Anda di halaman 1dari 62

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

MAKALAH KEBIJAKAN
STRATEGI PENCEGAHAN
SENGKETA/KONFLIK BATAS DAERAH

PUSAT PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN DAN


KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
TAHUN 2022
MAKALAH KEBIJAKAN
STRATEGI PENCEGAHAN
SENGKETA/KONFLIK BATAS DAERAH
Editor
Faizal Adriansyah

Reviewer
1. Tri Widodo Wahyu Utomo
2. Widhi Novianto

Tim Penulis:
1. Said Fadhil
2. Imam Baihaqi Lukman
3. Desy Maritha
4. Jul Fahmi Salim
5. Ervina Yunita
6. Mirza Sahputra
7. Rinaldi
8. Mohd. Febrianto
9. Ilham Khalid
10. Bujang Syaifar
11. Husniati

Judul Buku : Makalah Kebijakan Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik


Batas Daerah
Penerbit : Lembaga Administrasi Negara – Pusat Pelatihan dan
Pengembangan dan Kajian Hukum Administrasi Negara
Tempat Terbit : Aceh Besar
Tahun Terbit : 2022
Cetakan Ke : 1 (Pertama)

Copyright @ 2022 Lembaga Administrasi Negara. All Right Reserved.


Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Alamat Redaksi:
Jl. Dr. Mr. T. Muhammad Hasan, Darul Imarah, Aceh Besar 23352
Telp. 0651-8010900 – Fax. 0651-7552568 Website: https://aceh.lan.go.id
Email : puslatbang.kham@lan.go.id

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


KATA PENGANTAR
KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA

Berbagai dinamika implementasi otonomi daerah terjadi mengiringi


perjalanan lebih dari dua dekade reformasi. Undang-Undang No. 23 tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah diterbitkan untuk membahas secara
detail mengenai pembagian kewenangan antara pemerintah pusat dan
daerah. Undang-undang tersebut merupakan UU tentang Pemerintahan
Daerah ketiga yang diterbitkan dalam rangka reformasi desentralisasi di
Indonesia yang merupakan penyempurnaan dari UU No. 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah yang dianggap terlalu memunculkan Local
Sentiment yang memperlemah karakter Negara Kesatuan Republik Indonesia.

UU No. 23 Tahun 2014 juga merupakan penyempurnaan dari UU No. 32


Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang dikritisi sebagai bentuk
resentralisasi otonomi daerah. Undang-Undang ini juga membahas
koordinasi antar pemimpin daerah dan menetapkan forum tukar pikiran dan
saling beri dukungan antar unsur pimpinan di daerah.

Dalam perjalanan otonomi daerah selama lebih dari dua dekade tersebut,
terdapat berbagai keberhasilan implementasinya, diantaranya, otonomi
daerah beserta politik lokalnya telah cukup efektif memunculkan kaderisasi
pimpinan nasional. Kemudian, otonomi daerah yang diikuti dengan
kebijakan perimbangan keuangan juga telah mendorong peningkatan
transfer dana pusat kepada daerah. Serta, otonomi daerah juga telah
mendorong peningkatan kesejahteraan daerah dan perbaikan pelayanan
publik. Namun demikian, disamping itu, masih ada kendala lain yang masih
belum tertangani secara optimal seperti, belum meratanya aspek
infrastruktur dan suprastruktur daerah. Kesenjangan antar daerah juga
masih cukup tinggi terutama antara daerah di Pulau Jawa dengan di luar
Jawa.

Tantangan lainnya adalah terkait aspek kepastian hukum yang merupakan


eksternalitas yang muncul dari berbagai dinamika dan perubahan regulasi
terkait otonomi daerah. Salah satu aspek kepastian hukum yang hingga saat

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


ini belum terselesaikan adalah terkait kewilayahan atau spasial geografis
khususnya terkait wilayah perbatasan antar daerah otonom.

Inkonsistensi pengaturan terkait batas daerah definitif pada berbagai


Undang-Undang tentang pemerintahan daerah yang telah diterbitkan
menyebabkan banyak daerah otonom, selama bertahun-tahun, tidak
memiliki batas daerah definitif. Konsekuensi yang dihadapi daerah-daerah
tersebut terutama dalam aspek pengelolaan potensi ekonomi daerah dan
pemenuhan pelayanan publik terhadap masyarakat di wilayah perbatasan.
Usaha penyelesaian masalah batas daerah yang diamanatkan kepada
Menteri Dalam Negeri dan instansi terkait yang tergabung dalam Tim
Penegasan Batas Daerah baik di tingkat Pusat dan Daerah juga mengalami
berbagai kendala sehingga proses penyelesaianya berlarut-larut dan
memakan waktu cukup lama. Salah satu kendala adalah adanya sengketa
dan konflik batas daerah.

Atas kondisi tersebut, Lembaga Administrasi Negara melalui Pusat Pelatihan


dan Pengembangan dan Kajian Hukum Administrasi Negara (Puslatbang
KHAN) telah berinisiatif menyusun suatu makalah kebijakan dengan tema
Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah. Makalah analisis
kebijakan ini ditujukan dalam memberikan rekomendasi kebijakan dalam
upaya menyelesaikan dan melakukan pencegahan terjadinya
sengketa/konflik batas daerah, khususnya dalam perspektif hukum
administrasi negara. Beberapa rekomendasi kebijakan yang dirumuskan
dalam makalah kebijakan ini diharapkan juga dapat memberikan kontribusi
dan menjadi rujukan kebijakan bagi seluruh pihak yang terlibat dalam
penegasan batas daerah sebagai upaya untuk menciptakan kepastian
hukum akan batas daerah definitif demi peningkatan pelaksanaan otonomi
daerah.

Jakarta, 19 Desember 2022


Kepala Lembaga Administrasi Negara

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


PROLOG
KEPALA PUSAT PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN DAN
KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Persoalan kewilayahan/spasial merupakan persoalan yang masih menjadi


pekerjaan rumah yang signifikan dalam pelaksanaan otonomi daerah. Luas
wilayah Indonesia yang sangat besar, bentuk topologi wilayah yang sangat
beragam, teknologi, dan kemampuan SDM merupakan aspek-aspek yang
menjadi tantangan dalam usaha menyelesaikan berbagai persoalan
kewilayahan/spasial di Indonesia. Namun disatu sisi, penyelesaian terhadap
aspek kewilayahan/spasial menjadi suatu hal yang tidak bisa ditawar lagi
dalam rangka meningkatkan kualitas implementasi otonomi daerah di
Indonesia karena berkaitan erat dengan kepastian pengelolaan potensi
ekonomi daerah dan pemenuhan pelayanan publik.

Salah satu aspek kewilayahan/spasial yang sangat penting untuk segera


diselesaikan adalah terkait dengan batas daerah definitif bagi daerah otonom.
Dimana dalam rangka pelaksanaan Kebijakan Satu Peta (KSP), batas daerah
definitif yang telah dituangkan dalam bentuk peta tematik yang
terstandarisasi dan sesuai dengan kaidah perpetaan berperan sebagai peta
tatakan yang menjadi acuan dalam integrasi dan sinkronisasi peta-peta
tematik lainnya seperti Peta RTRW, Peta Izin Pengelolaan Tambang, dan Peta
Izin Pengelolaan Hutan. Integrasi dan singkronasisasi peta-peta tematik
tersebut dilakukan dalam rangka menghilangkan tumpang tindih antar peta
agar terjadi kepastian hukum dalam mengelola wilayah di Indonesia.

Namun dalam pelaksanaan penyelesaian batas daerah definitif terjadi


berbagai kendala yang menyebabkan penyelesaian batas daerah menjadi
berlarut-larut dan memerlukan waktu yang lama penyelesaiannya sehingga
peta batas daerah definitif di Indonesia belum 100% terselesaikan
sepenuhnya. Hal tersebut dipicu oleh adanya berbagai sengketa/konflik
batas daerah yang memperlambat proses penegasan batas daerah. Terkait
hal tersebut, Puslatbang KHAN telah melakukan analisis kebijakan yang
merumuskan berbagai rekomendasi kebijakan khususnya dalam perspektif
hukum administrasi negara dalam rangka pencegahan sengketa/konflik
batas daerah yang tersaji dalam buku makalah kebijakan ini.

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


Secara umum, buku makalah kebijakan ini menawarkan berbagai
rekomendasi strategi pencegahan sengketa/konflik batas daerah kepada
berbagai instansi terkait yang dapat dilaksanakan baik dalam jangka waktu
pendek, jangka waktu menengah, maupun dalam jangka waktu panjang.
Dimana diharapkan rekomendasi-rekomendasi kebijakan yang telah
Puslatbang KHAN rumuskan dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan
dalam menyelesaikan sengketa/konflik batas daerah dan sebagai bahan
pertimbangan untuk merumuskan kebijakan yang dapat mencegah
terjadinya sengketa/konflik batas daerah di masa yang akan datang.

Aceh Besar, 19 Desember 2022


Kepala Pusat Pelatihan dan Pengembangan dan
Kajian Hukum Administrasi Negara

Faizal Adriansyah

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


Makalah Kebijakan

Strategi Pencegahan
Sengketa/Konflik Batas Daerah

Executive Summary
Salah satu permasalahan yang timbul dalam penerapan
otonomi daerah di Indonesia adalah permasalahan terkait batas
daerah yang terlihat dari adanya berbagai sengketa/konflik
terkait batas daerah. Makalah kebijakan ini bertujuan untuk
menggambarkan pola sengketa/batas daerah, menggambarkan
dampak dari sengketa/konflik batas daerah, dan merumuskan
strategi dalam mencegah terjadinya sengketa/konflik batas
daerah. Hasil dari analisis makalah kebijakan ini
menggambarkan bahwa pola sengketa/konflik batas daerah
disebabkan oleh perbedaan data dan informasi yang
melatarbelakangi sengketa/konflik akan potensi sumber daya
ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Konflik-konflik tersebut
melibatkan berbagai pihak dan upaya penyelesaiannya dilakukan
dengan mediasi ataupun melalui jalur pengadilan. Pihak-pihak
yang terlibat dalam hal sengketa/konflik batas daerah terdiri dari
pemerintah daerah baik itu provinsi maupun kabupaten kota dan
Tim Penegasan Batas Daerah yang terdiri dari Kemendagri, BIG,
dan BPN serta Tim Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta pada
Kementerian Koordinator Perekonomian. Peran masing-masing
pihak tersebut tertuang dalam berbagai peraturan dan
perundangan. Dampak pertama akibat sengketa/konflik batas
daerah adalah yang berkaitan dengan ketidakpastian pengelolaan
potensi ekonomi daerah dan pengalokasian DAU. Dampak Kedua
adalah terkait dengan ketidak pastian pelayanan publik kepada
masyarakat. Strategi dalam pencegahan terjadinya
sengketa/konflik batas daerah dapat ditempuh secara bertahap.
Strategi jangka pendek adalah dilakukanya percepatan
penyelesaian seluruh segmen batas daerah di Indonesia. Strategi
jangka menengah adalah dalam rangka sinkronisasi dan integrasi
peta batas daerah pada kebijakan satu peta yang mudah untuk
diakses oleh pihak-pihak berkepentingan dan masyarakat luas.
Untuk strategi jangka panjang dilakukan dalam upaya
menciptakan kepastian hukum yang kuat dengan mengakomodir
segmen batas daerah definitif pada undang-undang
pembentukan daerah otonom melalui revisi undang-undang.

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


i
DAFTAR ISI

EXECUTIVE SUMMARY .................................................................... i


DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
ABSTRAK ......................................................................................... 1

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 2
B. Permasalahan ..................................................................... 5
C. Tujuan ................................................................................ 5
D. Tinjauan Literatur............................................................... 6

BAB II METODOLOGI
A. Metode Analisis Kebijakan .................................................15
B. Teknik dan Lokus Pengumpulan Data................................15
C. Teknik Pengolahan Data ....................................................16
D. Teknik Analisis Data ..........................................................16
E. Kerangka Pikir Analisis Kebijakan ......................................17

BAB III PEMBAHASAN


A. Pola Sengketa/Konflik Batas Daerah..................................18
B. Dampak Sengketa/Konflik Batas Daerah ...........................32
C. Upaya Yang Dilakukan
Untuk Mencegah Sengketa/Konflik Batas Daerah ..............34

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................47
B. Saran.................................................................................49

DAFTAR REFERENSI ......................................................................51

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


ii
Makalah Kebijakan

Strategi Pencegahan
Sengketa/Konflik Batas Daerah

Abstrak:

Salah satu permasalahan yang timbul dalam penerapan otonomi daerah di


Indonesia adalah permasalahan terkait batas daerah yang terlihat dari
adanya berbagai sengketa/konflik terkait batas daerah. Makalah kebijakan
ini bertujuan untuk menggambarkan pola sengketa/batas daerah,
menggambarkan dampak dari sengketa/konflik batas daerah, dan
merumuskan strategi dalam mencegah terjadinya sengketa/konflik batas
daerah. Makalah kebijakan ini menggunakan metodologi analisis kebijakan
hukum normatif-empiris. Analisis makalah kebijakan ini menggunakan data
primer dan dan sekunder. Untuk mengumpulkan data primer dilakukan
wawancara dan diskusi terbatas dengan narasumber sedangkan data
sekunder dilakukan dengan studi kepustakaan berupa bahan hukum primer
dan hasil penelitian hukum serta hasil karya ilmiah lainnya. Hasil dari
analisis makalah kebijakan ini menggambarkan bahwa pola sengketa/konflik
batas daerah disebabkan oleh perbedaan data dan informasi yang
melatarbelakangi sengketa/konflik akan potensi sumber daya ekonomi dan
sosial kemasyarakatan. Konflik-konflik tersebut melibatkan berbagai pihak
dan upaya penyelesaiannya dilakukan dengan mediasi ataupun melalui jalur
pengadilan. Pihak-pihak yang terlibat dalam hal sengketa/konflik batas
daerah terdiri dari pemerintah daerah baik itu provinsi maupun kabupaten
kota dan Tim Penegasan Batas Daerah yang terdiri dari Kemendagri, BIG,
dan BPN serta Tim Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta pada Kementerian
Koordinator Perekonomian. Peran masing-masing pihak tersebut tertuang
dalam berbagai peraturan dan perundangan. Dampak pertama akibat
sengketa/konflik batas daerah adalah yang berkaitan dengan ketidakpastian
pengelolaan potensi ekonomi daerah dan pengalokasian DAU. Dampak
Kedua adalah terkait dengan ketidak pastian pelayanan publik kepada
masyarakat. Strategi dalam pencegahan terjadinya sengketa/konflik batas
daerah dapat ditempuh secara bertahap. Strategi jangka pendek adalah
dilakukanya percepatan penyelesaian seluruh segmen batas daerah di
Indonesia. Strategi jangka menengah adalah dalam rangka sinkronisasi dan
integrasi peta batas daerah pada kebijakan satu peta yang mudah untuk
diakses oleh pihak-pihak berkepentingan dan masyarakat luas. Untuk
strategi jangka panjang dilakukan dalam upaya menciptakan kepastian
hukum yang kuat dengan mengakomodir segmen batas daerah definitif pada
undang-undang pembentukan daerah otonom melalui revisi undang-undang.

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak berlakunya Undang- sumber daya di wilayahnya.


Undang Nomor 22 Tahun 1999, Daerah dituntut untuk berperan
Indonesia masuk dalam babak aktif dalam mengeksplorasi
baru yaitu era otonomi daerah. sumber daya di daerahnya.
Daerah otonom diberi kewenangan Kemampuan daerah dalam
dengan prinsip luas, nyata dan mengoptimalkan sumber daya
bertanggung jawab1. Yang mana yang ada menjadi penentu bagi
kemudian undang-undang daerah dalam menjalankan
tersebut diganti dengan Undang- otonomi daerah. Oleh karena itu
Undang Nomor 32 Tahun 2004 daerah-daerah menjadi terdorong
dan yang terakhir dengan Undang- untuk mengetahui secara pasti
Undang Nomor 23 Tahun 2014 sampai sejauh mana wilayah
tentang Pemerintahan Daerah. kewenangannya, terutama yang
Daerah Otonom adalah kesatuan memiliki potensi sumber daya
masyarakat hukum yang yang mendukung Pendapatan Asli
mempunyai batas-batas wilayah Daerah (PAD). Selain itu batas
yang berwenang mengatur dan daerah menjadi sangat penting
mengurus urusan pemerintahan dikarenakan batas daerah
dan kepentingan masyarakat mempengaruhi luas wilayah
setempat menurut prakarsa daerah yang merupakan salah
sendiri berdasarkan aspirasi satu unsur dalam perhitungan
masyarakat dalam sistem Negara Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Kesatuan Republik Indonesia. bagi hasil Sumber Daya Alam
Salah satu implikasi penting (SDA). Faktor strategis lainnya
atas implementasi undang-undang yang menyebabkan batas daerah
pemerintah daerah adalah sangat menjadi sangat penting adalah
pentingnya penegasan batas unsur politis yang berkaitan
daerah bagi daerah otonom.2 dengan jumlah pemilih dalam
Kepastian batas daerah diperlukan pemilu/pilkada.3
karena daerah memiliki Pertimbangan akan
kewenangan untuk mengelola pentingnya batas wilayah

1 Andre Junianto Patolongan, Penyelesaian Sengketa Batas Antar Daerah, (Jurnal Akta Yudisia, Vol 4, No.1 2019), hal. 2
2 Djoko Harmantyo, Pemekaran Daerah dan Konflik Keruangan; Kebijakan Otonomi Daerah dan Implementasinya di
Indonesia, (Makara Sins, Vol 11, No. 1 2007), hal.21
3https://nasional.kompas.com/read/2015/12/30/14144301/Mendagri.Ada.80.Kasus.Sengketa.BataWilayah.di.Indonesia

diakses pada 23 April 2022 Pukul 09.30

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


2
pemerintah daerah sudah yang mencabut Undang-Undang
diakomodir dalam Undang- Nomor 32 Tahun 2004
Undang Nomor 22 Tahun 1999 menyebutkan bahwa batas daerah
yang kemudian disempurnakan dibuktikan dengan titik koordinat
kembali pada Undang-Undang pada peta dasar. Inkonsistensi
Nomor 32 Tahun 2004 dan terhadap pengaturan akan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun keberadaan peta wilayah daerah
2014 tentang Pemerintah Daerah. tersebut dapat dilihat dengan
Pengaturan terkait batas daerah banyaknya Undang-Undang
tercantum pada Pasal 1 poin (i) Pembentukan Daerah Otonom
dan Pasal 5 Ayat (2) Undang- yang melampirkan peta daerah
Undang Nomor 22 Tahun 1999, yang tidak memenuhi kaidah
Pada Pasal 1 Ayat (6) dan Pasal 4 teknis pemetaan bahkan ada yang
Ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 tidak melampirkan peta sama
Tahun 2004. Sedangkan Pada sekali. Tidak dilampirkannya peta
Undang-Undang 23 Tahun 2014 wilayah yang sesuai kaidah teknis
tentang Pemerintah Daerah pada Undang-Undang
sebagai penyempurnaan Pembentukan Daerah Otonom
perundangan yang mengatur yang dapat menunjukan batas-
pelaksanaan otonomi daerah di batas daerah definitif
Indonesia mencantumkan memungkinkan terjadinya
pembahasan batas wilayah daerah multitafsir atas batas daerah dan
otonom pada Pasal 1 Ayat (12), menjadi salah satu penyebab
Pasal 34 Ayat (2), Pasal 35 Ayat (3). terjadinya konflik/sengketa atas
Salah satu hal yang perlu batas daerah.4
menjadi perhatian terkait Konflik/sengketa atas batas
pengaturan batas daerah otonom daerah muncul seiring dengan
pada undang-undang terkait pemekaran wilayah dalam rangka
pemerintah daerah adalah terkait perluasan otonomi daerah.
penegasan peta wilayah. Pada Penambahan daerah otonom
Penjelasan Pasal 5 Ayat (2) meningkat pesat sejak tahun 1999
Undang-Undang Nomor 22 Tahun hingga sekarang yang berjumlah
1999 disebutkan bahwa Setiap sebanyak 220 daerah otonom baru
Undang-Undang mengenai dengan rincian 8 provinsi dan 178
pembentukan daerah dilengkapi kabupaten dan 34 kota.
dengan peta yang dapat Permasalahan muncul karena
menunjukan dengan tepat letak terdapat perbedaan pendapat atas
geografis daerah yang batas-batas daerah otonom baru
bersangkutan. Namun, Undang- tersebut karena tidak adanya peta
Undang Nomor 32 Tahun 2004 rujukan yang terstandarisasi yang
tentang Pemerintah Daerah yang berkekuatan hukum tetap dan
mengubah Undang-Undang Nomor dapat dijadikan rujukan bersama.
22 Tahun 1999 tidak mengatur Munculnya konflik/sengketa batas
secara eksplisit terkait peta batas daerah antara daerah
wilayah. Sementara itu Undang- kabupaten/kota menimbulkan
Undang Nomor 23 Tahun 2014 ketidakharmonisan antara

