Anda di halaman 1dari 18

TUGAS BIOLOGI

KEANEKARAGAMAN HAYATI

DISUSUN

OLEH :

Araafi Aprialdi

Kelas : X.1

Guru Pembimbing : DRA. Ahdah

TAHUN AJARAN 2023/2024

SMA NEGERI 1 BENGKALIS


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa karena penyusun dapat
menyelesaikan laporan hasil observasi ini pada waktu yang tepat. Dengan laporan hasil
observasi yang berjudul “Keanekaragaman Hayati” pada kesempatan ini penyusun ingin
mengucapkan terima kasih kepada guru bimbingan penyusun yaitu bu DRA. Ahdah
yang telah memberikan tugas laporan hasil observasi ini dan penyusun juga
mengucapkan terima kasih kepada pembaca yang telah membaca laporan hasil
observasi ini.

Mungkin dalam pembuatan laporan hasil observasi memiliki kesalahan yang


belum saya ketahui. Oleh karena itu, jika ada kesalahan saya mohon maaf dan mohon
saran dan kritik atas kesalahan saya tersebut.

Bengkalis, 28 September 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ............................................................................................ 1


1.2. Tujuan ......................................................................................................... 1
1.3. Manfaat ....................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Keanekaragaman Hayati ........................................................... 3

2.2. Tipe Ekosistem ............................................................................................ 5

2.3. Menghilangnya Keanekaragaman Hayati ................................................... 9

2.4. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati ................................................ 10

2.5. Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati ................................................ 10

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan ................................................................................................. 13

3.2. Saran ............................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Keanekaragaman Hayati adalah topik yang sedikit menarik bagi Penyusun,


dikarenakan ada banyak hal yang mencakup Keanekaragaman Hayati seperti ekosistem,
individu, spesies, populasi, komunitas, daur hidup makhluk hidup, hewan yang hampir
punah, hewan-hewan langka, pelestariannya, dan masih banyak lagi yang berkaitan
dengan makhluk hidup.

Pada saat ini, pengetahuan masyarakat akan Keanekaragaman hayati sangat kurang,
masyarakat hanya menganggap Keanekaragaman Hayati sebagai hal yang kecil yang tak
penting. Akibatnya banyak ekosistem yang tercemar, dan punahnya beberapa jenis
hewan dan tumbuhan, bahkan ketika hewan liar masuk ke pemukiman warga;
masyarakat pun bersatu untuk membunuh hewan tersebut padahal hal itu terjadi karena
habitat dan sumber makanan hewan itu telah dihancurkan oleh manusia itu sendiri.

Maka dari itu, dengan ini Penyusun berharap bisa menambah pengetahuan dan
wawasan pembaca terkait dengan Keanekaragaman Hayati dikarenakan kita hidup
berdampingan dengan makhluk hidup yang lain, dan sebagai makhluk yang diberi
nikmat akal dan kecerdasan oleh Tuhan Yang Maha Esa kita harus tetap menjaga
eksistensi dari hewan dan tumbuhan yang ada agar bisa tetap dilihat dan dinikmati oleh
anak cucu kita di masa depan.

1.2.Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dalam laporan hasil observasi ini adalah :

1. Untuk mengetahui apa itu Keanekaragaman Hayati.


2. Untuk mengetahui sebab terjadinya penurunan Keanekaragaman Hayati.

1
3. Untuk mengetahui bagaimana cara melestarikan dan upaya pelestarian terhadap
Keanekaragaman Hayati.

