Anda di halaman 1dari 26

STUDI KESTABILAN LERENG MENGGUNAKAN METODE

SPENCER DAN MORGENSTERN-PRICE DAERAH


SAMBIREJO, KECAMATAN PRAMBANAN, KABUPATEN
SLEMAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Ivana Azalia Syifa Salsabila
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Email: 111220261@student.upnyk.ac.id

ABSTRAK
Stabilitas lereng daerah Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan aspek yang penting untuk dianalisis disebabkan pada
lereng daerah tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan penambangan serta lereng
dekat dengan pemukiman warga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat kestabilan lereng, untuk mengetahui tipe slope protection
yang efektif dan untuk mencegah terjadinya kelongsoran. Pengolahan data
lapangan menggunakan metode Spencer dan metode Morgenstern-Price yang
diaplikasikan pada software Rocscience Slide V6.0, untuk mengetahui faktor
keamanan lereng. Dalam menentukan nilai faktor keamanan lereng, terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi berupa unit weight, kohesi, dan sudut geser
dalam. Berdasarkan metode Spencer, didapatkan nilai faktor keamanan pada
lereng tanah keseluruhan sebesar 2,385, untuk lereng bagian atas bernilai 1,624,
dan untuk lereng bagian bawah bernilai 2,170. Sedangkan, analisis
menggunakan metode Morgenstern-Price didapatkan nilai faktor keamanan pada
lereng tanah keseluruhan sebesar 2,486, untuk lereng bagian atas bernilai 1,624,
dan untuk lereng bagian bawah bernilai 2,300. Pada analisis mekanika batuan,
diperoleh faktor keamanan lereng batuan sebesar 56,978 menggunakan metode
Spencer dan 53,536 menggunakan metode Morgenstern-Price. Berdasarkan nilai
faktor keamanan lereng batuan dan lereng tanah menunjukkan lereng stabil
dengan intensitas longsor jarang terjadi, maka perlu upaya mempertahakan
kestabilan\n lereng dan meningkatkan faktor keamanan lereng.
Kata Kunci: Faktor Keamanan, Longsoran, Morgenstern-Price, Spencer,
Stabilitas Lereng
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Analisis kestabilan lereng diperlukan untuk mengetahui tingkat
kestabilan dari suatu lereng, sehingga dapat dilakukan untuk perencanaan
ataupun penanggulangan terhadap jika sewaktu-waktu terjadi
keruntuhan/longsoran di masa yang akan datang. Stabilitas lereng daerah
Sambirejo, Kecamatan Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta
merupakan aspek yang penting untuk dianalisis disebabkan pada lereng
daerah tersebut dimanfaatkan untuk kegiatan penambangan serta lereng
dekat dengan pemukiman warga.Longsoran merupakan salah satu bencana
alam yang sering terjadi pada lereng- lereng alami maupun buatan, yang
umumnya terjadi pada musim penghujan. Intensitas hujan akan
menyebabkan terjadinya penurunan kuat geser tanah dan sudut geser
dalam. Sambirejo terletak di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman
dengan morfologi perbukitan struktural dengan kelerengan terjal.
Kehadiran struktur pada wilayah ini juga berpengaruh terhadap intensitas
pelapukan yang berhubungan dengan stabilitas suatu lereng. Besar nilai
FK akan dipengaruhi oleh beberapa faktor berupa RQD, RMR, SMR, dan
GSI. Dalam analisa ini diterapkan uji direct shear test dan basic properties
test untuk mekanika tanah. Sedangkan pada mekanika batuan akan
dilakukan metode scanline di lapangan, diikuti pengolahan data klasifikasi
RMR dan SMR.
1.2 Lokasi dan Geologi Daerah Penelitian

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian (Google Earth)

Lereng penelitian terletak di Daerah Sambirejo, Kecamatan


Prambanan, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan koordinat (x, y) berupa
446786, 9138985; yang terbagi ke dalam 2 lokasi pengamatan. Daerah
penelitian termasuk stratigrafi pegunungan selatan tergolong Formasi
Semilir. Bagian bawah formasi Semilir disusun oleh dominasi tuf lapilli
dengan sisipan tuf dan batulempung tufan, batupasir tufan dan breksi
batuapung. Sedangkan bagian atas formasi Semilir disusun oleh dominasi
tuf dengan sisipan tuf lapilli, batupasir tufan dan batupasir kerikilan
(Surono, 2009).
2. METODE PENELITIAN
2.1 Mekanika Tanah
2.1.1 Basic Properties Test
Basic properties test merupakan uji sifat fisik tanah yang meliputi
kadar air tanah, berat jenis tanah, bobot isi tanah, batas-batas
konsistensi tanah, analisis butiran, sifat mekanik tanah serta kelakuan
massa tanah jika menerima berbagai macam gaya. Dengan adanya
pengukuran pada sifat fisik tanah, bisa diketahui parameter proses
selanjutnya, seperti berat isi tanah dan kadar air. Selengkapnya dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
a. Berat isi tanah
W
γ= ( N / c m )
2
V
b. Kadar air
Ww
Kadar Air = x 100 %
Ws
Keterangan:
W : Berat tanah basah (gr)
V : Volume (cm3)
Ww : Berat air (gr)
Ws : Berat tanah kering (gr)
2.1.2 Direct Shear Test
Kekuatan geser tanah (s) di suatu titik pada bidang tertentu
dikemukan oleh Mohr-Coulomb sebagai suatu fungsi linier terhadap
tegangan normal ().Kuat geser tanah dapat diartikan sebagai
perlawanan internal terhadap persatuan luas terhadap keruntuhan atau
pengerasan di sepanjang bidang geser dalam tanah yang dimaksud.
Keruntuhan suatu tanah terjadi akibat adanya kombinasi keadaan kritis
dari tegangan normal dan tegangan geser.

