Syifa Makalah Edited
Syifa Makalah Edited
ABSTRAK
Stabilitas lereng daerah Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan aspek yang penting untuk dianalisis disebabkan pada
lereng daerah tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan penambangan serta lereng
dekat dengan pemukiman warga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat kestabilan lereng, untuk mengetahui tipe slope protection
yang efektif dan untuk mencegah terjadinya kelongsoran. Pengolahan data
lapangan menggunakan metode Spencer dan metode Morgenstern-Price yang
diaplikasikan pada software Rocscience Slide V6.0, untuk mengetahui faktor
keamanan lereng. Dalam menentukan nilai faktor keamanan lereng, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi berupa unit weight, kohesi, dan sudut geser
dalam. Berdasarkan metode Spencer, didapatkan nilai faktor keamanan pada
lereng tanah keseluruhan sebesar 2,385, untuk lereng bagian atas bernilai 1,624,
dan untuk lereng bagian bawah bernilai 2,170. Sedangkan, analisis
menggunakan metode Morgenstern-Price didapatkan nilai faktor keamanan pada
lereng tanah keseluruhan sebesar 2,486, untuk lereng bagian atas bernilai 1,624,
dan untuk lereng bagian bawah bernilai 2,300. Pada analisis mekanika batuan,
diperoleh faktor keamanan lereng batuan sebesar 56,978 menggunakan metode
Spencer dan 53,536 menggunakan metode Morgenstern-Price. Berdasarkan nilai
faktor keamanan lereng batuan dan lereng tanah menunjukkan lereng stabil
dengan intensitas longsor jarang terjadi, maka perlu upaya mempertahakan
kestabilan\n lereng dan meningkatkan faktor keamanan lereng.
Kata Kunci: Faktor Keamanan, Longsoran, Morgenstern-Price, Spencer,
Stabilitas Lereng
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis kestabilan lereng diperlukan untuk mengetahui tingkat
kestabilan dari suatu lereng, sehingga dapat dilakukan untuk perencanaan
ataupun penanggulangan terhadap jika sewaktu-waktu terjadi
keruntuhan/longsoran di masa yang akan datang. Stabilitas lereng daerah
Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta
merupakan aspek yang penting untuk dianalisis disebabkan pada lereng
daerah tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan penambangan serta lereng
dekat dengan pemukiman warga.Longsoran merupakan salah satu bencana
alam yang sering terjadi pada lereng- lereng alami maupun buatan, yang
umumnya terjadi pada musim penghujan. Intensitas hujan akan
menyebabkan terjadinya penurunan kuat geser tanah dan sudut geser
dalam. Sambirejo terletak di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman
dengan morfologi perbukitan struktural dengan kelerengan terjal.
Kehadiran struktur pada wilayah ini juga berpengaruh terhadap intensitas
pelapukan yang berhubungan dengan stabilitas suatu lereng. Besar nilai
FK akan dipengaruhi oleh beberapa faktor berupa RQD, RMR, SMR, dan
GSI. Dalam analisa ini diterapkan uji direct shear test dan basic properties
test untuk mekanika tanah. Sedangkan pada mekanika batuan akan
dilakukan metode scanline di lapangan, diikuti pengolahan data klasifikasi
RMR dan SMR.
1.2 Lokasi dan Geologi Daerah Penelitian
S=c+(τ n x tan θ)
Keterangan:
S : Kuat geser tanah (kN/m2)
c : Gaya kohesi tanah
θ : Sudut geser dalam (°)
τn : Tegangan normal (kN/m2)
2.2 Mekanika Batuan
2.2.1 Klasifikasi Massa Batuan
2.2.1.1 RQD
Rock Quality Designation (RQD) menurut Deere (1964)
sebagai suatu pengukuran kualitas batuan secara kuantitatif,
berdasarkan spasi dan frekuensi bidang diskontinuitas. Parameter
RQD diperoleh melalui pengamatan inti bor yang terambil, dengan
mengabaikan inti bor yang memiliki panjang kurang dari 10 cm
dan menunjukkan sisanya sebagai persentase terhadap panjang
pemboran. Namun jika menggunakan sistem scanline. Terlebih
dahulu harus ditentukan frekuensi diskontinuitas atau kekar.
