Tafsir Al Misbah Surat Albaqarah
Tafsir Al Misbah Surat Albaqarah
i 1 > jj|
Alif ham Mim.
85
Surafi aC-(Baqarafi (2) Kelompok I ayat 1
alat, dan betapapun teliti dan canggihnya tidak mungkin akan serupa dengan
ciptaan Allah swt., karena Allah m enjadikan dari butir-butir tanah itu
kehidupan; kehidupan yang penuh denyut serta mengandung rahasia Tuhan
tentang hidup serta rahasia yang tidak m am pu diciptakan tidak pula
diketahui oleh m anusia. D em ikian juga al-Q u r’an, h u ru f-h u ru f yang
digunakannya terdiri dari huruf-huruf yang dikenal manusia, yang darinya
m ereka m em bentuk kalimat-kalimat prosa atau puisi. D ari huruf-huruf
yang sama Allah menjadikan al-Qur’an dan al-Furqan yang menjadi pemisah
antara kebenaran dan kebatilan. Perbedaan antara hasil karya manusia dan
apa yang datang dari Allah dalam hal huruf-huruf dan kata-kata sama
dengan perbedaan antara satu jasad yang tanpa ruh, atau satu patung
manusia dengan seorang manusia yang hidup menarik dan menghembuskan
nafas. Perbedaannya sama dengan perbedaan gambar dari sesuatu yang hidup
dengan hakikat kehidupan.'’ Demikian lebih kurang Sayyid Quthub.
Salah satu pendapat terbaru adalah yang dikemukakan oleh Rasyad
Khahfah. H uruf-huruf itu - menurutnya - adalah isyarat tentang huruf-
h u ru f yang terbanyak dalam surah-surahnya. Dalam surah al-Baqarah huruf
terbanyak adalah alif, kemudian lam dan mim. Demikian juga pada surah-
surah yang lain, masing-masing sesuai dengan huruf-huruf yang disebut
pada awalnya, kecuali surah Yasin. Kedua huruf yang dipilih pada surah
tersebut adalah h uruf yang paling sedikit digunakan oleh kata-kata surah
itu. Ini karena h u ru f ( ) J a> dalam susunan alfabet Arab berada sesudah
h u ruf ( j >>) sin sehingga kedua huruf itu tidak mengisyaratkan huruf yang
terbanyak, tetapi yang paling sedikit. Pendapat ini sangat kontroversial,
bahkan tokoh yang mengemukakannya pun demikian. Perlu penelitian
saksama sebelum membenarkan teori ini.
Tam paknya jawaban: ‘A llah Lebih Mengetahui” masih merupakan
jawaban yang relevan hingga kini, kendati ia tidak memuaskan nalar manusia.
D i sisi lain, w alau para ulam a dan pakar b erb ed a-b ed a dalam
memaham i makna huruf-huruf yang berada pada awal sejumlah surah al-
Q u r’an itu, terdapat beberapa hal yang berkaitan dengan huruf-huruf
tersebut yang dapat disepakati.
Pertama, huruf-huruf yang dipilih sebagai pem buka surah-surah al-
Q ur’an sebanyak 14 huruf. Ia ditemukan dalam dua puluh sembilan surah.
Dengan demikian, empat belas yang terpilih itu adalah seperdua dari huruf-
huruf Hija’iyah (alpabet bahasa Arab). Keempatbelas huruf tersebut dirangkai
oleh sementara ulama, antara lain dengan kalimat: ( ^ a) ^ai "jpj) nash
karim qathi’ lahu sirr (teks mulia yang bersifat pasti dan memiliki rahasia).