1.3.Manfaat

Manfaat laporan hasil observasi ini adalah sebagai berikut :

1. Memberi pengetahuan bagi pembaca tentang Keanekaragaman Hayati.


2. Memberi informasi tentang sebab terjadinya penurunan Keanekaragaman
Hayati.
3. Menambah pengetahuan tentang bagaimana cara dan upaya pelestarian
Keanekaragaman Hayati.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman berarti sesuatu yang berbeda-beda, baik dari segi rupa, bentuk,
tekstur ukuran, maupun jumlah. Dan Hayati berasal dari sesuatu yang hidup, dan
Keanekaragaman Hayati bisa dikatakan keberagaman setiap makhluk hidup yang bisa
terjadi akibat ada nya perbedaan mulai dari perbedaaan bentuk, perbeddaan ukuran,
perbedaan rupa, warna, jumlah, dan sifat-sifatnya.

Keanekaragaman Hayati juga lebih dikenal dengan Biodiversitas (biodiversity),


biodiversitas (biodiversity) adalah variasi dan variabilitas kehidupan di bumi yang
hidup pada tiga tingkatan, yaitu tingkatan gen, spesies, dan ekosistem.. Berdasarkan
pengertiannya dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu keanekaragaman gen
(genetik), keanekaragaman spesies (jenis), dan keanekaragaman ekosistem.

1.Keanekaragaman Gen

Keanekaragaman Gen adalah variasi gen yang terjadi dalam suatu jenis atau
spesies makhluk hidup. Contohnya buat durian (Durio zibethinus) ada yang berkulit
tebal, berkulit tipis, berdaging buah tebal, berdaging buah tipis, bebiji besar, dan berbiji
kecil.

Keanekaragaman sifat genetik pada suatu organisme dikendalikan oleh gen-gen yang
terdapat didalam kromosom yang dimilikinya. Kromosom tersebut diperoleh dari kedua
induknya melalui pewarisan sifat, namun ekspresi gen juga dipengaruhi oleh lingkungan
hidup. Contohnya bibit yang diambil dari batang induk manga yang memiliki sifat
genetik berbuah besar, kemungkinan tidak meghasilkan buah manga berukuran besar
seperti sifat genetik induknya jika ditanam pada lingkungan yang berbeda.

Peningkatan keanekaragaman gen dapat terjadi melalui hibridisasi (perkawinan


silang) antara organisme satu spesies yang berbeda sifat atau melalui proses

3
domestikasi (budidaya hewan atau tumbuhan liar oleh manusia). Contohnya adalah
hibriddisassi tanaman anggrek untuk mendapatkan bunga anggrek dengan warna yang
beraneka ragam.

Dengan hiridisasi, akan diperoleh sifat genetik baru dari organisme-organisme pada
satu spesies. Keanekaragaman gen pada organisme dalam satu spesies disebut varietas
atau ras.

2.Keanekaragaman Jenis (Spesies)

Keanekaragaman Jenis (spesies) adalah perbedaan yang dapat ditemukan pada


komunitas atau kelompok berbagai spesies yang hidup di suatu tempat. Contohnya di
suatu halaman, terdapat pohon mangga, kelapa, jeruk, bunga melati, bunga cempaka,
jahe, kunyit, burung, kumbang, kupu-kupu, dan cacing. Keanekaragaman jenis yang
lebih tinggi umumnya ditemukan di tempat yang jauh dari kehidupan manusia, misalnya
di hutan. Di hutan, terdapat jenis hewan dan tumbuhan yang lebih banyak dibanding
sawah atau di kebun. Ada beberapa jenis organisme yang memiliki ciri fisik yang hampir
sama, misalnya tumbuhan kelompok palem (Palmae) seperti kelapa, pinang, aren, dan
sawit yang memiliki daun seperti pita. Namun, tumbuhan-tumbuhan tersebut merupakan
spesies yang berbeda. Kelapa memiliki nama spesies Cocos nucifera, pinang bernama
Areca Catechu, aren bernama Arenga pinnata, dan sawit bernama Elaeis guineensis.

