Anda di halaman 1dari 16

Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000

p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

DOI: http://dx.doi.org/10.33846/sf00000
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Seks Pranikah di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara

Wa Ode Hardian
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo; ianafiqa@gmail.com
Sartiah Yusran
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo; s.yusran@gmail.com
I Made Christian Binekada
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo; ianafiqa@gmail.com
La Ode Liaumin Azim
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo; alymelhamed09@uho.ac.id

ABSTRACT

Premarital sexual behavior in adolescents is increasing rapidly and has become a health problem in the world,
especially in Indonesia. The survey results from the North Konawe District Health Office (Konut) in 2018 found
that as many as 17.3% of adolescents had petted, 5.3% of adolescents had oral sexual intercourse, 3.6% of
adolescents had vaginal intercourse, 2.5%. This study aims to determine what factors are related to adolescent
premarital sex behavior at State Senior High School 1 Lembo, North Konawe Regency. This study is a
quantitative study with a cross-sectional design. The population in this study were all students at SMA Negeri 1
Lembo, North Konawe Regency, totaling 325 students, while the sample was 176 respondents who were
determined by formula lameshow. The research sample was taken using probability sampling. The research
data were analyzed using multiple logistic regression analysis. The results showed that the effect of family
support on premarital sexual behavior was 0.018, religiosity was 0.001, peers were 0.000, and technology
(social media) was 0.000. It can be concluded that family support, religiosity, peers and technology have an
effect on adolescent premarital sex behavior at SMA Negeri 1 Lembo, North Konawe Regency. It is
recommended for schools to educate students about reproductive health, while parents are expected to be able
to supervise and provide love to adolescents
Keywords: premarital sex, youth, family support, religiosity, peers, social media

ABSTRAK

Perilaku seksual pranikah pada remaja meningkat pesat dan menjadi masalah kesehatan di dunia, terkhusus di
Indonesia. Hasil survei Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara (Konut) tahun 2018 menemukan sebanyak
17,3% remaja pernah melakukan petting 5,3% remaja pernah melakukan hubungan seksual melalui oral 3,6%
remaja melakukan hubungan seksual melalui vagina 2,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui faktor apa
saja yang berhubungan dengan perilaku seks pranikah remaja di SMN Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe
Utara. Penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross-sectional. populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh siswa-siswi di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara berjumlah 325 siswa, sedangkan
sampelnya sebanyak 176 reponden yang ditentukan dengan rumsu lameshow. Sampel penelitian ini diambil
menggunakan probability sampling. Data penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis regresi logistik
berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengaruh dukungan keluarga terhadap perilaku seks pranikah
sebesar 0,018, religiusitas sebesar 0,001, teman sebaya sebesar 0,000, dan teknologi (media sosial) sebesar
0,000. Dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga, religiusitas, teman sebaya dan teknologi berpengaruh
terhadap perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara. Disarankan kepada
sekolah untuk melakukan eduksi terhadap siswa mengenai kesehatan reproduksi, sedangkan bagi orang tua
diharapkan dapat melakukan pengasan serta memberikan kasih sayang kepada remaja.
Kata kunci: seks pranikah, remaja, dukungan keluarga, religiusitas, teman sebaya, sosial media

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa,
berlangsung antara usia 12-24 tahun. Pada masa remaja terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial
terutama fisik, seksual, psikologis dan sosial. Pada perubahan seksual, terjadi kematangan fungsi jasmani,
rohani maupun biologis. Pada masa ini, energi atau libido seksual yang awalnya laten di masa pra remaja
menjadi hidup. Perubahan tersebut mengakibatkan adanya dorongan untuk berperilaku seksual bertambah (1).

1 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa terdapat sekitar 1,1 remaja di dunia pada tahun
pada tahun 205 dan diproyeksikan akan tumbuh sebesar 7% setiap tahunnya yang berarti akan mencapai hampir
1,3 miliar pada tahun 2030 (2). sedangkan di Indonesia mencapai 25% dari total penduduk adalah remaja
berusia 10-24 tahun pada tahun 2020. Besarnya proporsi remaja menjadi bonus demografi di masa yang
mendatang, namun disisi lain hal ini juga menjadi peluang tingginya masalah reproduksi remaja yaitu seks pra
nikah (3).
Perilaku seksual pranikah pada remaja meningkat pesat di dunia, terkhusus di negara-negara bagian
barat, perilaku seks pranikah dianggap biasa dan semakin dapat diterima dengan rata-rata persentase perilaku
seksual pranikah pada remaja laki-laki sebesar 29% laki-laki dan 23% pada perempuan (4). Beberapa negara di
Asia Tenggara melaporkan remaja yang aktif melakukan hubungan seksual pranikah seperti Malaysia 37,9%,
Thailand 24,1% dan Brunei Darussalam 11,3% pernah melakukan hubungan seks pranikah (5).
Di Indonesia, proporsi remaja yang melakukan hubungan seks pranikah menurut Badan Pusat Statistik,
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, dan Kementerian Kesehatan RI (2018) adalah 8%
pada pria dan 2,5% pada wanita. Meskipun angka tersebut masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-
negara lain di kawasan Asia, namun angka hubungan seksual di kalangan remaja di Indonesia relatif tinggi.
Studi yang menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017 menunjukkan bahwa sekitar
2% remaja wanita usia 15-24 tahun dan 8% remaja pria di usia yang sama mengaku telah melakukan hubungan
seksual sebelum menikah, dan 11% diantaranya mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Di antara wanita
dan pria yang telah melakukan hubungan seksual pra nikah 59% wanita dan 74% pria melaporkan mulai
berhubungan seksual pertama kali pada umur 15-19 tahun (6).
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Sulawesi Tenggara,
menyebutkan bahwa remaja di Provinsi Sulawesi Tenggara 71% laki-laki dan 70% wanita mengaku pernah
mempunyai pacar dengan pertama kali berpacaran pada rentang umur 15 tahun. Dari data tersebut didapatkan
sekitar 74% pria dan 75% wanita saat ini mengaku masih mempunyai pacar dan pernah berperilaku seksual
berisiko seperti berciuman. Begitu pula dengan hasil SDKI (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun
2018 di Provinsi Sulawesi Tenggara mencatat 13,3% remaja usia 15-19 tahun yang di survei mengaku
melakukan hubungan seks pertama kali pada usia 15 tahun serta 60% responden remaja yang di survei dan
belum menikah mengaku pernah melakukan aborsi, baik disengaja maupun spontan (keguguran) saat mengalami
kehamilan yang tidak diinginkan (7).
Hasil survei Dinas Kesehatan Kabupaten Konawe Utara (Konut) tahun 2018 mengungkap bahwa
sebanyak 17,3% remaja pernah melakukan petting 5,3% remaja pernah melakukan hubungan seksual melalui
oral 3,6% remaja melakukan hubungan seksual melalui vagina 2,5% remaja melakukan masturbasi bersama dan
1,1% remaja pernah hubungan seksual melalui anal (8).
Banyak faktor yang dapat memicu terjadinya perilaku seks pranikah pada remaja seperti faktor
biologis, orang tua, pengaruh teman sebaya, pemahaman, dan seksual pengalaman yang dialami oleh remaja.
Perilaku remaja dipengaruhi oleh fungsi sosial, emosional, dan proses kognitif. Banyak praktik remaja yang
menyimpang ke arah seks bebas yang seks pranikah. Perilaku remaja dalam pencegahan seks bebas juga
dipengaruhi oleh efikasi diri (9).
Pengetahuan remaja yang kurang memadai tentang perilaku seksual, maka sangat memungkinkan jika
remaja salah dalam bersikap dan kemudian mempunyai perilaku terhadap seksualitas. Hasil penelitian yang
dilakukan oleh Marsus, dkk (2022) diketahui ada hubungan antara pengetahuan dengan perilaku seks pranikah
remaja (10). Kurangnya pengetahuan remaja terhadap seks pranikah disebabkan karena kurangnya pendidikan
kesehatan reproduksi di sekolah-sekolah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yusran (2018) menunjukan
bahwa 95% siswa kurang mendapatkan informasi mengenai masalah kesehatan seksual dan reproduksi, baik
dari sekolah maupun dari rumah (11).
Penelitian yang dilakukan oleh Wahani dkk (2021) menunjukan bahwa bahwa peran orang tua
berhubungan secara signifikan dengan perilaku seks pranikah dimana peran orang tua yang kurang baik akan
menyebabkan perilaku seks pranikah remaja yang kurang baik. Selain itu, diperoleh fakta bahwa responden
dengan peran orang tua yang kurang baik berisiko 4,72 kali berperilaku seks pranikah yang kurang baik jika
dibandingkan dengan peran orang tua yang kurang baik (12).
Teman sebaya merupakan salah satu faktor pengaruh terhadap perilaku seksual pada remaja dimana
teman sebaya memiliki peran yang penting dalam kehidupan sosial dan perkembangan remaja. Informasi yang
diperoleh melalui teman sebaya menjadikan remaja memiliki pengetahuan yang bagi mereka lebih dipahami dan
dipercaya. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa memperoleh informasi seks dari teman
sebaya yakni sebesar 69,3% dan hanya 30,7% yang mengaku mencari tahu sendiri untuk konten tersebut ada
hubungan yang signifikan antara pengaruh teman sebaya dengan perilaku seksual remaja (13). Selain itu, remaja
yang terpapar media sosial 25,6% melakukan perilaku seksual berisiko dan hanya 11,1% yang memiliki perilaku
seksual berisiko tidak terpapar media sosial. Analisis hubungan menunjukan bahwa ada hubungan antara
paparan media sosial dengan perilaku seksual berisiko pada remaja di MAN Manggarai Timur (14).

