Anda di halaman 1dari 3

RESUME

Untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Landasan Belajar Fisika

Dosen Pengampuh: Dr. Supriyono Koes Handayanto, M.Pd, M.A


Oleh;
Karolus Boromeus Mura_230321806997

Judul Artikel: Pengintegrasian Modal Pengetahuan Siswa Sekolah Menengah Pertama


dalam Meningkatkan Pemahaman dan Pemulihan Kesalapahaman Terhadap Konsep
Optik Fisika.

Latar Belakang
Siswa sains harus diajarkan untuk mengembangkan pemahaman konseptual yang selaras dengan
pemahaman konseptual yang diterima oleh komunitas ilmiah. Namun, masih terdapat contoh
dimana pemahaman konseptual siswa terhadap sains berbeda dengan pemahaman konseptual
ilmuwan. Jika hal ini terus berlanjut maka akan menyebabkan penjelasan suatu fenomena tidak
berpedoman pada prinsip dan hukum yang benar. Ada sembilan strategi kognitif yang digunakan
baik secara terpisah maupun gabungan: 'chunking', 'frame type 1', 'frame tipe 2,' 'pemetaan
konsep', 'pengatur muka', 'analogi metafora', 'latihan', 'pencitraan' dan 'mnemonik' untuk
membantu siswa memahami suatu konsep dengan baik dan sekaligus dapat digunakan sebagai
alat untuk memperbaiki kesalahpahaman siswa (West et al 1991).
1. Kesalahpahaman Tentang Fisika Optik
Adapun kesalapahaman pada materi fisika optic yang tidak sesuai dengan konsep
sebenarnya. Kesalapahaman ini diantaranya: Kesalahpahaman tentang Hukum Pemantulan,
Kesalahpahaman tentang Hukum Refraksi, dan Kesalahpahaman tentang kecepatan cahaya
yang berbeda warna.
2. Strategi Kognitif Hibridisasi
Strategi kognitif hibridisasi adalah metode yang digunakan siswa untuk membimbing dan
membantu dalam mengamati proses konsentrasi, observasi, menghafal dan berpikir (Gagne
1985). Metode ini digunakan untuk membantu siswa dalam memahami suatu konsep tertentu
dengan baik dan sekaligus dapat digunakan sebagai alat untuk meluruskan miskonsepsi
siswa. Meskipun ada sembilan strategi kognitif untuk tujuan penelitian ini, ada tiga strategi
kognitif yang ditekankan. Itu adalah mnemonic, pemetaan konsep, dan analogi. Ketiga
strategi kognitif ini ditekankan bersama dengan modal pengetahuan siswa untuk
meremediasi miskonsepsi mereka.
3. Modal Pengetahuan
Menurut Moll dan Greenberg (1990), 'modal pengetahuan' adalah sekelompok keterampilan
dan pengetahuan yang diperoleh melalui interaksi budaya dan sejarah, dan penting untuk
berfungsinya individu dalam komunitas.
4. Teori Pengolahan Informasi Manusia
Penelitian ini didasarkan pada teori konstruktivis dan teori Pemrosesan Informasi Manusia.
Banyak model pembelajaran telah dikembangkan menggunakan kerangka teoritis ini (Duit
dan Treagust 2003; Palmer 2005). Di antara model-model ini, perubahan konseptual adalah
pendekatan yang paling penting dalam kaitannya dengan pembelajaran dan pemahaman
konseptual siswa (Duit dan Treagust 2003; Treagust 1995).
5. Tujuan dan Masalah Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengatasi kesalahpahaman dalam fisika optik dan
menggunakan integrasi modal pengetahuan dalam strategi kognitif hibridisasi untuk
memperbaiki kesalahpahaman ini. Masalah: 1) Apakah terdapat perbedaan pemahaman
konseptual yang signifikan pada fisika optik antara kelompok siswa yang diinstruksikan
menggunakan strategi kognitif hibridisasi dan siswa yang menjalani pengajaran tradisional?;
2) Apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada fisika optic pemahaman konseptual
antara kelompok siswa yang tingkat kognitifnya berbeda diinstruksikan menggunakan
strategi kognitif hibridisasi dan siswa yang menjalaninya pengajaran tradisional?; 3) Apakah
ada efek interaksi antar pengajaran strategi dengan pencapaian pemahaman konseptual fisika
siswa optik menggunakan POCT?

Metode
Sampel penelitian ini terdiri dari 127 siswa sekolah menengah teknik dari empat kelas utuh yang
terdaftar dalam fisika untuk Ujian Sertifikat Pendidikan Malaysia. Sampel dibagi menjadi dua
kelompok yakni kelompok eksperimen terdiri dari siswa dengan tingkat kognitif tinggi dan
rendah (N = 33). Sedangkan kelompok pembanding terdiri dari 64 siswa dari dua kelas Teknik
Mesin, yang terdiri dari siswa dengan tingkat kognitif tinggi (N = 31) dan tingkat kognitif rendah
(N = 33).
Hasil
Analisis menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara pre-test skor
rata-rata eksperimen [Mexp = 43,80; SDexp = 5.02] dan perbandingan kelompok [Mcom =
43,22; SDcom = 4,24], [F (1, 125) = 0,50, p = 0,48 dan p > 0,05], menunjukkan bahwa siswa di
kedua kelompok adalah serupa. Pengaruh interaksi antara strategi pengajaran dan tingkat kognitif
siswa terhadap skor minimum POCT tidak signifikan secara statistik, [F(1, 123) = 0,003, p =
0,959 dan p > 0,05]. Namun, terdapat pengaruh utama yang signifikan secara statistik untuk
strategi pengajaran terhadap pemahaman konseptual siswa tentang konsep optik [F(1, 123) =
18,731, p = 0,000 dan p <0,05], dimana ukuran efeknya dianggap besar (Partial eta squared =
0,132). Analisis juga menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh utama yang signifikan secara
statistik tingkat kognitif siswa terhadap pemahaman konseptual konsep optik siswa [F(1, 123) =
3,394, p = 0,068 dan p > 0,05].
Kesimpulan
Kesimpulan sbb: 1) modal pengetahuan yang dirancang dengan baik dalam strategi kognitif
hibridisasi dapat digunakan untuk memfasilitasi perubahan konseptual dalam memulihkan
kesalahpahaman; 2) program kurikulum harus didasarkan pada perspektif konstruktivis, dan
buku teks harus diperbaiki sedemikian rupa untuk memperbaiki kesalahpahaman siswa tentang
pembelajaran fisika; 3) Keterbatasan penelitian ini adalah sampel yang kecil dan fokus pada
konsep optik saja; 4) Efektivitas strategi ini harus diperluas untuk mengajarkan topik fisika
lainnya seperti gaya dan gerak, gelombang, listrik, elektromagnetisme, elektronika, dan studi
computer; 5) Analisis data kualitatif dari siswa dan studi longitudinal menjelaskan bagaimana
strategi tersebut dapat memperbaiki kesalahpahaman mereka dalam mempelajari topik ini; 6)
Kombinasi strategi kognitif seperti penggunaan rehearsal, frame, advance organisator, chunking
dan imagery dapat dipadukan untuk menjadikan pengajaran lebih efektif (West et al.1991) dan
juga menekankan unsur motivasi agar pembelajaran lebih hidup dan menarik.
Pertanyaan:
1. Mengapa dapat terjadi miskonsepsi dalam pembelajaran fisika?
2. Bagaimana cara agar peserta didik dan guru tidak mengalami miskonsepsi ketika belajar
fisika?

Anda mungkin juga menyukai