3.Keanekaragaman Ekosistem

Ekosistem terbentuk karena berbagai kelompok spesies menyesuaikan diri dengan


lingkungannya, kemudian terjadi hubungan yang saling memengaruhi antara satu
spesies dan spesies lain serta antara spesies dan lingkungan abiotik tempat hidupnya,
misalnya suhu, udara, air, tanah, kelembapan, cahaya matahari, dan mineral. Ekosistem
bervariasi sesuai spesies pembentuknya, ekosistem alami antara lain hutan, rawa,
terumbu karang, laut dalam, padang lamun (antara terumbu karang dan mangrove,
mangrove, pantai pasir, pantai batu, estuary (muara sungai), danau, sungai, padang
pasir, dan padang rumput. Ada pula ekosistem yang dibuat oleh manusia misalnya
Agroekosistem dalam bentuk sawah, lading, dan kebun. Agroekosistem memiliki

4
keanekaragaman spesies yang lebih rendah dibandingkan dengan ekosistem alamiah
tetapi memiliki keanegaragaman genetik yang lebih tinggi.

Jenis organisme yang menysuun setiap ekosistem berbeda-beda. Ekosistem hutan


hujan tropis, misalnya diisi pohon-pohon tinggi berkanopi (seperti meranti dan
rasamala), rotan, anggrek, paku-pakuan, burung, harimau, monyet, orang, utan, kambing
hutan, ular, rusa, dan berbagai jenis serangga. Pada ekosistem sungai terdapat ikan,
kepiting, udang, ular, dan ganggang air tawar.

Keanekaragaman ekosistem di suatu wilayah ditentukan oleh berbagai faktor, antara


lain posisi tempat berdasarkan garis lintang, ketinggian tempat, iklim, cahaya matahari,
kelembapan, suhu, dan kondisi tanah. Contohnya Indonesia yang merupakan Negara
kepulauan dan terletak dan terletak di khatulistiwa, memiliki sekitar 47 macam
ekosistem di laut maupun di darat.

2.2.Tipe Ekosistem

Ekosistem dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu ekosistem perairan (akuatik) dan
ekosistem darat (terestrial)

1)Ekosistem Perairan (Akuatik)

Ekosistem perairan adalah ekosistem yang komponen hidupnya sebagia bsar terdiri
atas air. Makhluk hidup (komponen biotik) dalam ekosistem perairan dibagi menjadi
beberapa kelompok, yaitu sebagai berikut.

 Plankton terdiri atas fitoplankton dan zooplankton. Organisme ini dapat


bergerak dan berpindah tempat secara pasif karena pengaruh arus air,
misalnya ganggang uniseluler dan Protozoa
 Nekton merupakan organisme yang bergerak aktif (berenang), misalnya ikan
dan katak.

5
 Neuston merupakan organisme yang mengapung di permukaan air, misalnya
serangga air, teratai, eceng gondok, dan ganggang
 Bentos merupakan organisme yang berada di dasar perairan, misalnya
udang, kepiting, cacing, dan ganggang.
 Perifiton merupakan organisme yang melekat pada organisme lain, misalnya
ganggang dan siput

2)Ekosistem Darat

Ekosistem darat meliputi area yang sangat luas dan disebut Bioma. Tipe bioma
sangat dipengaruhi oleh iklim, sedangkan iklim berpengaruh oleh letak geografis garis
lintang dan ketinggian tempat dari permukaan laut.. terdapat tujuh macam bioma di
bumi yaitu hutan hujan tropis, savana, padang rumput, gurun, hutan gugur, taiga, dan
tundra yang dimana nama nama tersebut disesuaikan dengan vegetasi yang dominan.

a. Hutan Hujan Tropis


Hutan hujan tropis terdapat di wilayah khatulistiwa, misalnya di lembah sungai
Amazon, lembah sungai Kongo, Amerika Selatan, dan Asia Tenggara (Indonesia,
Thailand, dan Malaysia).
Hutan hujan tropis memiliki ciri-ciri abiotic sebagai berikut.
 Curah hujan sangat tinggi, antara 200-450 cm/tahun.
 Matahari bersinar sepanjang tahun dengan suhu lingkungan antara 21-30
derajat celcius.

