Peran Orang Tua Merupakan Faktor Dominan Terhadap Perilaku Seksual Remaja
Peran Orang Tua Merupakan Faktor Dominan Terhadap Perilaku Seksual Remaja
ABSTRAK
Perilaku seksual meliputi segala tindakan yang dapat diamati secara empiris bisa berupa tindakan
seseorang terhadap orang lain atau dirinya sendiri, mengungkapkan diri secara seksual, cara bicara
dan cara bertindak. Data BKKBN, pada tahun 2010, menunjukkan bahwa jumlah perempuan lajang
yang kegadisannya sudah hilang di Medan sebanyak 52 persen, Bandung 47 persen, dan Yogyakarta
37 persen. Terdapat 21.770 kasus AIDS positif dan 47.157 kasus HIV positif, dengan presentase
pengidap usia 20-29 tahun sebanyak 48,1% dan usia 30-39 tahun sebanyak 30,9% Tujuan: mengetahui
kejadian perilaku seksual pada remaja dan faktor yang dominan berhubungan dengan prilaku seksual.
Desain penelitian Cross Sectional, Sampel 155 orang. Hasil:51.8 % responden berprilaku seksual
berat, dan 6.45% telah melakukan hubungan seksual.Ada hubungan, Jenis kelamin, Pengetahuan
trntang kesehatan reproduksi, Sikap, Pendidikan orang tua, Lingkungan Tempat Tinggal,Teman
Sebaya, dan Peran orang tua terhadap perilaku seksual.Variabel paling dominan adalah peran
orang tua, dengan OR27.343.Hal ini berarti bahwa orang tua yang tidak baikmempengaruhi peluang
prilaku seksual berat anak sebesar 27,343 kali dibanding orang tua yang baik. Saran: Perlu upaya
peningkatan dan pengembangan program kesehatan reproduksi, dan penyuluhan perilaku seksual
remaja. Orang tua harus dekat dengan remaja, menjadi sahabat mereka, mendampingi mereka dan
selalu ada di saat mereka membutuhkan.
Kata Kunci :Perilaku seksual, pengetahuan, sikap, tempat tinggal.peran orang tua
35
36 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 2, Maret 2015, hlm : 35 - 40
Berat Ringan PV OR 95 % CI
n = 75 n = 80
N % N %
Pengetahuan
Kurang 50 63.3 29 36.7 0.000 3.517 1.814-6.819
Baik 25 32.9 51 67.1
Sikap
Negatif 40 54.1 34 45.9 0.117 1.546 0.820-2.916
Positif 35 43.2 46 56.8
Jenis kelamin
Laki-laki 47 56.0 37 44.0 0.029 1.951 1.027-3.707
Perempuan 28 39.4 43 60.6
Pendidikan ayah
Rendah 51 60.0 34 40.0 0.002 2.875 1.490-5.547
Tinggi 24 34.3 46 65.7
Pendidikan Ibu
Rendah 54 58.7 38 41.3 0.003 2.842 1.457-5.545
Tinggi 21 33.3 42 66.7
Tempat tinggal
Tidak kondusif 17 73.9 6 26.1 0.012 3.615 1.340-9.750
Kondusif 58 43.9 74 56.1
Peran org tua
Tidak baik 72 90.0 8 10.0 0.000 16.000 5.078-874.082
Baik 3 4.0 72 96.0
Teman sebaya
Negatif 45 71.4 18 28.6 0.000 5.167 2.688-10.395
Positif 30 32.6 62 67.4
Media
Tdk terpapar 34 47.9 37 52.1 1.000 0.964 0.512-1.814
Terpapar 41 48.8 43 51.2
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan seorang remaja semakin tinggi
bermakna antara pengetahuan dengan prilaku peluang untuk berperilaku seksual berat. Hal
seksual.Responden yang memiliki tingkat ini didukung oleh hasil penelitian Agustina
pengetahuan kurang memiliki perilaku seksual (2004) didapatkan responden yang memiliki
beresiko berat 63.3%, semakin rendah/buruk pengetahuan buruk berperilaku seksual berat
38 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 2, Maret 2015, hlm : 35 - 40
adalah pengaruh lingkungan agar tidak pacaran. Teman biasa melakukan ciuman
ketinggalan zaman serta kurangnya dengan pacarnya, maka dibenarkan kalau dia
pengetahuan tentang kesehatan juga berciuman. Remaja cenderung
reproduksi.Pengaruh dari luar atau lingkungan mengembangkan norma sendiri yang
tempat tinggal remaja yang tidak baik akan bertentangan dengan norma umum yang
menimbulkan hal-hal yang beresiko bagi berlaku (PKBI, 2006).Remaja bersifat sangat
remaja yang tidak mendapatkan pendidikan terbuka terhadap kelompok teman sebaya.
