Anda di halaman 1dari 33

A.

Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan
kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses proses dalam tubuh
manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan
hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting
dalam tubuhnya serta mengeluarkan sisanya. Nutrisi dapat dikatakan
sebagai ilmu tentang makanan, zat-zat gizi dan zat lain yang terkandung,
aksi reaksi dan keseimbangan yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit. (Wartonah, 2010)
Nutrisi adalah elemen yang dibutuhkan untuk proses dan fungsi tubuh.
Kebutuhan energi didapatkan dari berbagai nutrisi, seperti: karbohidrat,
protein, lemak, air, vitamin, dan mineral. Makanan terkadang
dideskripsikan berdasarkan kepadatan nutrisi mereka, yaitu proporsi nutrisi
yang penting berdasarkan jumlah kilokalori. Makanan dengan kepadatan
nutrisi yang rendah, seperti alkohol atau gula, adalah makanan yang tinggi
kilokalori tetapi rendah nutrisi. (Potter & Perry, 2010; 274).
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah keadaaan dimana individu
yang mengalami kekurangan asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan
metabolic. (Wilkinso Judith M. 2007)
Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah intake nutrisi tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolic. (Nanda. 2005-2006)
Berdasarkan pengertian para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
nutrisi adalah zat gizi dan zat lain, yang menunjang kelangsungan tumbuh
kembang, proses dan fungsi di dalam tubuh yang didapatkan dari
karbohidrat, protein, lemak, air, vitamin, dan mineral, untuk menunjang
kesehatan.
2. Klasifikasi Gangguan Nutrisi
Secara umum, gangguan kebutuhan nutrisi terdiri atas kekurangan
dankelebihan nutrisi, obesitas, malnutrisi, Diabetes Melitus, Hipertensi,
Jantung Koroner, Kanker, Anoreksia Nervosa.
a. Kekurangan nutrisi
Kekurangan nutrisi merupakan keadaan yang dialami seseorang
dalamkeadaan tidak berpuasa (normal) atau resiko penurunan berat
badan akibatketidakmampuan asupan nutrisi untuk kebutuhan
metabolisme. Tanda klinis :
1) Berat badan 10-20% dibawah normal
2) Tinggi badan dibawah ideal
3) Lingkar kulit triseps lengan tengah kurang dari 60% ukuran standar
4) Adanya kelemahan dan nyeri tekan pada otot
5) Adanya penurunan albumin serum
6) Adanya penurunan transferin
b. Kelebihan nutrisi
Kelebihan nutrisi merupakan suatu keadaan yang dialami seseorang
yang mempunyai resiko peningkatan berat badan akibat asupan
kebutuhan metabolisme secara berlebihan. Tanda klinis :
1) Berat badan lebih dari 10% berat ideal
2) Obesitas (lebih dari 20 % berat ideal)
3) Lipatan kulit trisep lebih dari 15 mm pada pria dan 25 mm pada
wanita
4) Adanya jumlah asupan berlebihan aktivitas menurun atau monoton.
c. Obesitas
Obesitas merupakan masalah peningkatan berat badan yangmencapai
lebih dari 20% berat badan normal. Status nutrisinya adalah
melebihikebutuhan asupan kalori dan penurunan dalam penggunaan
kalori.
d. Malnutrisi
Malnutrisi merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan
zatgizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah
asupan zat giziyang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh. Gejala
umumnya adalah berat badanrendah dengan asupan makanan yang
cukup atau asupan kurang dari kebutuhantubuh, adanya kelemahan
otot dan penurunan energi, pucat pada kulit, membranemukosa,
konjungtiva dan lain- lain.
1) Kwarshiorkor
Merupakan gangguan yang disebabkan oleh kekurangan protein
atau defisiensi nutrient lainnya yang biasa dijumpai pada bayi
masa dipisah dan anak pra sekolah (balita).
2) Protein Calorie Malnutrition (PCM/PEM)
Suatu kondisi status nutrisi buruk akibat kurangnya kualitas dan
kuantitas konsumsi nutrisi, dengan kategori sebagai berikut :
PCM/ PEM ringan : BB < 80 % BB Normal sesuai umur.
PCM/ PEM sedang : BB 60 % BB Normal sesuai umur s/d 80 %
BB Normal.
PCM/ PEM berat : BB < 60 % BB Normal sesuai umur.
3) Marasmus
Merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi yang paling buruk
yang sering ditemui pada balita yang disebabkan karena masukan
makanan yang sangat kurang, infeksi, pembawaan lahir
prematunitas, penyakit pada masa neonatus, serta kesehatan
lingkungan.
4) Obesitas
Kelebihan lemak tubuh yang terakumulasi sedemikian rupa
sehingga menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan dan
meningkatkan masalah kesehatan.
5) Under Weight
Merupakan masalah yang berhubungan dengan kekurangan zat
gizi pada tingkat seluler atau dapat dikatakan sebagai masalah
asupan gizi yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh.
6) Diabetes mellitus
Diabetes Melitus merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang
ditandaidengan adanya gangguan metabolism karbohidrat akibat
kekurangan insulin ataupenggunaan karbohidrat secara
berlebihan.
7) Hipertensi
Hipertensi merupakan gangguan nutrisi yang juga disebabkan
olehberbagai masalah pemenuhan kebutuhan nutrisi seperti
penyebab dari adanyaobesitas, serta asupan kalsium, natrium, dan
gaya hidup yang berlebihan.
8) Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner merupakan gangguan nutrisi yang
seringdisebabkan oleh adanya peningkatan kolesterol darah dan
merokok. Saat ini,penyakit jantung koroner sering dialami karena
adanya perilaku atau gaya hidupyang tidak sehat, obesitas dan
lain-lain.
9) Kanker
Kanker merupakan gangguan kebutuhan nutrisi yang disebabkan
olehpengonsumsian lemak secara berlebihan.

3. Jenis-jenis Nutrisi
a. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi yang terdapat dalam makanan, pada
umumnya dalam bentuk amilum. Pembentukan amilum terjadi dalam
mulut melalui enzim ptyalin yang ada dalam air ludah. Amilum di
ubah menjadi maltosa, kemudian diteruskan ke dalam lambung. Dari
lambung hidrat arang dikirim terus ke usus dua belas jari. Getah
pancreas yang dialirkan ke usus dua belas jari mengandung amylase.
Dengan demikian, sisa amilum yang belum diunah menjadi maltose
oleh amylase pancreas diubah seluruhnya menjadi maltose.Maltosa ini
kemudian di teruskan ke dalam usus halus. Usus halus mengeluarkan
getah pancreas hidrat arang, yaitu maltose yang bertugas mengubah
maltose menjadi dua molekul glukosa sakarosa, fruktosa dan glukosa.
Laktose bertugas mengubah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa .
Setelah berada dalam usus halus, seluruhnya akan di ubah menjadi
monosakarida oleh enzim-enzim tadi.
Penyerapan karbohidrat yang dikonsumsi atau dimakan masih dapat di
temukan dalam tiga bentuk, yaitu polisakarida, disakarida, dan
monosakarida. Disakarida dan monosakarida mempunyai sifat mudah
larut dalam air sehingga dapat diserap melewati dinding usus/ mukosa
usus mengikuti hokum difusi osmose dan tidak memerlukan tenaga
serta langsung memasuki pembuluh darah. Proses penyerapan yang
tidak memerlukan tenaga dan mengikuti hokum difusi osmose dikenal
sebagai penyebaran pasif.
b. Lemak
Pencernaan lemak di mulai dari lambung (walaupun hanya sedikit),
karena dalam mulut tidak ada enzim pemecah lemak. Lambung
mengeluarkan enzim lipase untuk mengubah sebagian kecil lemak
menjadi asam lemak dan gliserin, kemudian di angkut melalui getah
bening dan selanjutnya masuk ke dalam peredaran darah untuk
kemudian tiba di hati.Sintesis kembali terjadi saluran getah bening
mengubah lemak gliserin menjadi lemak seperti aslinya. Penyerapan
lemak dilakukan secara pasif setelah lemak diubah menjadi gliserol
asam lemak.Asam lemak mempunyai sifat empedu, asam lemak yang
teremulusi ini mampu diserap melewati dinding usus halus. Penyrapan
membutuhkan tenaga, lagi pula tidak semua lemak dapat diserap,
maka penyerapan lemak dikatakan dengan cara aktif selektif.
Kebutuhan Energi per Hari

Umur Berat Badan Tinggi Energi ( Kkal )


(kg) Badan (cm)
0 – 6 bulan 5,5 60 560
7 – 12 bulan 8,5 71 800
1 – 3 tahun 12 89 1220
4 – 6 tahun 18 108 1720
7 – 9 tahun 23,5 120 1860
Pria
10 – 12 tahun 30 135 1950
13 – 15 tahun 40 152 2200
16 – 19 tahun 53 160 2360
20 - 59 tahun 56 162 2400
60 tahun 56 162 1960
Wanita
10 – 12 tahun 32 139 1750
13 – 15 tahun 42 153 1900
16 – 19 tahun 46 154 1850
20 59 tahun 50 154 1900
60 tahun 50 154 1700

c. Protein
Kelenjar ludah dalam mulut tidak membuat enzim protease. Enzim
protease baru terdapat dalam lambung, yaitu pepsin , yang mengubah
protein menjadi albuminosa dan pepton. Kemudian, trispsin dalam
usus dua belas jari yang berasal dari pankreas mengubah sisa protein
yang belum sempurna menjadi albuminosa dan pepton.Dalam usus
halus, albuminosa dan pepton seluruhnya diubah oleh enzim pepsin
menjadi asam-asam amino yang siap untuk diserap. Protein yang telah
diubah ke dalam bentuk asam amino mempunyai sifat larut dalam
air.Seperti halnya hidrat arang, asam amino yang mudah larut dalam
air ini juga dapat diserap secara pasif dan langsung memasuki
pembuluh darah.

Kebutuhan Protein per Hari

Umur Berat Badan Tinggi Badan Protein


(kg) (cm) (gr)
0 – 6 Bulan 5,5 60 12
7 – 12 Bulan 8,5 71 15
1 – 3 Tahun 12 89 23
4 – 6 Tahun 18 108 32
7 – 9 Tahun 23,5 120 36
Pria
10 – 12 Tahun 30 135 45
13 – 15 Tahun 40 152 57
16 – 19 Tahun 53 160 62
20 – 59 Tahun 56 162 50
60 Tahun 56 162 50
Wanita
10 – 12 Tahun 32 139 49
13 – 15 Tahun 42 153 47
16 – 19 Tahun 46 154 47
20 – 59 Tahun 50 154 44
60 Tahun 50 154 44

d. Mineral
Mineral tidak membutuhkan percernaan. Mineral hadir dalam bentuk
tertentu sehingga tubuh mudah untuk memprosesnya. Umumnya,
mineral diserap dengan mudah melalui dinding usus halus secara
difusi pasif maupun transportasi aktif. Mekanisme transportasi aktif
penting jika kebutuhan tubuh meningkat atau adanya diet rendah
kadar mineral. Hormon adalah zat yang memegang peranan penting
dalam mengatur mekanisme aktif ini.Penyerapan dapat lebih jauh
dipengaruhi oleh isi system pencernaan. Beberapa senyawa organik
tertentu, seperti asam oxalit, akan menghambat penyerapan kalsium.
Mineral dipakai dalam berbagai hal. Beberapa dari mineral adalah
komponen esensial dari jaringan tubuh, sedang yang lainnya esensial
pada proses kimia tertentu.

Jenis Mineral, Sumber, dan Fungsi

Jenis Mineral Sumber Fungsi


Kalsium Susu Pembentukan gigi dan tulang,
aktivitas neuromuscular, dan
koagulasi (penggumpalan) darah.
Fosfor Telur, daging, Penyangga pembentukan tulang
dan susu dan gusi.
Yodium Garam Pengaturan metabolisme tubuh dan
beryodium dan memperlancar pertumbuhan.
makanan laut
Besi Hati, telur, dan Komponen hemoglobin dan
daging membantu oksidasi dalam sel.
Magnesium Biji-bijian, Pengaktifan enzim, pembentukan
susu, dan gigi dan tulang, dan membantu
daging kegiatan neuormuskular.
Zinc Makanan laut Bahan pembentuk enzim dan
dan hati insulin

Kebutuhan Mineral per Hari


Umur Berat Tinggi Kalsium Fosfor Besi Zinc Yodium
Badan badan (mg) (mg) (mg) (mg) (ug)
(kg) (cm)

0–6 5,5 60 600 200 3 3 50


Bulan

7 – 12 8,5 71 400 250 5 5 70


Bulan

1–3 12 89 500 250 8 10 70


Tahun

4–6 18 108 500 350 9 10 100


Tahun

7–9 23,5 120 500 400 10 10 120


Tahun

Pria

10 – 12 30 135 700 500 14 15 150


Tahun

13 – 15 40 152 700 500 17 15 150


Tahun

16 – 19 53 160 600 500 23 15 150


Tahun

20 – 59 56 162 500 500 13 15 150


Tahun

60 Tahun 56 162 500 500 13 15 150

Wanita
10 – 12 32 139 700 450 14 15 150
Tahun

13 – 15 42 153 700 450 19 15 150


Tahun

16 – 19 46 154 600 450 25 15 150


Tahun

20 – 59 50 154 500 450 26 15 150


Tahun

e. Vitamin
Pencernaan vitamin melibatkan penguraiannya menjadi molekul-
molekul yang lebih kecil sehingga dapat diserap dengan
efektif.Beberapa penyrapan vitamin dilakukan dengan difusi
sederhana, tetapi system transportasi aktif sangat penting untuk
memastikan pemasukan yang cukup. Vitamin yang larut dalam lemak
diserap oleh sistem transportasi aktif yang juga membawa lemak ke
seluruh tubuh, sedang vitamin yang larut dalam air mempunyai
beberapa variasi mekanisme transportasi aktif.
Jenis Vitamin, Sumber, dan Fungsi
Jenis Sumber Fungsi
Vitamin
Vitamin A Lemak hewani, mentega, Membantu pertumbuhan
keju, kuning telur, susu sel tubuh dan penglihatan,
lengkap, minyak ikan, menyehatkan rambut dan
sayuran hijau, buah yang kulit, integritas membrane
kuning, dan sayuran. epitel, dan mencegah
xerophtalmia.
Vitamin B1 Ikan, daging ayam tanpa Metabolisme karbohidrat,
(thiamin) lemak, kacang-kacangan, membantu kelancaran
Larut dalam dan susu. system pernafasan, dan
air mencegah beri-beri atau
penyakit yang ditandai
neuritis.
Vitamin B2 Telur, sayuran hijau, daging Membantu pembentukan
(riboflavin) tanpa lemak, susi, dan biji – enzim, pertumbuhan, dan
Larut dalam bijian. membantu adaptasi cahaya
air dalam mata.
Vitamin B3 Daging tanpa lemak, hati, Metabolisme karbohidrat,
(niacin) ikan, kacang-kacangan, biji lemak, protein, dan
-bijian, telur dan hati. komponen enzim seta
mencegah menurunnya
nafsu makan.
Vitamin B6 Biji-bijian, sayuran, daging, Membantu kesehatan gusi
(pyridoksin) pisang. dan gigi, pembentukan sel
darah merah, serta
metabolism karbohidrat,
lemak, dan protein.
Vitamin Hati, susu, daging tanpa Metabolisme protein,
B12 lemak, ikan, dan kerang membantu pembentukan
(cyanocobal laut. sel darah merah, kesehatan
amin ) jaringan, dan mencegah
anemia.
Vitamin C Jeruk, tomat, kubis, sayuran Menjaga kesehatan tulang,
atau hijau, dan kentang. gigi, dan gusi, membantu
ascorbutacid. pembentukan dinding
pembuluh darah dan
pembuluh kapiler,
kesembuhan jaringan dan
tulang, serta memudhkan
penyebaran zat besi dan
asam folat.
Vitamin D Minyak ikan, susu, kuning Membantu penyerapan
telur, mentega, hati, kerang, kalsium dan fosfor serta
atau terbentuk dikulit akibat mencegah rakhitis.
pemanasan sinar matahari.
Vitamin E Sayuran hijau Membantu pembentukan
(alpha sel darah merah dan
tocopherol ) melindungi asam amino
utama.
Vitamin Kuning telur, sayuran hijau, Kegiatan enzim dan
(biotin) susu, dan hati. metabolism karbohidrat,
lemak dan protein.
Vitamin K Hati, telur, dan sayuran Membantu produksi
hijau. protrombin.

f. Air
Air merupakan zat makanan paling mendasar yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia.Tubuh manusia terdiri atas 50% - 70% air. Asupan air
secara teratur sangat penting bagi makhlik hidup untuk bertahan hidup
dibandingkan dengan pemasukan nutrisi lain. Bayi memiliki proporsi
air yang lebih besar dibandingkan orang dewasa. Semakin tua umur
seseorang , maka proporsi air dalam tubuhnya akan semakin
berkurang. Pada orang dewasa, asupan air berkisar antara 1200 – 1500
cc per hari, namun dianjurkan sebanyak 1900 cc sebagai batas
optimum. Selain itu, air yang masuk ke tubuh melalui makanan lain
berkisar antara 500-900 cc per hari. Air juga dapat diperoleh melalui
hasil akhir proses oksidasi. Kebutuhan asupan air akan semakin
meningkat jika terjadi peningkatan pengeluaran air, misalnya melalui
keringat, muntah, diare, atau adanya gejala-gejala dihidrasi.
4. Etiologi
a. Fisiologi
1) Intake nutrient
2) Kemampuan mendapat dan mengolah makanan
3) Pengetahuan
4) Gangguan penelan atau menelan
5) Perasaan tidak nyaman setelah makan
6) Anoreksia
7) Nausea dan vomitus
8) Intake kalori dan lemak yang berlebihan
b. Kemampuan mencerna nutrient
Obstruksi mencerna cairan, mal absorbsi nutrient, DM.
c. Kebutuhan metabolisme
Pertumbuhan, stres, kanker.
d. Gaya hidup yang berlebihan
1) Kebiasaan makanan yang baik perlu diterapkan pada usia
foddierlusia menginjak 1 tahun.
2) Kebiasaan makanan lansia menghindari yg penting untuk dimakan.
e. Jenis kelamin
Metabolisme basal pada laki laki lebih besar dibandingkan dengan
wanita pada laki laki dibutuhkan BMRIO Kkal/kg/bb/jam.
f. Tinggi badan dan berat badan
Tinggi badan dan berat badan berpengaruh terhadap luas permukaan
tubuh, semakin luas permukaan tubuh maka semakin besar pengeluarn
panas, sehingga kebutuhn metabolisme basal tubuh juga menjadi
besar.
g. Status kesehatan
Nafsu makan yg baik adalah tanda yg sehat.

h. Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengruhi perubahan status gizi karena
penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang tidak
sedikit.
i. Alkohol dan obat
Penggunaan alkohol dan obat yang berlebihan memberi konstribusi
pada defisiensi nutrisi karena uang mungkin dibelanjakan untuk
alkohol daripada makanan. Obat obataan yg menekan nafsu makan
dapat menurunkan asupan zat gizi esensial. Obat obatan juga
menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absorpsi zat
gizi inteostin.

5. Faktor Predisposisi
Faktor pencetus dari gangguan nutrisi adalah berkurangnya nafsu makan
yang disebabkan oleh beberapa factor, yaitu :
a. Rasa nyeri
b. Depresi
c. Perubahan situasi lingkungan
d. Ansietas
e. Perbedaan makanan
f. Gangguan intake makanan
g. Waktu pemberian makanan tidak tepat

6. Patofisiologi
Kondisi fisiologis yang mempengaruhi status nutrisi termasuk tingkat
aktivitas, keadaan penyakit, kemampuan daya beli dan menyiapkan
makanan serta prosedur dan pengobatan yang dilakukan. Bergantung pada
tingkat aktivitas, maka nutrisi dan kilokalori diperlukan untuk
meningkatkan, sehingga tingkat aktivitas akan meningkat atau menurun.
Sementara, status penyakit dan prosedur atau pengobatan yang dilakukan
mempunyai dampak pada asupan makanan, pencernaan, absorbsi,
metabolisme dan ekskresi.
Beberapa kondisi fisiologis dapat menyebabkan menurunnya zar
makanan tertentu, dan suatu saat akan meningkat. Penyakit ginjal dapat
menurunkan kebutuhan protein oleh karena protein di ekskresi oleh ginjal.
Penyakit-penyakit fisik biasanya meningkatkan kebutuhan zat makanan.
Biasanya terjadi pada penyakit-penyakit saluran cerna.
Gangguan fisik dapat terjadi di sepanjang saluran pencernaan yang
menyebabkan menurunnya asupan nutrisi. Gangguan absrobsi, gangguan
tranportasi, atau penggunaan yang tidak sepantasnya. Luka pada mulut
dapat menyebabkan menurunnya asupan nutrisi akibat nyeri saat makan.
Diare dapat menurunkan absorbsi nutrisi karena didorong lebih cepat.
Terhadap penyakit pada kandung empedu, di mana kandung empedu tidak
berfungsi secara wajar, empedu yang berfungsi untuk mencerna lemak
menjadi tidak efektif.

7. Gejala Klinis
Subjektif :
a. Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit
b. Merasakan ketidak mampuan untuk menelan, mual, muntah
c. Melaporkan perubahan sensasi rasa
d. Melaporkan kurangnya makan
e. Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan
Objektif :
a. Tidak tertarik untuk makan
b. Diare.
c. Adanya bukti kekurangan makanan.
d. Kehilangan rambut yang berlebiahan.
e. Busing usus hiperaktif.
f. Kurangnya minat pada makanan.
g. Luka,rongga mulut inflamasi.
8. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan fisik : apatis, lesu.
b. Berat badan : obesitas, kurus.
c. Otot : flaksia/lemah, tonus berkurang, tendernes, tidak mampu
bekerja.
d. Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, refleks menurun.
e. Fungsi gastrointesial : anoreksia, konstipasi, diare, flaktuslen,
pembesaran liver atau lien.
f. Kardiovaskular : denyut nadi lebih dari 10x/menit, irama abnormal,
tekanan darah rendah/tinggi.
Area pemeriksaan Tanda- tanda
Penampilan umum Apatis, tidak bersemangat, lelah, mudah letih
BB Berlebih/ kurang
Kulit Kering, berlapis, bersisik, pucat/ berpigmen, ada
petekie/ memar, lemak subkutan kurang
Kuku Rapuh, pucat, melengkung, bentuk seperti
sendok
Rambut Kering, kusam, jarang, warna memudar, rapuh
Mata Konjungtiva pucat/merah, kering, kornea lunak,
kornea berawan
Bibir Bengkak, pecah berwarna merah dipinggir
mulut, fisura vertical
Lidah Bengkak, berwarna merah, penampakan halus
Gusi Berspons, bengkak, mudah berdarah, meradang
Otot Lemah, mengecil
System Anoreksia, tidak mampu mencerna, diare,
gastrointestinal konstipasi, pembesaran hati
Saraf Penurunan refleks, kehilangan sensorik, rasa
terbakar, kesemutan ditangan dan kaki,
iritabilitas
9. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan darah lengkap dengan pemeriksaan feses
b. USG
c. SGOT dan SGPT
d. Sikologi : Menentukan tingkat keganasan dari sel-sel neoplasma
tersebut.
e. Rontgen : Mengetahui kelemahan yang muncul ada yang dapat
menghambat tindakan operasi.
f. Pemeriksaan Laboratorium
1) Albumin (N:4-5,5 mg/100ml)
2) Transferin (N:170-25 MG/100 ML)
3) Hb (N: 12 MG%)
4) BUN (N:10-20 mg/100ml)
5) Ekskresi kreatinin untuk 24 jam (N :LAKI-LAK1: 0,6-1,3 MG/100
ML,WANITA: 0,5 1,0 MG/ 100 ML)
g. Pengukuran antropometri :
1) BB ideal : (TB – 100) ± 10 %
2) Lingkar pergelangnan tangan
3) Lingkar lengan atas (LLA)
Nilai normal wanita : 28,5 cm
Pria : 28,3 cm
4) Lipatan kulit pada otot trisep (TSF)
Nilai normal wanita : 16,5 – 18 cm
Pria : 12,5 -. 16,5 cm
h. Clinis
Metode ini didasarkan atas perubahan yang terjadi yang digunakan
dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan
epitel seperti : kulit, rambut, dan mata.
i. Diet
Makanan yang dimakan jenisnya dan porsinya.

10. Therapy atau Tindakan Penanganan


a. Medis
1) Nutrisi enternal
Metode pemberian makanan alternative untuk memastikan
kecukupan nutrisi meliputi metode enternal (melalui sistem
pencernaan). Nutrisi enternal juga disebut sebagai nutrisi enternal
total (TEN) diberikan apabila klien tidak mampu menelan
makanan atau mengalami gangguan pada saluran pencernaan atas
dalam transport makanan ke usu halus terganggu.
2) Nutrisi parentral
Nutrisi parentral (PN) juga disebut sebagai nutrisi parenteral total
(TPN) atau hiperalimentasi intravena, diberikan jika saluran
gastro intestinal tidak berfungsi karena terdapat gangguan dalam
kontinuitas fungsinya atau karena kemampuan penyerapan
terganggu. Nutrisi parenteral diberikan secara intervena seperti
melalui kateter vena sentral ke vena keva superior, makanan
parenteral adalah larutan dekstrosa, air, lemak, protein, elektrolit,
vitamin, dan unsure renik.
b. Keperawatan
1) Menstimulasikan nafsu makan.
2) Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien
yang di sesuaikan dengan kondisi klien.
3) Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien
yang anoreksia.
4) Hindari terapi yang tidak menenangkan atau tidak nyaman sesaat
sebelum atau sesudah makan.
5) Berikan lingkungan rapid an bersih yang bebas dari pengelihatan
dan bau yang tidak enak.
6) Kurang stress psikologi.

11. Penatalaksanaan
a. Menstimulasi nafsu makan
1) Berikan makanan yang sudah dikenal yang memang disukai klien
yang disesuaikan dengan kondisi klien.
2) Pilih porsi sedikit sehingga tidak menurunkan nafsu makan klien
yang anoreksik.
3) Hindari terapi yang tidak menyenangkan atau tidak nyaman sesaat
sebelum atau setelah makan.
4) Berikan lingkungan rapi dan bersih yang bebas dari penglihatan
dan bau yang tidak enak. Balutan kotor, pispot yang telah dipakai,
set irigasi yang tidak tertutup atau bahkan piring yang sudah
dipakai dapat memberikan pengaruh negatif pada nafsu makan.
5) Redakan gejala penyakit yang menekan nafsu makan sebelum
waktu makan, istirahat bila mengalami keletihan.
6) Kurangi stress psikologi.
7) Berikan oral hygiene sebelum makan.
b. Membantu klien makan
c. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memberikan diet sesuai dengan
kondisi.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
Kaji identitas pasien dengan meliputi nama, umur, agama, jenis
kelamin, status marital, pendidikaan, pekerjaan, suku bangsa,
Alamat, tanggal MRS, tanggal pengkajian, No.Registrasi dan
diagnosa medis.
b. Anamnesis
Dalam melakukan pengkajian anamnesis klien dengan gangguan
pemenuhan nutrisi, perawat perlu menggali bagaimana diet yang
dilakukan secara khusus, larangan makan, makanan kesukaan, waktu
makan, adakah penurunan atau peningkatan berat badan, berapa
lama periode dietnya, adakah status fisik pasien yang dapat
meningkatkan diet seperti luka bakar dan demam, faktor yang
mempengaruhi diet, dan status kesehatan.
c. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji.
Biasanya pasien dengan gangguan pemenuhan nutrisi mengeluh
perutnya perih seperti terbakar, tidak nafsu makan, mual, muntah,
dan ketidakmampuan menelan.
d. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Pada pengkajian riwayat penyakit saat ini didapatkan adanya
keluhan yang dirasakan seperti lemas, mual, muntah, dan nafsu
makan menurun.
e. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Dikaji tentang penyakit yang pernah diderita klien seperti penyakit
gastritis.
f. Riwayat Alergi
Mengkaji apakah pasien mempunyai riwayat alergi obat, makanan,
minuman, dll.
g. Riwayat Penyakit Keturunan
Dikaji apakah anggota dalam keluarga klien ada yang menderita
penyakit seperti klien, penyakit pada sistem pencernaan seperti
gastritis, dan penyakit keturunan seperti DM, Hipertensi, Jantung
Koroner, dan penyakit lainnya. Jika ada riwayat penyakit keturunan
maka dibuat genogram.
h. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)
1) Pemeliharaan dan Persepsi Kesehatan
Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan,
adakah kebiasaan diet, merokok, mengkonsumsi alkohol, dan
apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat,
makanan atau yang lainnya.
2) Pola Nutrisi dan Metabolik (Makanan dan Cairan)
Dikaji tentang frekuensi makan, jenis diet, porsi makan, riwayat
alergi terhadap suatu jenis makanan tertentu, pada klien dengan
gangguan pemenuhan nutrisi biasanya terjadi penurunan nafsu
makan akibat mual. Dikaji tentang jumlah dan jenis minuman
setiap hari. Makanan dan minuman yang harus dihindari pada
klien gangguan pemenuhan nutrisi.
3) Pola Aktivitas dan Latihan
Pengkajian untuk aktivitas disini adalah kemampuan perawatan
diri, makan/minum, mandi, toileting, berpakian, mobilisasi di
tempat tidur, berpindah, ambulasi ROM. Dimana disini ada skor
untuk tiap aktivitas yang dilakukan yaitu :
0 : mandiri
1 : alat bantu
2 : dibantu orang lain
3 : dibantu orang lain dan alat
4 : tergantung total.
Dikaji mengenai frekuensi dan kebiasaan mandi, keramas, gosok
gigi dan menggunting kuku. Pada klien dengan gangguan
pemenuhan nutrisi kemungkinan dalam perawatan dirinya
tersebut memerlukan bantuan baik sebagian maupun total.
4) Pola Tidur dan Istirahat
Waktu tidur, lamanya tidur setiap hari, apakah ada kesulitan
dalam tidur. Pada klien dengan gangguan pemenuhan nutrisi hal
ini mungkin akan mengganggu istirahat tidur klien akibat mual
yang dirasakan.
5) Pola Eliminasi
Frekuensi BAB, warna, bau, konsistensi feses dan keluhan klien
yang berkaitan dengan BAB pada klien dengan gangguan
pemenuhan nutrisi.
6) Pola Peran dan Hubungan
Mengkaji hubungan pasien dengan keluarga dan orang sekitar
baik-baik saja atau tidak dan dapat berkomunikasi menggunakan
bahasa verbal maupun non verbal.
7) Mekanisme Koping Stress
Penyebab stress belakangan ini, penetapan tingkat stress,
gambaran umum dan spesifik respon stress, strategi mengatasi
stress yang biasa digunakan dan efektifitasnya, perubahan
kehidupan dan kehilangan, strategi koping yang biasa
digunakan, penilaian kemampuan pengendalian akan kejadian-
kejadian yang dialami, pengetahuan dan penggunaan teknik
manajemen stress, hubungan antara manajemen stress terhadap
dinamika keluarga.
8) Pola Kognitif/Konseptual
Menggambarkan penginderaan khusus (penglihatan,
pendengaran, rasa, sentuh, bau), penggunaan alat bantu (seperti:
kacamata, alat bantu dengar), perubahan dalam penginderaan,
persepsi akan kenyamanan, alat bantu untuk menurunkan rasa
tidak nyaman, tingkat pendidikan, kemampuan membuat
keputusan
9) Pola Persepsi Diri (Konsep Diri)
Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya
seperti harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri
dan gambaran akan dirinya. Pola persepsi diri perlu dikaji,
meliputi : (Harga diri, Ideal diri, Identitas diri, Gambaran diri).
10) Pola Seksual dan Reproduksi
Masalah atau problem seksual, gambaran perilaku seksual
seperti (perilaku seksual yang aman), pengetahuan tentang
seksualitas dan reproduksi, dampak pada status kesehatan,
riwayat menstruasi dan reproduksi.
11) Nilai dan Kepercayaan
Latar belakang budaya atau etnik status ekonomi, perilaku sehat
yang berkaitan dengan kelompok budaya atau etnik, tujuan
kehidupan, apa yang penting bagi klien dan keluarga,
pentingnya agama, dampak masalah kesehatan pada spiritualitas
i. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan fisik : apatis, lesu.
2) Berat badan : obesitas, kurus.
3) Otot : flaksia/lemah, tonus berkurang, tendernes, tidak mampu
bekerja.
4) Sistem saraf : bingung, rasa terbakar, paresthesia, refleks
menurun.
5) Fungsi gastrointesial : anoreksia, konstipasi, diare, flaktuslen,
pembesaran liver atau lien.
6) Kardiovaskular : denyut nadi lebih dari 10x/menit, irama
abnormal, tekanan darah rendah/tinggi.

Area pemeriksaan Tanda- tanda


Penampilan umum Apatis, tidak bersemangat, lelah, mudah letih
BB Berlebih/ kurang
Kulit Kering, berlapis, bersisik, pucat/ berpigmen, ada
petekie/ memar, lemak subkutan kurang
Kuku Rapuh, pucat, melengkung, bentuk seperti
sendok
Rambut Kering, kusam, jarang, warna memudar, rapuh
Mata Konjungtiva pucat/merah, kering, kornea lunak,
kornea berawan
Bibir Bengkak, pecah berwarna merah dipinggir
mulut, fisura vertical
Lidah Bengkak, berwarna merah, penampakan halus
Gusi Berspons, bengkak, mudah berdarah, meradang
Otot Lemah, mengecil
System Anoreksia, tidak mampu mencerna, diare,
gastrointestinal konstipasi, pembesaran hati
Saraf Penurunan refleks, kehilangan sensorik, rasa
terbakar, kesemutan ditangan dan kaki,
iritabilitas

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan respon
manusia dari individu atau kelompok dimana perawat dapat
mengidentifikasi dan memberi intervensi pasti untuk menjaga status
kesehatan. Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien
dengan gangguan pemenuhan nutrisi pada kelas hidrasi adalah sebagai
berikut :
a. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai
dengan merasa lemah, mengeluh haus, frekuensi nadi meningkat,
tekanan darah menurun, volume urin menurun
b. Hipervolemia
c. Resiko ketidakseimbangan cairan
d. Kesiapan dalam peningkatan keseimbangan cairan
3. No Dx
Intervensi Keperawatan TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL
PRE - OPERASI
1. Hipovolemia berhubungan Setelah dilakukan tindakan Intervensi Utama 1. Mengetahui frekuensi nadi
dengan kehilangan cairan keperawatan selama ...x24 jam Manajemen hipovolemia (I. sertatanda dan gejala
aktif ditandai dengan diharapkan status cairan 03116) : hivopolemia
merasa lemah, mengeluh (L.03028) membaik dengan Observasi : 2. Untuk memastikan cairan
haus, frekuensi nadi kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejala yang mauk ke tubuh
meningkat, tekanan darah 1. Perasaan lemah menurun, hipovolemia (frekuensi nadi tersebut, kurang, lebih atau
menurun, volume urin dari sedang ke menurun meningkat, tekanan darah seimbang
menurun (D.0023) (3-5) menurun, volume urin menurun, 3. Untuk meningkatkan
2. Rasa haus menurun, dari merasa haus dan lemah) jumlah cairan yang masuk
cukup meningkat ke Terapeutik : ke tubuh
menurun (2-5) 2. Hitung kebutuhan cairan 4. Untuk memastikan agar
3. Frekuensi nadi membaik, 3. Berikan asupan cairan oral cairan yang masuk ke
dari memburuk ke Edukasi : tubuh seimbang
membaik (1-5) 4. Anjurkan memperbanyak asupan 5. Membentu mengembalikan
4. Tekanan darah membaik, cairan oral keseimbangan elektrolit
dari memburuk ke
membaik (1-5) Kolaborasi :
5. Volume urine menurun, 5. Kolaborasi pemberian IV
dari sedang ke menurun isotonis (RL,NaCl)
(3-5)
2. Hipervolemia berhubungan Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama 1. Untuk mengetahui tanda
dengan gangguan keperawatan…. x 24 jam Manajemen Hipervolemia (I. dan gejala yang muncul
mekanisme regulasi ditandai diharapkan keseimbangan 03114) 2. Untuk mengetahui
dengan ortopnea, edema cairan (L.03020) meningkat Observasi : penyebab dari
perifer, reflek hepatojugular dengan kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejala hipervolemia
positif dan distensi vena 1. Edema menurun, dari hipervolemia (ortopnea, edema 3. Untuk memonitor status
jugularis (D.0022) sedang ke menurun (3-5) refleks hepatojugular positif) hemodinamik
2. Asupan cairan meningkat, 4. Untuk membantu
dari sedang ke menignkat 2. Identifikasi penyebab mengatur diet yang harus
(3-5) hipovolemia dijalani agar asupan nutrisi
3. Asupan makanan dalam tubuh seimbang.
meningkat, dari menurun 3. Monitor status hemodinamik 5. Untuk membatasi jumlah
ke meningkat (1-5) (frekuensi jantung, tekanan cairan yang masuk agar
4. Asites menurun, dari darah CVP), jika tersedia tetap seimbang
sedang ke menurun (3-5) 6. Membantu untuk
5. Berat badan membaik, Terapeutik : mengeluarkan kelebihan
dari sedang ke membaik 4. Batasi asupan cairan dan garam\ garam dan air dari dalam
(3-5) Edukasi : tubuh melalui urine
5. Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi :
6. Kolaborasi pemberian diuretik
3. Resiko ketidakseimbangan Setelah diberikan asuhan Intervensi Utama 1. Untuk memonitor status
cairan ditandai dengan keperawatan…. x 24 jam Manajemen Cairan (I. 03098) : hidrasi
penyakit ginjal (D.0036) keseimbangan cairan Observasi : 2. Untuk memonitor berat
(L.03020) meningkat dengan 1. Monitor status hidrasi (frekuensi badan harian
kriteria hasil: nadi, kekuatan nadi, turgor kulit, 3. Untuk memastikan agar
1. Asupan cairan tekanan darah) cairan yang masuk
meningkat, dari sedang 2. Monitor berat badan harian seimbang
ke meningkat (3-5) Terapeutik : 4. Membantu memenuhi
2. Output urin meningkat, 3. Catat intake, output cairan dan asupan cairan
dari sedang ke balance cairan dalam 24 jam
meningkat (3-5) 4. Berikan asupan cairan sesuai 5. Membantu untuk
3. Edema menurun, dari kebutuhan mengeluarkan kelebihan
cukup meningkat ke Kolaborasi : garam dan air dari dalam
menurun (2-5) 5. Kolaborasi pemberian diuretik tubuh melalui urine
4. Turgor kulit membaik, jika perlu
dari sedang ke
membaik (3-5)
5. Berat badan membaik,
dari memburuk ke
membaik (2-5)

4. Kesiapan peningkatan Intervensi Utama 1. Untuk memonitor berat


Setelah diberikan asuhan
keseimbangan cairan Manajemen Cairan (I. 03098) : badan harian
keperawatan…. x 24 jam
ditandai dengan Observasi : 2. Untuk mengetahui
diharapkan keseimbangan
mengekspresikan keinginan 1. Monitor berat badan harian kandungan cairan dalam
cairan (L.03020) meningkat
untuk meningkatkan 2. Monitor hasil pemeriksaan darah
dengan kriteria hasil :
keseimbangan cairan, tidak laboratorium (Hematokrit, Na,
1. Asupan cairan meningkat,
ada edema, asupan makanan K, Cl, berat jenis urine, BUN) 3. Untuk membantu
dari sedang ke meningkat
dan cairan adekuat untuk Terapeutik : menyeimbangkan cairan
(3-5)
kebutuhan harian, berat 3. Berikan cairan intravena jika sesuai kebutuhan
2. Output urine meningkat,
badan stabil dan urin perlu
berwarna kuning bening dari sedang ke meningkat 4. Catat input dan output caran dan
dengan berat jenis dalam (3-5) hitung balance cairan dalam 24 4. Untuk memastikan apakah

rentang normal (D.0025) 3. Asupan makanan jam cairan kurang, lebih atau

meningkat, dari sedang ke Kolaborasi : seimbang

meningkat (3-5) 5. Kolaborasi pemberian diuretik 5. Membantu untuk

4. Edema menurun, dari jika perlu mengeluarkan kelebihan

meningkat ke menurun (1- garam dan air dari dalam

5) tubuh melalui urine

5. Berat badan membaik,


dari cukup memburuk ke
membaik (2-5)

6. Untuk menurunkan risiko


aspirasi

7. Untuk meningkatkan nafsu


makan pasien
8. Untuk membantu
pemenuhan nutrisi dalam
tubuh pasien.
4. Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dari proses perawatan. Implementasi
merupakan tahap pengerjaan atau tindakan dari intervensi yang telah disusun.
Tindakan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang dilakukan.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak
kesalahannya, dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan,
serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi.
DAFTAR PUSTAKA

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai