasional mereka. Hal ini membantu organisasi untuk mencapai
tujuan mereka dengan lebih efektif dan efisien.
3. Menghindari Konsekuensi yang Tidak Diinginkan: Identifikasi
risiko membantu organisasi menghindari konsekuensi yang tidak
diinginkan dan mengambil tindakan yang tepat untuk

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 18


meminimalkan dampak negatif dari risiko tersebut. Hal ini
membantu organisasi untuk menghindari reputasi buruk, kerugian
finansial, dan kerugian lainnya yang dapat timbul akibat risiko.
4. Meningkatkan Kepercayaan Stakeholder: Dengan melakukan
identifikasi risiko dan mengambil tindakan yang tepat untuk
mengatasi risiko, organisasi dapat meningkatkan kepercayaan dan
kepuasan stakeholder, seperti klien, investor, dan pemegang
saham.
5. Mengoptimalkan Pengambilan Keputusan: Identifikasi risiko
membantu organisasi dalam mengoptimalkan pengambilan
keputusan dengan mempertimbangkan risiko dan konsekuensi
dari setiap keputusan. Hal ini membantu organisasi untuk
membuat keputusan yang lebih baik dan menghindari kesalahan
yang mungkin timbul akibat risiko yang tidak diidentifikasi.

Secara keseluruhan, identifikasi risiko sangat penting bagi


organisasi untuk mengelola risiko secara efektif dan
meminimalkan dampak negatif dari risiko. Dengan melakukan
identifikasi risiko secara dini, organisasi dapat mengambil tindakan
yang tepat untuk meminimalkan kerugian dan mengoptimalkan
efisiensi operasional mereka.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 19


E. HAL – HAL YANG HARUS DIBERITAHUKAN SAAT
MELAKUKAN IDENTIFIKASI RISIKO

Saat melakukan identifikasi risiko, ada beberapa hal yang harus


diperhatikan agar proses identifikasi risiko dapat berjalan efektif dan
efisien. Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
identifikasi risiko antara lain:
1. Melibatkan Stakeholder: Melibatkan stakeholder dalam proses
identifikasi risiko sangat penting karena mereka memiliki
pemahaman yang lebih baik tentang aspek-aspek yang mungkin
menjadi risiko. Stakeholder juga dapat membantu dalam
mengidentifikasi risiko yang berpotensi lebih awal.
2. Menggunakan Pendekatan Sistematis: Proses identifikasi risiko
harus dilakukan secara sistematis dengan menggunakan metode
yang terstruktur untuk mengidentifikasi semua kemungkinan risiko
dan memastikan bahwa tidak ada risiko yang terlewatkan.
3. Melakukan Analisis Tren: Melakukan analisis tren dapat
membantu dalam mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi di
masa depan berdasarkan pengalaman masa lalu dan tren industri.
4. Memahami Lingkungan Operasional: Penting untuk memahami
lingkungan operasional organisasi dan faktor-faktor yang mungkin
mempengaruhi risiko, seperti perubahan regulasi, persaingan,
teknologi, dan sebagainya.
5. Menentukan Kategori Risiko: Menentukan kategori risiko dapat
membantu dalam memudahkan pengelompokan risiko dan
memastikan bahwa tidak ada risiko yang terlewatkan. Kategori

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 20


risiko yang umum digunakan meliputi risiko strategis, risiko
operasional, risiko keuangan, dan risiko kepatuhan.
6. Mengidentifikasi Akar Penyebab Risiko: Penting untuk
mengidentifikasi akar penyebab risiko, bukan hanya gejala atau
dampaknya saja. Hal ini akan membantu organisasi untuk
memahami faktor-faktor yang mendasari risiko dan mengambil
tindakan yang tepat untuk mengatasinya.
7. Memperhatikan Kemungkinan dan Dampak Risiko: Setiap risiko
harus dinilai berdasarkan kemungkinan terjadinya dan
dampaknya. Hal ini akan membantu organisasi dalam
mengalokasikan sumber daya dan mengambil tindakan yang tepat
untuk mengatasi risiko.

Secara keseluruhan, melakukan identifikasi risiko yang efektif


memerlukan pendekatan sistematis, pemahaman lingkungan
operasional, dan kemampuan untuk mengidentifikasi akar penyebab
risiko dan mengevaluasi kemungkinan dan dampaknya.

F. PIHAK – PIHAK TERLIBAT DALAM PROSES IDENTIFIKASI


RISIKO

Pihak-pihak yang terlibat dalam identifikasi risiko perusahaan


meliputi:
1. Pemimpin perusahaan
Pemimpin perusahaan seperti CEO, CFO, atau direktur
perusahaan harus terlibat dalam proses identifikasi risiko.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 21


Pemimpin perusahaan memiliki tanggung jawab untuk
memastikan bahwa perusahaan mampu menghadapi risiko dan
mencapai tujuan bisnis.
2. Tim manajemen risiko
Tim manajemen risiko bertanggung jawab untuk mengidentifikasi,
menganalisis, dan mengelola risiko di perusahaan. Tim ini terdiri
dari individu-individu yang memiliki keahlian dalam bidang
manajemen risiko, seperti analisis risiko, manajemen keuangan,
dan asuransi.
3. Pemangku kepentingan internal
Pemangku kepentingan internal, seperti departemen operasional,
keuangan, hukum, dan teknologi informasi, juga harus terlibat
dalam proses identifikasi risiko. Pemangku kepentingan internal
memahami risiko yang terkait dengan operasi mereka dan dapat
memberikan masukan tentang bagaimana mengurangi atau
mengelola risiko.
4. Pemangku kepentingan eksternal
Pemangku kepentingan eksternal, seperti pelanggan, investor, dan
pemasok, juga dapat memberikan masukan dalam proses
identifikasi risiko. Pemangku kepentingan eksternal memiliki
pandangan yang unik tentang risiko dan dapat membantu dalam
mengidentifikasi risiko yang mungkin terlewatkan oleh pemangku
kepentingan internal.

Dengan melibatkan semua pihak terkait dalam proses identifikasi


risiko, perusahaan dapat memastikan bahwa risiko teridentifikasi

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 22


secara komprehensif dan manajemen risiko dapat dilakukan secara
efektif.

G. KUNCI SUKSES PROSES IDENTIFIKASI RISIKO

Kunci sukses dalam proses identifikasi risiko meliputi beberapa hal


berikut:
1. Melibatkan semua pihak terkait
Proses identifikasi risiko harus melibatkan semua pihak terkait,
seperti pemangku kepentingan internal dan eksternal, anggota
tim, dan ahli terkait. Hal ini akan membantu dalam mendapatkan
perspektif yang komprehensif dan memastikan bahwa tidak ada
risiko yang terlewatkan.
2. Menggunakan metode yang terstruktur
Penting untuk menggunakan metode yang terstruktur dan teruji
untuk mengidentifikasi risiko secara efektif. Metode yang
terstruktur akan membantu memastikan bahwa seluruh risiko
teridentifikasi secara sistematis dan terstruktur.
3. Melakukan pemetaan risiko
Pemetaan risiko akan membantu dalam mengelompokkan risiko
berdasarkan kategori dan memberikan pandangan yang jelas
tentang risiko apa yang perlu dikelola lebih serius.
4. Menggunakan teknologi yang tepat
Teknologi yang tepat dapat membantu dalam melakukan
identifikasi risiko secara lebih efisien dan efektif. Misalnya,

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 23


teknologi AI dapat membantu dalam mengidentifikasi risiko
secara otomatis dari data dan informasi terstruktur dan tidak
terstruktur.
5. Memperhatikan keamanan informasi
Selama proses identifikasi risiko, penting untuk memperhatikan
keamanan informasi dan melindungi data sensitif yang terkait
dengan risiko.
6. Menggunakan bahasa yang mudah dipahami
Bahasa yang mudah dipahami akan memudahkan dalam
mengidentifikasi risiko dan berkomunikasi dengan tim dan
pemangku kepentingan terkait risiko.
7. Menerapkan strategi manajemen risiko yang tepat
Proses identifikasi risiko akan lebih efektif jika diikuti oleh strategi
manajemen risiko yang tepat. Strategi manajemen risiko yang
tepat akan membantu dalam mengelola risiko secara efektif dan
mengurangi dampaknya.

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut, organisasi dapat


melakukan identifikasi risiko yang sukses dan mengelola risiko
dengan lebih efektif.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 24


BAGIAN 3
ANALISIS RISIKO

A. PENDAHULUAN

Dalam sudut pandang bisnis, risiko dapat didefinisikan sebagai


potensi, kemungkinan atau ekspektasi terhadap suatu kejadian
(event) yang dapat berpengaruh secara negatif terhadap pendapatan
(earning) dan modal (capital). Oleh karena itu, ketidakpastian
beserta risikonya merupakan sesuatu yang tidak dapat diabaikan
begitu saja.

Agar risiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, perusahaan


harus melakukan manajemen risiko dengan sebaik-baiknya.
Manajemen risiko merupakan proses identifikasi, pengukuran, dan
kontrol keuangan dari risiko yang mengancam aset dan penghasilan
dari sebuah perusahaan atau proyek yang dapat menimbulkan
kerusakan atau kerugian pada perusahaan. Manajemen risiko juga
merupakan cara dalam mengorganisasikan suatu risiko yang akan
dihadapi, baik sudah diketahui maupun yang belum diketahui atau
yang tidak terpikirkan, dengan cara memindahkan risiko kepada
pihak lain, menghindari risiko, mengurangi efek negatif risiko,
ataupun menampung sebagian atau semua konsekuensi risiko
tertentu. Manajemen risiko juga bisa disebut sebagai suatu
pendekatan terstruktur dalam mengelola ketidakpastian yang
berkaitan dengan ancaman. Sehingga melalui manajemen risiko

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 25


kerugian yang ditimbulkan dari ketidakpastian dapat dikurangi,
bahkan dihilangkan.

Berdasarkan pemaparan di atas dipahami bahwa manajemen risiko


pada dasarnya dilakukan melalui proses sebagai berikut:
1. Identifikasi risiko
2. Analisis risiko
3. Penanganan risiko

Bagian ini akan membicarakan proses analisis risiko yaitu suatu usaha
untuk memperkirakan konsekuensi dari kemungkinan terjadinya
risiko tersebut. Dengan memahami karakteristik risiko, maka risiko
perusahaan akan lebih mudah dikendalikan.

B. KONSEP ANALISIS RISIKO

Analisis risiko merupakan tahap lanjutan setelah identifikasi risiko.


Proses ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang akan
membantu dalam menetapkan kombinasi tools manajemen risiko
yang tepat. Berapa besar probabilitas terjadinya suatu risiko dan apa
dampaknya terhadap operasional perusahaan perlu dipahami secara
seksama. Sebagai contoh, jika suatu masalah muncul, maka perlu
dianalisis apakah masalah tersebut akan mengakibatkan kerugian
finansial atau tidak (misalnya kenaikan beban yang besar dan atau
penurunan pendapatan)? Jika ia, maka analisis berapa jumlahnya.
Dengan demikian, analisis risiko adalah usaha untuk mengetahui
besar/kecilnya risiko yang akan terjadi. Hal ini dilakukan untuk

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 26


melihat tinggi rendahnya risiko yang dihadapi perusahaan serta
dampak dari risiko terhadap kinerja perusahaan, sekaligus melakukan
prioritisasi risiko, yang mana yang paling relevan.

Analisis risiko merupakan keputusan penting yang harus dilakukan


oleh seorang manajer. Misalnya, seorang manajer keuangan atau
Chief Financial Officer (CFO) yang harus membuat keputusan
investasi (investment decision) dan keputusan pendanaan (financial
decision). Dalam memasuki pasar, yang kondisi persaingannya sangat
ketat, kedua keputusan tersebut harus selalu diupayakan efektif dan
efisien karena dapat mengakibatkan biaya tetap. Oleh karena itu,
analisis risiko yang ditimbulkan karena adanya penggunaan leverage
menjadi sangat penting agar dalam mengambil keputusan
penggunaan leverage manajemen mendapat informasi yang
memadai dan seimbang, tidak hanya mengenai labanya, tetapi juga
risiko yang ditimbulkannya.

C. MANFAAT ANALISIS RISIKO

Tujuan analisis risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko


dengan lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih
baik, maka risiko akan lebih mudah dikendalikan. Adapun manfaat
dari analisis risiko, yaitu:

1. Untuk menentukan kepentingan relatif dari suatu risiko yang


dihadapi;

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 27


2. Untuk mendapat informasi yang sangat diperlukan oleh manajer
dalam menentukan cara dan kombinasi cara yang paling dapat
diterima atau paling baik dalam penggunaan sarana
penanggulangan risiko.

Untuk mewujudkan manfaat tersebut, maka dimensi yang harus


diukur adalah:
1. Frekuensi atau jumlah kerugian yang akan terjadi;
2. Tingkat kegawatan atau keparahan dari kerugian-kerugian
tersebut.

Berdasarkan hasil pengukuran yang mencakup dua dimensi tersebut


dapat dianalisis:
1. Nilai rata-rata dari kerugian selama satu periode anggaran;
2. Variasi nilai kerugian dari satu periode anggaran ke periode
anggaran yang lain, naik turunnya nilai kerugian dari waktu ke
waktu;
3. Dampak keseluruhan dari kerugian-kerugian tersebut, terutama
kerugian yang ditanggung sendiri (di retensi) sehingga tidak hanya
kerugian nilai rupiahnya.

Pengukuran risiko biasanya dilakukan melalui kuantifikasi risiko.


Kuantifikasi bisa dilakukan dengan metode yang sederhana sampai
metode yang sangat kompleks. Pengukuran dan kuantifikasi risiko
akan sangat tergantung dari karakteristik risiko tersebut. Sebagai
contoh, risiko pasar dengan risiko kredit akan menghasilkan teknik

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 28


kuantifikasi yang berbeda, sehingga teknik pengukurannya pun
berbeda.

Tabel di bawah ini menyajikan ringkasan tipe-tipe risiko dan teknik


pengukurannya yang berbeda-beda.

Tabel 3.1 Teknik Pengukuran Risiko


Tipe Risiko Definisi Teknik Pengukuran
Risiko pasar Harga pasar bergerak ke Value at risk (VAR),
arah yang tidak stress testing
menguntungkan
(merugikan)
Risiko kredit Counterparty tidak bisa Credit rating, credit
membayar kewajibannya metrics
(gagal bayar) ke
perusahaan
Risiko Tingkat bunga berubah Metode
perubahan yang mengakibatkan pengukuran jangka
tingkat bunga kerugian pada portofolio waktu, durasi
perusahaan
Risiko Kerugian yang terjadi Matriks frekuensi
operasional melalui operasi dan signifikansi
perusahaan (misal, sistem kerugian, VAR
yang gagal) operasional
Risiko Manusia mengalami Probabilitas
kematian kematian dini (lebih cepat kematian dengan
dari usia kematian wajar) tabel mortalitas
Risiko Manusia terkena penyakit Probabilitas terkena
kesehatan tertentu penyakit dengan
menggunakan tabel
morbiditas
Risiko Perubahan teknologi Analisis skenario
teknologi mempunyai konsekuensi
negatif terhadap
perusahaan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 29


Tabel di atas menunjukkan tipe risiko yang berbeda menghadirkan
teknik pengukuran yang berbeda juga. Setiap teknik pengukuran
yang berbeda, maka berbeda pula tingkat kuantifikasinya, mulai dari
yang paling sederhana, yaitu matriks frekuensi dan signifikansi
kerugian, sampai pada stress testing yang lebih rumit. Ada juga tipe
risiko yang lebih sulit dikuantifikasi, misal risiko teknologi. Untuk tipe
risiko tersebut, digunakan teknik analisis skenario, yaitu dengan
mengembangkan beberapa skenario dan melihat dampaknya
masing-masing terhadap organisasi.

Selengkapnya, teknik pengukuran risiko yang disajikan dalam Tabel


1.1 dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Value at risk (VAR)
Risiko diukur berdasarkan kerugian maksimum yang bisa terjadi
pada suatu aset atau investasi selama periode tertentu, dengan
tingkat keyakinan (level of confidence) tertentu. Untuk mengukur
risiko dengan pendekatan VAR, diperlukan data standar deviasi
dan skor Z dari tabel distribusi normal.
2. Stress testing
VAR mencoba menjawab berapa besar kerugian yang bisa dialami
dan berapa besar kemungkinannya. Tetapi VAR tidak bisa
mendeteksi peristiwa-peristiwa yang ekstrem. Peristiwa semacam
itu biasanya mempunyai probabilitas yang sangat kecil. Tetapi jika
terjadi, maka efeknya akan sangat serius bagi perusahaan (contoh,
kerugian karena gempa bumi).

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 30


Stress testing berusaha mengakomodasi kejadian ekstrem tersebut.
Yang ingin dijawab oleh stress testing adalah pertanyaan “Jika
peristiwa ekstrem terjadi, bagaimana pengaruhnya terhadap
organisasi, atau portofolio kita?” Secara spesifik, langkah-langkah
dalam stress testing adalah sebagai berikut:
1) Mengidentifikasi dan memilih parameter yang diperkirakan
akan berubah;
2) Menentukan seberapa besar parameter tersebut akan diubah
(di stress);
3) Melihat pengaruh stress testing tersebut terhadap nilai
portofolio;
4) Melihat asumsi yang digunakan, mengubah asumsi tersebut jika
diperlukan.
3. Credit metrics
Credit metrics merupakan alat pengukur risiko kredit dengan
menggunakan kerangka VAR, sehingga volatilitas risiko kredit
(risiko yang tidak bisa diperkirakan) bisa diperhitungkan. Ada dua
masalah jika kita menggunakan kerangka VAR (yang biasa
digunakan untuk mengukur risiko pasar) untuk risiko kredit, yaitu
distribusi yang tidak normal dan perhitungan korelasi. Kedua
kesulitan tersebut memunculkan pendekatan baru untuk
menghitung risiko kredit, yaitu dengan menggunakan credit
metrics.
4. Credit rating
Model skoring kredit pada dasarnya ingin melihat risiko kredit
(potensi kegagalan bayar) berdasarkan skor tertentu yang

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 31


dihasilkan melalui model tertentu. Beberapa model skoring kredit
yang sering digunakan adalah model diskriminan, model
probabilitas linear, dan model probabilitas logit.
5. Metode pengukuran jangka waktu dan durasi
Risiko perubahan tingkat bunga bisa mengakibatkan
ketidakpastian pendapatan bunga dan ketidakpastian harga pasar.
Ada beberapa metode untuk mengukur perubahan risiko bunga,
yaitu metode penilaian kembali, metode jangka waktu, dan
metode durasi. Metode repricing (penilaian kembali) berbasis
perubahan pendapatan. Sedangkan metode jangka waktu dan
durasi berbasis perubahan harga pasar. Metode durasi
memperbaiki kelemahan metode jangka waktu dalam
pengukuran risiko perubahan tingkat bunga. Jika metode jangka
waktu hanya memperhatikan saat jatuh tempo suatu instrumen
keuangan, maka metode durasi memperhatikan timing dari semua
aliran kas yang akan diterima oleh perusahaan. Imunisasi bisa
dilakukan dengan menyamakan durasi antara aset dengan
kewajiban.
6. Matriks frekuensi dan signifikansi risiko
Teknik pengukuran yang cukup sederhana (tidak membutuhkan
kuantifikasi yang rumit) yaitu dengan mengelompokkan risiko
berdasarkan dua dimensi, yaitu frekuensi dan signifikansi.
Terdapat dua hal penting dalam proses pengukuran menggunakan
matriks frekuensi dan signifikansi, yaitu:
1) Mengembangkan standar risiko

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 32


Menerapkan standar tersebut untuk risiko yang telah
diidentifikasi. Analisis skenario, kemampuan manajer
perusahaan untuk memprediksi sesuatu yang akan terjadi, dan
besarnya kerugian yang diperoleh.
2) Example
Setiap teknik pengukuran berbeda teknik kuantifikasinya.
Dengan demikian, berbeda tipe risiko maka berbeda pula
teknik pengukuran yang digunakan.
7. Mortality table
Probabilitas kematian awal bisa dihitung dengan menggunakan
tabel kematian (mortality table). Tabel tersebut menunjukkan
probabilitas kematian dan bertahan hidup untuk kelompok umur
tertentu, dan disajikan dengan format yang mudah dibaca.
8. Morbidity rate
Morbidity rate merupakan banyaknya penduduk (jumlah kasus)
yang menderita sakit tertentu. Morbidity berasal dari bahasa latin
morbidus, yang artinya adalah sakit. Morbidity rate bisa
dibandingkan dengan mortality rate. Sama seperti mortality rate,
morbidity rate dihitung berdasarkan data historis.

