Penerapan Maksim Sopan Santun Dalam Berkomunikasi Siswa Kelas Xi A Sma Negeri 3 Kabupaten Muaro Jambi
Penerapan Maksim Sopan Santun Dalam Berkomunikasi Siswa Kelas Xi A Sma Negeri 3 Kabupaten Muaro Jambi
ARTIKEL
Oleh
NIM A1B113039
Berkomunikasi Siswa Kelas XI A SMA Negeri 3 Kabupaten Muaro Jambi 2017 ini adalah
untuk mendeskripsikan Sopan Santun siswa khususnya berkenaan dengan pemakaian Prinsip
Sopan Santun Leech yang meliputi maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian,
maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan dan maksim kesimpatisan di SMA Negeri 3
Kabupaten Muaro Jambi yang terjadi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa
lainnya.
Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah Metode simak bebas libat
cakap, atau penyimakan. Teknik dasar metode simak adalah teknik sadap serta menggunakan
catatan sebagai teknik lanjutannya. Selanjutnya, data yang diperoleh dalam penelitian ini
dianalisis dengan metode padan pragmatis dan menggunakan teori pragmatis dengan prinsip
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pematuhan terhadap maksim
sopan santun Leech yang meliputi: 3 pematuhan maksim kearifan, 3 pematuhan maksim
terhadap prinsip Kesantunan Leech selama masa penelitian meliputi: 1 pelanggaran maksim
kesimpatisan.
Disarankan agar sopan santun berbahasa di lingkungan sekolah harus tetap digunakan
dan ditingkatkan lagi pemakaiannya, karena sekolah merupakan lingkungan formal tempat
anak menuntut ilmu.Oleh karena itu diharapkan kepada para ahli bahasa dan pihak yang
berwenang untuk memberikan penyuluhan mengenai kesantunan berbahasa agar tata cara
berbahasa di lingkungan sekolah lebih baik lagi hingga terwujud opini masyarakat bahwa
sekolah adalah lingkungan yang baik untuk mendidik anak menjadi lebih berilmu dan
bermoral.
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antar manusia dalam masyarakat yang berupa
bunyi ujar yangdihasilkan oleh alat ucap manusia. Bahasa yang berfungsi sebagai alat
memungkinkan setiap orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik dan sosialnya
serta untuk mempelajari kebiasaan, kebudayaan, adat istiadat, serta latar belakang masing-
digunakan berdasarkan kebutuhan seseorang, yakni sebagai alat untuk mengekspresikan diri,
sebagai alat untuk berkomunikasi, sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan beradaptasi
sosial dalam lingkungan atau situasi tertentu, dan sebagai alat untuk melakukan kontrol
sosial. Artinya bahwa bahasa adalah suatu alat untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan
santun adalah tata cara, adat atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Sopan santun
juga merupakan aturan prilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat
tertentu, sehingga sopan santun sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh masyarakat.
Sopan santun bahasa tercermin dalam tata cara berkomunikasi lewat tanda verbal.
Ketika berkomunikasi, pengguna bahasa tunduk pada norma-norma budaya, tidak hanya
menyampaikan ide dan pikirkan, tata cara berbahasa juga harus sesuai dengan unsur-unsur
budaya yang ada dalam masyarakat. “Pragmatik menelaah makna dalam hubungannya
dengan situasi ujar yang terdiri atas unsur-unsur penyapa dan yang disapa, konteks, tujuan,
tindak ilokusi dan tuturan; juga dapat ditambahkan unsur waktu dan tempat.