4Endang, Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Daerah Dalam Perspektif Hukum dan Informasi Geospasial, (Makalah
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya Saing
Nasional, 2018), hal. 798

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


3
pemerintahan daerah baik itu penyelenggaraan administrasi
dalam satu provinsi maupun pemerintahan seperti sengketa
konflik batas daerah antar batas daerah di Provinsi Riau
provinsi. Selain dapat dimana menurut penelitian
menimbulkan konflik horizontal Mahmuzar bahwa sengketa terjadi
baik itu antar masyarakat maupun disebabkan oleh: Pertama, letak
antar pemerintahan daerah penanda batas yang saling
kabupaten/kota. kondisi ini juga berjauhan; Kedua, adanya
akan berdampak pada tidak pelayanan administrasi
maksimalnya pelayanan publik pemerintahan dan
oleh daerah kabupaten/kota kewarganegaraan; Ketiga,
kepada masyarakat. Beberapa kepentingan pemilik modal dan;
daerah yang saling bersengketa Keempat, kepentingan politik.6.
atas batas daerah seperti Oleh karena itu, penegasan batas
Kabupaten Blitar dengan daerah dilakukan dalam rangka
Kabupaten Kediri, Kabupaten memberikan kejelasan terhadap
Minahasa Utara dengan Kota batas daerah di Indonesia. Namun,
Bitung, Kabupaten Kampar berdasarkan data dari Kemendagri
dengan Kabupaten Rokan Hulu, pada April 2021 menunjukan baru
Provinsi Jambi dengan Provinsi 68.23% dari total 979 jumlah
Riau.5 segmen batas daerah antar
Ketidakjelasan batas daerah Kabupaten/Kota dan Antar
dapat menimbulkan dampak Provinsi. Kondisi tersebut
negatif yang lebih luas dari tentunya sangat membuka
sekedar potensi konflik antar peluang terjadinya
daerah tetapi juga berdampak konflik/sengketa batas daerah.
pada kehidupan sosial dan

Tabel 1.1
Data Penyelesaian Segmen Batas antar Provinsi dan Kabupaten/Kota
No Segmen Jumlah Permenda Sudah Belum Jumlah Persenta
Batas Segmen gri Selesai PBD/Pene PBD/ Permendagri se
gasan Penegasan

1 Antar Kab/ 814 530 209 75 482 65.1%


Kota

2 Antar 165 138 21 6 86 83.6%


Provinsi

Total 979 668 230 81 568 68.2%


Sumber: Indrayanti, A.M dan Rahayu, A.Y (2021)7

Belum selesainya seluruh menunjukan bahwa masih


proses penegasan batas daerah terdapat sengketa/konflik batas

5 Rio Tri Juli Putranto, Penyelesaian Sengketa Batas Wilayah Antara Daerah Otonomi Baru, Tesis, Magister Universitas
Indonesia, 2015. Hal 17
6 Mahmuzar, M.(2018). Sengketa Tapal Batas Antar Daerah Otonom di Indonesia: Studi Kasus di Provinsi Riau. Jurnal

Hukum IUS QUIA IUSTUM, 25(2), 400–423. https://doi.org/10.20885/iustum.vol25.iss2.art10


7 Indrayanti, A.M dan Rahayu, A.Y, Koordinasi Pusat dan Daerah dalam Penegasan Batas Kabupaten Merauke dan Boven

Digoel Provinsi Papua, Jurnal Ilmu Administrasi, STIA LAN Bandung, 2021. Hal-239

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


4
daerah yang belum selesai di beserta konflik/sengketa yang
berbagai wilayah di Indonesia. menyertainya bahkan setelah 20
Salah satu langkah yang sudah Tahun lebih penerapan Otonomi
ditempuh oleh Pemerintah Pusat Daerah di Indonesia menunjukan
dalam rangka menyelesaikan bahwa masih terdapat berbagai
proses Penegasan Batas Daerah langkah yang belum tepat dalam
adalah dengan terbitnya Peraturan usaha menyelesaikannya.
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2021 Sedangkan Daerah Otonom di satu
tentang Penyelesaian sisi memerlukan kepastian dalam
Ketidaksesuaian Tata Ruang, hal batas wilayahnya agar dapat
Kawasan Hutan, Izin, dan/atau memberikan pelayanan yang
Hak Atas Tanah pada tanggal 2 optimal terhadap masyarakatnya.
Februari 2021 yang salah satunya Sehingga diperlukan strategi
mengamanatkan percepatan konkrit dalam rangka
penyelesaian batas daerah. Pada menyelesaikan sengketa/konflik
Pasal 5 ayat (5) dan (6) terkait batas daerah yang juga
mengamanatkan pada Kemendagri mampu mencegah terjadinya
untuk menyelesaikan batas kembali sengketa/konflik batas
daerah paling lambat 6 bulan daerah di masa yang akan datang.
setelah Peraturan Pemerintah Untuk dapat merumuskan strategi
Nomor 43 Tahun 2021 diterbitkan. tersebut diperlukan pemahaman
Namun hingga awal tahun 2022 mendalam terkait pola
masih terdapat batas daerah yang sengketa/konflik tentang batas
belum selesai disepakati dan daerah yang selama ini terjadi di
belum ditetapkan melalui Indonesia dan peran masing-
Permendagri.8 masing pihak yang terlibat dalam
Belum selesainya sengketa/konflik batas daerah.
permasalahan batas daerah

B. Permasalahan

1. Bagaimana pola sengketa/konflik batas daerah?


2. Apa saja dampak sengketa/konflik batas daerah?
3. Bagaimanakah upaya yang dilakukan dalam mencegah
sengketa/konflik batas daerah?

C. Tujuan

Adapun tujuan analisis kebijakan berdasarkan permasalahan


tersebut adalah sebagai berikut:

1. Menggambarkan pola sengketa/konflik batas daerah;


2. Menggambarkan dampak sengketa/konflik batas daerah;
3. Menjelaskan upaya yang dilakukan untuk mencegah sengketa/konflik
batas daerah.

8https://nkrinews.id/2022/04/23/kejelasan-batas-daerah-di-
sumatera-terus-didorong-kemendagri/ diakses pada 24 April
2022 pukul 10.00 WIB

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


5
D. Tinjauan Literatur

1. Penelitian/Kajian Terdahulu sengketa batas daerah


berdasarkan sistem hukum di
Isu terkait batas daerah Indonesia, dan melihat peran
bukan merupakan isu yang baru, Pemerintah Indonesia dalam
hal tersebut dapat dilihat dari penyelesaian sengketa batas
berbagai penelitian dan kajian daerah. Penelitian yuridis-empiris
yang telah dilakukan ini menyimpulkan bahwa: 1)
sebelumnya. Penelitian yang Sengketa batas daerah dipicu oleh
pertama yang telah dituangkan tidak adanya ketentuan dalam
dalam bentuk prosiding seminar penegasan batas daerah dalam
yang ditulis oleh Endang dari proses pemekaran wilayah dan
Badan Informasi Geospasial pada adanya faktor teknis, sosio-
tahun 2018 dengan judul ekonomis, dan politis; 2) Terdapat
“Penetapan dan Penegasan Batas 2 pola penyelesaian sengketa
WIlayah Daerah dalam Perspektif yaitu secara non-litigasi berupa
Hukum dan Informasi mediasi dan litigasi melalui
Geospasial”. Prosiding tersebut Judicial Review pada Mahkamah
bertujuan untuk mengkaji Agung dan Mahkamah Konstitusi;
kedudukan garis batas yang telah 3) Peran Pemerintah Indonesia
ditetapkan secara hukum dalam penyelesaian sengketa
kemudian direalisasikan dalam adalah sebagai fasilitator mediasi
penegasan batas di lapangan, sengketa.
sehingga menimbulkan sengketa. Penelitian Ketiga dilakukan
Metode yang digunakan yuridis oleh Harry Setya Putra pada
empiris berdasarkan kasus-kasus tahun 2021 dengan judul
sengketa batas pasca “Penyelesaian Sengketa Tapal
diterbitkannya UU-DOB. Batas Antara Kabupaten/Kota
Penelitian tersebut Berdasarkan Undang-Undang
menyimpulkan bahwa Garis batas Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
harus ditegaskan terlebih dahulu Pemerintahan Daerah”. Penelitian
baru kemudian ditetapkan, dengan metode yuridis empiris ini
sehingga tidak akan terjadi bertujuan untuk melihat
sengketa batas di kemudian hari bagaimana langkah yang telah
dimana hal tersebut sesuai dilakukan sejauh ini dalam
dengan amanat UU Nomor 23 menyelesaikan sengketa batas
Tahun 2014. daerah. Penelitian ini
Penelitian selanjutnya oleh menyimpulkan bahwa terdapat
Yana Sahyana pada tahun 2019 setidaknya 3 langkah
dengan judul “Penyelesaian penyelesaian sengketa yaitu: 1)
Sengketa Batas Daerah Sengketa batas daerah
Menggunakan Pendekatan Kabupaten/Kota diselesaikan
Regulasi”. Penelitian tersebut secara administratif oleh
bertujuan untuk melihat faktor- Gubernur/Menteri Dalam Negeri
faktor apa saja yang dalam bentuk mediasi hingga
menyebabkan sengketa batas tercapainya kesepakatan pihak-
daerah, melihat pola penyelesaian pihak yang bersengketa; 2) Peran

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


6
Gubernur hanyalah sebagai kepemilikan sarana- sarana
fasilitator, Gubernur tidak bisa produksi sebagai unsur pokok
memutus perkara batas daerah pemisahan kelas dalam
karena tidak diberikan oleh masyarakat. Teori konflik
undang-undang. Menteri Dalam muncul sebagai reaksi dari
Negeri merupakan pihak yang munculnya teori struktural
diamanatkan oleh Undang- fungsional. Konflik mempunyai
Undang dalam memutuskan paradigma kontemporer yaitu: (1)
perkara batas daerah; 3) konflik dapat dihindarkan, (2)
Penyelesaian sengketa batas konflik disebabkan oleh banyak
daerah melalui peradilan sebab karena struktur
merupakan pengujian yuridis organisasi, perbedaan tujuan,
berkaitan dengan materi muatan perbedaan persepsi, nilai-nilai
peraturan perundang-undangan pribadi, dan sebagainya, (3)
dibawah undang-undang konflik dapat membantu atau
terhadap undang-undang. menghambat pelaksanaan
Namun pengujian tersebut organisasi (masyarakat) dalam
terbatas hanya pada pengujian berbagai derajat, (4) tugas
terkait prosedur hukum manajemen/pemimpin adalah
pembuatan aturan tanpa masuk mengelola tingkat dari konflik
ke pokok dari penetapan batas dan penyelesaiannya, (5)
sengketa antar daerah. pelaksanaan kegiatan organisasi
yang optimal membutuhkan
tingkat konflik yang moderat.9
2. Tinjauan Teoritis
b. Teori Peran dan Wewenang
a. Teori Konflik Pemikiran John Wahlke
yang dikutip oleh Mohtar Mas’oed
Menurut teori konflik, tentang teori peran menyatakan
masyarakat disatukan dengan bahwa peran memiliki dua
“paksaan”. Maksudnya, kemampuan yang berguna bagi
keteraturan yang terjadi di analisis politik. Ia membedakan
masyarakat sebenarnya karena peran berdasarkan pada aktor
adanya paksaan (koersi). Oleh yang memainkan peranan
karena itu, teori konflik lekat tersebut, yaitu peran yang
hubungannya dengan dominasi, dimainkan oleh aktor politik dan
koersi, dan power. peran oleh suatu badan atau
Teori konflik adalah teori institusi. Ia menunjukkan bahwa
yang memandang bahwa aktor politik umumnya berusaha
perubahan sosial tidak terjadi menyesuaikan tindakannya
melalui proses penyesuaian nilai- dengan norma-norma perilaku
nilai yang membawa perubahan, yang berlaku dalam peran yang
tetapi terjadi akibat adanya dijalankannya. Sedangkan ia
konflik yang menghasilkan mendeskripsikan peranan
kompromi-kompromi yang institusi secara behavioral,
berbeda dengan kondisi semula. dimana model teori peran
Teori ini didasarkan pada menunjukkan segi-segi perilaku
9Munir fuady,Sosiologi Kontemporer Interaksi Kekuasaan, dan Masyarakat, Cet, I Bandung: PT. Citra aditya bakti, 2007, hlm.
96

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


7
yang membuat suatu kegiatan Sengketa dalam Kamus
sebagai institusi. Kerangka Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
berpikir teori peran juga diartikan sebagai (1) sesuatu yang
memandang individu sebagai menyebabkan perbedaan
seorang yang bergantung dan pendapat; pertengkaran;
bereaksi terhadap perilaku orang perbantahan, (2) pertikaian;
lain.10 perselisihan, (3) perkara (dalam
Menurut Philipus M. pengadilan). Takdir Rahmadi
Hadjon, dalam hukum tata (2017) mengartikan sengketa
negara wewenang (bevoegdheid) adalah situasi dan kondisi
dideskripsikan sebagai dimana orang-orang saling
kekuasaan hukum (rechtsmacht). mengalami perselisihan yang
Jadi dalam konsep hukum publik, bersifat faktual maupun
wewenang berkaitan dengan perselisihan menurut persepsi
kekuasaan. 11 F.P.C.L. Tonner mereka saja. Sementara menurut
dalam Ridwan AR berpendapat Nurnaningsih Amriani, sengketa
bahwa kewenangan pemerintah adalah kondisi dimana ada pihak
dalam kaitan ini dianggap sebagai yang merasa dirugikan oleh pihak
kemampuan untuk lain, yang kemudian pihak
melaksanakan hukum positif, tersebut menyampaikan
dan dengan begitu dapat ketidakpuasan tersebut kepada
diciptakan hubungan hukum pihak kedua. Apabila suatu
antara pemerintahan dengan kondisi menunjukkan perbedaan
warga negara.12 Menurut P. pendapat, maka terjadilah apa
Nicolai, wewenang pemerintahan yang dinamakan sengketa
adalah kemampuan untuk tersebut.
melakukan tindakan atau Dean G Pruitt dan Jeffrey Z.
perbuatan hukum tertentu, yakni Rubin mengemukakan teori
tindakan atau perbuatan yang tentang penyelesaian sengketa,
dimaksudkan untuk bahwa dalam penyelesaian
menimbulkan akibat hukum, dan sengketa ada 5 (lima) hal yang
mencakup mengenai timbul dan dapat ditempuh untuk
lenyapnya akibat hukum. menyelesaikan sengketa yaitu:
Selanjutnya, dikemukakan bahwa 1. Contending (bertanding),
dalam wewenang pemerintahan yaitu mencoba
itu tersimpul adanya hak dan menerapkan suatu solusi
kewajiban dari pemerintah dalam lebih disukai oleh salah
melakukan tindakan atau satu pihak atas pihak yang
perbuatan pemerintahan lainnya
tersebut.13 2. Yielding (mengalah), yaitu
menurunkan aspirasi
c. Teori Penyelesaian sendiri dan bersedia
Sengketa/ Konflik menerima kekurangan

10 Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Jakarta: LP3ES, 1990
11 Philipus M. Hadjon, “tentang Wewenang”, YURIDIKA, No.5&6 Tahun XII, 1997 , hlm.1
12 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2006, hlm. 100
13 P. Nicolai et.al. 1994, Bestuursrecht, dalam Aminuddin Ilmar, Hukum Tata Pemerintahan, Prenada Media, Jakarta, 2014 .,

Hlm. 115.

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


8
dari yang sebetulnya hubungan dengan pihak
diinginkan yang merugikannya atau
3. Problem Solving untuk sama sekali
(pemecahan masalah), menghentikan hubungan
yaitu mencari alternatif tersebut, misalkan dalam
yang memuaskan dari hubungan bisnis hal serupa
kedua belah pihak bisa saja terjadi. Dengan
4. Withdrawing (menarik mengelak, maka masalah
diri), yaitu memilih yang menimbulkan keluhan
meninggalkan situasi dielakkan saja. Berbeda
sengketa, baik secara fisik dengan pemecahan pertama
maupun psikologis (lumping it), dimana
5. In Action (diam), yaitu tidak hubungan hubungan
melakukan apa-apa.14 berlangsung terus, hanya
isinya saja yang dianggap
Para ahli Antropologi selesai. Sementara dalam
hukum mengemukakan pendapat hal bentuk kedua
tentang cara-cara penyelesaian (avoidance), yaitu pihak
sengketa yang terjadi dalam yang merasa dirugikan
masyarakat, baik dalam mengatakannya.
masyarakat tradisional maupun 3. Coercion (paksaan), pihak yang
modern. Laura Nader dan Harry satu memaksakan pemecahan
F. Todd Jr mengemukakan bahwa kepada pihak lain, ini bersifat
ada 7 (tujuh) cara yang dapat unilateral. Tindakan yang
ditempuh dalam menyelesaikan bersifat memaksakan atau
sengketa yang terjadi dalam ancaman untuk menggunakan
masyarakat, yaitu:15 kekerasan, pada umumnya
1. Lumpingit (membiarkan mengurangi kemungkinan
saja), oleh pihak yang penyelesaian secara damai.
merasakan perlakuan tidak 4. Negotiation (perundingan),
adil, gagal dalam kedua belah pihak yang
mengupayakan berhadapan merupakan para
tuntutannya. Dia pengambil keputusan.
mengambil keputusan Pemecahan masalah yang
untuk mengabaikan saja dihadapi dilakukan oleh
masalahnya atau isu-isu mereka berdua, mereka
yang menimbulkan sepakat tanpa adanya pihak
tuntutannya dan dia yang ketiga yang
meneruskan hubungan- mencampurinya. Kedua belah
hubungannya dengan pihak pihak berupaya untuk saling
yang dirasakan menyakinkan, jadi mereka
merugikannya. membuat aturan mereka
2. Avoidance (mengelak), yaitu sendiri dan tidak
pihak yang merasa memecahkannya dengan
dirugikan, memilih untuk bertitik tolak dari aturan-
mengurangi hubungan- aturan yang ada.