S=c+(τ n x tan θ)
Keterangan:
S : Kuat geser tanah (kN/m2)
c : Gaya kohesi tanah
θ : Sudut geser dalam (°)
τn : Tegangan normal (kN/m2)
2.2 Mekanika Batuan
2.2.1 Klasifikasi Massa Batuan
2.2.1.1 RQD
Rock Quality Designation (RQD) menurut Deere (1964)
sebagai suatu pengukuran kualitas batuan secara kuantitatif,
berdasarkan spasi dan frekuensi bidang diskontinuitas. Parameter
RQD diperoleh melalui pengamatan inti bor yang terambil, dengan
mengabaikan inti bor yang memiliki panjang kurang dari 10 cm
dan menunjukkan sisanya sebagai persentase terhadap panjang
pemboran. Namun jika menggunakan sistem scanline. Terlebih
dahulu harus ditentukan frekuensi diskontinuitas atau kekar.
Frekuensi diskontinuitas/kekar merupakan perbandingan antara
jumlah diskontinuitas dalam satu scanline dengan panjang
scanline.Frekuensi diskontinuitas dihitung dengan rumus:

Setelah diketahui nilai frekuensi kekar atau diskontinuitas,


nilai tersebut digunakan untuk menghitung RQD dengan rumus:

−0.1 λ
RQD=100 e (0.1 λ+1)
Keterangan:
λ : Rasio antara jumlah kekar dengan panjang scanline
(kekar/meter)
2.2.1.2 RMR
Sistem RMR atau Klasifikasi Geomekanik dikembangkan oleh
Bieniawski selama 1972-1973 di Afrika Selatan untuk menilai
stabilitas dan persyaratan dukungan terowongan. Sejak itu telah
berturut-turut disempurnakan dan ditingkatkan karena lebih banyak
sejarah kasus telah diperiksa. Keuntungan dari sistem ini adalah
hanya beberapa parameter dasar yang berkaitan dengan geometri
dan kondisi mekanis massa batuan yang digunakan (Bieniawski,
1973). Nilai RMR dipengaruhi oleh: kuat tekan uniaksial (UCS),
RQD, spasi rekahan, kondisi rekahan (kekasaran, kemenerusan,
serta pelapukan), kondisi air tanah, dan orientasi kekar.
Gambar 2. Parameter RMR menurut Bienawski (1973)

Tabel 3. Kelas Massa Batuan yang Ditentukan dari Pembobotan Total

Tabel 4. Arti Kelas Massa Batuan

2.2.1.3 SMR
Slope Mass Rating (SMR) atau pembobotan massa lereng
merupakan suatu sistem klasifikasi massa batuan yang dikhususkan
untuk menilai kualitas lereng dan rekomendasi kemiringan
pengupasan lereng yang aman. SMR diperoleh melalui nilai RMR
dengan pertimbangan beberapa faktor (Romana et al, 1990):

SMR=RMR−( F 1 x F2 xF 3 ) + F 4
Keterangan:
F1 : Paralelisme antara arah kekar dan arah lereng
F2 : Kemiringan kekar
F3 : Hubungan kemiringan kekar dengan kemiringan lereng
F4 : Penyesuaian untuk metoda pengupasan.
Hubungan antara RMR dan SMR ditunjukkan oleh rumusan di
bawah ini:
o Laubscher (1975)
Tabel 1. Hubungan RMR dan SMR (Laubscher 1975)
SMR RMR
75 O 81 – 100
65 O 61 – 80
55 O 41 – 60
45 O 21 – 40
35 O 00 – 20

o Hall (1985)
SMR=(0 . 65 x RMR)+25
o Orr (1992)
SMR=( 35 x ln RMR ) −71
2.2.1.4 GSI

Gambar 3. Tabel Klasifikasi GSI (Hoek, dkk., 2000)

Geological Strength Index (GSI) menekankan kepada


pengamatan secara geologi untuk karakteristik massa batuan,
gambaran material, struktur yang berkembang, sejarah geologi, dan
pengembangan spesifik untuk estimasi material property dari
batuan. Klasifikasi GSI tidak boleh diterapkan untuk batuan tanpa
diskontinuitas, serta batuan yang didominasi struktur orientasi. GSI
menggunakan kriteria keruntuhan Hoek dan Brown untuk
kuantifikasi struktur massa batuan dan kondisi kerusakan di atas
kekuatannya dengan asumsi batuan undisturbed.

2.3 Metode Kestabilan Lereng Limit Equilibrium


2.3.1 Faktor Keamanan
Nilai Faktor Keamanan adalah sama dengan perbandingan antara
seluruh komponen momen penahan longsor dengan momen penyebab
longsor untuk seluruh irisan. Agar supaya lereng menjadi stabil maka
gaya-gaya yang diperlukan untuk mengakibatkan longsor haruslah lebih
kecil dari pada gaya-gaya yang ada sehingga faktor keamanan akan
menjadi lebih besar atau sama dengan satu.

Tegangan geser yang ada


FK =
tegangan geser penyebab longsor

Faktor Keamanan (FK) lereng tanah dapat dihitung dengan


berbagai metode. Longsoran dengan bidang gelincir (slip surface), FK
dapat dihitung dengan metoda sayatan (slicemethod). Dalam
mengantisipasi lereng longsor, sebaiknya nilai FK yang diambil adalah
nilai FK yang terkecil, dengan demikian antisipasi akan diupayakan
maksimal (Bowles,1984).

Tabel 2. Tabel faktor keamanan ditinjau dari intensitas kelongsoran menurut


Bowles (1989)
Nilai Faktor
Kejadian / Intensitas Longsor
Keamanan (FK)
< 1.07 Longsoran terjadi biasa/sering (kelas labil)
Longsoran pernah terjadi
1.07 – 1.25
(kelas kritis)
Longsoran jarang terjadi
> 1.25
(kelas stabil)

2.3.2 Metode Spencer


Metode Spencer merupakan metode analisis stabilitas lereng yang
dikembangkan oleh Spencer pada tahun 1967 untuk sembarang bentuk
bidang longsor, baik circular maupun non-circular. Pada penelitian ini,
metode Spencer digunakan karena metode ini mampu menghitung angka
keamanan dengan memenuhi kesetimbangan momen maupun
kesetimbangan gaya, serta memperhitungkan gaya antar bidang irisanbaik
gaya geser maupun gaya normal (Spencer, 1967). Metode spencer
merupakan metode yang dapat digunakan untuk sembarang bentuk bidang
longsor dan memenuhi semua kondisi kesetimbangan gaya dan
kesetimbangan momen pada setiap irisan. Spencer mengamsusikan bahwa
gayagaya yang bekerja disekitar bidang irisan adalah parallel sehingga
gaya-gaya tersebut memiliki sudut kemiringan yang sama
2.3.3 Metode Morgenstern-Price
Metode ini adalah salah satu metode yang berdasarkan prinsip
kesetimbangan batas yang dikembangkan oleh Morgenstern-Price pada
tahun 1965, dimana proses analisanya merupakan hasil dari
kesetimbangan setiap gaya-gaya normal dan momen yang bekerja pada
tiap irisan dari bidang kelongsoran lereng tersebut baik gaya. Dalam
metode ini, dilakukan asumsi penyederhanaan untuk menunjukkan
hubungan antara gaya geser di sekitar irisan (X) dan gaya normal di
sekitar irisan (E).

