Anda di halaman 1dari 15

Ekstraksi Cara Dingin

A. Maserasi

Pernahkah Anda merendam pakaian kotor dalam air yang ditambahkan deterjen?.
Apa yang terjadi? Noda-noda debu dan kotoran akan lepas dan larut ke dalam air deterjen.
Pada prinsipnya proses ini adalah maserasi yaitu perendaman. Infus water yang dibuat
dengan merendam buah-buah dengan air dingin lebih tepat disebut dengan maserat water.
Namun karena istilah infus lebih baik secara popularitas, maka rendaman buah dalam air
dingin tersebut lebih dipilih istilah infus water.
Maserasi adalah proses penyarian dengan cara merendam simplisia menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang. Pelarut
atau cairan penyari akan menembus dinding sel, masuk ke dalam rongga sel, melarutkan zat
aktif. Prinsip maserasi yaitu merendam simplisa dalam cairan penyari sehingga cairan
penyari dapat masuk ke dalam sel. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke
dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Zat aktif akan larut dan karena adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan yang di luar sel, maka
larutan yang terpekat didesak ke luar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi
keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan di dalam sel. Setelah ekstraksi
selesai, ampas tanaman dipisahkan dengan cara dekantasi yang biasanya diikuti dengan
proses filtrasi. Jika serbuk simplisia terlalu halus maka perlu dilakukan sentrifugasi.
Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang
mudah larut dalam cairan penyari dan tidak mengandung zat yang mudah mengembang.
Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air – etanol atau pelarut lain. Bila
cairan penyari digunakan air, maka untuk mencegah timbulnya kapang dapat ditambahkan
bahan pengawet yang diberikan pada awal penyarian.
Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan
yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan, sedangkan kerugiannya adalah waktu
pengerjaannya yang lama (beberapa jam sampai beberapa minggu), membutuhkan pelarut
yang cukup banyak dan penyariannya kurang sempurna, sehingga berpotensi kehilangan zat
dari bahan yang akan diekstraksi juga tidak cocok untuk campuran zat yang kelarutannya
rendah pada temperatur kamar. Namun dapat dimodifikasi sedemikian rupa untuk
memperbaiki proses ekstraksi.
Maserasi dapat digunakan untuk membuat sediaan tingtur, maupun sediaan ekstrak
kental. Kecuali dinyatakan lain, untuk membuat tingtur dilakukan dengan cara sebagai
berikut: 10 bagian simplisia dengan derajat halus yang cocok dimasukkan ke dalam bejana,
kemudian dituangi dengan 75 bagian cairan penyari, ditutup dan dibiarkan selama 5 hari
terlindung dari cahaya sambil sesekali diaduk. Setelah 5 hari sari disaring dan ampasnya
diperas. Tambahkan cairan penyari secukupnya pada ampas aduk dan disaring, sehingga
diperoleh hasil penyarian sebayak 100 bagian. Bejana ditutup , dibiarkan ditempat sejuk,
terlindung dari cahaya selama 2 hari, kemudian endapan dipisahkan.

1
Cara maserasi ini digunakan untuk pembuatan tingtur, jika ingin dibuat ekstrak,
pengerjaannya dilanjutkan dengan memekatkan hasil penyarian tadi. Pemekatan dilakukan
dengan cara penyulingan atau penguapan dengan tekanan rendah pada suhu 50 C sampai
konsistensi ekstrak yang dikehendaki.
Dalam buku monografi ekstrak, cara ekstraksi maserasi ini dimodifikasi menjadi 3
hari dengan setiap hari dilakukan penyaringan, dan hasilnya diuapkan hingga diperoleh
ekstrak kental. Cara yang dilakukan antara lain: Satu bagian serbuk simplisia dimasukkan ke
dalam maserator, ditambah 10 bagian etanol, direndam selama 6 jam sambil sesekali
diaduk, kemudian didiamkan sampai 24 jam. Maserat dipisahkan dan proses diulangi 2 kali
dengan jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan dan diuapkan
dengan penguap vakum hingga diperoleh ekstrak kental. Rendemen yang diperoleh
ditimbang dan dicatat.
Dalam proses merendam tersebut, perlu dilakukan pengadukan yang sifatnya
sesekali atau berkala, namun tidak kontinyu. Apa pentingnya pengadukan sesekali ini dalam
ekstraksi maserasi?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, bayangkan seandainya Anda
merendam pakaian kotor di dalam mesin cuci yang berisi air detergen, namun tidak diaduk
atau tidak diputar. Apakah noda debu/kotoran dapat keluar secara sempurna? Demikian
pula fungsi pengadukan di dalam ekstraksi serbuk simplisia secara maserasi.
Pada penyarian dengan cara maserasi perlu dilakukan pengadukan sesekali dengan
tujuan untuk memperkecil tebal lapisan difusi dan meratakan konsentrasi larutan diluar
serbuk simplisia, sehingga dengan pengadukan tersebut tetap terjaga adanya derajat
perbedaan konsentrasi yang sekecil – kecilnya antara larutan di dalam sel dengan larutan
diluar sel sehingga ekstraksi terus berjalan hingga tercapai kesetimbangan.

