Anda di halaman 1dari 6

PERAN ORANG TUA MERUPAKAN FAKTOR DOMINAN

TERHADAP PERILAKU SEKSUAL REMAJA

Erna Mesra, Fauziah


Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Jalan Arteri JORR Jatiwarna Kecamatan Pondok Melati 17415
Email: ernamesra@yahoo.com
ABSTRACT
Sexual behavior is anindividual actions to express her or hisselves attitude sexually, including how
to speak and how to act. Data from BKKN shows that during the year 2010, the number of single
women who had lost her virginity in Medan, Bandung, Yogyakarta were respectively 52%, 47%, and
37%. In relation to HIV/AIDS, 21.1770 people are AIDS positives and 47.157 people are HIV positive.
They consist of people aged 20-29 years (48,1%), and aged 30-39 years (30,9%). Goals :to identify
the incidence of sexual behaviors in adolescents and determinant factors associated with sexual
behavior. Desain study is cross sectional with 155 people as sample. Result: there are 51,8% of
respondents express severe sexual behaviour, and 6,45% experienced sexual intercourse.There is
relationship between gender, reproductive health knowledge, attitudes, parental education,
neighbourhood, peers, parents' role and sexual behaviour. The most dominant variable is the role of
parents with OR 27 343. It means that parents figure made a chance to more or less severe sexual
behavior about 27.343. Suggestions: Initiatives and program development to improve adolescents
reproductive health knowledge and to provide counseling sexual behavior and required. Parents
should keep close to their teenagers,be a friend, be available when they need support and advice.
Keywords : sexual behavior , knowledge , attitudes , shelter,role of parents

ABSTRAK
Perilaku seksual meliputi segala tindakan yang dapat diamati secara empiris bisa berupa tindakan
seseorang terhadap orang lain atau dirinya sendiri, mengungkapkan diri secara seksual, cara bicara
dan cara bertindak. Data BKKBN, pada tahun 2010, menunjukkan bahwa jumlah perempuan lajang
yang kegadisannya sudah hilang di Medan sebanyak 52 persen, Bandung 47 persen, dan Yogyakarta
37 persen. Terdapat 21.770 kasus AIDS positif dan 47.157 kasus HIV positif, dengan presentase
pengidap usia 20-29 tahun sebanyak 48,1% dan usia 30-39 tahun sebanyak 30,9% Tujuan: mengetahui
kejadian perilaku seksual pada remaja dan faktor yang dominan berhubungan dengan prilaku seksual.
Desain penelitian Cross Sectional, Sampel 155 orang. Hasil:51.8 % responden berprilaku seksual
berat, dan 6.45% telah melakukan hubungan seksual.Ada hubungan, Jenis kelamin, Pengetahuan
trntang kesehatan reproduksi, Sikap, Pendidikan orang tua, Lingkungan Tempat Tinggal,Teman
Sebaya, dan Peran orang tua terhadap perilaku seksual.Variabel paling dominan adalah peran
orang tua, dengan OR27.343.Hal ini berarti bahwa orang tua yang tidak baikmempengaruhi peluang
prilaku seksual berat anak sebesar 27,343 kali dibanding orang tua yang baik. Saran: Perlu upaya
peningkatan dan pengembangan program kesehatan reproduksi, dan penyuluhan perilaku seksual
remaja. Orang tua harus dekat dengan remaja, menjadi sahabat mereka, mendampingi mereka dan
selalu ada di saat mereka membutuhkan.
Kata Kunci :Perilaku seksual, pengetahuan, sikap, tempat tinggal.peran orang tua

35
36 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 2, Maret 2015, hlm : 35 - 40