b. Sabana

Sabana (savana) merupakan padanag rumput yang diselingi pohon-pohon. Sabana


terdapat di derah tropis , dengan curah hujan 90-150cm/tahun. Sabana dibedakan
menjadi dua macam yaitu sabana murni (satu jenis pohon) dan sabana campuran
(beberapa jenis pohon). Jenis tumbuhan pembenttuk bioma sabana, yaitu rumput
Eucalyptus, Acacia, dan Corypha utan (gerbang). Sementara itu jenis hewannya antara
lain serangga, rayap, kuda, gajah, kijang, zebra, macam tutul,dan singa.

6
c. Padang Rumput
Padang rumput terdapat di daerah tropis hingga beriklim sedang. Di daerah yang
bercurah hujan tinggi, rumput tumbuh subur hingga tingginya mencapai 3 m, sementara
itu di daerah yang curah hujannya rendah tedapat terdapat rumput yang pendek,
misalnya grama grasses dan buffalo grasses. Hewan yang hidup di padang rumput
misalnya serangga, hewan pengerat, reptil, ular, burung, bison, kanguru, zebra, jerapah,
kijang, serigala, singa, jaguar, dan citah.

d. Gurun
Gurun merupakan padang luas yang tandus karena hujan sangat jarang turun di
daerah tersebut. Contohnya Gurun Gobi di Asia dan Gurun Sahara di Afrika. Ciri-ciri
lingkungan abiotic gurun, antara lain sebagai berikut.
 Curah huan yang sangat rendah; kurang dari 25 cm/tahun.
 Keadaan tanah sangat tandus dan tidak dapat menyimpan air.
 Kecepatan evaporasi (penguapan) sangat tinggi.
 Kelembapan udara sangat rendah
 Suhu lingkungan di beberapa gurun bisa sangat panas, dengan suhu di
siang hari mencapaai 60 derajat celcius, sedangkan malam hari mencapai 0
derajat Celcius.
Tumbuhan gurun tergolong xerofit (tumbuhan yang hidup di habitat kering) dengan
ciri-ciri berakar panjang, menyimpan air (sukulen), dan batang atau daunnya memiliki
lapisan lilin, misalnya kaktus. Selain itu, terdapat pula tumbuhan kurma dan semak
belukar. Hewan yang hidup di gurun antara lain semut ,kalajengking, kadal, ular, tikus,
burung, dan unta.

e. Hutan Gugur
Hutan gugur terdapat di daerah yang mengalami 4 musim (panas, semi, digin, dan
gugur), misalnya di Amerika Serikat bagian timur, Chili, Eropa Barat, dan Asia Timur.

7
Curah hujan di daerah ini merata sepamjang tahun antara 75-100 cm/tahun. Tumbuhan
yang hidup umumnya berdaun lebar, misalnya elm, beech, oak, dam maple.
Pada musim dingin, beberapa hewan hidup di ekosistem hutan gugur mengalami
hibernasi, misalnya hamster, dan kelelawar.. beberapa hewan pemakan biji seperti
marmut leming, menyimpan cadangan makanan di lubang persembunyian. Ada pula
hewan yang membentuk lemak di bawah kulit, misalnya hewan pengerat. Sementara itu
burung-burung melakukan migrasi ke daerah yang lebih hangat.

f. Taiga
Taiga (hutan boreal) terdapat di daerah antara subtropics dan kutub, misalnya
Amerika Utara, Alasska, semenanjung Skandinavia, dan Rusia. Bioma ini juga terdapat
di pegunungan beriklim dingin. Tumbuhan dominan berdaun jarum (konifer) yang
tampak hijau sepanjang tahun, misalnya spruce, birch, alder, juniper, dan cemara.
Hewan yang hidup di ekosistem taiga antara lain moose, ajak, beruang hitam, lynx,
serigala, serangga, dan burung.

