Anda di halaman 1dari 4
£8 Manajemen Risiko 5.2.3. Dasar Legal Pelanggaran Terhadap Kewajiban Hukum Kewajiban hukum muncul sebagai akibat pelanggaran hukum. Dalam bahasa hukum, bahasa Inggris, pelanggaran hukum atau legal wrong disebut sebagai forts, Pelanggaran hukum bisa dikelompokkan ke dalam tiga kategori: a. Pelanggaran hukum yang disengaja Pelanggaran ini muncul jika ada tindakan yang disengaja atau tidak melakukan tindakan tertentu, yang mengakibatkan kerugian pada properti. Contoh pelanggaran semacam itu adalah penipuan, penganiayaan, pelanggaran hak cipta, ._Kewafiban absolut Jika potensi kerugian terhadap individu atau masyarakat sangat besar, maka seseorang bisa dianggap melanggar hukum meskipun aspek negligence tidak terbukti. Beberapa contoh pelanggaran semacam itu adalah: (1) memelihara binatang buas, (2) Memproduksi bahan peledak, (3) Kegiatan yang mengakibatkan ledakan yang melukai orang. Negligence Negligence bisa diartikan sebagai kegagalan untuk menjalankan perhatian sesuai dengan standar hukum yang berlaku, Apa yang digatiskan oleh hukum yang berlaku dianggap sebagai dasar perilaku seseorang yang akan mencegah perbuatan jahat. Negligence tersebut bisa mengakibatkan munculnya pelanggaran hukum. Sebagai contoh, rem mobil saya tidak berfungsi schingga mencelakai seseorang. Saya bisa dinyatakan salah karena standar yang biasanya berlaku adalah pemilik mobil sudah seharusnya merawat mobilnya termasuk rem mobil tersebut. Kegagalan merawat rem mobil merupakan contoh negligence. Pengertian standar hukum bisa berubah-ubah tergantung umur dan pengetahuan pihak yang terlibat, interpretasi pengadilan dari waktu ke waktu, dan faktor- faktor lainnya. Elemen Tindakan Negligence (Kecerobohan) Tindakan negligence yang bisa berakibat pada pelanggaran hukum dan denda ganti Tugi, mempunyai empat elemen, yaitu: a. Adanya kewajiban hukum untuk melaksanakan perhatian (care) yang memadai Elemen pertama adalah adanya kewajiban legal (legal duty) untuk menjag orang lain dari hal-hal buruk (harm). Sebagai contoh, jika seseorang mengendarai mobil, maka dia punya kewajiban untuk berhenti pada saat lamp merah. Perusahaan mempunyai legal duty untuk membuat produk yang aman. Dokter mempunyai tugas legal untuk memberikan perawatan yang benat , kepada pasiennya. Jika tidak ada tugas legal, maka seseorang tidak bisa dianggap bertanggung jawab. Sebagai contoh, misalkan saya bukan doktet, maka saya tidak bisa dianggap bertariggung jawab jika saya tidak memberikan perawatan kepada seorang pasien di rumah sakit. Bab §. Risiko Kerusakan Proper dan Kewajiban (Liabilities) 79 b. Gagal untuk melaksanakan kewajiban tersebut Elemen kedua terpenuhi jika seseorang tidak mematuhi standar tertentu yang disyaratkan oleh hukum untuk ‘melindungi lainnya dari kejadian buruk (harm). Tindakan tersebut akan dibandingkan dengan tindakan yang akan dilakukan oleh orang yang berhati-hati dan mematuhi peraturan yang ada. Contoh elemen kedua tersebut adalah jika ada lampu merah tetapi saya'tetap jalan. Orang yang berhati-hati tidak akan melakukan hal itu. Contoh tersebut juga bisa dikatakan sebagai tindakan positif (positive act), yaitu seseorang melakukan tindakan tertentu yang mengancam keamanan atau keselamatan orang lain. Contoh sebaliknya adalah negative act, di mana seseorang tidak melakukan tindakan tertentu, tetapi bisa membahayakan orang lain. Sebagai contoh, jika saya tidak memperbaiki rem mobil sehingga mobil tersebut menabrak orang lain, maka ketidakmampuan saya memperbaiki rem mobil tersebut merupakan contoh negative act. : c. Kerusakan atau cedera pada penggugat Korban harus bisa menunjukkan cedera (bisa fisik maupun nonfisik) sebagai akibat perbuatan orang yang digugat. Sebagai contoh, seseorang melanggar lampu merah dan menabrak mobil kita sehingga mobil kita rusak atau bahkan melukai kita. Jumlah rupiah kerugian yang ditetapkan oleh pengadilan bergantung pada beberapa faktor. Ada tiga jenis ganti rugi yang bisa diberikan, yaitu: ¢ Ganti rugi khusus: dibayarkan untuk kerugian yang bisa ditentukan dan didokumentasikan, seperti biaya pengobatan atau rumah sakit, kerusakan pada harta benda kita. ¢ Ganti rugi umum: dibayarkan untuk kerugian yang tidak bisa secara khusus diukur atau dihitung, seperti biaya karena penderitaan, sakit, kehilangan pasangan, kehilangan pendapatan karena cacat permanen (sehingga tidak bisa bekerja). Gantirugi hukuman (punitive): dibayarkan untuk menghukum orang dan organisasi sehingga orang atau organisasi lain tidak akan beranimelakukan hal yang sama. d. Ada hubungan sebab akibat antara perbuatan “sembrono” tersebut dengan kerusakan Perbuatan sembrono harus bisa ditunjukkan menyebabkan kejadian buruk. Dengan kata lain, tidak ada hal lain yang menyebabkan kejadian tersebut selain perbuatan sembrono tersebut. Sebagai contoh, misalkan seorang pengendara mobil melanggar lampu merah dan menyebabkan kecelakaan. Perbuatan melanggar lampu merah tersebut bisa dikatakan menyebabkan kecelakaan tersebut, karena itu dia harus bertanggung jawab. Tetapi, misalkan ditemukan fakta bahwa sehari sebelumnya dia membawa mobilnya karena ada kerusakan pada remnya. Ternyata bengkel tersebut tidak memperbaiki rem dengan baik, sehingga rem tidak berfungsi dengan baik, termasuk pada waktu lampu merah menyala. Pengendara tersebut tidak tahu kalau perbaikan rem tersebut tidak dilakukan dengan benar. 80 Manajemen Risiko Informasi baru tersebut menunjukkan bahwa yang menyebabkan kecelakaan bukannya tindakan sembrono dari pengendara mobil tetapi kelalaian dari bengkel, Dengan demikian bengkel tersebut yang bisa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap kecelakaan tersebut. Jika pengendara tersebut tahu bahwa remnya masih bermasalah, maka ia yang akan dianggap lalai dan harus bertanggung jawab, Pertahanan Terhadap Tuntutan Kelalaian ‘Ada beberapa pertahanan legal terhadap tuntutan kelalaian. Beberapa pertahanan tersebut adalah sebagai berikut ini: (1) contributory negligence, (2) comparative negli- gence, (3) last clear chance rule, dan (4) assumption of risk. a. Contributory Negligence Dibawah common law yang strict (ketat), seseorang yang berkontribusi terhadap kecelakaan yang dialaminya sendiri tidak bisa menuntut pihak lain. Sebagai contoh, misalkan seorang pengendara mobil melanggar lampu merah dan menabrak pejalan kaki. Kemudian diketahui bahwa pejalan kaki tersebut berusaha menyeberang meskipun lampu hijau penyeberang belum menyala. Dengan kata lain, penyeberang tersebut juga melanggar Jampu merah. Dalam situasi tersebut, penyeberang jalan tidak bisa menuntut ganti rugi kepada: pengendara mobil. Pejalan kaki tersebut lalai dan ikut bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut. Di bawah aturan tersebut, seseorang yang ikut berkontribusi terhadap kecelakaan yang menimpa dirinya, meskipun cuma 1%, tetap tidak bisa menuntut ganti rugi ke pihak lainnya. b. Comparative Negligence ‘Aturan (a) di atas terlalu Ketat, karena itu disusun aturan comparative negl- gence. Menurut aturan tersebut, seseorang yang berkontribusi terhadap kecelakaan masih dapat menggugat pihak yang mencelakainya sesuai dengan kontribusinya terhadap kecelakaan tersebut. Sebagai contoh, misalkan kecelakaan mengakibatkan kerugian sebesar Rp0 juta, kemudian pihak penggugat berkontribusi sebesar 10% dari kecelakaan tersebut, maka ia bisa memperoleh ganti rugi sebesar Rp10 juta x 0,1 = Rp! juta. c. Last Clear Chance Rule Doktrin ini merupakan perbaikan lain dari doktrin contributory negligence. Menurut doktrin ini jika tergugat punya kesempatan terakhir untuk menghindari perbuatan tertentu, tetapi gagal melakukannya, maka ia tetap harus bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Sebagai contoh, misalkan pengendara mobil melanggar lampu merah, sehingga menabrak penyeberang yang juga melanggar lampu merah penyeberangan, Jika pengendara mobil tersebut punya kesempatan menghindar, misal dengan membanting setir, tetapi dia tidak melakukan