14Dean G. Pruitt & Z. Rubin, Konflik Sosial, Yogyakarta,Pustaka Pelajar, 2004, hlm. 4-6
15Laura Nader & Harry F. Todd Jr, The Disputing Process Law in Ten Societies, New York:Columbia University Press,
1978, Hlm. 9-11

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


9
5. Mediation (mediasi), pihak Wilayah Negara Kesatuan
ketiga yang membantu kedua Republik Indonesia dibagi dalam
belah pihak yang berselisih daerah provinsi, daerah
pendapat untuk menemukan kabupaten, dan daerah kota yang
kesepakatan. Pihak ketiga ini bersifat otonom. Pada tahun
1999, pasca terjadinya reformasi
dapat ditentukan oleh kedua
di bidang birokrasi pemerintah
belah pihak yang bersengketa, menerbitkan Undang-Undang
atau ditunjukan oleh pihak Nomor 22 Tahun 1999 tentang
yang berwenang untuk itu. Pemerintah Daerah, dimana saat
Apakah mediator hasil pilihan itu diberlakukannya secara efektif
kedua belah pihak, atau karena sistem pemerintahan otonomi
ditunjuk oleh orang yang daerah dengan asas
mempunyai kekuasaan, kedua desentralisasi, yaitu penyerahan
belah pihak yang bersengketa wewenang pemerintah kepada
harus setuju bahwa jasa-jasa Daerah Otonom dalam kerangka
Negara Kesatuan. Dalam hal ini
seorang mediator akan
daerah diberikan kewenangan
digunakan dalam upaya yang seluas-luasnya untuk
mencari pemecahan. mengelola daerah secara mandiri.
6. Arbitration (Arbitrase), yaitu Pemerintah daerah
dua belah pihak yang kabupaten/kota dan provinsi
bersengketa sepakat untuk memanfaatkan kesempatan ini
meminta perantara kepada untuk melakukan pemekaran
pihak ketiga, arbitrator dan wilayah, mulai dari tingkat
sejak semula telah setuju Kabupaten, Kota, dan Provinsi.16
bahwa mereka akan menerima Secara teoritis, pemekaran
wilayah pertama kali
keputusan dari arbitrator
diungkapkan oleh Charles Tibout
tersebut. dengan pendekatan public choice
7. Adjudication (peradilan), yaitu school. Dalam artikelnya ”A Pure
pihak ketiga yang mempunyai Theory of Local Expenditure”, ia
wewenang untuk mencampuri mengemukakan bahwa
pemecahan masalah, lepas dari pemekaran wilayah dianalogikan
keinginan para pihak yang sebagai model ekonomi
bersengketa. Pihak ketiga itu persaingan sempurna dimana
juga berhak membuat pemerintahan daerah memiliki
keputusan dan menegakkan kekuatan untuk
mempertahankan tingkat pajak
keputusan itu artinya pihak
yang rendah, menyediakan
ketiga berupaya bahwa pelayanan yang efisien, dan
keputusan itu dilaksanakan. mengizinkan setiap individu
masyarakatnya untuk
d. Pemekaran Wilayah mengekspresikan preferensinya
untuk setiap jenis pelayanan dari
berbagai tingkat pemerintahan

16Endang, Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Daerah Dalam Perspektif Hukum dan Informasi Geospasial, (Makalah
Seminar Nasional Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi Geospasial Mendukung Daya
Saing Nasional, 2018), hal. 798

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


10
yang berbeda dengan ”vote with berupa pemekaran provinsi dan
their feet”.17 Selain itu, penggabungan beberapa
Swianiewicz juga kabupaten/kota yang
mengungkapkan bahwa bersandingan pada wilayah
komunitas lokal yang kecil lebih provinsi yang berbeda harus
homogen, dan lebih mudah untuk memenuhi syarat administratif,
mengimplementasikan kebijakan teknis, dan fisik kewilayahan.
yang sesuai dengan preferensi Selanjutnya ayat 2 pembentukan
sebagian besar masyarakatnya. daerah kabupaten/kota berupa
Kesempatan masyarakat untuk pemekaran kabupaten/kota dan
berpartisipasi dalam komunitas penggabungan beberapa
yang kecil memiliki peluang lebih kecamatan yang bersandingan
besar. Kemudian, pemerintahan pada wilayah kabupaten/kota
daerah yang kecil memiliki yang berbeda harus memenuhi
birokrasi yang rendah, misalnya syarat administratif, teknis, dan
fungsi administrasi. Pemekaran fisik kewilayahan. Syarat fisik
juga mendukung adanya kewilayahan sebagaimana
persaingan antar pemerintahan dimaksud dalam Pasal 4 meliputi
daerah dalam mendatangkan cakupan wilayah, lokasi calon
modal ke daerahnya masing- ibukota, sarana dan prasarana
masing, dimana hal ini akan pemerintahan.
meningkatkan produktivitas. Dalam perjalanan waktu,
Terakhir, pemekaran mendukung peluang terjadinya pemekaran
berbagai eksperimen/percobaan yang menjadi sebab beberapa
dan inovasi. daerah yang memekarkan diri
Pengertian pemekaran tersebut mengalami sengketa
daerah berdasarkan pasal 33 dengan daerah otonom baru,
Undang-Undang tentang persoalan yang terjadi dalam
pemerintah daerah nomor 23 pemekaran daerah tidak hanya
tahun 2014 adalah pemecahan terjadi pada saat proses
daerah provinsi atau daerah pemekaran daerah berlangsung,
kabupaten/kota untuk menjadi bahkan setelah pemekaran pun
dua atau lebih daerah dan masih memunculkan persoalan,
penggabungan bagian daerah dari salah satu diantaranya adalah
daerah yang bersanding dalam 1 sengketa yang terkait dengan
(satu) daerah provinsi menjadi perbatasan antara daerah otonom
satu daerah baru, penetapan yang berdampingan. Pemekaran
pemekaran suatu daerah harus daerah tidak akan lepas dari
ditetapkan dengan Undang- persoalan menarik garis batas
Undang. Proses pemekaran harus wilayah, penetapan garis batas
mengikuti ketentuan yang sudah antar dua daerah otonom
ditentukan, seperti dalam pasal 4 memerlukan pertimbangan
Permen 78 tahun 2007 pada ayat berbagai aspek agar tujuan
1 disebutkan bahwa desentralisasi dan otonomi
pembentukan daerah provinsi daerah dapat tercapai.18

17Nurkholis, 2005. Ukuran Optimal Pemerintah Daerah di Indonesia: Studi Kasus Pemekaran Wilayah Kabupaten/Kota
dalam Era Desentralisasi. Tesis: Universitas Indonesia.
18 Arifin, S. 2017. Penyelesaian Sengketa Batas Daerah Menggunakan Pendekatan Regulasi. Jurnal Hukum IUS QUIA

IUSTUM. 23, 3 (Jan. 2017), 439–460. DOI:https://doi.org/10.20885/iustum. vol 23.iss3.art5.

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


11
Terkait pemekaran daerah, kesatuan administratif
penetapan garis batas sudah pemerintahan apabila daerah
dituangkan dalam undang- tersebut memiliki unsur-unsur21:
undang tentang pembentukan
suatu daerah, namun yang 1. Ruang: berupa bentangan
menjadi persoalan penentuan
geografi dengan batas-batas
garis batas apabila di lapangan
masih memunculkan penafsiran jelas beserta infrastruktur di
dari masing-masing daerah yang dalamnya dengan udara di
berdampingan. Penafsiran inilah atasnya sesuai yang diakui
yang menjadi masalah atau secara hukum yang berlaku.
bermuara pada konflik 2. Sumber daya: yang dimaksud
perbatasan antar daerah dengan sumberdaya disini
adalah kekayaan-kekayaan
e. Teori Batas Daerah yang ada dalam wilayah itu
yang dapat menjadi potensi
Pembahasan terkait batas
yang dapat dimanfaatkan
daerah tidak bisa dipisahkan
sebagai modal untuk
dengan pembahasan terkait
melakukan pengembangan
kewilayahan. Wilayah
wilayah itu yaitu: Sumber
Administratif Daerah menurut
Daya Manusia (SDM), dan
undang-undang adalah wilayah
Sumber Daya Alam (SDA) lain
kerja perangkat Pemerintah Pusat
misalnya sumberdaya air,
termasuk gubernur sebagai wakil
kandungan mineral, minyak
Pemerintah Pusat untuk
dan lain-lainnya.
menyelenggarakan Urusan
3. Pelaksana administrasi/
Pemerintahan yang menjadi
pemerintah yang sah atau
kewenangan Pemerintah Pusat di
legitimate sesuai hukum yang
Daerah dan wilayah kerja
berlaku dan bertugas
gubernur dan bupati/walikota
melaksanakan pengaturan
dalam melaksanakan urusan
yang diperlukan bagi
pemerintahan umum di Daerah19.
kelangsungan eksistensi
Sementara itu persyaratan dasar
wilayah itu.
kewilayahan menurut undang-
Istilah batas wilayah
undang adalah: a) Luas Wilayah
mengacu pada unit geografis
Minimal; b) Jumlah Penduduk
dengan batas batas tertentu
Minimal; c) Batas Wilayah; d)
dimana komponen komponen
Cakupan Wilayah; d) Batas Usia
yang ada didalamnya memiliki
Minimal Daerah.20
keterkaitan dan hubungan
Suatu bagian/daerah
fungsional satu dengan yang
tertentu dapat disebutkan sebagai
lain22. Secara umum, batas
sebuah wilayah dari suatu
wilayah merupakan tanda

19 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 13 Ayat (1)
20 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 34 Ayat (2)
21 H.R. Mulyanto, Prinsip-Prinsip Pengembangan Wilayah, Yogyakarta:Suluh Media, 2018
22 Rustiadi, dkk. 2011. Perencanaan dan pengembangan wilayah. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


12
pemisah antara wilayah geografis alam, sedangkan faktor sejarah
yang bersebelahan. merupakan klaim berdasarkan
sejarah kepemilikan
f. Konflik Perbatasan (kepemilikan pertama) atau
lamanya kepemilikan . 25
Dalam manajemen dan 2. Faktor kepentingan
penyelesaian konflik, sangat Masalah kepentingan
penting untuk terlebih dahulu menimbulkan konflik karena
dilakukan analisis mencari adanya persaingan kepentingan
sebab-sebab terjadinya konflik23. atau adanya perbedaan
Karena tanpa tahu secara persis kepentingan. Konflik
penyebab perselisihannya tentu kepentingan ini terjadi ketika
akan sulit menemukan solusi salah satu pihak atau lebih
yang pas. Analisis untuk mencari meyakini bahwa untuk
penyebab sengketa batas daerah memuaskan
di Indonesia dapat dilakukan kebutuhan/keinginannya, pihak
dengan menggunakan lain harus berkorban.
pendekatan teori penyebab 3. Konflik nilai
konflik. Menurut Christopher Konflik nilai biasanya
Moore penyebab terjadinya disebabkan oleh sistem
konflik antar wilayah adalah:24 kepercayaan (nilai) yang tidak
bersesuaian misalnya dalam hal
1. Konflik struktural definisi nilai atau dalam
Konflik struktural penerapan nilai-nilai keseharian.
berkaitan dengan kekuasaan
sehingga ada ketidak 4. Konflik hubungan
seimbangan kekuatan antara
pihak pembuat kebijakan dengan Konflik hubungan antar
pelaksana kebijakan. Ketika manusia terjadi karena adanya
aspirasi dianggap tidak emosi negatif yang kuat, persepsi
kompatibel dengan tujuan pihak yang salah, komunikasi yang
lain maka dapat menimbulkan salah atau tidak ada komunikasi,
konflik. Faktor geografis dan dan perilaku negatif yang
sejarah merupakan dua aspek berulang.
penyebab konflik struktural yang 5. Konflik data/informasi
sering menjadi alasan Konflik data/informasi
pengklaiman suatu wilayah. terjadi ketika terjadi kekurangan
Faktor geografis merupakan atau tidak tersedianya data dan
klaim klasik berdasarkan batas informasi yang dibutuhkan untuk

23 Harmen. 2013. Percepatan Penyelesaian Perselisihan Batas Daerah Tahun 2013. (Online),
(http://www.wilayahperbatasan.com/percepatan-penyelesaian-perselisihan-batas-daerah-tahun-2013-2/), diakses 23 Mei
2022
24 Moore, Christopher. W, 1986. The Mediations Process, Jossey Bass inc Publishers: San Fransisco.
25 Prescott dalam Harmen. 2013. Percepatan Penyelesaian Perselisihan Batas Daerah Tahun 2013.

(Online),(http://www.wilayahperbatasan.com/percepatan-penyelesaian-perselisihan-batas-daerah-tahun-2013-2/), diakses
23 Mei 2022

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


13
mengambil keputusan, data dan serta emosi dan perilaku negatif
informasi yang tersedia salah, harus dapat dijaga, sehingga
tidak sepakat mengenai data dan tidak akan terjadi konflik. Secara
informasi yang relevan, beda cara hukum data dan informasi
pandang dalam menterjemahkan memiliki kekuatan yang lebih
data dan informasi, atau beda
mengikat daripada nilai-nilai yang
interpretasi dan analisis terhadap
ada. Konflik yang sebenarnya
data dan informasi.
Menurut Christopher adalah konflik struktural dan
Moore, konflik data, konflik nilai konflik kepentingan yang hampir
dan konflik hubungan selalu terjadi, karena faktor
sebenarnya konflik yang tidak kepentingan dan faktor struktural
perlu terjadi.26 Artinya jika adalah dua faktor yang saling
terdapat data dan informasi yang berhubungan dan selalu ada
dibutuhkan, maka nilai-nilai yang dalam kehidupan manusia.
ada dapat dipahami secara baik,

26 Moore, Christopher. Op Cit.

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


14
BAB II
METODOLOGI

A. Metode Analisis Kebijakan

Makalah Kebijakan ini menggunakan metode analisis kebijakan


hukum normatif-empiris yaitu merupakan gabungan antara analisis
kebijakan hukum normatif dan analisis kebijakan hukum empiris. Analisis
kebijakan hukum normatif-empiris bertujuan mengkaji pelaksanaan atau
implementasi ketentuan hukum positif (perundang-undangan) secara faktual
pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Adapun analisis makalah kebijakan ini menggunakan pendekatan
terhadap beberapa peraturan perundangan (statute approach) yang berkaitan
dengan penetapan dan penegasan batas daerah. Selain itu juga dilakukan
tinjauan faktual terhadap pelaksanaan penetapan dan penegasan batas
daerah dan peristiwa konflik/sengketa daerah pemerintah daerah di
Indonesia.

B. Teknik dan Lokus Pengumpulan Data

Analisis Makalah Kebijakan ini menggunakan data primer dan dan


sekunder. Untuk mengumpulkan data primer dilakukan wawancara (in-depth
interview) dan diskusi terbatas (focus group discussion) dengan narasumber.
Adapun narasumber yang dibutuhkan adalah:
a. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
b. Pemerintahan Pemerintah Provinsi;
c. Kementerian Dalam Negeri;
d. Badan Informasi Geospasial;
e. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (BPN);
f. Sekretariat Kebijakan Satu Peta Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian.

Adapun lokus pengumpulan data analisis kebijakan ini dipilih dengan


mempertimbangkan cakupan dan batasan-batasan dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Bagian Tata Pemerintahan Daerah Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Aceh
Jaya, Kabupaten Bener Meriah, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Blitar,
dan Kabupaten Malang;
b. Biro Tata Pemerintahan Provinsi Aceh;
c. Direktorat Toponimi dan Batas Daerah Kementerian Dalam Negeri;
d. Pusat Pemetaan Batas Wilayah Badan Informasi Geospasial;

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


15
e. Direktorat Pengukuran dan Pemetaan Dasar Pertanahan Ruang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/BPN;
f. Kantor Wilayah BPN Provinsi Aceh;
g. Sekretariat Kebijakan Satu Peta Kementerian Koordinator Bidang
Perekonomian.

Untuk mengumpulkan data sekunder dilakukan studi kepustakaan,


yang terdiri dari:
a. Bahan hukum primer yang terdiri dari:
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
3. Undang-Undang Pembentukan Daerah Otonom;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Tata Ruang;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaian
Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas
Tanah;
6. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2021 Percepatan Pelaksanaan
Kebijakan Satu Peta pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000;
7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 Percepatan Pelaksanaan
Kebijakan Satu Peta pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000;
8. Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 141 Tahun 2017 tentang
Penegasan Batas Daerah.
b. Bahan hukum sekunder yang terdiri atas hasil penelitian hukum dan
hasil karya ilmiah dari kalangan hukum dan sebagainya.

C. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data analisis kebijakan ini dilakukan dengan cara:


a. Pemeriksaan data (editing), yaitu melakukan pemeriksaan data yang
terkumpul apakah sudah cukup lengkap, sudah cukup benar dan sesuai
dengan permasalahan. memperbaiki tulisan apabila terjadi kesalahan dalam
penulisan, dan pemeriksaan relevansinya dengan data yang diinginkan;
b. Klasifikasi data, yaitu dilakukan dengan cara mengelompokkan data sesuai
dengan bidang pokok bahasan agar memudahkan dalam menganalisis sesuai
dengan aturan yang telah ditetapkan dalam permasalahan sehingga diperoleh
data yang sebenar-benarnya;
c. Sistematisasi data, yaitu dilakukan dengan cara menyusun dan
menempatkan data pada tiap-tiap pokok bahasan dengan melihat jenisnya
serta hubungannya yang sesuai dengan permasalahan sehingga
memudahkan dalam pembahasannya.

D. Teknik Analisis Data

Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif


kualitatif, yaitu menguraikan data secara bermutu dalam bentuk kalimat
yang tersusun secara teratur, runtut, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif
sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil analisis. Data
dalam penelitian ini akan diuraikan ke dalam kalimat-kalimat yang tersusun
secara sistematis, sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan pada akhirnya
dapat ditarik kesimpulan secara induktif sebagai jawaban singkat dari
permasalahan yang dianalisis.

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


16
E. Kerangka Pikir Analisis Kebijakan

Otonomi Daerah

Undang-Undang Undang-Undang
Pemerintah Pembentukan
Daerah Daerah Otonom

Daerah Otonom Tidak Terlampirkannya


memiliki batas-batas Peta Wilayah Pada UU
wilayah Batas Daerah Pemebentukan Daerah
Batas wilayah Otonom
harus dibuktikan Peta Wilayah tidak sesuai
dengan Titik dengan kaidah teknis
Koordinat

Sengketa/Konflik
Batas Daerah
Konflik Konflik
Pola Kepentingan Data/Informasi Dampak
Sengketa Sengketa
/ Konflik Konflik / Konflik
Batas Konflik Nilai Konflik Batas
Daerah Daerah
Struktural Hubungan

Kebijakan Percepatan
Satu Peta Penegasan
Batas Daerah

Pencegahan Sengketa/Konflik
Batas Daerah

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


17
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pola Sengketa/Konflik Batas Daerah

Sengketa/Konflik Batas Daerah merupakan sebuah konsekuensi dari


pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. Kewenangan yang diamanatkan
kepada Daerah Otonom untuk mengatur dan menjalankan pemerintahannya
mensyaratkan akan adanya kepastian terkait cakupan wilayah dan batas
daerah yang menjadi wilayah administratif dari masing-masing Daerah
Otonom. Kejelasan akan aspek wilayah tersebut menjadi faktor penting yang
digunakan dalam merumuskan berbagai kebijakan baik itu kebijakan
ekonomi, kebijakan sosial kemasyarakatan, maupun kebijakan yang bersifat
administratif. Namun, dalam perjalanan Otonomi Daerah muncul berbagai
sengketa/konflik terhadap batas daerah di seluruh Indonesia.
Tabel 1.1
Konflik/Sengketa Batas Daerah di Indonesia (2013-2020)
No SENGKETA/KON TAHUN LOKASI STRATEGI PENYELESAIAN
FLIK

1. Batas Kabupaten 2013 Provinsi - Gugatan MK


Seluma dan Bengkulu
Kabupaten
Bengkulu Selatan

Sengketa
2 Tanah 2014 Sumatera - Secara Litigasi (melalui badan
Ulayat
2 (Tanah Barat peradilan).
Adat)
2 dengan - Secara Non Litigasi (melalui
pihak Investor negosiasi, mediasi, dan arbitrase).

Konflik Batas 2014 Sulawesi - Disusunnya Pedoman Penegasan


Wilayah Utara Batas Daerah, yang dapat
Kabupaten/Kota dinyatakan:
a. Dalam bentuk bangunan fisik
buatan manusia yang berupa;
pilar, gapura, persil tanah, jalan
dan atau batas alam seperti
watershed, sungai;
b. Yang tidak dapat ditegaskan
dalam suatu bentuk bangunan
fisik berupa; danau dan tengah
sungai dinyatakan dengan pilar
acuan batas.
- Jika dasar hukum untuk
penegasan
batas daerah belum ada atau

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


18
belum jelas dapat dilakukan
dengan penggunaan bentuk-
bentuk batas alam seperti
Sungai, Watershed garis pemisah
air, Danau; dan dengan
menggunakan bentuk-bentuk
batas buatan seperti Jalan, Rel
Kereta Api, Saluran Irigasi.

Batas Laut antara 2015 Provinsi - Penyelesaian masalah sengketa


Provinsi Kepulauan segmen batas laut di gugusan
Kepulauan Bangka Bangka Pulau Tujuh harus melibatkan
Belitung dengan Belitung pihak Pemerintah Pusat
Provinsi Provinsi (Kementerian Dalam Negeri)
Kepulauan Riau Kepulauan bersama Pemerintah Provinsi
Riau Kepulauan Bangka Belitung dan
Pemerintah Provinsi Kepulauan
Riau dengan mengacu pada
empat pendekatan, yaitu a) Sisi
Historis; b) Yuridis; c)
Pemerintahan; dan d) Sisi Sosial
Budaya.
- Mengakomodir keinginan
masyarakat yang tinggal di pulau
tersebut apakah ingin bergabung
ke kepulauan Bangka Belitung
atau tetap di Kepulauan Riau.