PENDAHULUAN berpendidikan SMP dan SMA yang tidak


Perilaku seksual yang dilakukan remaja virgin mencapai presentase 67% (BKKBN
menyebabkan remaja mengalami gangguan 2010)
kesehatan reproduksi. Dibutuhkan
pengetahuan dan pemahaman terhadap Remaja yang tumbuh dan berkembang dalam
kesehatan reproduksi khususnya perilaku lingkungan keluarga yang kurang sensitif
seksual pada remaja untuk membuat generasi terhadap remaja dan lingkungan negatif, dapat
muda dapat terhindar dari masalah perkawinan membentuk remaja yang tidak punya proteksi
muda, kehamilan dini dan aborsi yang tidak terhadap perilaku orang-orang disekelilingnya.
aman hingga kematian.Semakin luas dampak Perilaku tersebut dapat berakibat fatal bagi
penularan penyakit mematikan seperti remaja karena beresiko tinggi terhadap
HIV/AIDS terjadinya kehamilan diluar nikah, tertular
penyakit menular seksual, aborsi yang tidak
Angka pernikahan dini, menikah sebelum aman hingga kematian.Pemahaman tentang
berusia 16 tahun hampir dijumpai di seluruh kesehatan reproduksi sangat penting diberikan
propinsi Indonesia. Sekitar 10% remaja putri kepada remaja. Oleh karena itu perlu
melahirkan anak pertamanya pada usia 15-19 diberikan pendidikan seks sedini mungkin.
tahun. Kehamilan remaja akan meningkatkan Pendidikan seks merupakan sebuah diskusi
resiko kematian dua hingga empat kali lebih yang realitis, jujur, dan terbuka, bukan
tinggi dibandingkan perempuan yang hamil merupakan dikte moral belaka. Dengan
pada usia lebih dari 20 tahun. (Wiknyosastro, diberikannya pendidikan seks kepada remaja
2006)Separuh remaja perempuan lajang di sedini mungkin dapat mencegah pemahaman
Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi disebut yang keliru yang dapat memicu perilaku
tidak perawan karena melakukan hubungan seksual negatif karena masa remaja adalah
seks pranikah. Tidak sedikit yang hamil di peralihan yang penuh dengan coba-coba.
luar nikah.dari 100 remaja, 51 remaja Perilaku hubungan seks pranikah itu
perempuannya sudah tidak lagi perawan," cenderung dilakukan. Remaja perlu
ungkap Kepala Badan Koordinasi Keluarga mendapatkan bimbingan dari lingkungan
Berencana Nasional (BKKBN) Sugiri (2010) sekolah dan keluarga, sehingga dapat
Data dari BKKBN selama kurun waktu tahun mengetahui pendidikan tentang hubungan
2010 didapatkan remaja perempuan lajang seks pranikah yang tepat dan dapat membentuk
yang kegadisannya sudah hilang di Surabaya pola asuh yang positif serta membentuk
mencapai 54%, Medan 52%, Bandung 47%, kepribadian yang baik. Peran Bidan sebagai
dan Yogyakarta 37%. Perilaku seks bebas tenaga kesehatan adalah memberikan
merupakan salah satu pemicu meluasnya kasus pendidikan dan pembinaan kesehatan
HIV/AIDS.Data Kemenkes pada pertengahan reproduksi pada remaja yang bertujuan untuk
2010, kasus HIV/AIDS di Indonesia mencapai meningkatkan kesehatan reproduksi pada
21.770 kasus AIDS positif dan 47.157 kasus remaja dan menurunkan kejadian perilaku
HIV positif dengan persentase pengidap seksual pra nikah yang terjadi dikalangan
berusia 20-29 tahun (48,1%) dan usia 30-39 remaja.Peran orang tua sangat penting
tahun (30,9%). Kasus penularan HIV/AIDS terhadap perkembangan perilaku seksual
terbanyak ada di kalangan heteroseksual remaja karena orang tua merupakan orang
(49,3%) dan IDU atau jarum suntik (40,4%), yang paling dekat dengan remaja.Tujuan
jumlah pengguna narkoba di Indonesia saat penelitian adalam mengetahui kejadian
ini mencapai 3,2 juta jiwa. Sebanyak 75 persen perilaku seksual pada remaja dan faktor yang
di antaranya atau 2,5 juta jiwa adalah remaja dominan berhubungan dengan prilaku seksual.
Erna Mesra, Peran Orang Tua Merupakan Faktor Dominan Terhadap Perilaku Seksual Remaja 37

