Anda di halaman 1dari 3

Analisis Disiplin Aparatur Sipil Negara dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

( Studi Kasus Pemerintah Kota Makassar )

Oleh:
Muh. Nawir / E121 15 314
(muhnawirs10@gmail.com)

Dewasa ini topik etika pemerintahan ramai dibicarakan terlebih terkait dengan
proses penyelenggaraan pemerintahan dalam menjalankan fungsinya. Berbicara
mengenai baik dan buruk pasti berbicara tentang etika. Jika dilihat secara etimologis
kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos dan ethikos, ethos yang berarti
sifat, watak, adat, kebiasaan, tempat yang baik. Ethikos berarti susila, keadaban,
atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Kata “etika” dibedakan dengan kata “etik”
dan “etiket”. Kata etik berarti kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan
akhlak atau nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau
masyarakat. Adapun kata etiket berarti tata cara atau adat, sopan santun dan lain
sebagainya dalam masyarakat beradaban dalam memelihara hubungan baik
sesama manusia.
Berkaitan dengan proses penyelengaraan pemerintah. Dalam hal ini
menyangkut fungsi pelayanan, pengaturan, pembangunan dan pemberayaan
masyarakat. Etika haruslah dimiliki oleh setiap Asparatur Sipil Negara dalam
melaksanakan fungsinya. Berbicara mengenai etika pemerintahan tidak terlepas
dari etika birokrasi, birokrasi merupakan instrument penting dalam masyarakat
modern yang kehadirannya tak mungkin terelakkan. Eksistensi birokrasi ini sebagai
konsekuensi logis dari tugas utama negara (pemerintahan) untuk menyelenggarakan
kesejahteraan masyarakat (social welfare). Negara dituntut terlibat dalam
memproduksi barang dan jasa yang diperlukan oleh rakyatnya (public goods and
services) baik secara langsung maupun tidaklangsung bahkan dalam keadaan
tertentu negara yang memutuskan apa yang terbaik bagi rakyatnya. Untuk itu negara
membangun sistem administrasi yang bertujuan untuk melayani kepentingan
rakyatnya yang disebut dengan istilah birokrasi.
Dalam melayani kepentingan umum aparatur pemerintah sebagai abdi, bukan
sebalikya mencari keuntungan atau mengutamakan kepentingan pribadi atau
golongan. Dijalankannya etika pemerintahan oleh aparatur pemerintah akan
berimplikasi langsung pada penyelenggaran pemerintahan. Penyelenggaraan
pemerintahan akan berjalan lancar dan sukses apabila perilaku aparatur pemerintah
menjalankan tugasnya berdasarkan nilai -nilai etika. Demikian juga sebaliknya
penyelenggaraan pemerintahan akan terhambat dan bermasalah apabila perilaku
aparatnya menyimpang dari nilai - nilai etika.
Maraknya korupsi waktu oleh oknum ASN sepertinya sulit diberantas.
Lemahnya sistem pengawasan jam kerja di lingkungan ASN, didukung mentalitas
oknum ASN yang memang sedemikian rendahnya. Dengan demikian, sudah tidak
lagi menghargai waktu untuk sebuah pengabdian yang mulia.
Bukan rahasia lagi jika banyak oknum ASN melakukan korupsi waktu. Di
antaranya adanya upaya mangkir pada jam kerja, serta sering bolos kerja dengan
alasan klasik, seperti kunjungan lapangan, rapat di luar kota atau dinas luar.
Padahal, mereka menghabiskan jam kerjanya di warung makan, mal, bahkan ada
yang berkeliaran di hotel-hotel atau tempat wisata dengan pasangan
selingkuhannya.
Pemerintah melalui PP nomor 53 tahun 2010 tentang disiplin pegawai negeri
sipil (PNS) dilakukan secara bertahap sejak pengangkatan, penempatan, pendidikan
dan latihan, pemindahan, penghargaan, serta pemberhentian, dengan selalu
mengacu kepada kode etik dan peraturan disiplin yang diberlakukan. Semua itu
dilakukann dengan tujuan untuk mengoptimalkan kinerja sumber daya aparatur.
Disiplin harus menjadi nafas bagi setiap aparatur negara dalam menjalankan
tugas dan fungsinya, dengan ukuran-ukuran yang jelas sebagai parameter penilaian.
Dengan indikator-indikator yang ditetapkan, maka reward and punishment juga bisa
diterapkan secara konsisten. Dalam hal ini, diperlukan pengawasan yang tidak saja
dari atasan langsung, tetapi juga dari luar.
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah No. 53 tahun 2010, PNS tidak bisa
berkilah lagi, dan disiplin tak bisa ditawar-tawar. “Pemerintah telah menyiapkan
parameter penilaian aparatur. Jadi sanksi juga sudah ditetapkan, sesuai dengan
tingkat kesalahan yang dilakukan. Selain itu, pengawasan terhadap disiplin kerja
PNS atau SDM aparatur juga akan ditingkatkan
Buruknya wajah birokrasi Indonesia selama ini tak lepas dari proses
rekrutmen dalam peraturan tentang Penilaian pengangkatan dalam jabatan
struktural.Pengangkatan seseorang untuk menduduki suatu jabatan atau untuk