D. ANALISIS DAMPAK RISIKO

Direksi dapat menilai dan mengalokasikan kapasitas risiko yang dapat


ditanggung perusahaan yang pada dasarnya sangat tergantung pada
budaya risiko perusahaan. Sehingga menentukan risk appetite dan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 33


risk tolerance adalah hal krusial dalam penerapan suatu Enterprise
Risk Management (ERM).
1. Risk Appetite
Risk appetite (selera risiko) sering didefinisikan sebagai dua suku
kata yang bertujuan untuk mendeskripsikan di mana Direksi
perusahaan memosisikan dirinya pada suatu spektrum, yaitu
kesediaan untuk mengambil atau menerima risiko dan
ketidaksediaan atau keengganan untuk mengambil risiko. Selain
itu, risk appetite didefinisikan juga sebagai jumlah risiko yang
bersedia diambil perusahaan untuk mencapai visi atau misinya.
Selanjutnya, pernyataan perusahaan mengenai suatu target
keuntungan atau beban tertentu juga bisa diartikan sebagai risk
appetite.
Penentuan Risk Appetite.
Risk appetite statement berisi risiko-risiko yang bersedia diambil
perusahaan dalam rangka mencapai tujuan strategis dan
memenuhi kewajibannya kepada stakeholder. Laporan ini dapat
memberikan kepastian kepada stakeholder bahwa perusahaan
telah memahami sepenuhnya risiko yang ada dan bahwa semua
risiko tersebut berada di bawah kendali manajemen. Setelah risiko
didefinisikan, risk appetite dapat diterjemahkan menjadi risk
tolerance atau risk limit (Batas Toleransi Risiko) menurut unit
bisnis, area fungsional, kantor cabang, maupun anak perusahaan.
Pendelegasian Risk Appetite
Risk appetite perusahaan yang telah disetujui selanjutnya akan
digunakan sebagai titik awal di dalam menentukan risk appetite

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 34


dan tingkat toleransi di level bawah. Risiko yang dianggap risiko
tingkat tinggi mungkin saja akan dianggap sebagai risiko tingkat
rendah di level manajemen yang lebih tinggi. Hal ini memfasilitasi
proses eskalasi dalam pengambilan keputusan risiko jika suatu
risiko telah melampaui wewenang di suatu tingkat, dan
mendukung pemilik risiko untuk berinovasi dalam batasan
wewenangnya.
2. Risk Tolerance
Toleransi risiko (risk tolerance) adalah tingkat variasi relatif yang
dapat diterima terhadap pencapaian suatu tujuan. Beroperasi
dalam toleransi risiko akan memberikan suatu jaminan yang lebih
besar bagi manajemen bahwa organisasi tetap berada dalam risk
appetite, yang pada gilirannya akan memberikan tingkat
kenyamanan yang lebih tinggi dalam pencapaian suatu tujuan.
Selanjutnya, toleransi risiko ini akan digunakan untuk memetakan
dampak dari suatu risiko (potensi kejadian yang berdampak
negatif bagi perusahaan), apakah berdampak berbahaya atau
ringan bagi pencapaian sasaran perusahaan. Risiko yang
berpotensi membahayakan sasaran perusahaan tentu saja akan
segera ditangani agar tidak terjadi atau untuk meminimalkan
dampaknya jika terjadi. Dewan Direksi bertanggung jawab untuk
memformulasikan dan menyetujui penetapan risk appetite dan
risk tolerance.

Dalam good practice manajemen risiko, batas toleransi risiko


(BTR) sebesar 5% dari target pendapatan atau laba bersih akan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 35


dibuat gradasi pada beberapa tingkat untuk menentukan risiko-
risiko mana yang berdampak berat dan risiko-risiko mana yang
berdampak ringan (tidak signifikan) bagi pencapaian target
perusahaan. Namun harus dipahami bahwa toleransi risiko
sebesar 5% dari target laba bukanlah merupakan kesediaan
perusahaan untuk menerima kerugian sebesar 5%, melainkan
sebagai acuan untuk menilai apakah suatu risiko (potensi kejadian)
berbahaya atau tidak berbahaya bagi perusahaan.

Alur Penentuan Kriteria Dampak Risiko

RISK APPETITE STATEMENT

RISK TOLERANCE / RISK LIMIT

RISK CRITERIA

KRITERIA DAMPAK

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 36


BAGIAN 4
EVALUASI RISIKO

A. PENGERTIAN EVALUASI RISIKO

Evaluasi risiko adalah proses membandingkan risiko-risiko yang


sudah dihitung dengan kriteria risiko yang sudah distandarkan
(menempatkan posisi risiko-risiko pada kriteria risiko) dalam skoring,
apakah risiko-risiko tersebut adalah dapat diterima (acceptable),
diwaspadai (issue), tidak diterima (unacceptable), serta
memprioritaskan mitigasi atau penanganannya.

Hasil skoring menunjukkan probabilitas dan dampak dalam skala 1 -


5. Probabilitas dan dampak dari yang sangat ringan sampai dengan
sangat berat dalam skala 1 -5 di mana skoring tersebut ditempatkan
dalam matriks risiko. Matriks risiko merupakan alat untuk
memberikan peringkat dan menampilkan risiko-risiko dengan
menunjukkan dampak dan kemungkinan, dengan skoring
peringkatan maka dapat dilakukan strategi perlakuan risiko.

Tahap terakhir dalam penilaian risiko yaitu evaluasi risiko. Evaluasi


risiko dimaksudkan untuk membantu proses pengambilan keputusan
berdasarkan hasil analisis risiko. Evaluasi risiko merupakan proses
pembandingan antara level risiko yang ditemukan selama proses
analisis dengan kriteria risiko yang ditetapkan sebelumnya.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 37


Proses evaluasi risiko akan menentukan risiko-risiko mana yang
memerlukan perlakuan dan bagaimana prioritas perlakuan atas
risiko-risiko tersebut dengan mengacu pada “kriteria risiko”. Dengan
kata lain hasil dari evaluasi risiko menunjukkan peringkat risiko yang
memerlukan penanganan (mitigasi) lebih lanjut dengan mengacu
pada tingkat risiko yang dapat diterima.

Tahapan evaluasi risiko meliputi penyusunan prioritas risiko


berdasarkan besaran risiko dengan ketentuan: a) besaran risiko
tertinggi mendapat prioritas paling tinggi. b) Apabila terdapat lebih
dari satu risiko yang memiliki besaran risiko yang sama, maka
prioritas risiko ditentukan berdasarkan urutan area dampak dari yang
tertinggi hingga terendah sesuai kriteria dampak. c) Apabila masih
terdapat lebih dari satu risiko yang memiliki besaran dan area
dampak yang sama, maka prioritas risiko ditentukan berdasarkan
urutan kategori risiko yang tertinggi hingga terendah sesuai kategori
risiko. d) Apabila masih terdapat lebih dari satu risiko yang memiliki
besaran, area dampak, dan kategori yang sama, maka prioritas risiko
ditentukan berdasarkan pertimbangan pemilik Risiko.

Dalam proses evaluasi risiko, tingkat risiko yang diperoleh melalui


analisis risiko dibandingkan dengan kriteria risiko yang telah
ditetapkan dalam konteks manajemen risiko. Kebutuhan
penanganan risiko ditetapkan berdasarkan hasil perbandingan yang
telah dilakukan. Keputusan mengenai penanganan risiko harus
mempertimbangkan konteks risiko seluas-luasnya, selain adanya
batas toleransi risiko dari pihak internal, juga dipertimbangkan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 38


toleransi risiko dari pihak-pihak di luar organisasi yang terlibat dalam
suatu risiko. Keputusan juga harus diambil dengan
memperimbangkan hukum, regulasi dan hal-hal terkait lainnya.
Dalam kondisi tertentu evaluasi risiko dapat memerlukan analisis
risiko lebih lanjut. Evaluasi risiko juga dapat memutuskan untuk tidak
menangani suatu risiko atau cukup mempertahankan pengendalian
yang sudah ada. Keputusan ini akan dipengaruhi oleh pandangan
organisasi terhadap risiko dan kriteria risiko yang telah ditetapkan.

Evaluasi risiko terhadap perusahaan harus mampu:


1. Membantu proses pengambilan keputusan terhadap risiko yang
memerlukan perlakuan dan bagaimana prioritas implementasi
perlakuan risiko
2. Mengevaluasi eksposur risiko secara berkesinambungan dan
melakukan penyempurnaan proses pelaporan apabila terjadi
perubahan kegiatan usaha
3. Digunakan sebagai panduan Tindakan pemulihan yang
diperlukan jika suatu masalah terjadi
4. Mengetahui perubahan yang bersifat material pada variabel dan
atau asumsi yang terkait dengan produk dan aktivitas tertentu.

B. PERLAKUAN RISIKO

Perlakuan risiko merupakan proses yang terus terjadi, mulai dari


melakukan asesmen terhadap sebuah perlakuan risiko sampai
memperkirakan apakah tingkat risiko yang tersisa dapat diterima

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 39


atau tidak bila perlakuan ini ditetapkan. Nilai belum dapat diterima
maka harus dicari alternatif perlakuan risiko lainnya. Kemudian
dilakukan proses yang sama hingga perkiraan hasil dari perlakuan
tersebut menghasilkan tingkat risiko tersisa yang dapat diterima,
sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Untuk mengantisipasi terjadinya risiko dan melindungi kepentingan


perusahaan maka harus dibuat perangkat pencegahannya berupa
kebijakan dan prosedur serta sistem yang mendukung strategi
penerapan penanganan risiko yang terdiri dari:
1. Memahami sumber risiko dan Langkah pengendalian yang harus
di ambil
2. Menetapkan target yang ingin dicapai dengan adanya perlakuan
risiko yang di tetapkan
3. Mendesain sistem penilaian untuk memastikan efektifitas yang
akan dilaksanakan termasuk langkah-langkah pengendaliannya
4. Mendesain sistem penilaian untuk memastikan efektifitas
pelaksanaan proses perlakuan risiko yang telah di tetapkan
5. Melakukan komunikasi dan konsultasi dengan para pemangku
kepentingan dalam melaksanakan perlakuan risiko

Karena risiko yang teridentifikasi kemungkinan memiliki dampak


yang berbeda-beda pada organisasi, karena tidak semua risiko
membawa prospek kerugian atau kerusakan. Peluang juga dapat
muncul dari proses identifikasi risiko, karena jenis risiko dengan
dampak atau hasil positif diidentifikasi.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 40


Pilihan manajemen atau pengobatan untuk risiko yang diharapkan
memiliki hasil positif meliputi:
a. Memulai atau melanjutkan suatu kegiatan yang mungkin
menciptakan atau mempertahankan hasil positif ini;
b. Memodifikasi kemungkinan risiko untuk meningkatkan
kemungkinan hasil yang bermanfaat;
c. Mencoba memanipulasi konsekuensi yang mungkin terjadi, untuk
meningkatkan keuntungan yang diharapkan;
d. Berbagi risiko dengan pihak lain yang dapat berkontribusi dengan
menyediakan sumber daya tambahan yang dapat meningkatkan
kemungkinan peluang atau keuntungan yang diharapkan;
e. Mempertahankan sisa risiko.

Pilihan manajemen untuk risiko yang memiliki hasil negatif terlihat


serupa dengan risiko dengan hasil positif, meskipun interpretasi dan
implikasinya sama sekali berbeda. Pilihan atau alternatif tersebut
mungkin:
a. Menghindari risiko dengan memutuskan untuk menghentikan,
menunda, membatalkan, mengalihkan atau melanjutkan
kegiatan yang dapat menimbulkan risiko tersebut;
b. Memodifikasi kemungkinan risiko mencoba untuk mengurangi
atau menghilangkan kemungkinan hasil negatif;
c. Mencoba memodifikasi konsekuensi dengan cara yang akan
mengurangi kerugian;
d. Berbagi risiko dengan pihak lain yang menghadapi risiko yang
sama (pengaturan asuransi dan struktur organisasi seperti

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 41


kemitraan dan usaha patungan dapat digunakan untuk
menyebarkan tanggung jawab dan kewajiban); (tentu saja orang
harus selalu ingat bahwa jika risiko dibagi seluruhnya atau
sebagian, organisasi memperoleh risiko baru, yaitu risiko bahwa
organisasi yang menerima risiko awal mungkin tidak mengelola
risiko ini secara efektif. )
e. Mempertahankan risiko atau sisa risikonya;
Secara umum, biaya pengelolaan suatu risiko perlu dibandingkan
dengan manfaat yang diperoleh atau diharapkan. Selama proses
penilaian biaya-manfaat ini, konteks Manajemen Risiko yang
ditetapkan dalam proses pertama (yaitu Definisi Ruang Lingkup
dan Kerangka Kerja) harus dipertimbangkan. Penting untuk
mempertimbangkan semua biaya dan manfaat langsung dan
tidak langsung apakah berwujud atau tidak berwujud dan diukur
dalam istilah keuangan atau lainnya.

C. TEKNIK EVALUASI RISIKO

Matriks probabiltias adalah penggabungan antara metode penilaian


kualitatif dan semi kuantitatif untuk menilai tingkatan risiko. Matriks
ini digunakan untuk melakukan prioritas terhadap risiko-risiko yang
dihadapi berdasarkan tingkatannya. Matriks ini juga digunakan untuk
menilai risiko mana yang dapat diterima dan tidak dapat diterima.
Dalam membuat matriks ini langkah pertama adalah menentukan
skala penilaian terhadap suatu risiko berdasarkan dampak dan
probabilitasnya.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 42


Contoh skala penilaian untuk dampak risiko secara kualitatif dan
kuantitatif berikut ini.

Tabel 4.1. Skor Dampak Risiko dan Definisi/Kriteria

Level/Skor Definisi/Kriteria
a. Tidak mengganggu pelayanan
b. Tidak mempengaruhi kebijakan
c Tidak menimbulkan keresahan/gejolak
d. Kerugian kurang dari Rp 2.000.000
e. Terjadi penambahan anggaran yang tidak
1 = Kecil diprogramkan namun tidak lebih dari Rp
50.000.000
f. Tidak berdampak pada pencapaian tujuan
Satker
g. Tidak berdampak pada pencemaran nama
baik/reputasi
a. Cukup mengganggu jalannya pelayanan
b. Cukup mempengaruhi kebijakan
c Menimbulkan keresahan/gejolak kecil
d. Kerugian dari Rp 2.000.000 sampai Rp
25.000.000
e. Terjadi penambahan anggaran yang tidak
2=
diprogramkan namun tidak lebih dari Rp
Sedang
150.000.000
f. Mengganggu pencapaian tujuan Satker
meskipun tidak signifikan.
g. Berdampak pada pandangan negatif terhadap
instansi dalam skala lokal(telah masuk dalam
pemberitaan media lokal).
3 = Besar a. Sangat mengganggu jalannya pelayanan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 43


Level/Skor Definisi/Kriteria
b. Sangat mempengaruhi kebijakan di tingkat
satker
c Sangat menimbulkan keresahan/gejolak
ditingkat lokal
d. Kerugian di atas Rp 50.000.000 sampai Rp
100.000.000
e. Terjadi penambahan anggaran yang tidak
diprogramkan lebih dari Rp 300.000.000 s.d.
Rp 700.000.000
f. Sangat mengganggu pencapaian tujuan satker
yang signifikan
g. Berdampak pada pandangan negatif terhadap
instansi dalam skala nasional
a. Terganggunya pelayanan lebih dari 1 minggu
b. Sangat mempengaruhi kebijakan di tingkat
kelembagaan
c Sangat menimbulkan keresahan/gejolak
4 = Luar ditingkat kelembagaan;
Biasa/ d. Kerugian di atas Rp 100.000.000
Bencana e. Terjadi penambahan anggaran yang tidak
diprogramkan lebih dari Rp 700.000.000
f. Tujuan Satker tidak tercapai.
g. Berdampak pada kepercayaan stakeholder
kepada Instansi.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 44


Tabel 4.2. Skala Penilaian Dampak Risiko

Kriteria Dampak Terhadap Rating


Pendapatan Deskripsi Nilai
Kehilangan < 1% target
Ringan Sekali 1
potensi revenue
Kehilangan > 1% s.d. 3%
potensi target Ringan 2
revenue
Kehilangan > 3% s.d. 5%
potensi target Sedang 3
revenue
Kehilangan > 5% s.d. 10%
potensi target Berat 4
revenue
Kehilangan > 10% target
Sangat Berat 5
potensi revenue
Sementara contoh skala penilaian untuk probabilitas risiko adalah
sebagai berikut:

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 45


Tabel 4.3. Skala Penilaian Probabilitas Risiko

Rating Probabilitas Deskripsi Presentase (%)


Sangat Sangat mungkin
5 > 80%
Besar pasti terjadi / sering
Kemungkinan besar
4 Besar 60 < p ≤ 80%
terjadi
Sama
kemungkinannya
3 Sedang 40 < p ≤ 60%
terjadi & tidak
terjadi
Kemungkinan kecil
2 Kecil 10 < p ≤ 40%
terjadi
Cenderung tidak
1 Sangat Kecil ≤ 10%
mungkin terjadi

Setelah skala penilaian risiko dibuat, gambar matriks yang


menggunakan satu skala penilaian sebagai salah satu sumbu dan skala
penilain lainnya sebagai sumbu yang satu lagi. Contoh matriks yang
dihasilkan adalah sebagai berikut:

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 46


Tabel 4.4. Konsekuensi/Matriks Probabilitas

Rendah
Sanga
- Moder Modera
t Tinggi Tinggi
Moder at t-Tinggi
Besar
at
Rendah
80 - Moder Modera
Besar Tinggi Tinggi
% Moder at t
at
Rendah Rendah
Sedan 60 - - Modera Modera
Tinggi
g % Moder Moder t t-Tinggi
at at
Rendah Rendah
40 - - Modera Modera
Kecil Rendah
% Moder Modera t t-Tinggi
at t
Rendah
Sanga Rendah
10 -
t Rendah Rendah Rendah Modera
% Modera
Kercil t
t
Sanga
80
t 1% 3% 5% 10%
%
Besar
60 Sangat Sangat
Besar Ringan Sedang Berat
% Ringan Berat

Masing-masing risiko yang dievaluasi kemudian ditempatkan dalam


matriks sesuai dengan tingkat dampak dan probabilitasnya. Posisi
risiko dalam matriks akan menentukan prioritas risiko tersebut dalam
pengambilan keputusan penanganan risiko.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 47


Tabel 4.5. Matriks Risiko

5 5 10 15 20 25
4 4 8 12 16 20
Probabilitas 3 3 6 9 12 15
2 2 4 6 8 10
1 1 2 3 4 5
1 2 3 4 5
Dampak

Unacceptable (Dibutuhkan tindakan sesegera mungkin untuk


mengelola risiko dan menjadi prioritas untuk dilakukan perlakuan
atau mitigasi risiko Issu (Tindakan diperlukan untuk mengelola risiko
Supplementary Issue (hijau muda) Tindakan dianjurkan jika biaya
efektif Acceptable (hijau tua) Tidak ada tindakan yang dibutuhkan.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 48


BAGIAN 5
STUDI KASUS MANAJEMEN RISIKO OPERASI

A. PENDAHULUAN

Operasi adalah suatu aktivitas atau proses yang dilakukan dalam


suatu organisasi untuk menghasilkan produk atau layanan yang
bernilai. Manajemen operasi terkait proses merencanakan,
mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikan proses operasi
dalam organisasi guna memaksimalkan efisiensi dan efektivitas
produksi atau layanan yang dihasilkan.