Dari uraian pragmatik di atas, dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah telaah
penggunaan bahasa nyata dan sesuai dengan konteks pemakaiaannya, sedangkan konteks
yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang dimiliki oleh penutur dan
mitra tutur yang menyertai dan mewadai sebuah tuturan. mengemukakan prinsip sopan
santun meliputi enam maksim. Keenam maksim tersebut adalah maksim sopan santun,
maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim kesepakatan, maksim pujian, dan maksim
sopan.
prinsip-pinsip tersebut, terdapat empat maksim yang melibatkan skala-skala berkutub dua,
yakni skala untung-rugi dan skala puji-kecaman. Keempat maksim tersebut adalah maksim
kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian, dan maksim kesepakatan dan maksim
kesimpatisan. Sedangkan satu maksim lainnya ( maksim kerendahan hati) melibatkan skala-
Walaupun antara skala yang satu dengan yang lain ada kaitannya, setiap maksim
berbeda dengan jelas, karena setiap maksim mengacu pada sebuah skala penilaian yang
berbeda dengan skala penilaian maksim-maksim lainnya. Keenam maksim dan sub maksim
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. kualitatif
adalah penelitian yang menghasilkan data yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan prilaku yang dapat diamati. Penelitian yang berjudul “Penerapan Maksim Sopan
Santun dalam Berkomunikasi Siswa Kelas XI A SMA Negeri 3 Kabupaten Muaro Jambi” ini
mengamati kata-kata yang digunakan dalam percakapan siswa dengan guru dan siswa dengan
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. deskriptif adalah jenis penelitian yang
menjelaskan data atau objek secara natural, objektif, dan faktual (apa adanya). Jenis
penelitian deskriptif ini digunakan untuk menggambarkan apa adanya hasil dari pengumpulan
data yang telah dilakukan peneliti. Jenis penelitian ini dipilih karena dapat memberikan
gambaran yang secermat mungkin mengenai individu. Dalam penelitian ini kehadiran peneliti
diperlukan selama pengumpulan data dan informasi. Kehadiran peneliti dalam aspek kerja
yakni sebagai perencana, pengumpulan data dan pelaporan hasil penelitian sehingga
keterlibatan peneliti sangat diperlukan. Hal ini sangat diperlukan dalam pengumpulan data
berlangsung hingga terkumpul dengan sempurna dan lengkap. Namun dalam setiap peristiwa
tutur tersebut peneliti selalu berusaha menciptakan suasana alamiah. Artinya peneliti
berusaha agar keberadaan peneliti sebisa mungkin tidak disadari sebagai orang yang sedang
menyimak perilaku partisipan yang terlibat dalam peristiwa tutur yang sedang diamati,
sehingga data yang diperoleh adalah data pemakaian bahasa yang sesungguhnya terjadi,
bukan yang diciptakan oleh para partisipan karena sadar bahwa peristiwa tutur yang
dilakukan sedang diamati oleh peneliti, yang memungkinkan mereka melakukan peristiwa itu
menyimak, merekam, serta berupa bentuk sopan santun berbahasa dan pelanggarannya.
Kehadiran peneliti secara berkesinambungan dan terus menerus dari menyimak, merekam,
mencatat, mengolah data sampai pada pengecekan keabsahan data. Pada bab ini akan
dikemukakan hasil peneleitian dan pembahasan mengenai Penerapan Maksim Sopan Santun
Dalam Berkomunikasi Siswa Kelas XI A SMA Negeri 3 Kabupaten Muaro Jambi. Hasil
penelitian dan pembahasan akan disajikan dalam satu pemaparan secara berturut-turut sesuai
prinsip Sopan santun Leech. Prinsip Sopan Santun Leech terdiri dari enam maksim, yakni
Berikut penulis akan menganalisis tuturan langsung pemakaian dan penerapan maksim sopan
santun dalam berkomunikasih siswa kelas XI A SMA Negeri 3 Kabupaten Muaro Jambi oleh
siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainnya dan pelanggaran terhadap prinsip sopan
santun Leech. Maksim merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual, yaitu
interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim juga disebut
sebagai bentuk pragmatik berdasarkan bentuk kerja sama dan prinsip sopan santun. Maksim-
Kearifan adalah suatu sifat atau karakter seseorang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(KBBI), kearifan diartikan sebagai sifat yang bijaksana; cerdik dan pandai. Leech
menyebutnya dalam prinsip sopan santun sebagai maksim kearifan yang mengharuskan
peserta tutur agar senantiasa berpegang teguh untuk selalu untuk selalu mengurangi
keuntungan dirinya sendiri dan memaksimalkan pihak lain. Untuk mengukur sopan santun
dalam maksim kebijaksanaan menggunakan skala untung rugi atau Cost benefit scale. Berikut
bentuk pematuhan maksim kearifan yang peneliti temukan di SMA Negeri 3 Kabupaten
Muaro Jambi. Tuturan pada data 1 bisa saja menjadi tidak santun dan melanggar maksim
kearifan misalnya jika Siswa 1 menambahi kerugian orang lain dan menambahi keuntungan
diri sendiri. Misalnya saja dengan tuturan ”pokoknyo agek aku bawa duluan yo buku yang di
Desi, kau tunggu aku selesai.” Atau bisa juga dengan tuturan “kalo kau mau nyatat jugo
ambil dewek yo di rumah aku, aku yang minjem dengan Desi duluan.”
