Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ahmad Thoefail Sulistiyo Putra

NIM :21/483011/KG/12539

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI ORAL


SITOLOGI EPITEL RONGGA MULUT

1. Pengecatan Papanicolaou mempergunakan 5 jenis bahan staining. Sebutkan nama bahannya, dan
bagian sel yang terwarnai oleh masing-masing bahan kimia tersebut

Menurut teori Raju (2016) dan Aneja dkk. (2017), pada pengecatan Papanicolaou terdapat beberapa jenis
bahan staining, yaitu:
• Hematoxylin staining: Hematoxylin ini untuk mewarnai inti sel/nukleus. Pada pengecatan
papanicolaou menggunakan Harris’s hematoxylin yang dipanaskan dalam penangas air hinga
60 derajat C untuk penetrasi noda yang cepat.
• OG-6 counterstain: untuk mewarnai keratin. Orange G merupakan pewarna asam dan
menodai keratin dengan warna orange terang yang intens. OG-6 akan menunjukkan
konsentrasi asam fosfotungstat yang digunakan.
• EA-50 counterstain: EA-50 memiliki 3 komponen yaitu eosin Y, Bismarck brown Y, dan
light green. EA-50 ini akan menodai sitoplasma menjadi merah muda-merah/hijau.
• Light green: untuk mewarnai sitoplasma sel yang aktif secara metabolik yaitu sel skuamosa
menengah, sel parabasal, sel endoserviks, histiosit, leukosit, sel karsinoma yang tidak
berdiferensiasi dan sel dari adenokarsinoma menjadi hijau.
• Eosin Y: mewarnai sitoplasma sel skuamosa superfisial, nuklelolus, eritrosit, dan silia.
• Bismarck brown Y: untuk mengendapkan asam fosfotungstat (bahan yang bertanggungjawab
untuk pewarnaan diferensial oleh light green dan eosin). Akan tetapi, bismarck brown Y
tidak menodai apapun dan dalam formulasi kontemporer sering dihilangkan.

2. Jelaskan dengan singkat proses “Cell turn-over” pada mukosa rongga mulut
Menurut Pellettieri dan Alvarado, 2007, Cell turnover siklus kematian dan regenerasi sel yang
berkontribusi pada homeostasis jaringan normal organ. Cell turnover adalah fenomena kompleks
yang dapat dipecah menjadi tiga proses integral: (a) eliminasi sel terdiferensiasi tertentu melalui
kematian sel yang diprogram secara genetik; (b) penggantian sel yang tereliminasi melalui
pembelahan sel, biasanya melibatkan sel punca dewasa dan turunannya; dan (c) diferensiasi sel-sel
baru dan integrasinya dengan jaringan yang sudah ada sebelumnya. (Pellettieri dan Alvarado, 2007).
Pada penelitian ini diambil sampel dari mukosa oral yang dimana Mukosa oral merupakan
mukosa yang paling sering mengalami trauma dan iritasi sehingga waktu turn over sel epitel
terhitung cepat. Mukosa mulut mempunyai waktu pergantian sel epitel mukosa antara 14-24 hari.
1
Nama : Ahmad Thoefail Sulistiyo Putra
NIM :21/483011/KG/12539
(Rahmawati dkk., 2018). Sel parabasal dan sel basal dalam sempel terlihat sedikit, karena terletak
pada posisi paling dalam sehingga melalui gerakan usapan menggunakan cytobrush tidak akan
mampu mengambil sel pada bagian dalam kecuali pada kondisi adanya perlukaan atau ulkus pada
mukosa.( Santosa dkk., 2013). Sel basalis yang matur akan berdiferensiasi menjadi sel intermediet
lalu berdiferensiasi lagi menjadi sel superfisial. Sel superfisial merupakan lapisan terluar dari epitel
dan sangat mudah terlepas dari permukaan.( Yohana dkk., 2015)
Lapisan basal merupakan sel yang berproliferasi dan akan berdiferensiasi menjadi beberapa
lapisan-lapisan di atasnya yang menyebabkan terjadi maturasi epitel atau yang biasa disebut turn over
ini. Seiring dengan migrasinya sel dari lapisan basal ke lapisan korneum, akan terjadi diferensiasi
yang melibatkan proses keratinisasi. Mukosa mulut akan mengalami proses pergantian sel dan sel
yang terdeskuamasi ini berperan dalam membantu diagnosis penyakit lokal dan sistemik. Laju
mitosis akan meningkat pada daerah non-keratin yang meningkat jika terjadi inflamasi. Turn over
akan terjadi dengan ditandainya pelepasan sel superfisial dan peningkatan proliferasi sel basal secara
cepat. Tingkat keparahan inflamasi ditentukan oleh keseimbangan sitokin proinflamasi dan jumlah
antiinflamasi. Proliferasi epitel diinduksi oleh adanya sitokin inflamasi seperti TGFα, TGFβ, KGF,
EGF, IL1α, IL -1β, IL-6 dan IL-8. Sitokin inflamasi inilah yang akan meningkatkan aktivitas
pembelahan sel basal dan pelepasan sel-sel superfisial sehingga terjadi peningkatan mitosis pada sel
basal untuk menggantikan sel-sel yang longgar (Tandelilin dkk., 2017).