Sengketa Tapal 2018 Kabupaten - Konflik batas wilayah di


Batas Antara Bener Meriah perkebunan di wilayah kecamatan
Kabupaten/ Kota dan wilayah rikit musara.
Kabupaten - Telah dilakukan mediasi dan telah
Aceh Utara ditetapkan Keputusan surat
Gubernur Aceh, nomor
135.6/1267/2018 tertanggal 2
November 2018, tentang Tapal
Batas Bener Meriah-Aceh Utara.
- Pada tahun 2021 masih terdapat
penolakan terhadap keputusan
gubernur tersebut.
- Masalah tersebut dilimpahkan
kepada Kemendagri untuk
memproses penegasan segmen
wilayah tersebut.

Batas Kabupaten 2019 Provinsi Gugatan MK


Buru dan Maluku
Kabupaten Buru
Selatan

Sengketa Tapal 2020 - Kab. Malang - Secara legislasi berdasarkan UU


Batas Antara dan Kab. No.23 Tahun 2014 tentang
Kabupaten/ Kota Blitar Pemerintahan Daerah yakni
- Kab. Aceh penyelesaian sengketa secara
Barat dan administratif dilakukan oleh

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


19
Kab. Aceh Gubernur dan Menteri Dalam
Jaya Negeri.
- Kab. - Peran Gubernur terkait
Bondowoso penyelesaian sengketa tapal
dan Kab. batas antar kabupaten/kota
Banyuwangi hanya sebagai fasilitator sehingga
penyelesaian di tingkat
pemerintah provinsi tidak
berjalan efektif. Sehingga
penyelesaian dialihkan ke
kemendagri.

Sumber: Data diolah oleh Penulis, (2022)

Berdasarkan data yang sudah dikumpulkan dari instansi terkait dan


penelitian-penelitian terdahulu, dapat dipetakan pola-pola terkait
sengketa/konflik batas daerah di Indonesia sebagai berikut:

1. Penyebab Sengketa/Konflik Batas Daerah

Penyebab Utama yang belum berkembang dan mudah


menyebabkan terjadinya diakses seperti sekarang. Ditambah
Sengketa/Konflik Batas Daerah dengan adanya tuntutan politik
adalah adanya Perbedaan Informasi agar pemekaran segera terjadi
yang digunakan dalam penentuan dalam waktu singkat maka belum
dan penegasan batas daerah. ada tuntutan untuk melampirkan
Perbedaan ini muncul dimulai Peta wilayah yang sesuai dengan
dengan tidak terlampirkannya Peta kaidah teknis perpetaan dalam
wilayah yang jelas dan sesuai Undang-Undang Pembentukan
dengan standar teknis perpetaan Daerah Otonom, meskipun ada
pada Undang-Undang yang melampirkan namun hanya
Pembentukan Daerah Otonom hal dapat dikategorikan sebagai sketsa
ini seperti yang disampaikan oleh wilayah bukan peta wilayah.28
Astrid Rimayanti dari Badan Tidak adanya Peta Wilayah
Informasi Geospasial (BIG).27 yang tercantum pada Undang-
Kondisi ini menunjukan bahwa Undang Pembentukan Daerah
pada awal implementasi Otonomi Otonom menyebabkan celah
Daerah di Indonesia dimana salah regulasi terkait ruang lingkup
satunya diwujudkan dengan wilayah administratif daerah
Pemekaran Wilayah, aspek otonom hal ini disampaikan oleh
kejelasan wilayah belum menjadi Yanis Rinaldi, Pakar Hukum
prioritas kebijakan pada saat itu Administrasi Negara Universitas
akibat teknologi pemetaan yang Syiah Kuala.29 Hal tersebut

27 Astrid Rimayanti, Kepala Pusat Pemetaan Batas Wilayah Pada Badan Informasi Geospasial, wawancara tanggal 13 Juni
2022 Pukul 10.00 WIB
28 Ibid
29 Yanis Rinaldi, Pakar Hukum Administrasi Negara pada Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala, wawancara tanggal 25

Maret 2022 Pukul 10.00 WIB

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


20
menyebabkan munculnya dijelaskan sebelumnya dapat
ketidakpastian dalam pelaksanaan memicu penyebab lahirnya
urusan pemerintahan pada daerah sengketa/konflik batas daerah yang
perbatasan antara satu daerah lainnya. Yang Pertama adalah
otonom dengan daerah otonom terkait dengan potensi ekonomi.
Apabila terdapat aspek ekonomi
lainnya seperti yang disampaikan
seperti Sumber Daya Alam pada
oleh Ima Mayasari selaku Pakar daerah perbatasan yang mengalami
Otonomi Daerah Universitas overlap kewenangan, potensi
Indonesia30. terjadinya sengketa/konflik sangat
Sementara itu, urusan besar sekali. Hal ini seperti yang
pemerintahan harus tetap disampaikan oleh Sugiarto dari
dijalankan dan menyentuh seluruh Direktorat Toponimi dan Batas
aspek kehidupan masyarakat Daerah Kemendagri bahwa
termasuk yang berada di wilayah sengketa batas daerah erat
perbatasan. Namun dengan tidak kaitannya dengan potensi ekonomi
seperti perebutan SDA di wilayah
adanya kepastian cakupan wilayah
perbatasan yang overlapping
akhirnya ditemukan overlap wilayah perijinan. 33 Hal tersebut
kewenangan antar daerah yang juga didukung pernyataan dari
saling berbatasan.31 Masing- T.M. Fajar Al Mursalin dari Biro
masing Daerah tersebut akhirnya Pemerintahan dan Otonomi Daerah
menciptakan asumsi sendiri terkait Aceh yang menyatakan bahwa
ruang lingkup wilayah yang permasalahan yang terjadi di
menjadi kewenangannya yang lapangan biasanya disebabkan oleh
didasarkan pada informasi atau faktor gengsi antar daerah dan luas
data yang dimiliki. Terkait batas wilayah yang berpengaruh pada
pembagian DAU.34
daerah, masing-masing daerah
Sebagaimana yang kita
akhirnya menggunakan Peta yang ketahui bersama, salah satu hal
mereka miliki. Hal tersebut yang menjadi kewenangan Daerah
bermasalah dimana peta yang dalam Otonomi Daerah adalah
digunakan tersebut: 1) tidak jelas terkait mengelola Pendapatan Asli
sumbernya; 2) tidak terjamin Daerah (PAD) yang dapat
kualitas teknisnya; 3) tidak sinkron digunakan dalam menjalankan
dengan peta wilayah lain; dan 4) pemerintahannya.35 Semakin besar
sudah sangat lama masa potensi ekonomi yang dapat digali
produksinya. 32 dan dimanfaatkan oleh daerah
maka akan semakin besar PAD
Perbedaan informasi terkait
yang dapat digunakan dalam upaya
batas daerah seperti yang
mensejahterakan masyarakat di

30 Ima Mayasari, Pakar Otonomi Daerah pada Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, wawancara tanggal 16 Juni
2022 Pukul 13.00 WIB
31 Ibid
32 Astrid Rimayanti, Op.Cit
33 Sugiarto, Direktur Direktorat Toponimi dan Batas Daerah Kementerian Dalam Negeri, wawancara tanggal 13 Juni 2022

Pukul 10.00 WIB


34 T.M Fajar Al Mursalin, Kasubbag Administrasi Pemerintahan dan Penataan Wilayah Pada Biro Pemerintahan dan

Otonomi Daerah Provinsi Aceh, wawancara tanggal 23 Maret 2022 Pukul 10.00 WIB
35 Ima Mayasari, Op.Cit

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


21
wilayahnya. Hal ini tentu saja Rahmadaniaty perbedaan informasi
membuat Pemerintah Daerah pada peta kepemilikan tanah juga
memperjuangkan setiap potensi dapat menyebabkan adanya lebih
ekonomi yang memungkinkan dari satu sertifikat terhadap satu
dapat mereka akui. Dengan tidak tanah yang sama dimana hal
adanya kepastian hukum dan tersebut tentu sangat besar potensi
overlapping kewenangan yang konfliknya.39 Selain permasalahan-
terjadi di perbatasan maka masing- permasalahan tersebut, terdapat
masing daerah yang merasa berhak juga preferensi bagi seseorang
akan potensi ekonomi tersebut terkait tanah yang dimilikinya
akan berusaha mengakui potensi dimana lokasi dari tanah terkadang
ekonomi tersebut masuk ke berdampak signifikan terhadap
wilayahnya. Usaha masing-masing nilainya. Nilai tanah di wilayah
daerah tersebut pada akhirnya kabupaten biasanya memiliki nilai
dapat terjadi berlarut-larut yang lebih rendah dibandingkan
sehingga menimbulkan jika tanah tersebut terdaftar di
sengketa/konflik yang bukan wilayah kota. Dengan tidak adanya
hanya perlu dimediasi oleh Provinsi informasi yang pasti terkait batas
dan Kemendagri melainkan juga daerah, maka akan terjadi
hingga ke ranah pengadilan.36 kesulitan dalam sinkronisasi status
Perbedaan informasi terkait sertifikat suatu bidang tanah pada
batas daerah juga berpotensi instansi yang berwenang
melahirkan sengketa/konflik yang mendatanya yaitu dalam hal ini
muncul dari masyarakat terutama Badan Pertanahan Nasional
terkait hal kepemilikan tanah baik (BPN). Kondisi tersebut saat ini
40

yang dimiliki oleh individu maupun berdampak pada tidak sinergisnya


badan usaha. Menurut R. Agus antara status wilayah yang tertera
Wahyudi. K, perbedaan informasi pada sertifikat bidang dengan
tersebut menyebabkan terjadinya kondisi asli wilayah
tumpang tindih antara Hak atas administrasinya. Akan terjadi
Tanah yang diterbitkan oleh BPN polemik apabila seseorang memiliki
dengan Hak Guna ataupun tanah dengan lokasi yang
Perizinan. Hal tersebut terjadi di
37 tercantum pada sertifikatnya di
Kabupaten Aceh Jaya, dimana wilayah yang rata-rata memiliki
menurut Dahrial dari Bagian Tata nilai tanah lebih tinggi kemudian
Pemerintahan Aceh Jaya harus berubah ke wilayah dengan
menyebutkan bahwa perbedaan nilai yang lebih rendah akibat
antara lokasi yang tertera pada bergesernya batas daerah.
surat tanah dengan lokasi aktual Penyebab konflik/sengketa
dapat menciptakan konflik antar terkait batas daerah yang sering
warga.38 Sementara itu menurut terjadi adalah yang terkait aspek

36 Arifin, S. 2017. Penyelesaian Sengketa Batas Daerah Menggunakan Pendekatan Regulasi. Jurnal Hukum IUS QUIA
IUSTUM. 23, 3 (Jan. 2017), 439–460. DOI:https://doi.org/10.20885/iustum.vol.23.iss3.art5.
37 R. Agus Wahyudi. K, Direktur Pengukuran dan Pemetaan Dasar Pertanahan Ruang Pada Kementerian ATR/BPN,

wawancara tanggal 14 Juni 2022 Pukul 14.00 WIB


38 Dahrial Saputra, Kepala Bagian Tata Pemerintahan pada Pemerintah Kabupaten Aceh Jaya, wawancara pada tanggal 11

Agustus 2022 Pukul 10.00 WIB


39 Rahmadaniaty, Kepala Bagian Tata Pemerintahan pada Pemerintah Kabupaten Aceh Besar, wawancara pada tanggal 18

April 2022 Pukul 10.30 WIB


40 R. Agus Wahyudi. K, Op. Cit

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


22
sosial kemasyarakatan. Yaitu Meriah bahwa terdapat satu desa
masalah yang melingkupi tentang yang penduduknya berasal dari
persukuan dan adat istiadat. Pola Suku Gayo yang dalam proses
yang sering terjadi adalah terkait penegasan Batas Daerah ternyata
yang didiami oleh salah satu suku masuk kedalam wilayah Kabupaten
tersebut harus berada pada satu Aceh Utara. Penduduk desa
wilayah administratif yang sama. tersebut ingin masuk ke dalam
Ketika salah satu bagian dari suku wilayah Kabupaten Bener Meriah
tersebut terpisah oleh batas daerah yang mayoritas penduduknya
maka terdapat persepsi mereka berasal dari Suku Gayo.42
telah dipisahkan dari sukunya.41 Banyaknya masalah sengketa batas
Kondisi tersebut membuat bagian wilayah juga disebabkan oleh
masyarakat yang merasa terpisah banyaknya masalah yang dibiarkan
tersebut berusaha masuk kembali penanganannya dikarenakan
kedalam wilayah dimana mayoritas alasan keterbatasan sumber daya
sukunya berada. Contoh dari hal yang ada untuk melakukan
tersebut terjadi pada sengketa musyawarah yang berkelanjutan
batas daerah antara Kabupaten yang dalam beberapa daerah
Bener Meriah dan dan Kabupaten mampu membawa keberhasilan
Aceh Utara. Disampaikan oleh penyelesaian sengketa batas
Khairmansyah dari Bagian Tata daerah contohnya apa yang
Pemerintahan Kabupaten Bener dilakukan di provinsi Bali.43

2. Peran Pihak-Pihak Terkait dalam Sengketa/Konflik Batas Daerah

Berdasarkan analisis terhadap berbagai penyebab terjadinya


sengketa/konflik batas daerah di Indonesia terdapat pihak-pihak terkait
yang terlibat dalam terjadinya sengketa/konflik batas daerah sebagai
berikut:

a. Pemerintah Kabupaten/Kota
pemekaran daerah dalam rangka
Pemerintah kabupaten/kota otonomi daerah.44 Dengan
merupakan pihak yang paling banyaknya pemerintah
banyak terlibat dalam terjadinya kabupaten/kota baru tersebut
sengketa/konflik batas daerah maka terjadi usaha yang banyak
mengingat mereka adalah entitas pula dari mereka dalam
Pemerintah Daerah yang paling memastikan dengan pasti wilayah
banyak jumlahnya. Hal tersebut administrasi yang dimilikinya.
ditambah dengan banyaknya usaha-usaha yang dilakukan
jumlah pemerintah/kabupaten masing-masing pemerintah
kota baru yang dihasilkan kabupaten/kota tersebut

41 Sugiarto, Op. Cit


42 Khairmansyah, Kepala Bagian Tata Pemerintahan pada Pemerintah Kabupaten Bener Meriah, wawancara pada tanggal 3
Juni 2022 Pukul 14.00 WIB
43 Utomo, Yuli (2015), Penyelesaian Sengketa Batas Wilayah Desa Dinas Studi Kasus Sengketa Batas Wilayah Antara

Desa Dinas Tulikup Dengan Desa Dinas Sidan di Kabupaten Gianyar. Jurnal Udayana Master Law, Vol.4 No. 1 Hal: 150-
161
44 Ima Mayasari, Op.Cit

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


23
tentunya tidak berjalan dengan menggunakan kaedah perpetaan
mudah karena berbagai yang akurat hanya sketsa dan
kepentingan yang berbeda dengan batas wilayah tidak menggunakan
pemerintah daerah disekitarnya. titik koordinat dalam menentukan
Kondisi tersebutlah yang pada batas wilayah. Tentu saja bila hal
akhirnya memunculkan
tersebut dibiarkan akan menjadi
sengketa/konflik batas daerah.
Pasal 19 Permendagri sengketa antar kabupaten/kota
Nomor 141 Tahun 2017 yang bertetangga apalagi bila ada
menyebutkan tugas Pemerintah sumber daya alam di daerah
Kabupaten/Kota yaitu perbatasan. Lebih lanjut Dahrial
melaksanakan penegasan batas juga mengusulkan adanya alokasi
antar kabupaten/kota. Menurut dana desa dalam hal proses
Dahrial dalam hal penegasan penegasan batas sehingga dapat
batas kabupaten/kota meminimalisir sengketa yang
seharusnya dimulai dari batas akan terjadi dikemudian hari.
yang paling kecil yaitu batas desa Penyelesaian sengketa antar
sampai batas kecamatan sehingga kabupaten/kota dilakukan
baru dapat ditentukan batas melalui musyawarah yang
kabupaten/kota. Dalam hal ini dimediasi oleh pemerintah
batas kabupaten/kota menjadi provinsi dan peran daerah yang
tidak jelas dikarenakan peta yang bersengketa hanya melengkapi
terlampir dalam undang-undang dokumen pendukung terkait
pembentukan daerah belum wilayah yang disengketakan.45

b. Pemerintah Provinsi

Pihak yang terlibat tidak selalu berjalan dengan


selanjutnya adalah pemerintah lancar akibat perbedaan
provinsi sebagai pihak yang kepentingan yang muncul hingga
terlibat dalam sengketa/konflik pada akhirnya terjadi
tentang batas daerah. Sama sengketa/konflik dengan provinsi
halnya dengan apa yang terjadi lainnya. Selain selaku pihak yang
pada kabupaten/kota, selama berpotensi mengalami
otonomi daerah terdapat sengketa/konflik batas daerah,
pemekaran provinsi-provinsi baru Pemerintah Provinsi, melalui
dimana provinsi-provinsi baru gubernur, juga memiliki peran
tersebut juga memerlukan sebagai mediator atau penengah
kepastian terkait batas daerah terhadap sengketa/konflik antar
yang menjadi tanda cakupan kabupaten/kota yang berada di
wilayah yang menjadi wilayahnya.46 Apabila terjadi
kewenangannya. Proses perbedaan pendapat terkait batas
memastikan batas daerah daerah antara satu
provinsi tersebut tentunya juga kabupaten/kota dengan lainnya

45 Dahrial Saputra, Op. Cit


46 Permendagri 141 Tahun 2017 Tentang Penegasan Batas Daerah Pasal 21 Ayat (2)

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


24
dalam satu provinsi dan tidak kemudian bila telah terjadi
terjadi kesepakatan maka kesepakatan antar daerah yang
pemerintah provinsi berperan bersengketa dituangkan dalam
dalam menyelesaikan perbedaan Berita Acara yang kemudian akan
pendapat tersebut. Hal tersebut ditetapkan dalam permendagri
terjadi antara Pemerintah
dengan berkoordinasi dengan
Kabupaten Blitar dan Pemerintah
Kabupaten Malang yang Badan Informasi Geospasial
dimediasi oleh Pemerintah dalam peta indikatif antar daerah
Provinsi Jawa Timur. yang bersengketa. Namun bila
Pemerintah Provinsi tidak ada kesepakatan antara
sebagai ketua tim Penegasan daerah yang bersengketa maka
Batas Daerah Provinsi dalam hal prosesnya akan diajukan ke
ini Gubernur Provinsi memiliki Kementerian Dalam Negeri untuk
tugas sebagaimana ketentuan melakukan mediasi dalam
dalam Pasal 19 Permendagri 141 penegasan batas daerah. 47

Tahun 2017 yaitu Dalam pelaksanaan


a. Melaksanakan penegasan penegasan batas daerah tidak
batas antar daerah dapat dipungkiri bahwa proses
Provinsi; dan mediasi sebagaimana ketentuan
b. Memfasilitasi penegasan dalam Permendagri diatas
batas antar daerah terkadang dalam pelaksanaannya
Kabupaten/Kota dalam 1
membutuhkan proses waktu yang
(satu) Provinsi.
lumayan cukup lama, hal tersebut
T.M. Fajar Al Mursalin sebagaimana yang terjadi dalam
mengatakan bahwa peran proses penyelesaian kabupaten
provinsi adalah sebagai mediator Aceh Besar dan Kabupaten Pidie
tingkat pertama dalam yang dalam penyelesaiannya dari
menyelesaikan penegasan batas tahun 2018 sampai tahun 2022
daerah antar kabupaten/kota baru selesai dengan Berita Acara
dalam satu provinsi yang kesepakatan.48

c. Kementerian Dalam Negeri

Pihak selanjutnya yang Provinsi yang lain.49


terlibat dalam sengketa/konflik Sengketa/konflik batas daerah
batas daerah adalah Kementerian antar provinsi ini pada dasarnya
Dalam Negeri (Kemendagri). merupakan sengketa/konflik
Kemendagri berperan sebagai batas daerah yang terjadi antara
mediator ketika terjadi kabupaten/kota di wilayah
sengketa/konflik batas daerah perbatasan antar provinsi. Selain
antara satu Provinsi dengan itu, Kemendagri juga menjadi