g. Tundra
Tundra merupakan bioma paling dingin. Bioma tundra dibedakan atas dua macam,
yaitu tundra arktik dan tundra alpin. Tundra arktik terdapat di daerah kutub utara
(Arktik), Rusia, Siberia, Kanada, dan Finlandia. Tanahnya ditutupi oleh salju yang
mencair di musim panas. Pada musim dingin, tidak ada cahaya matahari yang
berlangsung sekitar Sembilan bulan lamanya.
Matahari baru bersinar di musim panas yang hanya berlangsung sekitar tiga bulan,
vegetasi yang dominan di bioma ini adalah lumut Sphagnum, liken “reindeer”. Selain
itu terdapat pula tumbuhan berbiji dan berukuran pendek dengan masa perkembangan
yang singkat (sekitar dua bulan). Pada musim panas, tumbuhan tersebut segera
menghasilkan bunga dan biji, kemudian mengalami dormansi (tidak aktif) di musim
dingin, misalnya pohon willow dan birch. Hewan-hewan yang hidup di bioma tundra
antara lain caribou, muskox, rubah, dan burung ptarmigan. Tundra alpin terdapat di

8
puncak pegunungan yang tinggi, misalnya di puncak gunung Jaya Wijaya, Papua.
Vegetasi tundra alpin didominasi oleh rumput alang-alang, perdu, lumut daun, dan liken.

2.3.Menghilangnya Keanekaragaman Hayati


Menghilangnya keanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat disebabkan oleh
beberapa factor berikut.
a. Hilangnya Habitat
Hilangnya habitat yang diakibatkan manajemen pertanian dan hutan yang tidak
berkelanjutan menjadi penyebab terbesar hilangnya keanekaragaman hayati.
Bertambahnya jumlah penduduk menyebabkan semakin bertambah pula kebutuhan
yang harus dipenuhi, lahan yang tersedia untuk kehidupan tumbuhan dan hewan
semakin sempit karena digunakan untuk tempat tinggal penduduk, dibabat untuk
digunakan sebagai lahan pertanian, atau dijadikan lahan industri.
b. Pencemaran Tanah, Udara, dan Air
Zat pencemar (polutan) adalah produk buangan yang dihasilkan dari aktivitas
manusia. Polutan tersebut dapat mencemari air, tanah, dan udara. Beberapa polutan
berbahaya bagi organisme. Nitrogen oksida dan sulphur oksida yang dihasilkan dari
kendaran bermotor jika bereaksi dengan air akan membentuk hujan asam yang merusak
ekosistem.
Penggunaan Chlorofluorocarbon (CFC) yang berlebihan menyebabkan lapisan ozon
di atmosfer berlubang. Akibatnya intensitas sinar ultraviolet yang masuk ke bumi
meningkat dan menyebabkan banyak masalah, antara lain berkurangnya biomassa
fitoplankton di lautan yang menyebabkan terganggunya keseimbangan rantai makanan
organisme
c. Perubahan Iklim
Salah satu penyebab perubahan iklim adalah pencemaran udara oleh gas karbon
dioksida (CO2) yang menimbulkan efek rumah kaca, efek rumah kaca meningkatkan
suhu udara 1-3 dejarat Celcius dalam kurun waktu 100 tahun. Kenaikan suhu tersebut
menyebabkan pencairan es di kutub utara dan kenaikan permukaan air laut sekitar 1-2
meter yang berakibat terjadinya perubahan struktur dan fungsi ekosistem lautan.