3 . Jelaskan mengenai INDEKS MATURASI


Indeks maturasi adalah perbandingan antara sel basal-parabasal, sel intermediet, dan sel
superfisial. Sel basalis yang matur akan berdiferensiasi menjadi sel intermediet, kemudian akan
berdiferensiasi lagi menjadi sel superfisial. Sel superfisial adalah lapisan terluar dari epitel dan yang
paling mudah terlepas dari permukaan. Pemeriksaan sitologi eksfoliasi dapat mengetahui indeks
maturasi sel epitel dan mendeteksi perubahan abnormal dari sel epitel, mulai dari yang paling ringan
seperti displasia ringan hingga yang paling parah yaitu karsinoma in situ. ( Santosa dkk., 2013).

2
Nama : Ahmad Thoefail Sulistiyo Putra
NIM :21/483011/KG/12539

4. Hasil Pengamatan
Slide No Basal Intermediate Superfisial
I 0 7 10
II 0 20 2
III 6 43 19
IV 7 26 8
V 0 20 11
Rata-rata 2,6 23,2 10

Indeks maturasi berdasarkan teori Tandelilin dkk. (2017), merupakan P: I: S. P merupakan persentase
sel basal-parabasal. I merupakan persentase sel intermediet. S merupakan persentase sel superfisial.

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙 𝐵𝑎𝑠𝑎𝑙 𝑃𝑎𝑟𝑎𝑏𝑎𝑠𝑎𝑙 13


P= X100% = 179 X100% = 7,3%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑚𝑒𝑑𝑖𝑒𝑡 116
I= X100% = 179X100% = 64,8%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙 𝑆𝑢𝑝𝑒𝑟𝑓𝑖𝑐𝑖𝑎𝑙 50
S= X100 %= 179X100% = 27,9%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑒𝑙 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙

INDEKS MATURASI = ___7,3%___ : __64%___ : ___27,9___

5. PEMBAHASAN
Pembahasan mencakup:
• Analisis hasil dan Hasil ndeks maturasi dari epitel
Pada praktikum ini, digunakan teknik sitologi eksfoliasi dengan pewarnaan
Papanicolaou. Metode yang dipakai adalah cytobrush karena dapat mengambil sel epitel dengan
baik dengan trauma yang minimal. Pemeriksaan slide dilakukan dengan menggunakan mikroskop
cahaya dengan daya perbesaran 400x. Umumnya, sel yang diamati berupa 100 sel acak yang
tidak tumpang tindih di beberapa bidang pandang. Indeks maturasi ini akan menggambarkan
proporsi relatif sel basal-parabasal, intermediet, dan superfisial. Pada praktikum ini sel sel epithel
menunjukkan karakteristik yang berbeda – beda yaitu Sel basal: sel parabasal, sel biru atau biru
tua, inti berbentuk kubus, bulat dan besar. Nukleus berbanding dengan sitoplasma adalah 8:10,
sedangkan perbandingan inti : sitoplasma sel parabasal 5:10. Sel intermediet: sel berwarna biru
atau merah muda, berbentuk poligonal, lonjong atau bulat, inti berbentuk bulat sampai lonjong,
lebih kecil dari ukuran inti sel basal – parabasal. Rasio nukleus: sitoplasma 2:10. Sel superfisial
berbentuk poligonal tetapi terkadang bulat atau oval, nukleus piknotik (kecil dan gelap). Rasio
nukleus: sitoplasma 1:10. (Tandelilin dkk., 2017).