Frekuensi diskontinuitas/kekar merupakan perbandingan antara
jumlah diskontinuitas dalam satu scanline dengan panjang
scanline.Frekuensi diskontinuitas dihitung dengan rumus:
−0.1 λ
RQD=100 e (0.1 λ+1)
Keterangan:
λ : Rasio antara jumlah kekar dengan panjang scanline
(kekar/meter)
2.2.1.2 RMR
Sistem RMR atau Klasifikasi Geomekanik dikembangkan oleh
Bieniawski selama 1972-1973 di Afrika Selatan untuk menilai
stabilitas dan persyaratan dukungan terowongan. Sejak itu telah
berturut-turut disempurnakan dan ditingkatkan karena lebih banyak
sejarah kasus telah diperiksa. Keuntungan dari sistem ini adalah
hanya beberapa parameter dasar yang berkaitan dengan geometri
dan kondisi mekanis massa batuan yang digunakan (Bieniawski,
1973). Nilai RMR dipengaruhi oleh: kuat tekan uniaksial (UCS),
RQD, spasi rekahan, kondisi rekahan (kekasaran, kemenerusan,
serta pelapukan), kondisi air tanah, dan orientasi kekar.
Gambar 2. Parameter RMR menurut Bienawski (1973)
2.2.1.3 SMR
Slope Mass Rating (SMR) atau pembobotan massa lereng
merupakan suatu sistem klasifikasi massa batuan yang dikhususkan
untuk menilai kualitas lereng dan rekomendasi kemiringan
pengupasan lereng yang aman. SMR diperoleh melalui nilai RMR
dengan pertimbangan beberapa faktor (Romana et al, 1990):
SMR=RMR−( F 1 x F2 xF 3 ) + F 4
Keterangan:
F1 : Paralelisme antara arah kekar dan arah lereng
F2 : Kemiringan kekar
F3 : Hubungan kemiringan kekar dengan kemiringan lereng
F4 : Penyesuaian untuk metoda pengupasan.
Hubungan antara RMR dan SMR ditunjukkan oleh rumusan di
bawah ini:
o Laubscher (1975)
Tabel 1. Hubungan RMR dan SMR (Laubscher 1975)
SMR RMR
75 O 81 – 100
65 O 61 – 80
55 O 41 – 60
45 O 21 – 40
35 O 00 – 20
o Hall (1985)
SMR=(0 . 65 x RMR)+25
o Orr (1992)
SMR=( 35 x ln RMR ) −71
2.2.1.4 GSI
Strike Dip
7 83
70 65
14 86
53 83
145 75
25 70
175 75
163 60
155 85
175 70
10 55
50 86
25 86
48 72
11 66
25 65
192 69
−0.1 λ
RQD=100 e (0.1 λ+1)
Tabel 5. Data Perhitungan RQD (Data Kelompok)
Qualitative
description
Excellent
Laubsch
er (1975)
Tabel 13. Hubungan RMR dan SMR (Laubscher 1975, dalam Djakamihardja &
Soebowo, 1996)
SMR RMR
O
75 81-100
65 O 61-80
55 O 41-60
45 O 21-40
35 O 00-20
4. KESIMPULAN
Berdasarkan studi geoteknik pada daerah Sambirejo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
Mekanika Tanah
o Nilai faktor keamanan dari lereng secara keseluruhan adalah 2,385
(Metode Spencer) dan 2,486 (Metode Morgenstern-price) yang berarti
lereng tersebut relatif stabil dan intensitas longsor termasuk jarang terjadi
(Bowles, 1989)
o Nilai faktor keamanan lereng atas sebesar 1,624 (Metode Spencer) dan
1,624 (Metode Morgenstern-price) menunjukkan bahwa lereng relatif
stabil dan intensitas longsor yang jarang terjadi (Bowles, 1989)
o Nilai faktor keamanan lereng sebesar 2,170 (Metode Spencer) dan 2,3
(Metode Morgenstern-price) menunjukkan bahwa lereng relatif stabil
dan intensitas longsor yang jarang terjadi (Bowles, 1989)
o Jenis longsoran tanah berupa circular failure.