Manajemen risiko fokus pada proses identifikasi, penilaian, dan


pengendalian risiko yang mungkin terjadi pada suatu organisasi
Manajemen risiko pada operasi adalah proses identifikasi, penilaian,
dan pengendalian risiko yang terkait dengan operasi bisnis dalam
suatu organisasi.

Dalam konteks manajemen risiko operasi, tujuan dari manajemen


risiko adalah meminimalkan risiko operasi dan meningkatkan
efisiensi operasional organisasi. Manajemen risiko operasi juga dapat
membantu organisasi dalam mengelola risiko dan menghadapi
tantangan bisnis yang semakin kompleks dan dinamis.

Manajemen risiko operasi menjadi semakin penting bagi perusahaan


dalam menghadapi tantangan bisnis yang semakin kompleks dan
dinamis. Risiko operasi yang tidak dikelola dengan baik dapat

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 49


mengakibatkan kerugian finansial dan reputasi yang signifikan bagi
perusahaan. Oleh karena itu, studi kasus mengenai manajemen risiko
operasi di perusahaan X akan dibahas dalam bab ini, dengan tujuan
untuk memberikan wawasan mengenai bagaimana perusahaan dapat
mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengendalikan risiko operasi
secara efektif.

B. KATEGORI RISIKO OPERASI

Risiko operasi dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori,


seperti sumber risiko, sumber dampak, dan tipe risiko

Pertama, berdasarkan sumber risiko, risiko operasi dapat


dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu risiko internal, risiko
eksternal, dan risiko gabungan. Risiko internal adalah risiko yang
berasal dari aktivitas dan proses operasi internal organisasi, seperti
kesalahan manusia, kegagalan teknologi, dan penyalahgunaan
kepercayaan. Risiko eksternal adalah risiko yang berasal dari faktor
di luar organisasi misalnya bencana alam. Risiko gabungan adalah
risiko yang berasal dari kombinasi dari risiko internal dan eksternal.

Kedua, berdasarkan sumber dampak, risiko operasi dapat


dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu risiko finansial dan risiko
non-finansial. Risiko finansial adalah risiko yang berdampak pada
keuangan organisasi, seperti kerugian finansial atau kehilangan
pendapatan. Risiko non-finansial adalah risiko yang berdampak pada

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 50


operasi organisasi, seperti penurunan kualitas produk atau layanan,
hilangnya reputasi, dan kehilangan kepercayaan pelanggan.

Ketiga, berdasarkan tipe risiko, risiko operasi dapat dikelompokkan


menjadi beberapa kategori, seperti risiko legal, risiko reputasi, risiko
strategis, risiko keselamatan, dan risiko lingkungan. Risiko legal
adalah risiko yang berhubungan dengan ketidakpatuhan terhadap
hukum dan regulasi yang berlaku. Risiko reputasi adalah risiko yang
berhubungan dengan citra dan persepsi publik terhadap organisasi.
Risiko strategis adalah risiko yang berhubungan dengan keputusan
strategis organisasi yang berdampak pada operasi bisnis. Risiko
keselamatan adalah risiko yang berhubungan dengan keamanan
karyawan, pelanggan, dan masyarakat umum. Risiko lingkungan
adalah risiko yang berhubungan dengan dampak operasi bisnis
terhadap lingkungan alam sekitar.

C. PENDEKATAN MANAJEMEN RISIKO OPERASI

Pendekatan ini mencakup berbagai tahapan, mulai dari identifikasi


risiko hingga implementasi metode pengendalian risiko.

Salah satu tahapan penting dalam pendekatan manajemen risiko


operasi adalah identifikasi risiko. Identifikasi risiko dilakukan dengan
cara mengidentifikasi semua kemungkinan sumber risiko yang terkait
dengan aktivitas bisnis perusahaan. Setelah identifikasi risiko
dilakukan, langkah selanjutnya adalah menganalisis risiko untuk
menentukan dampak dan kemungkinan terjadinya risiko. Analisis

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 51


risiko dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang risiko dan memperkirakan tingkat risiko yang dapat terjadi.

Setelah risiko diidentifikasi dan dianalisis, langkah selanjutnya adalah


mengembangkan metode pengendalian risiko. Metode pengendalian
risiko adalah rencana tindakan yang bertujuan untuk meminimalkan
atau menghilangkan risiko yang telah diidentifikasi. Metode
pengendalian risiko harus sesuai dengan karakteristik risiko dan
mampu mengurangi dampak risiko secara efektif.

Dalam praktiknya, perusahaan dapat menggunakan berbagai alat


dan teknik dalam pendekatan manajemen risiko operasi, seperti
analisis penyebab akar (root cause analysis), Failure Modes and
Effects Analysis (FMEA), analisis risiko bow tie, matrix risiko, analisis
skenario (scenario analysis), dan sebagainya. Alat dan teknik ini dapat
membantu perusahaan untuk mengidentifikasi risiko operasi secara
sistematis dan mengembangkan metode pengendalian risiko yang
efektif.

D. STUDI KASUS: MANAJEMEN RISIKO OPERASI DI


PERUSAHAAN X

1. Mengenal perusahaan X
Perusahaan X adalah perusahaan manufaktur besar yang beroperasi
telah beroperasi selama lebih dari 30 tahun dan memiliki ribuan
karyawan yang berdedikasi.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 52


2. Identifikasi risiko
Identifikasi risiko operasi adalah salah satu tahap penting dalam
manajemen risiko operasi, di mana perusahaan harus
mengidentifikasi semua kemungkinan sumber risiko yang terkait
dengan aktivitas bisnis perusahaan. Dalam kasus Perusahaan X,
perusahaan melakukan identifikasi risiko operasi dengan
menggunakan beberapa metode, yaitu wawancara dengan
karyawan dan analisis data historis.

Wawancara dengan karyawan merupakan salah satu metode yang


efektif dalam mengidentifikasi risiko operasi. Karyawan yang terlibat
dalam operasi bisnis memiliki pemahaman yang baik tentang risiko
yang terkait dengan aktivitas bisnis. Oleh karena itu, wawancara
dengan karyawan dapat membantu perusahaan untuk
mengidentifikasi risiko operasi yang mungkin terlewatkan oleh
metode lain

Selain wawancara dengan karyawan, Perusahaan X juga


menggunakan analisis data historis untuk mengidentifikasi risiko
operasi. Analisis data historis melibatkan pengumpulan dan analisis
data yang dihasilkan dari operasi bisnis sebelumnya. Dengan
menggunakan analisis data historis, perusahaan mengidentifikasi tren
dan pola yang muncul dari risiko operasi yang terjadi di masa lalu,
sehingga dapat memperkirakan kemungkinan terjadinya risiko di
masa depan.
Berdasarkan metode yang digunakan, Perusahaan X berhasil
mengidentifikasi beberapa risiko operasi, antara lain kerusakan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 53


mesin, kesalahan produksi, dan kegagalan pengiriman. Risiko
kerusakan mesin muncul ketika mesin yang digunakan untuk operasi
bisnis mengalami kerusakan atau rusak, sehingga dapat mengganggu
efisiensi produksi. Risiko kesalahan produksi muncul ketika terjadi
kesalahan dalam proses produksi yang dapat mengakibatkan produk
yang dihasilkan tidak memenuhi standar kualitas. Risiko kegagalan
pengiriman muncul ketika terjadi gangguan dalam pengiriman
produk atau layanan, sehingga dapat mempengaruhi kepercayaan
pelanggan dan reputasi perusahaan.

3. Evaluasi dan Prioritasi Risiko Operasi di Perusahaan X


Evaluasi dan prioritisasi risiko dapat membantu perusahaan untuk
mengalokasikan sumber daya dan anggaran yang terbatas pada
risiko-risiko yang paling penting dan berdampak signifikan pada
operasi bisnis.

Perusahaan X menggunakan matriks risiko untuk mengevaluasi dan


memprioritaskan risiko operasi. Matriks risiko adalah alat yang
digunakan untuk memperhitungkan dampak dan kemungkinan
terjadinya risiko. Dampak risiko adalah tingkat kerugian atau
konsekuensi negatif yang mungkin terjadi jika risiko terjadi,
sedangkan kemungkinan terjadinya risiko adalah probabilitas atau
frekuensi terjadinya risiko.

Matriks risiko yang digunakan oleh Perusahaan X terdiri dari


beberapa kategori, yaitu risiko rendah, risiko sedang, dan risiko
tinggi. Risiko rendah adalah risiko yang memiliki dampak dan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 54


kemungkinan terjadinya rendah, sehingga risiko ini dapat diterima
dan tidak memerlukan pengendalian lebih lanjut. Risiko sedang
adalah risiko yang memiliki dampak dan kemungkinan terjadinya
sedang, sehingga perlu dipertimbangkan untuk dilakukan
pengendalian. Risiko tinggi adalah risiko yang memiliki dampak dan
kemungkinan terjadinya tinggi, sehingga harus diprioritaskan untuk
pengendalian lebih lanjut.

Dalam praktiknya, Perusahaan X memprioritaskan risiko dengan


dampak tinggi dan kemungkinan terjadinya tinggi untuk
pengendalian lebih lanjut. Risiko dengan dampak tinggi dan
kemungkinan terjadinya tinggi adalah risiko yang memiliki potensi
merugikan perusahaan secara signifikan dan memerlukan tindakan
pengendalian yang cepat dan tepat.

4. Metode Pengendalian Risiko Operasi di Perusahaan X


Setelah melakukan evaluasi dan prioritisasi risiko operasi, perusahaan
X mengimplementasikan beberapa metode pengendalian risiko
untuk mengurangi dampak risiko dan meminimalkan kemungkinan
terjadinya risiko di masa depan. Metode pengendalian risiko ini
didasarkan pada karakteristik risiko dan sumber risiko yang telah
diidentifikasi sebelumnya. Beberapa metode pengendalian risiko
yang diimplementasikan oleh perusahaan X antara lain:
a. Peningkatan kualitas mesin dan peralatan produksi: Risiko
operasi seperti kerusakan mesin dapat menyebabkan gangguan
pada operasi bisnis dan menghambat produksi.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 55


b. Pelatihan karyawan: Perusahaan X memberikan pelatihan
kepada karyawannya untuk meningkatkan kesadaran risiko
dan mengajarkan karyawan untuk mengidentifikasi dan
melaporkan risiko operasi.
c. Implementasi prosedur operasional standar: Prosedur
operasional standar (SOP) merupakan panduan untuk
menjalankan aktivitas bisnis yang dapat meminimalkan risiko
operasi. Perusahaan X mengimplementasikan SOP untuk
memastikan bahwa operasi bisnis dilakukan dengan cara yang
benar dan mengikuti standar kualitas yang telah ditetapkan.
d. Keterlibatan pihak ketiga untuk mendukung operasi: Beberapa
risiko operasi seperti kegagalan pengiriman dapat disebabkan
oleh faktor eksternal seperti gangguan pada jaringan logistik
atau transportasi. Oleh karena itu, perusahaan X mengajak
pihak ketiga seperti penyedia jasa logistik untuk mendukung
operasi bisnisnya.

5. Implementasi manajemen risiko operasi di Perusahaan X


Integrasi proses manajemen risiko ke dalam proses operasional
sehari-hari melibatkan beberapa langkah, antara lain:
a. Identifikasi risiko operasi: Setiap departemen melakukan
identifikasi risiko operasi yang terkait dengan aktivitas mereka.
Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan analisis risiko atau
melalui wawancara dengan karyawan.
b. Evaluasi risiko operasi: Setiap risiko operasi dinilai berdasarkan
dampak dan kemungkinan terjadinya risiko. Dampak dan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 56


kemungkinan terjadinya risiko kemudian digunakan untuk
memprioritaskan risiko yang harus dikelola terlebih dahulu.
c. Pengembangan metode pengendalian risiko: Departemen yang
terlibat dalam aktivitas bisnis harus mengembangkan metode
pengendalian risiko yang sesuai dengan karakteristik risiko yang
teridentifikasi.
d. Implementasi metode pengendalian risiko: Setiap departemen
mengimplementasikan metode pengendalian risiko yang telah
dikembangkan untuk mengurangi dampak risiko dan
meminimalkan kemungkinan terjadinya risiko di masa depan.
e. Monitoring dan pengendalian risiko: Setiap departemen
melakukan monitoring dan pengendalian risiko secara teratur
untuk memastikan bahwa metode pengendalian risiko yang
telah diimplementasikan berhasil dalam mengurangi dampak
risiko.

6. Evaluasi kinerja manajemen risiko operasi di Perusahaan X.


Evaluasi kinerja dilakukan secara berkala dengan menggunakan
indikator kinerja utama (key performance indicators/KPIs)
termasuk:
a. Tingkat keberhasilan implementasi metode pengendalian
risiko.
b. Tingkat kepatuhan terhadap prosedur operasional standar.
c. Jumlah dan frekuensi insiden risiko operasi.
d. Dampak finansial dari insiden risiko operasi.
e. Tingkat kepuasan pelanggan.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 57


Dalam melakukan evaluasi kinerja manajemen risiko operasi,
perusahaan X juga melibatkan pihak eksternal seperti auditor
independen atau konsultan manajemen risiko. Hal ini dapat
membantu perusahaan dalam memperoleh pandangan dan saran
yang objektif dari pihak yang independen.

Hasil evaluasi kinerja manajemen risiko operasi dapat digunakan


sebagai dasar untuk membuat perbaikan atau penyempurnaan pada
metode pengendalian risiko yang telah diimplementasikan. Hal ini
memungkinkan perusahaan untuk terus meningkatkan kinerja
manajemen risiko operasi dan meminimalkan risiko operasi yang
terkait dengan aktivitas bisnis perusahaan.

Evaluasi kinerja manajemen risiko operasi dilakukan secara berkala


dan terintegrasi dengan proses manajemen risiko secara keseluruhan.
Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memantau efektivitas
metode pengendalian risiko yang telah diimplementasikan dan
membuat perbaikan yang diperlukan.

Dengan mengidentifikasi risiko operasi secara sistematis, Perusahaan


X dapat mengembangkan metode pengendalian risiko yang efektif,
sehingga dapat meminimalkan risiko operasi dan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas operasional, sehingga dapat mencapai tujuan
bisnis yang diinginkan.

Metode pengendalian risiko yang diimplementasikan oleh


perusahaan X merupakan metode yang tepat dan efektif dalam
mengurangi dampak risiko operasi dan meminimalkan kemungkinan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 58


terjadinya risiko di masa depan. Dengan mengimplementasikan
metode pengendalian risiko yang tepat, perusahaan X dapat
meminimalkan risiko operasi dan meningkatkan efisiensi dan
efektivitas operasional, sehingga dapat mencapai tujuan bisnis yang
diinginkan.

Dalam implementasi manajemen risiko operasi, perusahaan X


menerapkan pendekatan yang terintegrasi dan melibatkan semua
departemen dalam aktivitas manajemen risiko operasi. Hal ini
membantu perusahaan X dalam mengelola risiko operasi secara
efektif dan meminimalkan risiko yang terkait dengan aktivitas bisnis
perusahaan.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 59


BAGIAN 6
STUDI KASUS MANAJEMEN RISIKO SDM

A. KETIDAKSETARAAN NILAI PERUSAHAAN

Menurut Huntley dan Kleiner (2005), manajemen risiko SDM yang


tidak setara dengan nilai perusahaan dapat mengancam
berkesinambungan dan kelangsungan bisnis. Bilamana perusahaan
mengintegrasikan nilai perusahaan dengan manajemen risiko SDM
akan memperoleh kinerja yang lebih baik dibandingkan dengan
perusahaan-perusahaan yang tidak melakukannya. Perusahaan-
perusahaan yang melakukannya mampu mengkreasikan lingkungan
kerja yang lebih positif, memperkuat budaya perusahaan, dan
menghasilkan karyawan yang lebih produktif. Sebaliknya, jika
manajemen risiko SDM tidak sesuai dengan nilai perusahaan, dapat
menghasilkan karyawan yang tidak cocok dengan nilai-nilai
perusahaan, merusak budaya perusahaan, dan mengurangi
produktivitas karyawan.

Selain itu, perusahaan-perusahaan yang gagal mengintegrasikan nilai-


nilai perusahaan dengan manajemen risiko SDM dapat menghadapi
risiko hukuman atau denda dari regulator atau masyarakat karena
pelanggaran hak asasi manusia atau praktek kerja yang tidak etis. Hal
ini dapat berdampak negatif pada citra perusahaan dan mengancam
berkesinambungan bisnis. Oleh karena itu, penting bagi manajer
sumber daya manusia, menemukan karyawan yang memenuhi

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 60


syarat untuk posisi pemerintah ini, serta mempromosikan lingkungan
kerja yang menarik bagi karyawan tersebut. Kegagalan untuk
menggunakan manajemen sumber daya manusia yang efektif berisiko
rendahnya produktivitas dan kurangnya komitmen terhadap
masyarakat.

Manajer memiliki tantangan untuk memenuhi berbagai tujuan


termasuk produktivitas, kepegawaian, dan banyak lagi perusahaan
untuk memastikan bahwa manajemen risiko SDM dilakukan sesuai
dengan nilai-nilai perusahaan. Hal ini dapat dilakukan dengan
mengintegrasikan nilai-nilai perusahaan dalam prosedur manajemen
risiko SDM dan memastikan bahwa karyawan memahami dan
menerapkan nilai-nilai tersebut dalam pekerjaan (Huntley dan
Kleiner, 2005).

1. Diskriminasi dalam rekrut dan promosi


Diskriminasi dalam rekrut dan promosi merupakan praktik
diskriminatif yang dapat menghambat kemajuan karier dan juga
dapat mempengaruhi kesetaraan kesempatan. Diskriminasi dapat
terjadi ketika karyawan diperlakukan secara tidak adil berdasarkan
karakteristik pribadi mereka seperti jenis kelamin, agama, ras, etnis,
orientasi seksual, dan usia. Diskriminasi masih banyak terjadi dalam
proses rekrut dan promosi. Diskriminasi dalam rekrut dan promosi
dapat berdampak negatif pada karyawan dan perusahaan. Karyawan
yang diperlakukan secara tidak adil dapat merasa tidak dihargai dan
dapat mempengaruhi motivasi mereka untuk bekerja. Sementara itu,
perusahaan dapat kehilangan karyawan berbakat dan berpotensi

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 61


karena diskriminasi yang terjadi dalam proses rekrut dan promosi.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memastikan bahwa
proses rekrut dan promosi dilakukan secara adil dan objektif. Hal ini
dapat dilakukan dengan melakukan pelatihan pada karyawan dan
manajer tentang praktik rekrut dan promosi yang tidak diskriminatif
serta memastikan bahwa pengambilan keputusan dalam proses
rekrut dan promosi didasarkan pada kualifikasi dan pengalaman,
bukan karakteristik pribadi.Akibatnya, ketika diskriminasi
menghambat kesempatan kerja atau mengakibatkan hilangnya
pendapatan, konsekuensi nya tidak hanya memengaruhi kualitas dan
kesetaraan kehidupan kerja, tetapi juga banyak lainnya bidang
kehidupan. Apalagi, ketika kelompok pekerja tertentu secara rutin
menghadapi bias dalam tempat kerja, diskriminasi ini memperluas
ketidaksetaraan lain dalam ekonomi, dengan efek riak yang
berdampak pada kesehatan, perumahan, akses anak ke pendidikan
berkualitas, dan persamaan hak lebih luas. (Chen dan Vinayan,
2016),

2. Pelanggaran hak karyawan


Dalam pandangan Aparicio, Ricart, dan Bonache (2017)
mengutarakan bahwa pelanggaran hak karyawan dapat terjadi ketika
perusahaan tidak memenuhi kewajiban terhadap karyawan atau
mengabaikan hak-hak karyawan yang dilindungi oleh undang-
undang dan peraturan-peraturan ketenagakerjaan. Pelanggaran hak
karyawan dapat mencakup berbagai hal, seperti tidak membayar
upah atau tunjangan dengan benar, memberikan kondisi kerja yang

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 62


tidak aman atau tidak sehat, melakukan diskriminasi, atau melakukan
tindakan pemecatan yang tidak sah. Pelanggaran hak karyawan
masih banyak terjadi di seluruh dunia. Laporan tersebut
menyebutkan bahwa perusahaan-perusahaan besar di sektor
teknologi, perawatan kesehatan, dan industri pangan, antara lain,
seringkali gagal memenuhi kewajiban terhadap karyawan, termasuk
mengabaikan hak pekerja dan kontrak.
Pelanggaran hak karyawan dapat berdampak negatif pada
kesejahteraan karyawan dan juga dapat merugikan perusahaan
dalam jangka panjang. Karyawan yang merasa tidak dihormati atau
diperlakukan secara tidak adil dapat kehilangan motivasi dan
produktivitas mereka. Sementara itu, perusahaan yang melakukan
pelanggaran hak karyawan dapat kehilangan reputasi mereka dan
dapat menghadapi tuntutan hukum. Untuk mencegah pelanggaran
hak karyawan, perusahaan harus memastikan bahwa karyawan
mematuhi undang-undang dan peraturan ketenagakerjaan, serta
memberikan lingkungan kerja yang aman dan sehat. Perusahaan juga
harus memperhatikan hak karyawan dan memberikan perlindungan
yang memadai terhadap pelecehan, diskriminasi, atau tindakan
pemecatan yang tidak sah.