METODE berjumlah 155 orang. Data yang digunakan


dalam penelitian ini adalah data primer yang
Penelitianini menggunakan metode deskritif
diperoleh melalui pengisian kuesioner oleh
analitik dengan pendekatan cross sectional
responden. Instrumen yang digunakan adalah
dimana pengukuran variabele dependen serta
kuesioner terkait variabel yang akan diteliti
variabel independen diambil secara bersamaan
yaitu perilaku seksual, pengetahuan, sikap,
ketika penelitian dilaksanakan. Penelitian jenis kelamin, pendidikan orang
dilaksanakan di salah satu SMAdiTangerang tua,lingkungan tempat tinggal, peran orang
pada bulan Mei 2014. Populasi penelitian tua, teman sebaya dan paparan media
adalah seluruh Siswa siswi SMA kelas X- massa.Analisis data menggunakan uji chi-
XI.Sampel adalah total populasi yang square dan regresi logistik ganda.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan prilaku seksual remaja

Berat Ringan PV OR 95 % CI
n = 75 n = 80
N % N %
Pengetahuan
Kurang 50 63.3 29 36.7 0.000 3.517 1.814-6.819
Baik 25 32.9 51 67.1
Sikap
Negatif 40 54.1 34 45.9 0.117 1.546 0.820-2.916
Positif 35 43.2 46 56.8
Jenis kelamin
Laki-laki 47 56.0 37 44.0 0.029 1.951 1.027-3.707
Perempuan 28 39.4 43 60.6
Pendidikan ayah
Rendah 51 60.0 34 40.0 0.002 2.875 1.490-5.547
Tinggi 24 34.3 46 65.7
Pendidikan Ibu
Rendah 54 58.7 38 41.3 0.003 2.842 1.457-5.545
Tinggi 21 33.3 42 66.7
Tempat tinggal
Tidak kondusif 17 73.9 6 26.1 0.012 3.615 1.340-9.750
Kondusif 58 43.9 74 56.1
Peran org tua
Tidak baik 72 90.0 8 10.0 0.000 16.000 5.078-874.082
Baik 3 4.0 72 96.0
Teman sebaya
Negatif 45 71.4 18 28.6 0.000 5.167 2.688-10.395
Positif 30 32.6 62 67.4
Media
Tdk terpapar 34 47.9 37 52.1 1.000 0.964 0.512-1.814
Terpapar 41 48.8 43 51.2

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan seorang remaja semakin tinggi
bermakna antara pengetahuan dengan prilaku peluang untuk berperilaku seksual berat. Hal
seksual.Responden yang memiliki tingkat ini didukung oleh hasil penelitian Agustina
pengetahuan kurang memiliki perilaku seksual (2004) didapatkan responden yang memiliki
beresiko berat 63.3%, semakin rendah/buruk pengetahuan buruk berperilaku seksual berat
38 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 2, Maret 2015, hlm : 35 - 40