87
Kelompok I ayat 2 Surah aC-Qiaqaraf (2)
sT
AYAT 2
'Itulah al-Kitab, tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi orang-orang bertakwa. ”
AYAT 3-5
4 T* ^ OjASU Uj»j O ja J L j O
/ * * / / / < /
i *
l J *
'pA 3* > V* u *j * *
> *J j i f i j t f l* J j*l f U h* o *
4 0 ^ o j i j f c iL sJjIj ja (jlu
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang melaksanakan shalat secara
berkesinambungan dan sempurna, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami
Kelompok I ayat 3-5 Surat aC-(Baqarah (2)
Anda tahu hakikatnya atau tidak tahu —'Anda pasti tetap akan percaya.
Apalagi kata sementara pakar, “Anda harus percaya bukan karena Anda tahu,
tetapi justru karena Anda tidak tahu. ”
“Iman kepada yang gaib adalah tangga yang dilalui untuk meningkat-
kan diri dari tingkat binatang yang tidak mengetahui kecuali yang dijangkau
oleh panca indranya menuju ke tingkat kemanusiaan yang menyadari bahwa
wujud jauh lebih besar dan lebih luas dari wilayah kecil dan terbatas yang
dijangkau oleh indra atau alat-alat yang merupakan kepanjang^n tangan
dari indra. Keyakinan tentang yang gaib merupakan perpindahanyang sangat
jauh dampaknya dalam gambaran manusia tentang wujud serta perasaannya,
dan tentang kekuasaan serta pengelolaan terhadap alam phisika dan
metafisika. Keyakinan itu juga mempunyai dampak yang sangat jauh dalam
kehidupannya di bumi ini, karena tidak sama keadaan siapa yang hidup
dalam wilayah terbatas yaag hanya dijangkau oleh indranya dengan yang
hidup di alam yang sangat luas, yang dijangkau oleh nalar dan mata hatinya,
serta menangkap gema dan kesan-kesan wujud yang luas itu di dalam lubuk
hatinya.” Demikian antara lain penjelasan Sayyid Quthub.
Ada juga yang memahami ayat di atas dalam arti percaya dalam
keadaan ia gaib, yakni tidak hadir di tengah orang banyak. Kalau dalam
ayat berikut akan dikemukakan bahwa ada orang yang beriman hanya
dengan lidahnya, yakni ketika ia berada di tengah sekelompok manusia,
maka orarfg yang bertakwa adalah yang tetap percaya walau ia sendirian,
tidak ada yang melihat atau mendengarnya.
Kalau pendapat ini mengaitkan kegaiban dengan subjek yang percaya,
pendapat lain mengaitkannya dengan objek yang dipercayai. Mereka percaya
walau objek yang dipercayainya itu tidak hadir bersama mereka, yakni walau
Rasul saw. tidak ada dan bukti-bukti kerasulan beliau tidak mereka saksikan
dengan mata kepala, sebagaimana halnya kaum muslimin setelah wafatnya
Rasul saw. Pendapat-pendapat terakhir ini, walaupun dapat dibenarkan dari
segi makna dan oleh kaidah kebahasaan, tetapi ia tidak mendapat banyak
dukungan oleh pakar-pakar tafsir.
Sifat kedua dari orang bertakwa dan memperoleh manfaat dari
kehadiran kitab suci ini adalah mereka yang melaksanakan shalat secara benar
dan berkesinambungan. Salah satu kesalahan populer menyangkut terjemahan
ayat ini dan semacamnya adalah memahaminya dalam arti mendirikan shalat.
Ini karena para penerjemah itu menduga bahwa kata ( j ) yuqimun
terambil dari kata (^14) qama yang berarti berdiri, padahal tidak demikian.