2 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 09 Oktober tahun 2022 di
Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara, dengan melakukan wawancara
kepada pembina kesiswaan didapatkan informasi bahwa siswa-siswa di SMA Negeri 1 Lembo banyak yang
berpacaran. Selain melakukan wawancara dengan Pembina kesiswaan sekolah, peneliti juga membagikan
kuesioner perilaku seksual remaja kepada beberapa siswa-siswi SMA Negeri 1 Lembo, didapatkan data
pendukung yaitu murid yang pernah berpacaran ada 15 orang, menonton film porno ada 9 orang, mencium bibir
lawan jenisnya ada 10 orang, mencium pipi/leher lawan jenisnya ada 4 orang, berpelukan dengan lawan jenisnya
ada 9 orang, meraba bagian sensitif lawan jenisnya ada 3 orang. Dapat disimpulkan bahwa hampir semua siswa
di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara pernah memiliki pengalaman berpacaran serta beberapa
siswa yang pernah berpacaran mengatakan pernah melakukan perbuatan-perbuatan perilaku seks pranikah
seperti berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada di atas baju atau
dibalik baju.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku seks
pranikah pada remaja di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2022.

Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah apakah ada pengaruh dukungan keluarga, religiusitas, teman sebaya dan
teknologi terhadap perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara.

METODE
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional study yaitu penelitian yang
berupaya mencari hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya dengan cara pengambilan data
(pengukuran) variabel independen (bebas) dan dependen (terikat) dilakukan sekali waktu dalam waktu yang
bersamaan (15). Dalam hal ini peneliti mengukur variabel bebas (dukungan keluarga, religiusitas, teman sebaya
dan teknologi) dan variabel terikat (seks pranikah) dilakukan secara bersamaan. Penelitian ini telah dilaksanakan
di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara mulai bulan Desember tahun
2022 sampai dengan bulan Januari tahun 2023.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe
Utara berjumlah 325 siswa, sedangkan sampelnya berjumlah 176 orang yang ditentukan berdasarkan rumus
lameshow. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini terdiri dari jenis yaitu: stratified random sampling
dan simple random sampling. sebab responden tersebar dibeberapa kelas, maka peneliti terlebih dahulu
menentukan besar responden berdasarkan kelas dengan menggunakan stratified random sampling, selanjutnya
peneliti mengambil sambel dengan teknik simple random sampling.
Dalam penelitian ini juga, peneliti menggunakan kriteria inklusi untuk menyaring responden, dimana
kriterianya adalah sebagai berikut: pernah atau sedang memiliki pacar, tinggal bersama orang tua dan bersedia
menjadi responden. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis bivariat dan analisis
multivariat regresi berganda.

HASIL

Karakteristik Responden

Tabel 1. Distribusi reponden berdasarkan karakteristik responden (jenis kelamin, usia,) di SMA Negeri 1 Lembo
Kabupaten Konawe Utara

Variabel n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 97 55,1
Perempuan 79 44,9
Usia (tahun)
15 tahun 18 10,2
16 tahun 57 32,4
17 tahun 67 39,2
18 tahun 32 18,2
Total 176 100,00

3 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 176 responden, terdapat 97 responden (55,1%) laki-laki dan 79
responden (44,9%) perempuan dengan umur tertinggi adalah umur 17 tahun yaitu sebanyak 69 responden
(39,2%), dan terendah umur 15 tahun yaitu sebanyak 18 responden (10,2%).

Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Perilaku Seks Pranikah Kategori Ringan di SMA Negeri 1 Lembo
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2022

Seks Pranikah No Frekuensi Persentase


Bentuk Aktivitas Seksual
(n) (%)
1 Memandang dengan mesra 4 3,8
2 Mengungkapkan rasa dengan kata-kata 9 8,7
manis
3 Mengobrol berdua 27 26,0
4 Menonton film berdua 2 2
5 Jalan-jalan berdua 19 18,3
Kategori Ringan
6 Memegang tangan 16 15,4
7 Merangkul 4 3,8
8 memeluk 6 5,9
9 Cium tangan 9 8,5
10 Cium pipi 3 2,9
11 Cium kening 7 6,7
12 Cium bibir 50 67,6
13 Cium mulut (dengan memainkan lidah) 4 5,4
14 Meraba bagian tubuh sensitif (leher, 16 21,6
Kategori Ringan payudara, alat kelamin)
15 Bersentuhan/menempelkan alat 2 2,7
kelamin dengan menggunakan pakaian
16 Berhubungan seks 2 2,7

Tabel 2 menunjukan bahwa, bentuk perilaku seksual kategori ringan tetinggi pada aktivitas mengobrol
berdua yaitu sebanyak 27 responden (26,0%) dan yang terendah adalah aktivitas cium pipi yaitu sebanyak 3
responden (2,9%), sedangkan pada bentuk seksual kategori berat paling banyak adalah cium bibir sebanyak 50
responden (67,6%) dan yang terkecil adalah saling menggesakan alat kelamin dan berhubungan seksual masing-
masing sebanyak 2 responden (2,7%).

Tabel 3. Alasan melakukan perilaku seks pranikah di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara

No Alasan Melakukan Perilaku Seksual Frekuensi (n) Persentase (%)


1 Mengungkapkan kasih sayang 42 56,8
2 Agar pasangan tetap setia 33 44,6
3 Takut ditinggal pasangan 27 36,5
4 Untuk mendapatkan pengalaman 12 16,2
5 Untuk mendapatkan imbalan 2 2,7
6 Terangsang karena dirayu pasangan 4 5,4
7 Ingin tahu/coba-coba 11 14,9
8 Dibujuk dengan diberi uang 1 1,4
9 Dipaksa oleh pasangan 8 10,8
10 Terjadi begitu saja 11 14,9

Tabel 3. menunjukkan bahwa alasan remaja melakukan perilaku seksual sangat bervariasi, alasan
terbanyak adalah untuk mengungkapkan kasih sayang dengan pasangan sebesar 56,8% dan yang paling sedikit
alasan melakukan perilaku seksual adalah karena dibujuk dengan diberi uang sebesar 1,4% dan untuk
mendapatkan imbalan sebesar 2,7%

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja

4 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

Tabel 4 Hubungan antara Dukungan Keluarga dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 1 Lembo
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2022
Perilaku Seks Pranikah Total
No Dukungan Keluarga Berat Ringan ρ-value
n % n % N %
1 Kurang Baik 37 52,9 33 47,1 70 100,0
2 Cukup Baik 37 34,9 69 65,1 106 100,0 0,018
Total 74 42,0 102 58,0 176 100

Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 70 responden yang memiliki dukungan keluarga kurang baik,
terdapat 37 responden (52,9%) memiliki perilaku seks pranikah kategori berat dan 33 responden (47,1%)
memiliki perilaku seks pranikah kategori ringan. Sedangkan dari 106 responden yang mendapatkan dukungan
keluarga cukup baik, terdapat 37 responden (34,9%) memiiliki perilaku seks pranikah kategori berat dan 69
responden (65,1%) memiliki perilaku seks pranikah kategori ringan. Hasil uji statistik dengan menggunakan
Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan nilai ρ-value = 0,018 (ρ-value < 0,05), sehingga H0
ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa ada hubungan signifikan antara dukungan keluarga (orang tua) dengan
perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara Tahun 2022.

Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja

Tabel 5. Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2022

Perilaku Seks Pranikah Total


No Religiusitas Berat Ringan ρ-value
n % n % N %
1 Kurang Baik 53 53,0 47 47,0 100 100,0
2 Cukup Baik 21 27,6 55 72,4 76 100,0 0,001
Total 74 42,0 102 58,0 176 100

Tabel 5. menunjukan bahwa dari 100 responden yang memiliki religiusitas kurang baik, terdapat 53
responden (53,0%) memiliki perilaku seks pranikah kategori berat dan 47 responden (47,0%) memiliki perilaku
seks pranikah kategori ringan. Sedangkan dari 76 responden yang memiliki religiusitas cukup baik, terdapat 21
responden (27,6%) memiiliki perilaku seks pranikah kategori berat dan 55 responden (72,4%) memiliki perilaku
seks pranikah kategori ringan. Hasil uji statistik dengan menggunakan Chi-Square pada taraf kepercayaan 95%
menunjukkan nilai ρ-value = 0,001 (ρ-value < 0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, artinya bahwa ada
hubungan signifikan antara religiusitas dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 1 Lembo
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2022.

Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja

Tabel 6Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten
Konawe Utara Tahun 2022
Perilaku Seks Pranikah Total
Pengaruh Teman
No Berat Ringan ρ-value
Sebaya
n % n % N %
1 Negatif 62 59,0 43 41,0 105 100,0
2 Positif 12 16,9 59 83,1 71 100,0 0,000
Total 74 42,0 102 58,0 176 100

Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 105 responden yang mendapatkan pengaruh teman sebaya dengan
kategori negatif, terdapat 62 responden (59,0%) memiliki perilaku seks pranikah kategori berat dan 43
responden (41,0%) memiliki perilaku seks pranikah kategori ringan. Sedangkan dari 71 responden yang
mendapatkan pengaruh teman sebaya kategori positif, terdapat 12 responden (16,9%) memiiliki perilaku seks
pranikah kategori berat dan 59 responden (83,1%) memiliki perilaku seks pranikah kategori ringan. Hasil uji
statistik dengan menggunakan Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan nilai ρ-value = 0,000 (ρ-
value < 0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya bahwa ada hubungan signifikan antara
pengaruh teman sebaya dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 1 Lembo Tahun 2022.