Setiap prilaku transaksi dalam maksim ini diharuskan untuk mengurangi cacian pada orang
lain dan menambah pujian pada orang lain. Penutur yang selalu mematuhi maksim ini akan
dianggap sebagai orang yang tahu sopan santun, pintar mengahargai orang lain, dan
terhindar dari prasangka buruk mitra bicaranya. Jika pelaku transaksi komunikasi mempunyai
kecenderungan untuk selalu mematuhi maksim ini, maka jalannya komnkasi dan hubungan
interpersonal antar penutur dan petutur akan terjalin dengan sangat harmonis.karena masing-
masing pihak akan ada keinginan untuk saling menghargai satu samalain dan akan terjauh
dari tuturan mencaci dan menyakiti lawan tuturnya.Tuturan siswa diatas adalah santun.
Dalam tuturan diatas tampak bahwa pujian yang dilontarkan Siswa 1 terhadap siswa 2 di
tanggapi oleh Siswa 2 dengan bersikap rendah hati. Siswa 2 telah dengan cara mengurangi
pujian terhadap dirinya sendiri dan tidak menyombongkan dirinya atas kemampuan yang
dimilikinya. Maka dari itu, tuturan pada data 9 tersebut telah mematuhi prinsip sopan santun
Tuturan dalam data 9 tersebut bisa menjadi tidak santun, misalnya jika siswa 2
menanggapi tuturan Siswa 1 kepada gurunya tersebut dengan bertutur “io, Bu. Dak ado dak
yang biso sebagus kami meranin tokoh raja tu.” Atau bisa juga jika Siswa 2 bertutur “io lah,
aku kan multi talenta. Emangnyo kau dak biso apo-apo. Jelas tuturan tersebut telah
diri sendiri. Tuturan siswa pada data 10 adalah santun. Dalam tuturan tersebut tampak Siswa
atau kemufakatannya terhadap pendapat yang dituturkan oleh siswa 1 bahwa menurutnya
memang benar yang dikatan siswa 1, dan ia setuju, Ibu guru yang mengawas ketika mereka
ujian sangat tidak menyenangkan. Tuturan Siswa 2 dikatakan santun karena telah mengurangi
ketidaksepakatan antara diri sendiri dengan oang lain dan telah mematuhi prinsip sopan
Data11
Siswa 1 : “Itu bae balon yang waktu perpisahan hargonyo dinaiin, awalny
3500 jadi 5000. Gilo dak mamang tu. Mahal nian”
Siswa 2 : “Io, mau dak maulah harus bayar. karena udah tedesak.
Dalam percakapan data 11 diatas, tampak bahwa Siswa 2 telah mematuhi maksim
kesepakatan. Hal ini ditunjukkan dengan tuturannya yang bermaksud menyatakan setuju
dengan pendapat siswa 1 bahwa harga balon yang mereka beli ketika perpisahan terlalu
mahal tetapi mereka terpaksa membeli karena mereka membutuhkan balon tersebut dan tidak
ada lagi penjual balon yang lain di sekitar mereka. Dengan demikian tuturan siswa 2 tersebut
Tuturan Siswa 2 pada data 11 tersebut bisa berubah menjadi tidak santun, misalnya
jika ia bertutur “ah, segitu kok mahal, menurut aku normal-normal bae tuh.” Atau jika Siswa
2 bertutur “biaklah, mamang tukang balon itu kan mau nyari duit.