Gambar : Skema alat maserasi. Prinsip alat maserasi antara lain terdapat A. Bejana
untuk maserasi, berisi bahan yang akan dimaserasi, B. Tutup, C. Pengaduk
yang digerakkan secara mekanik, D. Bejana maserat, E. Penyaring. (Anonim,
1986).

2
Gambar menunjukkan skema alat maserasi, terdiri dari bejana A yang terbuat dari
gelas, baja tahan karat atau bahan logam lain yang dilapisi bahan anti karat. Sejauh mungkin
dihindari penggunaan logam berat tanpa lapisan karena dapat membentuk senyawa
kompleks dengan kandungan kimia tanaman yang mempunyai gugus ortodihidroksi atau
hidroksikarbonil dalam molekulnya, misalnya flavonoid, antosianin, tanin dan senyawa fenol
lain.
Untuk menghasilkan efisiensi ekstraksi yang lebih baik, cara ekstraksi maserasi dapat
dimodifikasi dengan berbagai cara antara lain dengan menambahkan pemanasan lemah,
membagi pelarut menjadi beberapa bagian, menggunakan mesin pengaduk yang dapat
berputar sesuai waktu yang diinginkan, atau dengan menggunakan miscela maserasi awal
untuk maserasi berikutnya. Modifikasi maserasi yang dapat dilakukan yaitu digesti, maserasi
dengan mesin pengaduk, remaserasi, maserasi melingkar dan maserasi melingkar
bertingkat.

1. Digesti
Digesti adalah cara maserasi dengan menggunakan pemanasan lemah, yaitu pada
suhu 40 – 50 C. Cara maserasi ini hanya dapat dilakukan untuk simplisia yang zat aktifnya
tahan terhadap pemanasan. Dengan pemanasan akan diperoleh keuntungan antara lain
kekentalan pelarut berkurang, yang dapat mengakibatkan berkurangnya lapisan-lapisan
batas, daya melarutkan cairan penyari akan meningkat (kelarutan zat dalam serbuk simplisia
akan bertambah dengan adanya pemanasan), kenaikan suhu akan berpengaruh pada
kecepatan difusi. Umumnya kelarutan zat aktif akan meningkat bila suhu dinaikkan. Jika
cairan penyari yang digunakan mudah menguap pada suhu yang digunakan, maka perlu
dilengkapi dengan pendingin balik, sehingga cairan penyari yang menguap akan kembali ke
dalam bejana maserasi.

Gambar : Skema Alat Digesti. A. Pendingin balik (kondensor), B. Gabus


penutup, C. Panci digesti, E. Sumber panas. (Anonim, 1986)

3
2. Maserasi dengan mesin pengaduk
Maserasi dengan pengadukan merupakan salah satu modifikasi maserasi dengan
menggunakan bejana maserasi yang dilengkapi dengan alat pengaduk mekanik yang dapat
digerakkan secara kontinyu. Hal ini diharapkan mempertahankan derajat perbedaan
konsentrasi dan memperkecil tebal lapisan difusi, sehingga proses penarikan rafinat lebih
efisien. Penggunaan mesin pengaduk yang berputar terus – menerus dapat mempersingkat
waktu proses maserasi menjadi 6 sampai 24 jam dengan hasil ekstraksi yang sama baiknya
dibandingkan maserasi 5 hari sesekali diaduk.

3. Remaserasi
Remaserasi merupakan modifikasi maserasi dengan membagi cairan penyari menjadi
beberapa bagi. Dengan memanfaatkan prinsip ekstraksi bertahap akan menghasilkan linarut
lebih banyak dibandingkan ekstraksi satu kali pada jumlah cairan penyari yang sama. Prinsip
kerja remaserasi yaitu cairan penyari dibagi 2 atau lebih, kemudian seluruh serbuk simplisia
dimaserasi dengan cairan penyari pertama, sesudah diendap tuangkan dan diperas, ampas
dimaserasi lagi dengan cairan penyari yang kedua dan seterusnya.