5 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

Hubungan Teknologi (Sosmed) dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja

Tabel 7 Hubungan Teknologi (Sosmed) dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja di SMA Negeri 1 Lembo
Kabupaten Konawe Utara Tahun 2022
Perilaku Seks Pranikah Total
Pengaruh Teknologi
No Berat Ringan ρ-value
(Sosmed)
n % n % N %
1 Negatif 63 53,8 54 46,2 117 100,0
2 Positif 11 18,6 48 81,4 59 100,0 0,000
Total 74 42,0 102 52,0 176 100

Tabel 7 menunjukkan bahwa dari 117 responden yang mendapatkan pengaruh teknologi (sosmed)
dengan kategori negatif, terdapat 63 responden (53,8%) memiliki perilaku seks pranikah kategori berat dan 54
responden (46,2%) memiliki perilaku seks pranikah kategori ringan. Sedangkan dari 59 responden yang
mendapatkan pengaruh teknologi (sosmed) kategori positif, terdapat 11 responden (18,6%) memiiliki perilaku
seks pranikah kategori berat dan 48 responden (81,4%) memiliki perilaku seks pranikah kategori ringan. Hasil
uji statistik dengan menggunakan Chi-Square pada taraf kepercayaan 95% menunjukkan nilai ρ-value = 0,000
(ρ-value < 0,05), sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, yang artinya bahwa ada hubungan signifikan antara
teknologi (sosmed) dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 1 Lembo Tahun 2022.

Analisis Multivariat

Seleksi Kandidat
Pada analisis multivariat ini dilakukan uji regresi logistik ganda untuk semua variabel independen yang
merupakan kandidat. Variabel kandidat adalah variabel independen yang memilki nilai p hasil uji korelasi
dengan variabel dependen adalah < 0,25. Hasil seleksi terhadap kandidat variabel independen yang akan
diikutsertakan dalam analisis regresi logistik ganda adalah sebagai berikut:

Tabel 8 Nilai Probabilitas (P-Value) Hasil Seleksi Kandidat untuk Uji Regresi Logistik Ganda
No variabel Independent p-value
1 Dukungan keluarga 0, 018**
2 Religiusitas 0, 001**
3 Pengaruh teman sebaya 0, 000**
4 Pengaruh teknologi (sosmed) 0, 000**
Keterangan: **Memenuhi syarat untuk masuk kedalam uji multivariat

Permodelan Multivariat
Setelah diperoleh variabel independen yang memenuhi syarat (p< 0,25), maka dilanjutkan dengan
melakukan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik ganda dengan mengeluarkan variabel yang
memiliki nilai p tidak signifikan (p > 0,05) dimulai dari yang nilai p tertinggi (dimulai dari model pertama dan
seterusnya), sampai akhirnya didapatkan model yang memenuhi signifikan model dan signifikan parsial.
Dibawah ini pemodelan multivariat sebagai berikut:

Tabel 9. Hasil Analisis Regresi Logistik Ganda Faktor yang Paling Berpengaruh Terhadap Perilaku Seks
Pranikah Remaja di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara.

Sig Exp (B) 95% CI for Exp (B)


Permodelan Variabel
OR Lower Upper
Dukungan keluarga 0,163 1,667 0,813 3,420
Religiusitas 0,037 2,158 1,046 4,453
Model Pertama
Teman sebaya 0,000 5,732 2,652 12,389
Teknologi (sosmed) 0,003 3,506 1,547 7,945
Constant 0,000 0,049
Religiusitas 0,033 2,185 1,063 4,491
Teman sebaya 0,000 5,844 2,712 12,590
Model Kedua
Teknologi (sosmed) 0,001 3,765 1,672 8,480
Constant 0,000 0,056

6 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

Berdasarkan hasil uji regesi multiple logistic di atas, menunjukan bahwa dari 4 variabel kandidat yang
akan dilakukan pemodelan (permodelan pertama), variabel dengan nilai p tertinggi dikeluarkan dari model satu
persatu sampai didapatkan model dan signifikan parsial. Variabel dukungan keluarga memiliki nilai p tertinggi
yaitu sebesar 0,163, sehingga harus dikeluarkan dari model. Selanjutnya tersisa variabel kandidat yang nilai
signifikansinya < 0,05
Pada model kedua memperlihatkan bahwa semua variabel kandidat signifikan (p value<0,05), dimana
pada variabel religiusitas diperoleh nilai Exp(B) = 2,185, lower = 1,063, upper = 4,491. Karena nilai lower dan
upper limit tidak mencakup angka 1, maka dapat disimpulkan ada pengaruh religiusitas dengan perilaku seks
pranikah remaja di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara. Artinya bahwa responden dengan
religiusitas kurang baik berisiko 2 kali lebih besar untuk berperilaku seks pranikah dibandingkan dengan
responden yang memiliki religiusitas baik.
Hasil uji regresi logistik variabel teman sebaya diperoleh nilai Exp(B) = 5,844, lower = 2,712, upper =
12,590. Karena nilai lower dan upper limit tidak mencakup angka 1, maka disimpulkan ada pengaruh teman
sebaya dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara. Artinya
bahwa responden yang mendapatakan pengaruh negatif dari teman sebaya berisiko 6 kali lebih besar untuk
berperilaku seks pranikah dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan pengaruh negatif dari teman
sebaya
Hasil uji regresi logistik variabel teknologi (sosmed) diperoleh nilai Exp(B) = 3,765, lower = 1,672,
upper = 8,480. Karena nilai lower dan upper limit tidak mencakup angka 1, maka disimpulkan ada pengaruh
teknologi (sosmed) dengan perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara.
Artinya bahwa responden yang mendapatakan pengaruh teknologi (sosmed) kategori negatif berisiko 4 kali
lebih besar untuk berperilaku seks pranikah dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan pengaruh
negatif dari teknologi (sosmed).
Dari hasil permodelan di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku seksual remaja sekolah menengah atas di SMA
Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara paling dipengaruhi oleh variabel teman sebaya, teknologi (media
sosial) dan religiusitas.

PEMBAHASAN

Perilaku Seksual
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik terhadap lawan
jenis maupun sesama jenis. Wujud tingkah laku tersebut, antara lain perasaan tertarik, berkencan, bercumbu, dan
bersenggama. Objeknya dapat berupa orang lain, dalam khayalan, atau diri sendiri (Padut et al., 2021).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui responden yang berperilaku seksual pranikah kategori ringan
sebanyak 74 responden (42,0%) sedangkan yang berperilaku seksual kategori berat sebanyak 102 responden
(58,0%). Hal ini disimpulkan bahwa sebagian besar responden tidak berperilaku seksual berisiko. Artinya
bahwa remaja yang ada di SMA Negeri 1 Lembo kabupaten Konawe Utara sebagian besar berperilaku seksual
baik atau tidak melakukan aktivitas seksual. Meskipun sedikit remaja di SMA Negeri 1 Lembo yang memiliki
perilaku seksual berisiko, tetapi ini tetap mejadi masalah besar bagi kesehatan remaja, sebab dengan aktivitas
seksual bebas, maka remaja akan berisiko terular penyakit reproduksi seperti HIV AIDS bahkan berisiko untuk
menularkannya kepada orang lain. Diantara responden yang melakukan seks pranikah beberapa diantaranya
bahkan sudah melakukan hubungan seksual.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dillakukan oleh Marsus dkk (2022), dalam
penelitiannya menemukan bahwa sebagian responden remaja yang diteliti di Kota kendari sebagian besar tidak
memiliki perilaku seks pranikah yaitu sebesar (60%) dan yang memiliki perilaku seks pranikah sebesar 40%.
(10)
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa beberapa perilaku seksual pranikah remaja di SMA Negeri 1
Lembo Kabupaten Konawe Utara antara lain adalah pergi bekencan, bepegangan tangan, saling memeluk, cium
pipi, ciuman bibir, mencium leher, meraba payudara, meraba alat kelamin pasangan, saling menggesakkan alat
kelamin, oral seks, onani atau masturbasi, dan hubungan intim.
Hasil penelitian terkait bentuk aktivitas seksual yang dilakukan oleh remaja di SMA Negeri 1 Lembo
Kabupaten Konawe Utara ditemukan bahwa perilaku seksual yang dilakukan responden paling banyak adalah
ciuman bibir 50 Responden (67,6%), namun perilaku ciuman bibir tersebut masuk dalam kategori perilaku
seksual beresiko yang dapat mendorong responden untuk melakukan perilaku seksual yang lebih beresiko lagi.
Pada penelitian ini terdapat 2 (2,7%) remaja yang sudah pernah melakukan hubungan intin (intercouse).
Dalam penelitian ini juga ditemukan beberapa alasan remaja melakukan aktivitas seksual, dimana
alasan terbanyak yang dikemukakan adalah untuk mengungkapkan kasih sayang (76%), agar pacar tetap setia
(52%) dan untuk dapat pengalaman (48%). Tempat melakukan hubungan seksual paling sering adalah rumah
teman. Hampir semua responden melakukan hubungan seksual dengan pacarnya (91,2%), pekerja seks/laki-laki

7 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

iseng (8,8%). Hampir setengah dari responden menyatakan hubungan seksual dimulai oleh pihak laki-laki yang
notabene sebagian besar adalah pacar. Perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Lembo dimotivasi oleh rasa
sayang dan cinta yang didominasi oleh kedekatan dan gairah yang tinggi terhadap pasangannya (romantic love).