3. Ketidakberpihakan pada karyawan


Dalam studi Cooper (2023), mengenai karisma, transformasi,
partisipasi, pendelegasian kepemimpinan birokrasi, dan
ketidakberpihakan pada karyawan dapat terjadi dalam berbagai
bentuk, seperti perlakuan yang tidak adil dalam pengupahan,

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 63


kesempatan promosi yang tidak adil, atau perlakuan yang tidak sama
dalam hal beban kerja atau lingkungan kerja. Hal ini dapat
menyebabkan ketidakpuasan dan kehilangan motivasi pada
karyawan, serta dapat berdampak negatif pada produktivitas dan
kinerja perusahaan. Ketidakberpihakan pada karyawan dapat
berdampak negatif pada produktivitas karyawan dan kinerja
perusahaan.

Ketidakadilan dalam pengupahan dan kesempatan promosi dapat


menyebabkan kehilangan motivasi pada karyawan, serta dapat
menurunkan kepercayaan karyawan pada perusahaan. Selain itu,
ketidakberpihakan pada karyawan juga dapat menyebabkan
kehilangan karyawan yang terbaik dan berpotensi. Karyawan yang
merasa tidak dihargai atau diperlakukan secara tidak adil lebih
mungkin mencari pekerjaan di tempat lain, yang dapat
mengakibatkan biaya yang tinggi untuk merekrut dan melatih
karyawan baru. Untuk mencegah ketidakberpihakan pada karyawan,
perusahaan harus memastikan bahwa kebijakan dan praktik mereka
adil dan setara untuk semua karyawan. Hal ini dapat dilakukan
melalui kebijakan yang jelas, pengukuran dan evaluasi kinerja yang
objektif, dan pengembangan program pelatihan dan pengembangan
karyawan yang setara bagi semua karyawan Nilai-nilai birokrasi
keteraturan, ketidakberpihakan dan keahlian digabungkan dengan
pengenalan yang terbatas dan selektif dari reformasi manajemen
(Cooper, 2023).

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 64


Sistem tata kelola menghasilkan lingkaran kepercayaan yang baik
yang didukung oleh sistem evaluasi, penilaian, dan akuntabilitas
berbasis kepercayaan yang dikembangkan dalam dialog yang erat
antara manajer publik dan karyawan. Bagaimana budaya politik-
administratif yang bertahan lama berdasarkan kepercayaan dan
kombinasi pragmatis non-ideologis dari berbagai paradigma tata
kelola telah menghasilkan putaran umpan balik tata kelola publik-
kepercayaan yang positif. Mencapai kontrol yang tepat‒
keseimbangan kepercayaan tetap menjadi tantangan yang
berkelanjutan, namun demikian, untuk menghindari kegagalan tata
kelola yang mengikis kepercayaan warga di sektor publik dan untuk
menjaga nilai-nilai transparansi, akuntabilitas, dan kinerja publik
(Cooper, 2023),

4. Pelanggaran Kebijakan Perusahaan


Menurut Salcido dan Kleiner (1997), mengungkapkan bahwa
prioritas yang berkembang dalam studi kasus untuk manajer SDM
adalah penyusunan kebijakan dan prosedur terkait ketenagakerjaan
perusahaan, sedemikian rupa untuk meminimalkan potensi
pelanggar kebijakan perusahaan. Pelanggaran kebijakan perusahaan
dapat terjadi dalam berbagai bentuk, seperti tindakan korupsi,
penggelapan dana, atau pelanggaran hak cipta. Pelanggaran
kebijakan perusahaan dapat berdampak negatif pada reputasi
perusahaan dan dapat membahayakan kesinambungan bisnis.
Pelanggaran kebijakan perusahaan dapat terjadi karena kurangnya
pengawasan dan pemantauan kebijakan, atau karena tidak adanya

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 65


konsekuensi yang jelas bagi pelaku pelanggaran. Oleh karena itu,
perusahaan harus memastikan bahwa kebijakan ditegakkan dengan
tegas dan karyawan diberikan pelatihan tentang kebijakan dan
konsekuensinya. Untuk mencegah pelanggaran kebijakan
perusahaan, perusahaan dapat melakukan audit internal dan
eksternal secara rutin untuk memastikan bahwa kebijakan dan
prosedur yang diterapkan sesuai dengan hukum dan regulasi yang
berlaku. Selain itu, perusahaan juga dapat mengembangkan program
pelatihan dan pengembangan karyawan yang fokus pada etika dan
kepatuhan terhadap kebijakan perusahaan.

B. MANAJEMEN RISIKO KEHILANGAN SUMBER DAYA MANUSIA

Dalam studi kasus terkait, berbagai bagian perusahaan telah


dievaluasi, dalam kaitannya dengan paparan risiko pengetahuan
maka, manajemen risiko kehilangan SDM merupakan upaya untuk
mengidentifikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan mengurangi risiko
kehilangan SDM dalam organisasi. Kehilangan SDM dapat terjadi
karena berbagai faktor, seperti pensiun, pengunduran diri, sakit, atau
bahkan kematian. Kehilangan SDM yang tidak terkelola dengan baik
dapat berdampak pada produktivitas dan kelangsungan bisnis
organisasi. Terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam
manajemen risiko kehilangan SDM, yaitu manajemen risiko
kehilangan SDM dimulai dengan mengidentifikasi risiko kehilangan
SDM yang mungkin terjadi dapat bervariasi, tergantung pada industri
dan jenis perusahaan.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 66


Setelah risiko diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan
analisis risiko. Hal ini meliputi evaluasi potensi dampak kehilangan
SDM terhadap perusahaan dan probabilitas terjadinya dengan
melibatkan penilaian risiko berdasarkan hasil analisis. Hal ini meliputi
menentukan prioritas risiko dan memutuskan tindakan yang harus
diambil untuk mengurangi risiko. Langkah terakhir dalam
manajemen risiko kehilangan SDM adalah mengurangi risiko dengan
mengambil tindakan pencegahan. Tindakan pencegahan dapat
berupa program pelatihan, peningkatan kondisi kerja, rekrutmen
SDM baru, peningkatan manajemen kesehatan, dan keselamatan
kerja.

Faktor-faktor yang berkontribusi pada kehilangan SDM meliputi


kurangnya perhatian terhadap kebutuhan karyawan, ketidakpuasan
kerja, kurangnya pengembangan karier, dan masalah kesehatan.
Oleh karena itu, manajemen risiko kehilangan SDM harus berfokus
pada memenuhi kebutuhan karyawan dan menciptakan lingkungan
kerja yang sehat dan motivasi. Salah satu cara untuk mengurangi
risiko kehilangan SDM adalah dengan meningkatkan kepuasan
karyawan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan program
pelatihan dan pengembangan karier, menciptakan lingkungan kerja
yang eksklusif, dan memberikan kompensasi yang adil. Manajemen
risiko kehilangan SDM merupakan langkah yang penting bagi setiap
organisasi untuk meminimalkan dampak kehilangan SDM pada
kelangsungan bisnis dan produktivitas. Upaya tersebut meliputi
identifikasi, analisis, evaluasi, dan pengurangan risiko dengan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 67


memperhatikan faktor-faktor yang berkontribusi pada kehilangan
SDM seperti kebutuhan karyawan dan kepuasan kerja
(Akhavan, Khodabandeh, Rajabion, dan Zahedi, 2019),

1. Identifikasi Risiko Kehilangan SDM


Berbasis studi De Clercq, Kundi, Sardar, dan Shahid (2021),
mengungkapkan bahwa alasan penting bahwa keyakinan tentang
perlakuan perusahaan yang tidak adil mengarah pada peningkatan
perilaku kerja kontra produktif adalah karena karyawan kurang
mengidentifikasi diri dengan kuat dengan perusahaan tempat
bekerja. Identifikasi risiko kehilangan SDM merupakan proses
pendiversifikasian segala faktor atau kondisi yang dapat
menyebabkan kehilangan SDM. Risiko kehilangan SDM dapat terjadi
dari berbagai faktor seperti kondisi ekonomi, lingkungan kerja yang
tidak nyaman, kurangnya kesempatan pengembangan karier, dan
lain sebagainya. Identifikasi risiko kehilangan SDM merupakan
langkah awal yang penting dalam manajemen risiko kehilangan
SDM, karena hal ini akan memungkinkan organisasi untuk
merencanakan langkah-langkah pengurangan risiko secara efektif.

Proses identifikasi risiko kehilangan SDM harus dilakukan secara


sistematis dengan melibatkan berbagai stakeholder di dalam
perusahaan. Berikut ini adalah beberapa langkah yang dapat
dilakukan dalam proses identifikasi risiko kehilangan SDM yaitu
melakukan analisis data karyawan perusahaan untuk mengetahui
karakteristik karyawan, kinerja, dan kebutuhan. Analisis ini dapat
dilakukan dengan memanfaatkan data yang tersedia dalam sistem

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 68


manajemen SDM perusahaan atau dengan melakukan survei atau
wawancara kepada karyawan. Selain itu, mengidentifikasi faktor-
faktor yang dapat menyebabkan kehilangan SDM di dalam
perusahaan seperti kurangnya kesempatan pengembangan karier,
lingkungan kerja yang tidak nyaman, dan kondisi ekonomi yang
tidak stabil. Hal ini dapat dilakukan melalui diskusi dengan
stakeholder seperti pimpinan, manajer, dan karyawan.

Selanjutnya, menganalisis dampak risiko kehilangan SDM terhadap


perusahaan, seperti biaya penggantian karyawan, penurunan kualitas
kinerja, dan lain sebagainya. Hal ini dapat dilakukan dengan
memanfaatkan data dan informasi yang tersedia di dalam
perusahaan atau melalui survei dan wawancara dengan karyawan.
Kemudian, menentukan level risiko kehilangan SDM berdasarkan
hasil analisis dan evaluasi dampak risiko. Hal ini akan membantu
perusahaan dalam menentukan prioritas tindakan yang harus diambil
untuk mengurangi risiko kehilangan SDM (De Clercq dkk, 2021),

2. Anteseden penyebab kehilangan SDM dalam perusahaan


Studi Westman, Hobfoll, Chen, Davidson, dan Laski (2004),
menyatakan bahwa kehilangan sumber daya merupakan komponen
penting dari proses stres dalam perusahaan, anteseden penyebab
kehilangan SDM dalam perusahaan dapat berasal dari berbagai
faktor internal maupun eksternal yang mempengaruhi keputusan
karyawan untuk meninggalkan perusahaan. Beberapa anteseden
kehilangan SDM dalam perusahaan antara lain, kondisi ekonomi
yang tidak stabil atau terjadi reses dapat menjadi faktor yang

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 69


mempengaruhi keputusan karyawan untuk meninggalkan
perusahaan. Kondisi ekonomi yang buruk dapat mengakibatkan
perusahaan mengalami penurunan bisnis dan mengurangi
keuntungan sehingga perusahaan harus melakukan pemutusan
hubungan kerja atau menurunkan gaji karyawan. Hal ini dapat
membuat karyawan merasa tidak stabil secara finansial dan mencari
pekerjaan lain yang lebih menjanjikan.

Selanjutnya, kompensasi dan benefit yang tidak memadai seperti gaji


yang rendah, tidak adanya tunjangan kesehatan atau tunjangan
lainnya, dapat membuat karyawan merasa kurang dihargai dan tidak
ter motivasi untuk bekerja dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan
karyawan mencari pekerjaan lain yang menawarkan kompensasi dan
benefit yang lebih baik. Selain itu, lingkungan kerja yang tidak
nyaman seperti budaya perusahaan yang tidak mendukung,
kebijakan yang tidak adil, atau konflik interpersonal antara karyawan
atau manajemen dapat membuat karyawan merasa tidak nyaman
dan tidak senang bekerja di perusahaan tersebut. Kemudian,
karyawan yang merasa tidak memiliki kesempatan untuk
mengembangkan karier dalam perusahaan atau tidak adanya jenjang
karier yang jelas dapat merasa tidak ter motivasi untuk tetap bekerja
di perusahaan tersebut. Hal ini dapat membuat karyawan mencari
pekerjaan lain yang menawarkan kesempatan pengembangan karier
yang lebih baik. (Westman dkk, 2004),

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 70


3. Pengambilan keputusan bagi risiko kehilangan SDM
Menurut MacKenzie (2022), pengambilan keputusan bagi risiko
kehilangan SDM merupakan sebuah proses penting dalam
manajemen. Kehilangan SDM dapat merugikan perusahaan secara
signifikan, baik dari segi finansial maupun operasional. Oleh karena
itu, perusahaan perlu memiliki strategi yang tepat untuk mengurangi
risiko kehilangan SDM. Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam pengambilan keputusan untuk mengurangi risiko kehilangan
SDM adalah perusahaan perlu mengidentifikasi potensi risiko
kehilangan SDM. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan
kehilangan SDM antara lain kurangnya kesempatan untuk
berkembang karier, kurangnya penghargaan, imbalan yang adil,
kurangnya komunikasi dan dukungan dari pimpinan, serta
persaingan yang ketat dari perusahaan lain.

Program pengembangan karier dan pelatihan adalah salah satu cara


efektif untuk mengurangi risiko kehilangan SDM. Perusahaan perlu
memberikan kesempatan untuk pengembangan karier dan pelatihan
kepada karyawan agar merasa dihargai dan memiliki kesempatan
untuk berkembang. Selain itu kesejahteraan karyawan mencakup
berbagai hal, seperti imbalan yang adil, jaminan kesehatan, dan
lingkungan kerja yang nyaman. Perusahaan perlu memberikan
pengalaman kerja yang positif dan memuaskan kepada karyawan
agar merasa dihargai dan nyaman.

Selanjutnya, implementasi program retensi karyawan adalah salah


satu strategi efektif untuk mengurangi risiko kehilangan SDM.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 71


Program ini meliputi berbagai kebijakan dan program, seperti
imbalan yang adil, kesempatan pengembangan karier, dukungan dari
pimpinan, dan kesempatan untuk memberikan masukan. Program
retensi karyawan dapat membantu perusahaan mempertahankan
karyawan yang produktif dan kinerja tinggi. Pengambilan keputusan
untuk mengurangi risiko kehilangan SDM merupakan hal yang
penting bagi perusahaan, karena kehilangan SDM dapat berdampak
pada kinerja dan berkesinambungan bisnis. Untuk itu, perusahaan
perlu mempertimbangkan berbagai faktor dalam mengambil
keputusan untuk mengurangi risiko kehilangan SDM.

Pengukuran efektivitas strategi manajemen risiko kehilangan SDM


merupakan langkah penting dalam memastikan keberhasilan
program manajemen risiko SDM yang dilakukan oleh perusahaan.
Langkah pengukuran efektivitas ini dapat membantu dalam menilai
apakah program yang telah dijalankan telah berhasil dalam
mengurangi risiko kehilangan SDM atau tidak, sehingga perusahaan
dapat menentukan apakah perlu melakukan perbaikan atau
peningkatan pada program yang telah dijalankan.

Pengukuran efektivitas strategi manajemen risiko kehilangan SDM


dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa indikator yang
dapat diukur, seperti retention rate, employee satisfaction rate,
turnover cost, dan productivity rate. Retention rate digunakan untuk
mengukur jumlah karyawan yang bertahan dalam perusahaan dalam
jangka waktu tertentu. Employee satisfaction rate digunakan untuk
mengukur tingkat kepuasan karyawan terhadap perusahaan.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 72


Turnover cost digunakan untuk menghitung biaya yang dikeluarkan
perusahaan untuk merekrut dan melatih karyawan baru. Productivity
rate digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas karyawan
dalam perusahaan.

Pengukuran retention rate, employee satisfaction rate, dan


productivity rate merupakan indikator yang efektif dalam mengukur
efektivitas program manajemen risiko kehilangan SDM. Penelitian
tersebut menemukan bahwa perusahaan-perusahaan yang
menerapkan program pengembangan karier dan pelatihan yang
efektif, serta memperhatikan kesejahteraan karyawan, memiliki
tingkat retention rate yang lebih tinggi, employee satisfaction rate
yang lebih baik, dan productivity rate yang lebih tinggi dibandingkan
perusahaan-perusahaan yang tidak menerapkan program-program
tersebut.

Pengukuran efektivitas program manajemen risiko kehilangan SDM


juga dapat dilakukan dengan membandingkan performa karyawan
yang telah mengikuti program pengembangan karier dan pelatihan
dengan performa karyawan yang tidak mengikuti program tersebut.
Studi tersebut menemukan bahwa karyawan yang mengikuti
program pengembangan karier dan pelatihan memiliki produktivitas
yang lebih tinggi, turnover yang lebih rendah, dan employee
satisfaction yang lebih baik.

Dengan demikian, pengukuran efektivitas strategi manajemen risiko


kehilangan SDM dapat dilakukan dengan evaluasi performa

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 73


karyawan yang telah mengikuti program pengembangan karier dan
pelatihan juga dapat dilakukan untuk mengukur efektivitas program
yang telah dijalankan.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 74


BAGIAN 7
STUDI KASUS MANAJEMEN RISIKO PEMASARAN

A. RISIKO PASAR (Market Risk)

Pengertian Risiko ( Risk ), Risiko merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari kehidupan. Benarkah banyak orang ingin
menghindari risiko? Dengan alasan ingin merasa aman dan hidup
damai. Agar risiko tidak menghambat kegiatan perusahaan, sudah
selayaknya kita menerapkan manajemen yang baik.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI), risiko adalah akibat
yang tidak menyenangkan (merugikan, merugikan) dari suatu
perbuatan atau tindakan. Risiko selalu dikaitkan dengan
kemungkinan terjadinya sesuatu yang tidak terduga/tidak diinginkan
(Djojosoedarso, 2003). juga diartikan sebagai kemungkinan suatu
peristiwa yang mengakibatkan kerugian ketika peristiwa itu terjadi
selama periode tertentu (Sherlywati, 2016)

Risiko adalah potensi kerugian akibat suatu peristiwa (OJK, 2016).


Sedangkan menurut Hubbard (2009) menjelaskan bahwa Risiko
didefinisikan sebagai probabilitas dan besarnya kerugian, bencana,
atau kejadian lain yang tidak diinginkan, artinya risiko adalah
kemungkinan kerugian, bencana, atau kejadian yang tidak terduga.
Dalam bahasa singkat dikatakan sebagai sesuatu yang buruk bisa
terjadi atau kemungkinan buruk yang bisa terjadi.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 75


Risiko juga dapat diartikan sebagai ketidakpastian. Dalam kehidupan
sehari-hari, risiko juga dapat menimbulkan masalah tetapi juga dapat
mendatangkan peluang yang menguntungkan bagi perusahaan
maupun individu (Siahaan, 2009).