Gambar 4. Gaya yang bekerja pada metode Morgenstern-Price

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Geologi Teknik Daerah Penelitian


3.1.1 Kondisi Geomorfologi
Berdasarkan kondisi di lapangan daerah Sambirejo memiliki kontur
dengan kelerengan terjal dan litologi penyusunnya yaitu batupasir
tiffan, tuff lapili. Pelapukan yang intensif akan berpengaruh terhadap
kuat lemah daerah dan meningkatkan potensi longsor di wilayah
tersebut.Pada daerah penelitian bentuk lahan dipengaruhi oleh proses
struktural, denudasional dan pelapukan.
3.1.2 Karakteristik Batuan dan Tanah
Tabel 3. Klasifikasi kekuatan batuan berdasarkan nilai UCS (Wyllie dan Mah, 2004)

Gambar 7. Foto Lereng (Mekanika Tanah)


Gambar 8. Foto Lereng (Mekanika Batuan)
Daerah penelitian tersusun atas litologi batuan piroklastik yaitu
batupasir tuffan. Batuan pada daerah lereng memiliki warna abu-abu
kecoklatan. Tingkat pelapukan daerah ini tergolong sedikit pada hampir
seluruh bagian lereng. Pelapukan yang sedikit tersebut disebabkan
karena lokasi pengamatan merupakan area tambang illegal yang masih
aktif sehingga tingkat pelapukannya masih sedikit walau lokasi
pengamatan sering terpapar matahari dan air hujan. Batuan Ketika diuji
dengan pemukulan menggunakan palu menunjukkan kategori kekuatan
strong rock (R3) dengan perkiraan UCS sebesar 25-50 Mpa menurut
tabel 3.

3.1.3 Kondisi Struktur Geologi


Tabel 5. Bidang Diskontinuitas
Bidang
Diskontinuitas

Strike Dip

7 83
70 65
14 86
53 83
145 75
25 70
175 75
163 60
155 85
175 70
10 55
50 86
25 86
48 72
11 66
25 65
192 69

Sebagian besar kekar-kekar yang teramati tidak menunjukkan


adanya bukaan dan tidak ada material pengisinya. Pengujian dengan
meraba permukaan diskontinuitas menunjukkan tingkat kekasaran yang
relatif kasar pada semua bagian permukaan kekar dan kondisi
pelapukannya cukup tinggi. Hal ini dapat terjadi karena lereng batuan
pada daerah penelitian berada pada daerah terbuka sehingga paparan
sinar matahari dan hujan dapat menyebabkan tingginya intensitas
pelapukan pada kekar yang ada.

3.2 Mekanika Tanah


Mekanika tanah dilakukan dengan mengambil data sampel tanah
undisturb pada lereng lokasi penelitian menggunakan data 2 lereng yaitu
lereng atas dan lereng bawah.

3.2.1 Hasil Analisis Kestabilan Lereng Metode Spencer

Gambar 10. Hasil Analisis Kestabilan Lereng Metode Spencer

Berdasarkan dari hasil uji laboratorium basic properties test dan


direct shear test didapatkan data berupa:
Tabel 6. Perhitungan Basic Properties Test
Lereng Atas
Berat Tanah Basah
Volume Wadah (V) 52.8148 cm
Berat Wadah (W1) 28.62 gr
Berat Wadah + Tanah Basah (W2) 111.03 gr
Berat Wadah + Tanah Kering (W3) 102.09 gr
Berat Air (W2-W3) (Ww) 8.94 gr
15,2911 kN/cm3
Berat Tanah Kering (W3-W1) (Ws) 73.47 gr
Berat Tanah Basah (W2-W1) (W) 82.41 gr
a. Berat Isi Tanah (y) (W/V) 1.560358 N/cm3
b. Berat Isi Tanah (yd) (Ws/V) 1.391087 N/cm3
c. Kadar Air (Ww/Ws x 100%) 12.16823 %
Lereng Bawah
Berat Tanah Basah
Volume Wadah (V) 56.52 cm
Berat Wadah (W1) 28.75 gr
Berat Wadah + Tanah Basah (W2) 105.9 gr
Berat Wadah + Tanah Kering (W3) 83.8 gr
Berat Air (W2-W3) (Ww) 22.1 gr
13,377 kN/cm3
Berat Tanah Kering (W3-W1) (Ws) 55.05 gr
Berat Tanah Basah (W2-W1) (W) 77.15 gr
a. Berat Isi Tanah (y) (W/V) 1.365004 N/cm3
b. Berat Isi Tanah (yd) (Ws/V) 0.973992 N/cm3
c. Kadar Air (Ww/Ws x 100%) 40.14532 %
Tabel 7. Perhitungan Direct Shear Test
Lereng Atas
Sudut Geser
Tn(Kn/m2) Tg S Kohesi (c)
Dalam (⁰)
20,683 20,683 26,93 13.5 33
22,752 22,752 28,275 13.5 33
35,162 35,162 36,33 13.5 33
Lereng Bawah
Sudut Geser
Tn Tg S Kohesi (c)
Dalam (⁰)
9,752 18,615 23,130 17.5 30
19,505 28,957 28,761 17.5 30
29,252 24,820 34,389 17.5 30

Hasil analisis dengan metode Spencer menggunakan Slide 6.0,


menunjukkan nilai Faktor Keamanan setiap jenjang lereng sebagai
berikut:
Lereng atas : 1,624
Lereng bawah : 2,300
Lereng keseluruhan: 2,486

Nilai Faktor Keamanan (FK) Kejadian / Intensitas Longsor


< 1.07 Longsoran terjadi biasa/sering (kelas labil)
Longsoran pernah terjadi
1.07 – 1.25
(kelas kritis)
Longsoran jarang terjadi
> 1.25
(kelas stabil)
Bowles (1989)
Berdasarkan nilai faktor keamanan yang diklasifikasikan dalam
Bowles (1989) menunjukkan bahwa lereng atas dan lereng bawah
menunjukkan kelas stabil dan intensitas longsor termasuk longsor
jarang terjadi.
3.2.2 Hasil Analisis Kestabilan Lereng Metode Morgenstern