4. Maserasi melingkar
Maserasi melingkar merupakan modifikasi maserasi dengan menggunakan miscela
hasil maserasi untuk penyarian selanjutnya. Kekurangan cara maserasi biasa adalah bahwa
cairan penyari hanya diam di tempat, dengan maserasi melingkar mengusahakan agar cairan
penyari selalu bergerak dan menyebar. Dengan cara ini penyari selalu mengalir kembali
secara berkesinambungan melalui serbuk simplisia dan melarutkan zat aktifnya.

Gambar : Skema alat maserasi melingkar. A. Bejana penyari, B. Pipa


penghubung, C. Pompa, D. Alat penyembur, E. Saringan,
dan F. Serbuk simplisia. (Anonim, 1986).

4
Prinsip kerja alat maserasi melingkar yaitu:
a) Cairan penyari dipompa dari bawah bejana penyari (A) melalui pipa penghubung (B),
masuk ke bejana penyari.
b) Cairan penyari oleh alat penyembur (D) disemburkan ke permukaan serbuk simplisia (F).
c) Dengan cara ini diharapkan cairan penyari akan membasahi seluruh butir serbuk yang
disari Cairan penyari akan turun ke bawah sambil melarutkan zat aktifnya.
d) Saringan (E) berfungsi untuk menghalangi serbuk simplisia turun ke bawah. Cairan
penyari kemudian dipompa kembali ke bejana penyari. Proses tersebut dilakukan
berulang-ulang, sehingga cairan penyari jenuh terhadap zat aktif.

Keuntungan maserasi melingkar dibandingkan maserasi biasa antara lain bahwa


adanya aliran cairan penyari mengurangi lapisan batas (tebal lapisan difusi), cairan penyari
akan didistribusikan secara seragam, sehingga akan memperkecil kepekatan setempat.
Namun maserasi melingkar pada akhirnya akan menciptakan kejenuhan sebelum seluruh
linarut di salam serbuk simplisia tersari. Hal ini dapat di perbaiki denga cara maserasi
melingkar bertingkat.

5. Maserasi melingkar bertingkat


Maserasi melingkar bertingkat merupakan modifikasi dari maserasi melingkar,
dimana penyarian dilakukan dengan menggunakan hasil maserasi sebelumnya, hingga
maksimal menyari linarut dari serbuk simplisia dan miscela telah optimal mengekstraksi dan
masuk ke dalam tangki miscela. Pada maserasi melingkar penyarian tidak dapat
dilaksanakan secara sempurna, karena ekstraksi akan berhenti bila tercapai kejenuhan atau
kesetimbangan, padahal di dalam serbuk simplisia masih terdapat linarut yang dapat
diekstraksi. Hal ini dapat diperbaiki dengan menambahkan beberapa bejana maserasi
sehingga menjadi maserasi melingkar bertingkat.
Maserasi melingkar bertingkat peralatannya hampir sama dengan maserasi
melingkar. Bejana penyari (A) dihubungkan dengan pompa (C) dan bejana penampung (E)
melalui pipa-pipa penghubung (B) dan klep-klep. Bejana penampung (E) jumlahnya
disesuaikan dengan keperluan dalam setiap bets pembuatan ekstrak. Dalam contoh ini
digunakan 3 buah bejana dengan asumsi bahwa 3 kali diekstraksi, maka serbuk simplisia
akan menjadi ampas.

5
Gambar : Skema alat maserasi melingkar bertingkat. A. Bejana penyari, B. Pipa
penghubung, C. Pompa, D. Alat penyembur, dan E1 – E3 Bejana penampung. (Anonim, 1986)

Cara kerja maserasi melingkar bertingkat yaitu:


1. Bejana penyari (A) diisi dengan serbuk simplisia yang akan disari, kemudian
ditambahkan cairan penyari dan dialirkan seperti pada proses maserasi melingkar. Sari
dialirkan ke bejana penampung pertama (E1).
2. Bejana penyari (A) diisi kembali dengan cairan penyari dan dialirkan. Sari dialirkan ke
bejana penampung kedua (E2).
3. Bejana penyari (A) diisi kembali dengan cairan penyari dan dialirkan. Sari dialirkan ke
bejana penampung keliga (E3).
4. Serbuk simplisia pertama selelah dilakukan penyarian beberapa kali (disini untuk ke tiga
kali) dianggap sudah menjadi ampas. Ampas dibuang. Bejana penyari (A) diisi kembali
dengan serbuk simplisia yang baru.
5. Hasil penyari pada bejana penampung pertama (EI ) dialirkan kedalam bejana penyari.
Sari dialirkan ke bejana penampung lainnya (E4) untuk diuapkan.
6. Bejana penyari (A) diisi kembali dengan hasil penyarian pada bejana penampung kedua
(E2) kemudian dialirkan. Sari dialirkan ke dalam bejana penampung pertama (E1).
7. Bejana penyari (A) diisi kembali dengan hasil penyarian pada bejana penampung ketiga
(E3), kemudian dialirkan. Sari dialirkan ke dalam bejana penampung kedua (E2).
8. Bejana penyari (A) diisi kembali dengan cairan penyari baru, kemudian dialirkan. Sari
dialirkan ke dalam bejana penampung ketiga (E3).
9. Serbuk simplisia kedua dianggap sudah tersari sempurna. Ampas dibuang, kemudian
diganti dengan serbuk simplisia ketiga. Ulangi proses seperti diatas dimulai dari proses
no 4.

Pada proses ini tiap bets pembuatan ekstrak, serbuk simplisia disari 3x sejumlah
cairan penyari yang telah ditentukan setiap kali penyarian. Pada bejana penampung E 1
berisi sari yang paling pekat dan pada bejana penampung E 3 berisi sari yang paling encer.
Bejana E1 walaupun pada hakekeatnya telah berisi miscela yang siap diuapkan, namun
sebelum dialirkan ke tangki miscela di gunakan terlebih dahulu untuk menyari simplisia
baru. Sehingga diharapkan akan memiliki kepekatan yang paling maksimal sebelum di
alirkan ke tangki miscela. Demikian juga dengan serbuk simplisia, sebelum sebelum

6
dikeluarkan dari bejana maserasi, dilakukan ekstraksi dengan cairan penyari baru. dengan
ini diharapkan agar menarik linarut secar maksimal sebelum ampasnya dibuang.
Maserasi melingkar bertingkat juga membuktikan bahwa penyarian yang dilakukan
berulang-ulang (ekstraksi bertahap) akan mendapatkan hasil yang lebih baik daripada yang
dilakukan sekali dengan jumlah pelarut yang sama. Maserasi melingkar bertingkat
digunakan secara luas di Industri pembuatan ekstrak karena menghasilkan mutu ekstrak
dengan kandungan senyawa aktif yang paling optimal. Jumlah serbuk simplisia dan pelarut
dalam sekali bets produksi ditentukan dari hasil skala percobaan, sehigga pada saat produksi
sudah pasti dalam satu siklus maserasi melingkar membutuhkan berapa Kg serbuk simplisia
dan berapa liter cairan penyari hingga seluruh serbuk dan cairan penyari dalam satu bets
habis digunakan. Miscela yang dihasilkan dari proses maserasi melingkar bertingkat
kemudian dilakukan proses penguapan (solven recovery system) untuk mengentalkan
ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut.

B. PERKOLASI

Apakah Anda masih ingat cara ekstraksi maserasi melingkar? Mengapa bila terdapat
aliran cairan penyari dapat memperbaiki hasil ekstraksi?. Silahkan Anda baca kembali topik
mengenai Ekstraksi pada Bab 1. Tentang hal-hal yang mempengaruhi kecepatan ekstraksi.
Perkolasi secara prinsip mirip dengan maserasi melingkar, yaitu terdapat aliran
miscela dalam proses ekstraksinya. Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan
mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi
yaitu menempatkan serbuk simplisia dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori, kemudian Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk
tersebut. Cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai mencapai
keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan
di atasnya, dikurangi dengan daya kapiler yang cenderung untuk menahan. Kekuatan yang
berperan pada proses perkolasi antara lain gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan
permukaan, difusi, Osmosa, daya kapiler dan daya gesekan (friksi)
Adanya aliran cairan penyari pada perkolasi ini menyebabkan cara ekstraksi perkolasi
lebih baik dibandingkan maserasi biasa. Aliran cairan penyari menyebabkan adanya
pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga
meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi. Derajat perbedaan konsentrasi perlu
dipertahankan selama proses penyearian untuk terjadinya laju difusi rafinat ke lingkungan
pelarut. Selain itu aliran ini juga menyebabkan berkurangnya lapisan batas (tebal lapisan
difusi) sehingga meningkatkan kecepatan ekstraksi.
Pada prinsipnya ada beberapa bentuk perkolator yang dapat digunakan dalam
perkolasi yaitu tabung, paruh dan corong. Pemilihan perkolator tergantung pada jenis
serbuk simplisia yang akan disari. Serbuk yang mengandung sejumlah besar zat aktif yang
larut, tidak baik bila diperkolasi dengan alat perkolasi yang sempit, karena perkolat akan
segera menjadi pekat dan berhenti mengalir. Ukuran perkolator yang digunakan harus
dipilih sesuai dengan jumlah bahan yang akan disari. Jumlah bahan yang disari tidak lebih
dari 2/3 tinggi perkolator.

