Anda di halaman 1dari 8

NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal.

pp-pp)

Hubungan Komunikasi Orang Tua dan Remaja dengan Perilaku Seksual


Berisiko di SMA “G” Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2019

Haristio Maulanaa, Fitra Yeni, S.Kp MAb, Ns. Windy Freska, S.Kep, M.Kepc
a
Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Universitas Andalas, Limau Manis Pauh, Padang,
25163,Indonesia
b
Pembimbing I Program Studi S1 Keperawatan Universitas Andalas, Limau Manis Pauh,
Padang, 25163,Indonesia
c
Pembimbing II Program Studi S1 Keperawatan Universitas Andalas, Limau Manis Pauh,
Padang, 25163,Indonesia
e-mail korespondensi: email@domain.com

Abstract
The risky sexual behaviour on adolescent is increasing year by year, from touching, kissing, petting to
the coitus. The risky sexual behaviour affects the psychological, physiological and social health
condition. An adolescent has a high prevelance towards unintended pregnancy, sexual infectious
disease, abortion, HIV and AIDS. Nine out of ten respondents confessed to have a holding hand with
their partner. Risky sexual behavior is inseparable from the parents role as communicators. This
research is aimed at finding out the relation between parent-adolescents communication and risky
sexual behavior at SMA “G” Lima Puluh Kota Regancy in 2019. This research was conducted from
January to July 2019. The method used in this research is quantitative with cross sectional study
design. This research was conducted at SMA “G” Lima Puluh Kota Regancy involving 220
respondents chosen through simple random sampling and using SCS questionnaries (Sexual
Communication Scale). The result of this research show that 60,9% of the respondents have low
communication and 6,9% of the respondents have risky sexual behavior. The result of the statistics
test chi square indicates that there is a meaningful relationship between parent-adolescent
communication and risky sexual behavior (p=0,000). This study’s result was expected. It is expected
that the health service gives a health intervention promoting by using the focus group discussion
(FGD) method that involving parents and adolescents in order to decrease the risky sexual behaviour
on adolescent.

Keywords : Adolescent, Parent-Adolescent Communication, Risky Sexual Behavior

Abstrak
Perilaku seksual berisiko pada remaja dari tahun ketahun terus meningkat, mulai dari bersentuhan
(touching), berciuman (kissing), bercumbu (petting) hingga berhubungan badan (coitus). Perilaku
seksual berisiko berdampak terhadap kesehatan psikologis, fisiologis dan sosial. Remaja memiliki
prevalensi yang tinggi dalam kasus kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), penyakit menular seksual
(PMS), aborsi, HIV dan AIDS. Dari sepuluh responden, sembilan diantaranya mengaku pernah
berpegangan tangan dengan lawan jenis. Perilaku seksual berisiko tidak terlepas dari peran orang tua
yaitu sebagai komunikator. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara komunikasi
orang tua dan remaja dengan perilaku seksual berisiko di SMA “G” Kabuaten Lima Puluh Kota tahun
2019. Penelitian ini dilakukan dari Januari – Juli 2019. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan
desain penelitian cross sectional study. Penelitian ini dilakukan pada 220 responden, diambil secara
simple random sampling. Penelitian ini dilakukan di SMA “G” Kabupaten Lima Puluh Kota.
Penelitian ini menggunakan kuesioner SCS (Sexual Communication Scale). Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa 60,9% responden memiliki tingkat komunikasi yang rendah dan sebanyak 6,6%
responden memiliki perilaku seksual berisiko tinggi. Hasil uji statistik chi square menunjukkan ada
hubungan bermakna antara komunikasi orang tua dan remaja dengan perilaku seksual berisiko (p =
0,000). Diharapkan pelayanan kesehatan dapat memberikan intervensi promosi kesehatan dengan

Haristio Maulana, dkk., Hubungan Komunikasi Orang Tua .... pp


NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)
metode focus group discussion (FGD) yang melibatkan orang tua dan anak dalam upaya menurunkan
perilaku seksual berisiko pada remaja.