47 T.M Fajar Al Mursalin, Op. Cit


48 Rahmadaniaty, Op. Cit
49 Permendagri 141 Tahun 2017 Tentang Penegasan Batas Daerah Pasal 21 Ayat (3)

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


25
pengambil keputusan apabila dibuat oleh lembaga yang
Pemerintah Provinsi tidak mampu membidangi informasi
menyelesaikan sengketa/konflik geospasial.
batas daerah yang terjadi di Berdasarkan ketentuan
dalam wilayah provinsinya diatas bahwa memberikan
sehingga menyerahkan kewenangan atau menjadi dasar
keputusan finalnya kepada hukum kepada Menteri Dalam
Kemendagri. Contoh dari hal Negeri dan Badan Informasi
tersebut adalah apa yang terjadi Geospasial dalam hal menentukan
antara Kabupaten Aceh Jaya dan Penegasan Batas Daerah,
Kabupaten Aceh Barat terkait sehingga kedua lembaga tersebut
satu segmen wilayah berupa yaitu Kementerian Dalam Negeri
wilayah perkebunan dimana dan Badan Informasi Geospasial
setelah dilakukan mediasi oleh menjadi aktor dalam menetapkan
Pemerintah Provinsi Aceh, batas wilayah.
keputusan final sepakat Hal tersebut sesuai dengan
diserahkan kepada Kemendagri.50 pernyataan dari Kemendagri
Peran Kemendagri selaku Ketua bahwa yang menjadi dasar hukum
Tim Penegasan Batas Daerah juga dalam hal penegasan batas
sangat krusial dalam wilayah yaitu Pasal 401 Undang-
penyelesaian sengketa/konflik Undang Nomor 23 Tahun 2014
batas daerah. Sebagai Instansi tentang Pemerintahan Daerah
yang berwenang menyediakan yang kemudian diatur secara
regulasi dan penetapan teknis dengan Permendagri Nomor
keputusan final terkait batas 141 Tahun 2017 tentang
daerah definitif melalui Penegasan Batas Daerah.52
Permendagri tentang Segmen Kemudian pada Pasal 16
Batas Daerah.51 ayat (2) Peraturan Menteri Dalam
Undang-undang Nomor 23 Negeri Nomor 141 Tahun 2017
Tahun 2014 tentang Pemerintah menyebutkan bahwa Tim
Daerah dalam Pasal 401 ayat (1) Penegasan Batas Daerah (PBD)
dan (2) menyebutkan bahwa: terdiri dari Tim PBD Pusat, Tim
1. Penegasan batas termasuk PBD Provinsi, dan Tim PBD
Cakupan Wilayah dan Kabupaten/Kota. Anggota Tim
penentuan luas bagi daerah PBD Pusat terdiri dari Menteri
yang dibentuk sebelum Dalam Negeri (Ketua), Direktur
Undang-Undang ini berlaku Jenderal Bina Administrasi
ditetapkan dengan Kewilayahan (wakil ketua),
peraturan Menteri; Direktur Toponimi dan Batas
2. Penegasan batas termasuk Daerah (sekretaris) dan anggota
Cakupan Wilayah dan yang terdiri dari Kepala Biro
penentuan luas Hukum Kementerian Dalam
sebagaimana dimaksud Negeri, Kepala Pusat Pemetaan
pada ayat (1) dilakukan Batas Wilayah Badan Informasi
berdasarkan pada Geospasial, Kepala Pusat
perhitungan teknis yang Hidrografi dan Oseanografi TNI AL,

50 Dahrial Saputra, Op. Cit


51 Ima Mayasari, Op.Cit
52 Sugiarto, Op.Cit

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


26
Direktur Topografi Angkatan (satu) Daerah Provinsi yang
Darat, Kepala Pusat Pemanfaatan berselisih dan diserahkan
Teknologi Dirgantara Lembaga penyelesaiannya oleh
Antariksa dan Penerbangan Gubernur kepada Menteri.
Nasional, dan Pejabat dari
kementerian dan/atau lembaga Kementerian Dalam Negeri
pemerintah non kementerian juga berperan penting dalam
terkait lainnya. Adapun yang terwujudnya Kebijakan Satu Peta
menjadi tugas sebagaimana
termuat dalam Pasal 19 (KSP). Hal tersebut sebagaimana
Permendagri Nomor 141 Tahun diatur dalam lampiran Peraturan
2017 yaitu: Presiden Nomor 23 Tahun 2021
tentang perubahan atas Peraturan
1. Memfasilitasi penegasan Presiden Nomor 9 Tahun 2016
batas antar daerah Provinsi;
2. Memfasilitasi penegasan tentang Percepatan Pelaksanaan
batas antar daerah Kebijakan Satu Peta Pada Tingkat
Kabupaten/Kota dalam 1 Ketelitian Peta Skala 1:50.000
(satu) Provinsi atas yang menyebutkan bahwa
permintaan Gubernur kepada kemendagri menjadi penanggung
Menteri;
3. Memfasilitasi penegasan jawab Penyusunan Mekanisme
batas antar daerah dan Tata Kerja Peta Batas
Kabupaten/Kota dalam 1 Kecamatan dan Kelurahan.

d. BIG dan BPN selaku Anggota Tim Penegasan Batas Daerah

Anggota Tim Penegasan terkait Sengketa/Konflik Batas


Batas Daerah yang diketuai oleh Daerah. Instansi pertama adalah
Kemendagri adalah pihak-pihak Badan Informasi Geospasial (BIG)
selanjutnya yang terlibat dalam dan Badan Pertanahan Nasional
sengketa/konflik batas daerah. (BPN). Peran kedua Instansi
Anggota Tim Penegasan Batas tersebut cukup besar karena
Daerah sendiri dibagi menjadi 3 berkaitan erat dengan aspek
ruang lingkup berdasarkan pendukung dan penyedia
Permendagri 141 Tahun 2017 informasi teknis kewilayahan dan
tentang Penegasan Batas Daerah perpetaan. BIG memiliki peran
Pasal 16 ayat (2). Tim tersebut dalam menyediakan data dukung
dibagi atas Tim Pusat, Tim berupa peta dasar yang dapat
Provinsi, dan Tim dijadikan acuan baik dalam hal
Kabupaten/Kota. Terkait Anggota menyediakan peta wilayah
Tim tersebut selain Kemendagri indikatif ataupun peta dasar yang
dan Pemerintah Daerah dijadikan bahan dalam penegasan
(Kabupaten/Kota dan Provinsi), batas daerah. Peran BIG sangat
berdasarkan hasil observasi di penting dalam hal meminimalisir
lapangan terdapat dua instansi terjadinya perbedaan informasi
yang memiliki peran signifikan perpetaan akibat penggunaan peta

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


27
yang tidak terstandarisasi dan Pemerintah Daerah yaitu dalam hal
terbaru. Perbedaan peta dasar cakupan wilayah dan penentuan
yang digunakan sebagai peta kerja luas. Pada Pasal 16 Undang-
penegasan batas daerah Undang 4 tahun 2011 tentang
merupakan salah satu sumber Informasi Geospasial menyebutkan
bahwa Badan Informasi Geospasial
terjadinya konflik.53 Perbedaan
mempunyai kewenangan
peta kerja tersebut dimanfaatkan penyiapan peta dasar dalam hal
oleh masing-masing daerah agar penetapan penentuan batas
kepentingan mereka dapat wilayah secara pasti di lapangan
terpenuhi. 54
oleh instansi pemerintah yang
Badan Informasi berwenang dan dalam hal terdapat
Geospasial juga berperan dalam batas wilayah yang belum
hal percepatan Kebijakan Satu ditetapkan secara pasti di lapangan
Peta (KSP). Hal tersebut oleh Instansi Pemerintah yang
sebagaimana tercantum dalam berwenang maka digunakan batas
Peraturan Presiden Nomor 23 wilayah sementara yang
Tahun 2021 tentang Perubahan penggambarannya dibedakan
Atas Peraturan Presiden Nomor 9 dengan menggunakan simbol
Tahun 2016 tentang Percepatan dan/atau warna khusus.
Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta berdasarkan hal tersebut bahwa
Pada Tingkat Ketelitian Peta Skala Badan Informasi Geospasial dalam
1:50.000 yang mempunyai tugas hal telah adanya kesepakatan
melakukan yaitu: antar daerah terkait batas daerah
1. Menetapkan walidata IGT yang ditetapkan dalam
(Indeks Geospasial Permendagri maka Badan
Tematik); Informasi Geospasial akan
2. Penetapan Kelompok Kerja melakukan sinkronisasi ke dalam
Nasional (Pokja) IGT; peta dasar yang dimiliki oleh Badan
3. Penetapan mekanisme dan Informasi Geospasial.55
tata kerja pembuatan IGT; BPN berperan dalam
4. Penyusunan mekanisme menyediakan data terkait status
dan tata kerja kegiatan kepemilikan tanah dalam suatu
kompilasi dan integrasi wilayah yang memuat data berupa
pelaksanaan kebijakan satu pemilik tanah beserta status
peta; wilayah administratif dimana
5. Penyusunan Mekanisme tanah tersebut berada. Peluang
dan Tata Kerja Berbagi terdapatnya perbedaan informasi
pada sertifikat tanah terkait lokasi
Pakai Data dan IG Kebijakan
dimana wilayah tanah itu berada
Satu Peta.
dengan kondisi asli di lapangan
Badan Informasi Geospasial sangat mungkin terjadi. Seperti
juga peranan penting dalam hal yang terjadi di Kabupaten Aceh
penegasan batas wilayah Jaya dimana terdapat perubahan
sebagaimana yang termuat dalam data kepemilikan tanah tanpa
Pasal 401 ayat 2 Undang-Undang

53 T.M Fajar Al Mursalin, Op. Cit


54 Ira Koeswandari, Sub Koordinator Penyelenggara Urusan Pemerintahan Bagian Tata Pemerintahan pada Pemerintah
Kabupaten Malang, wawancara pada tanggal 23 Agustus 2022 Pukul 14.00 WIB
55 Astrid Rimayanti, Op.Cit

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


28
diketahui oleh pemiliknya.56 Permendagri 141 tahun 2017.
Masyarakat yang merasa dirugikan Badan Pertanahan Nasional
akan kondisi tersebut akan berdasarkan Permendagri 141
berusaha untuk memperbaikinya. tahun 2017 mempunyai tugas
Usaha-usaha dari masyarakat antara lain melaksanakan
tersebut yang menjadi benih-benih penegasan batas antar daerah
sengketa/konflik. BPN berperan Provinsi; dan memfasilitasi
dalam memastikan data penegasan batas antar daerah
kepemilikan tanah pada sertifikat Kabupaten/Kota dalam 1 (satu)
yang dikeluarkan tidak Provinsi.
bertentangan dengan wilayah Dalam hal penyelesaian
administratif dimana tanah itu penegasan batas wilayah BPN
berada. berperan hanya bersifat pasif
Badan Pertanahan Nasional dalam artian bila ada perubahan
(BPN) juga memiliki peran penting penegasan batas wilayah yang
dalam hal penegasan batas wilayah telah ditetapkan oleh permendagri
yaitu sebagai salah satu tim maka akan dilakukan perubahan
Penegasan Batas Daerah Provinsi atau penyesuaian atas akta tanah
dan Kabupaten/kota sebagaimana yang telah terbit bila ada
yang termuat dalam Pasal 18 permohonan dari pemilik tanah.57

e. Sekretariat Tim Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta Kementerian


Koordinator Bidang Perekonomian

Kementerian Koordinator Menurut Wahyu Utomo


Bidang Perekonomian menjadi bahwa Perpres Nomor 23 Tahun
aktor yang sangat berperan penting 2021 tersebut bertujuan agar
dalam pelaksanaan Kebijakan Satu adanya satu peta sebagai
Peta (KSP). Hal tersebut kompilasi, integrasi, sinkronisasi,
berbagi data dan informasi
sebagaimana tercantum dalam
geospasial, sehingga Kebijakan
lampiran Peraturan Presiden satu peta bertujuan untuk
Nomor 23 Tahun 2021 tentang mengatasi tumpang tindih peta
perubahan atas Peraturan Presiden yang ada. Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 2016 tentang Nomor 43 tahun 2021 digunakan
Percepatan Pelaksanaan Kebijakan sebagai rule base dalam hal terjadi
Satu Peta Pada Tingkat Ketelitian ketidaksesuaian antara rencana
Peta Skala 1:50.000 yang tata ruang dan kawasan hutan, izin
menyebutkan bahwa program dan/atau hak atas tanah.
percepatan mekanisme dan tata Penyelesaian permasalahan
ketidaksesuaian memperhatikan
kerja Sekretariat Tim Percepatan
regulasi yang berlaku di setiap
Kebijakan Satu Peta (PKSP) sektor, seperti rezim kehutanan,
menjadi tanggung jawab rezim tata ruang dan pertahanan,
Kementerian Koordinator Bidang dan rezim kelautan.58
Perekonomian.

56 Dahrial Saputra, Op. Cit


57 Agus Wahyudi, Op.Cit
58 Wawancara dengan Wahyu Utomo, Deputi VI Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Tanggal 23 Agustus 2021

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


29
3. Langkah Penyelesaian Sengketa/Konflik Batas Daerah

Sengketa/konflik batas merupakan langkah yang paling


daerah disebabkan oleh berbagai banyak dilakukan dalam
faktor dan melibatkan berbagai menyelesaikan sengketa/konflik
pihak seperti yang sudah batas daerah yang bertujuan
dijelaskan pada pembahasan menciptakan kesepakatan yang
bersifat bottom-up.61 Mediasi
sebelumnya. Terdapatnya
dilakukan dalam rangka
multifaktor penyebab dan multi menyamakan persepsi serta
aktor yang terlibat terkait menciptakan kesepakatan terkait
sengketa/konflik batas daerah batas daerah. Tercapainya
tersebut juga terlihat dari berbagai kesepakatan masing-masing pihak
langkah yang selama ini telah yang berselisih menjadi hal yang
dilakukan dalam menyelesaikan sangat penting dalam
sengketa/konflik batas daerah menyelesaikan sengketa/konflik
tersebut. Langkah-langkah batas daerah yang terjadi
tersebut terdiri atas 1) Mediasi khususnya sengketa/konflik yang
pemicunya berasal dari Pemerintah
melalui Pemerintah
Daerah. Contoh kasus mediasi
Provinsi/Kemendagri, 2) Jalur yang dilakukan oleh Gubernur
Hukum/Pengadilan, 3) Pendekatan adalah yang terjadi antara
Sosial Kemasyarakatan. Pemerintah Kabupaten Blitar dan
Penyelesaian Pemerintah Kabupaten Malang
sengketa/konflik batas daerah yang dimediasi oleh Gubernur
yang melibatkan Pemerintah Jawa Timur dengan mengundang
Daerah baik itu antar kedua belah pihak untuk mencapai
kabupaten/kota maupun antar kesepakatan.62 Contoh kasus
provinsi yang diakibatkan oleh mediasi yang dilakukan oleh
perbedaan atau overlapping Kementerian Dalam Negeri adalah
informasi diselesaikan secara adalah apa yang terjadi antara
mediasi. Pemerintah provinsi Kabupaten Aceh Utara dan
dalam hal ini gubernur Kabupaten Bener Meriah terkait
menyelesaikan sengketa/konflik daerah Rikit Musara, dimana
batas daerah yang melibatkan meskipun telah dilakukan mediasi
Kabupaten/Kota di wilayahnya.59 oleh Gubernur Aceh dan
Kementerian Dalam Negeri melalui dituangkan dalam Pergub namun
Menteri Dalam Negeri melakukan tetap ada pihak yang keberatan
mediasi sengketa/konflik yang sehingga sepakat untuk dilakukan
melibatkan Provinsi dan mediasi dan diselesaikan oleh
Kabupaten/Kota antar provinsi.60 Kemendagri.63
Mediasi tersebut diatur dalam Penyelesaian
Permendagri 141 tahun 2017 sengketa/konflik batas daerah juga

59 Permendagri 141 Tahun 2017 Tentang Penegasan Batas Daerah Pasal 22 s.d Pasal 24
60 Permendagri 141 Tahun 2017 Tentang Penegasan Batas Daerah Pasal 25 s.d Pasal 29
61 Sugiarto, Op. Cit
62 Ira Koeswandari, Op. Cit
63 Ismohar, Kepala Bagian Tata Pemerintahan pada Pemerintah Kabupaten Aceh Utara, wawancara pada tanggal 3 Juni

2022 Pukul 10.00 WIB

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


30
dapat ditempuh secara hukum formal dan tidak memuat putusan
melalui jalur pengadilan. Langkah yang bersifat substantif.66
tersebut dilakukan apabila Penyelesaian
terdapat pihak-pihak yang merasa sengketa/konflik batas daerah
bahwa hasil dari mediasi dan selanjutnya adalah penyelesaian
keputusan yang ditetapkan oleh sengketa/konflik yang diakibatkan
Kemendagri terkait segmen batas kesalahpahaman dan
daerah tidak sejalan dengan ketidakpuasan masyarakat
kepentingan dan harapannya. terhadap batas daerah definitif
Walaupun berdasarkan UU Pemda yang sudah ditetapkan oleh
diamanatkan bahwa Kemendagri Kemendagri. Kesalahpahaman dan
memiliki kewenangan untuk ketidakpuasan pada masyarakat
menetapkan Segmen Batas tersebut pada umumnya berkaitan
Daerah, namun dibuka ruang dengan status kepemilikan
untuk dilakukan perubahan tanah/lahan dan terkait
terhadap ketetapan tersebut salah budaya/adat/kesukuan.67 Terkait
satunya melalui gugatan hal tersebut, Pemerintah Daerah
pengadilan.64 Gugatan peradilan dan Kemendagri melakukan
terhadap ketetapan Kemendagri pendekatan persuasif kepada
terkait batas daerah merupakan masyarakat baik itu melalui
hal yang dimungkinkan secara kegiatan sosialisasi maupun
norma dan sistem hukum di kegiatan dialog terhadap seluruh
Indonesia dalam rangka elemen masyarakat. Kegiatan
pengawasan dan kontrol eksternal sosialisasi dan dialog tersebut
terhadap suatu produk hukum.65 dilakukan dalam rangka
Gugatan yang dilakukan bertujuan memberikan dan memperkuat
untuk membatalkan keputusan pemahaman kepada masyarakat
yang dianggap merugikan salah bahwa Penegasan Batas Daerah
satu pihak, namun pada tidak merubah status kepemilikan
kenyataannya putusan terhadap maupun status adat/budaya dari
gugatan tersebut apabila suatu wilayah.68 Kegiatan
dimenangkan oleh penggugat sosialisasi dan dialog tersebut
hanya bersifat membatalkan dilakukan dalam upaya
putusan permendagri yang digugat. memberikan pemahaman bahwa
sedangkan kepastian terhadap kegiatan Penegasan Batas Daerah
batas daerah harus disepakati tidak menghapus hak atas tanah,
ulang oleh kedua belah pihak dan kepemilikan aset, hak ulayat, dan
kembali diputuskan melalui hak adat masyarakat sesuai
Permendagri. Hal tersebut terjadi dengan apa yang tercantum pada
karena putusan pengadilan Permendagri Nomor 141 Tahun
tersebut bersifat membatalkan 2017 Pasal 2 ayat (1). Dengan
Permendagri atas dasar legal adanya peningkatan pemahaman

64 Permendagri 141 Tahun 2017 Tentang Penegasan Batas Daerah Pasal 34


65 Ima Mayasari, Op.Cit
66 Putra, H.S. 2021. Penyelesaian Sengketa Tapal Batas Antara Kabupaten/Kota Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah. Dharmasisya: Vol.1, Article 33. dapat diakses pada
https://scholarhub.ui.ac.id/dharmasisya/vol1/iss1/33.
67 Sugiarto, Op. Cit
68 Ibid

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


31
tersebut diharapkan gejolak yang terjadi sengketa/konflik di
terjadi pada masyarakat dapat masyarakat.69
diredam dan dicegah agar tidak

B. Dampak Sengketa/Konflik Batas Daerah

Terjadinya sengketa/konflik batas daerah yang menyebabkan


berlarut-larutnya proses penegasan batas daerah tentunya memiliki
eksternalitas negatif yang berdampak cukup besar baik itu bagi pemerintah
daerah maupun bagi masyarakat luas. Eksternalitas negatif yang disebabkan
sengketa/konflik batas daerah timbul akibat ketidakpastian secara hukum
tentang batas daerah definitif suatu daerah. Secara umum berdasarkan
temuan yang penulis dapatkan baik itu dari pernyataan narasumber maupun
dari studi literatur terdapat dua dampak umum yang terjadi akibat
sengketa/konflik batas daerah. Pertama adalah dampak yang berkaitan
dengan ketidakpastian pengelolaan potensi ekonomi daerah dan
pengalokasian DAU. Kedua adalah dampak yang berkaitan dengan
ketidakpastian pelayanan publik kepada masyarakat.