3
Nama : Ahmad Thoefail Sulistiyo Putra
NIM :21/483011/KG/12539
Pada slide no 1 didapatkan perbandingan jumlah sel basal-parabasal : intermediet :
superfisial yaitu 0:7:10. Pada slide no 2 didapatkan perbandingan jumlah sel basal-parabasal :
intermediet : superfisial yaitu 0:19:2. Pada slide no 3 didapatkan perbandingan jumlah sel basal-
parabasal : intermediet : superfisial yaitu 6:43:19. Pada slide no 4 didapatkan perbandingan
jumlah sel basal-parabasal : intermediet : superfisial yaitu 7:26:8. Pada slide no 5 didapatkan
perbandingan jumlah sel basal-parabasal : intermediet : superfisial yaitu 0:20:10. Total dari
seluruh sel pada slide 1-5 adalah 179, sehingga dari total sel ini bisa ditentukan indeks
maturasinya dalam bentuk persen yaitu IM = 7,3%___ : __64%___ : ___27,9___ = P : I : S,
Hasil indeks maturasi tersebut menunjukkan sel epitel yang paling dominan adalah sel
intermediet diikuti dengan sel superfisial lalu sel basal-parabasal. Bahkan biasanya sel basal-
parabasal tidak ditemukan dalam preparat dikarenakan letak sel yang terlalu dalam sehingga
cytobrush tidak bisa mengambil sel ini. Namun, sel ini dapat ditemukan pada kondisi tertentu
misalnya pada karies dan ulkus mukosa. Aktivitas proliferasi pada epitel mulut yang normal
tampak lebih banyak terjadi di lapisan intermediet dari lapisan sel lainnya sehingga sel ini lebih
sering ditemukan pada preparat. Indeks maturasi normal untuk epithelium non-kornifikasi yaitu
0/96/2,5/1,5. sedangkan indeks maturasi normal untuk epithelium kornifikasi yaitu 0/60/8/32.
(Gruzdeva, 2015 ; Tandelilin dkk., 2017).

• Faktor-faktor eksternal/internal yang mempengaruhi status sitologi epitel


Status sitologi epitel dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti komponen seluler,
humoral, serta flora normal. Flora normal dalam mulut banyak dipengaruhi beberapa faktor,
termasuk faktor imunitas atau system kekebalan tubuh. Apabila sistem kekebalan tubuh
seseorang menurun, bakteri yang normalnya ada di dalam rongga mulut dapat berubah menjadi
bakteri patogen yang menyebabkan infeksi, dan infeksi rongga mulut dapat menyebar dan
menimbulkan penyakit sitemik. (Primasari dan Cynthia, 2018) .Perbedaan setiap jumlah sel
disebabkan juga oleh pengaruh hormonal yaitu pada hormon progesteron yang tinggi terdapat
peningkatan jumlah sel epitel intermediate dan penurunan jumlah sel keratin. Hormon
progesteron yang tinggi dapat menstimulasi terjadinya atrofi sel keratin. (Rahmawati dkk., 2018).
Selain itu, adanya paparan dari beberapa faktor seperti radiasi dan zat kimia, konsumsi alkohol
dan tembakau (merokok, menginang), serta produk metabolik berbahaya seperti ROS dapat
meningkatkan mikronukleus pada mukosa bukal. Perokok aktif memiliki jumlah mikronukleus
yang lebih tinggi dibanding perokok pasif. Semakin lama paparan, maka jumlah mikronukleus
mukosa bukal pada perokok pasif maupun aktif juga akan meningkat (Rahmah dkk., 2016).