hal tersebut, maka ia tetap bersalah. d Assumption of Risk ren ini bisa dipakai untuk mengalahkan Klaim atas seseorang. Menurut loktrin ini, seseorang yang tahu dan memahami risiko atau bahaya yang Bab 5. Risiko Kerusakan Properti dan Kewajiban (Liabilities) 81. inheren dari aktivitas tertentu tidak bisa meminta ganti rugi, jika terjadi kecelakaan. Sebagai contoh, misal seseorang diajak naik mobil oleh orang yang mabuk. Kemudian dia bersedia naik mobil tersebut, dan ternyata mobil tersebut menabrak pohon sehingga ia cedera. Dalam situasi tersebut, orang tersebut tidak bisa menuntut pemabuk, karena ia sudah tahu risiko berkendaraan dengan orang mabuk. 2 Imputed Negligence dan Res Ipsa Loquitur a. Imputed Negligence Pada kondisi tertentu, kelalaian bisa dialihkan ke pihak lain. Sebagai contoh, misalkan saya memperoleh kontrak membangun gedung, kemudian saya men- subkontrakkan pekerjaan pemasangan listrik ke perusahaan lain. Misalkan kemudian terjadi kebakaran karena masalah listrik, maka perusahaan kontraktor listrik tersebut bisa menjadi pihak yang bertanggung jawab terhadap kebakaran tersebut. Contoh lain, misalkan seorang karyawan mengemudikan mobil kantor dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Kemudian mobil tersebut menabrak seseorang. Kecelakaan tersebut bisa dialihkan ke pihak perusahaan. Perusahaan bertanggung jawab atas kecelakaan tersebut. b. Res Ipsa Loquitur Istilah tersebut berarti ‘the thing speaks for itself’. Menurut doktrin tersebut, kenyataan bahwa kejadian tertentu muncul cukup untuk menunjukkan adanya kelalaian. Sebagai contoh, jika dokter mengoperasi pasien yang salah, akuntan memberi opini yang tidak benar mengenai kondisi keuangan perusahaan (dan perusahaannya kemudian bangkrut), menunjukkan adanya kelalaian di pihak yang tergugat. Agar doktrin tersebut bisa diaplikasikan, empat persyaratan diperlukan: 4 Kejadian tertentu tersebut tidak akan terjadi jika tidak ada kelalaian. ~ Tergugatmempunyai pengetahuan yang baik mengenai penyebab kejadian, dan penggugat tidak terbukti melakukan kelalaian. ¢ Tergugat mempunyai kendali khusus terhadap ‘instrumentalisasi yang menyebabkan kejadian tersebut. “ Pihak korban (penggugat) tidak berkontribusi terhadap kecelakaan tersebut. 7 5.2.5. Keputusan Pengadilan Pengadilan pada akhirnya akan menentukan siapa yang menang, apakah penggugat atau tergugat. Dalam proses persidangan, penggugat maupun tergugat akan menggunakan argumen-argumen yang dibicarakan di atas untuk memperkuat pendapatnya.

Anda mungkin juga menyukai

  • PPH 23
    PPH 23
    Dokumen7 halaman
    PPH 23
    Ana Khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Kasus Akuntabilitas
    Kasus Akuntabilitas
    Dokumen1 halaman
    Kasus Akuntabilitas
    Ana Khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • CVP
    CVP
    Dokumen1 halaman
    CVP
    Ana Khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Kewirausahaan
    Kewirausahaan
    Dokumen3 halaman
    Kewirausahaan
    Ana Khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • CVP
    CVP
    Dokumen3 halaman
    CVP
    Ana Khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Komunikasi Bisnis
    Komunikasi Bisnis
    Dokumen2 halaman
    Komunikasi Bisnis
    Ana Khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Komunikasi Bisnis
    Komunikasi Bisnis
    Dokumen1 halaman
    Komunikasi Bisnis
    Ana Khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Sampah
    Sampah
    Dokumen1 halaman
    Sampah
    Ana Khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Visi Misi
    Visi Misi
    Dokumen2 halaman
    Visi Misi
    Ana Khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Pengantar
    Manajemen Pengantar
    Dokumen6 halaman
    Manajemen Pengantar
    Ana Khoirunnisa
    Belum ada peringkat
  • Materi Presentasi Akuntansi Publik
    Materi Presentasi Akuntansi Publik
    Dokumen6 halaman
    Materi Presentasi Akuntansi Publik
    Ana Khoirunnisa
    Belum ada peringkat