33,3%.Remaja kurang memperoleh informasi Remaja yang memiliki ayah berpendidikan


tentang kesehatan reproduksi seperti anatomi rendah, berperilaku seksual beresiko berat
dan fisiologi reproduksi, bagaimana terjadinya 60.0%. Sedangkan remaja yang memiliki ayah
kehamilan dan Infeksi Menular seksual berpendidikan tinggi, berperilaku seksual
(YPKP, 2006). Orang tua yang masih tabu beresiko berat 34.3%. Pendidikan merupakan
berbicara masalah seks dengan anak, suatu proses. Oleh karena itu dengan
menyebabkan remaja terjerumus berperilaku sendirinya memiliki masukan dan keluaran.
seksual beresiko yang dapat menyebabkan Keluaran dari proses pendidikan adalah
penyakit menular seksual lulusan yang mempunyai wawasan dan cara
berfikir yang luas (Notoatmodjo 2007).
Walaupun secara statistik tidak ditemukan Semakin tinggi pendidikan ayah maka akan
hubungan bermakna antara sikap dengan semakin dewasa cara berfikirnya. Hal tersebut
perilaku seksual remaja, namun sikap negatif akan berpengaruh pada cara ayah mendidik
remaja cenderung berpotensi meningkatkan anak dan informasi yang diberikan ayah
perilaku seksual yang kurang baik. Remaja kepada anak. Anak yang diberikan informasi
yang memiliki sikap negatif berperilaku yang benar dan cukup tentang kesehatan
seksual beresiko berat 54.1%, yang memiliki reproduksi cenderung akan berperilaku seksual
sikap positif berperilaku seksual beresiko yang baik.
berat 43.2%. Sikap merupakan potensi tingkah
laku seseorang terhadap kegiatan yang Pendidikan ibu juga berhubungan secara
dilakukan, dapat diartikan jika remaja bermakna dengan perilaku seksual
mempunyai sikap yang negatif/buruk terhadap remaja.Remaja yang memiliki ibu
seksualitas, maka mereka berpotensi untuk berpendidikan rendah, berperilaku seksual
berperilaku seksual yang berat/beresiko pula beresiko berat 58.7%. Sedangkan remaja
dan sebaliknya. (Sarwono 2008) yang memiliki ibu berpendidikan tinggi,
berperilaku seksual beresiko berat 33.3%. Hal
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan ini bertentangan dengan hasil penelitian
antara jenis kelamin dengan perilaku seksual, Nurhayati (2007) bahwa pengetahuan dan
jenis kelamin laki- laki berperilaku seksual tindakan remaja putri di salah satu SMA
beresiko berat sebanyak 56%. Jenis kelamin Negeri di Jakarta, sebagian responden
perempuan berperilaku seksual beresiko berat berperilaku baik berasal dari ibu yang
39.4%. Hal ini didukung oleh teori Sarwono berpendidikan rendah, hampir setengahnya
(2008) bahwa laki laki mempunyai potensi berasal dari ibu yang berpendidikan menengah,
tingkah laku terhadap kegiatan yang dilakukan, dan tinggi. Ibu yang berpendidikan merupakan
dapat diartikan perilaku seksual laki-laki lebih salah satu indikator keberhasilan seseorang
berat dari pada perempuan. Perubahan fisik dalam mendidik anaknya. Remaja yang
antara laki-laki dan perempuan berkaitan mempunyai ibu berpendidikan tinggi maupun
dengan tugas melanjutkan keturunan. Dari rendah sama-sama memiliki resiko berperilaku
segi psikis , kepribadian perempuan seksual berat.
merupakan satu kesatuan terpadu antara emosi,
pikiran, rasio, dan suasana hati.Jenis kelamin Tempat tinggal berhubungan bermakna dengan
berpengaruh terhadap perilaku seksual perilaku seksual.Tempat tinggal yang tidak
seseorang, remaja laki-laki menunjukkan kodusif memiliki perilaku seksual berat
angka lebih besar dari pada remaja perempuan sebanyak 73.9% sedangkan lingkungan tempat
dalam berperilaku seksual. tinggal yang kondusif memiliki perilaku
seksual tergolong berat sebanyak 43.9%Hasil
Pendidikan ayahjuga berhubungan secara ini didukung oleh penelitian Nurhayati (2009),
bermakna dengan perilaku seksual remaja. alasan remaja melakukan perilaku beresiko
Erna Mesra, Peran Orang Tua Merupakan Faktor Dominan Terhadap Perilaku Seksual Remaja 39

