Teknik Material

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

Teknik material

Ilmu material atau teknik material atau ilmu bahan adalah sebuah interdisiplin ilmu teknik yang
mempelajari sifat material dan aplikasinya terhadap berbagai bidang ilmu dan teknik. Ilmu ini
mempelajari hubungan antara struktur material dan sifatnya. Termasuk ke dalam ilmu ini adalah unsur
fisika terapan, teknik kimia, mesin, sipil dan listrik. Ilmu material juga mempelajari teknik proses atau
fabrikasi (pengecoran, pengerolan, pengelasan, dan lain-lain), teknik analisis, kalorimetri, mikroskopi
optik dan elektron, dan lain-lain), serta analisis biaya atau keuntungan dalam produksi material untuk
industri.

Perkembangan terakhir, ilmu tentang material ini mendapat sumbangan yang besar dari majunya bidang
nanoteknologi dan mulai diajarkan secara luas di banyak universitas.

Banyak masalah ilmiah yang paling mendesak yang dihadapi manusia saat ini adalah karena
keterbatasan material yang tersedia dan bagaimana material itu digunakan. Dengan demikian,
terobosan dalam ilmu material cenderung mempengaruhi masa depan teknologi secara signifikan.[1][2]

Ilmuwan material menekankan pemahaman bagaimana sejarah suatu material (pemrosesannya)


memengaruhi strukturnya, dan dengan demikian juga sifat dan kinerjanya. Pemahaman hubungan
pemrosesan-struktur-sifat disebut paradigma material. Paradigma ini digunakan untuk memajukan
pemahaman di berbagai bidang penelitian, termasuk nanoteknologi, biomaterial, dan metalurgi. Ilmu
material juga merupakan bagian penting dari teknik forensik dan analisis kegagalan – menyelidiki
material, produk, struktur atau komponen yang gagal atau tidak berfungsi sesuai keinginan,
menyebabkan cedera pribadi, atau kerusakan pada properti. Investigasi semacam itu adalah kunci untuk
memahami misalnya penyebab berbagai kecelakaan dan insiden penerbangan.

Sejarah

Bahan yang menjadi pilihan utama pada era tertentu sering kali merupakan sebuah titik yang
menentukan. Frasa seperti Zaman Batu, Zaman Perunggu, Zaman Besi, dan Zaman Baja adalah
contohnya. Awalnya berasal dari pembuatan keramik dan metalurgi, ilmu material adalah salah satu
bentuk tertua dari teknik dan ilmu terapan. Ilmu material modern berevolusi langsung dari metalurgi,
yang dengan sendirinya berevolusi dari pertambangan dan (kemungkinan) ilmu keramik dan
penggunaan api. Sebuah terobosan besar dalam pemahaman material terjadi pada akhir abad ke-19,
ketika ilmuwan Amerika Josiah Willard Gibbs menunjukkan bahwa sifat termodinamika yang terkait
dengan struktur atom dalam berbagai fase berkaitan dengan sifat fisik suatu material. Elemen penting
dari ilmu material modern adalah produk dari Perlombaan Antariksa: pemahaman dan rekayasa paduan
logam, material silika, dan karbon yang digunakan dalam membangun kendaraan luar angkasa
memungkinkan eksplorasi luar angkasa. Ilmu material telah mendorong dan didorong oleh
pengembangan teknologi revolusioner seperti karet, plastik, semikonduktor, dan biomaterial.
Sebelum tahun 1960-an (dan dalam beberapa kasus beberapa dekade setelahnya), banyak departemen
ilmu material yang awalnya adalah departemen teknik metalurgi atau keramik, yang mencerminkan
penekanan pada pilihan material utama abad ke-19 dan awal ke-20 yaitu logam dan keramik.
Pertumbuhan ilmu material di Amerika Serikat sebagian dikatalisasi oleh Advanced Research Projects
Agency, yang mendanai serangkaian laboratorium yang diselenggarakan oleh universitas pada awal
1960-an "untuk memperluas program nasional penelitian dasar dan pelatihan dalam ilmu material."[3]
Bidang ilmu material sejak saat itu diperluas untuk mencakup setiap kelas material, termasuk keramik,
polimer, semikonduktor, material magnetik, biomaterial, dan nanomaterial. Ilmu material umumnya
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok berbeda: keramik, logam, dan polimer. Perubahan yang menonjol
dalam ilmu material selama beberapa dekade terakhir adalah penggunaan aktif simulasi komputer untuk
menemukan materi baru, memprediksi properti, dan memahami fenomena.

Dasar

Suatu material didefinisikan sebagai suatu zat (paling sering zat padat, tetapi fase kondensasi lainnya
dapat dimasukkan) yang dimaksudkan untuk digunakan untuk aplikasi tertentu.[4] Ada banyak sekali
bahan di sekitar kita — bahan-bahan itu bisa ditemukan di mana saja, dari bangunan hingga pesawat
ruang angkasa. Material umumnya dapat dibagi lagi menjadi dua kelas: kristal dan non-kristal. Contoh
material tradisional adalah logam, semikonduktor, keramik, dan polimer.[5] Material baru dan canggih
yang sedang dikembangkan termasuk material nano, biomaterial,[6] dan energi.

Dasar ilmu material melibatkan mempelajari struktur material, dan menghubungkannya dengan sifat-
sifatnya. Begitu seorang ilmuwan material tahu tentang korelasi struktur-properti ini, mereka kemudian
dapat melanjutkan untuk mempelajari kinerja relatif suatu bahan dalam suatu penerapannya. Penentu
utama dari struktur suatu material dan sifat-sifatnya adalah unsur-unsur kimia penyusunnya dan cara
bahan itu diproses menjadi bentuk akhirnya. Karakteristik ini yang disatukan dan dihubungkan melalui
hukum termodinamika dan kinetika, mengatur struktur mikro suatu material, dan dengan demikian
sifat-sifatnya.

Anda mungkin juga menyukai