Maksim kesimpatisan adalah suatu model kesantunan dimana pelaku tutut diwajibkan untuk
memahami perasaan lawan tuturnya, terutama disaat lawan tuturnya sedang gundahh gulana
karena didera suatu masalah atau musibah. Dengan pemahaman rasa seperti itu diharaapkan
lawan tutur menjadi sedikit terhibur atau merasa nyaman melakukan transaksi komunikasi
Penutur yang senantiasa selalu mentaati maksim ini akan dianggap sebagai seorang
yang santun karena pandai meahami perasaan orang lain dan menghargai pentingnya sebuah
Data 12
Siswa : “Buk kami tes seminggu lagi. Tapi takut dak lulus kami, Buk.”
Guru : “Insyaallah lulus lah tu, usaha dulu. Harus potimis!”
Tuturan Guru pada data 12 di atas adalah santun. Dalam tuturan tersebut tampak
bahwa Guru telah memaksimalkan sikap simpati kepada lawan bicaranya. Dalam hal ini,
Guru telah bersikap santun karena telah bersimpati terhadap Siswa dengan mendoakan dan
memberikan semangat.Dengan demikain, tuturan Guru dalam data 12 di atas telah mematuhi
Tuturan tersebut akan menjadi tidak santun dan melanggar maksim kesimpatisan jika
guru menjawab dengan tuturan yang antipati terhadap pernyataan siswa. Misalnya dengan
berkata “ah, lantak situlah, ibu dak ada urusan jugo dengan kau”. Atau bisa juga dengan
tuturan “mati-mati lah situ, siapa suruh sekolah dua tahun bolos terus.” Hasil penelitian
analisis penerapan maksim sopan santun dalam berkomunikasi siswa kelas XI A SMA Negeri
3 Kabupaten Muaro Jambi sesuai dengan tujuan awal yakni untuk mendeskripsikan
penggunaan prinsip sopan santun Leech yang diucapkan oleh siswa dengan guru dan siswa
dengan siswa lainnya di SMA Negeri 3 Kabupaten Muaro Jambi. Dalam proses mendapat
data yang dibutuhkan penulis menggunakan metode simak, dilakukan penyimakan terhadap
Untuk mendapatkan data selain dengan metode simak, peneliti menggunakan teknik
simak bebas libat cakap (TSLBC), teknik rekam dan teknik catat sebagai teknik lanjutan. Hal
ini dilakukan agar peneliti mendapatkan data penelitian yang dibutuhkan sebanyak dan
seabsah mungkin.
Penelitian yang telah dilakukan sejalan dengan prinsip sopan santun Leech (1993)
yang terdiri dari 6 maksim, yaitu maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim pujian,
Kabupaten Muaro Jambi terhadap maksim-maksim prinsip sopan santun Leech hampir
kesederhanaan, maksim kesepakatan dan maksim kesimpatisan. Hanya saja, pada maksim
Maksim ini jarang digunakan oleh Siswa dan guru SMA Negeri 3 Kabupaten Muaro Jambi.
Sedangkan maksim yang paling banyak digunkakan dalam tuturan siswa dan guru di SMA
pematuhan kedermawanan yang terdapat pada data (6) dalam tuturan “nanti biar Ibu
mintakan, kalian kerjakan yang itu dulu ya”. Terdapat 3 pematuhan maksim kearifan, 3
kesederhanaan,
tetap digunakan dan ditingkatkan lagi pemakaiannya, oleh karena itu diharapkan kepada
para ahli bahasa dan pihak yang berwenang untuk memberikan penyuluhan mengenai
sopan santu berbahasa agar tata cara berbahasa di lingkungan sekolah lebih baik lagi
hingga terwujud opini masyarakat bahwa sekolah adalah lingkungan yang baik untuk
2. Penelitian tentang sopan santun dalam berkomunikasi ini masih perlu dikaji lebih
luas dan tidak hanya dilingkungan sekolah saja, bagi para peneliti yang berminat
melakukan penelitian lebih lanjut dapat menjadikan skripsi ini sebagi contoh analisis yang
Indonesia sehingga kedepannya bisa ada usaha untuk lebih baik lagi.