adalah pengaruh lingkungan agar tidak pacaran. Teman biasa melakukan ciuman
ketinggalan zaman serta kurangnya dengan pacarnya, maka dibenarkan kalau dia
pengetahuan tentang kesehatan juga berciuman. Remaja cenderung
reproduksi.Pengaruh dari luar atau lingkungan mengembangkan norma sendiri yang
tempat tinggal remaja yang tidak baik akan bertentangan dengan norma umum yang
menimbulkan hal-hal yang beresiko bagi berlaku (PKBI, 2006).Remaja bersifat sangat
remaja yang tidak mendapatkan pendidikan terbuka terhadap kelompok teman sebaya.
seks.Senada dengan hasilpenelitian Rasyid Mereka dapat melakukan diskusi tentang
(2007) terdapat hubungan antara tempat roman, falsafah hidup, rekreasi, perhiasan,
tinggal dengan perilaku seksual remaja, pada pakaian, sampai berjam-jam. Pengaruh teman
hasil penelitian di temukan responden yang sebaya menjadi suatu jalinan ikatan yang
tidak tinggal dengan orang tua berperilaku sangat kuat.Pikiran remaja banyak dipengaruhi
seksual tergolong berat 93,3%. Anak sangat oleh teman-teman dalam kelompoknya.
membutuhkan keluarga dan rasa aman yang Teman/sahabat sebaya adalah teman yang
diperoleh dari Ibu dan rasa terlindung dari berada pada usia yang sama dan diantara
Ayah. Rasa aman dari keluarga merupakan mereka biasanya terjalin keakraban. Peranan
kelancaran proses perkembangan anak, teman/sahabat sebaya pada remaja sangat
memperoleh dasar dalam membentuk besar dalam kehidupan remaja sehari-hari.
kemampuan agar berhasil dimasyarakat.
Teman/ sahabat sebaya mempunyai pengaruh Remaja yang terpapar rendah media pornografi
terhadap perilaku seksual remaja dimana hasil memiliki perilaku seksual berat 47.9%.
penelitian ditemukan ada hubungan secara Remaja yang terpapar tinggi berperilaku
bermakna.Pengaruh teman sebaya negatif seksual berat 48.8%.Secara statistik
memiliki perilaku seksual berat sebanyak menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
71.4% sedangkan pengaruh teman sebaya bermakna antara paparan media dengan
positif memiliki perilaku seksual tergolong p e r i l a k u s e k s u a l . Wa l a u p u n t i d a k
berat 32.6%.Pengaruh negatif dari teman berhubungan,namun perlu juga mendapat
sebaya adalah gaya pergaulan bebas. Hal-hal perhatian bahwa remaja mungkin bisa
yang dilakukan oleh teman sebaya dalam memperoleh informasi dari media yang dapat
kelompok menjadi acuan atau norma tingkah mendukung perilakunya baik positif maupun
laku yang diharapkan dalam kelompok. Gaya negatif. Perlu ada control dari orang tua dalam
berpacaran teman sebaya menjadi model atau hal menyaring berbagai informasi yang
acuan yang digunakan seseorang remaja dalam diperoleh oleh remaja.

Tabel 2. Hasil pemodelan akhir


No Variabel B P Value OR 95 % CI
1 Sikap 2.021 0.026 4.942 0.820-2.916
2 Jenis kelamin -2.570 0.034 4.518 1.027-3.707
3 Teman sebaya 3.848 0.004 8.158 1.340-9.750
4 Peran orang tua 7.609 0.000 27.343 555.078-847.082
5 Tempat tinggal 2.078 0.021 5.352 2.688-10.395