9
d. Eksploitasi Tanaman dan Hewan
Eksploitasi hewan dan tumbuhan secara besar-besaran biasanya dilakukan terhadap
komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi, misalnya kayu hutan digunakan untuk
bahan bangunan dan ikan tuna sirip kuning yang harganya mahal dan banyak diminati
oleh pecinta makanan laut. Eksploitasi yang berlebihan dapat menyebabkan kepunahan
spesies-spesies tertentu, apalagi jika tidak diimbangi dengan usaha
pengembangbiakannya.
e. Adanya Spesies Pendatang
Masuknya spesies dari luar ke suatu daerah seringkali mendesak spesies local yang
merupakan spesies penting dan langka di daerah tersebut. Beberapa spesies asing
tersebut dapat menjadi spesies invasive yang menguasai ekosistem. Contohnya ikan
pelangi (Melanotaenia ayamaruensis) yang merupakan spesies endemic Danau
Ayamaru, Papua Barat. Ikan pelagi terancam punah karena dimangsa oleh ikan mas
(Cyprinus carpio) yang dibawa dari Jepang dan menjadi spesies invasif di danau
tersebut.
f. Industrialisasi Pertanian dan Hutan
Para petani cenderung menanam tumbuhan atau memelihara hewan yang bersifat
unggul dan menguntungkan, sedangkan tumbuhan dan hewan yang kurang unggul dan
kurang menguntungkan akan disingkirkan. Selain itu suatu lahan pertanian atau hutan
industry umumnya hanya ditanamisatu jenis tanaman (monokultur), misalnya the, karet,
dan kopi. Hal ini dapat menurunkan keanekaragaman hayati tingkat spesies.

2.4.Usaha Pelestarian Keanekaragaman Hayati

Pelestarian keanekaragaman hayati adalah tanggung jawab utama yang harus kita
emban. Keanekaragaman hayati adalah warisan alam yang tak ternilai harganya, yang
memberikan manfaat ekologi, ekonomi, dan sosial bagi kita semua. Setiap individu,
komunitas, pemerintah, dan sektor swasta memiliki peran penting dalam menjaga
keanekaragaman hayati.

10
Pelestarian keanekaragaman hayati terbagi atas 2 bagian yaitu Insitu dan Exsitu, dan
beberapa upaya pelestarian keanekaragaman hayati adalah sebagai berikut.

In Situ
Upaya pelestarian In Situ adalah upaya yang dilakukan langsung di habitat alami
spesies dan ekosistem.
a. Pembentukan dan Pengelolaan Kawasan Konservasi
Pembentukan taman nasional, cagar biosfer, hutan lindung, dan kawasan konservasi
lainnya merupakan langkah penting dalam pelestarian keanekaragaman hayati secara In
Situ.
b. Pengawetan Habitat
Menjaga keaslian dan kualitas habitat alami adalah upaya penting dalam pelestarian
keanekaragaman hayati, ini melibatkan perlindungan kerusakan lingkungan seperti
deforestasi, degradasi lahan, dan penceramaran air. Upaya juga dilakukan untuk
mengendalikan spesies invasive yang dapat mengganggu ekosistem.
c. Program Pemulihan Spesies Terancam
Untuk spesies yang terancam punah, upaya pemulihan spesies dilakukan secara in
situ. Ini melibatkan langlah-langkah seperti pemuliaan dalam lingkungan alami.
Pengawasan dan perlindungan langsung, serta pengaturan program konservasi yang
menyeluruh untuk memperbaiki populasi dan habitat mereka.
d. Rehabilitasi dan Restorasi Ekosistem

Jika habitat alami mengalami kerusakan, upaya restorasi dan rehabilitasi ekosistem
dilakukan. Ini mencakup pengembalian fungsi dan keanekaragaman ekosistem yang
rusak melalui penanaman kembali vegetasi asli, pengendalian erosi, dan pengelolaan
sumber daya alam yang berkelanjutan.

Ex Situ

Upaya pelestarian ex situ adalah upaya yang dilakukan di luar habitat alami spesies
dan ekosistem.