Hubungan Dukungan Keluarga (Ortu) dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja SMA Negeri 1 Lembo
Dukungan keluarga dalam hal ini orang tua dapat mempengaruhi perilaku seks anaknya melalui tiga
cara, yaitu: komunikasi, bertindak sebagai contoh (role model), dan pengawasan. peran keluarga sangat
berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah pada remaja. Semakin tinggi peran keluarga pada remaja, maka
perilaku seks pranikah remaja semakin baik. Orang tua dan struktur keluarga mempengaruhi perilaku seks
remaja. keluarga berperan membangun norma-norma budaya seksualitas pada remaja. Orang tua mampu
melakukan pencegahan terhadap perilaku seksual yang terjadi di kalangan remaja.
Keluarga dalam hal ini orang tua pada hakikatnya merupakan faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan moral anak. Tanpa adanya pengawasan dari orang tua, anak dapat terjerumus dalam hal-hal
negatif. Maka dari itu orang tua berperan untuk memberikan pengawasan lebih intensif, memilih teman sebaya
lebih selektif dan mendidik agar lebih taat beribadah, memberikan waktu luang lebih banyak untuk
berkomunikasi dengan anak, tidak sibuk dengan pekerjaaannya sehingga anak tidak merasa kesepian
Hasil analisis univariat menunjukan bahwa dari 176 responden yang diteliti, remaja yang kurang
mendapatkan dukungan keluarga (ortu) sebanyak 70 responden (39,8%), sedangkan yang mendapatkan
dukungan keluarga sebanyak 106 responden (60,2%). Hal ini disimpulkan bahwa sebagian besar remaja yang
ada di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara telah mendapatkan dukungan keluarga yang baik.
Dukungan keluarga/ortu yang diperolah remaja di SMA Negeri 1 Lembo ditunjukan dengan orang tua mereka
meluangkan waktu untuk duduk bersama anak untuk sekedar bercerita dan memberikan nasehat, hal ini biasa
dilakukan orang tua mereka diwaktu istrahat malam seperti setelah sholat maghrib dan menjelang sholat isha.
Untuk remaja yang kurang mendapatkan dukungan keluarga disebabkan karena kesibukan dari orang tua
remaja, serta pengetahuan orang tua remaja yang kurang terhadap perkembangan anak. Hal ini dapat terlihat dari
perilaku orang tua yang tidak melarang anak untuk bepergian dimalam hari dengan alasan yang tidak jelas, tidak
tegas melarang bergaul dengan orang-orang yang nakal, dan acuh dengan keadaan psikis atau psikologis ketika
anak beranjak dewasa. Sementara itu pola komunikasi yang buruk juga terlihat dari sifat keras orang tua kepada
anak remaja dan tidak diimbangi penjelasan yang jelas. Pendidikan agama yang kurang juga terlihat dari
absennya orang tua dalam memberikan pendidikan agama, orang tua tidak memberikan contoh-contoh yang
baik.
Hasil analisis bivariat pada penelitian ini menemukan sebagian besar remaja yaitu sebanyak 69
responden (65,1%) remaja yang mendapatkan dukungan keluarga kategori baik dan tidak berperilaku seks
(perilaku seks kategori ringan), hal ini disebabkan karena remaja selalu berkomunikasi dengan orang tua saat
menghadapi masalah, orang tua juga selalu memberikan saran-saran yang baik kepada remaja serta remaja
diberikan batasan pergaulan khususnya jam keluar malam. Dengan demikian pembentukan dan perkembangan
kepribadian remaja menjadi lebih baik sebab diberikan perhatian, kasih sayang dan pengawasan dari orang tua
mereka.
Begitu pula dengan remaja yang melakukan perilaku seks pranikah ketegori berat karena kurang
mendapatkan dukungan keluarga lebih banyak dibandingkan remaja yang tidak melakukan perilaku pranikah
dan tidak mendapatkan juga dukungan keluarga yaitu sebanyak 37 responden (52,9%). Hal ini disebabkan
karena remaja merasa tidak diberikan kasih sayang dan perhatian oleh orang tua mereka. Remaja merasa bebas
karena tidak diawasi oleh orang tua, orang tua mereka juga tidak meluangkan waktu untuk berkomunikasi dan
memberi saran-saran terhadap masalah remaja. Dengan demikian perkembangan dan pertumbuhan kepribadian
remaja menjadi tidak baik dan cenderung akan menjadi liar yang berujung pada terbentuknya perilaku-perilaku
negatif khususnya perilaku seks pranikah.
Dalam penelitian ini juga ditemukan sebanyak 33 responden (47,1%) memiliki perilaku seks pranikah
kategori ringan meskipun kurang mendapatkan dukungan keluarga baik. Hal ini disebabkan karena remaja
memiliki kontrol diri yang baik terhadap hal-hal negatif termasuk perilaku seksual. Fakta tersebut diperkuat
dengan pernyataan beberapa remja yang menyatakan bahwa meski meraka tidak mendapatkan dukungan
keluarga (orang tua), tetapi remaja pada dasarnya tidak suka keluar malam hari, mereka lebih memilih duduk
diam di rumah sambil belajar dan mengerjakan tugas sekolah ketimbang harus keluar rumah dengan tujuan yang
tidak jelas. Diketahui bahwa aktivitas seksual, biasanya terjadi di luar rumah dan pada malam hari, sehingga
semakin sering remaja keluar rumah malam hari dan tidak diawasi oleh orang tua, maka semakin berisiko untuk
melakukan perilaku seksual. Kontrol diri remaja tersebut juga muncul karena remaja memiliki tingkat
religiusitas yang baik dalam hal ini ketaatan beribadah, remaja menghabiskan malamnya dengan melaksanakan
sholat di masjid lalu pulang kerumah untuk mengerjakan tugas sekolah. Diketahui bahwa ibadah menjadi dasar
untuk membetengi diri remaja dari hal-hal negatif termasuk dari perilaku seksual, sebab ada rasa takut dalam
diri mereka untuk melakukan perbuatan-perbuatan dosa.