Berbeda-beda pendapat ulama tentang asalnya. Ada yang berpendapat
Kelompok I ayat 3-5 Surafi aC-(Baqarafi (2)
bahwa kata ini terambil dari kata yailg menggambarkan tertancapnya tiang
sehingga ia tegak lurus dan mantap, ada juga yang menyatakan bahwa ia
terambil dari kata yang melukiskan pelaksanaan suatu pekerjaan dengan
giat dan benar. Betapapun beraneka pendapat tentang asal maknanya, namun
penulis tidak menemukan seorang ulama pun yang memahaminya dalam
arti “berdiri atau mendirikan.” Bahkan kitab tafsir yang paling singkat dan
sederhana pun, al-Jalalain, menjelaskan kata ( o'^CaI' ) yutyimun ash-
shalah dengan melaksanakannya berdasar hak-haknya, y a k n i .dengan khusyuk
sesuai syarat, rukun dan sunnahnya, sebagaimana diajarkan oleh Rasul saw.
Sifat ketiga adalah menafkahkan yakni mengeluarkan apa yang dimiliki
dengan tulus setiap saat dan secara berkesinambungan yang wajib atau
yang sunnah, untuk kepentingan pribadi, keluarga dan siapapun yang butuh
sebagian dari apa yang Kami — yakni Allah — anugerahkan kepada mereka.
Sebagian sisanya - kMau anugerah itu berupa harta —mereka tabung untuk
persiapan masa depan pribadi, keluarga dan masyarakat.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa yang bertakwa hendaknya bekerja dan
berkarya sebaik mungkin sehingga memperoleh hasil yang melebihi kebutuhan
jangka pendek dan jangka panjangnya serta dapat membantu orang lain.
Di samping sifat-sifat itu, orang-orang bertakwa sepanjang saat juga
percaya menyangkut apa yang diturunkan kepadamu hai Muhammad, yakni al-
Qyr’an dan apayang diturunkan kepada para nabi sebelum-mu yakni Taurat,
Injil dan Zabur serta dengan keniscayaan kehidupan hart akhirat seperti
adanya perhitungan, surga, neraka mereka sangatyakin.
Kata “sepanjang saat” dipahami dari penggunaan bentuk kata kerja
mudhari’ (present tense) yakni kata kerja masa kini dan yang akan datang,
yang digunakan oleh kata ( o y j i ) yu 'minun.
Ayat ini mendahulukan objek keyakinan, yaitu akhirat, sebelum kata
kerjanya, untuk mengisyaratkan betapa kukuh dan besaranya perhatian
mereka tentang akhirat, bahkan keyakinan akan hal tersebut telah mewarnai
segala aktivitanya. Visi yang mereka miliki adalah visi yang jauh tidak
terbatas, bukan terbatas pada “di sini” dan “sekarang.”
( i)j J j j ) Yuqinun yakni yakin adalah pengetahuan yang mantap tentang
sesuatu dibarengi dengan tersingkirnya apa yang mengeruhkan pengetahuan
itu, baik berupa keraguan maupun dalih-dalih yang dikemukakan lawan.
Itu sebabnya pengetahuan Allah tidak dinamai mencapai tingkat yakin,
karena pengetahuan Yang Maha Mengetahui itu sedemikian jelas sehingga
tidak pernah sesaat atau sedikit pun disentuh oleh keraguan. Berbeda dengan
manusia yang yakin. Sebelum tiba keyakinannya, ia terlebih dahulu disentuh
Surah a[-(Baqarah (2) Kelompok 1 ayat 3-5
oleh keraguan, namun ketika ia sampai pada tahap yakin, maka keraguan
yang tadinya ada langsung sirna.
Mereka itulah yakni orang-orang yang sungguh jauh dan tinggi
kedudukannya berada di atas yakni memperoleh dengan mantap petunjuk
dari Tuhan Pem bim bing mereka dan mereka itulah orangyang beruntung,
memperoleh apa yang mereka dambakan.
Kata ( J * ) ‘aid/di atas yang digunakan ayat ini memberi kesan bab,wa
orang-orang bertakwa selalu berada dalam posisi yang tinggi berkat
konsistensinya menjalankan petunjuk Allah swt.
Penegasan bahwa mereka itu berada di atas petunjuk, memberi kesan
bahwa sifat-sifat terpuji yang mereka sandang adalah berkat anugerah
hidayah Allah atas mereka. Mereka menjadi orang-orang bertakwa karena
hidayah Allah itu. Selanjutnya dengan adanya penegasan sebelumnya bahwa
al-Qur’an adalah hidayah, Jahir kesan bahwa mereka itu diliputi oleh dua
macam hidayah. Hidayah pertama menjadikan mereka masuk ke dalam
kelompok orang bertakwa dan hidayah kedua, melebihi hidayah pertama.
Memang seperti penegasan-Nya bahwa Allah menambah hidayah-Nya bagi
orang-orangyang telah memperoleh hidayah. Dengan demikian, tukar posisi ayat
ini dengan ayat berikut yang berbicara tentang orang-orang kafir yang juga
berada dalam dua macam kesesatan, sebagaimana akan terbaca nanti.
Hidayah pertama yang dimaksud di sini adalah kesucian jiwa mereka,
dan kesedlaannya menampung kebenaran. Ini mengantar mereka sadar akan
kelemahan mereka serta kebutuhannya akan bimbingan, yang berada di luar
diri mereka —di luar jasmani, rasa dan akal mereka. Dari sini lahir kepercayaan
tentang adanya wujud yang gaib yang dapat membantu, dan ini berakhir
dengan keyakinan tentang wujud Allah swt. serta bimbingan-Nya.
Sementara ulama berpendapat bahwa ayat empat berbicara tentang
kelompok lain dari orang-orang yang beriman. Kelompok pertama - ditunjuk
oleh ayat 3 —adalah orang-orang bertakwa yang telah memeluk Islam setelah
sebelumnya mereka adalah orang-orang musyrik. Mereka mendengar
petunjuk al-Qur’an dan menyambutnya, didorong oleh ketakwaan dan rasa
takut akan masa depan yang gaib, yakni hari Kemudian yang tadinya mereka
ingkari atau ragukan. Karena itu menurut penganut pendapat ini, mereka
antara lain disifati sebagai orang-orang yang percaya kepada yang gaib-
karena sebelumnya mereka tidak percaya; sebelumnya mereka juga tidak
shalat. Atas dasar itu pula maka kepercayaan mereka, dilukiskan oleh ayat
ini dalam dalam bentuk kata kerja masa kini, seperti juga dengan aktivitas
shalat m ereka. Itu semua untuk menunjukkan kesinam bungan dan
peningkatan iman serta shalat mereka dari saat ke saat.
Kelompok I ayat 6-7 Surafi af^Baqarafi (2)
AYAT 8-10
Di antara manusia selain dua kelompok yang disebut sebelum ini, yakni
bukan orang bertakwa bukan juga orang kafir, adalah orang-orang munafik.
Terdapat tiga belas ayat dalam kelompok ayat-ayat pertama surah al-
Baqarah ini yang membicarakan mereka. Walaupun, jika bertitik tolak dari
segi masa turunnya, kita harus berkata bahwa ayat-ayat tersebut melukiskan
sebagian anggota masyarakat Madinah belasan abad yang lalu, tetapi pada
hakikatnya kita dapat berkata bahwa ayat-ayat tersebut melukiskan keadaan
sebagaian anggota masyarakat umat manusia, kapan dan di mana pun.
Uraian panjang lebar diperlukan karena sebagian sifat-sifat mereka
tidak muncul ke permukaan, bahkan mereka sangat lihai menyembunyikan
atau mengemasnya dalam kemasan indah. Mereka itulah yang dimaksud
dengan firman-Nya, di antara manusia.
Allah swt. memulai uraian-Nya tentang gambaran orang-orang munafik
dengan berfirman: D i antara mereka adayang mengatakan, ‘Kami telah beriman
kepada Allah dengan iman yang benar dan kami juga telah percaya dengan
keniscayaan hari Kemudian” untuk mengelabui orang-orang mukmin.
Kelompok I ayat 8-10 Surafi af^Baqarat (2)