Kata kunci : Komunikasi orang tua dan remaja, Perilaku seksual berisiko, Remaja

PENDAHULUAN kepada perilaku seksual berisiko (Soejoeti,


Menurut WHO remaja atau disebut 2001).
juga dengan adolescent merupakan mereka
yang berada pada rentang usia 10 hingga 19 Remaja cenderung berani mengambil
tahun. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan risiko tanpa melakukan pertimbangan terlebih
RI nomor 25 tahun 2014, remaja adalah dahulu atas perbuatan mereka Remaja
penduduk yang berada pada rentang usia 10-18 cenderung berani mengambil risiko tanpa
tahun. Sementara itu Badan Kependudukan melakukan pertimbangan terlebih dahulu atas
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) perbuatan mereka, jika keputusan yang mereka
menjelaskan rentang usia remaja adalah 10 ambil tidak tepat dalam menghadapi konflik,
hingga 24 tahun dan belum menikah. Jumlah maka mereka akan terjerumus kedalam
remaja diperkirakan sekitar 18% dari jumlah perilaku berisiko dan akan menanggung akibat
penduduk dunia atau sekitar 1,2 milyar jiwa jangka panjang dan jangka pendek baik itu
(WHO, 2015). Di Indonesia hasil Survei masalah kesehatan fisik maupun psikososial
Penduduk Antar Sensus 2015 menunjukkan (Kemenkes RI, 2015). Menurut Behrman et al
bahwa jumlah penduduk yang berusia 15-24 (2004) remaja memiliki pengetahuan tentang
tahun mencapai 16,5% dari total jumlah penyakit seksual menular dan risiko kehamilan
penduduk indonesia atau sekitar 42.061,2 juta akibat perilaku seksual berisiko, namun
jiwa. Sedangkan di Sumatera barat remaja perilaku mereka tidak dapat dikontrol oleh
pada tahun 2016 yang berusia 15-19 tahun pengetahuan tersebut.
berjumlah 982.484 orang dari 4.846.909 orang. Menurut Duvall dan Miller (1985)
Berdasarkan usia, Remaja bersentuhan (touching), berciuman (kissing),
dikelompokkan menjadi tiga yaitu remaja awal bercumbu (petting), dan melakukan hubungan
(11-14 tahun), remaja tengah (14-16 tahun) seksual (sexual intercours/coitus) merupakan
dam remaja akhir (17-20 tahun) (Kyle & contoh dari perilaku seksual. Data dari SDKI
Carman, 2013). Siswa SMA berada pada dan SKRRI dari tahun 2007 sampai 2012
kelompok remaja pertengahan, pada tahapan angka perilaku seksual berisiko para remaja
ini akan timbul keinginan untuk berkencan dan meningkat yaitu berpegangan tangan dari
berkhayal tentang aktifitas seksual sehingga 68,3% menjadi 72% pada remaja perempuan
mereka akan mencoba untuk dan 69% menjadi 80% pada remaja laki-laki,
merealisasikannya (Hurlock, 2011). Remaja perilaku berciuman dari 41,2% menjadi 48%
akan memikirkan apakah dirinya menarik pada remaja laki-laki dan 29,3% menjadi 30%
secara seksual, bagaimana melakukan pada remaja perempuan, perilaku meraba atau
hubungan seksual, bagaimana kehidupan merangsang bagian tubuh dari 26,5% menjadi
seksual mereka dan keingintahuan mereka 30% pada remaja laki-laki sedangkan pada
akan seksualitas yang hampir tidak dapat remaja perempuan mengalami penurunan yaitu
dipuaskan (Santrock, 2011). dari 9,1% menjadi 6%. Sebanyak 19,1%
Pada remaja yang sehat, seks remaja laki-laki yang berusia 15-24 tahun
merupakan kebutuhan yang alamiah, dimana mengaku pernah melakukan hubungan seks
dorongan seksual (libido seksualitas) dan pranikah. Sedangkan remaja perempuan yang
tanda-tanda seksual sekunder (misalnya, berusia 15-24 tahun yang mengaku pernah
payudara, haid dan mimpi basah) akan muncul. melakukan hubungan seks pranikah berjumlah
Seiring dengan meningkatnya gejolak seksual, 2,3 %. (BPS, BKKBN, Kemenkes & ICF
remaja akan memenuhi kebutuhan alamiah Internasional, 2013).
tersebut dengan cara-cara yang mereka ketahui Komisi Perlindungan Anak Indonesia
yang diperoleh dari media, penuturan teman (KPAI) mencatat bahwa pada tahun 2016 di
dan lainnya yang belum tentu kebenarannya, Sumatera Barat terdapat 107 kasus perilaku
sehingga hal tersebut akan membawa mereka seksual, 17 kasus diantaranya merupakan
kasus perilaku seksual pranikah. Perilaku
Haristio Maulana, dkk., Hubungan Komunikasi Orang Tua .... pp
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)
seksual pranikah ini 58,82% terjadi pada siswa mereka jika mereka memiliki komunikasi yang
dan siswi SMA. Sementara itu menurut Badan terbuka dengan orang tua mereka. Tetapi, di
Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2016 Indonesia komunikasi terkait reproduksi dan
terdapat 10,22% pasangan yang menikah seksualitas dibatasi serta merupakan hal yang
dibawah usia 18 tahun dari 10.200 rumah tabu untuk dibicarakan oleh orang tua dan
tangga atau 1 dari 4 anak menikah dibawah remaja (Nurachmah et al, 2018).
usia 18 tahun. Berita yang di muat dalam website
Perilaku seksual berisiko berdampak resmi Padang Ekspres (2014), Kabupaten Lima
negatif pada aspek psikologis, fisiologis dan Puluh Kota dihebohkan dengan kabar yang
sosial (Sarwono, 2012). Selain itu Center for memprihatinkan yaitu arisan seks dikalangan
Disease Control and Prevention (2015) pelajar SMA. Ada 3 pelajar yang tidak ikut
dampak fisiologis dari perilaku seksual ujian nasional (UN) karena hamil diluar nikah.
berisiko adalah penularan penyakit menular Setelah ditelusuri, ketiga pelajar itu ternyata
seksual (PMS), terinfeksi HIV, dan kehamilan hamil karena ikut dalam arisan seks. Seperti
yang tidak diinginkan (KTD). Pada tahun 2015 layaknya arisan, mereka awalnya membuat
di Amerika serikat sebanyak 22% orang yang komunitas sendiri. Lalu, menggelar
terinfeksi HIV berada pada rentang usia 14-24 pertemuan , mengadakan undian dan mencabut
tahun, sedangkan kasus PMS yang dilaporkan lotting.
setiap tahun hampir mencapai 20 juta kasus Pada tahun 2018 di SMA G Kabupaten
pada rentang usia 15-24 tahun. Di Indonesia Lima Puluh Kota, terdapat 1 orang siswi yang
data dari SKRRI 2012, menyatakan bahwa hamil diluar nikah dan 1 orang siswa yang
10% remaja perempuan yang berusia 15-19 menghamili perempuan kenalannya dan pada
tahun pernah melahirkan atau sedang hamil tahun 2019 terdapat 1 siswi yang hamil diluar
anak pertama. Sedangkan kasus HIV/AIDS nikah. Hasil dari studi pendahuluan, 9 dari 10
berdasarkan laporan perkembangan HIV-AIDS responden mengaku pernah berpegangan
triwulan I (Januari-Maret 2017) dilaporkan tangan dengan lawan jenis, alasan mereka
bahwa 20,8% penduduk yang berusia 15-24 adalah mereka menganggap berpegangan
tahun terinfeksi HIV sedangkan sebanyak tangan tidak masalah dan biasa dilakukan.
2,1% penduduk yang berusia 15-19 tahun Berdasarkan dari latar belakang di atas
dilaporkan mengidap AIDS (Kemenkes RI, maka peneliti tertarik untuk melakukan
2017). Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) penelitian mengenai hubungan komunikasi
tahun 2013 mencatat proporsi kehamilan pada orang tua dan remaja dengan perilaku seksual
usia kurang dari 15 tahun yaitu sebanyak berisiko pada siswa SMA G Kabupaten Lima
(0,03%) dan usia 15-19 tahun sebanyak 1,97%. Puluh Kota.
Perilaku seksual berisiko pada remaja
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor METODE
biologis, faktor sosial, pengaruh teman sebaya, Penelitian ini merupakan penelitian
media dan faktor keluarga termasuk di kuantitatif yang menggunakan metode
dalamnya hubungan orang tua dan anak, deskriptif korelatif yang bertujuan untuk
parental monitoring, dan komunikasi orang tua mengetahui apakah ada hubungan antara
dan anak (Miller et al, dalam crockett et al, variabel independen dengan variabel
2003). Komunikasi orang tua dan anak adalah dependen. Penelitian ini menggunakan desain
hal yang sangat penting dari bagian cross sectional yaitu pengukuran terhadap
pemantauan dan pengawasan dari orang tua variabel independen dan dependen yang
terhadap anak mereka terkhusus kepada remaja dilakukan pada satu waktu (Notoatmodjo,
(Kirkman, Rosenthal, & Feldman, 2005). 2010). Sampel dalam penelitian ini sebanyak
komunikasi orang tua dan remaja yang 220 responden, diambil secara simple random
terbuka, jujur, nyaman dan berbobot tentang sampling. Penelitian ini dilakukan di SMA “G”
seksualitas dapat mengurangi perilaku seksual Kabupaten Lima Puluh Kota dari Januari-Juli
berisiko pada remaja, karena remaja 2019. Penelitian ini menggunakan kuesioner
menjadikan orang tua mereka sebagai SCS (Sexual Communication Scale).
informan terkait seksualitas yang sangat
berpengaruh terhadap keputusan mereka
tentang seks. HASIL
Menurut Looze et al, (2015), anak-
anak akan lebih menjaga perilaku seksual
Haristio Maulana, dkk., Hubungan Komunikasi Orang Tua .... pp
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)