8 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

Selain itu, penelitian ini juga ditemukan sebanyak 37 responden (34,9%) memiiliki perilaku seks
pranikah kategori berat meski telah mendapatkan dukungan keluarga. Hal ini disebabkan karena remaja telah
terpapar dengan media teknologi dalam hal ini sosial media, remaja bebas mengakses berbagai situs dan video-
video negatif yang merangsang perilaku seksual mereka. Aktivitas mengakses video dan situs pornografi
mereka lakukan di dalam rumah dan di luar rumah, hal ini diperparah dengan kontrol orang tua yang kurang
baik, remaja merasa diberi kebebasan memegang HP. Selain itu, beberapa remaja tidak memiliki religiusitas
yang baik, sehingga mudah terpengaruh dengan hal-hal negatif.
Hasil ini diperkuat dengan hasil analisis multivariat yang mendapatkan nilai risiko (OR) sebesar 1,667.
Artinya bahwa remaja yang tidak mendapatkan dukungan keluarga terutama orang tua, berisiko 2 kali lebih
besar berperilaku seks pranikah dibandingkan dengan remaja yang mendapatkan dukungan keluarga. Secara
statistik hasil uji multivariat, dukungan keluarga tidak menjadi faktor yang berpengaruh terhadap perilaku
seksual remaja disebabkan karena nilai signifikansi sebesar 0,163, akan tetapi pada uji bivariat dukungan
keluarga menjadi faktor yang berhubungan dengan nilai signifikansi 0,0018. Artinya bahwa remaja yang tidak
mendapatkan dukungan keluarga berisiko untuk berperilaku seks pranikah dibandingkan dengan remaja yang
mendapatkan dukungan keluarga.
Dapat diketahui bersama bahwa pengaruh keluarga dalam pembentukan dan perkembangan
kepribadian anak remaja sangatlah besar karena keluarga ialah kelompok atau orang pertama dimana anak
melakukan interaksi, tempat anak belajar dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial. Pendampingan orang
tua, keluarga, dan orang-orang terdekat (keluarga) akan sangat penting untuk mengontrol remaja agar
kehidupannya semakin baik. Kebanyakan remaja yang bermasalah penyebab utamanya adalah kurangnya
bimbingan dari orang tua dan orang-orang terdekatnya. Sudah tidak dapat dipungkiri kalau remaja zaman
sekarang dari kecil lebih sering bersama asisten rumah tangga dibandingkan dengan orang tuanya, karena orang
tua mereka lebih sibuk bekerja dengan alasan materi. Hal ini bukan merupakan hal yang baik, karena
bagaimanapun seorang anak tetap membutuhkan kasih sayang dan bimbingan orang tuanya
Pengawasan orang tua terhadap remaja dan interaksi yang aktif dengan orang tuanya cenderung dapat
menunda bahkan menghindari perilaku hubungan seksual pada remaja. Sedangkan pada remaja yang tidak
mendapatkan pengawasan orang tua dapat mempercepat melakukan hubungan seksual pertama pada usia lebih
dini (16). Sedangkan kurangnya bimbingan dan pengawasan orang tua sudah pasti akan membuat anak menjadi
liar, orang tua yang terlalu percaya kepada anak tanpa mengetahui aktivitas yang dilakukan oleh anak-anaknya
merupakan tindakan yang salah yang berakibat fatal bagi si anak sendiri. Orang tua yang kurang memberikan
perhatian kepada anak juga tidak baik bagi perkembangan psikologi anak karena ketika anak mendapatkan
sekali kebebasan maka akan lupa segalanya (17).
Selain dukungan dari orang tua, pengetahuan orang tua juga harus semakin meningkat seiring dengan
perkembangan zaman. Berkembang pesatnya media informasi dapat menjadi referensi orang tua untuk
memberikan edukasi dan kontrol bagi kehidupan anaknya karena orang tua sebagai sumber utama informasi
mengenai pengetahuan tentang seksualitas kepada remaja secara benar dan terpercaya. Hal ini terjadi karena
pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik adalah yang diberikan oleh orang tua sendiri, dan dapat pula
diwujudkan melalui cara hidup orang tua dalam keluarga sebagai sebuah keluarga yang bersatu dalam
perkawinan. Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila pengetahuan orangtua kurang memadai
menyebabkan sikap kurang terbuka dan cenderung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah
seks pada anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi seks yang tidak sehat. Peran orang tua sangat penting
dalam pembentukan karakter anak diantaranya dalam memberikan dasar pendidikan agama, menciptakan
suasana rumah yang hangat dan menyenangkan, serta memberikan pemahaman akan norma baik dan buruk yang
ada dalam masyarakat (18).
Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hamdana dkk (2022), yang
menemukan bahwa remaja sekolah menengah atas yang terkontrol orang tua (memiliki dukungan orang tua)
berperilaku seksual berisiko sebesar 27,5% lebih sedikit dibandingkan dengan yang tidak terkontrol orang tua
berperilaku seksual berisiko sebanyak 62,1%. Hasil ini dibuktikan dengan hasil analisis bivariat yang
mendapatkan bahwa dukungan orang tua merupakan faktor berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja
sekolah menengah atas di SMA Negeri 9 Luwu dengan nilai OR sebesar 3,472 (10).
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mueliana dkk (2021), yang
menemukan bahwa ada hubungan yang bermakna dukungan orang tua dengan perilaku seksual pranikah pada
remaja di SMA X Lempuing OKI Tahun 2021. Artinya bahwa remaja yang kurang mendapatkan pengawasan
dari orang tua, cenderung memiliki perilaku seksual berisiko jika dibandingkan dengan remaja yang memiliki
pengawasan orangtua dengan nilai OR sebesar 2,78 (16).
Oleh karena itu, peneliti berasumsi bahwa untuk meminimalisir perilaku menyimpang anak remaja
khususnya pada perilaku seksual, maka keluarga terutama orang tua harus berusaha untuk menciptakan
lingkungan keluarga yang baik yakni suasana serasi, seimbang dan selaras, orang tua harus bersikap demokrasi
baik dalam memberikan aturan maupun larangan dan berupaya melatih anak menjadi percaya diri dan mandiri.

9 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

Selain hal tersebut, keluarga (orang tua) juga perlu menanamkan nilai-nilai agama juga agar remaja memiliki
pedoman hidup yang benar.

Hubungan Religiusitas dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja SMA Negeri 1 Lembo
Agama dalam kehidupan individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma tertentu dan
secara umum menjadi kerangka acuan dalam bersikap dan berperilaku agar sejalan dengan keyakinan agama
yang dianutnya. Orang yang patuh melaksanakan ajaran agama disebut dengan tingkat religiusitas. Sehingga
religiusitas merupakan hubungan batin antara manusia dengan Tuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia. Ketika religiusitas seseorang baik, maka akan mempunyai keimanan dan ketakwaan yang kuat pula
dalam mengendalikan keinginan keinginan yang berentangan dengan norma-norma agama. Tingkat religiusitas
dalam penelitian diukur dengan menggunakan 4 indikator yaitu: kekokohan keyakinan, penghayatanan
terhadapa ajaran agama, ketekunan melaksanakan ibadah, dan pemahaman terhadap jodoh
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan antara responden yang religiusitasnya baik dan kurang baik
hampir sama banyak yaitu memiliki religiusitas kurang baik sebanyak 100 responden (56,8%), sedangkan yang
memiliki religiusitas baik sebanyak 76 responden (43,2%). Hal ini dapat disimpulkan bahwa remaja di SMA
Negeri 1 Lembo Kabupaten Konawe Utara religiusitasnya kategori kurang baik. Dari hasil wawancara beberapa
responden ditemukan bahwa mereka kurang remaja melaksanakan sholat hanya jika ada tean yang ajak, atau
lagi ingin sholat. Remaja yang religiusitasnya kategori baik dapat terlihat dari jawaban responden rutin
menjawab bahwa mereka melaksanakan ibadah tepat waktu serta merasa Tuhan mengawasi aktivitas mereka.
Remaja melaksanakan ibadah mengatakan mereka sering ke masjid untuk melaksanakan sholat maghrib dan
isha. Ketaatan ibadah remaja diperoleh dari orang tua mereka di rumah juga karena didikan guru agama di
sekolah mereka.
Hasil analsis bivariat ditemukan bahwa remaja yang religiusitasnya baik dan tidak berperilaku seks
yaitu sebanyak 55 responden (72,4%), ini membuktikan bahwa semakin baik religiusitas seseorang semakin
besar seseorang untuk tidak berpelaku seksual. Hal ini disebabkan karena remaja di SMA Negeri 1 Lembo
memiliki ketaatan beribadah (sholat), sehingga ia merasa bahwa aktivitasnya selalu diawasi oleh Tuhan. Remaja
juga mengisi waktu malam hari dengan pergi di masjid lalu pulang kerumah untuk mengerjakan tugas sekolah.
Remaja berpendapat bahwa prestasi sekolah lebih utama ketimbang mereka berpacaran. Selain itu, remaja yang
religiusitasnya baik juga mendapatkan dukungan dan pengawasan dari orang tua mereka, sehingga remaja
bahagia meski tidak harus memiliki pacar.
Begitupula dengan remaja yang religiusitasnya kurang baik dan berperilaku seks pranikah kategori
berat sebanyak 53 responden (53,0%), hal ini disebab karena remaja tidak taat melaksanakan ibadah sehingga
tidak merasa takut akan perbuatan dosa. Diketahui bahwa ketaatan beribadah menurut agama, mampu menjadi
terapi untuk megatasi masalah sosial, sebab agama telah melarang dengan tegas tindakan-tindakan negatif
termasuk seks pranikah. Apabila seseorang memiliki keyakinan terhadap suatu ajaran agama melakukan praktek
ibadah sesuai keyakinan tersebut, dan mengamalkan ajaran agama dengan baik dan benar, maka tindakan-
tindakan/perilaku-perilaku yang dilarang dalam agama tersebut akan dihindari oleh remaja. Selain religiusitas
yang kurang baik, remaja juga mudah terpapar dengan pergaulan teman sebaya negatif yang menjurus kepada
perilaku negatif pula. Ini tentu sejalan dengan fakta bahwa orang yang tidak religius sebagian besar memili
teman yang kurang religius juga (negatif). Dimana pergaulan yang negatif membuat remaja juga akan
berperilaku negatif.
Penelitian ini juga menemukan remaja yang religiusitasnya baik dan berperilaku seks pranikah
sebanyak 21 responden (27,65), hal ini disebabkan karena responden terpapar dengan media sosial. Beberapa
responden mengatakan bahwa mereka suka mengakses video-video pornografi baik sendiri maupun bersama
teman mereka. Hal ini diperparah dengan kurangnya pengawasan dari orang tua remaja yang membebaskan
remaja memegang HP mereka. Remaja mengatakan, orang tua mereka jarang duduk bersama untuk sekedar
bercerita dan menanyakan masalah sekolahnya.
Selain itu, sebanyak 47 responden (47,0%) remaja dengan religiusitas kurang baik dan tidak
berperilaku seks pranikah, hal ini disebabkan karena remaja menadapatkan dukungan keluarga dalam hal ini
kasih sayang dan perhatian orang tua. Remaja mengatakan, orang tua mereka meluangkan waktu untuk
menanyakan masalah yang dihadapi remaja, sekaligus juga memberikan saran masukan tehadap remaja
menganai cita-cita sekolah mereka. Selain itu, remaja juga tidak bergaul dengan sembarang teman, remaja pintar
memilih teman sebaya mereka untuk dijadikan teman, sehingga tidak ada waktu untuk remaja terjerumus
kedalam hal-hal negatif, termasuk perilaku seks pranikah.
Hasil penelitian ini diperkuat dengan hasil analisis multivariat yang menemukan bahwa religiusitas
menjadi variabel nomor 3 yang paling berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 1
Lembo dengan nilai risiko (OR) = 2,185. Artinya remaja yang tidak religius berisiko 2.185 lebih besar untuk
berperilaku seks pranikah dibandingkan remaja yang memiliki tingkat religius yang baik. Tingkat religiusitas
menjadi faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja karena pada analisis bivariat terlihat
distribusi responden yang tingkat religiusitasnya kurang baik dan berperilaku seksual kategori berat lebih besar