Gambar 11. Hasil Analisa Kestabilan Lereng Metode Morgenstern

Berdasarkan dari hasil uji laboratorium basic properties test dan


direct shear test didapatkan data berupa:
Tabel 6. Perhitungan Basic Properties Test
Lereng Atas
Berat Tanah Basah
Volume Wadah (V) 52.8148 cm
Berat Wadah (W1) 28.62 gr
Berat Wadah + Tanah Basah (W2) 111.03 gr
Berat Wadah + Tanah Kering (W3) 102.09 gr
Berat Air (W2-W3) (Ww) 8.94 gr
15,2911 kN/cm3
Berat Tanah Kering (W3-W1) (Ws) 73.47 gr
Berat Tanah Basah (W2-W1) (W) 82.41 gr
a. Berat Isi Tanah (y) (W/V) 1.560358 N/cm3
b. Berat Isi Tanah (yd) (Ws/V) 1.391087 N/cm3
c. Kadar Air (Ww/Ws x 100%) 12.16823 %
Lereng Bawah
Berat Tanah Basah
Volume Wadah (V) 56.52 cm
Berat Wadah (W1) 28.75 gr
Berat Wadah + Tanah Basah (W2) 105.9 gr
Berat Wadah + Tanah Kering (W3) 83.8 gr
Berat Air (W2-W3) (Ww) 22.1 gr
13,377 kN/cm3
Berat Tanah Kering (W3-W1) (Ws) 55.05 gr
Berat Tanah Basah (W2-W1) (W) 77.15 gr
a. Berat Isi Tanah (y) (W/V) 1.365004 N/cm3
b. Berat Isi Tanah (yd) (Ws/V) 0.973992 N/cm3
c. Kadar Air (Ww/Ws x 100%) 40.14532 %

Tabel 7. Perhitungan Direct Shear Test


Lereng Atas
Sudut Geser
Tn(Kn/m2) Tg S Kohesi (c)
Dalam (⁰)
20,683 20,683 26,93 13.5 33
22,752 22,752 28,275 13.5 33
35,162 35,162 36,33 13.5 33
Lereng Bawah
Sudut Geser
Tn Tg S Kohesi (c)
Dalam (⁰)
9,752 18,615 23,130 17.5 30
19,505 28,957 28,761 17.5 30
29,252 24,820 34,389 17.5 30
Hasil analisis dengan metode Morgenstern menggunakan Slide 6.0,
menunjukkan nilai Faktor Keamanan setiap jenjang lereng sebagai
berikut:
Lereng atas : 1,624
Lereng bawah : 2,300
Lereng keseluruhan: 2,486

Nilai Faktor Keamanan


Kejadian / Intensitas Longsor
(FK)
< 1.07 Longsoran terjadi biasa/sering (kelas labil)
Longsoran pernah terjadi
1.07 – 1.25
(kelas kritis)
Longsoran jarang terjadi
> 1.25
(kelas stabil)
Berdasarkan nilai faktor keamanan yang diklasifikasikan dalam
Bowles (1989) menunjukkan bahwa lereng atas dan lereng bawah
menunjukkan kelas stabil dan intensitas longsor termasuk longsor
jarang terjadi.

3.3 Mekanika Batuan

Mekanika batuan dilakukan dengan metode scanline dengan


mengambil data litologi, kelerengan, kedudukan, dan struktur berupa kekar
yang dilakukan pengelompokan joint set family pada tiap kekar yang
ditemukan sepanjang garis scanline yang dilakukan.

Gambar 5. Sketsa Scanline


Tabel 4. Data Scanline (Data Kelompok)

Kondisi Diskontinuitas BN Kondisi Air Tanah RMR


Kondisi
Panjang Bukaan Kekasaran Isian Pelapukan Diskon- Nilai
tinuitas Kondisi BN Kategori
Nilai BN Nilai BN Nilai BN Nilai BN Kondisi BN Total

0.05 6 0.1 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 59 FAIR

0.15 6 0.2 2 SK 2 0.3 4 W2 4 18 Kering 15 67 GOOD

0.08 6 0.3 2 SK 2 - 6 W1 6 22 Kering 15 72 GOOD

0.06 6 - 6 SK 2 - 6 W2 4 24 Kering 15 71 GOOD

0.11 6 0.1 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 69 GOOD

0.45 6 0.3 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 69 GOOD

0.3 6 0.3 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 74 GOOD

0.21 6 0.2 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 74 GOOD

0.25 6 0.1 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 69 GOOD

0.16 6 0.2 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 74 GOOD

0.32 6 0.5 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 74 GOOD

0.16 6 - 6 SK 2 - 6 W2 4 24 Kering 15 78 GOOD

0.1 6 - 6 SK 2 - 6 W2 4 24 Kering 15 78 GOOD

0.1 6 - 6 SK 2 - 6 W2 4 24 Kering 15 78 GOOD

0.34 6 0.5 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 74 GOOD

0.12 6 - 6 SK 2 - 6 W2 4 24 Kering 15 78 GOOD

0.11 6 - 6 SK 2 - 6 W2 4 24 Kering 15 78 GOOD

3.3.1 Rekapitulasi Klasifikasi massa Batuan


3.3.1.1 Perhitungan RQD
Perhitungan RQD dilakukan berdasarkan penarikan scanline
dan data kekar yang diambil. Dari hasil perhitungan pada tabel
scanline sebelumnya didapatkan data jumlah kekar per meternya (λ
pada perhitungan RQD). Setelah didapatkan nilai λ tersebut dapat
dilakukan perhitungan RQD dengan rumus di bawah ini:

−0.1 λ
RQD=100 e (0.1 λ+1)
Tabel 5. Data Perhitungan RQD (Data Kelompok)

Kemudian dari hasil perhitungan RQD setiap meternya dirata-


rata hingga didapat nilai rata-rata RQD sebesar:
% (Excellent
RQD=98.8671.9117 0.52 99.868menurut Singh danGoel , 2011)
Tabel 6. Klasifikasi nilai RQD dan pembobotan (Singh dan Goel, 2011)