7
Gambar : Bentuk-bentuk perkolator. A.Tabung, B. Paruh, dan C. Corong.
(Anonim, 1986).
Pada gambar 9 terdapat 3 perkolator dengan tinggi sama tetapi bentuknya berbeda.
Ketiga perkolator berisi serbuk simplisia dengan jumlah yang sama. Perbedaan ukuran dapat
dilihat pada tinggi serbuk yang ada dalam perkolator tersebut. Sesuai dengan uraian di atas,
maka perkolator berbentuk tabung, biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak cair;
bentuk paruh biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak atau tingtur dengan kadar
tinggi dan bentuk corong, biasanya digunakan untuk pembuatan ekstrak atau tingtur
dengan kadar rendah.
Dalam praktek skala percobaan laboratorium, alat perkolator terdiri dari, tabung
perkolator, botol cairan penyari, keran perkolator, selang perkolator, tutup karet, kerikil,
dan wadah penampung perkolat.

Gambar
PERKOLATOR
A = perkolator
B = botol cairan penyari
C = keran
D = tutup karet
E = Gabus bertoreh
F = sarangan
G = botol perkolat

Gambar : Alat perkolator dan bagian-bagiannya. A. Perkolator, B. Botol cairan


penyari (jika ada), C. Keran, D. Tutup karet, E. Gabus bertoreh, F.
Sarangan/kerikil, G. Botol perkolat. (Anonim, 1986)

Perkolasi biasanya digunakan untuk membuat tingtur. Jika tidak dinyatakan lain
perkolasi dilakukan dengan cara sebagai berikut:

8
1. Basahi 10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok
dengan 2,5 – 5 bagian cairan penyari.
2. masukkan ke dalam bejana tertutup sekurang – kurangnya selama 3 jam.
3. Pindahkan massa sedikit demi sedikit ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati –
hati
4. Tuangkan cairan penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan diatas simplisia
masih terdapat selapis cairan penyari
5. Tutup perkolator dan biarkan selama 24 jam
6. Biarkan cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit
7. Tambahkan berulang – ulang cairan penyari secukupnya sehingga selalu terdapat
selapis cairan penyari di atas simplisia hingga diperoleh 80 bagian perkolat.
8. Peras massa, campurkan cairan perasan ke dalam perkolat, tambahkan cairan penyari
secukupnya hingga diperoleh 100 bagian.
9. Pindahkan ke dalam bejana, tutup, biarkan selama 2 hari di tempat sejuk, terlindung
dari cahaya. Endap tuangkan atau saring.
10. Jika dalam monografi tertera penetapan kadar, setelah diperoleh 80 bagian perkolat,
tetapkan kadarnya, atur kadar hingga memenuhi syarat, jika perlu encerkan dengan
cairan penyari secukupnya.

Sebelum serbuk simplisia di masukkan ke dalam perkolator, terlebih dahulu dibasahi


dengan cairan penyari. Apakah Anda masih ingat fungsi pembahasan dalam tahapan
ekstraksi? Silahkan baca kembali Topik Ekstraksi pada Bab.1 tentang fungsi pembasahan.
Serbuk simplisia yang akan diperkolasi tidak langsung dimasukkan ke dalam bejana
perkolator, tetapi perlu dibasahi terlebih dahulu dengan cairan penyari. Hal ini penting
terutama untuk serbuk simplisia yang mengandung bahan yang mudah mengembang bila
terkena air, misalnya serbuk rimpang tanaman suku Zingiberaceae. Bila serbuk simplisia
tersebut langsung dialiri dengan cairan penyari maka cairan penyari tidak dapat menembus
keseluruh sel dengan sempurna. Fungsi pembasahan adalah memberi kesempatan kepada
cairan penyari untuk masuk ke dalam sel dan mempermudah penyarian selanjutnya.
Sebelum serbuk yang telah dimaserasi itu dimasukkan ke dalam perkolator, bagian
leher perkolator diberi kapas, gabus bertoreh atau dengan cara lain. Kapas atau gabus harus
dijaga jangan sampai basah oleh air, kecuali bila cairan penyari mengandung air. Hal
tersebut perlu diperhatikan terutama bila serbuk simplisia mengandung damar. Perkolat
yang mengandung damar akan mengendap, karena adanya air dalam kapas atau gabus
tersebut. Endapan tersebut akan menghalangi aliran perkolat berikutnya.
Bila proses perkolasi menggunakan gabus sebaiknya di atasnya diberi kertas saring
dengan diameter lebih besar dari gabusnya. Pinggir kertas saring digunting teratur seperti
pada gambar halaman 10. Pengguntingan tersebut bertujuan agar kertas saring dapat
menempel pada dinding perkolator.