1. Ketidakpastian Pengelolaan Potensi Ekonomi Daerah dan


Pengalokasian DAU

Pentingnya keberadaan pusat dalam bentuk Dana Alokasi


batas daerah definitif didasarkan Umum (DAU).70
pada kepentingan bahwa setiap Ketidakpastian akan batas
daerah otonom mengetahui secara daerah bagi daerah otonom terkait
pasti tentang besaran luas wilayah pengelolaan potensi ekonomi
dan titik-titik batas wilayahnya daerah terutama dalam
agar masing-masing daerah pengelolaan sumber daya alam di
otonom memiliki landasan dalam daerah perbatasan menyebabkan
menyelenggarakan pemerintahan tidak optimalnya pengelolaan
dan fungsi-fungsi terkait potensi ekonomi tersebut.
pemerintahannya. Salah satu Hal ini tentunya akan berpengaruh
fungsi pemerintahan yang sangat pada aspek perencanaan dan
terkait dengan luas daerah dan realisasi dari pengelolaan potensi
batas daerah adalah terkait tersebut yang akan kurang
pengelolaan potensi ekonomi maksimalnya perencanaan
daerah terutama terkait terhadap pendapatan asli daerah
pengelolaan sumber daya alam. (PAD) beserta realisasinya.
Selain itu, kepastian akan batas Pengelolaan PAD yang baik akan
daerah akan mempengaruhi sangat mempengaruhi berjalannya
kepastian terkait luas wilayah fungsi pemerintahan di daerah
daerah otonom yang menjadi salah otonom terutama dalam rangka
satu dasar dalam perhitungan memenuhi fungsi pelayanan publik
transfer fiskal dari pemerintah terhadap masyarakat. Namun tidak
semua daerah otonom memiliki

69T.M Fajar Al Mursalin, Op. Cit


70
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Hubungan Keuangan Antara Pusat Dan Pemerintah Daerah Pasal 26
Ayat (4)

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


32
PAD yang cukup dalam memenuhi unsur perhitungan DAU adalah
kapasitas fiskalnya. Daerah-daerah luas wilayah. Sehingga
otonom yang memiliki kapasitas ketidakpastian terhadap batas
fiskal kurang tersebut dibantu daerah yang mempengaruhi
melalui mekanisme transfer fiskal kepastian luas wilayah daerah
dalam rangka perimbangan akan menyebabkan perhitungan
keuangan pusat daerah melalui alokasi DAU tidak tepat.71
mekanisme DAU dimana salah satu

2. Ketidakpastian Pelayanan Publik Masyarakat

Daerah otonom adalah oleh wilayah administratif yang


daerah yang memiliki kewenangan dimilikinya. Hal ini dilakukan
dalam mengatur sendiri dalam rangka menjamin bahwa
wilayahnya. Terkait hal tersebut, seluruh masyarakat di daerah
masyarakat yang mendiami otonom mendapatkan akses
wilayah-wilayah tersebut terhadap pelayanan publik dan
merupakan unsur terpenting baik tidak terjadi tumpang tindih
itu bagi daerah otonom maupun pelayananan publik yang
bagi suatu negara. Sehingga disediakan oleh masing-masing
apapun yang dilakukan oleh daerah otonom. Sengketa/konflik
pemerintah tentunya harus batas daerah dapat menyebabkan
menjadikan masyarakat sebagai hal tersebut tidak terpenuhi akibat
fokus utama. Terkait kepastian tidak adanya kepastian hukum
wilayah bagi daerah otonom yang terhadap wilayah yang
ditandai dengan batas-batas disengketakan. Tidak adanya
daerah definitif menjadi acuan kepastian hukum terhadap suatu
jangkauan pemerintah otonom wilayah dapat menyebabkan
dalam menjalankan kewenangan Pemerintah daerah otonom tidak
dan kewajibannya terutama dalam menyediakan pelayanan publik
rangka pelayanan publik terhadap pada wilayah tersebut. Hal tersebut
masyarakat. terjadi akibat berbagai alasan salah
Terjadinya sengketa/konflik satunya adalah terkait ketaatan
batas daerah tentunya akan terhadap aspek administratif
mempengaruhi pelaksanaan dimana hal tersebut berpotensi
pelayanan publik terutama terjadinya maladministrasi dalam
pelayanan publik yang berada di penyediaan pelayanan publik
daerah perbatasan yang sedang ketika dilakukan audit di
bersengketa. Masyarakat yang kemudian hari. Hal ini
mendiami wilayah yang sedang menyebabkan masing-masing
mengalami konflik/sengketa batas pemerintah daerah yang
daerah tentunya akan menghadapi berbatasan tersebut menunggu
ketidakpastian akan pelayanan sengketa/konflik batas daerah itu
publik yang mereka dapat akses diselesaikan sebelum menerapkan
dan dapatkan. Cakupan pelayanan berbagai kebijakan pada wilayah
publik yang dilakukan oleh daerah yang disengketakan tersebut. Hal
otonom tentunya akan dibatasi ini tentunya akan merugikan

71 T.M Fajar Al Mursalin, Op. Cit

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


33
masyarakat yang mendiami desa dan kabupaten, dampak pada
wilayah yang disengketakan ranah politik, dampak pada
tersebut. Kondisi sengketa/konflik penyelenggaraan layanan
batas daerah yang pada umumnya pengelolaan informasi publik dan
berlarut-larut dan memerlukan layanan KTP, serta dampak pada
waktu yang lama tersebut tentunya target geografis di bidang sosial.74
akan memperparah kondisi Ketidakpastian terkait
tersebut. Bahkan terdapat juga pelayanan publik juga berdampak
kasus dimana kondisi pada hak politik masyarakat dalam
sengketa/konflik batas daerah pelaksanaan pilkada atau
digunakan sebagai cara untuk pemilihan kepala daerah. Hal ini
menghindari penyediaan karena belum adanya kejelasan
pelayanan publik ketika dianggap status kependudukan pemilih.
membebani fiskal daerah dan tidak Dalam sebuah penelitian
berkontribusi pada PAD Daerah.72 disebutkan, ketidakpastian ini
Hal ini juga diperkuat oleh kemungkinan menyebabkan
Patongloan yang menyatakan beberapa hal: dualisme
Setiap daerah dapat mengabaikan kepemimpinan daerah, adanya
sebagian dari daerahnya karena identitas ganda dalam masyarakat,
merasa bukan daerahnya atau dan daerah tersebut tidak akan
dengan kata lain setiap daerah mengadakan pemilihan umum baik
saling mengalihkan tanggung eksekutif maupun legislatif.75
jawab dalam penyelenggaraan Dalam hal pelayanan publik di
pemerintahan, pelayanan sektor pendidikan juga akan
masyarakat dan pembangunan di berpengaruh, hal ini sebagaimana
daerah tersebut.73 disebutkan dalam Harahap, et al
Konflik batas daerah yang bahwa terdapat beberapa sekolah
terus berlanjut, yang pada yang harus memperjuangkan
gilirannya menyebabkan legalitasnya, dan beberapa sekolah
munculnya efek konflik berupa diharuskan untuk mengikuti Ujian
dualisme sistem pemerintahan Nasional lebih dari sekali.76

C. Upaya Yang Dilakukan Untuk Mencegah Sengketa/Konflik Batas


Daerah

Permasalahan terkait dengan batas daerah yang menyebabkan


terjadinya sengketa/konflik baik itu antar Pemerintah Daerah maupun
antar masyarakat sudah sepatutnya dapat diminimalisir. Sejak awal

72 Adi Suryanto, Kepala LAN RI, disampaikan pada diskusi draft makalah kebijakan pada Jumat 04 November 2022 Pukul
11.00 WIB.
73
Patongloan, Andre Junianto .2019. Penyelesaian Sengketa Batas Antar Daerah. Perpustakaan UBT: Universitas Borneo
Tarakan.
74
Mou, Jembris. 2015. Konflik Wilayah Antara Kabupaten Halmahera Utara Dengan Kabupaten Halmahera Barat.
Politico:Jural Ilmu Politik. Vol 4 No 1.
75
Nanang Kristiyono. 2008. Konflik dalam Penegasan Batas Daerah antara Kota Magelang dengan Kabupaten Magelang
(Analisis terhadap Faktor-faktor Penyebab dan Dampaknya), Program Studi Magister Ilmu Politik Program Pasca sarjana
Universitas Diponegoro Semarang.
76
Harahap, Rofiandika Romadon , Badaruddin dan Muryanto Amin. 2019. The Impact of Border Conflict in Village
Development: Infrastructure, health, Education, Economy and Political Development Between Kampar Regency and Rokan
Hulu Regency. Global Journal of Arts, Humanities and Siocial Sciences.Vol. 7, No.4.

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


34
penerapan otonomi daerah secara luas pada tahun 1999 hingga sekarang
yaitu sudah lebih dari 20 tahun, permasalahan terkait kewilayahan pada
umumnya dan permasalahan terkait batas daerah secara khususnya masih
sering terjadi. Permasalahan tersebut muncul selain akibat adanya celah
dan tidak sempurnanya regulasi, dinamika sosial politik, serta akibat
kendala dan tantangan teknis baik dari segi sumber daya manusia maupun
teknologi. Selain itu, dengan banyaknya pihak yang terlibat serta dengan
berbagai kepentingan yang ada di dalamnya membuat permasalahan
sengketa/konflik batas daerah kerap muncul kembali dan solusi yang
ditempuh tidak bersifat final. Untuk menjawab persoalan tersebut perlu
ditempuh langkah-langkah strategis yang mampu menyelesaikan
sengketa/konflik batas daerah yang sedang berlangsung dan mencegah hal
tersebut terjadi kembali di masa yang akan datang.

1. Langkah Strategis Penyelesaian Sengketa/Konflik Batas Daerah

a. Mendorong tercapainya kesepakatan antar daerah baik itu antar


kabupaten/kota maupun antar provinsi kemudian ditetapkan oleh
Kemendagri.

Berdasarkan data yang wawancara dengan Kepala Bagian


penulis dapatkan dimana hingga Tata Pemerintahan Provinsi Aceh,
pertengahan 2022 masih terdapat T.M. Fajar Mursalin mengatakan
beberapa segmen batas daerah bahwa rujukan utama dalam
yang belum definitif, dimana hal mekanisme penyelesaian sengketa
tersebut terjadi akibat belum batas wilayah tetap mengacu
tercapainya kesepakatan antar kepada Permendagri 141 Tahun
daerah. Disatu sisi, Peraturan 2017.78 Yakni kedua belah pihak
Pemerintah Nomor 43 Tahun 2021 dari Kabupaten masing-masing
tentang Penyelesaian diundang oleh Provinsi untuk
Ketidaksesuaian Tata Ruang, melakukan rapat bersama tim
Kawasan Hutan, Izin, dan/atau penegasan batas wilayah, yang
Hak Atas Tanah yang diterbitkan nantinya akan melahirkan berita
pada Februari 2021 acara. Kemudian tim penegasan
mengamanahkan Segmen Batas batas wilayah melakukan survey
Daerah harus selesai maksimal 6 lapangan terkait dengan
bulan sejak peraturan pemerintah penentuan titik koordinat wilayah
itu terbit.77 Hal tersebut masing-masing daerah. Disinilah
mendorong agar Segmen Batas peran Provinsi untuk mendorong
Daerah dapat segera diselesaikan terjadinya kesepakatan terhadap
dan definitif oleh Kemendagri. hasil penentuan titik koordinat
Perlunya didorong tersebut sehingga BIG melahirkan
kesepakatan antar daerah juga peta indikatif yang
didukung oleh berbagai mengindikasikan kontur tanah,
narasumber yang kami citra dan keadaan geografis
wawancarai. Berdasarkan hasil wilayah yang selanjutnya akan

77 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin,
dan/atau Hak Atas Tanah Pasal 5 Ayat (5) dan (6)
78 T.M Fajar Al Mursalin, Op. Cit

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


35
dilakukan pengesahan di Pemerintah Kabupaten/
kemendagri. Hal senada juga Kota dengan melengkapi
disampaikan oleh Bagian Tapem semua data/ dokumen yang
Kabupaten Malang yang
menyatakan bahwa Gubernur diperlukan dan melibatkan
memanggil semua pihak bertikai unsur terkait.
dan mengklarifikasi batas wilayah 2. Melakukan pertemuan
masing-masing menggunakan secara efektif dengan Tim
peta yang dihasilkan BIG, setelah PBD Pusat Provinsi dan
tercapai kesepakatan maka
selanjutnya dibuat berita acara kabupaten/kota baik secara
kemudian dibawa ke daring dan luring.
Kemendagri. 79 3. Melakukan analisis peta
T.M. Fajar Mursalin juga batas daerah secara
menjelaskan bahwa selama ini kartometrik.
langkah mencapai kesepakatan Terkait kesepakatan antar
dalam rangka penyelesaian yang daerah juga dipertegas oleh
sudah ditempuh sudah cukup pernyataan narasumber dari
optimal, dengan mengundang Kemenko Perekonomian bahwa
masing-masing pihak yang terlibat perlunya peran aktif dari
konflik dengan melakukan Kemendagri bersama pemerintah
pengkajian terhadap kelengkapan daerah melalui pendekatan
dokumen dan data yang dimiliki kolaboratif dalam mendorong
masing-masing pihak. percepatan pemetaan Batas
Keseluruhan proses ini melibatkan Daerah. 81 Dalam rangka
dari pemerintah daerah, Badan mendorong tercapainya
Informasi Geospasial hingga kesepakatan demi selesainya
dikeluarkan outputnya oleh sengketa batas daerah salah satu
Kemendagri. Tetapi, durasi waktu hal yang sangat penting adalah
yang dibutuhkan dari proses perlu adanya mediasi yang
kesepakatan hingga disahkannya dilakukan oleh pihak provinsi dan
permendagri masih belum sesuai melihat histori kondisi di
dengan peraturan yang lapangan. 82 Mediasi dan upaya
ditetapkan. fasilitasi ini juga telah berhasil
Menurut Indrayanti dan Sri dilakukan oleh pemerintah
Rahayu, bahwa dalam pencapaian
Kabupaten Blitar dan Kabupaten
kesepakatan terakhir di level
pemerintah pusat perlu dilakukan Malang sehingga mencapai
langkah-langkah sebagai kesepakatan batas wilayah antar
berikut:80 kedua daerah yang bersengketa
dengan berdasarkan acuan peta
1. Proses koordinasi dengan yang sudah dikeluarkan oleh
pemerintah Provinsi dan

79 Ira Koeswandari, Op. Cit


80 Indrayanti, A.M dan Rahayu, A.Y, Op. Cit
81 Wahyu Utomo, Op. Cit
82 Khairmansyah, Op. Cit

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


36
BIG.83 Hal ini diperkuat oleh hasil rangka mencapai kesepakatan
penelitian Sahyana yang yang dilakukan Gubernur dan
menyatakan salah satu strategi Kemendagri kepada kedua
penyelesaian sengketa wilayah kabupaten yang bersengketa.84
adalah melalui mediasi dalam

b. Jika belum terjadi kesepakatan antar Pemerintah Daerah,


Kemendagri mengambil alih dan segera menetapkan Segmen Batas
Daerah Definitif.

Berdasarkan kondisi kesepakatan dan pada akhirnya


faktual yang terjadi di lapangan dilimpahkan kepada
menurut data dari Sekretariat Kemendagri. 87 Namun yang
Kebijakan Satu Peta Kemenko terjadi kasus tersebut tidak
Perekonomian bahwa terdapat segera diputuskan oleh
138 jumlah segmen batas Kemendagri dengan berbagai
administrasi provinsi dan 528 faktor penyebab. salah satunya
jumlah segmen batas adalah Kemendagri sangat
administrasi kab/ kota dan berupaya bahwa batas daerah
terdapat 27 jumlah indikatif lahir dari kesepakatan antar
untuk segmen batas provinsi, 294 daerah bukan diputuskan oleh
jumlah indikatif untuk segmen Pusat untuk menghindari konflik
batas Administrasi Kab/ kota yang terjadi di masa depan.88
yang sudah memiliki batas Kondisi tersebut yang
daerah definitif.85 Data tersebut menjadi salah satu penyebab dari
menunjukan bahwa terkait batas lamanya proses penyelesaian
daerah belum selesai 100%. Dari batas daerah di seluruh
sekian segmen batas daerah yang Indonesia. Oleh karena itu,
Peraturan Pemerintah Nomor 43
belum definitif tersebut terdapat
Tahun 2021 tentang Penyelesaian
contoh kasus yang memerlukan Ketidaksesuaian Tata Ruang,
waktu yang cukup lama dalam Kawasan Hutan, Izin, dan/atau
mencapai kesepakatan.86 Bahkan Hak Atas Tanah yang diterbitkan
terdapat juga kasus yang pada Februari 2021
mengalami kebuntuan dan tidak mengamanahkan segmen batas
menemukan titik temu sehingga daerah maksimal 6 bulan sejak
tidak memungkinkan terjadinya peraturan pemerintah itu terbit.89

83 Saiful Zainuddin, Analis Kebijakan pada Bagian Tata Pemerintahan pada Pemerintah Kabupaten Blitar, wawancara pada
tanggal 15 Agustus 2022 Pukul 10.00 WIB
84 Sahyana, Yana. 2019. Penyelesaian Sengketa Batas Daerah Menggunakan Pendekatan Regulasi. Jurnal Konstituen Vol.

1 No.1, Januari 2019, Hlm. 45-58.


85 Wahyu Utomo, Op. Cit
86 Ira Koeswandari, Op. Cit
87 Dahrial Saputra, Op. Cit
88 Sugiarto, Op. Cit
89 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin,

dan/atau Hak Atas Tanah Pasal 5 Ayat (5) dan (6)

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


37
Sehingga harapannya pada akhir Kemendagri dapat segera
2021 seluruh segmen batas mengambil alih dan memutuskan
daerah di Indonesia dapat segera batas daerah definitif terhadap
terselesaikan. Atas dasar daerah-daerah yang belum
tersebut, sudah semestinya mencapai kesepakatan

c. Integrasi pelaksanaan program yang bersifat spasial/kewilayahan


antar instansi terkait agar terjadi optimalisasi sumber daya.