1.9117 0.52 99.86786

Qualitative
description
Excellent

Tabel 7. Tabel Klasifikasi Nilai RQD dan Kualitas batuan


(Barton, 2007; Carmichael, 1989)
40 12 14 7.18 6.75

Berdasarkan nilai rata-rata RQD termasuk ke dalam rentang 90


– 100% yang termasuk ke dalam kelas Excellent dengan bobot
sebesar 20. Berdasarkan klasifikasi nilai RQD menurut Barton
2007 menunjukkan kualitas batuan sangat bagus atau batuan masih
segar.
3.3.1.2 Pembobotan dan Perhitungan RMR

Tabel 7. Pembobotan dan Perhitungan RMR (Data Kelompok)


Kondisi Diskontinuitas BN Kondisi Air Tanah RMR
Kondisi
Panjang Bukaan Kekasaran Isian Pelapukan Diskon- Nilai
tinuitas Kondisi BN Kategori
Nilai BN Nilai BN Nilai BN Nilai BN Kondisi BN Total

0.05 6 0.1 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 59 FAIR

0.15 6 0.2 2 SK 2 0.3 4 W2 4 18 Kering 15 67 GOOD

0.08 6 0.3 2 SK 2 - 6 W1 6 22 Kering 15 72 GOOD

0.06 6 - 6 SK 2 - 6 W2 4 24 Kering 15 71 GOOD

0.11 6 0.1 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 69 GOOD

0.45 6 0.3 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 69 GOOD

0.3 6 0.3 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 74 GOOD

0.21 6 0.2 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 74 GOOD

0.25 6 0.1 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 69 GOOD

0.16 6 0.2 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 74 GOOD

0.32 6 0.5 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 74 GOOD

0.16 6 - 6 SK 2 - 6 W2 4 24 Kering 15 78 GOOD

0.1 6 - 6 SK 2 - 6 W2 4 24 Kering 15 78 GOOD

0.1 6 - 6 SK 2 - 6 W2 4 24 Kering 15 78 GOOD

0.34 6 0.5 2 SK 2 - 6 W2 4 20 Kering 15 74 GOOD

0.12 6 - 6 SK 2 - 6 W2 4 24 Kering 15 78 GOOD

0.11 6 - 6 SK 2 - 6 W2 4 24 Kering 15 78 GOOD


Tabel 8. Kelas Massa Batuan yang Ditentukan dari Pembobotan Total

Tabel 9. Arti Kelas Massa Batuan

Berdasarkan hasil analisis RMR, didapatkan nilai rata-rata


RMR 72,705 yang termasuk ke dalam kategori Baik (Kelas II).
Kelas ini memiliki arti bahwa massa batuan memiliki stand-up
time rata-rata 6 bulan untuk span 8 m, kohesi massa batuan 300-
400 Kpa dan sudut geser dalam sebesar 35o- 45 o.
3.3.1.3 Pembobotan dan Perhitungan SMR