Ketidakpastian yang menimbulkan kemungkinan dikenal dengan


istilah peluang (Opportunity), sedangkan ketidakpastian yang
menimbulkan akibat yang merugikan dikenal dengan istilah risiko
(Risk)(Mamduh & Hanafi, 2006). Sementara itu, (Hillson, 2002)
mengemukakan bahwa risiko memiliki arti ganda yaitu risiko efek
positif yang disebut sebagai peluang atau risiko yang membawa efek
negatif yang biasa disebut ancaman atau ancaman. (Hediningrum et
al., 2015) berpendapat bahwa kedua pengertian tersebut tidak
sepenuhnya dikenal oleh masyarakat luas karena saat ini risiko
umumnya dipandang sebagai sesuatu yang negatif, seperti kerugian,
bahaya kehilangan dana yang diderita akibat suatu peristiwa yang
terjadi pada waktu tertentu.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, penulis menyimpulkan bahwa


risiko adalah kemungkinan terjadinya suatu peristiwa yang tidak
diinginkan pada diri seseorang atau perusahaan yang dapat
mengakibatkan kerugian ketika peristiwa itu terjadi.

Kategori Risiko
Risiko dapat dikategorikan menjadi risiko murni dan risiko spekulatif
(Darmawi, 2022). Risiko murni adalah risiko yang dapat
mengakibatkan kerugian, tetapi tidak ada kemungkinan untung,

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 76


sedangkan risiko spekulatif adalah risiko yang dapat mengakibatkan
dua kemungkinan, rugi atau untung. Selain itu, risiko dapat
dikategorikan sebagai risiko sistematis dan risiko spesifik. Risiko
sistematik disebut risiko yang tidak dapat dihilangkan atau dikurangi
dengan menggabungkan berbagai risiko, sedangkan risiko spesifik
atau risiko yang dapat dihilangkan melalui proses kombinasi.

Sedangkan menurut (Schlegel & Trent, 2015), risiko dapat


dikategorikan sebagai berikut:
1). Risiko Strategis (Strategic Risk)
Risiko strategis adalah risiko yang paling memengaruhi kemampuan
organisasi untuk menjalankan strategi bisnisnya, mencapai tujuan
perusahaan, dan melindungi aset dan nilai merek.
2). Risiko Bahaya ( Hazard Risk )
Kategori risiko ini terkait dengan gangguan tak terduga, beberapa di
antaranya melibatkan tindakan Tuhan. Risiko tersebut antara lain
letusan gunung berapi di Islandia, tsunami yang menghancurkan
Jepang, banjir besar di Thailand, dan badai super bernama Sany yang
melanda Amerika Serikat. Ini termasuk kebakaran dan kejahatan
seperti kecelakaan, perusakan produk dan pencurian.
3). Risiko Keuangan ( Financial Risk )
Risiko Keuangan yang terkait dengan kesulitan keuangan internal dan
eksternal pelaku dalam rantai aktivitas pasok. Semua peristiwa risiko
rantai pasok pada akhirnya memiliki implikasi risiko keuangan, risiko
financial dikategorikan sebagai efek utama dan langsung dari risiko,
daripada efek berikutnya atau sekunder, terkait secara financial.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 77


4). Risiko Operasional ( Operasional Risk )
Risiko operasional muncul dari operasional harian, sejauh ini
seperangkat risiko rantai pasok yang tidak proposional akan di
kategorikan sebagai operasional karena kategori ini mencakup
masalah kualitas internal dan eksternal, pengiriman terlambat,
kegagalan layanan karena inventaris yang dikelola dengan buruk,
masalah terkait dengan peramalan yang buruk dan ribuan peristiwa
lainnya terkait dengan kegagalan kinerja operasional.

B. RISIKO PEMASARAN (Marketing Risk)

1) Pengertian Risiko Pemasaran


Risiko pemasaran adalah kejadian buruk yang berpotensi terjadi dan
diketahui besar dampaknya jika kejadian tersebut benar-benar terjadi
pada semua kegiatan usaha yang berkaitan degan arus penyerahan
barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Penyebab resiko
pemasaran adalah konsumen, pasar dan teknis. Dalam pemasaran,
konsumen merupakan target utama perusahaan dalam memasarkan
produknya. Risiko pemasaran banyak kejadian buruk diluar
pemikiran yang memiliki potensi terjadi dalam sebuah perusahaan.
Penting bagi perusahaan untuk mengetahui berapa peluang kejadian
tersebut yang akan benar – benar terjadi dan sebesar apa dampaknya
jika hal tersebut benar-benar terjadi. Salah satunya yaitu mengenai
pemasaran dari suatu produk atau jasa yang ditawarkan. Seringkali,
wirausaha yang baru memulai bisnis justru melewatkan bahkkan
mengabaikan pengukuran hasil dan mengetahui risiko dari setiap

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 78


kegiatan pemasaran yang dilakukan. Risiko pasar sering disebut juga
sebagai risiko yang menyeluruh, karena sifat umumnya adalah
bersifat menyeluruh, karena sifat umumnya adalah bersifat
menyeluruh dan di alami oleh seluruh perusahaan ( Fahmi, 2016).

2) Indikator Risiko Pemasaran


Indikator risiko pemasaran (CRMS, 2019) adalah sebagai berikut :
a). Presentasi Biaya Promosi
Seberapa besar presentase biaya promosi yang akan menjadi
poin utama yang harus diperhatikan dalam penetapan biaya
promosi pada perusahaan. Biaya promosi yang ditetapkan tidak
melebihi total profit yang diperoleh perusahaan dalam satu
tahun atau kurun waktu tertentu.
b).Tingkat penjualan per salesperson
Dalam memulai bisnis, perusahaan akan menetapkan berapa
jumlah sumberdaya manusia / salesperson yang dibutuhkan .
bagi para pebisnis pemula tentunya akan berat untuk
menentukan berapa jumlah salesperson yang harus di
pekerjakan karena berkaitan dengan pembayaran gaji pokok
mereka.
c). Indeks kepuasan konsumen
Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen menjadi indikator yang
sangat penting dalam menjalankan sebuah bisnis. Untuk
memperoleh hasil ini kita dapat melakukan survei kepuasan
pelanggan melalui kuisioner, telepon dan wawancara pribadi.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 79


d).Rasio konsumen dan total salesperson
Salesperson memegang peranan yang sangat penting dalam
sebuah perusahaan. Salah satu peranannya adalah memahami
kebutuhan konsumen dan meyakinkan bahwa produk atau jasa
perusahaan dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan dan
memberi kepuasan konsumen atas produk yang dipasarkan.
Untuk dapat rasio yang tepat antara jumlah konsumen dan total
salesperson kita dapat membandingkan jumlah keduanya untuk
proses penjualan yang efektif.
e). Rasio produktivitas volume penjualan
Untuk mendapatkan rasio produktivitas dalam peningkatan
penjualan secara efektif, perusahaan harus melakukan
perbandingan antara jumlah pendapatan kotor dengan jumlah
salesperson yang dipekerjakan.

C. STUDI KASUS

Dalam menjalankan suatu kegiatan pemasaran sebuah produk ,


hampir dapat dipastikan bahwa setiap produk yang dipasarkan
selalu menghadapi berbagai risiko, begitu juga termasuk risiko
sebagai pemilik usaha. Menjadi seorang pengusaha adalah impian
banyak orang , bahkan di era milenial menjadi tujuan para kaum
milenial untuk menjadi seorang pengusaha muda yang sukses.
Namun demikian untuk saat ini impian menjadi pengusaha sukses
tidak semudah impian kenyataannya butuh usaha dan kinerja bahkan
bisa berbalik menjadi bencana dalam pilihan cita-cita. Kerap kita

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 80


dengar pada perusahaan yang baru di jalankan gulung tikar, produk
yang dikeluarkan tidak diminati masyarakat minat beli berkurang.
Bahkan menyedihkan bagi para pengusaha yang mendapat modal
dari pinjaman bank menjadi terhambat karena proses penjualan dan
pemasaran mengalami kegagalan. Pertanyaannya sekarang adalah
apakah menjadi pengusaha sukses tetap menjadi impian para kaum
milenial dan masyarakat di Indonesia? Tentu jawabnya adalah
tergantung sejauh mana risiko pasar dan target market perusahaan di
kelola dengan baik tak urung menjadi kewajiban untuk para kaum
milenial ataupun masyarakat dapat mempelajari dan mengetahu
lebih dalam tentang manajemen risiko. Setiap daerah memiliki ciri
khas adat dan tradisional yang bebeda, sangat menarik di Indonesia
yang memiliki beranekaragam adat istiadat. Salah satu studi kasus
manajemen risiko pemasaran makanan tradisional dari kota Sulawesi
Selatan tepatnya di kota Soppeng berupa makanan Bolu “Cukke”.
Bolu Cukke merupakan makanan tradisional yang tidak asing bagi
masyarakat Sulawesi Selatan. Makanan padat gizi berasal dari bahan
baku tepung beras/terigu dan gula merah. Dinamakan Bolu Cukke
karena cara pembuatannya melalui proses
pemanggangan/pencongkelan (cukke) dari cetakan. Pengangkatan
ini tentunya dilakukan saat bolu cukke sudah matang. Bentuknya
biasa berupa lingkaran, segi enam atau lonjong. Tekstur lembut
dengan aroma gula merah yang kuat . Produksi bolu Cukke di tekuni
oleh pelaku UMKM Soppeng. Sunrise-Q sebuah nama usaha kuliner
khas Bugis Soppeng yakni bolu cukke yang di produksi di Cennae
jalan poros Bendungan Langkemme Desa Watu Kecamatan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 81


Marioriwawo Kabupaten Soppeng. Pemilik yang bernama La Daffa
menjelaskan bahwa Sunise-Q merupakan usaha turun temurun dari
keluarga sejak tahun 1980-an dan di kelola secara professional sejak
tahun 2014. Dengan resep warisan keluarga membuat Bolu Cukke
Sunrise-Q dapat bersaing dalam hal cita rasa. Bolu Cukke Sunrise-Q
mempunyai cita rasa lezat dan legit serta dapat bertahan sampai 2
minggu tanpa bahan pengawet. Awal mula pemasaran dilakukan
secara tradisional karena berpikir sudah dikenal sejak tahun 1980-an.

Dengan bermunculan para pelaku usaha bolu cukke yang memiliki


varian rasa berbeda dan kemasan yang menarik membuat bolu
Cukke Sunrise-Q mengalami penurunan penjualan .Tingginya
persaingan yang ada di kota Soppeng dapat di atasi dengan
penggunaan strategi pemasaran yang tepat. Strategi pemasaran
merupakan salah satu kunci penentu keberhasilan bisnis industri kecil.
Penentuan dan penetapan strategi pemasaran bagi industry kecil
akan berpengaruh terhadap peningkatan penjualan secara langsung
dapat mempengaruhi tingkat keuntungan yang di dapat. Saat ini
strategi pemasaran dijalankan oleh Bolu Cukke Sunrise-Q adalah 4P
(Product, Price, Place dan Promotion) yaitu dengan memproduksi
dengan kemasarn yang menarik, memilih media promosi,
menambah varian rasa berupa toping, menambah cabang penjualan
di setiap desa bahkan hingga keluar kota Soppeng. Namun
kenyataannya belum berhasil dengan baik.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 82


Hal ini berarti pemilihan strategi usaha pemasaran yang diterapkan
kurang tepat. Oleh karena itu diperlukan strategi pemasaran yang
tepat pada usaha Bolu Cukke Sunrise-Q.

D. MITIGASI RISIKO PEMASARAN

Mitigasi risiko merupakan suatu proses pencegahan dalam


penanganan risiko dalam menentukan perlakuan yang tepat untuk
mengatasi risiko yang akan terjadi(Sandhyavitri & Saputra, 2013).
Mitigasi risiko dilakukan untuk risiko yang terklasifikasi risiko tinggi.
Tujuan mitigasi risiko adalah untuk mengurangi kemungkinan
terjadinya risiko atau mengurangi dampak risiko itu
sendiri(Tampubolon, 2004).

(Alijoyo & Zaini, 2004) mengungkapkan bahwa risiko dapat dilihat


dari dua sisi, yaitu risiko sisi hasil dan prosesnya. Risiko pada hasil
adalah suatu kondisi pada hasilyang tidak mampu diperkirakan
dengan dengan pasti, risiko ini juga dapat menimbulkan dampak-
dampak kontra produktif. Risiko pada proses adalah semua hal yang
memberikan pengaruh terhadap tujuan yang akan dicapai dapat
menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan.

Masing-masing risiko memiliki perlakuan yang berbeda, empat jenis


perlakuan terhadap resiko yaitu(Handayani, 2016) :
a). Menghindari risiko ( avoid )
b). Memindahkan risiko ( transfer )

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 83


c).Mengurangi peluang atau dampak yang terjadi ( mitigate )
d). Menerima risiko (accept)

Tahapan awal dari strategi mitigasi risiko adalah proses identifikasi


risiko terhadap potensi risiko yang ada. Identifikasi ini merupakan
serangkaian kegiatan pemetaan karakteristik dan sumber risiko yang
memicu efektifitas dan efisiensi kinerja. Setelah mengindetifikasi dan
mengukur risiko pengusaha harus mampu mengendalikan risiko
tersebut untuk membuat program mitigasi risiko pemasaran produk
usahanya. Adapun tahapan yang ditempuh seperti berikut
(Tampubolon, 2004):

1). Menetapkan hasil yang diinginkan


Sebelum Menyusun strategi mitigasi risiko, perlu terlebih dahulu
ditetapkan hasil seperti apa yang akan diperoleh
2). Membangun pilihan – pilihan
Menyusun cara atau pilihan untuk mengurangi ancaman dan
sekaligus meningkatkan peluang dengan menggunakan teknik
mitigasi.
3). Memilih dan menerapkan strategi
Pada tahap ini sebuah program mitigasi risiko ditetapkan untuk
diterapkan. Program mitigasi risiko diperlukan untuk melengkapi
program pengendalian risiko yang ada, dan agar menghasilkan
nilai risiko dalam beberapa waktu mendatang.

Mitigasi risiko yang dilakukan sebagai pengusaha Bolu Cukke


Sunrise-Q dengan melakukan system pemasaran yang lebih efektif

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 84


dengan cara lebih intens berkomunikasi dengan mitra dagang agar
tidak terjadi kesalahan komunikasi saat pendistribusian produk,

Dengan pemasaran yang lebih luas dengan penambahan gerai di luar


kota Soppeng. Bolu Cukke Sunrise-Q memperbesar kapasitas
produksi agar tidak terjadi kehabisan stok termasuk bahan baku gula
merah yang terkadang menipis dikarenakan faktor permintaan
masyarakat umumnya. Selain itu perlu melakukan survei pasar guna
mengetahui kekuatan pesaing dan memepertahankan eksistensi
produk seta mengetahui seperti apa produk yang di inginkan
konsumen. Dengan melakukan strategi tersebut diharapkan produk
akan tetap mampu bersaing di pasaran.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 85


BAGIAN 8
MANAJEMEN RISIKO DALAM USAHA PERUMAHSAKITAN

A. PENDAHULUAN

Rumah Sakit dapat dipandang sebagai suatu perusahaan yang


bergerak di bidang jasa, dengan produk berupa jasa pelayanan
kesehatan. Produk jasa dalam rumah sakit dibentuk melalui proses
yang cukup kompleks dan saling terkait satu sama lainnya, baik yang
berkaitan dengan pelayanan langsung ke pasien maupun proses
dibalik layar untuk menunjang pelayanan tersebut.

Setiap bentuk proses bisnis akan berhadapan dengan risiko, tidak


terkecuali dalam bisnis perumahsakitan. Semakin kompleks suatu
proses maka semakin banyak pula risiko yang mungkin terjadi.
Pelayanan kesehatan di rumah sakit adalah hasil interaksi berbagai
proses, maka risiko dalam usaha perumahsakitan cukup tinggi. Risiko
yang terjadi dalam usaha perumahsakitan, sebagai bagian dari bisnis
pelayanan kesehatan bisa merupakan risiko klinis maupun non klinis.
Risiko merupakan ketidakpastian hasil dalam suatu proses, yang
seringkali merugikan namun tidak selalu demikian. Jika tidak dikelola
dengan baik, risiko mungkin dapat menimbulkan kerugian pada
tingkat ringan, sedang, berat, dan bahkan bisa menimbulkan
kematian. Untuk itu, rumah sakit perlu menerapkan manajemen
risiko agar risiko-risiko tersebut dapat dikelola dengan baik.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 86


B. URAIAN KASUS

Pada tahun 2018 silam, seorang pasien di Rumah Sakit di daerah


Jawa Tengah meninggal usai terjatuh di ruang observasi pasca
melahirkan. Kejadian tersebut terjadi setelah pasien menjalani
operasi sesar dan pasien dirawat ruang observasi. Di ruang tersebut,
bidan yang bertugas menjelaskan kepada pasien bahwa ia tidak
dapat ditunggu keluarga selama perawatan di ruang observasi dan
belum boleh banyak bergerak. Oleh bidan ia diminta memencet
tombol atau berteriak ketika membutuhkan sesuatu. Kurang lebih
satu jam kemudian pasien mengalami pendarahan cukup banyak
namun tidak ada perawat yang mengetahuinya. Untuk memanggil
pertolongan, pasien berjalan menuju ke pintu, Pasien kemudian
terjatuh karena lemas dan kemudian berteriak minta tolong. Petugas
yang mendengar teriakan tersebut, masuk ke ruangan dan melihat
pasien sudah berada 1,5 meter dari tempat tidur sambil memegang
infus. Petugas kemudian dibantu oleh suami pasien membawa pasien
kembali ke tempat tidur. Pada pemeriksaan lanjutan pasien diketahui
mengalami pendarahan dari rahim sehingga memerlukan operasi
ulang. Pasien tidak berhasil diselamatkan meski sudah menjalani
operasi kedua. Meski berhasil diselesaikan tanpa melalui jalur
pengadilan, kasus ini sempat menarik perhatian publik dan media
massa. Beberapa media cetak dan elektronik lokal sempat memuat
berita tentang kejadian ini. Di tingkat RS sendiri sempat terjadi saling
lempar tanggung jawab mengenai kejadian yang menimpa pasien.
Rumah sakit melalui juru bicaranya menyatakan kepada media massa

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 87


bahwa pelayanan kepada pasien telah diberikan sesuai prosedur
(SOP).