Pada penelitian ini, uji hipotesis remaja dengan perilaku seksual berisiko
untuk mengetahui hubungan antara (P=0,003).
komunikasi orang tua dan remaja dengan Menurut Kyle & Carman, (2013)
perilaku seksal berisiko menggunakan uji Orang tua dengan komunikasi yang baik
dengan anak mereka, bukan berarti bahwa
chi-square. Adapun hasil yang diperoleh
orang tua menerima gagasan atau tindakannya
sebagai berikut: tetapi orang tua bersedia mendengarkan dan
menegosiasikan beberapa batasan untuk
mengurangi pengambilan perilaku yang
Tabel 1. Hubungan Komunikasi Orang berisiko. Dalam penelitian ini didapatkan data
Tua dan Remaja dengan Perilaku Seksual bahwa dari 86 responden yang memiliki
Berisiko di SMA “G” Kabupaten Lima tingkat komunikasi yang tinggi, 40,7%
Puluh Kota Tahun 2019 diantaranya dikategorikan dalam perilaku
Perilaku Seksual berisiko seksual yang tidak berisiko dan 1,2% di
Komunik kategorikan berisiko tinggi. Sedangkan dari
asi Orang
Tidak Rendah Tinggi Total 134 responden yang memiliki tingkat
Tua dan
Remaja
berisiko komunikasi yang rendah hanya 8,2%
responden yang berada pada kategori tidak
f % f % f % f %
berisiko sedangkan sebanyak 9,7%
Rendah 11 8,2 110 82, 13 9,7 134 10 dikategorikan berisiko tinggi.
1 0 Menurut Harris (2016), komunikasi
Tinggi 35 40, 50 58, 1 1,2 86 10 orang tua dan remaja yang terbuka dan jujur
7 1 0 terkait seksualitas dapat mengurangi perilaku
seksual berisiko pada remaja, karena remaja
Total 46 20, 160 72, 14 6,4 220 10
9 7 0 menjadikan orang tua mereka sebagai
informan terkait seksualitas yang sangat
Berdasarkan Tabel 1. didapatkan berpengaruh terhadap keputusan mereka
data bahwa dari 134 responden dengan tentang seks. Komunikasi seksual yang terbuka
tingkat komunikasi yang rendah, sebanyak tersebut seperti “Saya merasa yakin kalau
13 orang (9,7%) diantaranya memiliki saya/orangtua bisa memberikan informasi
perilaku seksual berisiko tinggi dan 11 seksual kepada saya/kepada orang tua dengan
cara yang tidak menghakimi” (Aronowitz, et
orang (8,2%) berperilaku seksual tidak
al, 2015).
berisiko. Sedangkan dari 86 responden Selain itu, orang tua juga akan
yang memiliki tingkat komunikasi yang menunda pembicaraan tentang seksualitas
tinggi, 1 orang (1,2%) diantaranya kepada anak mereka karena mereka takut
memiliki perilaku seksual berisiko tinggi membicarakan hal tersebut, mereka
dan 35 orang (40,7%) berperlaku seksual menganggap jika membicarakan tentang
tidak berisiko. Hasil uji statistik chi square seksualitas akan memberi izin untuk
didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05), maka mengeksplorasi perilaku seksual. Padahal,
disimpulkan bahwa terdapat hubungan komunikasi orang tua- anak sangat
yang bermakna antara komunikasi orang berpengaruh terhadap penurunan perilaku
tua dan remaja dengan perilaku seksual seksual yang berisiko (Ashcraft & Murray,
2016).
berisiko.
Berdasarkan hasil penelitian,
responden yang memiliki tingkat komunikasi
PEMBAHASAN yang tinggi masih ada yang berperilaku
Berdasarkan hasil uji chi square seksual berisiko tinggi yaitu sebanyak 1,2%.
didapatkan bahwa p value = 0,000 (p<0,005) Menurut peneliti hal tersebut disebabkan oleh
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor lain yang menyebabkan
hubungan antara komunikasi orang tua dan responden berperilaku seksual berisiko seperti
remaja dengan perilaku seksual berisiko pada faktor sosial, pengaruh teman sebaya dan
remaja di SMA “G” Kabupaten Lima Puluh media (Miller et al, dalam crockett et al, 2003).