Tabel 10. Pembobotan dan Perhitungan SMR


Diskontinuitas
Diskonti Lereng
Meter RMR Jenis keruntuhan Dip Intersection
nuitas Strike Dip
Slope Dir Slope Direction Trend Plunge
A 59 178 78 Wedge 7 97 83 169 69
A 59 178 78 Wedge 7 97 83 169 69
A 59 178 78 Wedge 7 97 83 169 69
A 59 178 78 Wedge 7 97 83 171 64
A 59 178 78 Wedge 7 97 83 172 61
A 59 178 78 Wedge 7 97 83 177 76
C 67 178 78 Wedge 70 160 65 110 54
C 67 178 78 Wedge 70 160 65 132 62
C 67 178 78 Wedge 70 160 65 137 63
C 67 178 78 Wedge 70 160 65 155 65
C 67 178 78 Wedge 70 160 65 166 64
C 67 178 78 Wedge 70 160 65 171 64
C 67 178 78 Wedge 70 160 65 178 63
C 67 178 78 Wedge 70 160 65 186 62
C 67 178 78 Wedge 70 160 65 191 61
C 67 178 78 Wedge 70 160 65 197 59
C 67 178 78 Wedge 70 160 65 200 58
C 67 178 78 Wedge 70 160 65 207 55
C 67 178 78 Wedge 70 160 65 212 52
A 72 178 78 Wedge 14 104 86 177 76
A 72 178 78 Wedge 14 104 86 184 67
A 72 178 78 Wedge 14 104 86 185 64
A 72 178 78 Wedge 14 104 86 186 62
C 71 178 78 Wedge 53 143 83 207 73
C 71 178 78 Wedge 53 143 83 215 67
C 71 178 78 Wedge 53 143 83 219 62
C 71 178 78 Wedge 53 143 83 222 56
C 71 178 78 Wedge 53 143 83 223 53
B 69 178 78 Wedge 145 235 75 166 53
B 69 178 78 Wedge 145 235 75 170 57
B 69 178 78 Wedge 145 235 75 174 61
B 69 178 78 Wedge 145 235 75 178 63
B 69 178 78 Wedge 145 235 75 181 65
B 69 178 78 Wedge 145 235 75 184 67
B 69 178 78 Wedge 145 235 75 194 70
B 69 178 78 Wedge 145 235 75 209 73
B 69 178 78 Wedge 145 235 75 216 74
A 69 178 78 Wedge 25 115 70 153 64
A 69 178 78 Wedge 25 115 70 163 61
A 69 178 78 Wedge 25 115 70 170 57
A 69 178 78 Wedge 25 115 70 177 51
B 74 178 78 Wedge 175 265 75 222 63
B 74 178 78 Wedge 175 265 75 219 62
B 74 178 78 Wedge 175 265 75 207 55
B 74 178 78 Wedge 175 265 75 203 52
B 74 178 78 Wedge 175 265 75 200 49
B 74 178 78 Wedge 163 253 60 229 57
B 74 178 78 Wedge 163 253 60 224 56
B 74 178 78 Wedge 163 253 60 222 56
B 74 178 78 Wedge 163 253 60 212 52
B 74 178 78 Wedge 163 253 60 205 49
B 69 178 78 Wedge 155 245 85 177 76
B 69 178 78 Wedge 155 245 85 169 69
B 69 178 78 Wedge 155 245 85 169 69
B 69 178 78 Wedge 155 245 85 169 69
B 69 178 78 Wedge 155 245 85 165 64
B 69 178 78 Wedge 155 245 85 163 61
B 69 178 78 Wedge 155 245 85 162 55
B 74 178 78 Wedge 175 265 70 230 57
B 74 178 78 Wedge 175 265 70 223 56
B 74 178 78 Wedge 175 265 70 222 56
B 74 178 78 Wedge 175 265 70 212 52
B 74 178 78 Wedge 175 265 70 205 49
A 74 178 78 Wedge 10 100 55 110 54
C 78 178 78 Wedge 50 140 86 215 73
C 78 178 78 Wedge 50 140 86 219 69
C 78 178 78 Wedge 50 140 86 222 63
C 78 178 78 Wedge 50 140 86 224 56
C 78 178 78 Wedge 50 140 86 224 54
A 78 178 78 Wedge 25 115 86 194 70
A 78 178 78 Wedge 25 115 86 197 59
A 78 178 78 Wedge 25 115 86 197 56
A 78 178 78 Wedge 25 115 86 197 56
A 78 178 78 Wedge 25 115 86 197 56
A 78 178 78 Wedge 25 115 86 200 49
C 78 178 78 Wedge 48 138 72 199 56
C 78 178 78 Wedge 48 138 72 199 56
C 78 178 78 Wedge 48 138 72 199 56
C 78 178 78 Wedge 48 138 72 169 69
C 78 178 78 Wedge 48 138 72 169 69
C 78 178 78 Wedge 48 138 72 169 69
C 78 178 78 Wedge 48 138 72 181 65
C 78 178 78 Wedge 48 138 72 185 64
C 78 178 78 Wedge 48 138 72 191 61
C 78 178 78 Wedge 48 138 72 203 52
C 78 178 78 Wedge 48 138 72 205 49
A 74 178 78 Wedge 11 101 66 154 64
A 74 178 78 Wedge 11 101 66 164 61
A 74 178 78 Wedge 11 101 66 170 57
A 74 178 78 Wedge 11 101 66 178 51
A 78 178 78 Wedge 25 115 65 119 64
A 78 178 78 Wedge 25 115 65 137 63
A 78 178 78 Wedge 25 115 65 162 55
A 78 178 78 Wedge 25 115 65 166 53
B 78 178 78 Wedge 192 282 69 229 57
B 78 178 78 Wedge 192 282 69 224 54
B 78 178 78 Wedge 192 282 69 223 53
B 78 178 78 Wedge 192 282 69 218 48
SMR
Nilai F1 Nilai F2 Nilai F3
Nilai F4 Romana
Laubscher Hall Orr
Strike J-S BN BN Dip J-S BN Nilai Kelas
9 0.85 1 -9 -50 0 16.50 V-Very Bad 65 63.35 71.71381054
9 0.85 1 -9 -50 0 16.50 V-Very Bad 65 63.35 71.71381054
9 0.85 1 -9 -50 0 16.50 V-Very Bad 65 63.35 71.71381054
7 0.85 1 -14 -60 0 8.00 V-Very Bad 65 63.35 71.71381054
6 0.85 1 -17 -60 0 8.00 V-Very Bad 65 63.35 71.71381054
1 1 1 -2 -50 0 9.00 V-Very Bad 65 63.35 71.71381054
68 0.15 1 -24 -60 0 58.00 III-Normal 65 68.55 76.16424168
46 0.15 1 -16 -60 0 58.00 III-Normal 65 68.55 76.16424168
41 0.15 1 -15 -60 0 58.00 III-Normal 65 68.55 76.16424168
23 0.4 1 -13 -60 0 43.00 III-Normal 65 68.55 76.16424168
12 0.7 1 -14 -60 0 25.00 IV-BAD 65 68.55 76.16424168
7 0.85 1 -14 -60 0 16.00 V-Very Bad 65 68.55 76.16424168
0 1 1 -15 -60 0 7.00 V-Very Bad 65 68.55 76.16424168
8 0.85 1 -16 -60 0 16.00 V-Very Bad 65 68.55 76.16424168
13 0.7 1 -17 -60 0 25.00 IV-BAD 65 68.55 76.16424168