11
a. Konservasi di Kebun Binatang
Kebun binatang memiliki peran penting dalam pelestarian ex situ dengan
menyediakan lingkungan yang aman bagi spesies yang terancam punah, mereka
melakukan program pemuliaan, pemeliharaan populasi captive, dan penelitian untuk
memperkuat populasi spesies yang terancam dan mempertahankan keanekaragaman
genetik.
b. Koleksi di Kebun Raya
Kebun raya menjalankan program koleksi tumbuhan yang melibatkan pengumpulan,
pemeliharaan, dan pemuliaan tanaman langka dan terancam, koleksi tersebut berfungsi
sebagai cadangan genetic untuk keanekaragaman hayati dan sebagai sumber untuk
penelitian ilmiah dan pemulihan habitat alami.
c. Penyimpanan Benih dan Spesimen
Upaya pelestarian ex situ juga melibatkan penyimpanan benih tanaman dari spesies
tumbuhan, hewan, dan mikroba di bank benih dan museum sejarah alam, hal ini
memungkinkan pelestarian keanekaragaman genetic ddan penelitian lebih lanjut pada
speies yang terancam atau punah.
d. Pemulihan Spesies di Pusat Pemuliaan
Pusat pemuliaan merupakan fasilitas yan secara intensif memelihara dan
membiakkan spesies yang terancam punah untuk memperkuat populasi dan
memperbaiki keanekaragaman genetic, teknik-teknik seperrti inseminasi buatan,
penyuapan, dan pemeliharaan terkontrol digunakan untuk memastikan kelangsungan
hidup spesies tersebut.

12
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
a. Menurut Literatur
Keanekaragaman hayati atau Biodiversitas (biodiversity) adalah variasi
organisme yang hidup pada tiga tingkatan yaitu tingkat genetic, spesies, dan ekosistem.
Menghilangnya keanekaragaman hayati di suatu wilayah dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu hilangnya habitat; pencemaran tanah, udara, dan air, perubahan
iklim; eksploitasi tanaman dan hewan secara berlebihan; adanya spesies pendatang;
serta factor industrialisasi pertanian dari hutan.
b. Menurut Penyusun
Keanekaragaman hayati adalah keberagaman makhluk hidup dari genetik, spesies,
dan gabungan beberapa spesies hingga terbentuklah ekosistem yang dimana tiap spesies
memiliki peranannya masing masing dalam kehidupan. Penurunan keanekaragaman
hayati terjadi karena kurangnya pengetahuan dan perhatian serta apresiasi atas eksistensi
akan keanekaragaman hayati yang ada di sekitar kita yang mana hanya dilestarikan dan
dijaga secara apa adanya tanpa ada perhatian lebih. Sebagai manusia yang cerdas kita
diharapkan bisa melestarikan keanekaragaman hayati dengan menerapkan cara insitu
(pelestarian langsung di habitat asli) yaitu dengan melakukan pembentukan dan
pengelolaan kawasan konservasi; pengawetan habitat; program pemulihan spesies
terancam; rehabilitasi dan restorasi ekosistem. Kita juga bisa menerapkan cara exsitu
(pelestarian di luar habitat asli) yaitu dengan melakukan konservasi di kebun binatang;
koleksi di kebun raya; penyimpanan benih dan spesimen; serta pemulihan spesies di
pusat pemuliaan.

3.2.Saran
Adapun beberapasaran yang diajukan oleh penyusun adalah :
1. Bagi peneliti selanjutnya

13
Diharapkan bisa mencari tahu lebih lanjut tentang keanekaragaman hayati dan
upaya-upaya lainnya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan
keanekaragamn hayati yang akan terjadi di masa depan.
2. Bagi pemerintah
Diharapkan dapat menjaga keanekaragaman hayati dan bisa memberi perhatian
lebih terhadap segala keberagaman hayati yang ada agar bisa tetap ada di masa
depan dan sarana pembelajaran bagi masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Aprialdi Araafi. 2021. IPA Biologi. Erlangga.

Jakartahttps://id.m.wikipedia.org/wiki/Keanekaragaman_hayati

https://www.pijarbelajar.id/blog/pelestarian-keanekaragaman-hayati

Anda mungkin juga menyukai