10 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

proporsinya yaitu (53,0%), begitupula dengan responden yang tingkat religiusitas baik dan berperilaku seksual
kategori ringan lebih besar yaitu (72,4%).
Religiusitas dalam kehidupan memiliki fungsi individual dan fungsi sosial. Fungsi religiusitas dalam
kehidupan individu adalah sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma yang akan dijadikan sebagai
acuan dalam berperilaku dan bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar tidak melakukan hal-hal negatif,
seperti mencuri, minum-minuman keras, dan melakukan perilaku seksual pranikah. Seseorang yang memiliki
tingkat religius yang baik, maka akan berperilaku sesuai dengan norma agama dan dapat menjauhkan diri dari
hal-hal negatif.
Menurut asumsi peneliti bahwa religiusitas yang baik pada siswa dapat membuat mereka lebih
memahami norma dan nilai yang ditetapkan oleh agama sehingga mereka dapat lebih selektif dalam berperilaku
dan sebisa mungkin terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh agamanya. Pengetahuan yang lemah tentang
agama membuat responden lebih mudah terjerumus ke perilaku negative, karena mereka tidak memahami
batasan-batasan yang baik dan buruk untuk dilakukan.
Sekolah sebagai sarana pendidikan berperan besar dalam membentuk religiusitas seseorang. Berbagai
kegiatan keagamaan seperti shalat berjamaah, tadarus Al-Quran, peringatan hari besar keagamaan, kegiatan
pesantren kilat saat bulan Ramadhan menjadi kegiatan rutin yang harus dilaksanakan pihak sekolah agar siswa
dapat meningkatkan ketaatan agamanya. Selain itu, kurikulum juga mencantumkan mata pelajaran agama islam
sebagai mata pelajaran wajib dalam setiap semester hal ini bertujuan untuk membuat para siswa lebih
mengetahu dan paham dengan ilmu agama (19).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elvira dkk (2019) yang menunjukan bahwa
responden yang tidak taat beribadah (tidak religius) sejumlah 81 responden (29.3%) dengan perilaku seksual
beresiko sebanyak 48 responden (59.3%) sedangkan responden yang taat beribadah (religius) sebanyak 195
responden (70.7%) dengan perilaku seksual pranikah berisiko terdapat 63 responden (32.3%). Hasil uji statistik
menunjukkan p-value =0.005 dengan kesimpulan terdapat hubungan yang signifikan antara ketaatan beribadah
(religious) dengan Perilaku Seksual Pranikah Remaja di SMA N 1 Pemali, Bangka dengan dinilai OR = 3.048
artinya remaja yang tidak taat beribadah memiliki peluang 3 kali lebih besar untuk berperilaku seksual yang
beresiko dibandingkan dengan remaja yang taat beribadah. (20).
Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutrisno, dkk yang menemukan
bahwa dari 150 responden yang religiusitasnya baik terdapat 98,7% yang perilaku seksualnya ringan dan hanya
1,3% yang melakukan seksual pranikahnya kategori berat. Sedangkan responden yang religiusitasnya kurang
baik ditemukan 59,1% berperilaku seksual ringan dan 40,9% berperilaku seksual berat. Hasil uji statistic
ditemukan nilai p=0,001 yang berarti ada hubungan antara religiusitas dengan perilaku seks pranikah remaja di
SMA Negeri Samarinda (21).
Oleh karena itu seyogyanya dalam mengurangi perilaku seks pranikah remaja khususnya pada siswa
SMA, pihak sekolah harus meningkatkan upaya-upaya promotif dan preventif dalam hal ini melakukan
pendidikan agama harus diangkat dan disosialisasikan kepada khalayak luas, khususnya remaja baik dalam
keluarga, sekolah, kampus, tempat ibadah maupun lingkungan kerja. Seperti sekolah mulai dari tingkat SD,
SMP, SMA dan yg sederajat bahkan perguruan tinggi (PT) harus memiliki fasilitas ibadah, yaitu
mesjid/mushola sebagai sarana pembinaan sekaligus pelaksanaan ibadah bagi murid-murid dilingkungan
sekolah.

Hubungan Teman Sebaya dengan Perilaku SeksPranikah Remaja SMA Negeri 1 Lembo
Teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja yang memiliki usia atau tingkat kematangan yang
kurang lebih sama. Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja mempunyai peranan yang
cukup penting bagi perkembangan kepribadiannya dan kelompok sebaya memungkinkan remaja untuk
mengembangkan identitas dirinya. Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, remaja menghabiskan
sebagian besar waktunya bersama teman sebaya. Pada masa remaja, hubungan dengan teman sebaya meningkat
secara drastis, dan saat bersamaan hubungan dengan orangtua akan menurun. Peran teman sebaya berkaitan erat
dengan sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku (22).
Hasil uji univariat pada penelitian ini ditemukan dari 176 responden yang diteliti, yang memiliki teman
sebaya dengan pengaruh negatif sebanyak 105 responden (59,7%), sedangkan yang memiliki teman sebaya
dengan pengaruh positif sebanyak 71 responden (40,3%). Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
mendapatkan pengaruh negatif dari teman sebaya. Hal ini disebabkan karena responden tidak menolak ajakan
untuk melakukan hal negatif dan kurang mampu memilah teman dalam pergaulan. Beberapa remaja mengatakan
bahwa teman mereka pernah bercerita tentang pengalaman meraka melakukan aktivitas seksual mereka, mereka
juga pernah menceritakan hal-hal yang mengandung unsur pornografi kepada responden, dan teman pernah
mengajak responden melihat gambar/video porno. Banyaknya remaja yang mendapatkan pengaruh negatif dari
teman sebaya juga disebabkan karena remaja tidak mendapatkan pengawasan dari orang tua mereka, sehingga
remaja merasa bebas bergaul dengan teman sebaya mereka.
Hasil analisis bivariat dalam penelitian menunjukkan sebanyak 59 responden (83,1%) responden yang

11 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

memiliki teman sebaya positif dan tidak berperilaku seksual. Hal ini disebabkan karena remaja lebih selektif
dalam bergaul, remaja lebih cenderung berteman dengan teman sebaya yang positif yang tidak berperilaku
menyimpang. Remaja yang memiliki teman sebaya positif juga disebabkan karena orang tua remaja selalu
melakukan pengawasan dan memberikan saran kepada remaja untuk lebih berhati-hati dalam bergaul dengan
teman sebaya. Dari hal-hal tersebut, maka remaja yang memiliki teman sebaya positif cenderung tidak memiliki
perilaku seks pranikah.
Hasil penelitian ini juga menemukan sebanyak 62 responden (59,0%) yang memiliki teman sebaya
negatif dan berperilaku seks pranikah kategori berat. Hal ini disebabkan karena remaja yang memiliki teman
sebaya dengan pengaruh negatif terpengaruh dengan ajakan teman sebaya mereka untuk melakukan aktivitas
seksual, remaja sering mendengarkan cerita-cerita seksual dari teman mereka, hal ini diperparah dengan remaja
merasa tidak diawasi oleh orang tua mereka, sehingga merasa bebas untuk melakukan apasaja. Remaja yang
memiliki teman sebaya negatif juga didukung karena remaja terpapar dengan media sosial, remaja saling
melakukan aktivitas nonton bareng video-video pornografi bersama teman meraka, aktivita menonton ini
terkadang menigkatkan hasrat seksual remaja dan berniat untuk menyalurkannya kepada pasangannya.
Sebanyak 43 responden (41,0%) yang mendapatkan pengaruh teman sebaya dengan kategori negatif
tetapi memiliki perilaku seks pranikah kategori ringan. Hal ini disebabkan karena meskipun responden bergaul
dengan teman sebaya tetapi tidak terpengaruh dengan ajakan-ajakan negatif dari teman sebaya mereka. Hal itu
juga diperkuat karena responden sering beribadah kepada Tuhan dan meyakini bahwa tindakan seks pranikah
adalah hal yang tidak baik dan bertentangan dengan ajaran agama yang dianutnya. Pernyataan ini didukung
dengan jawaban responden dalam beberapa kuesioner yang mengatakan bahwa mereka sering beribadah (sholat)
tepat waktu baik di masjid maupun di rumah.
Selain itu, penelitian ini juga menemukan sebanyak 12 responden (16,9%) yang berperilaku seksual
berat meskipun memiliki teman sebaya positif. Hal ini terjadi karena responden tidak menggunakan waktu
luangnya dengan baik, melainkan siswa menggunakanya ke hal-hal yang kurang positif, seperti memilih
bermain game serta mengakses situs-situs pornografi secara mandiri baik dirumah maupun di tempat-tempat
lain, sehingga membuat hasrat dan nafsu remaja menjadil ebih tinggi dan rasa ingin menyalurkan hasrat tersebut
menjadi lebih tinggi pula. Hal ini akan menjadi besar potensi remaja untuk berperilaku seksual jika remaja
tersebut sudah memiliki pacar.
Hasil ini diperkuat dengan hasil analisis multivariat yang menemukan ada pengaruh teman sebaya
dengan perilaku seks pranikah remaja SMA Negeri 1 Lembo dengan nilai risiko (OR) = 5,844. Dapat
disimpulkan bahwa remaja yang mendapatkan pengaruh negatif dari teman sebaya berisiko 5,844 kali lebih
besar untuk berperilaku seks pranikah dibandingkan dengan remaja yang tidak mendapatkan pengaruh negatif
dari teman sebaya. Artinya bahwa. Semakin remaja terpengaruh dengan teman sebaya, maka semakin berisiko
remaja untuk berperilaku seks pranikah.
Teman sebaya sangat berpengaruh pada pergaulan remaja. Pengaruh dari teman sebaya bisa bersifat
positif dan bisa bersifat negatif. Pengaruh positif misalnya adanya dorongan untuk berprestasi dan berkreasi
karena bergaul dengan orang-orang yang cerdas dan kreatif. Pengaruh negatif misalnya tuntutan untuk
berkencan dan berciuman, tuntutan untuk update dalam penampilan, dan lain-lain. Tuntutan dan tekanan dari
teman sebaya membuat remaja harus melaksanakannya agar diakui sebagai anggota dalam kelompok.
Pada masa remaja, kedekatannya dengan teman sebaya sangat berpengaruh karena selain ikatan, teman
sebaya dapat menggantikan ikatan keluarga, mereka juga merupakan sumber afeksi, simpati, dan pengertian,
saling berbagi pengalaman dan sebagai tempat remaja untuk memperoleh kepercayaan diri. Kelompok teman
sebaya juga dapat menjadi suatu ancaman bagi perkembangan remaja apabila remaja tidak dapat memilah
dengan baik anggota kelompok remaja, tetapi kelompok teman sebaya dapat dijadikan sebagai sumber informasi
tentang kehidupan diri remaja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Mauliyana (2019) yang menemukan sebanyak 41,9%
responden memiliki teman sebaya dengan pengaruh positif dan 58,1% memiliki pengaruh teman sebaya negatif.
Hasil uji statistik diperoleh nilai x-hitung = 12,882 Hal ini menunjukkan ada hubungan antara pengaruh teman
sebaya dengan perilaku seks pranikah remaja pada siswa SMA di Kota Kendari (23).
Penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Padut (2021) yang menemukan
bahwa remaja yang paling banyak menjawab pengaruh teman sebaya adalah tidak berpengaruh yaitu ada 54
orang (60,0%). Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value = 0,000 yang artinya ada hubungan yang signifikan
antara teman sebaya dengan sperilaku seks pranikah di MAN manggarai Timur (14).
Oleh karena itu diharapkan kepada remaja untuk bisa memilih dan memilah teman yang baik agar tidak
terjerumus kedalam hal-hal yang negatif. Selain itu remaja juga harus membetengi diri mereka dengan
memperbanyak pengetahuan dan pemahamam terhadap ilmu agama