seks.Senada dengan hasilpenelitian Rasyid Mereka dapat melakukan diskusi tentang
(2007) terdapat hubungan antara tempat roman, falsafah hidup, rekreasi, perhiasan,
tinggal dengan perilaku seksual remaja, pada pakaian, sampai berjam-jam. Pengaruh teman
hasil penelitian di temukan responden yang sebaya menjadi suatu jalinan ikatan yang
tidak tinggal dengan orang tua berperilaku sangat kuat.Pikiran remaja banyak dipengaruhi
seksual tergolong berat 93,3%. Anak sangat oleh teman-teman dalam kelompoknya.
membutuhkan keluarga dan rasa aman yang Teman/sahabat sebaya adalah teman yang
diperoleh dari Ibu dan rasa terlindung dari berada pada usia yang sama dan diantara
Ayah. Rasa aman dari keluarga merupakan mereka biasanya terjalin keakraban. Peranan
kelancaran proses perkembangan anak, teman/sahabat sebaya pada remaja sangat
memperoleh dasar dalam membentuk besar dalam kehidupan remaja sehari-hari.
kemampuan agar berhasil dimasyarakat.
Teman/ sahabat sebaya mempunyai pengaruh Remaja yang terpapar rendah media pornografi
terhadap perilaku seksual remaja dimana hasil memiliki perilaku seksual berat 47.9%.
penelitian ditemukan ada hubungan secara Remaja yang terpapar tinggi berperilaku
bermakna.Pengaruh teman sebaya negatif seksual berat 48.8%.Secara statistik
memiliki perilaku seksual berat sebanyak menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
71.4% sedangkan pengaruh teman sebaya bermakna antara paparan media dengan
positif memiliki perilaku seksual tergolong p e r i l a k u s e k s u a l . Wa l a u p u n t i d a k
berat 32.6%.Pengaruh negatif dari teman berhubungan,namun perlu juga mendapat
sebaya adalah gaya pergaulan bebas. Hal-hal perhatian bahwa remaja mungkin bisa
yang dilakukan oleh teman sebaya dalam memperoleh informasi dari media yang dapat
kelompok menjadi acuan atau norma tingkah mendukung perilakunya baik positif maupun
laku yang diharapkan dalam kelompok. Gaya negatif. Perlu ada control dari orang tua dalam
berpacaran teman sebaya menjadi model atau hal menyaring berbagai informasi yang
acuan yang digunakan seseorang remaja dalam diperoleh oleh remaja.
Tabel 2. Menunjukkan bahwa peran orang baik mempunyai peluang perilaku seksual
tuamerupakan variabel yang paling dominan berat sebesar 27.343 kali dibandingkan dengan
berhubungan dengan perilaku seksual remaja peran orang tua baik.Teori Beansay yang
dengan nilai p=0,000, OR 27.343 CI 95% dikutip Inayati (2008), menyatakan bahwa
(55.078-847.082). Peran orang tua yang tidak kebanyakan orang tua yang paling banyak
40 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 2, Maret 2015, hlm : 35 - 40