o
Mekanika Batuan
o Nilai RQD : 99,87% dan termasuk kategori excellent (Singh dan Goel,
2011)
o Pembobotan nilai RMR sebesar 72,7 dan termasuk kategori Baik (Kelas
II)
o Berdasarkan nilai RMR maka massa batuan memiliki stand-up time rata-
rata 6 bulan untuk span 8 m, kohesi 300-400 Kpa, dan sudut geser dalam
350-450.
o Nilai SMR menurut Laubscher (1975) sebesar 65 0, berdasarkan Hall
(1985) sebesar 72,2580 dan Orr (1992) sebesar 79,020
o Jenis longsoran lereng berupa wedge failure.
DAFTAR PUSTAKA
Barton, N., Lien, R., Lunde, J.1974. Engineering classification of rock masses for the
design of tunnel support. Rock Mech. 6 (4), 189-239.Bowles, J.E. 1989. Sifat-
sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bienawski, Z. T. 1989. “Engineering Rock Mass Classifications”. (A Complete
Manual for Engineering and Geologist in Mining, Civil and Petroleum
Engineering), Jhon Willey & Sons – Interscience Publication, Canada.\
Bowles, J.E. 1989. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bronto, S. dkk. 2005. Stratigrafi Batuan Gunungapi di Daerah Wukirharjo,
Kecamatan Prambanan, Sleman Yogyakarta. Majalah Geologi Indonesia, vol.
2(1): 27-40.
Hoek, E., Marinos, P. and Benissi, M., 2000. Applicability of the Geological
Strength Index (GSI) classification for very weak and sheared rock masses.
The case of the Athens Schist Formation. Bull. Engg. Geol. Env. 57(2), 151-
160.
Kristanto, W.A. dan I G. B. Indrawan. 2018. Karakteristik Geologi Teknik Daerah
Prambanan dan Sekitarnya, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Seleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. KURVATEK, Vol. 3 (2): 21-29.
R. Thomas dan J. B. Seron. 2015. Slope Mass Classification (Thirty Years
Review). Canada: 13th ISRM Congress.
Rajagukguk, Octovian Cherianto Parluhutan , Turangan A.E, dan Sartje Monintja.
2014. Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Bishop (Studi Kasus:
Kawasan Citraland sta.1000m). Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.3, Maret 2014
(139-147).
Romana, Manuel, Jose B, Seron, dan Enrique Montalar. 2003. SMR
Geomechanics Classification: Application, Experience, and Validation.
ISRM 2003 (1 – 4).
Singh, Bhawani dan R. K. Goel. 2012. Engineering Rock Mass Classification:
Tunneling, Foundation, and Landslides. United Kingdom: Butterworth-
Heinemann.
Siswanto, dkk. Perbandingan Klasifikasi Massa Batuan Kuantitatif: Q, RMR, dan
RMi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Takwin, Gideon. 2017. Analisis Kestabilan Lereng Metode Morgenstern-Price
(Studi Kasus: Diamond Hill Citraland). TEKNO, Vol.15, No.67, April
2017.
Tomás, R., Cuenca, A., Cano, M., García-Barba, J. 2012 A graphical approach
for Slope Mass Rating (SMR). Engineering Geology, 124, 67-76, 2012.
Wyllie, Duncan C. dan Christopher W. Mah. 2004. Rock Slope Engineering: Civil
and Mining 4th Edition. Canada: Spon Press.