9
Gambar : Perlengkapan perkolator. A. Gabus, B. Kertas saring yang
pinggirnya digunting, C. penekan serbuk. (Anonim, 1986)

Setelah maserasi, massa dimasukkan ke dalam perkolator. Pemindahan dilakukan


sedikit demi sedikit sambil tiap kali ditekan. Penekanan ini merupakan salah satu usaha
untuk mengatur kecepatan pengaliran cairan penyari. Bila ada kekhawatiran bahwa aliran
cairan penyari terlalu cepat, hingga zat aktif tidak tersari sempurna maka penekanan dapat
dilakukan dengan agak kuat. Sebaliknya bila Perkolat tidak dapat menetes berarti massa
terlalu padat atau serbuk simplisia terlalu halus. Bila hal ini terjadi, isi perkolator harus
dibongkar, dan kemudian dimasukkan kembali dengan penekanan yang agak longgar. Bila
diperlukan dapat dibantu dengan mencampur sejumlah kerikil yang telah dibersihkan pada
massa tersebut.
Setelah serbuk yang telah dimaserasi itu dimasukkan ke dalam perkolator, kemudian
ditutup dengan kertas saring. Kertas saring memiliki garis tengah lebih besar dari pada garis
tengah bejana perkolator. pada pinggir kertas saring digunting beraturan, agar dapat
menempel pada dinding perkolator. Di atas kertas saring tersebut diberi pemberat kerikil,
kaca atau bahan inert lainnya, untuk mencegah agar kertas saring tidak terangkat keatas
pada saat dituangi cairan penyari. Cairan penyari dituangkan perlahan-lahan hingga di atas
permukaan massa masih tergenang dengan cairan penyari. Cairan penyari harus selalu
ditambahkan sehingga terjaga adanya lapisan cairan penyari di atas permukaan massa.
Untuk memudahkan penambahan cairan penyari diatas perkolator dipasang botol cairan
penyari. Karena penetes cairan penyari diatur sehingga kecepatan menetes cairan penyari
sama dengan kecepatan menetes sari.
Setelah massa didiamkan 24 jam dalam perkolator, keran dibuka. Keran diatur
sehingga kecepatan menetes 1 ml tiap menit atau setiap 1 detik 3 tetesan. Jika penetesan
terlalu cepat, penyarian tidak sempurna, sebaliknya jika terlalu lambat akan membuang
waktu dan kemungkinan menguap lebih besar. Beberapa istilah yang digunakan untuk
menyatakan kecepatan mengalir adalah: lambat untuk kecepatan menetes 1 ml tiap menit;
sedang untuk kecepatan antara 1 ml sampai 3 ml tiap menit dan cepat untuk kecepatan
antara 3 ml sampai 5 ml tiap menit.
Perkolasi yang dilakukan untuk mengekstraksi sebanyak-banyaknya linarut
dihentikan apabila pemeriksaan kualitatif terhadap zat linarut pada tetesan terakhir telah
negatif. Misalnya pernyarian kulit kina, pule pandak, kulit pule, perkolat dihentikan bila

10
reaksi alkaloid sudah negatif. Untuk simplisia yang mengandung tanin seperti jenitri dan teh
ditentukan dengan reaksi terhadap tanin. Untuk serbuk simplisia yang belum diketahui zat
aktifnya dapat dilakukan penentuan dengan cara organoleptis seperti warna miscela.
Apabila warnanya telah menyerupai pelarut maka perkolasi dapat dihentikan. Namun dalam
prakteknya, perkolasi lebih sering digunakan untuk membuat tingtur dan ekstrak kental
dengan prosedur yang telah ditentukan sesuai dengan mutu ekstrak yang diinginkan. Hasil
perkolat atau miscela yang diperoleh diuapkan hingga diperoleh ekstrak kental.
Ekstraksi secara perkolasi dapat dimodifikasi dengan membagi serbuk simplisia
menjadi beberapa bagian atau menggunakan miscela hasil perkolasi untuk ekstraksi
berikutnya. Modifikasi perkolasi yang dapat dilakukan yaitu reperkolasi dan perkolasi
bertingkat.