4
Nama : Ahmad Thoefail Sulistiyo Putra
NIM :21/483011/KG/12539

6. KESIMPULAN
• Pada praktikum ini Indeks maturasi epitel rongga mulut pada praktikum ini adalah 7,3%___ :
__64%___ : ___27,9_. Distribusi jenis sel epitel yang paling dominan adalah sel intermediet
diikuti dengan sel superfisial lalu sel basal-parabasal
• Pada praktikum ini sel sel epithel menunjukkan karakteristik yang berbeda – beda yaitu Sel
basal: sel parabasal, sel biru atau biru tua, inti berbentuk kubus, bulat dan besar. Nukleus
berbanding dengan sitoplasma adalah 8:10, sedangkan perbandingan inti : sitoplasma sel
parabasal 5:10. Sel intermediet: sel berwarna biru atau merah muda, berbentuk poligonal,
lonjong atau bulat, inti berbentuk bulat sampai lonjong, lebih kecil dari ukuran inti sel basal –
parabasal. Rasio nukleus: sitoplasma 2:10. Sel superfisial berbentuk poligonal tetapi
terkadang bulat atau oval, nukleus piknotik (kecil dan gelap). Rasio nukleus: sitoplasma 1:10.
• Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kondisi sitologi epitel seperti keterlibatan
faktor-faktor proliferasi dan diferensiasi sel epitel, penyakit bawaan, komponen seluler, flora
normal dalam rongga mulut, hormonal, usia, dan kebiasaan merokok, menyirih, atau
mengonsumsi alkohol.

5
Nama : Ahmad Thoefail Sulistiyo Putra
NIM :21/483011/KG/12539

DAFTAR PUSTAKA
Aneja, T., Guleria, M., Mahajan, A., dan Agarwal, L., 2017, Oral Exfoliative Cytology: A Review,
Uttarakhand State Dental Journal, 2(1): 1-6.
Gruzdeva, A., 2015, Perspectives and Possibilities of Use Exfoliative Cytology in The Diagnosis of
Leukoplakia of The Oral Mucosa, Materials of The XI Internasional Scientific and
Practical Conference Science and Civilization , 20: 58-60.
Pellettieri,J dan Alvarado, A,S , 2007, Cell Turnover and Adult Tissue Homeostasis: From Humans to
Planarians, University of Utah School of Medicine, 41:83–105
Primasari, A., dan Cynthia, 2018, Perubahan Sel Epitel yang Terjadi Pada Permukaan Mukosa Bukal
Wanita Hamil, Jurnal Ilmiah PANNMED, 12(3): 222-226.
Rahmah, N., Dewi, N., dan Rahardja, S.D., 2016, Analisis Sitogenik Mikronukleus Mukosa Bukal Pada
Perokok Aktif dan Pasif, Dentino Jurnal Kedokteran Gigi, 1(1): 15-20.
Rahmawati, A., Tofrizal, Yenita, dan Nurhajjah, S., 2018, Gambaran Sitologi Eksfoliatif Pada Apusan
Mukosa Mulut Murid SD Negeri 13 Sungai Buluh Batang Anai Padang Pariaman,
Jurnal Kesehatan Andalas, 7(2): 246-252.
Raju, K., 2016, Evolution of Pap Stain, Biomedical Research and Therapy, 3(2): 490-500.
Santoso, D., Titien, I., dan Kusuma, P.K., 2013, Pengaruh Pemakaian Breket Terhadap Maturasi Sel
Epitel Mukosa Bukal Pada Pasien Anak Periode Gigi Bercampur, Jurnal Kedokteran
Gigi, 4(4): 248-253.
Tandelilin, R.T.C., Jonarta, A.L., dan Widita, E., 2017, Maturation Index Assessment of Sodium
Tripolyphosphate and Tetra Potassium Pyrophosphatase Based Calculus Dissolution
Mouthrinse (Periogen) in Moderate Gingivitis Patients: A Histopathological Study,
Journal of Dental Health Oral Disorders & Therapy, 6(6): 166-170.
Yohana, W., Suciati, A., dan Rachmawati, M., 2015, Peningkatan Ketebalan Epitel Mukosa Bukal setelah
Aplikasi Ekstrak Daun Sirih, Majalah Kedokteran Gigi Indonesia, 1(1): 21-26.

Anda mungkin juga menyukai