Kota. Penelitian yang dilakukan oleh Gustina, Menurut Zhang, et al (2017) dalam
E (2017) juga menyebutkan bahwa terdapat upaya meningkatkan komunikasi seksual
hubungan antara komunikasi orang tua dan antara orang tua dan remaja, promosi
Haristio Maulana, dkk., Hubungan Komunikasi Orang Tua .... pp
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)
kesehatan dengan metode focus group Badan Psusat Statistik (BPS), Badan
discussion (FGD) yang membahas topik Kependudukan dan Keluarga
berhubungan badan, kontrol kehamilan, Berencana Nasional (BKKBN),
HIV/AIDS dan penggunaan alat kontrasepsi
Kementrian Kesehatan (Kemenkes),
dapat dilakukan untuk menurunkan perilaku
seksual berisiko pada remaja. Namun dalam dan ICF International. (2013).
penelitian ini ditemukan bahwa sebagian besar Indonesia Demographic and Health
responden tidak pernah membicarakan topik- Survey 2012. Jakarta, Indonesia:
topik tersebut yaitu sebanyak 91,8% responden BPS, BKKBN, Kemenkes and ICF
tidak pernah membicarakan topik berhubungan International.
badan, sebanyak 90,0% tidak pernah
membicarakan topik kontrol Barnes, Howard L & Olson, David H. (1985).
kehamilan,sebanyak 83,2% tidak pernah Parent-Adolescen Commununication
membicarakan topik HIV/AIDS dan sebanyak and the Circumplex Model. 2,
89,1% tidak pernah membicarakan topik
Family Development and the Child:
penggunaan alat kontrasepsi. Padalah topik-
topik tersebut efektif dibahas dalam focus Child Development, Vol. 56, No. 2.
group discussion (FGD) untuk menurunkan Hal 438-447 . St. Paul. University of
perilaku seksual berisiko pada remaja (Zhang, Minnesota.
et al, 2017).
Behrman R et al. (2004). Nelson Pediatrik
KESIMPULAN Nursing Edition. USA:
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan tentang Hubungan Komunikasi Elsevier
Orang Tua dan Remaja dengan Perilaku
Burn, Chaterine E. (2013). Pediatric Primary
Seksual Berisiko di SMA “G” Kabupaten
Lima Puluh Kota Tahun 2019 dapat ditarik Care. Fifth Edition. United
kesimpulan Terdapat hubungan yang Kingdom: Elsevier.
bermakna antara komunikasi orang tua dan
remaja dengan perilaku seksual berisiko pada Center for Disease Control and Prevention
remaja SMA “G” Kabupaten Lima Puluh Kota (CDC). (2017). Sexual Risk
dengan nilai p<0,05 yaitu p=0,000. Behaviours: HIV, STD, & Teen
Diharapkan pelayanan kesehatan Pregnancy Prevention Atlanta, Usa:
dapat membuat intervensi promosi kesehatan U.S Departement of Health &
dengan metode focus group discussion (FGD)
Human Service.
khusus membahas topik komunikasi seksual
antara orang tua dan anak yang melibatkan https://www.cdc.gov/healthyyouth/se
orang tua dan anak dalam upaya menurunkan xualbehaviors/index.htm.
perilaku seksual berisiko pada remaja.
Chandra, D. A., Rahmawati, I & Hardiani, R,
DAFTAR PUSTAKA S. (2014). Hubungan Tipe
Aronowitz T, et al. (2015). Sexual Kepribadian dengan Perilaku Seksual
Communication Intervention for Berisiko Remaja di SMKN X
African American Mothers & Jember. Jurnal Pustaka Kesehatan.
Daughter. Applied Nursing Vol 2 No 3.
Research. 28 (2015) 229-234.
Crockket L, Raffaeli M, Moilanen K. (2003).
Elsevier
Adolescent Sexuality: Behaviour and
Ashcraft, Amie M, & Pamela J. Murrary. Meaning. USA: Blackwell
(2016). Talking to Parent About Publishing.
Adolescent Sexuality. Department of
Dahlan S. (2011). Statistik Untuk Kedokteran
Pediatrics, West Virginia University
dan Kesehatan. Jakarta: Salemba
School of Medicine.
Medika.