19 0.7 1 -19 -60 0 25.00 IV-BAD 65 68.55 76.16424168
22 0.4 1 -20 -60 0 43.00 III-Normal 65 68.55 76.16424168
29 0.4 1 -23 -60 0 43.00 III-Normal 65 68.55 76.16424168
34 0.15 1 -26 -60 0 58.00 III-Normal 65 68.55 76.16424168
1 1 1 -2 -50 0 22.00 IV-BAD 65 71.8 78.68331417
6 0.85 1 -11 -60 0 21.00 IV-BAD 65 71.8 78.68331417
7 0.85 1 -14 -60 0 21.00 IV-BAD 65 71.8 78.68331417
8 0.85 1 -16 -60 0 21.00 IV-BAD 65 71.8 78.68331417
29 0.4 1 -5 -50 0 51.00 III-Normal 65 71.15 78.1937957
37 0.15 1 -11 -60 0 62.00 II-Good 65 71.15 78.1937957
41 0.15 1 -16 -60 0 62.00 II-Good 65 71.15 78.1937957
44 0.15 1 -22 -60 0 62.00 II-Good 65 71.15 78.1937957
45 0.15 1 -25 -60 0 62.00 II-Good 65 71.15 78.1937957
12 0.7 1 -25 -60 0 27.00 IV-BAD 65 69.85 77.19372766
8 0.85 1 -21 -60 0 18.00 V-Very Bad 65 69.85 77.19372766
4 1 1 -17 -60 0 9.00 V-Very Bad 65 69.85 77.19372766
0 1 1 -15 -60 0 9.00 V-Very Bad 65 69.85 77.19372766
3 1 1 -13 -60 0 9.00 V-Very Bad 65 69.85 77.19372766
6 0.85 1 -11 -60 0 18.00 V-Very Bad 65 69.85 77.19372766
16 0.7 1 -8 -50 0 34.00 IV-BAD 65 69.85 77.19372766
31 0.15 1 -5 -50 0 61.50 II-Good 65 69.85 77.19372766
38 0.15 1 -4 -50 0 61.50 II-Good 65 69.85 77.19372766
25 0.4 1 -14 -60 0 45.00 III-Normal 65 69.85 77.19372766
15 0.7 1 -17 -60 0 27.00 IV-BAD 65 69.85 77.19372766
8 0.85 1 -21 -60 0 18.00 V-Very Bad 65 69.85 77.19372766
1 1 1 -27 -60 0 9.00 V-Very Bad 65 69.85 77.19372766
44 0.15 1 -15 -60 0 65.00 II-Good 65 73.1 79.64227826
41 0.15 1 -16 -60 0 65.00 II-Good 65 73.1 79.64227826
29 0.4 1 -23 -60 0 50.00 III-Normal 65 73.1 79.64227826
25 0.4 1 -26 -60 0 50.00 III-Normal 65 73.1 79.64227826
22 0.4 1 -29 -60 0 50.00 III-Normal 65 73.1 79.64227826
51 0.15 1 -21 -60 0 65.00 II-Good 65 73.1 79.64227826
46 0.15 1 -22 -60 0 65.00 II-Good 65 73.1 79.64227826
44 0.15 1 -22 -60 0 65.00 II-Good 65 73.1 79.64227826
34 0.15 1 -26 -60 0 65.00 II-Good 65 73.1 79.64227826
27 0.4 1 -29 -60 0 50.00 III-Normal 65 73.1 79.64227826
1 1 1 -2 -50 0 19.00 V-Very Bad 65 69.85 77.19372766
9 0.85 1 -9 -50 0 26.50 IV-BAD 65 69.85 77.19372766
9 0.85 1 -9 -50 0 26.50 IV-BAD 65 69.85 77.19372766
9 0.85 1 -9 -50 0 26.50 IV-BAD 65 69.85 77.19372766
13 0.7 1 -14 -60 0 27.00 IV-BAD 65 69.85 77.19372766
15 0.7 1 -17 -60 0 27.00 IV-BAD 65 69.85 77.19372766
16 0.7 1 -23 -60 0 27.00 IV-BAD 65 69.85 77.19372766
52 0.15 1 -21 -60 0 65.00 II-Good 65 73.1 79.64227826
45 0.15 1 -22 -60 0 65.00 II-Good 65 73.1 79.64227826
44 0.15 1 -22 -60 0 65.00 II-Good 65 73.1 79.64227826
34 0.15 1 -26 -60 0 65.00 II-Good 65 73.1 79.64227826
27 0.4 1 -29 -60 0 50.00 III-Normal 65 73.1 79.64227826
68 0.15 1 -24 -60 0 65.00 II-Good 65 73.1 79.64227826
37 0.15 1 -5 -50 0 70.50 II-Good 65 75.7 81.48480893
41 0.15 1 -9 -50 0 70.50 II-Good 65 75.7 81.48480893
44 0.15 1 -15 -60 0 69.00 II-Good 65 75.7 81.48480893
46 0.15 1 -22 -60 0 69.00 II-Good 65 75.7 81.48480893
46 0.15 1 -24 -60 0 69.00 II-Good 65 75.7 81.48480893
16 0.7 1 -8 -50 0 43.00 III-Normal 65 75.7 81.48480893
19 0.7 1 -19 -60 0 36.00 IV-BAD 65 75.7 81.48480893
19 0.7 1 -22 -60 0 36.00 IV-BAD 65 75.7 81.48480893
19 0.7 1 -22 -60 0 36.00 IV-BAD 65 75.7 81.48480893
19 0.7 1 -22 -60 0 36.00 IV-BAD 65 75.7 81.48480893
22 0.4 1 -29 -60 0 54.00 III-Normal 65 75.7 81.48480893
21 0.4 1 -22 -60 0 54.00 III-Normal 65 75.7 81.48480893
21 0.4 1 -22 -60 0 54.00 III-Normal 65 75.7 81.48480893
21 0.4 1 -22 -60 0 54.00 III-Normal 65 75.7 81.48480893
9 0.85 1 -9 -50 0 35.50 IV-BAD 65 75.7 81.48480893
9 0.85 1 -9 -50 0 35.50 IV-BAD 65 75.7 81.48480893
9 0.85 1 -9 -50 0 35.50 IV-BAD 65 75.7 81.48480893
3 1 1 -13 -60 0 18.00 V-Very Bad 65 75.7 81.48480893
7 0.85 1 -14 -60 0 27.00 IV-BAD 65 75.7 81.48480893
13 0.7 1 -17 -60 0 36.00 IV-BAD 65 75.7 81.48480893
25 0.4 1 -26 -60 0 54.00 III-Normal 65 75.7 81.48480893
27 0.4 1 -29 -60 0 54.00 III-Normal 65 75.7 81.48480893
24 0.4 1 -14 -60 0 50.00 III-Normal 65 73.1 79.64227826
14 0.7 1 -17 -60 0 32.00 IV-BAD 65 73.1 79.64227826
8 0.85 1 -21 -60 0 23.00 IV-BAD 65 73.1 79.64227826
0 1 1 -27 -60 0 14.00 V-Very Bad 65 73.1 79.64227826
59 0.15 1 -14 -60 0 69.00 II-Good 65 75.7 81.48480893
41 0.15 1 -15 -60 0 69.00 II-Good 65 75.7 81.48480893
16 0.7 1 -23 -60 0 36.00 IV-BAD 65 75.7 81.48480893
12 0.7 1 -25 -60 0 36.00 IV-BAD 65 75.7 81.48480893
51 0.15 1 -21 -60 0 69.00 II-Good 65 75.7 81.48480893
46 0.15 1 -24 -60 0 69.00 II-Good 65 75.7 81.48480893
45 0.15 1 -25 -60 0 69.00 II-Good 65 75.7 81.48480893
40 0.15 1 -30 -60 0 69.00 II-Good 65 75.7 81.48480893
Average 41.59 III-Normal 65 71.87959184 78.6467819
Tabel 11. Klasifikasi parameter SMR (F4) beserta pembobotan (Singh dan Goel,
2011)