C. PEMBAHASAN

Kasus tersebut merupakan gambaran risiko dalam proses pelayanan


kesehatan rumah sakit. Dalam melaksanakan kegiatan pelayanan
kesehatan, Rumah sakit perlu secara proaktif dan berkesinambungan
melaksanakan identifikasi, analisis, evaluasi, pengendalian, informasi
komunikasi, pemantauan, dan pelaporan risiko, termasuk berbagai
strategi yang dijalankan untuk mengelola risiko dan potensinya, atau
yang dikenal dengan penerapan manajemen risiko. Risiko jatuh
merupakan risiko yang sangat umum ditemukan dalam perawatan
pasien. Kondisi pasien yang lemah karena penyakit dan berada di
tempat tidur membuat mereka rentan mengalami jatuh. Secara
internasional, pencegahan risiko jatuh adalah salah satu indikator
keselamatan pasien di rumah sakit. Mengelola risiko pasien jatuh
merupakan kewajiban dalam manajemen risiko di rumah sakit.
Model penerapan manajemen risiko yang ideal di rumah sakit adalah
model pertahanan tiga lini (Three Line Defense - 3LD). Model 3LD
adalah model pertahanan internal organisasi yang membagi
pertahanan organisasi terhadap risiko menjadi tiga lini. Lini pertama
bertugas mengintegrasikan dan melaksanakan proses manajemen
risiko dalam program kerja unit, komite, atau organisasinya. Lini
kedua bertugas menyusun regulasi, menyusun dan melaksanakan
program kerja manajemen risiko rumah sakit, serta komite mutu

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 88


memandu pelaksanaan program manajemen risiko di rumah sakit.
Lini ketiga bertugas melakukan monitoring dan evaluasi atas
pelaksanaan manajemen risiko pada kedua lini lainnya. Model 3LD
tidak selalu dapat diterapkan di semua rumah sakit, namun rumah
sakit tetap perlu menjalankan semua proses dalam manajemen risiko
yang setidaknya dilaksanakan dengan kerjasama dari unsur kepala
unit, manajemen dan pimpinan rumah sakit, serta komite mutu.
Proses manajemen risiko di rumah sakit meliputi:
● Integrasi Regulasi Manajemen Risiko;
● Komunikasi dan Konsultasi;
● Penetapan Konteks;.
● Identifikasi Risiko;
● Analisis Risiko;
● Evaluasi Risiko;
● Perlakuan Risiko;
● Pemantauan Risiko (Monitoring dan Reviu), dan;
● Pencatatan dan Pelaporan.
Secara skematik, proses tersebut digambarkan sebagai berikut:

Gambar 8. 1. Proses Manajemen Risiko (Permenkes 25 tahun 2019)

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 89


Terjadinya kasus ini menunjukkan adanya masalah dalam penerapan
manajemen risiko di rumah sakit tersebut. Kasus ini dapat ditelaah
dalam setiap proses penerapan manajemen risiko:
1. Integrasi manajemen risiko
Manajemen risiko merupakan bagian tidak terpisahkan dalam
setiap proses bisnis dan pelayanan di rumah sakit. Secara formal,
setiap unit yang menjalankan proses bisnis, baik secara klinis
maupun non klinis wajib menyelenggarakan manajemen risiko
dalam program kerjanya. Analisis dan penggunaan alat
manajemen risiko di tingkat unit, misalnya FMEA, diselenggarakan
oleh tim yang ditunjuk oleh kepala unit, yang diketuai oleh kepala
unit terkait. Analisis dan penggunaan alat manajemen risiko di
tingkat rumah sakit, diselenggarakan oleh tim yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit, dan beranggotakan unsur
manajerial, komite mutu, dan unit terkait.

Dalam penerapan di lapangan, peran klinis tenaga kesehatan


maupun non kesehatan sangat penting dalam proses bisnis dan
pelayanan pasien sehingga mengharuskan setiap pegawai
berperan secara proaktif dalam program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien serta program manajemen risiko rumah sakit.
Keterlibatan setiap pegawai dalam manajemen risiko dilaksanakan
dengan menyelenggarakan sistem pelaporan risiko yang
melibatkan seluruh pegawai dalam pemantauan setiap risiko yang
ada dalam lingkungan kerjanya. Selain itu, setiap petugas di rumah
sakit perlu mendapatkan pelatihan singkat mengenai manajemen

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 90


risiko dalam orientasi, saat mengikuti audit, dan/atau dalam
program pelatihan berkala yang diselenggarakan rumah sakit. Bila
terdapat temuan dalam laporan insiden keselamatan pasien,
manajemen keamanan fasilitas, atau manajemen risiko lainnya,
maka Pimpinan rumah sakit dan kepala unit seyogyanya
mempertimbangkan secara adil sejauh mana peran petugas, unit,
dan organisasi lainnya yang terkait kejadian tersebut. Hasil kajian,
tindakan yang diambil, dan setiap dampak atas tanggung jawab
pekerjaan perlu didokumentasikan dalam dokumen kinerja unit
dan pegawai yang terlibat. Pada kasus ini, nampak bahwa risiko
yang terjadi berkaitan langsung dengan proses pelayanan yang
diberikan oleh petugas dan unit perawatan ruang observasi. Hal
ini menunjukkan bahwa peran serta unit dan petugas dalam
manajemen risiko klinis perlu ditingkatkan. Terjadinya saling
lempar kesalahan dalam kasus ini menunjukkan lemahnya
integrasi manajemen risiko di rumah sakit tersebut. Dalam
organisasi yang telah mengintegrasikan manajemen risiko dengan
baik, akan disadari bahwa terjadinya suatu insiden bukan semata-
mata disebabkan kesalahan satu individu atau unit melainkan
berkaitan dengan sistem kerja yang ada dalam organisasi tersebut.

2. Komunikasi dan konsultasi.


Komunikasi dan konsultasi bertujuan untuk menyusun asesmen
risiko. Asesmen risiko adalah proses untuk membantu organisasi
menilai tentang luasnya risiko yang dihadapi, kemampuan
mengendalikan frekuensi dan dampak risiko. Adanya assessment

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 91


tersebut dipergunakan untuk menyusun kebijakan, regulasi dan
arah strategis program manajemen risiko. Setiap bagian organisasi
rumah sakit lainnya melakukan komunikasi dan konsultasi dengan
jajaran pimpinan rumah sakit, dan dengan representasi pemilik
untuk menyusun suatu asesmen risiko, dan merencanakan
program manajemen risiko di tingkat unit berdasarkan kebijakan,
regulasi dan arah strategis program manajemen risiko rumah sakit.

Pada kasus ini, risiko klinis yang terjadi berdampak luas, baik
pada keselamatan pasien sendiri, ataupun pada reputasi rumah
sakit. Keterlibatan media massa sangat mempengaruhi persepsi
pelanggan atas rumah sakit, dapat berpotensi menurunkan
pendapatan RS, dan mempengaruhi proses bisnis rumah sakit
secara keseluruhan. Untuk itu risiko dengan potensi dampak
semacam ini perlu dikomunikasikan dengan dengan jajaran
pimpinan rumah sakit dan dengan representasi pemilik, sehingga
pencegahan yang lebih menyeluruh dapat dilakukan.

3. Menetapkan konteks
Penetapan konteks akan menghasilkan kebijakan, regulasi dan
arah strategis program manajemen risiko rumah sakit. Kerangka
besar ini menentukan konsep risiko rumah sakit secara
keseluruhan, dimana konsep tersebut selanjutnya kemudian
dipisahkan bergantung pada konteks risiko unit yang akan
dikendalikan. Setiap bagian organisasi rumah sakit menyusun
suatu asesmen risiko dan perencanaan program manajemen risiko
sesuai dengan konteks risiko yang dikelola dan sesuai dengan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 92


regulasi yang berlaku. Pada kasus ini konteks pasien jatuh sebagai
risiko yang harus dikelola rumah sakit semestinya telah dilakukan
oleh rumah sakit, karena asesmen dan program pencegahan risiko
jatuh pada pasien wajib dilaksanakan secara nasional. Pelaporan
adanya insiden keselamatan pasien juga telah diterapkan melalui
pelaporan kepada kementerian kesehatan. Meski demikian,
penerapan regulasi tersebut di lapangan dan keterlibatan unit-unit
terkait perlu dievaluasi.

Gambar 8.2. Bagan Alur Manajemen Risiko menurut ASHRM


Health Care Risk Management Fundamentals

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 93


4. Identifikasi risiko
Identifikasi risiko merupakan bagian pertama dari proses asesmen
risiko (penilaian risiko), bersama dengan analisis risiko dan
evaluasi risiko. Identifikasi risiko di rumah sakit dilakukan
sistematis dan terstruktur untuk menemukan dan mengenali risiko,
untuk kemudian disusun dalam suatu daftar risiko. Identifikasi
dilakukan pada subjek risiko, penyebab/ sumber risiko, area risiko,
peristiwa yang berisiko dan potensi akibatnya. Metode identifikasi
risiko dilakukan dengan proaktif melalui self assessment, analisis
SOP, pengamatan lapangan, sistem pelaporan insiden, audit
medis dan non medis, analisis laporan program manajemen risiko
yang telah berjalan, serta pengelolaan klaim dan tuntutan.

Risiko yang dijumpai di rumah sakit dapat terjadi pada Pasien,


Petugas, Obat dan Alat Kesehatan, Sarana dan bangunan,
Operasional Pelayanan Klinis, Proses bisnis dan administrasi,
dan/atau Institusi Rumah sakit. Identifikasi Risiko terhadap subjek-
subjek tersebut dilakukan baik di tingkat unit, maupun di tingkat
rumah sakit. Setiap unit harus dapat mengidentifikasi risiko yang
terjadi pada setiap subjek berdasarkan sumbernya. Identifikasi
risiko di rumah sakit meliputi risiko yang bersumber dari setidak
tidaknya:
a) Risiko Operasional, yaitu risiko yang terjadi saat rumah sakit
memberikan pelayanan kepada pasien. Risiko operasional
kemudian dapat dipilah menjadi risiko klinis dan nonklinis. Risiko
klinis yaitu risiko operasional yang terkait langsung dengan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 94


pelayanan kepada pasien meliputi risiko yang berhubungan
dengan perawatan klinis dan pelayanan penunjang seperti risiko
jatuh, kesalahan diagnosis atau kesalahan pengobatan. Risiko
operasional non klinis contohnya adalah risiko terkait
pengendalian dan pencegahan infeksi dan risiko terkait dengan
fasilitas dan lingkungan.

b) Risiko reputasi, baik reputasi personal maupun reputasi rumah


sakit yang dirasakan oleh masyarakat;
c) Risiko strategis, adalah risiko terkait dengan rencana strategis
binis rumah sakit, termasuk terhadap visi, misi, dan tujuan
strategis rumah sakit sebagai organisasi;
d) Risiko keuangan, dan ;
e) Risiko kepatuhan terhadap hukum dan regulasi.

Unit yang mengidentifikasi suatu risiko sebagai bagian dari proses


kegiatannya adalah pemilik risiko. Seluruh unit kerja
mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi di unit kerja dan
menyusun dalam suatu daftar risiko unit. Pemilik risiko
berkewajiban mengelola dan mengendalikan risiko yang
dimilikinya. Bila risiko tidak dapat dikendalikan sepenuhnya oleh
unit maka risiko residual akan dikelola oleh lini pertahanan risiko
selanjutnya. Pada kasus ini nampak bahwa identifikasi risiko pada
rumah sakit tersebut belum dijalankan dengan baik. Hal ini dapat
dilihat dari masih terjadinya saling lempar kesalahan, yang berarti
pemilik risiko tersebut belum dijelaskan dalam daftar risiko.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 95


Risiko dapat mengalami interaksi dengan resiko lain dan dapat
pula mengalami ekstrapolasi dampak karena adanya interaksi
tersebut. Risiko yang mengalami interaksi atau ekstrapolasi dan
menghasilkan risiko baru, maka risiko baru yang dihasilkan
tersebut harus pula dicatat sebagai risiko tersendiri. Dalam kasus
ini, keterlibatan media massa merupakan risiko tersendiri yang
menyebabkan ekstrapolasi dampak terhadap rumah sakit. Untuk
itu, risiko semacam ini perlu dipertimbangkan tersendiri dalam
identifikasi risiko dan pencatatannya dalam daftar risiko rumah
sakit. Daftar risiko rumah sakit disusun atas daftar risiko unit yang
diagregasikan oleh Komite Mutu dan ditambahkan dengan daftar
risiko yang didapatkan dari analisis interaksi risiko. Keseluruhan
risiko yang telah diagregasikan tersebut disusun menjadi daftar
risiko rumah sakit rumah sakit yang berisi seluruh daftar risiko
yang teridentifikasi dalam 1 tahun di rumah sakit. Daftar risiko di
rumah sakit dilengkapi deskripsi risiko yang mungkin terjadi
penjelasan kemungkinan sebab, dampak yang ditimbulkan,
pernyataan risiko, serta pemilik risiko tersebut.

Pernyataan rumah sakit bahwa meski insiden terjadi, tindakan


petugas telah sesuai dengan SOP, menunjukkan bahwa SOP perlu
dievaluasi. Dalam konteks manajemen risiko, evaluasi terhadap
SOP dan kepatuhan pelaksanaannya perlu dilakukan oleh unit
untuk mencegah terjadinya insiden serupa. SOP yang telah
dievaluasi kemudian tetap perlu dianalisis terhadap risiko

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 96


pelaksanaannya. Risiko yang ditemukan dalam analisis SOP
ditambahkan ke dalam daftar risiko unit dan rumah sakit.

5. Analisis risiko
Analisis risiko merupakan bagian kedua dari proses asesmen risiko
(penilaian risiko). Tujuan dari analisis risiko adalah untuk
membedakan risiko minor yang dapat diterima dari risiko mayor,
dan untuk menyediakan data untuk membantu evaluasi dan
penanganan risiko. Analisis risiko dilakukan dengan menggunakan
Risk Matrix untuk menentukan tingkat risiko/ Grading risiko
dengan peluang terjadinya efek atau outcome risiko setelah
diidentifikasi menilai tingkat keparahan insiden sebagai dampak
risiko. Analisis risiko dilakukan pada setiap konteks, sebagaimana
ditetapkan sebelumnya dan dilakukan pula secara umum di
tingkat rumah sakit. Analisis dapat menggunakan alat/ tools
misalnya FMEA atau alat dalam analisis risiko lainnya. Umumnya
pada analisis FMEA digunakan rumus Risk Priority Number (RPN)
= Peluang x Dampak x Detektabilitas. Pada analisis risiko non-
FMEA, umumnya setelah didapatkan skor kemudian ditetapkan
zona risiko tersebut pada tabel grading matrix. Grading matriks
umumnya hanya mengalikan frekuensi atau peluang risiko dan
keparahan risiko ( Frekuensi x Dampak). Data risiko yang
dianalisis didapatkan dari daftar risiko unit dan daftar risiko rumah
sakit. Pada kasus ini dengan adanya kelemahan pada data yang
didapat dari identifikasi risiko, maka validitas analisis risiko akan
terganggu.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 97


6. Evaluasi Risiko
Evaluasi Risiko adalah membandingkan tingkat risiko yang telah
dihitung pada tahapan analisis risiko dengan kriteria standar yang
digunakan. Evaluasi risiko merupakan bagian ketiga dan terakhir
dari proses asesmen risiko (penilaian risiko). Acuan standar
biasanya sudah terintegrasi dalam tools atau alat yang
dipergunakan saat analisis risiko, namun rumah sakit dapat pula
memodifikasi standar tersebut. Dalam evaluasi risiko, tingkat
risiko yang dapat diterima oleh satu rumah sakit dan lainnya bisa
berbeda, demikian pula dengan pola penanganannya. Evaluasi
risiko sangat bergantung pada konteks, tujuan strategis dan bisnis,
serta standar internal yang ingin dicapai oleh rumah sakit tersebut.
Meski demikian secara konsensus tidak ada rumah sakit yang akan
menerima risiko kejadian sentinel tanpa tindakan pencegahan.
Pada kasus ini dengan adanya kelemahan pada proses analisis
risiko, maka proses evaluasi risiko tentunya tidak dapat
dilaksanakan dengan baik

7. Perlakuan risiko.
Metode perlakuan terhadap risiko dibuat dengan
mempertimbangkan cost-benefit ratio, yaitu membandingkan
biaya pengelolaan risiko dengan biaya yang timbul apabila terjadi
risiko, dan mencari cara pengelolaan dengan penggunaan sumber
daya paling efisien. Terhadap risiko dalam usaha perumahsakitan
dapat dilakukan pengelolaan sebagai berikut:

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 98


● Penghindaran risiko (Risk avoidance) yaitu memutuskan
untuk tidak melakukan aktivitas yang mengandung risiko.
● Mitigasi Risiko (Risk mitigation) merupakan metode yang
mengurangi kemungkinan terjadinya suatu risiko ataupun
mengurangi dampak kerusakan yang dihasilkan oleh suatu
risiko. Dapat berupa Pengurangan dampak (Loss Reduction),
Pencegahan dampak (Loss Prevention) atau Segregasi
● Risk Transfer dengan berbagi risiko kepada pihak lain,
umumnya melalui suatu kontrak non asuransi (KSO), asuransi
maupun hedging (lindung nilai).
● Risk acceptance adalah menerima beberapa risiko sebagai
bagian penting dari aktivitas. Pada Risk acceptance mutlak
perlu dilakukan penanganan insiden dengan baik.
● Risk exploit merupakan usaha merubah risiko menjadi
peluang.

Dalam usaha penanganan risiko di rumah sakit, perlu diputuskan


pula mengenai penanganan risiko sekunder dan risiko
residualnya, serta pembiayaan untuk penanganan risiko tersebut.
Pembiayaan risiko dapat dialihkan pada pihak ke tiga (transfer)
ataupun ditanggung oleh RS sendiri (retensi), baik secara aktif
maupun pasif. Retensi aktif adalah pembiayaan risiko secara
mandiri oleh rumah sakit dengan perencanaan tertertu.
Sayangnya saat ini lebih banyak rumah sakit belum memikirkan
pembiayaan penanganan insiden secara terencana (retensi pasif).

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 99


Retensi pasif akan menyulitkan rumah sakit dalam menangani
insiden yang terjadi.

Kasus ini tidak menyebutkan asal pembiayaan penanganan


insiden tersebut, namun dapat diprediksi bahwa dengan adanya
risiko reputasi yang terjadi, pembiayaan dalam penanganan
risiko akan meningkat.

8. Pemantauan risiko
Setiap risiko yang ada, beserta dengan upaya pengendalian dan
dan potensi dampaknya dipantau keberadaannya. Pemantauan
dilakukan dengan cara analisis SPO, pengamatan lapangan, sistem
pelaporan insiden, audit medis dan non medis, analisis laporan
program manajemen risiko yang telah berjalan, serta pengelolaan
klaim dan tuntutan. Dalam pengelolaan klaim, data klaim
terhadap kerugian pasien dan keluhan pelanggan (termasuk mitra
rumah sakit), serta tuntutan hukum, baik secara pidana, perdata,
administrasi, ataupun tata usaha negara diintegrasikan dalam
pemantauan risiko, dan menjadi masukan bagi program
manajemen risiko yang sedang berlangsung dan yang akan
datang. Pengelolaan klaim tuntutan meliputi kegiatan:
● Identifikasi dan Investigasi Klaim, Keluhan, Tuntutan Hukum
dan PCE (Potential Claim Event)
● Pengelolaan berkas Klaim, Keluhan, dan PCE
● Pengelolaan Biaya Klaim, Keluhan, dan PCE
● Pengelolaan Tuntutan Hukum/ Litigasi
● Proses tuntutan hukum/Litigasi

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 100


9. Pencatatan dan pelaporan program manajemen risiko
Program manajemen risiko merupakan program yang
berkesinambungan dengan prinsip perbaikan berkelanjutan maka
diperlukan suatu pencatatan dan pelaporan, serta pemeliharaan
regulasi. Komite Mutu bersama dengan manajemen rumah sakit
menyusun atau merevisi regulasi manajemen risiko rumah sakit
secara berkala. Evaluasi unit terhadap pelaksanaan program
manajemen risiko perlu dilaksanakan setiap tiga bulan, dan
dilaporkan kepada komite mutu dan manajemen. Komite Mutu
dan manajemen rumah sakit melakukan evaluasi berkala setiap
enam bulan terhadap pelaksanaan manajemen risiko serta
melaporkannya kepada pimpinan rumah sakit. Setiap tahun, unit
melaporkan daftar risiko dan program manajemen risiko kepada
Komite Mutu bersama dan Manajemen Rumah sakit, yang akan
ditindaklanjuti dengan penyusunan daftar risiko, profil risiko dan
membuat program kerja tahunan manajemen risiko rumah sakit

Kasus pasien meninggal setelah jatuh memberikan gambaran risiko


dalam usaha perumahsakitan. Rumah sakit merupakan suatu badan
usaha yang kompleks dengan berbagai proses layanan yang saling
berhubungan, sehingga risiko dari setiap proses penyelenggaraan jasa
harus dikelola dengan baik. Kasus di atas menunjukkan adanya
kelemahan dalam integrasi manajemen risiko dalam layanan
perumahsakitan, yang pada gilirannya melemahkan keseluruhan
proses manajemen risiko itu sendiri. Pada kasus ini, proses asesmen
risiko tidak berjalan dengan baik sehingga menimbulkan dampak

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 101


berupa kegagalan pencegahan insiden. Hal ini bisa menjadi ancaman
bagi rumah sakit untuk mencapai tujuan strategisnya bila terdapat
ketidaksiapan dalam penanganan dampak insiden tersebut. Peran
serta unit dan petugas dalam manajemen risiko rumah sakit sangat
diperlukan untuk dapat melakukan asesmen risiko, monitoring dan
reviu dengan baik. Dengan integrasi manajemen risiko di rumah sakit,
diharapkan dapat tercipta produk jasa layanan kesehatan yang aman
dan bermutu tinggi.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 102


BAGIAN 9
TEKNOLOGI MANAJEMEN RISIKO

A. SISTEM MANAJEMEN RISIKO (RISK MANAGEMENT


SYSTEM)

Sistem manajemen risiko (risk management system) adalah suatu


kerangka kerja yang dirancang untuk mengidentifikasi, mengevaluasi,
mengelola, dan memantau risiko yang dihadapi oleh suatu
perusahaan. Sistem ini terdiri dari serangkaian proses dan praktik
yang membantu perusahaan untuk mengurangi kerugian dan
meningkatkan keuntungan dengan cara mengambil risiko yang tepat
dan menghindari risiko yang berlebihan.