Tabel 2. Menunjukkan bahwa peran orang baik mempunyai peluang perilaku seksual
tuamerupakan variabel yang paling dominan berat sebesar 27.343 kali dibandingkan dengan
berhubungan dengan perilaku seksual remaja peran orang tua baik.Teori Beansay yang
dengan nilai p=0,000, OR 27.343 CI 95% dikutip Inayati (2008), menyatakan bahwa
(55.078-847.082). Peran orang tua yang tidak kebanyakan orang tua yang paling banyak
40 Jurnal Ilmu dan Teknologi Kesehatan, Vol. 2, Nomor 2, Maret 2015, hlm : 35 - 40

bertanggung jawab pada diri anaknya ternyata Dariyo, A. 2004.Psikologi Perkembangan


bukan orang yang paling dekat dengan Remaja. Ghalia Indonesia. Bogor
anaknya.Orang tua harus dapat merenungi
sudahkah menjadi orang tua yang dekat Depari , E. 2000. Pengarahan Media Massa
dengan remaja, menjadi sahabat mereka, terhadap opini masyarakat, Jakarta:
mendampingi mereka dan selalu ada di saat PKBI.
mereka membutuhkan.Lingkungan rumah Elisabet, B. H. 2006. Psikologi Perkembangan
khususnya orang tua merupakan tempat yang ,SKT Erlangga, edisi Kelima.
penting bagi anak remaja yang tumbuh akan
berkembang menjadi dewasa. Ini dapat Inayati, U. 2008. Peran Orang Tua dalam
diartikan jika remaja mempunyai orang tua Mendidik Anak, Jakarta No.6/XII,
yang tidak berperan baik, maka remaja akan Oktober-November 2008
berpotensi untuk berperilaku seksual yang
berat/ beresiko dan peran orang tua yang baik Notoadmodjo, S. 2007. Pengantar Pendidikan
akan memberikan rasa nyaman bagi remaja. Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Andi Offset.
KESIMPULAN Nurhayati. 2009.Faktor- faktor yang
Hasil penelitian menggambarkan bahwa 51.8 berhubungan dengan perilaku Seksual
% responden berprilaku seksual berat, 6.45% Siswa SMAN 27.Jakarta.
telah melakukan hubungan seksual.
Ditemukan ada hubungan antarajenis kelamin, R a s y i d . 2 0 0 7 . F a k t o r- f a k t o r y a n g
pengetahuan kespro, pendidikan orang tua, berhubungan dengan perilaku seksual
lingkungan tempat tinggal, teman sebaya, di SMK Semarang
dan peran orang tua dengan perilaku Sarwono, S. W. 2008. Psikologi Remaja.
seksual.Variabel paling dominan berhubungan Jakarta: Penerbit P.T Raja Grafindo
dengan perilaku seksual remaja adalah peran Persada.
orang tua. Orang tua harus mampu melakukan
pendekatan kepada remaja sehingga bisa Sugiri, S. 2010. Informasi Kesehatan
membimbing remaja untuk berperilaku seksual Reproduksi Remaja oleh Pendidik
baik. Oleh karena itu orang tua perlu diberikan Sebaya. Jakarta: BKKBN Direktorat
informasi yang tepat tentang kesehatan Remaja dan Perlindungan Hak-hak
reproduksi dan mengakses informasi dari Reproduksi.
berbagai media. Perlu upaya peningkatan dan
pengembangan program kesehatan reproduksi Wiknjosastro, G., dkk. 2006. Modul Mahasiswi
dan penyebarluasan informasi tentang Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Penerbit
kesehatan reproduksi, melalui program Yayasan Pendidikan Kesehatan
promosi kesehatan baik kepada orang tua Perempuan (YPKP) bekerjasama dengan
maupun remaja. Pusat Tenaga Kesehatan (Pusdiknakes)
DEPKES dan Ikatan Bidan Indonesia
DAFTAR RUJUKAN (IBI).
Agustina, S. 2004. Faktor- Faktor Yang
Berhubungan Dengan Perilaku Seksual
Remaja Di Panti Sosial Bina Remaja
"Taruna Jaya" Tebet Jakarta Selatan.

Anda mungkin juga menyukai