1. Reperkolasi
Reperkolasi merupakan modifikasi perkolasi dengan cara membagi serbuk simplisia
menjadi beberapa bagian. Simplisia pertama di ekstraksi dengan cairan penyari hingga
menghasilkan perkolat. Serbuk simplisia kedua diektraksi dengan perkolat hasil ekstraksi
pertama. Demikian seterusnya hingga seluruh serbuk simplisia selesai diekstraksi dan
miscela yang dihasilkan berada pada tingkat kepekatan ekstrak yang tinggi dan
memungkinkan untuk tidak perlu dilakukan pemekatan dengan cara penguapan atau
penguapan hanya dilakukan sebentar saja karna miscela sudah pekat.
Reperkolasi dilakukan dengan cara membagi serbuk simplisia dalam beberapa
perkolator, atau bila perkolator hanya satu, tiap kali perlu dilakukan penggantian serbuk
simplisia baru apabila perkolasi telah dilakukan. Hasil perkolator pertama dipisahkan
menjadi perkolat I dan digunakan sebagai cairan penyari untuk penyarian simplisia baru
pada ekstraksi selanjutnya di perkolator kedua. Hasil ekstraksi dari perkolator dua ini
dipisahkan menjadi perkolat II dan digunakan sebagai cairan penyarian simplisia baru pada
ekstraksi selanjutnya di perkolator ketiga. Proses ekstraksi ini diulang hingga seluruh serbuk
simplisia selesai diekstraksi dan perkolat (miscela) yang dihasilkan berada pada kepekatan
yang diinginkan. Reperkolasi ini cocok untuk menyari serbuk simplisia yang banyak
mengandung minyak atsiri karna pemekatan ekstrak dapat tidak perlu melalui proses
penguapan, sehingga meminimalisir kehilangan minyak atsiri yang sering terjadi dalam
proses pemekatan melalui penguapan ekstrak.

2. Perkolasi bertingkat
Proses reperkolasi dapat disempurnakan dengan cara perkolasi bertingkat. Apabila
reperkolasi harus menunggu selesai satu proses ekstraksi untuk menghasilkan
miscela/perkolat untuk digunakan pada penyarian selanjutnya, maka pada perkolasi
bertingkat, dapat menunggu selesai atau perkolat langsung dialirkan kepada perkolator
selanjutnya yang berisi serbuk simplisia, sehingga setiap perkolator saling berhubungan.
Kelemahan proses perkolasi biasa yaitu perkolat yang dihasilkan tidak dalam kadar yang
maksimal, karena kepekatan miscela tidak sama, hanya perkolat awal yang pekat dan pada
tetesan terakhir encer. Untuk memperbaikinya dapat dilakukan cara perkolasi bertingkat.

11
Prinsip perkolasi bertingkat yaitu serbuk simplisia yang hampir tersari sempurna,
sebelum dibuang disari dengan cairan penyari yang baru, diharapkan agar serbuk simplisia
tersebut dapat disari sempurna, sebaliknya serbuk simplisia yang baru disari dengan
perkolat yang hampir jenuh, sehingga diperoleh perkolat akhir yang jenuh.
Untuk memperoleh cara perkolasi yang tepat untuk tiap jenis simplisia pada suatu
bets produksi, perlu dilakukan percobaan pendahuluan sebelum pembuatan ekstrak skala
besar. Percobaan pendahuluan dilakukan untuk didapatkan prosedur baku pembuatan
ekstrak untuk skala besar, oleh karena itu dalam skala percobaan dilakukan sedemikian rupa
sehingga dapat ditetapkan jumlah perkolator yang diperlukan, bobot serbuk simplisia untuk
tiap kali perkolasi, jenis cairan penyari, jumlah cairan penyari untuk tiap kali perkolasi,
besarnya tetesan dan lain – lain.
Dalam perkolasi bertingkat, alat perkolator harus dapat diatur sedemikian rupa
sehingga perkolat dari suatu perkolator dapat dialirkan ke perkolator lainnya dan ampas
dapat dengan mudah dikeluarkan. Perkolator diatur dalam suatu deretan dan tiap
perkolator berlaku sebagai perkolator pertama. Dalam hal ini dijelaskan tentang perkolasi
bertingkat menggunakan 3 perkolator, yaitu perkolator A, B dan C dimana masing-masing
dapat diisi serbuk simplisia dan saling mengalirkan hasil perkolatnya. Misalnya perkolasi
telah dilakukan 2 kali pada perkolator A dan B, dan perkolasi selesai jika telah 3 kali ekstraksi
selanjutnya masuk ke tangki miscela.
Pada perkolator A dilakukan proses ekstraksi, dan hasil perkolatnyanya digunakan
untuk perkolator B. Kemudian dimasukkan serbuk simplisia baru ke perkolator C dan
perkolat B digunakan untuk menyari simplisia baru dalam perkolator C. Proses selanjutnya
digambarkan dengan skema sebagai berikut :