Gambar 13.1 Elemen dalam Sistem Manajemen Risiko

Berikut adalah beberapa elemen penting dalam sistem manajemen


risiko:

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 103


1. Identifikasi Risiko
Langkah pertama dalam sistem manajemen risiko adalah
mengidentifikasi risiko yang mungkin terjadi. Perusahaan harus
dapat mengenali risiko yang mungkin terjadi di dalam organisasi
mereka seperti risiko operasional, risiko finansial, risiko
kepatuhan, risiko reputasi, dan risiko lingkungan.
2. Evaluasi Risiko
Setelah risiko diidentifikasi, perusahaan harus mengevaluasi risiko
tersebut untuk menentukan seberapa besar potensi dampaknya
pada perusahaan dan seberapa sering risiko tersebut muncul.
Evaluasi risiko ini dapat dilakukan dengan menggunakan analisis
risiko kualitatif atau kuantitatif.
3. Penetapan Tindakan Pengendalian Risiko
Setelah risiko dievaluasi, perusahaan perlu menentukan tindakan
pengendalian risiko yang akan dilakukan. Tindakan pengendalian
ini bisa berupa pengurangan risiko, transfer risiko, atau
penerimaan risiko.
4. Implementasi Tindakan Pengendalian Risiko
Setelah penetapan tindakan pengendalian risiko, perusahaan
harus mengimplementasikan tindakan tersebut. Implementasi
tindakan pengendalian risiko ini bisa dilakukan dengan membuat
kebijakan dan prosedur yang jelas serta memastikan bahwa semua
karyawan mengikuti kebijakan dan prosedur tersebut.
5. Pemantauan dan Evaluasi Kinerja Risiko
Perusahaan harus memantau dan mengevaluasi kinerja risiko
mereka secara terus-menerus. Hal ini dilakukan untuk memastikan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 104


bahwa tindakan pengendalian risiko yang telah dilakukan efektif
dan risiko terkendali dengan baik. Jika terdapat risiko yang
muncul baru atau risiko yang telah ada mengalami perubahan,
maka perusahaan harus mengkaji kembali risiko tersebut dan
melakukan tindakan pengendalian yang sesuai.
6. Pelaporan Risiko
Perusahaan harus memiliki sistem pelaporan risiko yang jelas dan
terstruktur untuk memastikan bahwa risiko dapat dilaporkan
secara efektif dan efisien. Hal ini juga memungkinkan perusahaan
untuk mengambil tindakan yang cepat dan tepat dalam mengatasi
risiko yang terjadi.

B. TEKNOLOGI KEAMANAN INFORMASI

Teknologi Keamanan Informasi (TKI) adalah salah satu komponen


utama dalam manajemen risiko perusahaan. TKI mengacu pada
serangkaian teknologi dan kebijakan yang dirancang untuk
melindungi data dan sistem informasi dari serangan, akses yang tidak
sah, atau penggunaan yang tidak sah. Tujuannya adalah untuk
memastikan keamanan dan kerahasiaan informasi yang disimpan dan
diproses oleh organisasi.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 105


Gambar 13.2 Keamanan Informasi

TKI dapat dikelompokkan menjadi beberapa kategori, antara lain:


1. Pengamanan Jaringan dan Sistem
Teknologi ini dirancang untuk melindungi jaringan dan sistem
organisasi dari ancaman yang berasal dari luar dan dalam
organisasi. Ini termasuk firewall, antivirus, antispyware, intrusion
detection dan prevention system (IDPS), dan software
pengamanan lainnya.
2. Pengamanan Data
Teknologi ini meliputi enkripsi data, backup dan recovery data,
kontrol akses dan pengaturan izin, serta teknologi audit.
Pengamanan data juga mencakup manajemen identitas dan akses
(IAM) yang mencakup autentikasi, otorisasi, dan akuntabilitas.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 106


3. Pengamanan Fisik
Teknologi ini dirancang untuk melindungi data dan sistem
informasi dari akses yang tidak sah atau kerusakan fisik. Ini
termasuk sistem keamanan fisik seperti kamera pengawas, kontrol
akses fisik, dan pengamanan gedung.
4. Pengamanan Aplikasi
Teknologi ini mengacu pada teknik dan prosedur yang digunakan
untuk melindungi aplikasi dan sistem informasi yang terkait dari
serangan dan ancaman yang berpotensi mengakibatkan kerusakan
atau akses yang tidak sah. Contoh teknologi ini termasuk patch
management, penetration testing, dan secure coding practices.

Dalam konteks manajemen risiko, TKI berperan penting dalam


membantu organisasi mengidentifikasi, mengukur, dan mengelola
risiko yang berkaitan dengan data dan sistem informasi. Dengan
menerapkan teknologi keamanan informasi yang tepat, organisasi
dapat meminimalkan risiko yang terkait dengan kebocoran data,
pencurian identitas, dan serangan siber lainnya.

Namun, perlu diingat bahwa penggunaan teknologi keamanan


informasi saja tidaklah cukup untuk mengurangi risiko secara
signifikan. Sebagai gantinya, organisasi harus mengadopsi
pendekatan yang holistik dan terintegrasi untuk manajemen risiko
perusahaan, yang mencakup aspek teknologi, kebijakan dan
prosedur, serta pelatihan dan kesadaran pengguna.

Pendekatan holistik dan terintegrasi untuk manajemen risiko


perusahaan yang mencakup teknologi keamanan informasi juga

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 107


harus melibatkan pemahaman yang komprehensif tentang ancaman
dan risiko yang terkait dengan data dan sistem informasi organisasi.
Hal ini mencakup pemahaman tentang serangan siber, ancaman
internal dan eksternal, dan teknik-teknik yang digunakan oleh
penyerang untuk mencuri data atau merusak sistem.

Selain itu, organisasi harus memiliki kebijakan dan prosedur yang


jelas dan terstruktur untuk mengelola risiko keamanan informasi.
Kebijakan ini harus mencakup hal-hal seperti penggunaan kata sandi
yang kuat, pembatasan akses, pemantauan dan pemisahan tugas, dan
pengelolaan identitas dan akses. Prosedur harus mencakup pengujian
keamanan berkala, manajemen kejadian keamanan, dan
penanganan insiden keamanan.

Terakhir, organisasi harus mengembangkan dan melaksanakan


program pelatihan dan kesadaran pengguna yang efektif untuk
meningkatkan pemahaman karyawan tentang pentingnya keamanan
informasi dan peran mereka dalam menjaga keamanan organisasi.
Program pelatihan dan kesadaran pengguna harus mencakup
pelatihan tentang praktik-praktik keamanan yang baik, pelaporan
insiden keamanan, dan penanganan kejadian keamanan.

Secara keseluruhan, Teknologi Keamanan Informasi merupakan


bagian penting dalam manajemen risiko perusahaan karena dapat
membantu organisasi melindungi data dan sistem informasi mereka
dari ancaman dan serangan siber yang berpotensi merusak. Namun,
Teknologi Keamanan Informasi harus diterapkan sebagai bagian dari
pendekatan yang holistik dan terintegrasi untuk manajemen risiko

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 108


perusahaan yang mencakup kebijakan dan prosedur, pelatihan dan
kesadaran pengguna, dan pemahaman yang komprehensif tentang
ancaman dan risiko yang terkait dengan data dan sistem informasi.

C. TEKNOLOGI DATA ANALITIK

Teknologi Data Analitik (TDA) merupakan salah satu teknologi yang


sangat penting dalam manajemen risiko perusahaan. TDA
merupakan proses pengumpulan, pengolahan, analisis, dan visualisasi
data dengan menggunakan algoritma, model matematika, dan
teknologi lainnya untuk membantu organisasi dalam pengambilan
keputusan yang lebih baik dan efektif.

Dalam konteks manajemen risiko, TDA dapat membantu perusahaan


untuk mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola risiko dengan
lebih efektif dan efisien. TDA dapat membantu dalam beberapa hal,
seperti:
1. Identifikasi Risiko
TDA dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi risiko
dengan lebih cepat dan akurat. Dengan memanfaatkan data
historis dan algoritma analitik yang canggih, TDA dapat
membantu perusahaan dalam mengidentifikasi pola-pola atau
tren yang terkait dengan risiko.
2. Pengukuran Risiko
TDA juga dapat membantu perusahaan dalam mengukur risiko
dengan lebih baik. Dalam hal ini, TDA dapat memanfaatkan data

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 109


historis dan model matematika untuk menghitung probabilitas
atau kemungkinan terjadinya risiko tertentu.
3. Pengelolaan Risiko
TDA juga dapat membantu perusahaan dalam mengelola risiko
dengan lebih efektif. Dalam hal ini, TDA dapat membantu
perusahaan dalam mengembangkan strategi pengelolaan risiko
yang tepat berdasarkan data dan analisis yang akurat.
4. Pemantauan Risiko
TDA juga dapat membantu perusahaan dalam memantau risiko
dengan lebih baik. Dalam hal ini, TDA dapat memanfaatkan
teknologi monitoring real-time untuk memonitor risiko secara
terus-menerus dan memberikan notifikasi jika terjadi perubahan
atau pergeseran dalam risiko.

Beberapa teknologi yang sering digunakan dalam TDA adalah Big


Data Analytics, Artificial Intelligence (AI), Machine Learning (ML),
dan Internet of Things (IoT). Dalam penggunaannya, teknologi
tersebut dapat digunakan untuk memproses data yang besar dan
kompleks, mengidentifikasi pola dan tren dalam data, dan
menghasilkan analisis yang akurat dan real-time.

Gambar 13.3 Ilustrasi Teknologi Data Analitik

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 110


Dalam pengimplementasiannya, perusahaan perlu memastikan
bahwa teknologi TDA yang digunakan memenuhi standar keamanan
dan privasi yang diperlukan. Selain itu, perusahaan juga perlu
memastikan bahwa personil yang bertanggung jawab atas
penggunaan teknologi TDA memiliki keterampilan dan pengetahuan
yang memadai untuk memanfaatkannya secara efektif dan efisien
dalam manajemen risiko.

Selain itu, dalam penggunaan TDA dalam manajemen risiko,


perusahaan juga perlu memperhatikan beberapa hal, antara lain:
1. Data Quality
Penting untuk memastikan kualitas data yang digunakan dalam
TDA. Data yang buruk atau tidak akurat dapat menyebabkan
analisis yang salah dan mengarah pada pengambilan keputusan
yang tidak tepat.
2. Interpretasi Hasil
TDA dapat menghasilkan banyak data dan analisis yang kompleks,
sehingga perusahaan perlu memastikan bahwa hasil analisis dapat
diinterpretasikan dengan mudah oleh pengambil keputusan.
3. Keamanan Data
Penting untuk memastikan bahwa data yang digunakan dalam
TDA aman dan dilindungi dari ancaman keamanan seperti hacking
atau pencurian data.
4. Ketergantungan pada Teknologi
Meskipun TDA dapat memberikan manfaat yang besar dalam
manajemen risiko, namun perusahaan perlu memastikan bahwa

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 111


mereka tidak terlalu bergantung pada teknologi TDA dan tetap
memiliki kebijakan dan prosedur manual untuk mengelola risiko.

Kesimpulannya, TDA merupakan salah satu teknologi yang sangat


penting dalam manajemen risiko perusahaan. Dalam
penggunaannya, perusahaan perlu memperhatikan kualitas data,
interpretasi hasil analisis, keamanan data, dan ketergantungan pada
teknologi. Dengan memanfaatkan TDA secara efektif dan efisien,
perusahaan dapat mengidentifikasi, menganalisis, dan mengelola
risiko dengan lebih baik dan membantu meningkatkan kinerja bisnis
dan mengurangi kerugian akibat risiko.

D. TEKNOLOGI PENCEGAHAN KEBAKARAN

Teknologi pencegahan kebakaran merupakan bagian penting dalam


manajemen risiko perusahaan karena kebakaran dapat menyebabkan
kerusakan yang sangat besar pada properti, aset, dan nyawa
manusia. Teknologi pencegahan kebakaran dijelaskan secara detail
sebagai berikut:

1. Sistem Deteksi Kebakaran


Sistem deteksi kebakaran merupakan teknologi yang digunakan
untuk mendeteksi keberadaan api atau asap sehingga dapat
memberikan peringatan dini kepada penghuni bangunan dan
memicu sistem alarm kebakaran. Sistem deteksi kebakaran
biasanya terdiri dari sensor yang ditempatkan di seluruh area
bangunan dan terhubung dengan sistem alarm kebakaran.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 112


2. Sistem Pemadam Kebakaran Otomatis
Sistem pemadam kebakaran otomatis merupakan teknologi yang
digunakan untuk memadamkan kebakaran secara otomatis tanpa
memerlukan campur tangan manusia. Sistem ini biasanya terdiri
dari sprinkler, pemadam api berbusa, atau sistem pemadaman gas
yang dapat diaktifkan secara otomatis ketika sistem deteksi
kebakaran mendeteksi keberadaan api atau asap.
3. Sistem Proteksi Struktur Bangunan
Sistem proteksi struktur bangunan merupakan teknologi yang
digunakan untuk mencegah api menyebar ke seluruh bangunan
dan merusak struktur bangunan. Sistem ini biasanya terdiri dari
dinding dan atap yang tahan api, pintu dan jendela yang tahan
api, dan sistem ventilasi yang dapat membatasi pergerakan api.
4. Sistem Proteksi Pasokan Listrik
Sistem proteksi pasokan listrik merupakan teknologi yang
digunakan untuk mencegah kebakaran yang disebabkan oleh
korsleting listrik atau arus pendek. Sistem ini biasanya terdiri dari
sirkuit pemutus arus listrik (MCCB), ground fault circuit interrupter
(GFCI), dan sistem grounding yang tepat.
5. Sistem Evakuasi dan Penyelamatan
Sistem evakuasi dan penyelamatan merupakan teknologi yang
digunakan untuk memastikan keselamatan penghuni bangunan
dalam keadaan darurat. Sistem ini biasanya terdiri dari pintu
keluar darurat, tangga darurat, lift darurat, dan sistem peringatan
kebakaran.
6. Sistem Monitoring Kebakaran

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 113


Sistem monitoring kebakaran merupakan teknologi yang
digunakan untuk memantau keadaan bangunan dan mendeteksi
tanda-tanda awal kebakaran. Sistem ini biasanya terdiri dari
kamera pengintai, sensor asap, dan perangkat lunak monitoring
kebakaran yang dapat memantau kondisi bangunan secara real-
time.
7. Sistem Pelatihan dan Simulasi
Sistem pelatihan dan simulasi merupakan teknologi yang
digunakan untuk melatih penghuni bangunan dalam menghadapi
situasi kebakaran dan mengurangi risiko kebakaran. Sistem ini
biasanya terdiri dari latihan evakuasi dan simulasi kebakaran yang
dilakukan secara berkala.

Gambar 13.4 Ilustrasi Teknologi Pencegah Kebakaran

Teknologi pencegahan kebakaran sangat penting untuk mengurangi


risiko kebakaran yang dapat membahayakan properti, aset, dan
nyawa manusia. Dalam penerapannya, teknologi pencegahan
kebakaran harus diintegrasikan dengan program manajemen risiko

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 114


yang efektif, termasuk pengidentifikasian risiko kebakaran, evaluasi
risiko, pengembangan strategi pencegahan, serta perencanaan dan
pengelolaan respon kebakaran.

Selain itu, penting untuk memastikan bahwa teknologi pencegahan


kebakaran yang digunakan dalam perusahaan telah memenuhi
standar keamanan dan regulasi yang berlaku. Hal ini termasuk
penerapan peraturan kebakaran, pengujian sistem secara berkala,
serta pemeliharaan dan perawatan sistem secara rutin.

Kesimpulannya, teknologi pencegahan kebakaran merupakan bagian


penting dari manajemen risiko perusahaan yang efektif dalam
mengurangi risiko kebakaran. Dalam penerapannya, teknologi
pencegahan kebakaran harus diintegrasikan dengan program
manajemen risiko yang efektif dan memenuhi standar keamanan
serta regulasi yang berlaku. Dengan demikian, perusahaan dapat
mengurangi risiko kebakaran yang dapat membahayakan properti,
aset, dan nyawa manusia.

E. TEKNOLOGI MANAJEMEN KRISIS

Teknologi Manajemen Krisis adalah salah satu bagian dari teknologi


dalam manajemen risiko yang bertujuan untuk membantu
perusahaan dalam mengelola krisis yang dapat terjadi dengan cepat
dan efektif. Teknologi ini dapat digunakan untuk mengatasi berbagai
macam jenis krisis, seperti bencana alam, kecelakaan, serangan siber,

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 115


dan masalah lainnya yang dapat mempengaruhi kelangsungan bisnis
perusahaan.

Teknologi Manajemen Krisis mencakup beberapa alat dan teknik


yang dapat membantu perusahaan dalam menghadapi krisis, antara
lain:

1. Sistem Peringatan Dini


Sistem peringatan dini merupakan salah satu teknologi
manajemen risiko yang penting dalam mengidentifikasi risiko
sebelum terjadi. Teknologi ini dapat memprediksi kemungkinan
terjadinya krisis dan memberikan informasi secara cepat kepada
manajemen perusahaan, sehingga mereka dapat mengambil
tindakan yang tepat untuk mengatasi krisis sebelum terlambat.
2. Sistem Komunikasi Krisis
Sistem komunikasi krisis dapat membantu perusahaan dalam
mengelola informasi selama krisis terjadi. Teknologi ini dapat
mengirimkan informasi secara cepat dan efektif kepada semua
pihak yang terlibat dalam mengatasi krisis, termasuk karyawan,
pelanggan, dan stakeholder lainnya. Hal ini dapat membantu
perusahaan dalam menghindari kepanikan dan memastikan
semua pihak mendapatkan informasi yang tepat dan akurat.
3. Sistem Manajemen Respon Krisis
Sistem manajemen respon krisis adalah teknologi yang bertujuan
untuk membantu perusahaan dalam mengelola dan
mengkoordinasikan semua kegiatan yang terkait dengan
penanganan krisis. Teknologi ini dapat membantu perusahaan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 116


dalam mengatur tim tanggap krisis, mengalokasikan sumber daya,
dan memastikan semua tindakan yang diambil selama krisis
berjalan efektif dan efisien.
4. Teknologi Pemantauan dan Pelaporan
Teknologi pemantauan dan pelaporan dapat membantu
perusahaan dalam memantau perkembangan krisis dan
menghasilkan laporan yang akurat tentang situasi saat ini.
Teknologi ini dapat membantu perusahaan dalam mengevaluasi
keefektifan tindakan yang telah diambil selama krisis berlangsung
dan melakukan perbaikan yang diperlukan pada sistem
manajemen risiko perusahaan.