Hubungan Pengaruh Teknologi (Sosmed) dengan Perilaku Seks Pranikah Remaja SMA Negeri 1 Lembo
Berkembangnya teknologi komunikasi saat ini merupakan hal yang sangat fundamental bagi
masyarakat luas terutama kalangan remaja. Dengan adanya teknologi, keterhubungan manusia satu dengan

12 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

manusia lainnya dapat dengan mudah dilakukan dengan cepat juga efektif dalam satu waktu. Salah satunya
media sosial, dengan adanya media sosial mengubah bentuk interaksi dan cara kita berkomunikasi. Dalam
penggunaanya memungkinkan pengguna dapat menerima dan menyebarkan informasi secara lebih luas, lebih
mudah bersosialisasi, cara berekspresi diri baik itu dalam bentuk gambar, video, maupun tulisan. Terbukanya
teknologi informasi di media sosial terutama terkait konten pornografi, memudahkan semua orang untuk
mengaksesnya. Rasa ingin tahu manusia yang besar, mengakibatkan banyak orang yang membuka media sosial,
terutama konten pornografi. Hal ini dikarenakan pornografi adalah sesuatu hal yang sangat menarik untuk
dilihat dibandingkan dengan konten-konten yang lainnya
Hasil analisis univariat pada penelitian ini didapatkan bahwa perilaku seksual remaja sekolah
menengah atas yang mendapatkan pengaruh teknologi (media sosial) kategori negatif sebanyak 117 responden
(66,5%), sedangkan yang mendapatkan pengaruh teknologi kategori positif sebanyak 59 responden (33,5%).
Hasil dari penelitian dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden aktif menggunakan media sosial. Hal ini
tentu dibuktikan dengan banyaknya anak remaja yang memiliki HP. HP sekarang ini, dianggap sebagai menjadi
kebutuhan primer bagi manusia khususnya remaja baik untuk membantuk proses pembelajaran juga untuk
melakukan komunikasi dengan orang lain. Selain keberadaan HP yang banyak di kalangan remaja, ketersediaan
paket data yang murah juga wifi, membuat remaja menjadi leluasa mengakses informasi dalam media sosial.
Hasil analisis bivariat ditemukan sebanyak 48 responden (81,4%) yang tidak terpengaruh dengan sosial
media dan tidak berperilaku seskual, jumlah ini leboh besar jika dibandingkan dengan yang melakukan seks
pranikah (18,6%). Hal ini disebabkan karena, remaja menggunakan teknologi hanya untuk kebutuhan belajar
dan menyelesaiakan tugas sekolah, remaja juga menggunakan sosial media hanya disaat istrahat, dan tidak
digunakan untuk mengakses video-video pornografi. Dengan demikian remaja tidak terpapar dengan pengaruh
negatif teknologi sosial media yang dapat berujung pada tindakan-tindakan negatif. Hal ini juga didukung
karena orang tua remaja melakukan pengasan kepada remaja dalam menggunakan teknologi (HP), orang tua
selalu mengingatkan kepada remaja untuk tidak berlebihan dalam bersosial media.
Penelitian ini juga menemukan sebanyak 63 responden (53,8%) yang terpengaruh dengan teknologi
(media sosial) dan melakukan perilaku seks pranikah. Hal ini juga menunjukan proporsi yang besar jika
dibandingan dengan remaja yang tidak berperilaku seksual meski terpengaruh dengan media sosial (46,2). Hal
ini disebabkan karena, remaja dalam menggunakan teknologi media sosial sering mengakses video-video
pornografi yang dapat meningkatkan hasrat seksual mereka, aktivitas ini dilakukan remaja baik di rumah
maupun di luar rumah. Hal ini diperparah dengan kurangnya pengawasan dari orang tua, juga tingkat religiusitas
yang kurang dari remaja sehingga kontrol diri menjadi kurang. Beberapa remaja juga mengatakan bahwa
mereka suka mengakses situs-situs pornografi karena teman mereka memberitahukan. Dalam hal ini teman
sebaya juga berperan penting dalam terbentuknya perilaku seksual remaja.
Hasil analisis bivariat ditemukan sebanyak 54 responden (46,2%) memiliki perilaku seks pranikah
kategori ringan meskipun terpapar dengan teknologi media sosial. Hal ini sebabkan karena remaja memiliki
kontrol diri yang kuat terhadap sosial media, mereka sudah mampu membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk untuk diri mereka, sehingga meskipun mereka terpapar dengan media sosial namun mereka tidak
terjerumus kedalam hal-hal negatif termasuk berperilaku seksual. Media sosial bagi remaja hanya dijadikan
sebagai sumber informasi dan sumber belajar bagi remaja. Hal ini dibuktikan dengan beberaoa responden yang
mengatakan bahwa meskipun mereka sering menggunakan teknologi media sosail, namun itu hanya sebatas
digunakan untuk mengakses informasi yang berkaitan dengan pelajaran, menonton video dan bersosial media
digunakan hanya pada saat waktu luang saja, atau pasa saat istrahat menyelesaikan tugas sekolah.
Selain itu, dalam penelitian ini juga ditemukan sebesar 11 responden (18,6%) memiiliki perilaku seks
pranikah kategori berat meskipun tidak terpapar dengan teknologi media sosial. Hal ini disebabkan karena
remaja terpangaruh dengan lingkungan pergaulan (teman sebaya), meskipun mereka tidak terpapar dengan
media sosial (tidak memiliki HP dan paket data) tetapi mereka sering bergaul dengan teman sebaya mereka.
Dimana didalam pergaulan, remaja sering curhat pengalaman mereka dengan pacar mereka, sehingga remaja
menjadi terpancing untuk melakukan juga hal-hal negatif seperti yang diceritakan oleh teman sebaya mereka.
Selain itu juga remaja kurang mendapatkan pengawasan dan nasehat dari orang tua yang mengakibatkan remaja
merasa bebas untuk bergaul dengan siapa saja yang berujung pada hal-hal negatif.
Hasil ini diperkuat dengan hasil analisis multivariat yang menemukan bahwa teknologi (media sosial)
menjadi variabel nomor 2 yang paling berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah remaja SMA Negeri 1
Lembo dimana nilai risiko (OR) = 3,765, yang artinya bahwa remaja yang terpapar dengan teknologi media
sosial akan berisiko 4 kali lebih besar untuk berperilaku seks pranikah dibandingkan dengan remaja yang tidak
terpapar dengan teknologi sosial media. artinya bahwa semakin remaha terpapar dengan teknologi khususnya
media sosial pornografi, maka semkain berisiko untuk melakukan perilaku seks pranikah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pekembangan teknologi membuat masyakarakat khsusnya remaja
sekarang dapat dengan mudah mengakses situs, gambar atau tayangan yang berbau porno melalui internet dalam
handphone masing-masing. Dalampraktiknyam remaja sering memanfaatkan layanan chating, browsing,
mengakses konten dan video yang membawa ketergantungan remaja pada media sosial. Belum sempurnanya