Gambar : Skema perkolasi bertingkat. Proses I dan II. (Anonim, 1986)

12
Perhatikan Angka 1-4 yang menggambarkan proses bersambungan yang terjadi pada
perkolator A, B dan C. Angka romawi I dan II menandakan proses I dan proses selanjutnya
(II). Setelah perkolator A dan B masing-masing sudah 1 kali ekstraksi, selanjutnya proses di
perkolator C sebagai berikut :
- Proses I. (1). Isikan bahan obat baru ke dalam C. (2). Pindahkan perkolat B ke C. (3)
Pindahkan perkolat dari A ke B. (4). Tambahkan cairan baru ke A
- Proses II. (1) Pindahkan hasil perkolat dari C ke tangki penampung miscela.
(2).Pindahkan perkolat dari B ke C. (3). Pindahkan perkolat dari A ke B. (4). Buanglah
bahan obat yang telah terekstraksi dari A

Gambar : Skema perkolasi bertingkat. Proses III dan IV. (Anonim, 1986)

- Proses III. (1) Isikan bahan obat baru ke A. (2). Pindahkan perkolat dari C ke A. (3).
Pindahkan perkolat dari B ke C. (4). Tambahkan cairan baru ke B
- Proses IV. (1). Pindahkan hasil perkolat dari A ke tangki penampung miscela. (2).
Pindahkan perkolat dari C ke A. (3). Pindahkan perkolat dari B ke C. (4). Buanglah bahan
obat yang telah terekstraksi dari B

13
Gambar : Skema perkolasi bertingkat. Proses V dan VI. (Anonim, 1986)

- Proses V. (1). Isikan bahan obat baru ke B. (2). Pindahkan perkolat dari A ke B. (3).
Pindahkan perkolat dari C ke A. (4). Tambahkan cairan baru ke C
- Proses VI. (1). Pindahkan hasil perkolat dari B ke tangki penampung miscela.
(2).Pindahkan perkolat dari A ke B. (3).Pindahkan perkolat dari C ke A. (4). Buanglah
bahan obat yang telah terekstraksi dari C

Berdasarkan penjelasan tersebut apakah Anda terbayang cara pembuatan ekstrak


dengan perkolasi bertingkat di industri ekstrak bahan alam? Prinsip perkolasi bertingkat
pada proses tersebut adalah, perkolat/miscela setelah mengekstraksi 3x serbuk simplisia
dianggap telah pekat maksimal dan masuk ke tangki miscela. Sebuk simplisia baru disari
dengan miscela yang paling pekat, sebaliknya ampas simplisia sebelum dibuang/dikeluarkan
dari perkolator diekstraksi dengan cairan penyari yang baru. Dengan demikian diiharapkan
proses ekstraksi berlangsung secara maksimal dan tercapai efisiensi ekstraksi. Sesuai dengan
prinsip ekstraksi yaitu menyari linarut sebanyak-banyaknya dan secepat-cepatnya.

Latihan

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai topic di atas, kerjakanlah latihan berikut!
1) Jelaskan prinsip ekstraksi maserasi dan perkolasi?
2) Sebutkan dan jelaskan modifikasi maserasi!
3) Jelaskan fungsi pengadukan pada maserasi!
4) Gambarkan alat perkolasi skala laboratorium dan jelaskan bagian-bagiannya!
5) Bagaimana cara menetukan akhir perkolasi untuk zat aktif yang telah diketahui maupun
belum diketahui!
6) Jelaskan persamaan antara maserasi melingkar bertingkat dan perkolasi bertingkat!

14
Tugas :
Mencari jurnal penelitian yang menggunakan maserasi dalam pembuatan ekstraknya,
kemudian tuliskan judul penelitian tersebut pada kolom berikut, dan sebutkan cara dan
lamanya maserasi yang dilakukan.

Cara/Lamanya maserasi Judul Penelitian

15

Anda mungkin juga menyukai