Haristio Maulana, dkk., Hubungan Komunikasi Orang Tua .... pp


NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)
Dekeke dan Sandy. (2014). Factors Influencing Kementerian Kesehatan RI. (2015).
Sexual Risk Behaviours Among INFODATIN Pusat Data dan
Senior Hight Secondary School Informasi Kementerian Kesehatan RI
Students (Youths). International Situasi Kesehatan Remaja.
Journal of Scientific and Research
Publications, 4(8),1-32. Kirkman, M., Rosenthal, D. A., & Feldman,
S.S. (2005). Being Open With Your
Duvall, Evelyn Millis & Miller, Brent C. 1985. Mouth Shut: The Meaning Of
Marriage and Family Development ‘Openness’ in Family
(Sixth Edition). New York: Harper & Communication about Sexsuality.
Row Sex Education. 5(1), 49-66

Farida Y. Hubungan Pengetahuan, Status Kurniawati, Dwi M.(2018). Faktor-Faktor


Sosial Ekonomi, Pola Asuh Orang yang Berhubungan dengan Perilaku
Tua, Paparan Media Pornografi Seksual Pranikah Pada Remaja SMA
Dengan Perilaku Seksual Remaja Negeri S Padang Tahun 2018.
(Studi survey analitik di SMU Negeri Skripsi. Universitas Andalas,
Kabupaten Karawang). Jurnal Padang, Sumatera Barat.
Kebidanan. 2016;5(1):18-29.
Kyle, Terri & Carman, Susan. (2013).
Fikriyah, H. (2017). Hubungan Parental Essentials of Pediatric Nursing 2nd
Monitoring dan Pengaruh Teman Edition. China: Wolters Kluwer.
Sebaya dengan Perilaku Seksual
Berisiko Pada Remaja di SMP 1 Kyle, Terri & Carman, Susan. (2013).
Ulakan Tapakis Padang Pariaman. Pediatric Nursing Clinical Guide.
Skripsi. Universitas Andalas, China: Wolters Kluwer.
Padang, Sumatera Barat, Indonesia. Looze, Marghareta de., Constantine, Norman
Friedman, M., Bowden, V, R., & Jones, E. G. A., Jerman, Petra., Simit, Evelin
(2010). Buku Ajar Keperawatan Vermeulen., Bogt, Tom ter. (2015).
Keluarga Riset, Teori & Praktik Parent-adolescent Sexual
Edisi 5. Jakarta: EGC. Communicationand Its Association
with Adolescent Sexual Behaviour:
Gustina, E. (2017). Komunikasi Orangtu- A Nationally Representative
Remaja dan Pendidikan Orangtua Analysis in The Netherlands.
dengan Perilaku Seksual Berisiko Journal of Sex Research, 52, 257-
Pada Remaja. Unnes Journal of 268.
Public Health 6(2)(2017). pISSN
2252-6781. Menkes RI. (2014). Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014
Harris, A. (2016). Parent-Adolescent Sexual tentang Upaya Kesehatan Anak.
Communication. Nursing for
Women’s Health, Vol 20, issue 2, Morales A, et al. (2019). Adaption of an
211-217. Effective School-Based Sexual
Health Promoting Program For
Hurlock, E. B. 2011. Psikologi Perkembangan. Youth in Colombia. Social Science
Jakarta: Erlangga. & Medicine. S0277-9536(19)30011-
5.

Haristio Maulana, dkk., Hubungan Komunikasi Orang Tua .... pp


NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Santrock J.W. (2011). Life Span Development
Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Perkembangan Masa Hidup (Edisi
Rineka Cipta. Ketigabelas Jilid 1). Jakarta:
Erlangga.
Nurachmah, E et al. (2018). Mother-daughter
Communication about Sexual and Sarwono S. (2012). Psikologi Remaja. Jakarta :
Reprodictive Health Issue in Rajawali Pers.
Singkawang, West Kalimantan,
Indonesia. Enferm Clin. 2018;28 Soejoeti S,Z. (2001). Perilaku Seks Dikalangan
(Supl 1 Part A):172-175 Remaja dan Permasalahannya.
Artikel Medial Litbang Kesehatan
Nursal, D, G, A., dkk. (2018). Perilaku Depkes RI, 11, 30-35.
Seksual Pada Siswa SMA Negeri
Jalur Mandiri Kota Padang Tahun Somers, C. L., & Canivez, G. (2003). The
2018. 351/Kesehatan Masyarakat Sexual Communication Scale (SCS):
A measure of frequency of sexual
Nursalam. (2013). Konsep Penerapan Metode communication between parents and
Penelitian Ilmu Keperawatan. adolescents. Adolescence, 38 (149),
Jakarta: Salemba Medika. 43-56.

Parkes, A., Henderson, M., Wight, D. And Survei Demografi Kesehatan Indonesia.
Nixon, C. (2011). Is Parenting Kesehatan Reproduksi Remaja.
Associated With Teenagers’ Early Jakarta: SDKI, BPS dan BKKBN;
Sexual Risk-Taking, Autonomy And 2012.
Relationship With Sexual Partners?.
Perspectives On Sexual And Toomb, E. (2014). Evaluating The Parent
Reproductive Health, 43, 30–40. Adolescent Communication Toolkit:
Usability, Measure Assessment And
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Preliminary Content Effectiveness.
Kementerian Kesehatan RI. Laporan Thesis. Dalhousie University Halifax,
Perkembangan HIV-AIDS & Nova Scotia.
Penyakit Menular Seksual (PIMS)
Triwulan I Tahun 2017. Jakarta: WHO. Adolescent: Health Risk and Solutions
Kementerian Kesehatan RI,, 2017 24 [Fact Sheet]. WHO; 2017.
Mei 2017. Report No.: Contract No.: http://www.who.int/mediacentre/fact
PM.02.02/3/1508/2017. sheets/fs345/en/.

Potter & Perry. (2013). Fundamentals of Widman et al, (2014). Sexual Communication
Nursing. USA: Mosby. Between Early Adolescents and
Their DaTing Partner, Parents, and
Potter PA, Perry AG. Fundamental Best Friends. Journal Of Sex
Keperawatan (Adrina F, Research, 51(7),731-741,2014.
Penerj).Jakarta: EGC; 2009.
Widyatuti, Citra, H.S, Astuti, Y.N. (2018).
Putri, T, H., Fanani, A. (2013). Komunikasi Correlation Between Parent-
Kesehatan Komunikasi Efektif untuk Adolescent Communication and
Perubahan Perilaku Adolescents’ Premarital Sex Risk.
Kesehatan.Yogyakarta: Merkid Press Enferm Clin. 2018;28(Sipl 1 part A):
51-54. Elsevier
Saam, Z., Wahyuni, S. (2012). Psikologi
Keperawatan. Jakarta: PT World Health Organization (WHO). (2015).
RajaGrafidndo Persada. Adolescent Development: Topic at
Haristio Maulana, dkk., Hubungan Komunikasi Orang Tua .... pp
NERS: Jurnal Keperawatan,Volume nn, No. x, Maret 20yy, (Hal. pp-pp)
Glance, diunduh dari Increases Mother-Son
http://www.who.int/maternal Communication About Sexual Risk
_child_adolescent/topics/adolescene/ Reduction Among Inner-City
dev/en/# African-American. Journal Of
Adolescent Heatlh 000 (2018) 1-6.
Zhang J, Cederbaum, et al. (2017). Theory- Elsevier.
Based Behavioral Intervention

Haristio Maulana, dkk., Hubungan Komunikasi Orang Tua .... pp

Anda mungkin juga menyukai