kenaikan pangkat didasarkan atas kecakapan dan prestasi kerja yang dicapai oleh
pegawai. Kecakapan tersebut harus dibuktikan dengan lulus dalam ujian dinas dan
prestasi dibuktikan secara nyata. “Jadi, ke depan penilaian tak hanya berdasarkan
ijazah dan lamanya seseorang bekerja saja. Pola karier PNS itu berdasarkan
pendidikan, diklat yang dimiliki, dan lamanya masa kerja. Jadi PNS itu harus
mempunyai kompetensi dasar dan juga pengetahuan yang bagus.
Tentu saja untuk menuju ke sana diperlukan perangkat penilaian terhadap
kinerja ASN. Namun untuk saat ini, sistem penilaiannya masih menekankan pada
proses bekerjanya, belum banyak mengukur hasil kerja serta dampak kinerjanya.
Hal ini berkaitan dengan tunjangan kinerja atau remunerasi, yang mengacu pada
beban tugas dan tanggung jawab. Karena itu akan diukur dari aspek kuantitas,
kualitas, aspek biaya dan waktu menyelesaikan pekerjaannya.
Selain dari pada itu setiap jabatan juga dievaluasi bobot jabatannya, seperti
tanggung jawab dan risikonya. “Ada tujuh belas tingkatan (grade), yang setiap
tingkatan ini punya nilai. Targetnya, sesuai arahan Presiden semuanya selesai tahun
2011. Untuk itu perlunya penegakan disiplin PNS, termasuk melalui peraturan
perundang-undangan dengan menerapkan sanksi hukum secara tegas bagi setiap
pelanggaran. Hal ini sudah dijelaskan dalam PP 53 tahun 2010. PP tahun 2010 ini
untuk memperbaiki PP No 30 Tahun 80 yang bersifat umum.
Bahkan, pada PP No 53 Tahun 2010 ini juga dicantumkan hukuman juga bisa
dikenakan terhadap pejabat yang seharusnya memberikan hukuman, tetapi tidak
menjatuhkan hukuman terhadap anak buahnya. Hal ini sebagai respon atas
penilaian masyarakat,bahwa PNS pada umumnya kurang disiplin dan kinerjanya
lamban, rendah dan kurang responsif. Untuk itu perlu dibuat ukuran-ukuran,
sehingga benar tidaknya penilaian itu bisa diuji secara obyektif dan ilmiah.
“Diharapkan kedisiplinan dan kinerja PNS meningkat, sekaligus bisa dijadikan tolok
ukur dalam penilaian kinerja PNS,” ujarnya. Dalam PP 53 tahun 2010 dijelaskan
kewenangan masing-masing eselon. Kalau tidak mencapai sasaran kerja akan diberi
penilaian. Apakah baik, buruk, atau kurang. Sanksinya bisa saja kenaikan gajinya
tertunda, atau jabatan diberhentikan.
Massifnya pelanggaran terhadap kedisiplinan Aparatur Disiplin Negara ini
terjadi di banyak kota Indonesia. terkhusus di Kota Makassar, data menunjukkan
bahwa pada tahun 2016 sebanyak 103 Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup
Pemerintah Kota Makassar telah mendapatkan sanksi. Angka tersebut terhitung
dalam rentang waktu Januari hingga November 2016. Jika dibandingkan tahun
sebelumnya, pemberian sanksi itu mengalami peningkatan. Sebab di tahun 2015
hanya 76 PNS yang mendapatkannya. untuk tahun 2017 ini Badan Kepegawaian
Daerah (BKD) Makassar kembali mengeluarkan surat keputusan (SK) sanksi disiplin
kepada 17 pegawai Pemkot Makassar.
Untuk meningkatkan disiplin PNS sebagai abdi negara dan masyarakat
diperlukan pembinaan dan pengawasan terus-menerus. Gaji kecil ataupun gaji besar
tidak banyak pengaruhnya, sebab ini sudah menyangkut mental. Justru itu, perlu
peraturan disiplin yang memuat pokok-pokok kewajiban, larangan, dan sanksi
apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar. Sayangnya, jumlah PNS
yang dikenakan sanksi relatif sangat kecil. Untuk itu, setiap instansi pemerintah perlu
mengembangkan budaya kerja di lingkungannya masing-masing. Perubahan pola
pikir dan peningkatan budaya kerja pada dasarnya merupakan inti dari reformasi
birokrasi. SDM aparatur negara harus mendahulukan kewajiban daripada hak,
mengutamakan peran bukan wewenang serta untuk melayani, bukan untuk dilayani.
Sanksi tegas tetap diberlakukan bagi siapa saja yang melanggar dan tidak
memandang siapa pun itu. kalau perlu diberikan sanksi efekjerah agar ASN yang
melanggar tidak mengulangnya lagi. Hal ini akan efektif jika semua lapisan
berkomitmen guna mewujudkan pemerintahan yang bersih atau Clean government.

Daftar Pustaka

Salindeho M, Jurnal: Implementasi Etika Pemerintahan Dalam Meningkatkan


Kinerja Aparatur Pemerintah (Suatu Study Di Kecamatan Tahuna Timur Kabupaten Kepulauan
Sangihe)

Agistia, Ninda. 2017. Skripsi: Implementasi Etika Pemerintahan Dalam


Meningkatkan Kinerja Aparatur Pemerintah (Studi Di Kecamatan Natar Lampung
Selatan). Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Bandar
Lampung

http://beritakotamakassar.fajar.co.id/berita/2016/11/19/103-pns-disanksi-disiplin-26-
bercerai/ diakses pada tanggal 31 Oktober 2017, pukul 12:57 Wita

Anda mungkin juga menyukai