Anda di halaman 1dari 3

Perilaku Masayarakat dalam Menentukan Pemimpin Di Kabuptaen

Takalar (Pemilihan kepala Daerah 2017)

Muh Nawir
E12115314

Departemen Ilmu Politik Dan Ilmu Pemerintahan


Fakutas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik
Universitas Hasanuddin
2018
Perilaku pemilih merupakan tingkah laku seseorang dalam menentukan pilihannya yang
dirasa paling disukai atau paling cocok. Secara umum teori tentang perilaku memilih
dikategorikan kedalam dua kubu yaitu ; Mazhab Colombia dan Mazhab Michigan ( Fadillah
Putra , 2003 : 201 ). Mazhab Colombia menekankan pada faktor sosiologis dalam membentuk
perilaku masyarakat dalam menentukan pilihan di pemilu. Model ini melihat masyarakat sebagai
satu kesatuan kelompok yang bersifat vertikal dari tingkat yang terbawah hingga yang teratas.
Penganut pendekatan ini percaya bahwa masyarakat terstruktur oleh norma-norma dasar sosial
yang berdasarkan atas pengelompokan sosiologis seperti agama, kelas ( status sosial ), pekerjaan,
umur, jenis kelamin dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam membentuk
perilaku memilih. Oleh karena itu preferensi pilihan terhadap suatu partai politik merupakan
suatu produk dari karakteristik sosial individu yang bersangkutan (Gaffar, Affan, 1992 : 43 ).
Ikatan Primordialisme Dalam Menggaet Suara di pilkada Kab. Takalar
Ikatan primordialisme keagamaan dan etnis menjadi salah satu alasan penting dari
masyarakat dalam menyikapi terhadap elektabilitas calon legislatife. Jika seorang kandidat
memiliki latar belakang ikatan primordialisme yang sama dengan ikatan primordialisme
masyarakat, maka hal tersebut menjadi alternatif pilihan masyarakat. Ikatan emosional tersebut
menjadi pertimbangan penting bagi masyarakat untuk menentukan pilihannya. Ikatan emosional
masyarakat tidak hanya didasarkan atas sistim kekerabatan semata, akan tetapi agama menjadi
pengikat ikatan emosional, asal daerah atau tempat tinggal, ras/suku, budaya, dan status sosial
ekonomi, sosial budaya juga menjadi unsur penting dalam ikatan emosinal komunitas
masyarakat tertentu. Hal tersebut terlihat pada basis komunitas masyarakat di daerah pemilihan,
daerah/wilayah atau kantong-kantong basis massa yang ditandai dengan adanya simbol-simbol
partai yang memberikan gambaran dan sekaligus sebagai pertanda bahwa di wilayah tersebut
merupakan kantong basis massa partai tertentu.
Modal Sosial sebagai Starategi Pemenangan Syamsari Kitta-H. Achmad Se’re
Modal Sosial, latar belakang sosial yang dimiliki calon bisa dicermati seperti tingkat
pendidikan, pekerjaan awal, ketokohannya di dalam masyarakat (tokoh agama, adat, organisasi
kepemudaan, profesi dan lain sebagainya) merupakan Modal sosial yang harus dimiliki kandidat
berkaitan dengan membangun relasi dan kepercayaan dari masyarakat bahwa kekuasaan juga
diperoleh karena kepercayaan.29 Jika kekuasaan dilanggar, maka masyarakat dengan mudah
tidak percaya lagi kepada pemegang kekuasaan. Pengaruh ketokohan dan popularitas, latar
belakang pendidikan dan pekerjaan kandidat menentukan pemenangan pemilihan kepala daerah,
karena untuk membangun relasi dan kepercayaan dari masyarakat kandidat harus memiliki
pengaruh tersebut.
Pierre Bourdieu ditahun 1970, mendefinisikan modal sosial sebagai “sumber daya aktual
dan potensial yang dimiliki seseorang berasal dari jaringan sosial yang terlembagakan serta
berlangsung terus menerus dalam bentuk pengakuan dan perkenalan timbal balik (atau dengan
kata lain : keanggotaan dalam kelompok sosial) yang memberikan kepada anggotanya berbagai
bentuk dukungan kolektif.” Bourdieu juga menegaskan modal sosial sebagai sesuatu yang
berhubungan satu dengan yang lain, baik ekonomi, budaya, maupun bentuk-bentuk social capital
(modal sosial) berupa insitusi lokal atau kekayaan sumber daya alam. Pendapatnya menegaskan
tentang modal sosial mengacu pada keuntungan dan kesempatan yang didapatkan seseorang di dalam
masyarakat melalui keanggotaannya dalam entitas sosial tertentu (paguyuban, kelompok arisan,
asosiasi tertentu).
Pilkada Kab. Takalar
Salah satu daerah yang melaksanakan pilkada serentak 15 Februari 2017 silam adalah
Kabupaten Takalar. Kontestasi yang dilaksanakan didaerah ini mempertemukan dua pasang
calon yang bertarung, pasangan nomor urut satu adalah Burhanuddin B - Natsir Ibrahim (Bur-
Nojeng) merupakan petahana, sedangkan nomor urut dua adalah Syamsari Kitta - Achmad Dg
Se‟re (SK-HD) merupakan satu-satunya pesaing petahana. Hasil hitung form C1 yang dirilis
KPU Takalar menetapkan pasangan nomor urut dua meraup 88.113 suara (50,58 %), sedangkan
petahana hanya meraup sebanyak 86.090 suara (49,42%). Sebagaimana dalam UU No.1 Tahun
2015 menyebutkan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota menetapkan pasangan calon
terpilih pada Pemilihan satu pasangan calon jika mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen
(50%) dari suara sah.
Pilkada serentak di Kabupaten Takalar yang memenangkan Pasangan H. Syamsari
Kittadan H. Achmad Dg. Se’re jika ditinjau dari perilaku pemilih di Takalar mengedapnkan sisi
ketokohan dan kedekatan emosional dimana calon berasal. Betapa tidak, dari sembilan
kecamatan yang ada di Takalar, pasangan SK-HD hanya mampu memenangkan empat
kecamatan, tapi karena gap suara di wilayah Galesong yang terbilang cukup besar mampu
memenangkan pasangan SK-HD. Modal sosial yang dimiliki Syamsari Kitta terhadap
masyarakat di wilayah Galesong menjadi perhatian tersendiri. Masyarakat galesong saling bahu-
membahu demi memenangkan pasangan SK-HD.
Kepustakaan
Halim, Willy. 2014. Bangkitlah Pancasila!!: Sebuah Gagasan Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. UB Press. Malang
(Jurnal) Fahmi Sulthoni, Fahmi. 2017. Analisis Kemenangan Syamsari Kitta-Achmad Dg Se’re
(SK-HD) Pada Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Takalar Tahun 2017. Repository Unhas.
Makassar
(internet) https://catatantugaskuliahblog.wordpress.com/2016/02/13/perilaku-pemilih/

Anda mungkin juga menyukai