Salah satu faktor yang bidangnya. Namun sayangnya


menyebabkan lama dan berlarut- kegiatan-kegiatan tersebut di
larutnya proses penyelesaian koordinir oleh instansi yang
Segmen Batas Daerah adalah berbeda-beda sehingga
berkaitan dengan lemahnya penggunaan sumberdaya kurang
komitmen pihak-pihak yang berjalan dengan efektif. Mengenai
terkait terutama komitmen hal tersebut sudah selayaknya
masing-masing Pemerintah seluruh kegiatan yang bersifat
Daerah.90 Lemahnya komitmen spasial dapat berjalan dengan
tersebut muncul salah satu berkesinambungan agar
sebabnya akibat proses sumberdaya yang digunakan
penyelesaian Batas Daerah dapat berjalan dengan efektif dan
merupakan kegiatan yang efisien. Termasuk dalam hal
memerlukan biaya yang tinggi kegiatan Penegasan Batas Daerah
dan memerlukan SDM yang yang disampaikan oleh R. Agus
kompeten di bidangnya. Tidak Wahyudi selaku Direktur
semua Daerah memiliki kapasitas Pengukuran dan Pemetaan Dasar
fiskal untuk menganggarkan Pertanahan Ruang Pada
secara khusus untuk kegiatan Kementerian ATR/BPN yang
Penegasan Batas Daerah.91 menyatakan bahwa Kegiatan
Kegiatan Penegasan Batas Penegasan Batas Daerah dapat
Daerah merupakan salah satu dilaksanakan bersamaan dengan
dari kegiatan yang bersifat kegiatan Pendaftaran Tanah
kewilayahan atau spasial. Sistematis Lengkap (PTSL) yang
Terdapat kegiatan yang bersifat dilaksanakan oleh Kementerian
spasial lainnya selain Penegasan ATR/BPN dimana tentunya akan
Batas Daerah, yaitu seperti membantu proses Penegasan
kegiatan Penegasan dan Batas Daerah baik dari segi SDM
Penegasan Batas Desa, maupun biaya bagi Daerah-
Penetapan Rencana Tata Ruang Daerah yang kesulitan.92 Selain
Wilayah (RTRW), dan Kegiatan itu, terkait kebutuhan anggaran
Pendaftaran Tanah Sistematis juga bisa dirumuskan suatu
Lengkap (PTSL). Kegiatan- kebijakan yang memungkinkan
kegiatan tersebut merupakan cost sharing yang berasal dari
kegiatan teknis yang kompleks program pemerintah lain yang
dan memerlukan sumber daya berkaitan. Contohnya seperti
yang besar dan SDM yang ahli di yang disampaikan oleh Dahrial

90 Yanis Rinaldi, Op. Cit


91 Dahrial Saputra, Op. Cit
92 R. Agus Wahyudi, Op. Cit

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


38
Saputra selaku Kabag Tata dengan tujuan untuk
Pemerintahan Kabupaten Aceh menciptakan keterpaduan,
Jaya yang menyarankan bahwa keserasian, keseimbangan laju
Dana Desa dapat digunakan pertumbuhan dan keberlanjutan
dalam rangka kegiatan Penegasan pembangunan daerah yang
Batas Daerah.93 merata. 94 Contoh kasus di
Integrasi dan koordinasi lapangan bahwa masih belum ada
terhadap kegiatan-kegiatan yang koordinasi yang baik antar
memiliki kesamaan karakteristik stakeholder seperti yang terjadi di
yang dalam hal ini kegiatan yang daerah Kabupaten Aceh Jaya
bersifat spasial yang termasuk karena berbagai hambatan
didalamnya kegiatan Penegasan termasuk masih kurangnya peran
Batas Daerah perlu segera Kemendagri dan BIG untuk turun
didorong dan diwujudkan dalam kelapangan dan keterbatasan
rangka efektifitas dan efisiensi dana operasional dalam
sumber daya. Integrasi dan menjalankan sosialisasi di desa-
koordinasi menjadi penting desa.95

2. Langkah Strategis Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah

a. Revisi Peraturan (Permendagri) terkait penegasan Batas Daerah,


revisi tersebut harus memuat secara spesifik jangka waktu paling
lambat Kemendagri dalam memutuskan segmen batas daerah jika
tidak terjadi kesepakatan antar daerah yang menyebabkan
sengketa/konflik.

Seperti yang disampaikan permasalahan sengketa tersebut


pada pembahasan sebelumnya berlarut-larut seperti yang
bahwa konflik/sengketa Batas disampaikan Kepala Bagian Tata
Daerah berlangsung secara Pemerintahan Kabupaten Aceh
berlarut-larut seiring dengan Besar yang menyatakan bahwa
berlarut-larutnya proses sengketa wilayah di Kabupaten
Penegasan Batas Daerah. Salah Aceh Besar, salah satunya
satu faktor yang melatar dengan Kabupaten Pidie, Tim dari
belakangi hal tersebut adalah Kemendagri sudah turun ke
karena secara regulasi terdapat lapangan dan sudah ada
inkonsistensi terhadap aturan kesepakatan penyelesaiannya,
mengenai masa waktu paling dibuktikan dengan
lambat proses Penegasan Batas dikeluarkannya rancangan
Daerah oleh Instansi yang peraturan terkait yang
berwenang. Adanya ditandatangani pada tahun 2018,
ketidakjelasan waktu namun hingga saat ini (tahun
penyelesaian sengketa Batas 2022) Permendagri tersebut
Daerah menyebabkan

93 Dahrial Saputra, Op. Cit


94 Pramundarto, Y.R., & Ma’rif, S. 2017. Efektivitas Mekanisme dan Prosedur Pembangunan Wilayah Terpadu sebagai
Penghubung Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan Kota Surakarta. Jurnal Teknik PWK (Perencanaan
Wilayah Dan Kota), 6(2),98-112.
95 Dahrial Saputra, Op. Cit

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


39
belum diterbitkan.96 Kondisi yang akan dibutuhkan Menteri
tersebut juga terjadi di daerah Dalam Negeri dalam
lain seperti antara Kabupaten memutuskan. Pada pasal-pasal
Blitar dan Kabupaten Malang tersebut mengatur bahwasanya
serta Kabupaten Bener Meriah penyelesaian yang dilakukan oleh
dan Kabupaten Aceh Utara. Menteri jika tidak tercapai
Terkait tidak adanya kesepakatan maka Menteri
kejelasan mengenai batas waktu berhak memutuskan
pada regulasi tentang proses berdasarkan Berita Acara
penegasan Batas Daerah jika Pemeriksaan dan juga dengan
terjadi sengketa/konflik dapat mempertimbangkan aspek
dilihat pada Permendagri 141 sosiologis, historis, yuridis dan
Tahun 2017. Pada Permendagri geografis. Oleh karenanya agar
tersebut kurang menyebutkan tidak berlarut-larut prosesnya
secara spesifik terkait waktu seharusnya pada pasal-pasal
maksimal penyelesaiannya. yang mengatur tentang
Terkait batas waktu yang diatur kewenangan Kemendagri dalam
pada permendagri hanya mengambil alih dan memutuskan
mengatur paling lambat waktu segmen Batas Daerah ketika
kapan rapat dilakukan dalam tidak terjadi kesepakatan
rangka mencapai kesepakatan. ditambahkan pasal yang
Hal ini dapat dilihat pada Pasal 23 mengatur waktu paling lambat
Ayat (1), Pasal 24 Ayat (1) dan Kemendagri memutuskannya.
Pasal 26. Rapat-rapat tersebut Hal ini juga sejalan dengan
diatur untuk dilaksanakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43
kurun waktu maksimal 104 hari Tahun 2021 tentang Penyelesaian
kerja atau sekitar 5 Bulan. Ketidaksesuaian Tata Ruang,
Sedangkan Pada Pasal 27, Pasal Kawasan Hutan, Izin, dan/atau
28, dan Pasal 29 yang mengatur Hak Atas Tanah yang diterbitkan
tentang penyelesaian oleh Menteri pada Februari 2021
Dalam Negeri dalam mengambil mengamanahkan Segmen Batas
alih perselisihan yang tidak Daerah maksimal dapat
menemui kesepakatan tidak diselesaikan dalam kurun waktu
diatur kapan paling lambat waktu 6 bulan.

b. Segmen Batas Daerah definitif yang telah ditetapkan harus segera


disinkronkan dan diintegrasikan dengan peta tematik lainnya dalam
rangka Kebijakan Satu Peta.

Peta Segmen Batas Daerah definitif dan telah keluar


adalah salah satu peta tematik permendagrinya dapat segera
yang hendak diintegrasikan dan dilakukan proses sinkronisasi
disinkronkan dengan peta tanpa perlu menunggu selesainya
tematik lainnya dalam rangka seluruh peta segmen Batas
Kebijakan Satu Peta. Peta-peta Daerah.97 Sinkronisasi dan
segmen Batas Daerah yang sudah integrasi Peta Batas Daerah

96 Rahmadaniaty, Op. Cit


97 Wahyu Utomo, Op. Cit

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


40
secara keseluruhan merupakan yang diakibatkan oleh konflik
hal yang sangat penting dalam perbedaan informasi.
menyelesaikan tumpang tindih Terhambatnya
yang terjadi pada peta-peta pembangunan daerah, perebutan
tematik lainnya karena menjadi sumber daya, pengaruh politik,
salah satu rujukan awal dalam hukum dan terhambatnya
menyelesaikan tumpang tindih pembangunan infrastruktur
ditimbulkan karena adanya
tersebut. Contohnya adalah
konflik Batas Daerah. Oleh
terkait Peta Tematik tentang karena itu, diperlukan adanya
Rencana Tata Ruang Wilayah proses kompilasi, integrasi dan
(RTRW) dimana penyusunannya sinkronisasi terkait dengan
harus merujuk pada Peta Batas penyelesaian batas daerah.
Daerah yang sudah definitif.98 Urgensi terhadap sinkronisasi
Sinkronisasi dan Integrasi Peta dan integrasi seluruh peta
Batas Daerah dalam rangka tematik disampaikan oleh
Kebijakan Satu Peta juga dapat Akademisi dari Universitas
berperan dalam terciptanya Indonesia Ima Mayasari yang
menyatakan bahwa Kebijakan
kesamaan informasi yang dapat
Satu Peta yang disajikan secara
diakses oleh berbagai pihak dan digital, terintegrasi, dan
dapat menjamin kepastian tersinkronisasi terhadap berbagai
hukum terkait Batas Daerah di peta tematik serta dapat dengan
Indonesia. Dengan begitu mudah diakses dan diperbaharui
diharapkan tidak akan terjadi akan menjadi solusi yang ampuh
kembali sengketa/konflik Batas dalam menghadapi berbagai
Daerah di masa yang akan datang persoalan terkait tata ruang dan
wilayah.99

c. Segmen Batas Daerah definitif yang sudah terintegrasi pada


kebijakan satu peta dapat diaplikasikan pada sistem perpetaan yang
mudah diakses oleh masyarakat luas, contohnya diintegrasikan pada
layanan Google Maps.

Segmen Batas Daerah kejelasan luas daerah, kejelasan


definitif yang telah ditetapkan cakupan wilayah administrasi
harus segera disinkronkan dan pemerintahan, kejelasan
diintegrasikan dengan peta administrasi kependudukan,
tematik lainnya dalam rangka efisiensi dan efektivitas
kebijakan satu peta. Kejelasan pelayanan masyarakat, kejelasan
batas daerah tentunya akan daftar pemilih (pemilu, pilkada),
membawa banyak manfaat, baik kejelasan administrasi
bagi pemerintah pusat, pertanahan, kejelasan perizinan
pemerintah daerah, dan seluruh pengelolaan sumber daya alam,
stakeholders, diantaranya kejelasan pengaturan tata ruang

98 Sugiarto, Op. Cit


99 Ima Mayasari, Op. Cit.

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


41
daerah, hingga berdampak pada diaplikasikan pada sistem
kemudahan investasi di perpetaan yang mudah diakses
daerah. 100 Di lapangan banyak oleh masyarakat luas, contohnya
data yang belum sinkron diintegrasikan pada layanan
sehingga masih menimbulkan Google Maps. Hal ini beranjak
berbagai permasalahan. Selain dari kasus sengketa/konflik
itu untuk akses peta yang sudah Batas Daerah di wilayah Aceh
diperbaharui bisa dilakukan oleh yang disebabkan oleh masyarakat
semua orang sehingga yang merasa wilayah daerahnya
memudahkan setiap orang dalam tidak sesuai ketika melihat peta
mengetahui batas wilayah. pada aplikasi Google Maps.102 Hal
Menurut Mayasari, kebijakan ini diperlukan untuk
satu peta perlu didukung untuk memudahkan semua pihak
segera diselesaikan dan untuk mengetahui batas wilayah
diimplementasikan untuk dan mempermudah sosialisasi
menjamin keakuratan data kepada masyarakat, disamping
terkait tata ruang. Dalam hal menjadi acuan yang akurat dan
penyelesaian sengketa wilayah, akuntabel dalam pelaksanaan
BIG membantu terkait berbagai kegiatan dan
penyediaan peta skala besar perumusan kebijakan terkait
untuk meminimalisir kesalahan perencanaan daerah. Ini sesuai
dalam memutuskan batas dengan pernyataan Yanis Rinaldi
wilayah. 101 terkait segmentasi batas daerah
Segmen Batas Daerah yang sudah ditentukan akan
definitif yang sudah terintegrasi memberikan kejelasan hukum.103
pada kebijakan satu peta dapat

d. Pelaksanaan sosialisasi secara intensif dan menyeluruh kepada


masyarakat terkait dengan hal Penegasan Batas Daerah yang tidak
mengubah status atas kepemilikan dan adat istiadat oleh masing-
masing pihak yang terkait.

Salah satu penyebab kepemilikan suatu


terjadinya sengketa/konflik batas tanah/lahan; 104 dan yang kedua
daerah adalah akibat dorongan berkaitan dengan ketakutan dan
dari masyarakat yang merasa ketidakpuasan masyarakat
aspirasinya tidak terpenuhi. Hal terkait batas daerah yang
yang umum terjadi adalah yang mempengaruhi kondisi budaya
pertama berkaitan dengan status dan adat istiadat di daerahnya.105

100 https://ditjenbinaadwil.kemendagri.go.id diakses pada 12 September 2022 pukul 10.00 WIB


101 Astrid Rimayanti, Op. Cit
102 T.M. Fajar Al Mursalin, Op. Cit
103 Yanis Rinaldi, Op. Cit
104 R. Agus Wahyudi, Op. Cit
105 Sugiarto, Op. Cit

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


42
Kondisi tersebut jika tidak segera bahwa Sebagai entitas yang
ditindaklanjuti akan memiliki wilayah sudah
menciptakan konflik sosial sepatutnya pemerintah daerah
kemasyarakatan yang lebih luas dalam hal ini pemerintah
karena seringkali dapat kabupaten/kota untuk
diperparah dengan adanya menginisiasi proses penegasan
provokator. 106 Ketakutan dan batas daerah. Pemerintah Daerah
ketidakpuasan masyarakat menyediakan data dukung serta
tersebut berasal dari melakukan sosialisasi terhadap
ketidakpahaman masyarakat masyarakat serta berupaya untuk
terhadap aturan penegasan batas mencapai kesepakatan dengan
daerah yang semestinya tidak Pemerintah Daerah disekitarnya.
mengubah status kepemilikan 108 Sosialisasi yang memberikan

dan status adat istiadat.107 pemahaman terkait tidak


Pemahaman masyarakat berubahnya status kepemilikan
terhadap penegasan batas daerah tanah/lahan bisa dilakukan
harus ditingkatkan untuk dengan melibatkan Badan
menghindari terjadinya Pertanahan Nasional setempat.
kesalahpahaman yang berasal Hal ini dikarenakan meskipun
dari masyarakat. Salah satu cara BPN memiliki peran dalam proses
yang dapat dilakukan dalam penegasan batas daerah namun
rangka meningkatkan peran BPN bersifat pasif sehingga
pemahaman masyarakat tersebut perlu dilibatkan secara aktif.109
dapat dilakukan melalui Untuk sosialisasi tentang tidak
sosialisasi yang menyeluruh berubahnya status adat istiadat,
terhadap regulasi dan pemerintah daerah dan
konsekuensi penegasan batas kemendagri harus melibatkan
daerah. Sosialisasi tersebut harus tokoh masyarakat, tokoh adat,
secara intensif dilakukan oleh dan pemuka agama agar seluruh
pemerintah daerah bersama informasi terkait sosial budaya,
dengan Kemendagri. Hal ini keagamaan, dan historis dibahas
disampaikan oleh Ima Mayasari secara menyeluruh.110

e. Revisi Undang-Undang Pembentukan Daerah Otonom agar memuat


Peta Wilayah yang sesuai dengan kaidah teknis perpetaan yang
secara definitif menunjukan titik koordinat Batas-Batas Daerah.

Isu terkait batas daerah pelaksanaan otonomi daerah di


muncul seiring dengan Indonesia dan terjadi pemekaran

106 Dahria Saputral, Op. Cit


107 Sugiarto, Op. Cit
108 Ima Mayasari, Op. Cit
109 R. Agus Wahyudi, Op. Cit
110 Khairmansyah, Op. Cit

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


43
wilayah sehingga lahirlah daerah- disusun setelah undang-undang
daerah otonom baru. Dalam pembentukan daerah otonom
perjalanannya pelaksanaan disahkan.112 Meskipun
otonomi daerah telah mengalami membutuhkan waktu yang cukup
berbagai perubahan terkait lama dalam menyelesaikan
regulasi yang menaunginya. seluruh segmen batas daerah
Konsekuensi dari perubahan definitif, namun dirasa perlu
regulasi tersebut salah satunya untuk menuangkan segmen
adalah tidak konsistennya batas daerah definitif yang sudah
implementasi pengaturan terkait disahkan oleh Kemendagri
batas-batas wilayah yang kedalam undang-undang
tercantum dalam undang-undang pembentukan daerah otonom
pembentukan daerah otonom. yang belum memuat peta wilayah
Hal ini tercermin dari perbedaan definitif yang sesuai dengan
pada masing-masing undang- kaidah teknis melalui revisi
undang pembentukan daerah undang-undang dalam rangka
otonom dimana ada yang menjamin kepastian hukum. Hal
melampirkan peta wilayah yang ini dikarenakan tidak konsistenya
sesuai kaidah teknis, ada yang peta batas daerah pada undang-
melampirkan peta wilayah undang daerah otonom seringkali
namun tidak sesuai kaidah menjadi celah dan dimanfaatkan
teknis, namun banyak juga yang oleh pihak-pihak tertentu untuk
tidak melampirkan peta wilayah mengambil keuntungan bagi
sama sekali sehingga banyak kepentingannya.113
daerah otonom yang tidak Terkait revisi undang-
teridentifikasi batas-batas undang pembentukan daerah
wilayah definitifnya. 111 otonom, terdapat perbedaan
Kondisi tersebut pendapat mengenai hal tersebut.
sebenarnya masih dapat Menurut Akademisi dari
dimaklumi dengan kondisi Universitas Syiah Kuala Yanis
dinamika politik dan Rinaldi, secara peraturan
keterbatasan sumber daya pada perundangan menurut beliau
masa awal-awal pelaksanaan bahwa Permendagri yang
otonomi daerah di Indonesia. menetapkan segmen batas
Sehingga secara peraturan daerah itu merupakan bagian
perundangan terkait batas dari undang-undang
daerah dilimpahkan kepada pembentukan daerah otonom
Menteri Dalam Negeri yang sehingga revisi undang-undang
berkoordinasi dengan badan pembentukan daerah otonom
teknis yang membidangi tidak diperlukan mengingat
informasi geospasial untuk dapat bahwa proses revisi undang-

111 Astrid Rimayanti, Op. Cit


112 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
113 Hanafi, Analis Kebijakan pada Direktorat Toponimi dan Batas Daerah Kementerian Dalam Negeri, wawancara tanggal 13

Juni 2022 Pukul 10.00 WIB

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


44
undang merupakan proses politik mengatakan setuju dengan revisi
yang memerlukan waktu yang undang-undang pembentukan
lama.114 Hal ini juga didukung daerah otonom demi terciptanya
oleh Astrid Rimayanti dari Badan kepastian hukum, akan tetapi
Informasi Geospasial115 yang menjadi tidak efektif jika
dilakukan dengan mekanisme
melihat bahwa revisi undang-
yang sekarang karena
undang akan sulit dilakukan membutuhkan waktu yang tidak
mengingat banyaknya jumlah sebentar.118 Oleh karena itu
daerah otonom beserta dinamika diharapkan adanya mekanisme
politik didalamnya. Narasumber revisi regulasi yang lebih
dari Biro Tata Pemerintahan Aceh sederhana.119 Pandangan terkait
T.M Fajar Al Mursalin juga perlunya revisi undang-undang
sepakat bahwa revisi terhadap pembentukan daerah otonom
undang-undang pembentukan juga disampaikan oleh Sugiarto
daerah otonom tidak perlu karena dari Kemendagri. Beliau
menyampaikan bahwa dipandang
kepastian hukum sudah dipenuhi
perlu untuk melampirkan peta
melalui Permendagri.116 yang sesuai dengan kaidah teknis
Sementara itu Wahyu Utomo pada undang-undang
selaku sekretaris Sekretariat pembentukan daerah otonom.120
Kebijakan Satu Peta juga Kemendagri bahkan sudah
menyampaikan bahwa revisi pernah mengusulkan ide tersebut
terhadap undang-undang untuk dalam rangka pembahasan
saat ini sulit dilakukan rencana pemekaran provinsi baru
mengingat banyaknya jumlah di Papua. Namun usulan
daerah otonom di Indonesia, Kemendagri tersebut terhenti
ketika pembahasan dengan
sehingga harapannya dengan
Kemenkumham dalam rangka
integrasi peta batas daerah pada harmonisasi perundangan. Hal
Kebijakan Satu Peta dapat itu disampaikan dalam hal
menjadi solusi dalam mengantisipasi ketika terjadi
menciptakan kepastian permasalahan/sengketa di masa
hukum. 117 yang akan datang cukup dapat
Namun terdapat juga diubah Permendagri tidak perlu
pendapat yang menyatakan revisi mengubah undang-undang.
undang-undang pembentukan Dukungan terhadap revisi
daerah otonom perlu dilakukan undang-undang pembentukan
untuk mengakomodir batas daerah otonom terkait
daerah yang sudah definitif. pencantuman peta batas daerah
Akademisi dari Universitas yang sesuai dengan kaidah teknis
Indonesia, Ima Mayasari juga disampaikan oleh beberapa