13 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

kematangan pola pikir membuat remaja belum mampu memilah dengan baik akan informasi yang diperoleh dari
media sosial sehingga dapat membawa dampak yang tidak sehat yang memberi peluang pada remaja yang
terpapar media sosial mempunyai kemungkinan lebih besar untuk melakukan perilaku seksual berisiko
dibandingkan dengan remaja yang tidak terpapar media sosial.
Bergantung pada bagaimana remaja menggunakan teknologi (media sosial), medsos dapat memiliki
pengaruh yang menguntungkan atau merugikan. Mengakses situs-situs pornografi, yang cukup mudah
ditemukan di internet, dapat memberikan pengaruh yang merugikan terhadap moral, sikap, dan perilaku remaja.
Tentu saja hal ini sangat mengkhawatirkan karena dapat merusak moral, sikap, dan perilaku mereka. Selain itu,
terpaan media sosial memiliki pengaruh yang menguntungkan dalam mengakses informasi dan pemahaman
tentang kesehatan reproduksi seks pranikah, oleh karena itu pemanfaatan media sosial secara lebih bertanggung
jawab sangatlah penting. Media dalam memberikan edukasi pemahaman mengenai seksualitas guna untuk
meningkatkan pengetahuan remaja dan mencegah dari informasi yang salah mengenai perilaku seks pranikah
(24).
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Puspita et al (2019), dimana dalam penelitianya
didapatkan nilai p-value sebesar 0,005, yang artinya ada hubungan bermakna antara penggunaan media sosial
dengan perilaku seksual berisiko di SMK Kota Surakarta dengan persentase remaja terpapar media sosial
sebesar 67,3% sedangkan yang tidak terpapar media soal hanya sebesar 32,7% dan nilai OR sebesar 3,675, yang
artinya remaja yang terpapar dengan media sosial berisiko 3,675 kali lebih besar untuk berperilaku seksual
dibandingkan dengan remaja yang tidak terpapar dengan media sosial (25).
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamdana, dkk (2022), yang menyatakan
bahwa paparan media sosial (teknologi) merupakan faktor yang berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja
sekolah menengah atas di SMA Negeri 9 Luwu dengan nilai OR sebesar 4,330, dengan persentase remaja yang
terpapar media sosial dan berperilaku seksual berisiko sebesar 61,8% lebih besar jika dibandingkan dengan
remaja yang tidak terpapar media sosial dan berperilaku seksual berisiko sebanyak 23,9% (10).
Dari hasil penelitian di atas dapat kita simpulkan bahwa dampak negatif dari media sosial merupakan hal serius
yang harus ditangani. Pengguna termasuk remaja bisa dengan mudah sekali terpengaruh, karena di media sosial
semua informasi yang masuk baik informasi positif dan negatif bisa diakses semuanya oleh pengguna. Oleh
karena itu kepada pengguna khususnya remaja diharapkan untuk bisa lebih menyaring semua informasi yang
masuk dalam media sosial, dan tidak menerima secara mentah-mentah semua informasi yang masuk. Hal ini
juga perlu dilakukan pengawasan yang khusus dari para orang tua, agar remaj tidak leluasa mengakses konten-
konten yang berbau pornografi.

Keterbatasan Penelitian

Terdapat tiga kendala dalam pelaksanaan penelitian ini, yaitu responden kadang tidak mau menjawab dan
mengisi beberapa pertanyaan yang ada di kuesioner, sehingga membuat peneliti sedikit kesulitan untuk
menggali informasi lebih terkait dengans perilaku seksual mereka.

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah dukungan keluarga, religiusitas, teman sebaya, dan
teknologi media sosial berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah remaja di SMA Negeri 1 Lembo Kabupaten
Konawe Utara. Adapun variabel yang paling berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah remaja di SMA
Negeri 1 Lembo secara berurutan adalah teman sebaya, teknologi media sosial dan religiusitas
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hegdahl HK, Musonda P, Svanemyr J, Zulu JM, Grønvik T, Jacobs C, et al. Effects of
economic support, comprehensive sexuality education and community dialogue on sexual
behaviour: Findings from a cluster-RCT among adolescent girls in rural Zambia. Soc Sci
Med. 2022;306(February).
2. WHO. Adolescent health in the South-East Asia Region [Internet]. Adolescent health. 2022.
Available from: https://www.who.int/southeastasia/health-topics/adolescent-health#
3. BPS RI. Statistik Indonesia 2021. Jakarta: Badan Pusat Statistik RI; 2021.
4. Dahal M, Subedi RK, Khanal S, Adhikari A, Sigdel M, Baral K, et al. Prevalence and
Possible Risk Factor of Premarital Sexual Behaviour among Nepalese Adolescents. Res Sq.
2020;
5. Pengpid S, Peltzer K. Sexual behaviour and its correlates among adolescents in Brunei
Darussalam. Int J Adolesc Med Health. 2021;33(1):1–7.
14 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

6. Kemenko PMK. Pemerintah Fokus Cegah Perilaku Seksual Berisiko di Kalangan Pemuda.
Jakarta; 2022.
7. BKKBN Provinsi Sulawesi Tenggara. Laporan Tahunan. Kendari: BKKBN Provinsi
Sulawesi Tenggara; 2021.
8. Dinkes Kab.Konawe Utara. Laporan Tahunan. Wanggudu: Dinas Kesehatan Kabupaten
Konawe Utara; 2021.
9. Mishbahatul E, Has M, Safitri AN, Kusumaningrum T. The Effect of Education by Using
Snakes and Ladders as a Medium on Adolescents Knowledge and Attitudes in the Prevention
of Premarital Sex in Junior High School. Systematic Reviews in Pharmacy. 2020;11(3):797–
800.
10. Marsus H, Awal M, Azis R. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja
Sekolah Menengah Atas Di Sma Negeri 9 Luwu. Bina Generasi : Jurnal Kesehatan.
2022;13(2):74–91.
11. Yusran S, Sabilu Y, Yuniar N, Hanafi H, Badara H. The Needs of Sexual and Reproductive
Health Education for Secondary School in Kendari City, Southeast Sulawesi, Indonesia.
Indian J Sci Technol. 2018;11(23):1–9.
12. Wahani SMP, Umboh JML, Tendean L. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku
Seksual Pranikah pada Remaja. Journal of Public Health and Community Medicine.
2021;2(2):21–30.
13. Syaftriani D, Trihandini I, Irfandi J. Determinants of Premarital Sex Behavior Adolescents
(15-24 Years) in Indonesia (Analysis IDHS 2017). J Community Health. 2022;8(2):205–18.
14. Padut RD, Nggarang BN, Eka AR. Perilaku Seksual Berisiko Pada Remaja Kelas XII di
MAN Manggarai Timur Tahun 2021. 2021;6(1):32–47.
15. Siswanto, Susila, Suyanto. Metodologi Penelitian Kesehatan Dan Kedokteran. 1st ed.
Yogyakarta: Bursa Ilmu; 2020.
16. Mueliana IF, Aisyah S, Riski M. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Seksual
Pranikah Pada Remaja di SMA X Kecamatan Lempuing OKI Tahun 2021. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi. 2022;22(1):188.
17. Munarni. Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Perilaku Seksual Remaja di Desa Nauli
Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba. Indonesian Trust Health Journal. 2020;3(2).
18. Hurlock EB. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Ke-hidupan.
Jakarta: Erlangga; 2008.
19. Mulyawati W, Sukmasari F. Hubungan Religiusitas Dengan Perilaku Seks Pra Nikah Pada
Remaja Di Smk Pgri 1 Kota Sukabumi Wilayah Kerja Puskesmas Tipar …. Ummi.
2018;12(3):79–86.
20. Elvira, Hastono SP, Maisytah S. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
Pranikah Remaja. Jurnal ilmiah STIKES Citra Delima. 2019;3(1):15–24.
21. Sutrisno, Purwanto E, Firdaus R. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
Pranikah Pada Siswa Sma Samarinda. Husada Mahakam: Jurnal Kesehatan. 2020;10(2):64.
22. Sigalingging G, Sianturi IA. Hubungan Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di
SMK Medan Area Medan Sunggal. Jurnal DalamPenelitian Kesehatan. 2019;5(2):7–15.
23. Mauliyana A. Factors Related To Adolescent Premarital Sex Behavior In High School
Students In Kendari. Miracle Journal of Public Health. 2019;2(2).
24. Lubis DPU. Peran Teman Sebaya dan Paparan Media Pornografi terhadap Perilaku Seksual
Remaja di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yogyakarta. Jurnal Kesehatan “Samodra Ilmu.”
2018;8(1):47–54.
25. Puspita IA, Agusybana F, Dharminto D. Hubungan Penggunaan Media Sosial dan Peran
Teman Sebaya dengan Perilaku Seksual Berisiko di SMK Kota Surakarta. Jurnal Kesehatan.
2020;7(3):111–8.

15 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF


Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------------------------------- Volume 0 Nomor 0, Bulan 0000
p-ISSN 2086-3098 e-ISSN 2502-7778

16 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes ------ http://forikes-ejournal.com/index.php/SF

Anda mungkin juga menyukai