Lereng pada wilayah penelitian dibuat menggunakan


mechanical excavation sehingga nilai F4 yang digunakan dalam
perhitungan dan pembobotan adalah 0.

Tabel 12. Tabel Deskripsi kelas RMR

Laubsch
er (1975)
Tabel 13. Hubungan RMR dan SMR (Laubscher 1975, dalam Djakamihardja &
Soebowo, 1996)
SMR RMR
O
75 81-100
65 O 61-80
55 O 41-60
45 O 21-40
35 O 00-20

Berdasarkan nilai RMR yang telah diperoleh, yaitu 72,705


maka sudut lereng yang disarankan adalah 65°.

Menurut Hall (1985)


o SMR=(0 . 65 x RMR)+25
o SMR=(0 . 65 x 72 , 705)+25
o SMR=72, 258 °
Menurut Orr (1992)
o SMR=( 35 x ln RMR ) −71
o SMR=( 35 x ln 72 ,705 )−71
o SMR=79 .02 °

3.3.1.4 Pembobotan GSI

Gambar 6. Pembobotan GSI (Hoek dan Marinos, 2000)

Berdasarkan tabel GSI oleh Hoek dan Marinos (2000) dengan


kondisi batuan yang blocky dan kondisi permukaan yang kasar dan
pelapukan sedang, maka didapatkan nilai GSI sebesar 67.
3.3.2 Hasil Analisa Kestabilan Lereng Metode Spencer

Gambar 7. Hasil Analisa Kestabilan Lereng Metode Spencer

Berdasarkan dari hasil uji laboratorium basic properties test dan


direct shear test didapatkan data berupa:
Unit weight : 16 kN/m3
UCS : 175000 kPa
GSI : 67
Slope : 76°
Kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan software Slide 6,
menunjukkan nilai Faktor Keamanan sebesar 56,978, artinya lereng relatif
labil dengan intensitas longsor jarang terjadi (Bowles, 1989).
3.3.3 Hasil Analisa Kestabilan Lereng Metode Morgenstern-Price

Gambar 8. Hasil Analisa Kestabilan Lereng Metode Morgenstern


Berdasarkan dari hasil uji laboratorium basic properties test dan
direct shear test didapatkan data berupa:
Unit weight : 16 kN/m3
UCS : 175000 kPa
GSI : 67
Slope : 76°
Kemudian dilakukan analisis dengan menggunakan software Slide 6,
menunjukkan nilai Faktor Keamanan sebesar 53,536, artinya lereng relatif
labil dengan intensitas longsor jarang terjadi (Bowles, 1989).

4. KESIMPULAN
Berdasarkan studi geoteknik pada daerah Sambirejo, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
Mekanika Tanah
o Nilai faktor keamanan dari lereng secara keseluruhan adalah 2,385
(Metode Spencer) dan 2,486 (Metode Morgenstern-price) yang berarti
lereng tersebut relatif stabil dan intensitas longsor termasuk jarang terjadi
(Bowles, 1989)
o Nilai faktor keamanan lereng atas sebesar 1,624 (Metode Spencer) dan
1,624 (Metode Morgenstern-price) menunjukkan bahwa lereng relatif
stabil dan intensitas longsor yang jarang terjadi (Bowles, 1989)
o Nilai faktor keamanan lereng sebesar 2,170 (Metode Spencer) dan 2,3
(Metode Morgenstern-price) menunjukkan bahwa lereng relatif stabil
dan intensitas longsor yang jarang terjadi (Bowles, 1989)
o Jenis longsoran tanah berupa circular failure.
o
Mekanika Batuan
o Nilai RQD : 99,87% dan termasuk kategori excellent (Singh dan Goel,
2011)
o Pembobotan nilai RMR sebesar 72,7 dan termasuk kategori Baik (Kelas
II)
o Berdasarkan nilai RMR maka massa batuan memiliki stand-up time rata-
rata 6 bulan untuk span 8 m, kohesi 300-400 Kpa, dan sudut geser dalam
350-450.
o Nilai SMR menurut Laubscher (1975) sebesar 65 0, berdasarkan Hall
(1985) sebesar 72,2580 dan Orr (1992) sebesar 79,020
o Jenis longsoran lereng berupa wedge failure.
DAFTAR PUSTAKA
Barton, N., Lien, R., Lunde, J.1974. Engineering classification of rock masses for the
design of tunnel support. Rock Mech. 6 (4), 189-239.Bowles, J.E. 1989. Sifat-
sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bienawski, Z. T. 1989. “Engineering Rock Mass Classifications”. (A Complete
Manual for Engineering and Geologist in Mining, Civil and Petroleum
Engineering), Jhon Willey & Sons – Interscience Publication, Canada.\
Bowles, J.E. 1989. Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis Tanah. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Bronto, S. dkk. 2005. Stratigrafi Batuan Gunungapi di Daerah Wukirharjo,
Kecamatan Prambanan, Sleman Yogyakarta. Majalah Geologi Indonesia, vol.
2(1): 27-40.
Hoek, E., Marinos, P. and Benissi, M., 2000. Applicability of the Geological
Strength Index (GSI) classification for very weak and sheared rock masses.
The case of the Athens Schist Formation. Bull. Engg. Geol. Env. 57(2), 151-
160.
Kristanto, W.A. dan I G. B. Indrawan. 2018. Karakteristik Geologi Teknik Daerah
Prambanan dan Sekitarnya, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Seleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta. KURVATEK, Vol. 3 (2): 21-29.
R. Thomas dan J. B. Seron. 2015. Slope Mass Classification (Thirty Years
Review). Canada: 13th ISRM Congress.
Rajagukguk, Octovian Cherianto Parluhutan , Turangan A.E, dan Sartje Monintja.
2014. Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Bishop (Studi Kasus:
Kawasan Citraland sta.1000m). Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.3, Maret 2014
(139-147).
Romana, Manuel, Jose B, Seron, dan Enrique Montalar. 2003. SMR
Geomechanics Classification: Application, Experience, and Validation.
ISRM 2003 (1 – 4).
Singh, Bhawani dan R. K. Goel. 2012. Engineering Rock Mass Classification:
Tunneling, Foundation, and Landslides. United Kingdom: Butterworth-
Heinemann.
Siswanto, dkk. Perbandingan Klasifikasi Massa Batuan Kuantitatif: Q, RMR, dan
RMi. Semarang: Universitas Diponegoro.
Takwin, Gideon. 2017. Analisis Kestabilan Lereng Metode Morgenstern-Price
(Studi Kasus: Diamond Hill Citraland). TEKNO, Vol.15, No.67, April
2017.
Tomás, R., Cuenca, A., Cano, M., García-Barba, J. 2012 A graphical approach
for Slope Mass Rating (SMR). Engineering Geology, 124, 67-76, 2012.
Wyllie, Duncan C. dan Christopher W. Mah. 2004. Rock Slope Engineering: Civil
and Mining 4th Edition. Canada: Spon Press.

Anda mungkin juga menyukai