114 Yanis Rinaldi, Op. Cit.


115 Astrid Rimayanti, Op. Cit
116 T.M. Fajar Al Mursalin, Op. Cit
117 Wahyu Utomo, Op. Cit
118 Ima Mayasari, Op. Cit
119 ibid.
120 Sugiarto, Op. Cit

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


45
daerah otonom yang menjadi merekomendasikan bahwa dalam
lokus penggalian data makalah jangka panjang batas-batas
kebijakan ini. Saiful Zainuddin daerah yang sudah definitif
Analis Kebijakan dari Pemerintah melalui permendagri dapat
Kabupaten Blitar diakomodir dalam revisi undang-
mengungkapkan bahwa sesuai undang pembentukan daerah
dengan amanat undang-undang otonom. Hal itu dilakukan
dan dalam rangka menciptakan sebagai upaya untuk
kepastian hukum maka perlu menciptakan kepastian hukum
dilakukan revisi terhadap agar batas daerah yang sudah
undang-undang. 121 Hal ini juga definitif tidak mudah diubah
disampaikan oleh Ira kembali di masa depan dan
Koeswandari dari Pemerintah meminimalisir terjadinya konflik.
Kabupaten Malang yang Terkait batas-batas daerah
menyatakan bahwa definitif pada Undang-Undang
tercantumnya peta batas daerah Pembentukan Daerah Otonom
yang sesuai dengan kaidah teknis didukung oleh pernyataan
perlu dimasukan dalam undang- anggota Komisi II DPR RI dari
undang pembentukan daerah
Fraksi Partai Demokrat Rezka
otonom karena peta merupakan
acuan dasar dalam proses Oktoberia dalam rangka
pembangunan sehingga pembahasan revisi undang-
memerlukan kepastian undang pembentukan Provinsi
hukum.122 Dahrial Saputra Riau, Provinsi Sumatera Barat,
selaku Kabag Tata Pemerintahan Provinsi Jambi, Provinsi NTB dan
Kabupaten Aceh Jaya juga Provinsi NTT menyatakan bahwa
mendukung hal tersebut agar dalam undang-undang
setiap daerah mengetahui dengan pembentukan daerah harus jelas
pasti batas-batas daerahnya.123 batas daerah sehingga dalam
Meskipun terdapat
pengelolaan dan penataannya
pendapat yang menganggap
bahwa revisi undang-undang jelas, mana yang menjadi otoritas
tidak perlu untuk dilakukan dari satu provinsi. Sehingga tidak
dalam rangka mengakomodir terjadi lempar kewenangan dan
batas daerah yang sudah definitif lempar dalam hal pembangunan
dengan dasar revisi undang- serta penanganan dalam provinsi
undang merupakan hal yang sulit tersebut, misalnya dalam hal
dilakukan. Tidak perlunya revisi wilayah perbatasan.124 Dengan
tersebut juga didasarkan pada selesainya permasalahan batas
pendapat bahwa permendagri daerah diharapkan akan menjadi
merupakan bagian dari undang-
salah satu dasar dalam
undang dan sudah menciptakan
kepastian hukum. Namun, dalam mewujudkan otonomi daerah
makalah kebijakan ini penulis yang lebih baik.

121 Saiful Zainuddin, Op. Cit


122 Ira Koeswandari, Op. Cit
123 Dahrial Saputra, Op. Cit
124 https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/39435/t/RUU+Lima+Provinsi+Sepakat+Dibawa+ke+Paripurna diakses pada 1

Agustus 2022 pukul 11.00 WIB

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


46
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebijakan terkait Batas Daerah telah ditentukan sejak


diundangkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999
tentang Pemerintahan Daerah. Hal tersebut menunjukan
bahwa kepastian terkait Batas Daerah merupakan suatu hal
yang penting dalam pelaksanaan Otonomi Daerah terutama
berkaitan dengan kepastian wilayah yang menjadi kewenangan
suatu Daerah Otonom. Namun, setelah lebih dari 20 tahun
undang-undang tersebut diterbitkan permasalahan terkait
Batas Daerah belum dapat diselesaikan sepenuhnya dilihat dari
masih adanya Segmen Batas Daerah yang belum disahkan
secara definitif melalui Permendagri. Berlarut-larutnya
penyelesaian Batas Daerah selama ini terjadi akibat berbagai
sengketa/konflik yang terjadi dalam penegasan Batas Daerah.
Sengketa/konflik Batas Daerah itu sendiri secara umum terjadi
akibat perbedaan informasi yang digunakan dalam proses
penegasan Batas Daerah terutama terkait informasi yang
berkaitan dengan potensi Sumber Daya Alam di Daerah dan
terkait kepemilikan tanah pada masyarakat. Penyebab
sengketa/konflik Batas daerah juga terjadi karena faktor yang
bersifat sosial kemasyarakatan terutama terkait adat istiadat
dan kesukuan. Terkait sengketa/konflik Batas Daerah terdapat
beberapa pihak yang terlibat. Pihak pertama adalah Pemerintah
Daerah baik itu Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota. Pihak Kedua adalah Instansi Pusat dalam hal
ini Kementerian Dalam Negeri, Badan Informasi Geospasial, dan
Badan Pertanahan Nasional. Pihak selanjutnya yang terlibat
adalah masyarakat. Sementara usaha yang telah dilakukan
dalam menyelesaikan sengketa/konflik Batas Daerah adalah :
1) Mediasi Melalui Pemerintah Provinsi/Kemendagri, 2) Jalur
Hukum/Pengadilan, 3) Pendekatan Sosial Kemasyarakatan.
Terdapat beberapa dampak yang terjadi akibat adanya
sengketa/konflik batas daerah. Yang pertama adalah yang
berkaitan dengan ketidakpastian pengelolaan potensi ekonomi
daerah dan pengalokasian DAU. Yang Kedua adalah terkait
dengan ketidak pastian pelayanan publik kepada masyarakat.
Kepastian luas wilayah dan batas-batasnya sangat diperlukan
dalam memastikan potensi sumber daya yang bernilai ekonomis

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


47
dimana hal tersebut tentu akan mempengaruhi target
penerimaan asli daerah bagi daerah otonom. Kepastian luas
wilayah juga menjadi dasar dalam perhitungan DAU yang
merupakan transfer dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah
Daerah. Ketidakpastian terhadap hal tersebut tentunya akan
mempengaruhi perhitungan kapsitas fiskal suatu daerah.
Kepastian wilayah dan batas-batasnya juga tentunya akan
mempengaruhi ruang lingkup wewenang suatu daerah dalam
menyediakan pelayanan publik. Tanpa adanya kepastian akan
hal tersebut maka akan menyebabkan masyarakat yang berada
pada wilayah yang sedang disengketakan tidak mendapatkan
kepastian akan akses pelayanan publik karena timbul
keengganan dari masing-masing pemerintah daerah dalam
menyediakannya karena takut menjadi suatu pelanggaran
secara administratif dikemudian hari. Selain itu dampak akan
adanya sengketa/konflik batas daerah adalah terkait dengan
status masyarakat di wilayah yang masih bersengketa dalam
menggunakan hak pilihnya. Hal tersebut tentu akan
menimbulkan kerugian baik itu bagi masyarakat pemilih
maupun bagi calon yang hendak dipilih baik pada pemilu
legislatif nasional maupun pada pilkada dan pemilu legislative
di daerah.
Langkah-langkah strategis yang dapat dilakukan terkait
sengketa/konflik Batas Daerah dapat dibagi menjadi dua
bagian. Pertama, adalah langkah-langkah strategis dalam
upaya untuk menyelesaikan sengketa/konflik Batas Daerah.
Langkah-langkah berikut dilakukan dalam rangka
menyelesaikan sengketa/konflik Batas Daerah yang belum
selesai yang ditandai dengan belum dikeluarkannya
Permendagri tentang Segmen Batas Daerah yang dimaksud.
Adapun langkah-langkah dalam rangka menyelesaikan
sengketa/konflik Batas Daerah adalah sebagai berikut: 1)
Mendorong tercapainya kesepakatan antar daerah baik itu
antar kabupaten/kota maupun antar provinsi kemudian
ditetapkan oleh Kemendagri; 2) Jika belum terjadi kesepakatan
antar Pemerintah Daerah, Kemendagri mengambil alih dan
segera menetapkan segmen Batas Daerah definitif; 3) Integrasi
pelaksanaan program yang bersifat spasial antar instansi
terkait agar terjadi optimalisasi sumber daya. Kedua, adalah
langkah-langkah strategis dalam upaya untuk mencegah
terjadinya sengketa/konflik Batas Daerah di masa yang akan
datang. Hal ini dilakukan dengan melihat secara faktual di
lapangan bahwa sengketa/konflik Batas Daerah yang pernah
terselesaikan dapat muncul kembali di masa yang akan datang.
Adapun langkah-langkah dalam rangka mencegah
sengketa/konflik Batas Daerah adalah sebagai berikut: 1) Revisi
Peraturan (Permendagri) terkait penegasan Batas Daerah, revisi
tersebut harus memuat jangka waktu paling lambat kemendagri
dalam memutuskan segmen batas daerah jika terjadi

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


48
perubahan; 2) Segmen Batas Daerah definitif yang telah
ditetapkan harus segera disinkronkan dan diintegrasikan
dengan peta tematik lainnya dalam rangka Kebijakan Satu Peta;
3) Segmen Batas Daerah definitif yang sudah terintegrasi pada
kebijakan satu peta dapat diaplikasikan pada sistem perpetaan
yang mudah diakses oleh masyarakat luas; 4) Pelaksanaan
sosialisasi secara intensif dan menyeluruh kepada masyarakat
terkait dengan hal Penegasan Batas Daerah yang tidak merubah
status atas kepemilikan dan adat istiadat oleh masing-masing
pihak yang terkait; 5) Revisi Undang-Undang Pembentukan
Daerah Otonom agar memuat Peta Wilayah yang sesuai dengan
kaidah teknis perpetaan yang secara definitif menunjukan titik
koordinat Batas-Batas Daerah.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis temuan di lapangan,


masukan narasumber, dan studi literatur baik itu dari hasil
penelitian ilmiah dan telaah terhadap peraturan dan
perundangan yang berlaku terkait strategi pencegahan
sengketa/konflik Batas Daerah, maka Tim Penulis
menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
1. Dalam rangka menyusun strategi dalam mencegah
terjadinya sengketa/konflik Batas Daerah, terlebih
dahulu dilakukan penyelesaian terhadap segmen Batas
Daerah yang belum definitif. Selesainya seluruh Batas
Daerah definitif menjadi faktor penting dalam upaya
mencegah terjadinya sengketa/konflik Batas Daerah.
Dengan selesainya seluruh Segmen Batas Daerah
definitif, maka langkah-langkah strategis dalam upaya
pencegahan sengketa/konflik Batas Daerah yang
dirumuskan pada makalah kebijakan ini dapat secara
efektif diterapkan;
2. Langkah-langkah strategis yang dirumuskan dalam
makalah kebijakan ini dapat diterapkan secara bertahap
yaitu jangka pendek, jangka menengah dan jangka
panjang;
3. Pihak-pihak yang terlibat dalam rangka penegasan Batas
Daerah diharapkan dapat memaksimalkan peran-peran
yang dimilikinya terutama dalam hal ini Kementerian
Dalam Negeri (Kemendagri) dan Badan Informasi
Geospasial (BIG). Hal ini didasarkan pada Kemendagri
selaku pembina seluruh Pemerintah Daerah di Indonesia
yang diamanatkan oleh Undang-Undang dalam
menyelesaikan Batas Daerah Otonom di Indonesia.
Sedangkan BIG, memiliki peran yang strategis yang
diamanatkan oleh Undang-Undang dalam hal Informasi
Geospasial termasuk didalamnya terkait Peta Batas

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


49
Daerah serta diamanatkan sebagai bagian dari Tim
Percepatan Pelaksanaan Kebijakan Satu Peta dimana
Kepala BIG selaku Ketua Tim Pelaksana.
4. Isu terkait kewilayahan atau isu spasial merupakan isu
yang strategis namun sangat kompleks dan melibatkan
berbagai stakeholder. Makalah kebijakan yang telah
disusun ini masih sangat terbatas dalam hal topik yang
diangkat yaitu terbatas pada Batas Daerah yang
merupakan hanya bagian kecil dari seluruh aspek spasial
di Indonesia dan juga terbatas dalam hal perspektif yang
digunakan. Sehingga perlu kajian, penelitian, dan
analisis kebijakan lainnya yang dapat mengakomodir
aspek spasial lainnya dengan perspektif yang berbeda.

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


50
Daftar Referensi
1. Arifin, S. 2017. Penyelesaian Sengketa Batas Daerah Menggunakan
Pendekatan Regulasi. Jurnal Hukum IUS QUIA IUSTUM. 23, 3 (Jan.
2017), 439–460. DOI:https://doi.org/10.20885/iustum.vol23.iss3.art5.
2. Dean G Pruitt & Z. Rubin, Konflik Sosial, Yogyakarta,Pustaka Pelajar,
2004, hlm. 4-6
3. Endang. 2018. Penetapan dan Penegasan Batas Wilayah Daerah Dalam
Perspektif Hukum dan Informasi Geospasial, (Makalah Seminar Nasional
Geomatika 2018: Penggunaan dan Pengembangan Produk Informasi
Geospasial Mendukung Daya Saing Nasional, 2018), hal. 798
4. Fuady, Munir. 2007. Sosiologi Kontemporer Interaksi Kekuasaan, dan
Masyarakat, Cet, I Bandung: PT. Citra aditya bakti, hlm. 96
5. Hadjon, Philipus M, “tentang Wewenang”, YURIDIKA, No.5&6 Tahun XII,
1997 , hlm.1
6. Harahap, Rofiandika Romadon , Badaruddin dan Muryanto Amin. 2019.
The Impact of Border Conflict in Village Development: Infrastructure,
health, Education, Economy and Political Development Between Kampar
Regency and Rokan Hulu Regency. Global Journal of Arts, Humanities and
Siocial Sciences.Vol. 7, No.4.
7. Harmantyo, Djoko. 2007. Pemekaran Daerah dan Konflik Keruangan;
Kebijakan Otonomi Daerah dan Implementasinya di Indonesia, Makara
Sins, Vol 11, No. 1, hal.21.
8. Harmen. 2013. Percepatan Penyelesaian Perselisihan Batas Daerah Tahun
2013. (Online), (http://www.wilayahperbatasan.com/percepatan-
penyelesaian-perselisihan-batas-daerah-tahun-2013-2/), diakses 23 Mei
2022.
9. H.R. Mulyanto, Prinsip-Prinsip Pengembangan Wilayah, Yogyakarta:Suluh
Media, 2018
10. Indrayanti, A.M dan Rahayu, A.Y. 2021. Koordinasi Pusat dan Daerah
dalam Penegasan Batas Kabupaten Merauke dan Boven Digoel Provinsi
Papua, Jurnal Ilmu Administrasi, STIA LAN Bandung, Hal-239.
11. Laura Nader & Harry F. Todd Jr, The Disputing Process Law in Ten
Societies, New York:Columbia University Press, 1978, Hlm. 9-11.
12. Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi,
Jakarta: LP3ES, 1990.
13. Moore, Christopher. W, 1986. The Mediations Process, Jossey Bass inc
Publishers: San Francisco.
14. Mou, Jembris. 2015. Konflik Wilayah Antara Kabupaten Halmahera Utara
Dengan Kabupaten Halmahera Barat. Politico:Jural Ilmu Politik. Vol 4 No
1.

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


51
15. Nanang Kristiyono. 2008. Konflik dalam Penegasan Batas Daerah antara
Kota Magelang dengan Kabupaten Magelang (Analisis terhadap Faktor-
faktor Penyebab dan Dampaknya), Program Studi Magister Ilmu Politik
Program Pasca sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
16. Nurkholis, 2005. Ukuran Optimal Pemerintah Daerah di Indonesia: Studi
Kasus Pemekaran Wilayah Kabupaten/Kota dalam Era Desentralisasi.
Tesis: Universitas Indonesia.
17. Patolongan, Andre Junianto. 2019. Penyelesaian Sengketa Batas Antar
Daerah, Jurnal Akta Yudisia, Vol 4, No.1, hal. 2.
18. Patongloan, Andre Junianto .2019. Penyelesaian Sengketa Batas Antar
Daerah. Perpustakaan UBT: Universitas Borneo Tarakan.
19. P. Nicolai et.al. 1994, Bestuursrecht, dalam Aminuddin Ilmar, Hukum
Tata Pemerintahan, Prenada Media, Jakarta, 2014 ., Hlm. 115.
20. Pramundarto, Y.R., & Ma’rif, S. 2017. Efektivitas Mekanisme dan Prosedur
Pembangunan Wilayah Terpadu sebagai Penghubung Rencana Tata
Ruang dan Rencana Pembangunan Kota Surakarta. Jurnal Teknik PWK
(Perencanaan Wilayah Dan Kota), 6(2),98-112.
21. Prescot dalam Harmen. 2013. Percepatan Penyelesaian Perselisihan Batas
Daerah Tahun 2013. (Online),
(http://www.wilayahperbatasan.com/percepatan-penyelesaian-
perselisihan-batas-daerah-tahun-2013-2/), diakses 23 Mei 2022
22. Putranto,Rio Tri Juli. 2015. Penyelesaian Sengketa Batas Wilayah Antara
Daerah Otonomi Baru, Tesis, Magister Universitas Indonesia, Hal 17.
23. Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Jakarta: Rajawali Pers, 2006,
hlm. 100
24. Rustiadi, dkk. 2011. Perencanaan dan pengembangan wilayah. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor.
25. Sahyana, Yana, 2019. Penyelesaian Sengketa Batas Daerah Menggunakan
Pendekatan Regulasi. Jurnal Konstituen Vol. 1 No.1, Januari 2019, Hlm.
45-58.
26. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 Tentang Hubungan Keuangan
Antara Pusat Dan Pemerintah Daerah;
27. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
28. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial;
29. Undang-Undang Pembentukan Daerah Otonom;
30. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan
Tata Ruang;
31. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2021 tentang Penyelesaian
Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan, Izin, dan/atau Hak Atas
Tanah;
32. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2021 Percepatan Pelaksanaan
Kebijakan Satu Peta pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000;

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


52
33. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2016 Percepatan Pelaksanaan
Kebijakan Satu Peta pada Tingkat Ketelitian Peta Skala 1:50.000;
34. Peraturan Kementerian Dalam Negeri Nomor 141 Tahun 2017 tentang
Penegasan Batas Daerah.
35. https://nasional.kompas.com/read/2015/12/30/14144301/Mendagri.A
da.80.Kasus.Sengketa.BataWilayah.di.Indonesia diakses pada 23 April
2022 pukul 9.30 WIB
36. https://nkrinews.id/2022/04/23/kejelasan-batas-daerah-di-sumatera-
terus-didorong-kemendagri/ diakses pada 24 April 2022 pukul 10.00 WIB
37. https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/39435/t/RUU+Lima+Provinsi+S
epakat+Dibawa+ke+Paripurna diakses pada 1 Agustus 2022 pukul 11.00
WIB

Strategi Pencegahan Sengketa/Konflik Batas Daerah | 2022


53
PUSAT PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN DAN
KAJIAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA
Jalan Dr. Mr. Teuku Muhammad Hasan, Kec. Darul Imarah,
Kab. Aceh Besar, Provinsi Aceh - 23352

0651-8010900 puslatbang_khan TV LAN Aceh

0651-7552568 puslatbang Khan puslatbang.khan@lan.go.id

Anda mungkin juga menyukai