Dengan menggunakan Teknologi Manajemen Krisis, perusahaan


dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk menghadapi krisis
dengan cepat dan efektif, sehingga dapat meminimalkan kerugian
dan mempertahankan kelangsungan bisnis mereka. Namun, penting
untuk diingat bahwa teknologi ini hanya merupakan bagian dari
manajemen risiko secara keseluruhan dan perusahaan juga harus
memiliki rencana manajemen krisis yang komprehensif dan teruji
untuk menghadapi krisis yang dapat terjadi.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 117


DAFTAR PUSTAKA

Akhavan, P., Khodabandeh, M., Rajabion, L. and Zahedi, M.R.


(2019), "Extracting and prioritizing knowledge risk components
by considering the knowledge map: Case study of industrial
organization", VINE Journal of Information and Knowledge
Management Systems, Vol. 49 No. 2, pp. 200-212.

Alijoyo, A., & Zaini, S. (2004). Penggerak Praktik GCG di Perusahaan.


In Penggerak Praktik GCG di Perusahaan. Penerbit PT Indeks,
kelompok Gramedia.

Alnaser, A. F., & Al-Tarawneh, H. A. (2020). The Role of Data


Analytics in Enhancing Risk Management in the Banking Sector:
An Empirical Study. International Journal of Financial Studies,
8(4), 61.

American Society of Healthcare Risk Management. 2017. Healthcare


Risk Management Fundamentals. Chicago: American Society of
Healthcare Risk Management

Baroroh, Niswah. 2016. The Roles of Productive Assets Quality in


Mediating Effect of Risk Management Implementation to the
Firm Value in Indonesian Banking. Jurnal Dinamika Akuntansi
Vol.8 no.2 pp 109-116

Carol, Alexander; The Handbook of Risk Management and Analysis,


John Wiley & Son, 1996

Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway


Commission. (2021). Enterprise risk management: Integrating
with strategy and performance. COSO.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 118


Cooper, C.A. (2023), "Promiscuously partisan public servants?
Publicly defending and promoting the government’s reputation
to the detriment of bureaucratic impartiality and truthfulness",
International Journal of Public Leadership,

CRMS. (2019). Survei Nasional Manajemen Risiko. CRMS Indonesia.

Crouhy, Michel, et al., 2001. Risk Management. New York: McGraw-


Hill.

Crouhy, Michel. Galai, Dan. Mark, Robert. 2014. The Essentials of


Risk Management, Second Edition.New York: Mc Graw Hill.

Darmawan, 2022. Manajemen Risiko Keuangan Syariah. Jakarta: PT


Bumi Aksara.

Darmawi, H. (2022). Manajemen risiko. Bumi Aksara.

Daud, Arjaty. 2020. Sistem Pelaporan dan Pembelajaran


Keselamatan Pasien Nasional (SP2KPN). Jakarta : Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.

De Clercq, D., Kundi, Y.M., Sardar, S. and Shahid, S. (2021),


"Perceived organizational injustice and counterproductive
work behaviours: mediated by organizational identification,
moderated by discretionary human resource practices",
Personnel Review, Vol. 50 No. 7/8, pp. 1545-1565.

Djojosoedarso, S. (2003). prinsip-prinsip Manajemen Risiko dan


Asuransi. Jakarta: Salemba Empat.

Hanafi, Mamduh M., 2021. Manajemen Risiko. Yogyakarta: UPP


STIM YKPN.

Handayani, D. I. (2016). A review: potensi risiko pada supply chain


risk management. Spektrum Industri, 14(1), 25.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 119


Hediningrum, D., Gunarta, I. K., & Dewi, D. S. (2015). Rancang
Bangun Sistem Pakar Untuk Mitigasi Risiko Pada Industri
Properti. Surabaya: Institut Teknologi Sepuluh November.

Heizer, J., & Render, B. (2021). Operations management:


Sustainability and supply chain management (13th ed.).
Pearson.

Hery, 2019. Manajemen Risiko Bisnis. Jakarta: PT Grasindo.

Hillson, D. (2002). Extending the risk process to manage


opportunities. International Journal of Project Management,
20(3), 235–240.

Hillson, D., & Murray-Webster, R. (2021). Understanding and


managing risk attitude. Routledge.

Hopkin, Paul. 2017. Fundamental of Risk Magement, Understanding,


Evaluating, and Implemnting Effective Risk Management.
United Kingdom: Kogan Page Limited.

Huntley, J. and Kleiner, B.H. (2005), "Effective human resource


management of county employees", Management Research
News, Vol. 28 No. 11/12, pp. 52-59.

International Organization for Standardization. (2021). ISO


31000:2021 Risk management – Guidelines. ISO.

ISO. (2018). ISO 31000:2018 Risk management – Guidelines.


Geneva, Switzerland: International Organization for
Standardization.

Jickling, M. (2020). An introduction to operational risk.


Congressional Research Service.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Menteri


Kesehatan nomor 25 tahun 2019 tentang Penerapan

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 120


Manajemen Risiko Terintegrasi di Lingkungan Kementerian
Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Kurniawan, D. (2020). Penerapan Kebijakan Keamanan Informasi


Pada Sistem Informasi Akademik (Studi Kasus: Universitas XYZ).
Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Asia, 14(2), 151-157.

Lam, J. (2020). Enterprise risk management: From incentives to


controls (3rd ed.). John Wiley & Sons.

Lapão, L. V., & Pereira, F. (2021). The importance of risk


management in organizations: A literature review.
International Journal of Management Science and Business
Administration, 7(2), 21-34.

MacKenzie, C. (2022), "Crisis, Risk and Human Resource


Management", Holland, P., Bartram, T., Garavan, T. and
Grant, K. (Ed.) The Emerald Handbook of Work, Workplaces
and Disruptive Issues in HRM, Emerald Publishing Limited,
Bingley, pp. 435-455.

Mamduh, M. H., & Hanafi, M. (2006). Manajemen Risiko.


Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan Sekolah Tinggi.

Mulyawan, Setia, 2019. Manajemen Risiko. Bandung: CV Pustaka


Setia.

Murphy, David. 2008. Understanding Risk Theory and Practice of


Finance Risk Management. London: Chapman & Hall/CRC.

National Research Council. (2018). Protecting buildings and


occupants from explosive threats. National Academies Press.

NFPA. (2018). NFPA 72: National Fire Alarm and Signaling Code.
National Fire Protection Association.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 121


OJK. (2016). Manajemen Resiko.

Ozkan, S., & Ozkan, S. (2020). Cybersecurity Awareness: A Review


of Literature. Journal of Information Security Research, 11(2),
95-108.

Paz-Aparicio, C., Ricart, J.E. and Bonache, J. (2017), "Understanding


the decision to offshore human resource activities: a
coevolutionary perspective", International Journal of Physical
Distribution & Logistics Management, Vol. 47 No. 2/3, pp. 175-
197.

Prowanta, Embun. 2019. Manajemen Risiko Pasar Modal (ISO


31000:2018), Edisi 2, Jakarta: In Media.

Redja, E George. 2008. Principles of Risk Management and


Insurance. New Jersey: Pearson education, Inc.

Risk management — Guidelines, International Standard ISO


31000:2018

Rivai, Veithzal dan Ismal, Rifki. 2013. Islamic Risk Management for
Islamic Banking. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Rustam, Bambang Rianto (2019) Manajemen Risiko Prinsip,


Penerapan dan Penelitian. Jakarta: Salemba Empat

Rustam, Bambang Rianto. 2013. Manajemen Risiko Perbankan


Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Salcido, A. and Kleiner, B.H. (1997), "New developments in wrongful


termination", Managerial Law, Vol. 39 No. 1, pp. 37-44.

Sandhyavitri, A., & Saputra, N. (2013). Analisis Risiko Jalan Tol


Tahap Pra Konstruksi (Studi Kasus Jalan Tol Pekan Baru-
Dumai). Jurnal Teknik Sipil, 9(1), 1–19.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 122


Schlegel, G. L., & Trent, R. J. (2015). Supply chain risk management:
An emerging discipline. Crc Press.

Sharpe, William F., 1995. Investment. New York: Prentice Hall.

Sheaffer, Z., Levy, S., & Navot, E. (2018). Fears, discrimination and
perceived workplace promotion. Baltic Journal of
Management, 13(1), 2–19.

Sherlywati. (2016). Pengelolaan Risiko Rantai Pasok (Supply Chain


Risk Management) sebagai Keunggulan Bersaing Perusahaan.
Maranatha Economics and Business Conference.

Siahaan, H. (2009). Manajemen risiko pada perusahaan dan


birokrasi. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Siew-Chen, S. and Vinayan, G. (2016), "Recruitment process


outsourcing: a case study in Malaysia", Personnel Review, Vol.
45 No. 5, pp. 1029-1046.

Slack, N., Brandon-Jones, A., & Johnston, R. (2021). Operations


management (10th ed.). Pearson.

Smith, J. D. (2018). Crisis management in the digital age. Routledge.

Smith, M. J., & Wilson, R. (2020). Enterprise risk management: A


comparative study of practices in Europe and Asia. Journal of
Risk and Financial Management, 13(10), 225.

Suparno, S., Utama, A. W., & Yusuf, M. (2018). Desain sistem deteksi
kebakaran menggunakan sensor asap dan suhu pada ruang
server. Jurnal Teknik Elektro, 10(2), 32-37.

Supriyono, R.A., 2016. Manajemen Risiko. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 123


Tampubolon, R. (2004). Risk Management. Elex Media
Komputindo.

Wah Chin, Wee. 2007. Principles of Risk and Insurance.: Prention


Hill.

Warburg, SBC. 2004. The Practice of Risk Management. Euromoney


Book.

Westman, M., Hobfoll, S.E., Chen, S., Davidson, O.B. and Laski, S.
(2004), "Organizational stress through the lens of conservation
of resources theory", Perrewe, P.L. and Ganster, D.C. (Ed.)
Exploring Interpersonal Dynamics (Research in Occupational
Stress and Well Being, Vol. 4), Emerald Group Publishing
Limited, Bingley, pp. 167-220.

Wijayanti, Nabhani, dan Win Andria. Gambaran Pengetahuan Risiko


Jatuh dan Kepatuhan Perawat dalam Manajemen Risiko Jatuh.
Jurnal Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan "Klinik". 1(2) . 98-103

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 124


TENTANG PENULIS

Dr. Adrian Radiansyah, S.E., M.M,, seorang


Penulis dan Dosen Program S1 dan S2 Prodi
Manajemen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Perguruan Tinggi Bangka (STIE Pertiba)
Pangkalpinang Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Penulis menyelesaikan pendidikan
program Sarjana (S1) dan program PascaSarjana
(S2) di Fakultas Ekonomi Universitas
Krisnadwipayana (FE-Unkris) Jakarta tahun 1995
dan tahun 2000, kemudian menyelesaikan pada
program Doktoral (S3) prodi Ilmu Manajemen Sumber Daya
Manusia (IM-SDM) Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Jakarta tahun
2015. Aktivitas lainnya sebagai konsultan dan praktisi dibidang
Human Capital, Risk Management, dan Operations Management,
dan juga sebagai mitra dan Counterpart kajian penelitian dengan
pemerintah daerah dibidang kepakarannya.
Alamat email : adrian_radiansyah@yahoo.com

Niswah Baroroh, SE, M.Si, CRA, CRP. Lahir di Magelang pada tahun
1989. Menyelesaikan sekolah dasar hingga Sekolah Menengah
Kejuruan di tempat kelahirannya Magelang. Melanjutkan program S1
di Universitas Negeri Semarang tahun 2006-2010 dan program
Magister di Magister Akuntansi Universitas Diponegoro pada 2012-
2014. Bergabung menjadi dosen di Universitas Negeri Semarang
pada 2015. Bidang riset yang ditekuni antara lain green accounting,
akuntansi keuangan, akuntansi manajemen risiko, dll.

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 125


Dr. Hj. Fatmah, ST., MM., RSA.
Lahir di Ujungpandang Sulawesi Selatan adalah
Dosen Tetap Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya (UINSA).
Pendidikan terakhir S-3 ditempuh di Program
Doktor Ilmu Ekonomi Universitas Airlangga
tahun 2005 dengan predikat Cum Laude.
Beberapa karya penulis yang telah diterbitkan
adalah buku Kontrak Bisnis Syariah, Bank Syariah
dan Lembaga Keuangan Syariah Bukan Bank:
Analisis Historis, Teoretis, dan Praktis, Arsitektur Manajemen Bank
Syariah: Transformasi Menuju Perbankan Syariah Masa Depan, 6
(enam) book chapter, dan artikel ilmiah yang telah terpublikasi di
berbagai jurnal bereputasi Internasional dan Nasional. Selain itu,
penulis telah memiliki 8 (delapan) Surat Pencatatan Ciptaan HAKI
dari Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia, 1 (satu)
Rekor MURI, dan mendapatkan Award Inovasi Terpuji dalam
Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik KEMENPANRB. Penulis juga
aktif menjadi narasumber dalam pelatihan dan seminar tentang pasar
modal syariah dan manajemen pemasaran syariah baik Nasional
maupun Internasional. Saat ini penulis dipercaya menjadi Bendahara
Umum Badan Wakaf Indonesia Provinsi Jawa Timur dan Bendahara
Umum Dewan Pimpinan Wilayah Ikatan Ahli Ekonomi Islam Provinsi
Jawa Timur.

Dalizanolo Hulu, S.E, M.E, CRM, CRP


Memperoleh S1 Ilmu Ekonomi dan Studi
pembangunan dari Universitas HKBP
Nommensen, Medan. Selanjutnya S2 Ilmu
Ekonomi dari Universitas Indonesia, Jakarta.
Kompeten di bidang Manajemen Risiko di peroleh
CRM (Certified Risk Management) dari Quint
Wellington Redwood, Australia. Selanjutnya CRP

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 126


(Certified Risk Professional) dari BNSP, LSP-PM (Lembaga Sertifikasi
Profesi Pasar Modal), Jakarta. Sekarang Dosen Tetap di Prodi
Manajemen, Universitas Pembangunan Jaya (UPJ), Kota Tangerang
Selatan. Mengampu mata kuliah Ekonomi Mikro, Ekonomi Makro,
Ekonometrika, Matematika Bisnis, Statistik Bisnis, Manajemen
Investasi, Lembaga Keuangan dan Pasar Modal, Manajemen Risiko,
Manajemen Keuangan, dan Manajemen Operasi

Ir. Ahmad Syamil, MBA., PhD., meraih gelar


Insinyur Teknik Mesin dari ITB dan MBA dari
University of Houston, Houston, Texas, USA.
Kemudian dia mendapatkan beasiswa dari USA
untuk menyabet gelar PhD dari University of
Toledo, Toledo, Ohio, USA. Disertasi PhD nya
adalah finalis lomba disertasi terbaik yang
diselenggarakan oleh Academy of International
Business (AIB) dengan peserta dari seluruh
dunia.
Dia pernah hidup di USA selama 25 tahun dan
jabatan terakhirnya adalah Associate Professor di Arkansas State
University, USA. Di Binus, dia penah menjadi Dekan Magister
Management Program di Binus Business School (BBS) Jakarta serta
Dekan International Undergraduate Program (IUP) BBS Jakarta.
Ia aktif publikasi di jurnal-journal internasional dan presentasi di
konferensi-konferensi tenama. Selain itu juga, dia menjadi trainer di
perusahaan-perusahaan terkemuka di Indonesia.
Dia memilki banyak sertifikasi profesional internasional termasuk dari
American Society for Quality (ASQ), American Production and
Inventory Management (APICS) / Association for Supply Chain
Management (ASCM), dan Project Management Office – Global
Alliance (PMO – GA)
Ahmad Syamil sudah diinterview dan dipublikasikan oleh banyak
media termasuk Voice of America (VOA), Radio Republik Indonesia

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 127


(RRI), majalah Tempo, koran Tribun (dimiliki oleh Kompas
Gramedia), Pikiran Rakyat (Bandung), majalah SWA, majalah Warta
Ekonomi, dll. Email: asyamil@binus.edu ; asyamil@gmail.com
LinkedIn: https://www.linkedin.com/in/asyamil/

Dr. Agus Siswanto., M.M.


Penulis, menyelesaikan Program Studi Magister
Manajemen. Fakultas Ekonomika dan Bisnis.
Universitas Diponegoro (FEB UNDIP) Semarang
(2001) dan Program Doktor Manajemen di
Fakultas Ekonomika dan Bisnis. Universitas
Islam Indonesia (FEB UII). Yogyakarta (2013).
Saat ini menjadi Owner Education Master Park,
Danau Resto, Grand Master Hotel di
Purwodadi, Grobogan. Jawa Tengah, Members
of ISEI, ICMI, FMI, dan Faculty Member Master
of Management, Faculty of Economic Business Universitas Ahmad
Dahlan (MM FEB UAD) sebagai pengampu pada mata kuliah
Organizational Change and Development, Advanced Human
Resource Management, Advanced Strategic Management, Work
Culture and Organization.

Dr. Vivid Violin S.Sos.,MM., seorang Penulis dan


Dosen Tetap pada Program Studi Manajemen
Pelabuhan di Politeknik Maritim AMI Makassar.
Penulis lahir di Tanjungpandan, Bangka - Belitung,
menyelesaikan pendidikan program Doktor (S3)
Manajemen di Universitas Muslim Indonesia,
awardee LPDP 2020. Penulis juga aktif menulis
karya tulis ilmiah dalam bidang ilmu manajemen lainnya.Alamat
email : vividviolin88@gmail.com

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 128


dr. Ika Cahyo Purnomo, Sp.An, M.H, seorang penulis dan klinisi di
kabupaten Demak, Jawa Tengah. Lahir di Demak, 20 April 1985,
penulis menamatkan pendidikan program Sarjana (S1), profesi
dokter, dan program spesialis Anestesiologi di Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro Semarang pada tahun 2015. Penulis
menyelesaikan program Pasca Sarjana (S2) di Program Studi Magister
Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Tujuh Belas Agustus 1945
Semarang pada tahun 2021. Saat ini penulis bekerja sebagai dokter
spesialis anestesi di Kabupaten Demak. Selain sebagai dokter anestesi,
penulis mengetuai satuan pengawasan internal di salah satu RS negeri
dan RS Swasta di Demak. Penulis juga aktif menjadi bagian dalam sub
komite manajemen risiko komite mutu RS di salah satu RS Negeri di
Kabupaten Demak.

Fithriawan Nugroho, S.T., M.M., MCE. lahir di


Pangkalpinang, 13 Maret 1994. Menyelesaikan
pendidikan dasar di SD Muhammadiyah
Pangkalpinang pada tahun 2006 dan SMP Negeri
3 Pangkalpinang pada tahun 2009, serta penulis
menyelesaikan pendidikan menengah atasnya di
SMA Negeri 1 Pangkalpinang pada tahun 2012.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan sarjana
di Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam
Indonesia, Yogyakarta pada Jurusan Teknik Mesin
dan lulus pada tahun 2017. Pada tahun 2023 penulis menyelesaikan
studi Magister di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pertiba
Pangkalpinang pada Program Studi Magister Manajemen. Penulis
memiliki kepakaran dibidang Analisis Struktur, Material Teknik,
Kinematika, Dinamika, Termodinamika, Perpindahan Kalor,
Mekanika Fluida, Getaran Mekanik, Otamasi Industri, Mekatronika,
Manufaktur, dan Manajemen Pemasaran. Saat ini penulis
merupakan dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Pertiba

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 129


Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Program
Studi Manajemen. Penulis aktif sebagai peneliti di bidang
kepakarannya tersebut dan melakukan beberapa penelitian yang
didanai oleh internal Perguruan Tinggi. Penulis aktif dalam kegiatan-
kegiatan ilmilah yang diselenggaran secara Nasional dan
Internasional. Alamat Email : fnugroho48@gmail.com

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN 130


Penerbit :
PT. Sonpedia Publishing Indonesia

Redaksi :
Jl. Kenali Jaya No 166
Kota Jambi 36129
Tel +6282177858344
Email: sonpediapublishing@gmail.com
Website: www.sonpedia.com

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai